PERNYATAAN BERSAMA KEPADA BAPAK GUBERNUR DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Salam sejahtera, Kami adalah para akademisi dan praktisi dari berbagai disiplin ilmu yang tergabung dalam "Konferensi Akademisi dan Praktisi Pecinta Kampung Kota" – sebuah gerakan gotong royong lintas disiplin dan lintas generasi yang ditujukan untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan kampung dan kota di Indonesia sesuai dengan nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan dan keberlanjutan. Melalui surat ini kami ingin menyampaikan tiga (3) hal kepada Bapak. Pertama, kami menghimbau Bapak Gubernur DKI Jakarta agar mengkaji kembali seluruh kebijakan pemindahan warga bantaran sungai untuk menghindari kejadian seperti di Kampung Pulo. Sejarah telah membuktikan di seluruh dunia, bahwa penggusuran masyarakat untuk kegiatan pengembangan/perbaikan area oleh pemerintah telah terbukti berdampak jauh lebih luas dari sekadar hilangnya rumah atau sekedar tempat tinggal dan mencari nafkah. Kami telah mempelajari secara seksama laporan teknis dari berbagai pihak terkait dan mendiskusikannya bersamasama. Kajian yang melibatkan banyak pihak yang berpengalaman tersebut menyimpulkan bahwa dampak penggusuran akan lebih berbahaya secara politik, ekonomi, sosial dan budaya dibanding masalah teknis lingkungan yang sepertinya dapat diatasi dengan tindakan penggusuran dan relokasi. Sebagai referensi global, strategi penggusuran, seperti yang pernah diterapkan di Amerika Latin, Asia, Amerika Serikat dan Eropa pada umumnya bukan saja berakhir dengan masalah baru bagi keluarga yang digusur dan dipindahkan, tetapi juga bagi kota yang bersangkutan. Strategi ini telah lama ditinggalkan oleh banyak negara. Sebagai referensi lokal kita bersama, ada baiknya kita mengingat masalah penggusuran pertama di Jakarta untuk Pembangunan Kota Taman Menteng di zaman kolonial, yang dikatakan MH Thamrin sebagai perampasan dan pemiskinan warga, karena telah merampas dan memusnahkan budaya berkebun buah mereka. Begitu juga penggusuran Kampung Senayan dan Kebon Kelapa bagi pembangunan Kompleks Gelora. Pada zaman Ali Sadikin pun muncul hal serupa. Penghidupan dan kebudayaan warga Kuningan sebagai pengelola susu sapi dan batik Betawi akhirnya musnah. Warga yang diusir secara mendadak tanpa proses dialog dan konsultasi telah tercerabut dari akar kehidupannya secara politik, sosial, ekonomi dan budaya, berakhir dengan kehilangan budaya, penurunan kemampuan perekonomian karena kehilangan mata pencaharian asli sesuai dengan kemampuannya, yang kemudian mengakibatkan perlahan-lahan terjadi pemiskinan massal (slow impoverishment) yang sulit untuk dipulihkan kembali. Kedua, sesuai dengan hasil rembug dalam berbagai perspektif keilmuan, kami mengusulkan kepada Bapak dan para aparat Pemprov DKI untuk memberi ruang dan 1
kesempatan bagi alternatif-alternatif solusi yang mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan warga, terutama mereka yang paling rentan dan miskin. Solusi yang diharapkan akan menjadi tepat guna, efektif dan dan dapat mengembangkan ekonomi dan sosial budaya yang berkelanjutan. Sebagai langkah untuk mendapatkan solusi yang berkelanjutan bagi seluruh masyarakat, kami memohon agar pemerintah mendampingi warga dalam memilih solusi dan terlibat aktif dalam awal proses perencanaan, perancangan hingga memutuskan pilihan-pilihan terbaiknya. Pola ini kami harapkan dapat dikembangkan untuk warga lainnya di kawasan DAS Ciliwung. Beragam pilihan dan keterlibatan aktif warga bukan sekadar amanat Konstitusi tetapi juga sebuah strategi dan cara pembangunan yang sesuai dengan norma-norma manusia modern yang terpelajar dan menghargai kemanusiaan serta mendukung kemanusiaan yang manusiawi, damai dan berkelanjutan. Ketiga, seperti yang pernah dipaparkan di hadapan Bapak pada akhir Juli 2015, salah satu usul kami adalah pendekatan perbaikan kampung melalui pembangunan kampung susun berbasis komunitas. Usul-usul pendekatan yang lainnya akan kami kembangkan bersama-sama dengan masyarakat untuk dapat mencapai hasil yang kami harapkan, manusiawi, damai dan berkelanjutan. Pada akhirnya kami berharap, Bapak dapat meluangkan waktu untuk mempelajari usulan kami. Usulan ini terbuka untuk didiskusikan dan diuji sebagai salah satu alternatif solusi. Bila kesempatan untuk berpartisipasi dibuka, kami percaya akan muncul banyak solusi kreatif yg tepat guna. Bila diperlukan kami pun siap membantu implementasinya, termasuk mengerahkan sumberdaya yang diperlukan bersama pihak kementerian, universitas, serta dukungan pendanaan swadaya masyarakat maupun lembaga bantuan dana. Sekali lagi kami ingin berkontribusi bagi terwujudnya Jakarta Baru yang memanusiakan dan melibatkan warga tanpa pandang bulu. Kami yakin, pelaksanaan janji Jakarta Baru mempersyaratkan transparansi dari seluruh proses pengambilan keputusan serta pilihan-pilihan yang matang dan inovatif, yang juga tanggap terhadap berbagai kebutuhan warga serta mampu dijalankan oleh warga di masa depan. Melalui dialog yang saling memberdayakan dan menguatkan antara Pemerintah DKI Jakarta dengan warganya, kami yakin kita mampu membangun hubungan harmonis antara warga dan pemerintah kota. Dengan keharmonisan ini kita akan menemukan solusi yang partisipatif dan tepat guna bagi terwujudnya Jakarta sebagai KOTA dengan komunitas, budaya, ekonomi dan ekologi yang sehat, manusiawi dan berkeadilan bagi warga sekarang dan generasi masa depan.
2
Salam, Konferensi Akademisi dan Praktisi Pencinta Kampung Kota 1. Ahmad Rifai, MA (Universitas Islam Negeri 2007), MSc (Development Planning University College London 2014) 2. Amalinda Savirani. S1 Ilmu Pemerintahan UGM, S2 Universiteit van Amsterdam (2004), S3 (Nov 2015) Universiteit van Amsterdam. Mengajar Politik Perkotaan, Politik Perburuhan di Fisipol UGM 3. Andesha Hermintomo. Arsitek dan Peneliti Kota 4. Andrea Fitrianto. Arsitek Komunitas 5. Antonio Ismael, M Arch (UC Berkeley, 1975), MAAS Post Grad.( MIT,1981). AgaKhan Architecture Award, IAI Award, Consulant for UNDP, UN Habitat, World Bank, ADB in Indonesia, Thailand, Mexico, United States 6. Antonio Pradjasto H.L.LM 7. Anwar Sastro Ma'ruf. Presiden KPRI (Konfederasi Pergerakan Rakyat Indonesia) 8. Ariel Shepherd, B.Sc (Architecture, University of Toronto), M.Sc (Development and Planning, UCL). Praktisi Arsitektur. 9. Artricia Marina Rasyid, Bachelor of Arts (Magna Cum Laude with Highest Honors) in Anthropology. Anthropology Resercher. 10. Astriyani, S.H. Peneliti Lembaga Kajian & Advokasi untuk Independensi Peradilan 11. Avianti Armand. Arsitek, Penulis, Kurator 12. Dian Tri Irawaty. Peneliti Kampung Kota 13. Ir.Dodo Juliman. Konsultan Pembangunan Perumahan dan Kawasan Perkotaan 14. Doni Koesoema Albertus, M.Ed (Curriculum and Instruction, Boston College Lynch School of Education, Boston, USA, 2008) 15. Edi Saidi. Koordinator UPC (Urban Poor Consortium) 16. Edwin Husni Sutanudjaja, ST (teknik sipil ITB, 1999), M.Sc. with distinction (Water Management, Delft University of Technology, 2008), Ph.D (Physical Geography, Utrecht University, 2012). Geographical Hidrologist (Utrecht University) 17. Dr. Edy Suhardono, M.Psi. Direktur IISA Assessment Consultancy & Research Centre 18. Ir. Eko Prawoto. M.Arch. Arsitek dan pengajar di UK Duta Wacana 19. Elisa Sutanudjaja. Eisenhower Fellow, 2013 20. Franky Ken. Chartered Engineer (UK), Member of Institute of Structural Engineers (UK) 21. Gugun Muhammad. Koordinator Advokasi UPC 22. Handika Febrian, S.H. Kepala Divisi isu Perkotaan dan Masyarakat Urban, LBH Jakarta 23. Harry Wibowo. Human Rights Defender, Redaktur Pelaksana Portal Prisma. 3
24. Hendro Sangkoyo. Peneliti di School of Democratic Economics (SDE) 25. Heri Muliono, Ir. (Arsitektur Unpar, 1984), M.Sc. (Project Management, NUS, 1999). Penggagas Rancangan Kampung Susun 1983, Konseptor Batam Free Trade Zone, 2000 26. Ir.Herlily (Arsitektur, Universitas Indonesia); MUD (Urban Design, University of Sidney). Dosen Tetap Universitas Indonesia 27. Hizrah Muchtar, ST, MSc. Pemerhati Permukiman 3 28. I. Sandyawan Sumardi. Humanitarian Activist, Filsafat STF Driyarkara Jakarta (1983), Teologi, FTW Sanata Dharma, YK (1989), Visiting Scholar, South East Asia, Human Rights Center, Uni. Of California, Barkley. Penerima Yap Thiam Hien award 1997. Pendiri ISJ, TRK, JRK, Direktur Ciliwung Merdeka, Wakil ketua Yayasan Institute of Ecosoc Rights. 29. Imma Sofi Anindyta, ST. (Arsitektur Unpar'99), M.Arch (DIA-Hochschule (FH) Anhalt, Germany). Dosen Prodi Arsitektur Untar 30. Isnu Handono. Human Right Defender, Praktisi Perkotaan Fasilitator Pengorganisasian Komunitas 31. Iswanto Hartono, S.T, M.Arch. Seniman, Arsitek, Dosen Jurusan Arsitektur Universitas Tarumanagara, Peneliti di Artlab Ruangrupa 32. Ivana Lee. Arsitek Komunitas 33. JJ Rizal. Penerima Anugrah Budaya Gubernur DKI Jakarta 2011 34. Prof.(hon.). Jo Santoso. Member of Scientific Board of International Forum on Urbanisme 35. John Taylor, B.Arch. (Univ of California at Berkeley) , MUP (Harvard University 2006) 36. Luviana. Komite Aksi Perempuan (KAP) 37. M. Nanda Widyarta, B.Arch. (Univ. of Oklahoma), MA (Architectural Association School),. Dosen Tetap Universitas Indonesia 38. Marco Kusumawijaya, Ir (arsitektur, UNPAR, 1986), MAE (K.U.Leuven, Belgia, 1988), Ketua Dewan Kesenian Jakarta (2006-2010), Pendiri dan Direktur Rujak Center for Urban Studies. 39. Muhamad Isnur, S.H.I. Advokat/Pengacara Publik LBH Jakarta Kepala Bidang Penanganan Kasus LBH Jakarta 40. Rita Padawangi, ST (Arsitektur) (Universitas Katolik Parahyangan 2000), MA(UD) (NUS 2003), MA (Sociology) (Loyola University Chicago 2005), PhD (Sociology) (Loyola University Chicago 2008) 41. Rizki Amalia Affiat, S.Sos, S1 Ilmu Politik UI, American Council for Young Political Leaders fellowship. Staf Asia Justice and Rights (AJAR). Researcher,
4
Female Leaders in Aceh postconflict, Univ of Amsterdam & ICAIOS. Anggota Redaksi Islam Bergerak 42. Ir. Shinta Yulianingsih, MM. Petani 43. Siane Indriani. Anggota Komnas HAM 44. Siti Rakhma Mary Herwati, S.H., Msi, MA. Pengacara Publik PILNET 45. Sri Palupi. Pendiri Institute for Ecosoc Rights 46. Sri Probo Sudarmo. Ir, MSP. Konsultan, Anggota Forum Permukiman Jakarta 47. Ir. Suhadi. Pengamat Perkotaan dan Permukiman 48. Vera W Soemarni, S.H. LL.M. Dosen Hukum Universitas Tarumanagara 49. Wardah Hafidz. Aktivis HAM 50. Yu Sing, ST (Arsitektur ITB). Futurarc prize 2010, 3rd prize for Oasis Social Housing, Holcim award Indonesia 2009&2015 for Sustainable Construction, Citation of Excellent Architectural Design Reflecting East Asian Identity, 3rd prize. 51. Yuli Kusworo. Arsitek Komunitas
5