PERKEMBANGAN ARSITEKTUR I Pengertian Perkembangan Arsitektur (Materi pertemuan 5)
DOSEN PENGAMPU:
ARDIANSYAH, S.T, M.T
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
9/7/2016
MATERI PERTEMUAN 1 DAN 2
Keindahan Menurut Etnik Palembang
•Raut Estetika Barat Mendominasi selama peradapan berlangsung hingga sekarang •Ketika Post modern menjadi wacana di tanah air terjadi pelindasan tanpa sengaja pada kebudayaan lokal •Dalam menilai dan mengkaji nilai estetis, tetap harus diposisikan dalam tiga pilar daya kebudayaan, yaitu daya penyadaran, daya pembelajaran, dan daya pesona . Agus(2002). •Istilah Estetika di populerkan oleh Alexander Gottlieb baumgarten(1714-1762), melaui beberapa uraian yang berkembang menjadi ilmu tentang keindahan(Encarta Encyclopedia 2001,1999). Baumgarten menggunakan istilah estetika untuk membedakan pengetahuan intelektual dan inderawi. •Dengan melihat istilah estetika sendiri baru muncul abad 18, maka pemahaman tentang keindahan sendiri harus dibedakan dengan pengertian estetik. •Jika sebuah bentuk mencapai nilai yang betull, maka bentuk tersebut dapat dinilai estetis, sedangkan pada bentuk yang melebihi nilai betul, hingga mencapai nilai baik penuh arti maka bentuk tersebut dinilai sebagai Indah. Sehingga dalam pengertian tersebut, maka sesuatu yang estetis belum tentu indah dalam arti sesungguhnya sedangkan sesuatu yang indah pasti estetis.
Banyak pemikir yang berpendapat bahwa keindahan berhubungan dengan rasa yang menyenangkan seperti Clive Bell, George Santayana, dan R.G Collingwood (sutrisno,1993) Salah Satu definisi Estetika yang cukup lengkap diberikan oleh Hosper,”aesthetic is the branch of philosophy that is concerned with the analisis of concepts and the solution of problems that arise when one contemplates aesthetic object.aesthetic object in turn, comprise all the object of aesthetic experience; thus, It is only after aesthetic experience has been suficiently characterized that one is able to delimit the class of aesthetic object”(Sutrisno,1993.Hal 16) Jika mengacu pada pendapat Hosper maka diperlukan suatu sikap khusus bagi seseorang agar dapat mencari pengalaman estetik, termasuk pengamatan objek estetik ataupun penciptaan objek itu sendiri. Dalam Kajian Filsafat menurut Sutrisno, pemahaman mengenai estetik dapat dibagi dua pendekatan yaitu: 1. Langsung meneliti keindahan itu dalam obyek-obyek atau benda-benda atau alam indah serta karya seni 2. Menyoroti situasi kontemplasi rasa indah yang sedang dialami oleh pengamat (pengalaman keindahan yang dialami seseorang).
Pada abad pertengahan, penglaman keindahan dikaitkan dengan kebesaran alam ciptaan tuhan, pada masa ini pengalaman estetis dikaitkan dengan pengalaman religi.pada zaman modern, pengalaman keindahan dikaitkan dengan tolak ukur lain seperti fungsi, efisiensi, yang memberi kepuasan, berharga untuk dirinya sendiri, cirinya sendiri, dan pada tahap kesadaran tertentu. Kajian mengenai keindahan telah didokumentasikan dari zaman antik hingga sekarang. Pada zaman antik keindahan dalam arsitektur dihargai lebih tinggi dibandingkan dengan keindahan obyek-obyek lainnya, akan tetapi secara mendasar tingkat keindahan pada aneka obyek tersebut sama penting. Vitruvius mengatakan bahwa bangunan adalah indah bila rupa penampilan dari pekerjaan menyenangkan, dalam cita rasa yang baik, dan ketika setiap bagian sesuai dengan proporsi yang mengacu pada prinsip-prinsip yang tepat, seperti simetri dalam pengertian persetujuan yang tepat antara bagian-bagian karya itu sendiri, dan hubungan antara bagian yang berbeda dengan skema umum secara keseluruhan, dalam kesesuaian dengan standart yang terpilih).
•Vitruvius, mencetuskan prinsip dasar arsitektur, yaitu: keberaturan, sintaks, eurythmy, symmetry,propriety, Efiesiensi (fundamental principle of Architecture). •Kajian mengenai keindahan sebagai kualitas objek seni telah dilanjutkan lebih sistematis dengan pendekatan modern tahun 1928 ketika matematikawan Amerika George David Birkhoff mempresentasikan persamaannya; M=O/C Nilai Keindahan = Hasil dari keberaturan dibagi kompleksitas M= (measure) Nilai keindahan O = (order) keberaturan C = (complexity) Kompleksitas Dimana ia menguji persamaanya pada sebuah vas bunga , dengan jumlah elemen yang terbatas (terdiri 3 garis lengkung), tingkat keberaturan yang rendah(disusun secara simetri saja), maka nilai keindahan dari vas tidak tinggi(angka kecil dibagi tiga).
Estetika adalah segala sesuatu dan kajian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan seni(kattsoff, Element of Philosophy,1953) Estetika merupakan suatu telaah yang berkaitan dengan penciptaan, apresiasi, dan kritik terhadap karya seni dalam konteks keterkaitan seni dengan kegiatan manusia dan peranan seni dalam perubahan dunia (van Mater Ames, Colliers Encyclopedia, Vol.1)
Estetika merupakan Kajian Filsafat keindahan dan juga keburukan (Jerome Stolnitz, Encyclopedia of philosophy,vol.1) Estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek yang disebut keindahan ( AA Djelantik, estetika Suatu Pengantar, 1999) Estetika adalah segala hal yang berhubungan dengan sifat dasar nilai-nilai non moral suatu karya seni (william Haverson, dalam Estetika terapan 1989)
Etnik Palembang adalah rumpun melayu Tertua, hal ini terbukti dari Prasasti –prasasti Sriwijaya yang menggunakan bahasa melayu Kuno pemantapan bahasa melayu kuno ini justru di saat kejayaan kerajaan Sriwijaya, abad ke 7- sampai dengan abad ke-12. kejayaan dinasti syailendra ini sempat berkuasa di jawa Barat dan jawa tengah pada abad ke 9 terbukti dengan adanya sebaran prasasti berbahasa melayu kuno beraksasra pallawa ( Hanafiah, djohan, Jelajah Musi, 2010). Dari kutipan kitab sejarah melayu menjelaskan bahwa etnik palembang merupakan berasal dari keturunan etnik pada zaman Sriwijaya. Dimana salah satu kutipanya” turunya sang siperba(mahluk setengah dewa) ke bukit siguntang dan mengawini wan empo dan wan malini, keturunanya yang bernama parameswara dikemudian hari membangun melaka dan menurunkan raja-raja melayu di di Sumatera, kalimantan Barat, Singapura dan smenanjung tanah-tanah melayu.
Etnik Palembang Memiliki keterikatan kuat dengan etnik Thailand hal ini dapat dilihat dari penggunaan istilah sehari-hari seperti, beras siam, sepat siam dsb. ( Arifai, Anwar 1987) Selain itu juga etnik palembang setelah runtuhnya kerajaan Sriwijaya berbaur dengan etnik jawa dan Cina hal ini terbukti dari peninggalan makam tua. Ki gede ing Suro dan peninggalan budaya tionghoa. Masuknya tionghoa puncaknya pada saat vacuum power di antara masa Sriwijaya dan Kesultanan.
Rumah Limas Merupakan Rumah Generasi ke dua di Palembang Setelah rumah rakit . Arsitektur rumah Limas di pengaruhi juga oleh arsitektur Cina .(Arifai.Anwar, 1987) Rumah Limas Merupakan rumah adat Palembang yang jugadipengaruhi konsep Budhisme kerajaan Sriwijaya (Firmansyah,2004)
Rumah limas Palembang, dilihat dari arsitektur dan tata ruangnya menyiratkan adanya pengaruh budaya Jawa, atau merupakan ekspresi adanya hubungan budaya antara Palembang (Melayu) dengan Jawa. Hubungan atau kontak budaya antara kedua suku bangsa itu telah dimulai pada masa penaklukan Palembang oleh kerajaan Majapahit pada abad ke 14. Kebudayaan Melayu (Palembang) dan Jawa melarut menjadi satu dalam perkembangannya di Palembang, digodok oleh local genius dan disebutlah dengan kebudayaan Palembang (Hanafiah, 1995; 2).
Rumah Limas merupakan salah satu rumah tradisional yang umumnya berada di Palembang, yang merupakan ibukota dari propinsi Sumatera Selatan. Selain dari rumah rakit yang mengapung di atas air di sepanjang pinggiran sungai Musi yang masih beberapa yang bertahan sampai saat ini, rumah Limas menjadi rumah vernacular yang paling dikenal di kota ini. Kota Palembang dari dahulu berfungsi sebagai pusat ekonomi mulai dari kerajaan maritime Sriwijaya sampai kesultanan Darussalam, sebagai kota pelabuhan dan bangsa maritime Kota Palembang memiliki keragaman budaya yang bernilai tinggi hal ini diakibatkan adanya perdagangan internasional sejak dahulu (Fong, 1976:40)
Gambaran hidup diatas sungai digambarkan dengan tepat oleh ahli biologi Inggris yang terkenal, yaitu Alfred Wallace Russel pada kunjungannya ke Palembang bulan November 1861. Menurutnya :” Penduduknya adalah orang melayu tulen, yang tak akan pernah membangun sebuah rumah diatas tanah kering selagi mereka masih melihat dapat membuat rumah diatas air, dan tak akan pergi kemana-mana dengan berjalan kaki, selagi dapat dicapai dengan perahu”.(Alfred.W.R, 1962:94)
Apakah arti Limas? Menurut Kamus Jawa Kuno, artinya adalah daging paha kerbau. Jawaban kamus ini tentu tidak memuaskan kita. Akan tetapi W.J.S. Poerwadarminta menjawab dengan bijaksana dengan bukunya yang terkenal dengan Kamus Umum Bahasa Indonesia (1987): Rumah Limas adalah rumah yang atapnya berbentuk piramida terpenggal. Bentuk atap limas ini di pulau jawa disebut juga atap pelembangan, terdapat di Jawa Tengah (pesisir utara ke timur). Atap Limas ini datangnya dari Palembang, bukan sebaliknya dari jawa (Mulyana, Slamet,1983). Sedangkan penghuni rumah Limas hanya boleh ditempati oleh keturunan elit desa yang pertama kali tinggal didesa tersebut (Koentjoroningrat, 1984). Tentunya demikian pula dengan rumah Limas Palembnag pada zaman Kesultanan Palembang. Rumah Limas adalah pencerminan atau lambing dari komos dan sekaligus dia adalah bagian dari mikro-kosmos.
GUBAHAN MASSA Gubahan Massa rumah Limas memiliki ukuran sangat besar bahkan ada rumah Limas yang berukuran 25m x 100 m , dari segi luasan bangunan rumah limas memilki keindahan tersendiri. Karena masyarakat Palembang menganggap semakin besar rumah Limas maka akan menggambarkan kedudukan pemilik rumah di Masyarakat. Bentuk Atap Rumah Limas menggambarkan pemahaman mengenai proporsi bentuk dimana terdapat hirarki permainan sudut atap dan pemotongan bentuk limas pada atap ruang gegajah. Pada bagian atap juga terdapat simbar yang mewakili makna Lima Emas.
TATA RUANG dan Konsep Ruang Tata ruang Rumah Limas sangat memperhatian hirarki ruang mulai dari Tangga sampai ruang gegajah. Hal ini memciptakan keindahan sendiri yang membuat manusia yang memasuki rumah limas dapat merasakan pengalaman perubahan suasana mulai dari luar sampai keadalam inti bangunan. Jadi mereka mencoba menggali keindahan berdasarkan eksplorasi pengalaman manusia yang memasuki bangunan tersebut. Rumah Limas memilki kekijing atau trap lantai, semakin tinggi lantai maka akan semakin tinggi nilai ruang tersebut. Hal ini juga berkaitan dengan cara pandang masyarakat etnik palembang di dalam mengatur stratifikasi di dalam masyarakat.
Bangunan Rumah Limas memakai konsep Simetri di dalam mencapai keindahan hal ini tergambar dari denah bangunan meluli perletakan tangga, pintu dan jendela yang simetri. Sehingga tergambar etnik Palembang memandang bentuk simetri lebih estetis.
Keindahan di mata etnik Palembang juga adalah kesopanan dan penghormata terhadap orang tua atau yang lebih tua hal ini di aplikasikan terdapat dua pintu dan dua tangga pada rumah limas, dimana menghindari perlintasan anak dengan orang yang lebih tua. Jadi estetis disini juga dilihat melalui perbuatan dan tingkah laku.
RAGAM HIAS RUMAH LIMAS Ragam hias rumah Limas meliputi Ukiran dan perabot ukiran dan prabot rumah limas di dominasi finishing prade emas dan warna merah. Sehingga hal ini mencerminkan etnik Palembang memendang kemewahan adalah keindahan. Dan warna yang menjadi pasangan prade adalah warna merah. Warna merah juga banyak ditemui di kerajinan Songket Palembang. Selain itu Etnik Palembang juga membuat lukisan motif tertentu di bagian Plafon rumah. Sehingga bagian dalam rumah Limas sangat difinishing dengan sempurna, tidak hanya itu pada rumah Limas juga sudah terdapat gerobok Leket. Etnik Palembang memandang agama sebagai keindahan hal ini terbukti dengan terdapatnya ukiran Muhammad bertangkup di hampir setiap rumah Limas.
UNIKNYA SEMUA RAGAM HIAS TERDAPAT DI DALAM BANGUNAN TIDAK DI LUAR BANGUNAN. HAL INILAH YANG MENCERMINKAN MAKNA KEINDAHAN BAGI ETNIK PALEMBANG ADALAH SESUNGGUHNYA KEINDAHAN ITU BERADA DI DALAM JIWA BUKAN FISIK.
Rumah limas tidak membatasi ruang dalam dan luar hal ini tercermin dari dinding pagar tenggalung yang berupa kisi-kisi kayu yang memungkinkan orang melihat lepas ke luar shg. Ruang dalam dan luar tetap terkoneksi.
Kerang-kerang merupakan bagian dari ruang pagar tenggalung dimana dari asal kata ini adalah kerang adalah konsep 7 samudera yang salah satunya adalah terdapat dinding karang dan lautan sehingga secara arti kata kerang mamaknai maksud tersebut ( hanafiah, 1996)
Ukiran kaligrafi Islam menghiasi di atas pintu di dalam ruangan rumah Limas
1. Etnik palembang memandang sesuatu yang indah dari ukuran atau Skala 2. Etnik Palembang Memandang indah warna Emas dan merah
3. Keindahan menurut etnik Palembang berada di Pengalaman individu di dalam menikmati keindahan. 4. Tata Laku dan Nilai tingkah laku juga di pandang etnik Palembang sebagai keindahan. 5. Kebersamaan dan berkumpul dianggap indah oleh etnim Palembang. 6. Keindahan berada di dalam Jiwa bukan keadaan fisik yang tercermin dari ragam hias rumah Limas.