1
2
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KEBERADAAN HIBURAN KARAOKE (Suatu Penelitian tentang Fenomena Karaoke di Kec. Marisa Kab. Pohuwato ) ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di kecamatan Marisa Kab. Pohuwato. Penelitian ini merupakan sebuah keinginan besar dari penulis untuk melihat dan memotret kondisi sosial masyarakat yang semakin hari mengonsumsi sebuah desain besar modernisasi dan gaya hidup konsumtif pada masyarakat kota.Tujuan lainnya dalam penelitian ini yakni, untuk mengetahui penyebab para pengunjung lebih memilih untuk datang ketempat karaoke dan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat sekitar lokasi karaoke. . Metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yakni, kualitatif dengan pendekatan deskriptif, ada beberapa pertimbangan penulis dalam memilih metode kualitatif yaitu, Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat antara peneliti dengan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dengan pola-pola nilai yang dihadapi. Dari hasil yang penulis temukan di lapangan, karaoke tidak lebih menjadi seperangkat ritual yang dikonstruksi oleh modernisasi masyarakat dalam ruang kota. Karaoke sudah melebihi substansinya sebagai hiburan untuk melepas kepenatan bagi mereka yang memiliki rentetan kesibukan dan mereka yang melatih bakat menyanyi namun, karaoke sebagai instrumen untuk gaya hidup konsumtif dan hal-hal yang cukup negatif. Kata Kunci
: Persepsi, Masyarakat, Karaoke
Sri Indriani Suleman. Nim 281 410 049. Penelitian ini berjudul : Persepsi Masyarakat Tentang Keberadaan Hiburan Karaoke. Di bawah bimbingan Farid Th. Musa.S.Sos., MA dan Sainudin Latare. S.Pd.,M.Si
3
Salah satu sektor industri yang berkembang pesat di Indonesia saat ini adalah pada sektor industri hiburan.Berbagai tempat-tempat hiburan di daerah perkotaan terus bertambah, mulai dari tempat hiburan yang hanya dinikmati oleh golongan-golongan tertentu, hingga tempat hiburan yang dapat dinikmati semua golongan.Setiap tempat hiburan memiliki daya tarik tersendiri dan memiliki penikmatnya masingmasing.Kemajuan teknologi merupakan salah satu faktor pendukung berkembangnya tempat-tempat hiburan di daerah perkotaan dan salah satu tempat hiburan yang sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi adalah tempat karaoke.Memang sampai saat ini tidak ada data yang benar-benar valid kapan dan di mana karaoke pertama kali didirikan di Indonesia.Namun, berdasarkan data yang ada karaoke pada awalnya dianggap sebagai hiburan yang mahal dan dipandang sebagai hiburan malam yang berkonotasi negatif oleh sebagian masyarakat Indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu, pandangan negatif ini semakin lama semakin menipis, bahkan telah hilang sama sekali pada masa sekarang. Menjamurnya karaoke-karaoke yang mengklasifikasikan dirinya sebagai karaoke keluarga di kota-kota besar, bahkan sudah pula masuk ke kota-kota kabupaten.Ini merupakan sebuah bukti yang jelas bahwa karaoke sudah dianggap sebagai sebuah bentuk hiburan yang dibutuhkan dan diinginkan oleh masyarakat Indonesia.1 Perkembangan karaoke cukuplah pesat, sebagaimana dijelaskan di atas. Pembangunan ruang kota yang membentuk pola-pola konsumsi masyarakat semakin kuat terutama dalam dunia musik, sebagaimana di Gorontalo, konstruksi masyarakat urban sudah mulai menari dalam lanskap perkotaan, salah satu jenis musik yang lagi marak di Gorontalo adalah karaoke, bahkan diminati oleh kalangan masyarakat berbeda-beda bisa diklasifikasikan sesuai umur. Hiburan merupakan sebuah bagian penting dalam kehidupan manusia, minimal hasrat dan keinginan diwujudkan melalui suatu hiburan terutama karaoke, rasa sesal dan mungkin kepenatan dalam dunia pikir yang semakin menggerogoti ruang pikir manusia terkadang dihempaskan lewat lantunan syair-syair lagu, sehingga oleh masyarakat baik para pekerja maupun para pelajar, dengan tujuan untuk menghilangkan kepenatan, ketegangan, kejenuhan dan rasa capek karena kegiatan rutinitas yang dilakukan setiap harinya. Dalam mengatasi hal tersebut, orang dapat mencari tempat hiburan yang menyenangkan hati, seperti : taman hiburan,tempat wisata, bioskop, tempat karaoke, dan masih banyak tempat hiburan lainnya. Karena hiburan merupakan salah satu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang disebabkan adanya pola dan gaya hidup yang semakin meningkat seiring dengan berkembangnya zaman.
1
Lihat firman, Skripsi, Karaoke Keluarga. Studi tentang gaya hidup di perkotaan. Universitas Hasanuddin Makassar, 2012. Hlm, 1
4
Melihat beberapa kenyataan dan fenomena seperti itu, tidak adil kalau gaya hidup konsumtif seperti itu dijadikan tolok ukur untuk menilai moralitas kaum muda sebagai kaum penghambur uang. Padahal, kalau memperhatikan lebih jauh, dalam usia mereka yang relatif terbuka terhadap segala hal baru dan selalu ingin mencobanya, kaum muda tersebut sebenarnya (hanya) dirayu dan dimasukan dalam putaran eksploitasi kapitalisme global. Mereka sekedar menjadi objek dari gaya hidup konsumtif yang disajikan oleh aneka ragam industri hiburan, pakaian, dan lain-lain. Keterbukaan mereka terhadap hal baru menjadi rawan dan rapuh untuk dimanfaatkan oleh beragam industri sebagai konsumen yang paling potensial dan menguntungkan. 2 Namun untuk bisa datang ke tempat karaoke bukan hanya sudah jenuh dengan aktivitas sehari-hari. Karena untuk bisa berkaraoke di tempat karaoke juga membutuhkan biaya yang berbeda-beda sesuai tempat yang dipesan, masalah financial juga bisa menjadi kendala jikalau ingin berkaraoke di tempat bagus. Mahasiswa yang notabennya dari kalangan keluarga yang berada sering menjadi penikmat di dunia hiburan dalam hal ini adalah tempat karaoke, begitupun mereka yang berasal dari kalangan keluarga yang kurang mampu. Artinya bahwa untuk membedakan strata sosial yang dominan menjadi penikmat karaoke sangat sedikit kemungkinan, karena mahasiswa tidak bisa klasifisikan di strata sosial dalam pandangan dunia karaoke. Dari konteks idealnya karaoke sebagaimana dijelaskan dalam beberapa penjelasan di atas, memungkinkan karaoke sebagai tempat untuk dijadikan sebagai instrumen ataupun media untuk menyalurkan bakat bernyanyi bahkan juga sebagai media untuk mengkonstruksi relasi sudut pikir dan ruang hati agar terkonektivitas secara produktif dan maju, karena terkadang, ketika ruang pikir dipenuhi oleh hal-hal membuat orang semakin “stress” ataupun dipenuhi dengan kepenatan maka, hal tersebut akan berdampak pada suasana hati, dan itulah perlu sebuah media untuk mengkonstruksikan ke dua hal tersebut. Sehingga, dapat menghibur diri. Akantetapi, tidak sedikit juga kenyataan ditemukan dilapangan mengalami kendala dalam hal interpretasi masyarakat terhadap karaoke karena sebagian masyarakat menganggap karaoke secara “negative”sehingga terindikasi ada oknum-oknum yang menyalahgunakan tempat karaoke. Hal tersebut di atas menggoda ruang pikir penulis, sehingga tidak sadar kerisauan akan hal tersebut muncul sebagai bentuk refleksi dalam diri penulis, seakan memaksa keinginan untuk lebih mendalami dengan cara melakukan sebuah penelitian mengenai karaoke, juga sebagai bentuk keingin-tahuan dari penulis tentang karaoke. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sosial Dalam hemat peneliti, studi tentang perubahan sosial sering dikaitkan dengan konsep modernisasi, secara signifikan modernisasi juga dikaitkan dengan industrialisasi. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat sangat cepat seiring dengan jejak dan estafet 2
Lihat Budi Susanto, S.J. Penghibur(an) Masa lalu dan Budaya Hidup Masa Kini Indonesia, 2005. Hlm, 68
5
perjalanan industrialisasi, bukan hanya pada pola konsumsi dan realitas masyarakat modern saja tetapi, perubahan sosial dalam masyarakat merambah hingga pada memudarnya ikatan-ikatan solidaritas masyarakat yang diakibatkan oleh individualisme masyarakat yang semakin mengancam ikatan-ikatan solidaritas sosial yang ada pada masyarakat tradisional. Efek sebuah perubahan yang terjadi dalam masyarakat diakibatkan oleh modernisasi dan industrialisasi yakni, instannya semua aktifitas masyarakat, terutama kaum urban yang memilih kehidupan cepat saji karena dituntut untuk prima dalam menghadapi tantangan modernisasi pada kelangsungan hidup. Masyarakat di kecamatan marisa merupakan potret dari kondisi perubahan sosial masyarakat yang merangkak kearah modernisasi secara implisit. Konstruksi pemikiran yang semakin instan memaksa untuk kehidupan yang ekstra. Realitas masyarakat yang semakin memudar dari kebiasaan-kebiasaan lama memungkinkan untuk mendorong aktivitas-aktivitas dari masyarakat cukup memperhitungkan waktu, sehingga apapun dilaksanakan secara instan mengikuti gaya hidup modernisasi. Karaoke lahir sebagai instrumen pelengkap kehidupan manusia, sebab setiap masalah yang menggerogoti pikiran kaum urban banyak diredam dengan cara ber-karaoke agar mereka mengekspresikannya lewat musik. Empat karakteristik perubahan.Pertama, perubahan sosial terjadi di setiap masyarakat, kendatipun laju perubahan sosial bervariasi.Kehidupan sosial yang terjadi dalam masyarakat yang bersahaja (hunting and gathering sosieties) lebih lambat dibandingkan dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maju atau berteknologi tinggi.Kedua, perubahan sosial kerap kali berkembang pada arah yang sulit dikontrol.Ketiga, perubahan sosial sering kali melahirkan kontroversi, terutama karena memperoleh variasi pemaknaan yang saling bertentangan.Keempat, perubahan sosial boleh jadi menguntungkan pihak-pihak tertentu saja, tetapi dalam waktu yang bersamaan justru bisa merugikan pihak-pihak tertentu lainnya3. Ahli lain uga berpendapat bahwa Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsurunsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti misalnya perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau kebudayan4. 2.2 Modernisasi Modernisasi adalah proses perubahan kultural dan sosio-ekonomis dimana masyarakat-masyarakat sedang berkembang memperoleh sebagian karakteristik dari masyarakat industri Barat. Ada asumsi bahwa proses modernisasi adalah proses pembaratan masyarakat atau menjadikan masyarakat Timur sama dengan masyarakat Barat, dan apabila tidak mengikuti pola pemikiran Barat berarti ketinggalan zaman dan kuno, sesungguhnya anggapan yang demikian itu terlalu etnosentrisme.5 3
4 5
Sunyoto Usman, SOSIOLOGI, Sejarah, Teori, dan Metodologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. Hlm, 133-134 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:PT Rajagrafindo Persada, 2012. Periksa Halivaland (1988) dalam Rauf A.Hatu, Disertasi, Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perkebunan tebu dan dampaknya terhadap masyarakt pedesaan . Studi kasus perubahan sosial petani di Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Universitas Brawijaya, 2010. Hlm 81
6
Modernisasi berdampak pada sebagian atau seluruh sektor kehidupan masyarakat. Lauer (1993) memandang paling tidak berdampak nyata pada perubahan beberapa aspek yakni aspek : demografi, sistem stratifikasi, pemerintahan, pendidikan, sistem keluarga, serta nilai sikap dan kepribadian. Pertama ; perubahan di bidang demografi akibat modernisasi misalnya terjadi pertumbuhan penduduk sebagai akibat menurunnya angka kematian, meningkatnya arus mobilitas tenaga kerja dari desa ke kota (dari sektor agraris ke sektor industri) serta meningkatnya usia harapan hidup. Kedua ; perubaahan dalam sistem stratifikasi sosial juga terjadi selama berlangsungnya proses modernisasi. Menurut Kanto (2006) tanda-tanda perubahan tersebut tampak dalam hal-hal seperti (a) pembagian kerja menjadi semakin kompleks bersamaan dengan meningkatnya spesialisasi, (b) status sosial yang dulunya berorientasi pada askripsi atau keturunan (Ascribed Status) cenderung berubah berdasarkan atas prestasi (achieved status), (c) alat yang memadai untuk mengukur pelaksanaan pekerjaan dari orang-orang yang terlibat dalam proses produksi menjadi perhatian utama, (d) peranan pekerjaan bergeser dari kegiatan yang memberikan kepuasan ke peran sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan, (e) imbalan (reward) di distribusikan dengan cara lebih adil, (f) terjadi pergeseran peluang kehidupan berbagai starata sosial, (g) terjadinya pergeseran dalam distribusi gengsi sosial, (h) pergeseran dalam masalah serupa juga terjadi daalam distribusi kekuasaan. Ketiga; perubahan dalam sistem pemerintahan juga terpengaruh oleh modernisasi, kepentingan dan legalitas kedaerahan hingga taraf tertentu digantikan kepentingan dan loyalitas nasional juga terjadi perkembangan demokratisasi dalam politik kekuasaan politik cenderung terdistribusi semakin luas diberbagai lapisan masyarakat, kendatipun tingkatannya tidak sama baik antar negara maupun antar masyarakat. Ke-empat; perubahan dibidang pendidikan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.Kanto melihat (2006) perubahan pendidikan secara kuantitatif terjadi perkembangan jumlah lembaga pendidikan dan jumlah pelajaran dan mahasiswasedangkan secara kualitatif, diantaranya pendidikan diarahkan untuk menghsilkan lulusan yang memiliki keahlian dan profesionalitas agar masuk ke pasar kerja yang semakin terspealisasi.Ke-lima; perubahan dalam kehidupan keluarga pengaruh kehidupan di perkotaan yang modern berpengaruh nyata terhadap perubahan kehidupan keluarga pedesaan yang tradisional dan agraris. Hal ini dimungkinkan karena interaksi antara desa dengan kota semakin intensif. Ke-enam; modernisasi juga memberi konstribusi terhadap terjadinya perubahan berbagai pranata sosial di pedesaan.Pranata sosial yang dulunya bersifat solidaritas sosial dan kekeluargaan cenderung berubah ke arah orientasi individual dan efisiensi.6 Dalam hemat peneliti, jika melihat beberapa penjelasan tentang modernisasi di atas, modernisasi dapat dikatakan sebagai panggung dari sebuah kompetisi kemanusiaan, Kompetisi kemanusiaan menurut peneliti adalah sebuah ajang perebutan kebutuhan hidup yang dikonstruksi oleh pola pikir modern, sehingga melahirkan sebuah keinginan besar dalam diri dalam menguasai setiap kebutuhan hidup. Bukan hanya 6
Rauf A.Hatu. op.cit , hlm 82-83
7
demikian tetapi modernisasi juga secara signifikan menggeser peranan kebersamaan atau disebut dengan soladiritas sosial menjadi sikap individualistik. Dengan terjadinya pergeseran tersebut maka akan menimbulkan apa yang disebut oleh Durkheim dengan (personal needs7). Konstruksi masyarakat seperti yang dijelaskan oleh Durkheim adalah kondisi masyarakat yang mengedepankan sikap individualisme yang cukup signifikan, sehingga merusak tatanan kehidupan tradisional berada pada konstruksi masyarakat yang solidaritasnya cukup tinggi. Realitas inilah yang menurut penulis mulai beroperasi dalam kehidupan masyarakat kontemporer secara umum dan secara khusus pada masyarakat kota. 2.3. Gaya Hidup Gaya hidup (life style) yang ditampilkan antara kelas sosial satu dengan kelas sosial yang lain dalam banyak hal tidak sama, bahkan ada kecenderungan masingmasing kelas mencoba mengembangkan gaya hidup yang eksklusif untuk membedakan dirinya dengan kelas yang lain. Berbeda dengan kelas sosial rendah yang umumnya bersikap konservatif di bidang agama, moralitas, selera pakaian, selera makanan, cara baru perawatan kesehatan, cara mendidik anak, dan hal-hal lainnya, gaya hidup dan penampilan kelas sosial menengah dan atas umumnya lebih atraktif dan eksklusif (Dickson, 1968). Mulai dari tutur kata, cara berpakaian, pilihan hiburan, pemanfaatan waktu luang, pola berlibur, dan sebagainya, antara kelas satu dengan kelas yang lain umumnya tidak sama. Dalam memanfaatkan waktu luang di malam minggu, film-film yang banyak ditonton orang-orang dari kelas menengah ke atas biasanya adalah filmfilm barat baru yang dibintangi oleh bintang-bintang Hollywood terkenal macam Tom Cruise, Tom Hank, Kevin Cotsner, Sharon Stone, Mat Dammon, J-Lo, Demi Moore, dan sebagainya. Sedangkan musik yang banyak didengar adalah musik jazz atau musik pop Barat yang acapkali ditayangkan di acara-acara televisi swasta, seperti MTV, Clear Top Ten, dan sebagainya. Beberapa penyanyi yang menjadi puajaan kelas menengah, misalnya adalah Britney Spears, Clay Ayken, J-Lo, Michael Jackson, Mariah Catrrey, atau Whitney Houston.8 2.4 Stratifikasi Sosial Stratifikasi sosial adalah suatu strata atau pelapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum atau rangkaian kesatuan status sosial. Para anggota suatu strata sosial tertentu acapkali memiliki jumlah penghasilan atau uang yang relatif sama. Namun, lebih penting dari itu, mereka memiliki sikap, nilai-nilai, dan gaya hidup yang sama. Semakin rendah kedudukan seseorang di dalam pelapisan sosial, biasanya semakin sedikit pula perkumpulan dan hubungan sosialnya.9
7
Durkheim dalam Sunyoto Usman 2012, menyebutkan bahwa modernisasi itu sebagai perubahan orientasi pembagian kerja (The Dision of Labor) dalam kegiatan ekonomi, dari semula bercirikan solidaritas mekanik menjadi solidaritaas organik yakni ditandai dengan hubungan sosial dengan mengedepankan personal needs.
8
Dwi jNarwoko, BagongSuyanto . Ibid. Hal, 183-184 Dwi jNarwoko, BagongSuyanto. Ibid. Hal, 170
9
8
Dalam kehidupan bermasyarakat sering ditemukan apa yang disebut dengan stratifikasi sosial, baik antar individu maupun antar kelompok-kelompok sosial. Stratifikasi akrab dikenal sebagai strata atau derajat bahkan lebih sering disebut sebagai perbedaan.Dalam kehidupan bermasyarakat sudah barang tentu hal-hal yang berhubungan dengan perbedaan dan tingkat kedudukan seseorang seringkali menjadi sebuah tembok pemisah dalam melakukan hubungan sosial, misalnya si kaya dalam kesehariannya baik interaksi maupun beraktivitas tentu dengan orang-orang yang derajatnya sebanding dengan dirinya, begitu pula sebaliknya.Bahkan, dalam konsumsi makanan, barang-barang yang digunakan bermakna terhadap stratifikasi dari orang tersebut, realitas tersebut menimbulkan dikotomi secara yang cukup memprihatinkan dalam kehidupan bermasyarakat. Jika dikaitkan dengan realitas lapangan yang menjadi studi dari peneliti, dalam konsumsi karaoke juga tidak terlepas dari realitas masyarakat yang memiliki strata berbeda-beda, dari beberapa hasil pengamatan awal peneliti di lapangan, tempat karaoke juga sering menampakkan makna adanya strata dari tempattempat tersebut, misalnya dari desain tempat, fasilitas, dan juga barang-barang konsumsi yang ditawarkan di dalam. Karaoke menurut peneliti hanyalah sebuah instrumen yang memiliki fungsi sama untuk semua pengguna, tetapi yang membedakannya adalah penyediaan fasilitas yang berbeda, bukan hanya itu, harga sewaan pun mewakili derajat dari pada pengunjung, misalnya harga sewa tempat yang harganya mahal sudah barang tentu fasilitasnya pun mewah, dan yang sering mengkonsumsi pada tempat tersebut juga stratanya sesuai dengan kondisi tempat tersebut, begitu pula sebaliknya. Pengertian Karaoke Karaoke berasal dari bahasa Jepang yaitu kara dari kata karappo yang berarti kosong dan oke dari kata okesutura atau orkestra. Karaoke berarti sebuah musik orkestra yang kosong atau tidak dilengkapi dengan suara vokal. Meski awalnya hanya sekedar hiburan untuk melepas kepenatan, kini karaoke telah menjelma menjadi salah satu bagian yang dianggap mempunyai andil dalam perkembangan dunia musik. Bagaimana tidak, dengan karaoke setiap orang tanpa harus mempunyai suara bagus bisa langsung merasakan menjadi penyanyi sungguhan karena mereka menyanyi diiringi musik yang sama dengan yang dinyanyikan oleh penyanyi aslinya. 10 Meski awalnya hanya sekedar hiburan untuk melepas kepenatan, kini karaoke telah menjelma menjadi salah satu bagian yang dianggap mempunyai andil dalam perkembangan dunia musik. Bagaimana tidak, dengan karaoke setiap orang tanpa harus mempunyai suara bagus bisa langsung merasakan menjadi penyanyi sungguhan karena mereka menyanyi diiringi musik yang sama dengan yang dinyanyikan oleh penyanyi aslinyaOleh karena konotasi karaoke di Indonesia sudah demikian identiknya dengan hiburan malam, maka ditambahlah kata keluarga setelah kata karaoke sebagai upaya penekanan bahwa hiburan yang disediakan adalah hiburan yang baik untuk keluarga atau hiburan untuk orang yang baik-baik. Karaoke keluarga adalah tempat hiburan 10
http://soranalala.multiply.com/journal/item/5
9
keluarga di mana pengunjungdapat bernyanyi bersama keluarga, teman-teman, teman kerja, relasi kerja dalam suasana kekeluargaan dan bersih serta jauh dari kesan maksiat.11 Karaoke menurut hemat penulis, adalah salah satu alat hiburan yang dapat memberikan ketenangan dikala seseorang merasakan ada keganjalan situasi yang mengganggu kejiwaan (baca: stres), sehingga terapi dengan meluangkan waktu untuk datang ke karaoke tersebut cukup manjur untuk menjadi penawar, minimal sebagai bentuk untuk kita melepas penat, dan merefres ruang pikir kita yang sudah dibentuk oleh permasalahan-permasalahan baik di tempat kerja, rumah tangga, dll. Tak banyak juga orang-orang menjadikan karaoke sebagai mobilisasi ataupun instrument mediasi bisnis yang cukup produktif, karena dengan suasana ruang pikir yang tenang memungkinkan kita untuk lebih serius memperhitungkan sesuatu mengenai bisnis tersebut. 2.4 Sejarah Perkembangan Karaoke Beberapa versi menyebutkan bahwa penemu karaoke adalah Kisaburo Takashiro, yang merupakan seorang pemilik dari sebuah toko rekaman di Kobe pada tahun 1970an. Takashiro mengetahui bahwa sebuah utagoe kissa di dekat toko rekaman miliknya menyewa seorang pianis untuk mengiringi seorang penyanyi dengan bayaran 500 hingga 1000 yen untuk setiap lagunya. Takashiro kemudian menciptakan sebuah mesin yang terdiri dari 400 rekaman lagu, memasangnya di utagoe kissa tersebut, dan memberi harga 100 yen untuk setiap lagunya. Mesin tersebut semakin populer diantara Versi terakhir mengenai sejarah kemunculan karaoke adalah ketika sekitar tahun 1970an, seorang pemain drum dan penyanyi bernama Inoue Daisuke yang selalu tampil di sebuah utagoe kissa, diminta oleh tamu utagoe kissa tersebut untuk merekam permainannya sehingga tamu tersebut dapat menyanyi bersama dalam piknik perusahaan. Selanjutnya Inoue selalu dibanjiri pesanan untuk meminjamkan rekaman permainannya.Menyadari potensi yang menguntungkan ini, Inoue kemudian menciptakan alat perekam yang dapat memainkan sebuah musik dengan memasukkan koin 100 yen.Pada awal kemunculannya karaoke dikritik karena kurangnya suasana hidup (live atmosphere) dari sebuah penampilan.Selain itu, karaoke juga dianggap mahal karena pada tahun 1970an 100 yen bisa digunakan untuk membeli dua buah paket makan siang.12 Awal perkembangan Karaoke secara tidak langsung didukung oleh gaya hidup orang Jepang yang senang mengadakan pesta. Selain itu, kehidupan sehari-hari mereka yang penuh persaingan dan stress yang membuat mereka mencari hiburan untuk mengalihkan mereka sejenak dari pekerjaan.Perkembangan tehnologi juga turut mengambil bagian dalam mendukung perkembangan Karaoke. Mulai dari bentuk rekaman kaset berkembang kemudian dalam bentuk CD, LD dan DVD.. Bahkan dengan adanya teknologi home karaoke set, aktivitas bernyanyi ini tidak hanya bisa dinikmati di tempat-tempat tertentu saja, tapi juga di rumah. Dan kalaupun belum memiliki piranti 11 12
firman. Ibid, hlm, 2 Firman.Ibid . hlm,31-33
10
tersebut, sudah banyak dijual tape khusus karaoke yang menyajikan musik dan vokal penyanyi aslinya secara terpisah.Jadi lagu yang baru munculpun bisa dipelajari dengan panduan suara penyanyi aslinya.Tapi kemudian muncul masalah.Bentuk rumah masyarakat Jepang yang sebagian besar materialnya terbuat dari kayu -dan tentunya tidak kedap suara- serta jaraknya yang dekat-dekat, membuat para keluarga tidak leluasa untuk bernyanyi Karaoke, terutama pada malam hari.Masalah ini kemudian malah melahirkan ide baru yang membuat Karaoke justru makin ngetop, yaitu Karaoke Box.Kemunculan Karaoke Box pertama kali diperkenalkan pada tahun 1984 di sebuah daerah pinggiran di Okayama.Karaoke Box pertama ini dibuat dari Mobil Box yang biasanya digunakan untuk mengangkut barang yang kemudian dimodifikasi sehingga kedap suara dan bisa dipakai untuk bernyanyi.Pada perkembangan selanjtnya, Karaoke Box terdiri dari sebuah ruangan yang tidak terlalu besar yang bisa menampung 2-10 orang yang berisi peralatan untuk Karaoke seperti layar monitor. Layar monitor inilah yang kemudian akan menampilkan video musik beserta lirik lagu yang dimainkan. Karaoke Box lalu menyebar ke negara-negara Asia lainnya, terutamanya di Negara Asia Timur dan Asia Tenggara.Di setiap negara, karaoke box mempunyai sebutan yang berbeda-beda. Di China, termasuk Taiwan, sebutan Karaoke Box adalah KTV alias Karaoke TV merujuk pada MTV yaitu Music Television. Sementara di Filipina, Karaoke Box terkenal dengan sebutan Videoke, sedangkan di Korea Selatan, sebutan yang dipakai adalah Noraebang.Istilah Karaoke Box selain di Jepang juga dipakai di Hongkong.13 Perkembangan karaoke cukup pesat, dan mewarnai hampir setiap belahan dunia.Bukan hanya di wilayah-wilayah yang pertama kali karaoke berkembang, virusvirus dan candu karaoke merambah hingga ke kota-kota kecil, seperti Gorontalo secara umum dan Marisa secara khusus.Di Marisa perkembangan karaoke cukup cepat seiring dengan jejak perkembangan dunia modern.Konstruksi sosial masyarakat konsumtif di Marisa, yang terbangun oleh ruang modernitas kini menjadi salah satu alasan orang untuk up todate dengan perkembangan.Alasan inilah memacu transformasi dalam dunia hiburan untuk menyesuaikan agar tidak ditendang oleh situasi keterbelakangan, euforia pun memuncak dengan merebaknya realitas-realitas hedonism dalam dunia musik yang memaksa realitas untuk bertarung.Bernyanyi sudah menjadi kebiasaan manusia untuk mentransfer kesedihannya melalui syair sesuai dengan perasaan yang dirasakan oleh yang bersangkutan. Bakat bernyanyi juga semakin ditantang oleh perkembanganperkembangan kompetisi di bidang musik seperti indonesian idol, idola cilik, X-factor, The voice, Akademi Fantasi Indosiar. Bagi yang hobinya bernyanyi, karaoke memang menjadi media yang pas sebagai pelampiasan.Belakangan ini karaoke selalu diidentikkan dengan alkohol, hostess, bahkan drug, maka untuk melenyapkan stereotipe ini muncullah yang namanya karaoke keluarga.Di Makassar sendiri, karaoke dengan konsep keluarga sudah muncul sejak tahun 2006 lalu dengan kehadiran NAV di Jalan Boulevard.Ternyata kehadirannya 13
Lihat http://lagukaraokeindo.wordpress.com/2011/01/19/sejarah-perkembangan-karaoke/
11
cukup mendapat respon yang lumayan positif.Sejak itu hadir pula karaoke keluarga yang menawarkan kelebihannya masing-masing.Diantaranya NAV di Boulevard, Happy Puppy di Panakukang, Inul Vista di Panakukang, dan E-club di Jalan Boulevard.Namun yang pasti bila menyebut karaoke keluarga, pastilah terbebas dari alkohol, hostess, dan drug.Itulah sebenarnya arti karaoke dengan konsep keluarga.Jadi, kalau misalnya ada tempat karaoke yang masih menyediakan alkohol di atas 5%, itu namanya bukan karaoke keluarga.Selain itu, karaoke keluarga juga tidak menyediakan pendamping wanita untuk menemani saat berkaraoke.Setiap ruangan karaoke keluarga tidak boleh dikunci.Pada pintunya juga diberi kaca transparan gunanya untuk memastikan bahwa pengunjung tidak berpotensi melakukan hal yang tidak-tidak.Dunia karaoke saat ini sudah mengalami pergeseran yang signifikan.Karaoke kini menjelma menjadi sarana hiburan yang sehat bagi keluarga.Bahkan, keberadaan club-club karaoke bertema karaoke keluarga ini sedikit demi sedikit mengikis citra negatif karaoke yang acapkali dihakimi sebagai sarang kemaksiatan.Harus diakui bagi sebagian orang terutama perempuan apalagi anak-anak, mengunjungi club karaoke adalah satu hal yang menakutkan.14 2.5 PersepsiMasyarakat Persepsi ialah penghayatan langsung oleh seorang pribadi atau proses-proses yang menghasilkan penghayatan langsung tersebut. Bertolak dari kemampuan manusia yang disebut persepsi itu, akan tercakup proses-proses “Attention, constancy, depthmovement perception, plasticity,motives, Emotions, and Expectations” dan bahwa proses-proses serta segi-segi ini menjadi semakin penting, semakin erat hubungannya dengan sifat langsung penghayatan tadi. Tidak salah lagi bahwa motivasi, emosi, dan ekspektasi yang kebetulan disebut new look dalam persepsi inilah yang karena sifatnya sangat langsung, pula menjadi penting dan setidak-tidaknya dalam hubungan persepsi utopia dan persepsi realita.15 Pesepsi adalah proses dengan mana seseorang atau sekelompok orang memberikan muatan makna tertentu atas pentingnya sesuatu peristiwa stimulus tertentu yang berasal dari luar dirinya. Yang berfungsi sebagai kerangka analisis untuk memahami suatu masalah. Karena dipengaruhi oleh daya persepsi inilah, maka pemahaman dan tentu saja perumusan atas suatu isu, sesungguhnya amat bersifat subjektif16. Dilihat dari sudut pandang inilah maka besar kemungkinan masing-masing orang, kelompok atau pihak-pihak tentu dalam sistem politik yang berkepentigan atas sesuatu isu akan berbeda-beda dalam cara memahami dan bagaimana merumuskannya. Dan persepsi ini juga pada gilirannya akan mempengaruhi terhadap penilaian mengenai status peringkat yang terkait pada suatu isu.
14 15
16
Firman, ibid. hlm, 34 Lihat dalam Alfian (1985). Persepsi Masyarakat Tentang Kebudayaan. PT. Gramedia: Jakarta. Hlm, 206 Dr. Abdul Wahab, Solichin. 2008. Analisis Kebijaksanaan. Bumi Aksara : Jakarta. Hlm 37
12
HASIL PENELITIAN Pada bagian ini penulis akan menjelasakan mengenai hasil penelitian yang ada di lapangan sekaligus menuangkannya dalam pembahasan penelitian ini, karena menurut penulis temuan lapangan sangat penting dalam sebuah penelitian untuk menjawab masalah penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya. Temuan-temuan lapangan tersebut tidak nampak secara jelas dari luar lapangan, sehingga setelah berada di lapangan baik disengaja maupun tidak sengaja oleh peneliti, telah terungkap berdasarkan pertanyaan masalah penelitian ini. Akan tetapi tidak secara keseluruhan segala aktivitas lapangan yang dapat diungkap oleh peneliti, hanya yang berkisar pada permasalahan penelitian yang dapat dideskripsi secara jelas oleh peneliti, karena ruang lingkup peneliti dalam membahas hasil penelitian ini dibatasi oleh permasalahan yang telah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya. Demikian pula dalam menjawab permasalahan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, peneliti menyadari tidak dapat mendeskripsinya secara mendalam oleh karena selain keterbatasan peneliti, juga keterbatasan informasi yang diberikan oleh informan yang meminta kepada peneliti untuk tidak mengungkapkan identitas informan secara terbuka, namun setelah dijelaskan bahwa penelitian ini hanya dikonsumsi secara ilmiah, maka substansi dari permasalahan penelitian dapat dijawab oleh informan secara terbuka dan ilmiah. 4.2.1 Gaya Hidup, Konstruksi Identitas Pengunjung Karaoke Realitas kehidupan yang ditandai dengan tuntutan persaingan bebas serta memudahkan seseorang untuk mendapatkan informasi dari setiap sudut dunia. Kondisi tersebut menantang setiaporang untuk survive dalam situasi persaingan global yang menuntut agar memiliki mindstrem yang progresif dan luas, sebab ketika tak mampu menyesuaikan diri dengan setiap perubahan-perubahan tersebut akan ditendang dari panggung persaingan yang telah didesain oleh skenario globalisasi, terutama dalam persaingan gaya hidup yang sering menuntut untuk memiliki inovasi dari sebuah trend yang setiap waktu berganti seiring berjalannya waktu. Kondisi demikian tidak terlepas juga dari masyarakat yang mulai beranjak pada sebuah perkembangan sebuah kota, seperti yang terajadi di Kecamatan Marisa. Kehidupan malam masyarakat urban seperti yang terdapat di kota Marisa Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo, banyak didominasi oleh kalangan remaja dan para pekerja disektor formal, dan ada pula sebagian para penikmatnya adalah orangorang dewasa namun, namun tak dapat dipungkiri bahwa realitas sekarang dunia malam penikmatnya lebih banyak dari kaula remaja. Di satu sisi, hal demikian sudah menjadi konstruksi kehidupan mereka yang bisa dibilang masih “labil” dan sebagian orang mengatakan bahwa ini masa mereka mencari jati diri, terkadang suara-suara sumbang tersebut menjadi alibi mereka (para remaja) untuk memberi penguatan atas kegiatankegiatan mereka di malam hari. Walaupun, aktivitas mereka berdampak pada mental dan psikologi mereka yang tidak mempedulikan akibat-akibat yang akan terjadi dengan masa depan mereka nanti. Pengunjung karaoke tidak selamanya aktivitasnya adalah bernyanyi, namun juga hingga hal-hal yang negatif, seperti mengonsumsi minuman keras. Pengunjung
13
yang kondisi psikologinya masih labil, seperti informan di atas datang ke karaoke untuk menghilangkan stres dengan disertakan minum-minuman keras, menurut penulis, kondisi ruangan yang cukup tertutup juga digunakan sebagai kesempatan untuk mengonsumsi alkohol secara leluasa sehingga membuka ruang untuk terjadinya hal-hal negatif. Jadi karaoke sudah merupakan sarana generasi seusia mereka yang seharusnya kerjanya adalaha belajar, namun kenyataanya lain dari yang penulis temukan di lapangan, kemungkinan besar kejelian maupun kepekaan pemilik tempat yang tidak ketak dalam memperhatikan maupun memeriksa setiap pelanggan yang masuk dengan membawa minum keras ke dalam tempat. Hal demikian sangat memprihatinkan, butuh juga kontrol orang tua dan pihak-pihak terkait termasuk sekolah untuk melakukan penegasan dan pengawasan terhadap kenakalan remaja yang semakin merajalela di tempat hiburan-hiburan malam. 4.2.2 Konsumerisme dan Kelas Sosial Pengunjung Karaoke Konsumsi bukan lagi merupakan kebutuhan secara manusiawi tetapi sudah menjadi sebuah konstruk cara hidup masyarakat urban yang tidak lagi berorientasi pada substansi suatu objek yang dikonsumsi namun, sudah berorientasi pada konstruksi trend, yang sama halnya dengan kita mengonsumsi kekosongan, realitas demikian sangatlah marak pada masyarakat kota dewasa ini. Menelaah kembali hasil observasi yang penulis temukan di lapangan, konsumerisme pada pengunjung tempat karaoke sangat nampak mulai dari menu makanan, minuman, dan cemilan yang di pesan di tempat tersebut. Bukan hanya terfokus pada menu makanan saja namun (juga) di tempat karaoke terdapat klasifikasi ruang yang harganya berbeda sesuai dengan kenyamanan dan penataan kemewahan ruangan tersebut. Dari beberapa pengunjung yang datang, juga memesan ruangan mulai dari harga yang murah hingga pada harga yang paling mahal sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat di daerah tersebut, diperkirakan untuk VIP sekitar Rp. 75.000, hingga Rp. 100.000. Dalam hemat penulis, konsumsi sudah menjadi sebuah konstruk identitas dari seseorang sehingga eksistensi terbangun dalam suatu kegiatan konsumsi yang dilakukan terus menerus. Konsumerisme, sudah menjadi sebuah “Berhala” identitas seseorang yang merasa dirinya punya jati diri jika mengkonsumsi suatu objek dengan berlebihan, tanpa mempertimbangkan substansi dari barang tersebut, yang utama bagi mereka adalah sebuah mode dan pengakuan dari orang lain mengenai apa yang mereka konsumsi. Realitas tersebut sangat marak pada kehidupan masyarakat urban yang lebih mementingkan suatu postur kebutuhan yang jauh dari makna substansial. Budaya konsumen dicirikan dengan peningkatan gaya hidup (life style). Proses pembentukan gaya hiduplah yang merupakan hal terbaik yang mendefinisikan budaya konsumen. Dalam budaya konsumen kontemporer, istilah itu bermakna individualitas, pernyataan diri, dan kesadaran diri. Dalam hal ini, tubuh, pakaian, waktu senggang, pilihan makanan dan minuman, rumah, mobil, pilihan liburan, dan lain-lain menjadi indikator cita rasa individualitas dan gaya hidup seseorang. Gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern, hal demikian tak terbendung lagi pada masyarakat-masyarakat yang proses perkembangan modernisasinya mulai terlihat seperti, masyarakat Marisa.
14
Kondisi realitas Marisa yang sudah mulai beranjak ke modernisasi membuat masyarakat tak mau ketinggalan oleh realitas gaya hidup yang ditentukan oleh trend sehingga tak menutup kemungkinan hal demikian membentuk identitas masyarakat bahwa konsumsi dan gaya hidup adalah sebuah eksistensi dari masyarakat itu sendiri. Orang tidak lagi berkomunikasi secara verbal dengan kata-kata, melainkan dengan bentuk komunikasi yang baru yang tidak mengharuskan setiap individu harus saling mengenal untuk mengetahui siapa mereka. 4.2.3 Karaoke, Ritual Hiburan Malam Masyarakat Kota Dunia hiburan saat ini memang merupakan bisnis yang menguntungkan bagi pengelolanya, karena pada umumnya masyarakat terutama yang ada di perkotaan maupun di pedesaan sangat membutuhkan hiburan, bahkan hal itu merupakan bagian dari kebutuhan diantara sekian banyak aktifitas dan kesibukan sehari-hari. Hal ini memang perlu dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara kesibukan dan istirahat bagi orang yang selalu sibuk dengan urusan duniawi. Namun sebagian orang hal ini dapat menimbulkan efek bagi kehidupan sosial, karena tidak sedikit dunia hiburan yang mempengaruhi perkembangan moral terutama bagi para remaja yang sangat gemar dengan dunia hiburan tersebut. Seiring perkembangan zaman terdapat beberapa jenis tempat hiburan, yaitu gelanggang olah raga, gelanggang seni, arena permainan, hiburan malam, panti pijat, tempat rekreasi, karaoke dan jasa promotor. Keberadaan tempat hiburan khususnya karaoke dapat membawa dampak positif dan negatif terhadap kehidupan masyarakat dan perkembangan moral remaja. Maka untuk mengantisipasi dampak negatif ini dibutuhkan pengawasan dan penyaringan, yang apabila tidak diadakan sangat memungkinkan akan membawa pengaruh terhadap moral, pola hidup masyarakat, yang pada gilirannya peleburan nilai agama, budaya, adat istiadat setempat makin hilang. Khususnya bagi para remaja dengan adanya tempat hiburan dalam hal ini adalah karaoke dapat memberi dampak negatif bagi perkembangan moralnya, misal berkaraoke dengan menggunakan jasa pemandu karaoke yang dilanjutkan dengan kegiatan prostitusi, berkaraoke sambil minum-muniman beralkohohol, hingga menggelapkan uang SPP untuk berkaraoke dan melakukan tindak pidana. Kecamatan Marisa bisa dikatan sebagai sebuah kota wisata, sebab memiliki beberapa tempat wisata yang cukup indah, salah satu dari sekian banyak wisata yang menjadi icon yakni Kelapa Dua17 (dulunya disebut dengan “pohon cinta”) yang dipenuhi oleh hiburan-hiburan malam terutama tempat karaoke, sesuai pengamatan penulis di lapangan tempat karaoke tersebut tak pernah kosong walau hanya dalam 17
Kelapa dua adalah nama tempat wisata di kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato yang sering dikunjungi oleh penikmat dunia malam, bukan hanya malam hari tetapi juga pada siang hari. Hiburan malam di pohon cinta sangatlah terkenal sebab menawarkan banyak warna-warni kehidupan malam, mulai dari cafe, karaoke, bar, dan (bahkan lokalisasi). Kelapa dua juga merupakan simbol karena terdapat tumbuhan pohon kelapa yang hanya berjumlah dua pohon saja sehingga diambil sebagai nama tempat. Dulunya tempat wisata tersebut diberi nama “Pohon Cinta” sebab ada sebatan pohon besar tempat berteduhnya pasangan-pasangan yg saling mencintai.
15
seharian saja. Sehingga hal demikian menggugah jiwa kaum muda untuk ikut menikmati dan mencumbui angkuh dan nakalnya malam yang dipenuhi oleh hasrat dan gaya hidup kaum urban. Dunia malam merupakan aktifitas yang ada saat malam tiba.Realitas hiburan malam di daerah tersebut yang bersanding dengan para penikmatnya merupakan satu paket yang tak bisa dipisahkan, geliat dunia malam seakan telah menjadi ritual yang wajib dilaksanakan oleh mereka (para penikmatnya).Malam hari merupakan seteguk kenikmatan bagi mereka yang mencari kesenangan di malam hari.Globalisasi dan perkembangan teknologi menyebabkan hiburan malam berkembang pesat di daerah tersebut.Hal ini terbukti dengan banyaknya tempat-tempat hiburan yang ada di daerah tersebut, mulai dari café, club, dan tempat karaoke.Tak sedikit remajaremaja yang menjadi penikmat sekaligus menjadi pengunjung tetap, yang terpenting bagi pemilik tempat adalah mendatangkan uang, Perkara moralitas bangsa tak menjadi urusan mereka, bukan hanya itu, tetapi juga tempat prostitusi yang terselubung semakin marak. Karaoke adalah tempat yang cukup akurat untuk menghilangkan penat setelah lelah bekerja.Melepas lelah dengan menyanyi memang membuat bahagia.Beberapa penelitian menyatakan, dengan menyanyi seseorang menjadi rileks dan tidak tegang syarafnya. Apalagi sekarang ini tempat karaoke menjamur. Tempat karaoke memberi ruang bebas untuk bernyanyi sepuasnya.Berkaraoke sangat mudah.Syair lagu tidak perlu hapal di luar kepala. Sebab tertulis pada layar monitor dan perangkat audio visual untuk menuntun sang penyanyi kapan mulai menyanyi dan kapan harus jeda dengan urut-urutan perwarnaan naskah di layar monitor. Berkaraoke bisa dilakukan sendiri atau berkelompok, tergantung fasilitas yang ada pada sound sistem karaoke tersebut. Pembahasan 4.3.1 Ketertarikan Pengunjung Untuk Datang Ke Karaoke Orang yang bernyanyi lebih banyak mencurahkan kegundahan lewat alunan syahdu musik, sebab lagu yang dipilih merupakan manifestasi rasa dari apa yang mereka rasakan saat itu. Di tempat karaoke juga menawarkan segudang ketenangan yang mampu membuat para penikmat terasa bagaikan pemilik ketenangan itu.Jika dipikir di rumah pun bisa berkaraoke atau bernyanyi, namun sebagian atau kebanyakan orang lebih memilih tempat-tempat hiburan malam seperti karaoke, walaupun harus menghabiskan cukup uang yang penting puas dan merasa agak berkurang beban pikiran.Hiburan malam yang disediakan juga menuai persepsi yang negatif namun juga ada yang positif, sehingga tak dapat dipungkiri ada sebagian orang yang suka dengan hiburan malam ketika menghilangkan kepenatan ada juga yang tidak menyukainya mereka datang ke lapangan futsal dan tempat-tempat hiburan lainnya. Setiap kelompok memiliki tanda-tanda yang membedakan dengan kelompok lain. Tanda tersebut biasanya mereka ekspresikan melalui aktivitas konsumsi yang meliputi barang-barang ataupun gaya hidup tertentu. Beberapa tahun yang lalu kelompok ABG tampil dengan ciri khas mereka yang diwujudkan dengan berpakaian modis. Celana jeans dan kaos oblong serta kemeja flanel kotak-kotak ditambah sepatu kets yang biasanya dikenakan oleh ABG laki-laki, sementara yang perempuan
16
berdandan feminin dengan menggunakan pakaian yang sedang ngetren dan tidak lupa membawa tas punggung. Mereka dengan mudah bisa ditemukan di areal mall, tempat nongkrong mereka. Lain lagi fenomenanya dengan kelompok eksekutif muda yang ratarata merupakan kelas pekerja di kota besar yang berusia relatif lebih muda, tetapi sukses dalam pekerjaannya. Pakaian rapi berdasi serta mengendarai mobil adalah ciri khas mereka yang memilih kafe atau diskotik sebagai tempat nongkrong seusai kerja.Hal ini tidak berarti bahwa setiap tempat identik dengan kelompok tententu. Bagi sebagian kaum muda, gaya hidup menjadi penting untuk menegaskan atau menempatkan keberadaan mereka di antara kelompok sosialnya, meskipun hal tersebut tidak begitu mudah dicapai. Sebuah gaya hidup, pada akhirnya membutuhkan modal ekonomi yang tidak sedikit karena untuk mencapai identitas dalam suatu mobilitas vertikal status sosial, seseorang perlu berbelanja barang-barang konsumsi tertentu. Secara langsung gaya hidup memang terjalin erat dengan identitas seseorang yang melakukan (baca: mengonsumsinya) karena tujuan utama seorang mengonsumsi secara implisit biasanya adalah demi kebutuhan akan identitas tertentu. Dalam prakteknya, gaya hidup kemudian menjadi apparatus pembeda antara individu yang melakukannya sehingga gaya hidup menempatkan posisi seseorang dalam suatu tatanan hierarkis tertentu. Membicarakan identitas dan keterkaitannya dengan gaya hidup sepertinya harus menengok pada keberadaan tempat publik yang secara tidak langsung memberikan konstribusi bagi pola konsumsi kaum muda. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa window shopping yang dilakukan oleh kaum muda biasanya kemudian berlanjut menjadi belanja dan membeli yang sesungguhnya; dan itu merupakan salah satu aktivitas yang mereka lakukan untuk mengisi waktu luang atau refreshing. Suatu kegiatan belanja yang pada awalnya tidak terencanakan, tetapi akhirnya terlaksana tanpa sebuah perencanaan yang matang adalah sebuah hal yang biasa bagi kaum muda, karena itu tidak mungkin bagi mereka untuk tidak membawa sejumlah uang pada saat jalan-jalan yang biasa mereka lakukan bersama pacar atau teman-tamannya hanyalah bertujuan untuk sekadar menghabiskan waktu luang mereka saja. “Daripada bete di kos, mendingan jalan-jalan aja”, begitu yang selalu mereka katakan ketika ditanya penggunaan waktu luangnya.Akan tetapi, sebenarnya aktivitas jalan-jalan mereka selalu berujung dengan pembelian sebuah barang, entah itu pakaian ataupun hanya sekadar pernak-pernik penghias kamar dan barang lainnya yang sekali lagi biasanya tanpa direncanakan. 4.3.2 Persepsi Masyarakat Dalam hemat penulis, persepsi masyarakat terhadap tempat hiburan malam di beberapa areal, mungkin juga menuai persepsi-persepsi yang negatif, mungkin juga ada yang positif tergantung dari sisi mana saja yang mereka lihat, bukan hanya itu namun, persepsinya juga merupakan suatu pesan yang timbul dan dirasakan oleh masyarakat itu sendiri setelah menyaksikan beberapa dinamika yang terjadi di luar lokasi hiburan malam tersebut atau pada saat pengunjung menikmati produk barang dan jasa yang ditawarkan di luar tempat hiburan tersebut, misalnya di selasar tempat karaoke atau di
17
pinggiran jalan. Persepsi juga juga menurut penulis, sangat menentukan tingkat kepuasan atau ketidak puasan masyarakat, karena merupakan penilaian masyarakat itu sendiri terhadap dinamika yang terjadi di lingkup tempat tersebut. Karaoke bukan hanya tempat untuk melepas penat dan gundah, namun juga menjelang pemilu sering dijadikan tempat settingan penggalangan masa, sebagaimana hasil wawancara di atas. Bukan hanya itu, menurut pendapat sebagian masyarakat yang berada diseputaran lokasi tempat karaoke bahwa dengan leluasanya pengunjung mabukmabukan di tempat karaoke tersebut, dari semua kalangan yang sering datang termasuk pejabat-pejabat pemerintah, namun masyarakat tidak secara jelas memberikan informasi apakah mereka datang dengan keluarga atau dengan orang-orang selain keluarga, sebab keterbatasan kontrol dari masyarakat sehingga tidak mampu memberikan informasi yang cukup jelas. Tempat-tempat karaoke memiliki waktu-waktu di mana tempat tersebut dibanjiri oleh pengunjung, sebagaimana hasil wawancara di atas, bahwa waktuwaktu tertentu di mana pengunjung tersebut membanjiri tempat karaoke misalnya malam kamis dan malam malam minggu, kebisingan pun selalu mengganggu istirahat masyarakat, namun resiko sebagai daerah yang menjadi pusat hiburan malam seperti karaoke sudah dimaklumi oleh masyarakat setempat. Pesepsi adalah proses dengan mana seseorang atau sekelompok orang memberikan muatan makna tertentu atas pentingnya sesuatu peristiwa stimulus tertentu yang berasal dari luar dirinya. Yang berfungsi sebagai kerangka analisis untuk memahami suatu masalah.Karena dipengaruhi oleh daya persepsi inilah, maka pemahaman dan tentu saja perumusan atas suatu isu, sesungguhnya amat bersifat subjektif.Persepsi menurut penulis 8merupakan proses pengindraan atau menerima kesan melalui indra”. “Persepsi juga merupakan proses yang menyangkut masukkan pesan atau informasi ke dalam otak manusia”. Melalui persepsi manusia bisa terusmenerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan oleh indranya, yaitu indra penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium. Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.Persepsi ialah memeberikan makna kepada stimulus inderawi. Dalam memandang sesuatu hal, baik itu benda, perbuatan atau sesuatu yang lain, kita selalu mempunyai pendapat atau 10 pandangan tersendiri yang mungkin berbeda dengan pendapat orang lain. Hal tersebut karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik eksternal maupun internal. Karena persepsi juga merupakan sebuah internal yang dilakukan oleh individu untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Persepsi yang dimiliki seseorang individu terhadap sesuatu akan mempengaruhi tingkah laku individu tersebut terhadap sesuatu tadi. Jadi tingkah laku seseorang selalu didasarkan atas makna sebagai hasil persepsi terhadap lingkungannya di mana dia hidup.Apa yang dilakukan dan mengapa seseorang melakukan atau tidak melakukan atas berbagai hal selalu didasarkan pada batasan-batasan menurut pendapatnya sendiri secara selektif. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam
18
memahami informasi mengenai lingkungannya. Proses pemahaman ini melalui penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Kesimpulan Dari hasil yang telah penulis kumpulkan dari lapangan, maka akan dirumuskan beberapa kesimpulan terkait hasil tersebut yakni: a) Karaoke tidak lebih menjadi seperangkat ritual yang dikonstruksi oleh modernisasi yang telah mempengaruhi kehidupan masyarakat dalam ruang kota. b) Karaoke sudah melebihi substansinya sebagai hiburan untuk melepas kepenatan bagi mereka yang memiliki rentetan kesibukan dan mereka yang melatih bakat menyanyi namun, karaoke sebagai instrumen untuk gaya hidup konsumtif dan halhal yang cukup negatif. c) Realitas yang terjadi kemudian yakni konsumsi telah menjadi sebuah bentuk pencarian identitas diri atau sering disebut semakin mengonsumsi sesuatu semakin nyata eksistensi diri. Sebab konsumsi sudah menjadi cara hidup d) Mengonsumsi suatu barang tidak lagi berorientasi pada manfaat dan substansi dari barang yang mereka konsumsi namun telah menjadi seperangkat gaya hidup yang konsumtif bertumpu pada identitas. e) Gaya hidup masyarakat telah membentuk identitas pengunjung sehingga keinginan untuk mengonsumsi sesuatu tidak substansial walaupun manfaatnya tak begitu terasa namun mereka merasa dengan gaya hidup seperti demikian eksistensi ke”aku”an itu ada. f) Bukan hanya hal-hal negatif namun karaoke juga menawarkan hal-hal yang positif yakni, merekayang bernyanyi lebih banyak mencurahkan kegundahan lewat alunan syahdu musik, sebab lagu yang dipilih merupakan wujud dari rasa yang mereka rasakan saat itu. g) Keberadaan tempat hiburan khususnya karaoke dapat membawa dampak positif dan negatif terhadap kehidupan masyarakat dan perkembangan moral remaja. Sehingga membawa pengaruh terhadap moral, pola hidup masyarakat. Khususnya bagi para remaja dengan adanya tempat hiburan dalam hal ini adalah karaoke dapat memberi dampak negatif bagi perkembangan moralnya h) Masyarakat sekitar memiliki persepsi yang positif jika dipandang dari luar ruang hiburan tersebut, bahkan masyarakat sangat terbantukan secara ekonomi karena di luar ruangan tersebut ada beberapa masyarakat yang menjual makanan dan barangbarang jajan lainnya, pengunjung yang ekonominya lemah sering jajan di tempat jualan masyarakat sekitar. Saran a) Untukmengantisipasi dampak negatif seperti dijelaskan di atas khusus bagi remaja, sangat dibutuhkan pengawasan dan penyaringan baik dari orang tua dan pihak terkait lainnya, agar hal-hal yang merusak moral remaja dapat diantisipasi
19
b) Bagi pemerintah setempat perlu adanya pengawasan secara ketat bagi pengunjung yang melanggar aturan, minimal harus dilakukan razia pada tempat-tempat hiburan malam tersebut. c) Bagi pemilik tempat hiburan malam perlu adanya pengawasan juga terkait barangbarang terlarang yang hendak dibawa pengunjung di tempat tersebut, misalnya obat terlarang dan minuman keras d) Masayarakat juga perlu bekerja sama dalam melakukan pengawasan, minimal terbangun sebuah kontrol sosial dalam masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Alfian. 1985. Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan. Jakarta : PT Gramedia UU SISDIKNAS tahun 2009. Folus media : bandung Baudrilland, Jean .P (2009). Masyarakat Konsumsi. Kreasi Wacana: Yogyakarta Lexi J. Moleong, (2007). Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). PT. Remaja Rosdakarya: Bandung Narwoko Dwi j, Suyanto bagong. ( 2011) SOSIOLOGI : teks pengantar dan terapan. (Ed. 4, Cet. 5). KENCANA Prenada Media Grup: Jakarta Susanto, Budi (Editor); (2005). Penghiburan Masa lalu dan budaya hidup masa kini indonesia. KANISIUS, Yogyakarta. Solichin, Abdul Wahab. Dr 2008. AnalisisKebijaksanaan. Jakarta : Bumi Aksara Sztompka, Piotr, (2004). Sosiologi Perubahan Sosial. Prenada Media: Jakarta Soerjono Soekanto,( 2012). Sosiologi Suatu Pengantar. PT Rajagrafindo Persada:Jakarta Sugiyono, (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. CV. Alfabeta: Bandung Sugiyono (2011), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. CV. ALFABETA: Bandung Usman, Sunyoto, (2012). SOSIOLOGI, Sejarah, Teori, dan Metodologi. Pustaka Pelajar:Yogyakarta Sumber Skripsi dan Disertasi Firman, (2012). Skripsi, Karaoke Keluarga. Studi tentang gaya hidup di perkotaan. Universitas Hasanuddin Makassar. Rauf A.Hatu. (2010), Disertasi, Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perkebunan tebu dan dampaknya terhadap masyarakt pedesaan . Studi kasus perubahan sosial petani di Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Universitas Brawijaya.