PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA PADA ANAK Andi Basuki Prima Birawa & Lisda Amalia Bagian Neurologi FK UNPAD – RS Hasan Sadikin Bandung
Abstrak. Pada perkembangan otak anak, terdapat beberapa proses dan tahap yang penting yaitu (1) proliferasi neuron, (2) migrasi neuron, (3) organisasi, dan (4) mielinisasi. Selanjutnya terjadi proses seleksi, sel yang tidak mendapatkan stimulasi yang cukup akan dianggap tidak dibutuhkan sehingga terjadi pemangkasan (pruning). Pada tahap awal, perkembangan wicara merupakan proses sensorimotor yang terjadi sebagai hasil interaksi anak dengan orangtua. Belahan otak kiri mulai mengambil bagian dalam peranan fungsional segera setelah wicara menjadi simbol. Perkembangan komunikasi anak sesungguhnya sudah dimulai sejak dini yaitu saat ia menangis. Setelah umur 3 tahun anak mulai berdialog lebih lama dan menanyakan hal abstrak. Sebagian besar pasangan berkomunikasi anak adalah orang dewasa, biasanya orang tua. Faktor lingkungan sangat berperan dalam perkembangan semantic. Leksikal dan pemerolehan konsep berkembang pesat pada masa pra sekolah. Ada 2 area yang berperan dalam proses berbahasa pada belahan otak dominan, yaitu (1) Area receptive, dan (2) Area expressive yang saling berhubungan. Mencari penyebab gangguan bicara pada anak sangatlah sukar. Kemampuan bicara seorang anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk kemampuan mendengar, perkembangan fisik dari mulut, dan tenggorokan serta keturunan, riwayat saat dalam kandungan ibu, proses persalinan, tahapan tumbuh-kembang anak, lingkungan, gangguan pendengaran, kecerdasan (kognitif), emosi psikologis. Beberapa penyebab gangguan perkembangan berbahasa-bicara antara lain adalah (1) Gangguan pendengaran, (2) Gangguan kognitif, (3) Autisme, (4) Mutisme elektif, (5) Dispraksia verbal, (6) Gangguan kelancaran berbicara, (7) Gangguan perkembangan berbahasa. Pedoman terpenting dalam mendeteksi keterlambatan kemampuan bicara-bahasa adalah jika kemampuan bicara-bahasa anak berada 50% dibawah usia kronologisnya. Kata Kunci : Perkembangan bahasa, Gangguan perkembangan bahasa
A. Perkembangan anak Pada perkembangan otak anak, terdapat beberapa proses dan tahap yang penting yaitu (1) proliferasi neuron, (2) migrasi neuron, (3) organisasi, dan (4) mielinisasi. 1. Proliferasi neuron Terjadi perbanyakan jumlah dan jenis sel saraf secara menakjubkan yang dimulai pada bulan kedua kehamilan hingga satu tahun setelah lahir. 2. Migrasi Migrasi adalah perpindahan sel saraf kedaerah lain sesuai fungsinya kelak. Di daerah tersebut sel saraf akan hidup secara bertahap. Migrasi berjalan sempurna pada bulan kelima kehidupan janin. 3. Organisasi Terjadi penyusunan dan pengelompokan dan penguatan sel neuron sesuai fungsi dan tugasnya masing-masing. 4. Mielinisasi Mielinisasi ditandai dengan terbentuknya selubung sel neuron yang disebut myelin untuk memperkuat dan mempercepat hantaran listrik dalam sistem saraf. Periode ini dimulai sejak janin hingga anak usia tujuh tahun.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at perpustakaan.upi.edu repository.upi.edu upi.edu
Page 1
Pada perkembangan selanjutnya terjadi proses seleksi terhadap eksistensi sel neuron. Sel yang tidak mendapatkan stimulasi yang cukup akan dianggap tidak dibutuhkan sehingga terjadi pemangkasan (pruning) jumlah sel neuron. Bagaimana proses pemangkasan tersebut terjadi, belum sepenuhnya dipahami. Para ahli menduga terdapat perbedaan dalam proses perkembangan pada otak berdasarkan jenis kelamin anak. Penelitian lain memperlihatkan bahwa sistem yang mendasari perkembangan motorik mencapai ukuran maksimum satu tahun lebih cepat pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Penelitian lain menyatakan bahwa baik anak perempuan maupun anak laki-laki akan mengalami peningkatan ukuran volume area putih dan korpus calosum dari usia 6-17 tahun. Pada rentang usia tersebut, anak perempuan mengalami perubahan perkembangan yang bertahap dan perubahan volume lebih besar terjadi antara usia 10-14 tahun. B. Perkembangan proses berbahasa Pada tahap awal, perkembangan wicara merupakan proses sensorimotor yang terjadi sebagai hasil interaksi anak dengan orangtua. Perkembangan wicara ini dimulai pada tahap preverbal sebagai interaksi antara visuospasial dan prosodi-emosional yang didasarkan terutama pada mekanisme belahan otak kanan dan subkortikal. Mekanisme ini juga dipergunakan untuk kontak nonverbal seperti pengenalan wajah dan pengenalan ekspresi emosional wajah. Belahan otak kiri mulai mengambil bagian dalam peranan fungsional segera setelah wicara menjadi simbol. Dengan kata lain, belahan otak kiri mulai berperan saat usia anak sekitar dua tahun dan saat simbol digunakan dalam proses kognitif anak tersebut. Perkembangan komunikasi anak sesungguhnya sudah dimulai sejak dini, pertama-tama dari tangisannya bila bayi merasa tidak nyaman, misalnya karena lapar, popok basah. Dari sini bayi akan belajar bahwa ia akan mendapat perhatian ibunya atau orang lain saat ia menangis. Usia 3 minggu bayi tersenyum saat ada rangsangan dari luar, misalnya wajah seseorang, tatapan mata, suara dan gelitikan. Ini disebut senyum sosial. Usia 12 minggu mulai dengan pola dialog sederhana berupa suara balasan bila ibunya memberi tanggapan Usia 2 bulan bayi mulai menanggapi ajakan komunikasi ibunya. Usia 5 bulan bayi mulai meniru gerak gerik orang, mempelajari bentuk ekspresi wajah. Pada usia 6 bulan bayi mulai tertarik dengan benda-benda sehingga komunikasi menjadi komunikasi ibu, bayi dan benda-benda. Usia 7-12 bulan anak menunjuk sesuatu untuk menyatakan keinginannya. Gerak-gerik ini berkembang disertai bunyibunyi tertentu yang mulai konsisten. Pada masa ini sampai sekitar 18 bulan, peran gerak-gerik lebih menonjol dengan penggunaan satu suku kata. Periode antara 12 bulan sampai dua tahun adalah transisi intelegensia sensorimotorik ke intelegensia representatif (simbolisasi dalam bicara, gerak, dan permainan). Pada umur 12 bulan anak dapat menunjuk sesuatu (gerakan representasi), anak telah dapat menggunakan alat, misalnya makan dengan sendok. Sejak usia lima tahun anak dapat melakukan tindakan kompleks yang dilakukan berturut-turut seperti berpakaian. Usia 2 tahun anak kemudian memasuki tahap sintaksis dengan mampu merangkai kalimat 2 kata, bereaksi terhadap pasangan bicaranya dan masuk dalam dialog singkat. Anak mulai memperkenalkan atau merubah topik dan mulai belajar memelihara alur percakapan dan menangkap persepsi pendengar. Perilaku ibu yang fasilitatif akan membantu anaknya dalam memperkenalkan topik baru. Setelah umur 3 tahun anak mulai berdialog lebih lama. Anak mulai mampu mempertahankan topik yang selanjutnya mulai membuat topik baru. Sekitar 36 bulan, terjadi peningkatan dalam keaktifan berbicara dan anak memperoleh kesadaran sosial dalam percakapan. Ucapan yang ditujukan pada pasangan bicara menjadi jelas, tersusun baik dan teradaptasi baik untuk pendengar. Sebagian besar pasangan berkomunikasi anak adalah orang dewasa, biasanya orang tua. Saat anak mulai membangun jaringan sosial melibatkan orang di luar keluarga, mereka akan memodifikasi pemahaman diri dan bayangan diri dan menjadi lebih sadar akan standar sosial. Lingkungan linguistik memiliki pengaruh bermakna pada proses belajar berbahasa. Ibu memegang kontrol dalam membangun dan mempertahankan dialog yang benar. Ini berlangsung sepanjang usia pra sekolah. Anak berada pada fase mono dialog, UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at perpustakaan.upi.edu repository.upi.edu upi.edu
Page 2
percakapan sendiri dengan kemauan untuk melibatkan orang lain. Monolog kaya akan lagu, suara, kata-kata tak bermakna, fantasi verbal dan ekspresi perasaan. Faktor lingkungan sangat berperan dalam perkembangan semantik, pada umur 6-9 bulan anak telah mengenal orang atau benda yang berada di sekitarnya. Leksikal dan pemerolehan konsep berkembang pesat pada masa pra sekolah. Diperkirakan terjadi penambahan 5 kata perhari di usia 1,5 sampai 6 tahun. Pemahaman kata bertambah tanpa pengajaran langsung orang dewasa. Terjadi strategi pemetaan yang cepat di usia ini sehingga anak dapat menghubungkan suatu kata dengan rujukannya. Pemetaan yang cepat adalah langkah awal dalam proses pemerolehan leksikal. Selanjutnya secara bertahap anak akan mengartikan lagi informasi-informasi baru yang diterima. Definisi kata benda anak usia pra sekolah meliputi properti fisik seperti bentuk, ukuran dan warna, properti fungsi, properti pemakaian dan lokasi. Definisi kata kerja anak pra sekolah juga berbeda dari kata kerja orang dewasa atau anak yang lebih besar. Anak pra sekolah dapat menjelaskan siapa, apa, kapan, di mana, untuk apa, untuk siapa, dengan apa, tapi biasanya mereka belum memahami pertanyaan bagaimana dan mengapa atau menjelaskan proses. Anak akan mengembangkan kosa katanya melalui cerita yang dibacakan orang tuanya. Begitu kosa kata berkembang, kebutuhan untuk mengorganisasikan kosa kata akan lebih meningkat, dan beberapa jaringan semantik atau antar relasi akan terbentuk. Susunan sintaksis paling awal terlihat pada usia kira-kira 18 bulan walaupun pada beberapa anak terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun. Awalnya berupa kalimat dua kata. Rangkaian dua kata, berbeda dengan masa “kalimat satu kata” sebelumnya yang disebut masa holofrastis. Kalimat satu kata bisa ditafsirkan dengan mempertimbangkan konteks penggunaannya. Hanya mempertimbangkan arti kata semata-mata tidaklah mungkin kita menangkap makna dari kalimat satu kata tersebut. Peralihan dari kalimat satu kata menjadi kalimat yang merupakan rangkaian kata terjadi secara bertahap. Pada waktu kalimat pertama terbentuk yaitu penggabugan dua kata menjadi kalimat, rangkaian kata tersebut berada pada jalinan intonasi. Jika kalimat dua kata memberi makna lebih dari satu maka anak membedakannya dengan menggunakan pola intonasi yang berbeda Perkembangan pemerolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalani usia 2 tahun, yang mencapai puncaknya pada akhir usia 2 tahun. Tahap perkembangan sintaksis secara singkat terbagi dalam : 1. Masa pra-lingual, sampai usia 1 tahun 2. Kalimat satu kata, 1-1,5 tahun 3. Kalimat rangkaian kata, 1,5-2 tahun 4. Konstruksi sederhana dan kompleks, 3 tahun. Lewat usia 3 tahun anak mulai menanyakan hal-hal yang abstrak dengan kata tanya “mengapa”,” kapan”. Pemakaian kalimat kompleks dimulai setelah anak menguasai kalimat empat kata sekitar 4 tahun. Dari usia 18 bulan sampai 5 tahun kemampuan berbahasa meningkat kira-kira 12 morfem per tahun. Penguasaan morfem mulai terjadi saat anak mulai merangkai kata sekitar usia 2 tahun. Beberapa sumber yang membahas tentang morfem dalam kaitannya dengan morfologi semuanya merupakan bahasa Inggris yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia. Secara kasar perkembangan bahasa dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu perkembangan bahasa reseptif dan ekspresif. Bahasa reseptif diartikan sebagai menerima dan mengerti suatu pesan bahasa, sedangkan bahasa ekspresif adalah pengungkapan dan meneruskan informasi atau isi pikiran kepada orang lain. Dalam perkembangannya, kedua belahan otak akan mengalami spesialisasi atau lateralisasi. Pada 2 tahun pertama, belahan otak kanan lebih berperan dan selanjutnya terjadi peralihan peranan pada otak kiri. Pemantapan otak terjadi pada usia 6-7 tahun, sehingga otak kiri selanjutnya dikenal sebagai otak dominan yang dalam keadaan sehariharinya tercermin dari kecenderungan anak memakai tangan kanannya. Perkembangan bicaraUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at perpustakaan.upi.edu repository.upi.edu upi.edu
Page 3
bahasa tergantung pada maturasi otak, kesiapan untuk belajar dan tidak terlepas dari keseluruhan aspek perkembangan anak seperti perkembangan motorik kasar, motorik halus, kognitif, sosial serta lingkungannya. Faktor lain adalah integritas struktural dan fungsional dari otak atau adanya kemampuan untuk kompensasi apabila ada gangguan. Kemampuan membedakan informasi yang masuk disebut persepsi. Persepsi berkembang dalam 4 aspek : pertumbuhan, termasuk perkembangan sel saraf dan keseluruhan sistem; stimulasi, berupa masukan dari lingkungan meliputi seluruh aspek sensori, kebiasaan, yang merupakan hasil dari skema yang sering terbentuk. Kebiasaan, habituasi, menjadikan bayi mendapat stimulasi baru yang kemudian akan tersimpan dan selanjutnya dikeluarkan dalam proses belajar bahasa anak. Secara bertahap anak akan mempelajari stimulasi-stimulasi baru mulai dari raba, rasa, penciuman kemudian penglihatan dan pendengaran. Pada usia balita, kemampuan persepsi auditori mulai terbentuk pada usia 6 atau 12 bulan, dapat memprediksi ukuran kosa kata dan kerumitan pembentukan pada usia 23 bulan. Telinga sebagai organ sensori auditori berperan penting dalam perkembangan bahasa. Beberapa studi menemukan gangguan pendengaran karena otitis media pada anak akan mengganggu perkembangan bahasa.23 Pengaruh bahasa ucapan berhubungan langsung terhadap jumlah kata-kata yang didengar anak selama masa awal perkembangan sampai akhir umur pra sekolah. Anak pada usia ini sangat aktif mengatur pengalamannya ke dalam kelompok umum maupun konsep yang lebih besar. Anak belajar mewakilkan, melambangkan ide dan konsep. Kemampuan ini merupakan kemampuan kognisi dasar untuk pemberolehan bahasa anak. Beberapa teori yang menjelaskan hubungan antara kognisi dan bahasa : 1. Bahasa berdasarkan dan ditentukan oleh pikiran (cognitive determinism) 2. Kualitas pikiran ditentukan oleh bahasa (linguistic determinism) 3. Pada awalnya pikiran memproses bahasa tapi selanjutnya pikiran dipengaruhi oleh bahasa. 4. Bahasa dan pikiran adalah faktor bebas tapi kemampuan yang berkaitan. Myklebust membagi tahap perkembangan bahasa berdasarkan komponen ekspresif dan reseptif sebagai berikut : - Lahir – 9 bulan : anak mulai mendengar dan mengerti, kemudian berkembanglah pengertian konseptual yang sebagian besar nonverbal. - Sampai 12 bulan : anak berbahasa reseptif auditorik; belajar mengerti apa yang dikatakan, pada umur 9 bulan belajar meniru kata-kata spesifik, misalnya, dada, muh, kemudian menjadi mama, papa. - Sampai 7 tahun : anak berbahasa ekspresif auditorik termasuk persepsi auditorik kata-kata dan menirukan suara. Pada masa ini terjadi perkembangan bicara dan penguasaan pasif kosa kata sekitar 3000 buah. - Umur 6 tahun dan seterusnya : anak berbahasa reseptif visual (membaca) yaitu membandingkan bentuk tulisan dan bunyi perkataan. Anak berbahasa ekspresif visual (mengeja dan menulis). C. Anatomi dan fisiologi proses berbahasa Apa yang terjadi bila kita berbahasa ? Ekspresi/ungkapan dengan adanya gagasan/pikiran. Jika gagasan itu akan diungkapkan, ia harus diorganisasikan dalam jaringan kerja bahasa dan otak, berdasarkan kaidah linguistik. Setelah pesan yang diharapkan disusun dalam satu urutan, otak siap menseleksi urutan suara untuk diucapkan. Selanjutnya sistem saraf akan menyandikan pesan dan mengantarkan pesan ke otot respirasi, artikulasi, dan lain-lain. UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at perpustakaan.upi.edu repository.upi.edu upi.edu
Page 4
Dengan demikian bagian tubuh yang terlibat dalam proses berbicara adalah kepala, leher, paruparu, diafragma, laring, traktus vokalis. Ada dua hal yang penting dicatat tentang berbahasa, yaitu : 1. Kemampuan membangun dan mengorganisasikan simbol-simbol verbal sebagai media menyampaikan ide dan isi pikiran baik lisan maupun tulisan. 2. Adanya hubungan antara berbahasa dengan manual dexterity (sebagaimana halnya praksis) pada sel-sel neuron dan jarasnya dalam belahan otak dominan. Pada awal kehidupan manusia, ekspresi emosional telah berkembang walaupun fungsi dan perkembangan otaknya masih immatur. Emotional language merupakan transfer ide dari satu orang kepada orang lain sekaligus subsitusi suara saat menyebutkan objek, orang, dan konsep. Inilah esensi sebenarnya bahasa. Hal ini juga dipengaruhi oleh sosiokultural dalam sebuah komunitas. Bahasa simbolik tergantung dari maturitas sistem saraf pusat dan tingkat pendidikan seseorang. Walaupun berbicara dan berbahasa sangat dekat hubungannya, namun keduanya memiliki arti yang berbeda. Pikiran yang diubah ke dalam simbol-simbol dan dikomunikasikan melalui bicara, menulis, atau gerak isyarat adalah bahasa. Gangguan berbahasa selalu berhubungan dengan adanya gangguan otak, terutama belahan otak dominan. Sedangkan gangguan berbicara dapat saja disebabkan adanya gangguan pada bagian otak ataupun mekanisme ekstraserebral. Fungsi berbahasa meliputi komprehensi, formulasi, transmisi ide dan perasaan dengan menggunakan simbol verbal, suara, sikap tubuh (gesture), dan tata bahasa. Proses bicara lebih kepada aspek artikulasi dan fonasi dalam ekspresi verbal. Pusat bahasa terdapat dalam lobus temporal otak kiri. Didalamnya terdapat pusat dengar primer dan sekunder yaitu area Broadmann 41 dan 42 dan pusat asosiasi dengar atau area Wernicke (area 22). Proses bahasa adalah sebagai berikut, kata-kata merupakan rangsang atau informasi dari alat dengar, diteruskan melalui saraf dengar (N.VIII) di batang otak. Impuls diteruskan ke thalamus dan pusat dengar primer dimana terjadi pengenalan atau persepsi rangsang. Setelah itu rangsang dikirim ke pusat asosiasi untuk rangsang dengar, raba, dan lihat di temporo-parietooksipital dan girus angularis. Rangsang kemudian diproyeksikan ke area Wernicke dan terjadi interpretasi dari rangsang yang sudah dikenal. Melalui jaras arkuata dibawa ke area Broca dimana interpretasi rangsang yang sudah diolah akan diubah dalam struktur kalimat dan kemudian diteruskan ke daerah premotorik (area 4) yang mengatur motorik mulut, faring, lidah, dan otot pernafasan. Berakhir di pusat motorik pada lobus frontal yang mengatur artikulasi kata, sehingga keluar suara atau kata. Ada 2 area yang berperan dalam proses berbahasa pada belahan otak dominan, yaitu : 1. Area receptive a. Area Wernicke : Pusat reseptif utama. b. Heschl’s gyri c. Gyrus angularis : diperkirakan merupakan zona pusat berbahasa karena terletak pada pusat integrasi untuk cross modal visual dan fungsi berbahasa auditori. 2. Area expressive Disebut juga area Brocca, berperan dalam aspek motorik dalam berbicara.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at perpustakaan.upi.edu repository.upi.edu upi.edu
Page 5
Gambar 1. Pusat berbahasa di otak Pada beberapa model, kata-kata yang diungkapkan secara visual diekspresikan secara tertulis melalui area bahasa yang keempat, dikenal dengan Exner writing area pada bagian posterior konvolusi lobus frontal. Konsep ini masih kontroversial, tetapi pada gangguan area berbahasa yang luas juga terdapat gangguan dalam menulis.. Pada beberapa kasus, ada 2 komponen sistem yang paralel untuk mengerti bahasa tulisan dan proses menulis. Keduanya berkembang secara terpisah, tetapi keduanya merupakan komponen integral dalam sistem semantik. Area sensorik dan motorik berbahasa berhubungan satu dengan yang lainnya melalui fasciculus arcuatus, dari istmus lobus temporal dan fissura Sylvii bagian posterior dan koneksi yang lain dapat melalui kapsula eksterna nucleus lentikularis (susbtansia alba pada insula). Banyak sekali koneksi kortikokortikal dan serabut saraf lain dengan zona perysilvian dan dari keduanya ke bagian lain di otak. Produksi bahasa yang diekspresikan secara lisan melibatkan asosiasi serabut saraf dari area Broca dengan korteks Rolandic yang akan memberikan inervasi pada daerah otot bibir, lidah, laring, dan faring. Exner writing area memiliki integrasi dengan apparatus motorik daerah tangan. Area bahasa perisylvian juga memiliki koneksi dengan striatum dan thalamus dan dengan belahan otak nondominan melalui korpus kalosum dan komisura anterior. Daerah yang luas pada kortkes asosiasi di dalam belahan otak kiri dari otak bertanggungjawab untuk merubah pikiran menjadi simbol-simbol dan kemudian menjadi katakata atau bahasa. Kata-kata yang diorganisasikan ke dalam susunan yang bermakna menggunakan tata bahasa dan akhirnya disampaikan melalui kekuatan fisik sebelumnya untuk bicara atau melalui gerak isyarat atau menulis. Otak, khususnya korteks frontalis kiri bertanggungjawab untuk mengorganisasikan dan mempolakan kerja otot respirasi, fonasi,dan artikulasi untuk menghasilkan pembicaraan yang dapat dikenal. Bagian sistem saraf yang berkenaan dengan bicara adalah : 1. Sistem motoris sentral a. Korteks premotoris b. Korteks motoris primer (gyrus presentralis) c. Area Brocca d. Area Wernicke e. Girus supramarginal f. Lobus temporalis g. Lobus occipitalis h. Insula dan operculum i. Girus cinguli j. Thalamus k. Ganglia basalis l. Korpus kallosum m. Sistem piramidal UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at perpustakaan.upi.edu repository.upi.edu upi.edu
Page 6
n. Sistem ekstrapiramidal o. Sistem serebelar 2. Sistem motoris perifer a. Sistem bulbar b. Sistem mioneural c. Saraf-saraf otak yang penting untuk bicara : N.V (N.trigeminus), N.VII (N.fascialis), N.IX (N.Glossofaringeus), N.X (N.Vagus), dan N.XII (N. Hipoglossus) D. Gangguan berbicara dan berbahasa Elizabeth M. Pranther berpendapat bahwa mencari penyebab gangguan bicara pada anak sangatlah sukar. Kemampuan bicara seorang anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk disini adalah kemampuan mendengar, perkembangan fisik dari mulut, dan tenggorokan serta keturunan. Penyebab kelainan berbahasa dapat melibatkan banyak faktor yang saling mempengaruhi seperti riwayat saat dalam kandungan ibu, proses persalinan, tahapan tumbuh-kembang anak, lingkungan, gangguan pendengaran, kecerdasan (kognitif), emosi psikologis. Kondisi lingkungan merupakan hal yang penting menyangkut hasil perkembangan seorang anak. Keluarga yang labil, kurang perhatian, perawatan, gizi kurang, dapat merugikan bagi perkembangan anak termasuk bahasa. Sameroff menunjukkan faktor sosial dan keluarga seperti kesehatan mental ibu, pola dan sikap pengasuhan ibu, pendidikan ibu rendah, orang tua tidak memiliki pekerjaan, status etnik minoritas, tidak ada bapak, dan jumlah keluarga yang besar dapat mempengaruhi perkembangan anak. Berikut ini adalah beberapa penyebab gangguan perkembangan berbahasa-bicara: 1. Gangguan pendengaran Gangguan pendengaran harus dipikirkan pada setiap anak yang mengalami gangguan berbahasa. Tanda pentingnya adalah anak tidak memberikan respon terhadap bunyi. Prevalensi gangguan pendengaran berkisar antara 0,56-2,3 per 1000 anak, dengan faktor etiologi genetik berkisar 30-50%. Penyebab lainnya meliputi infeksi congenital, meningitis dan pengobatan yang ototoksik dan sebagian lainnya yang tidak diketahui. 2. Gangguan kognitif Perkembangan bahasa yang terganggu dapat merupakan akibat dari keterlambatan global atau retardasi mental. Bahasa, seperti dominant perkembangan lainnya khususnya visuomotor dan adaptasi merupakan komponen vital fungsi kognitif. Keterlambatan bahasa sejak dini bisa merupakan indikator utama bagi kapasitas mental anak. Umumnya anak-anak ini mengalami keterlambatan bahasa secara umum, baik reseptif maupun ekspresif. 3. Autisme Autisme termasuk dalam kategori pervasive developmental disorders dengan gejala gangguan bahasa, sosial, dan perilaku yang stereotipik dimulai sebelum usia 3 tahun. Keterlambatan perkembangan bahasa umumnya berat, karena gangguan bukan hanya bicara namun juga komunikasi nonverbal tampak jelas sejak awal, seperti gagalnya kontak mata. 1 Dulu diduga gangguan bicara anak autis lebih disebabkan beratnya autisme dan retardasi mental yang menyertainya, namun penelitian saat ini menemukan bahwa ternyata gangguan perkembangan bahasa dengan dasar gangguan genetic adalah penyebab utama. 4. Mutisme elektif Gangguan ini jarang didapat, umumnya muncul pada usia 5-6 tahun. Perkembangan bahasa sesuai patokan usia , namun lingkup bahasa terbatas pada topik tertentu. Umumnya dipengaruhi situasi rumah atau sekolah yang juga tidak pernah bicara. Gangguan ini bersifat sementara namun dapat pula menetap seumur hidup. Anak biasanya pemalu, pencemas. Gangguan bersifat psikologis, walaupun sebagian (33%) sebenarnya ada gangguan berbahasa sebelumnya. UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at perpustakaan.upi.edu repository.upi.edu upi.edu
Page 7
5. Dispraksia verbal Anak mengalami kesulitan melakukan dan mengkoordinasikan gerakan otot mulut yang tepat untuk memproduksi bahasa tutur sesuai keinginan, tanpa adanya kerusakan otot dan saraf. Anak-anak ini sedikit sekali mengoceh saat bayi, pengertian bahasanya lebih baik dibandingkan dengan penyampaiannya, bicaranya lambat atau terputus dan kadang kesulitan serta sulit dimengerti. Anak juga akan mengalami kesulitan dalam mengawali bicara dan berbicara secara spontan. Kelainan ini diduga karena kerusakan atau ketidakmatangan jaras penghubung yang dibutuhkan untuk bicara, gangguan terjadi pada saat otak berusaha memberikan informasi ke otot untuk melakukan gerakan. 6. Gangguan kelancaran berbicara Terjadi akibat gangguan anatomi atau faal organ yang penting untuk bicara, misalnya gangguan palatum, pseudobulbar palsy dengan gangguan produksi kata-kata (motor production of speech). Gangguan bicara pada CP penyebabnya bisa multifaktorial, sebab CP sering disertai retardasi mental, gangguan pendengaran, dan gangguan koordinasi oral-motor. 7. Gangguan perkembangan berbahasa Gangguan ini paling sering didapat, dan disebut disfasia perkembangan. Kelainan ini disebabkan gangguan perkembangan neurologik yang disebabkan gangguan organisasi serebral. Kemampuan bahasa anak tertinggal pada aspek pengertian bahasa dan bahasa yang diucapkan. Gejala timbul akibat gangguan pemindahan dari objek yang dilihat, ingatan, perasaan, gagasan, penghayatan, atau ide perkataan yang diucapkan. Gangguan penemuan kata-kata (word finding) yang mempengaruhi kelancaran berbicara (fluency) merupakan komponen vital. Seringkali anak bicara lebih lancar dalam situasi spontan daripada diminta (on demand) atau dalam dialog. Ucapan sering tidak jelas karena terdapat masalah dalam penyelarasan pada kombinasi bunyi ucapan yang sulit, yang disebut problem bicara fonologis. Pembentukan kalimat, kualitas ingatan dan artikulasi, persepsi auditif dan pengertian bahasa bisa menyebabkan gambaran gejala menjadi lebih bervariasi. Secara umum disfasia dapat dibagi menjadi atas disfasia tipe ekspresif, yaitu bila output bahasanya terganggu sedangkan komprehensinya normal. Termasuk gangguan ini adalah gangguan fonologik dan gangguan artikulasi. Disebut disfasia tipe campuran, bila terjadi gangguan tipe reseptif dan ekspresifnya, suatu verbal auditory agnosia termasuk dalam kelompok. Tipe lainnya adalah gangguan dalam pemrosesan bahasa pada tingkat yang lebih tinggi, cirinya berupa produksi bicaranya baik, tetapi isi dan komposisinya abnormal. E. Deteksi Gangguan Berbahasa Pedoman terpenting dalam mendeteksi keterlambatan kemampuan bicara-bahasa adalah jika kemampuan bicara-bahasa anak berada 50% dibawah usia kronologisnya. Pedoman lain menurut Allen, Rapin, Wiznitzer adalah sebagai berikut : a. Usia 10 bulan belum mengoceh b. Usia 18 bulan belum menguasai beberapa kalimat yang terdiri dari 2 kata (selain mama dan papa) atau belum dapat menunjuk apa yang diinginkan. c. Usia 2 tahun belum dapat menguasai kalimat yang terdiri dari 2 kata atau bicaranya tidak dapat dimengerti atau dipahami oleh orangtua atau anak tidak memahami apa yang dikatakan kepadanya. Pendapat lain mendefinisikan keterlambatan berbahasa sebagai : a. Usia 18 bulan gagal mengucapkan satu kata ( anak normal dapat 10 kata). b. Usia 30 bulan tidak dapat merangkai kata ( anak normal dapat merangkai 3 kata).3
Lampiran 1. Perkembangan proses berbahasa pada anak. (diadaptasi dari : Bowen, C Speech and language development in infants and young children, 1998) UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at perpustakaan.upi.edu repository.upi.edu upi.edu
Page 8
Age of Child
6 Months
Typical Language Development • • • •
•
• •
Uses one or more words with meaning (this may be a fragment of a word) Understands simple instructions, especially if vocal or physical cues are given Practices inflection Is aware of the social value of speech
• • • • •
Has vocabulary of approximately 5-20 words Vocabulary made up chiefly of nouns Some echolalia (repeating a word or phrase over and over) Much jargon with emotional content Is able to follow simple commands
• •
Can name a number of objects common to his surroundings Is able to use at least two prepositions, usually chosen from the following: in, on, under Combines words into a short sentence-largely noun-verb combinations (mean) length of sentences is given as 1.2 words Approximately 2/3 of what child says should be intelligible Vocabulary of approximately 150-300 words Rhythm and fluency often poor Volume and pitch of voice not yet well-controlled Can use two pronouns correctly: I, me, you, although me and I are often confused My and mine are beginning to emerge Responds to such commands as "show me your eyes (nose, mouth, hair)"
•
12 Months
18 Months
•
•
24 Months
Vocalization with intonation Responds to his name Responds to human voices without visual cues by turning his head and eyes Responds appropriately to friendly and angry tones
• • • • •
• • • •
36 Months • • • •
Use pronouns I, you, me correctly Is using some plurals and past tenses Knows at least three prepositions, usually in, on, under Knows chief parts of body and should be able to indicate these if not name Handles three word sentences easily Has in the neighborhood of 900-1000 words About 90% of what child says should be intelligible Verbs begin to predominate
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at perpustakaan.upi.edu repository.upi.edu upi.edu
Page 9
• • • • •
• •
48 Months
• • • • • • • • • • •
• • • • • •
60 Months
• • • • • • •
Understands most simple questions dealing with his environment and activities Relates his experiences so that they can be followed with reason Able to reason out such questions as "what must you do when you are sleepy, hungry, cool, or thirsty?" Should be able to give his sex, name, age Should not be expected to answer all questions even though he understands what is expected
Knows names of familiar animals Can use at least four prepositions or can demonstrate his understanding of their meaning when given commands Names common objects in picture books or magazines Knows one or more colors Can repeat 4 digits when they are given slowly Can usually repeat words of four syllables Demonstrates understanding of over and under Has most vowels and diphthongs and the consonants p, b, m, w, n well established Often indulges in make-believe Extensive verbalization as he carries out activities Understands such concepts as longer, larger, when a contrast is presented Readily follows simple commands even thought the stimulus objects are not in sight Much repetition of words, phrases, syllables, and even sounds
Can use many descriptive words spontaneously-both adjectives and adverbs Knows common opposites: big-little, hard-soft, heave-light, etc Has number concepts of 4 or more Can count to ten Speech should be completely intelligible, in spite of articulation problems Should have all vowels and the consonants, m,p,b,h,w,k,g,t,d,n,ng,y (yellow) Should be able to repeat sentences as long as nine words Should be able to define common objects in terms of use (hat, shoe, chair) Should be able to follow three commands given without interruptions Should know his age Should have simple time concepts: morning, afternoon, night, day, later, after, while Tomorrow, yesterday, today Should be using fairly long sentences and should use some
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at perpustakaan.upi.edu repository.upi.edu upi.edu
Page 10
•
•
6 Years
• • • •
• •
7 Years
• • •
• • • • •
8 Years • • • • •
compound and some complex sentences Speech on the whole should be grammatically correct
In addition to the above consonants these should be mastered: f, v, sh, zh, th,1 He should have concepts of 7 Speech should be completely intelligible and socially useful Should be able to tell one a rather connected story about a picture, seeing relationships Between objects and happenings
Should have mastered the consonants s-z, r, voiceless th, ch, wh, and the soft g as in George Should handle opposite analogies easily: girl-boy, manwoman, flies-swims, blunt-sharp short-long, sweet-sour, etc Understands such terms as: alike, different, beginning, end, etc Should be able to tell time to quarter hour Should be able to do simple reading and to write or print many words
Can relate rather involved accounts of events, many of which occurred at some time in the past Complex and compound sentences should be used easily Should be few lapses in grammatical constrictions-tense, pronouns, plurals All speech sounds, including consonant blends should be established Should be reading with considerable ease and now writing simple compositions Social amenities should be present in his speech in appropriate situations Control of rate, pitch, and volume are generally well and appropriately established Can carry on conversation at rather adult level Follows fairly complex directions with little repetition Has well developed time and number concepts
Lampiran 2. Penyebab gangguan bicara dan bahasa pada anak (diadaptasi dari Blager, 1981) Penyebab Efek pada perkembangan bicara Lingkungan a. Sosial ekonomi kurang a. Terlambat b. Tekanan keluarga b. Gagap c. Keluarga bisu c. Terlambat perolehan bahasa UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at perpustakaan.upi.edu repository.upi.edu upi.edu
Page 11
d. Bahasa bilingual di rumah Emosi a. Ibu yang tertekan b. Gangguan serius pada orangtua c. Gangguan serius pada anak Masalah pendengaran a. Kongenital b. Didapat Perkembangan terlambat a. Perkembangan terlambat b. Retardasi mental Cacat bawaan a. Palatoschizis b. Sindroma Down Kerusakan otak a. Kelainan neuromuskuler
b. Kelainan sensorimotor
c. Cerebral palsy d. Kelainan persepsi
d. Terlambat perolehan struktur bahasa a. Terlambat perolehan bahasa b. Gangguan perkembangan bahasa c. Gangguan perkembangan bahasa
a. Gangguan bicara permanen b. Gangguan bicara permanen
a. Terlambat bicara b. Terlambat bicara
a. Gangguan perkembangan bahasa b. Kemampuan bicara rendah
a. Mempengaruhi kemampuan mengisap, menelan, mengunyah, disartria b. Mempengaruhi kemampuan mengisap, menelan, mengunyah, dispraksia c. Masalah artikulasi d. Kesulitan membedakan suara, mengerti bahasa, simbolisasi, mengenal konsep, akhirnya menimbulkan kesulitan belajar
DAFTAR PUSTAKA 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Panggabean R. Neurologi Gangguan Bicara (makalah), Disampaikan dalam konferensi nasional autisme I, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), Jakarta 2-4 Juli 2003. William Y, Rutter M. Languange Development and Disorders. Mac Keith Press. Philadelphia, 1987. p 16-41. Dumm D, Epstein L. Decision making in Child Neurology. BC Decker Inc. Philadelphia, 1987. p 172-173. Hartono, Rahmawati. Neuropediatri, The Child Who Does Not Speak, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2002. hal 1-33. Powell K. Speech and Languange : Causes, Milestone, and Suggestion.Diunduh dari www.kidsource.com, 1993.p 1-3. Soepalarto SA. Gangguan Perkembangan Pada Anak (makalah), disampaikan dalam Simposium Kelainan Neurologi pada anak, PERDOSSI, Pekan Baru, Riau, 2004. Njiokiktjien C Panggabean R, Hartono B. Masalah-masalah Perkembangan Psikomotor, Penerbit Universitas Diponegoro. 2003.p 73-84.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at perpustakaan.upi.edu repository.upi.edu upi.edu
Page 12
8. 9. 10. 11. 12. 13.
14.
15. 16.
17.
18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
26.
27.
28.
Ropper, Brown. Disorders of Speech and Languange in adam’s Victors Principles of Neurology, 8th edition, McGraw Hill Company, USA.2005:413-428. Kolegium Neurologi Indonesia, Modul Neurobehaviour : Gangguan Bicara dan Berbahasa. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.2008:3-11. Bowen, C. Speech and language development in infants and young children. Retrieved on (date) from http://www.speech-language-therapy.com/devel1.htm Webster R.I, Majnemer, Platt, Shevell. A predictive value of a preschool diagnosis of developmental language impairment. Neurology, 2004;63:2327-2331. Modyanova N, Wexler. Semantic and Pragmatic Language Development : Children Know That Better. Sommerville;2007:297-308. Ulatowska, H. K., Olness, G. S., Wertz, R. T., Thompson, J., Keebler, M.W., Hill, C. L., & Auther, L. L. Comparison of language impairment, functional communication, and discourse measures in African-American aphasic and normal adults. Aphasiology, 2001,15, 2007–2016. Giedd JN, Blumental J, Jeffries N, Castellanos F, Liu H, Zijdenbos A. Brain development during childhood and adolescent : a longitudinal MRI study. Nature neuroscience. 1999;2;861-3. Gaseer T, Rousson V, Caflish, Largo R. Age, laterality, and gender in neuromotor performance. Dev Med Child Neurol. 2001;43: 436-43. Kusumoputro S. Perkembangan Fungsi Luhur pada Balita. Naskah lengkap Pendisikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XXXVII. Deteksi dan intervensi dini penyimpangan tunbuh kembang anak dalam upaya optimalisasi kualitas sumber daya manusia. Jakarta:FKUI, 21-23 November 1996. Caviness VS. Kennedy DN, Richelme C, Rademacher J, Filipek PA. The Human Brain : a volumetric analysis based on Magnetic Resonance Images. Cerebral Cortex. 1996;6;72636. Paus T, Zijdenbos A, Worsley K, Collins B, Blumenthal J, Giedd J. Structural Maturation of Neural Pathway in Children and Adolescents. Science. 1999;283:1908-11. De Beliis M, Keshavan MS, Beers S, Hall J, Frustaci K, Masalehdan A. Sex Difference in Brain Maturation During Childhood and Adloscent. Cerebral Cortex. 2001;11:552-7. Panggabean R. Gangguan Bicara pada Anak. Neurology in Daily Practice. Editor : Andi Basuki dan Sofiati Dian. Bagian/UPF Ilmu Penyakit Saraf FKUP-RSHS Bandung, 2010. McGhee RL, Ehrler DJ, Disimoni F. Token Test for Children. Bijan Resources. 2009. Anderson V. Assesing executive function in children : Biological, Psycological, and Developmental Consideration, Pediatr. Rehabilitation. 2001;4119-136. Patrick P, Oria, Madhaven V, Pinkerton, Lorenz, Lima A, Guarrant P. Limitation of Verbal Fluency Test in Diarrhea Children in Brazil. Child Neuropsycology.2005;11;1-12. Collo B A. Short Report : The 60 item Boston Naming Test : Cultural Bias and Possible Adaptation for New Zealand, Aphasiology. 2001;15(1);86-92. Delgado, Christine E. F.; Vagi, Sara J.; Scott, Keith G.Early Risk Factors for Speech and Language Impairments. Exceptionality, v13 n3 p173-191 2005 Margaret Snowling , D. V. M. Bishop and Susan E. Stothard.Is Preschool Language Impairment a Risk Factor for Dyslexia in Adolescence? Journal of Child Psychology and Psychiatry (2000), 41:5:587-600 Fox A. V.,Dodd B., Howard D. Risk factors for speech disorders in children. International Journal of Language & Communication Disorders, Volume 37, Number 2, 1 April 2002 , pp. 117-131(15) J. G. Barry, I. Yasin, D. V. M. Bishop Heritable risk factors associated with language impairments
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at perpustakaan.upi.edu repository.upi.edu upi.edu
Page 13
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
Brant LJ, Gordon-Salant S, Pearson JD, Klein LL, Morrell CH, Metter EJ, Fozard JL. Risk factors related to age-associated hearing loss in the speech frequencies. J Am Acad Audiol. 1996 Jun;7(3):152-60 Fox A V, Dodd Barbara, Howard David. Risk factors for speech disorders in children. International journal of language & communication disorders / Royal College of Speech & Language Therapists 2002;37(2):117-31. McGrath Lauren M, Hutaff-Lee Christa, Scott Ashley, Boada Richard, Shriberg Lawrence D, Pennington Bruce F. Children with comorbid speech sound disorder and specific language impairment are at increased risk for attention-deficit/hyperactivity disorder.Journal of abnormal child psychology 2008;36(2):151-63. Salameh E., Nettelbladt U., Gullberg B. Risk factors for language impairment in Swedish bilingual and monolingual children relative to severity. Acta Paediatrica, Volume 91, Number 12, 2002 , pp. 1379-1384(6) Kisilevsky BS, Hains SM, Brown CA, Lee CT, Cowperthwaite B, Stutzman SS, Swansburg ML, Lee K, Xie X, Huang H, Ye HH, Zhang K, Wang Z. Fetal sensitivity to properties of maternal speech and language. Infant Behav Dev. 2009 Jan;32(1):59-71. Von Kries R, von Suchodoletz W, Stränger J, Toschke AM. Television in a child’s bedroom–a possible risk factor for expressive language impairment in 5- and 6-year-old children. Gesundheitswesen. 2006 Oct;68(10):613-7 Williams, Gail M.Andersen, Margaret J. O’Callaghan, Michael, Bor, William Najman, Jake M. Social and Biological Risk Factors for Mild and Borderline Impairment of Language Comprehension in a Cohort of Five-Year-Old Children. Developmental Medicine and Child Neurology. 1995-01-01;37,12,1051-1061 Tina L. Stanton-Chapman, Derek A. Chapman, Ann P. Kaiser, Terry B. Hancock .Cumulative Risk and Low-Income Children’s Language Development. Topics in Early Childhood Special Education, Vol. 24, No. 4, 227-237 (2004)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA, Visit Our website at perpustakaan.upi.edu repository.upi.edu upi.edu
Page 14