Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007
PERENCANAAN PEMILIHAN DAN STRATEGI ALTERNATIF BAHAN BAKU ENERGI BIODISEL SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN PENDEKATAN AHP - BCR Hakun Wira, Udisubakti Ciptomulyono Program Studi Magister Manajemen Teknologi Bidang Keahlian Manajemen Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus MMT ITS Cokroaminoto, Surabaya Email :
[email protected]
ABSTRAK Adanya peningkatan kebutuhan BBM dalam negeri tidak diikuti oleh produksi BBM dalam negeri, sehingga pemerintah mengimpor sebagian kekurangan konsumsi BBM. Besarnya ketergantungan Indonesia pada BBM impor semakin memberatkan pemerintah karena besarnya subsidi yang harus diberikan sebagai akibat adanya kenaikan harga minyak dunia. Hal ini membuat perlu dikembangkan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) terutama biodiesel yang banyak terdapat di Indonesia. Pada penelitian ini akan dikaji pemilihan alternatif bahan baku pembuat biodiesel dengan multi kriteria menggunakan metode AHP dan analisis benefit cost ratio serta menentukan strategi yang digunakan untuk pengembangan bahan baku terpilih dengan metode TOWS. Alternatif bahan baku yang dipilih ada tiga yakni, jarak pagar, kelapa sawit dan kelapa. Kriteria yang digunakan untuk struktur hierarki benefit adalah Ekonomi, Sosial, Ketersediaan bahan baku, dan Lingkungan. Sedangkan untuk struktur hierarki cost adalah harga bahan baku, opportunity cost, processing cost, environmental cost, dan Social Cost. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Jarak Pagar merupakan bahan baku yang tepat untuk dikembangkan menjadi biodiesel dibandingkan dengan kelapa sawit dan kelapa. Ini ditunjukkan dari hasil benefit cost rationya yang lebih besar dari alternatif bahan baku lainnya yakni 1,104.Dari metode TOWS diperoleh sembilan strategi, dan bila dihitung bobot dan rating masing-masing atribut pada strength, weakness, opportunity dan threath didapatkan strategi terletak pada kwadran I yakni strategi progressif. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan jarak pagar layak diimplementasikan terlebih dahulu untuk pengembangan biodiesel dengan strategi yang ekspansif dan memperbesar pertumbuhan bahan baku (progresif agresif). Kata kunci: AHP, Biodiesel, Benefit Cost Ratio, Analisa TOWS
PENDAHULUAN Latar Belakang Tidak terkontrol dan terlalu sering harga minyak dunia berfkuktuasi mempunyai dampak terhadap perkembangan kehidupan sosial ekonomi di negara – negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini dapat dirasakan dengan adanya kenaikan harga minyak dunia yang telah mencapai US$ 58 perbarel pada Maret 2005 dan harga ini memiliki kecenderungan meningkat pada masa yang akan datang. Disisi lain, terjadi trend penurunan produksi minyak mentah di Indonesia. Produksi minyak mentah perhari pada tahun 2000, 2001, 2002, 2003, dan 2004 adalah 1,4 juta barrel, 1,3 juta
ISBN : 978-979-99735-3-5 A-5-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007
barrel, 1,2 juta barrel, 1,1 juta barrel, dan 0,9 juta barrel. Sedangkan import minyak mentah mengalami trend peningkatan dari tahun ke tahun (Timnas Energi ,2005). Adanya trend penurunan produksi minyak mentah dan trend peningkatan import minyak mentah di Indonesia mengakibatkan perlu adanya langkah – langkah serius dari pemerintah untuk mengatasi terjadinya krisis energi di masa yang akan datang. Salah satu langkah kebijakan yang dilakukan adalah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, yang kemudian dioperasionalisasikan dalam Instruksi Presiden (Inpres) No 1 Tahun 2006 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain, dan Inpres Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Batu Bara yang dicairkan sebagai Bahan Bakar Lain Pemakaian biofuel memiliki beberapa manfaat yaitu memperbesar basis sumber daya bahan bakar cair, mengurangi import BBM, menguatkan security of supply bahan bakar, meningkatkan kemampuan nasional dalam teknologi pertanian dan industri, mengurangi kecenderungan pemanasan global dan pencemaran udara (bahan bakar ramah lingkungan) serta berpotensi mendorong eksport komoditi baru. Distribusi biofuel tidak memerlukan investasi baru karena dapat memanfaatkan infrastruktur distribusi BBM yang sudah ada sehingga tidak memerlukan biaya distribusi yang besar. Untuk memacu pengembangan potensi biofuel ini supaya lebih efektif dan juga dengan memperhatikan keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh negara kita, maka harus mengetahui bahan alternatif apa yang bisa mendapatkan hasil yang maximal dan dengan biaya yang minimal. Menurut penelitian BBPT, ada lebih dari 40 jenis minyak nabati yang potensial sebagai bahan baku biodiesel di Indonesia, dan yang paling potensial untuk dikembangkan di Indonesia berdasarkan ketersediaan bahan baku di masa sekarang atau yang akan datang adalah kelapa sawit, kelapa dan jarak pagar. Pemilihan alternatif bahan ini mutlak dilakukan disaat krisis energi dan tidak tersedianya dana yang cukup seperti sekarang ini. Pembobotan ini dengan melihat dari sisi ekonomi, sisi ketersediaan bahan baku, sisi sosial dan sisi lingkungan.Pemilihan alternatif ini mutlak diperlukan karena sampai saat ini masih belum ada metode yang secara umum digunakan dalam skala pembobotan ini. Permasalahan Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ; 1. Bagaimana merumuskan prioritas alternatif bahan baku pembuat biodiesel terbaik dengan meninjau dari sisi ekonomi, sosial, ketersediaan bahan baku, dan lingkungan untuk hierarki benefit, sedangkan untuk hierarki cost dilihat dari opprtunity cost, processing cost, harga bahan baku, environmental cost dan social cost. 2. Bagaimana menguji pendekatan pemilihan alternatif bahan baku pembuat biodiesel dengan metode multicriteria decision making. 3. Bagaimana langkah antisipasi yang diambil pemerintah Indonesia terhadap penelitian ini. Tujuan Penelitian Penelitian tentang evaluasi strategi yang akan dilakukan bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi faktor penting yang sesuai sebagai unsur atau elemen struktur hierarki keputusan yang menentukan atau mempengaruhi pengambilan keputusan tentang penentuan bahan alternatif yang terbaik. 2. Menentukan bobot kepentingan atau prioritas unsur atau elemen struktur hierarki untuk pemilihan bahan baku ditinjau dari segi ekonomi, ketersediaan bahan baku, ISBN : 978-979-99735-3-5 A-5-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007
sosial, dan, lingkungan untuk hierarki benefit sedangkan untuk hierarki cost dilihat dari opprtunity cost, processing cost, harga bahan baku, environmental cost dan social cost. 3. Merumuskan strategi bersaing untuk bahan baku biodiesel yang telah dipilih sebagai pengganti BBM dengan metode TOWS. METODA YANG DIGUNAKAN AHP Mengingat ketiga bahan baku tersebut mempunyai untung rugi untuk dikembangkan secara komersiil dan mempunyai permasalahan yang kompleks, maka diperlukan metode AHP dalam melakukan pemilihan bahan baku tersebut.AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria menggunakan skala pengukuran yang luwes, skala rasional hasil dari perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) yang diambil baik dari ukuran aktual maupun dari suatu skala yang mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi/ kepentingan relatif (Saaty,1980) juga untuk membuat perbandingan baik yang bersifat " tangible " atau "intangible" dari suatu kriteria, atribut atau sifat dari masing-masing elemen keputusan (Forman and Peniwati, 1998). Dalam suatu hirarki yang lengkap, setiap elemen keputusan dihubungkan dengan elemen lain pada level yang lebih atas atau level dibawahnya. Dalam gambar 1 dan gambar 2 berikut ditampilkan suatu problem multikriteria yang memiliki empat level hirarki untuk keputusan pemilihan alternatif bahan baku pembuat biodiesel yang terdiri dari dua hierarki yakni hierarki benefit dan cost. Pada level hirarki pertama merepresentasikan objektif (goal) keputusan yang ingin dicapai untuk memilih alternatif bahan baku pembuat biodiesel. Elemen keputusan pada hirarki di level kedua adalah sejumlah atribut atau kriteria untuk evaluasi preferensi keputusan. Pengambil keputusan memperbandingkan preferensi kriteria mana yang lebih penting dari yang lain dengan mengacu pada suatu elemen keputusan di level hirarkis diatasnya. Strategi dan TOWS Strategi adalah “game plan” untuk menarik dan menyenangkan konsumen, membatasi posisi pasar, mengelola operasi, kompetisi secara sukses, dan mencapai tujuan organisasi. Strategi memiliki tiga tingkat yaitu tingkat korporasi, tingkat bisnis, dan tingkat fungsional. Matriks Threats - Opportunities -Weakness-Strengths(TOWS) merupakan alat pencocokan yang penting yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi: Strategi SO, Strategi WO, Strategi ST, dan Strategi WT. memcocokkan faktor-faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian sulit terbesar untuk mengembangkan Matriks TOWS dan memerlukan penilaian yang baik, dan tidak ada satu pun kecocokan terbaik.Tujuan dari setiap alat pencocokan ini adalah menghasilkan strategi alternatif yang layak, bukan untuk memilih atau menetapkan strategi mana yang terbaik. Oleh karena itu tidak semua strategi yang dikembangkan dalam Matriks TOWS akan dipilih untuk diimplementasikan.
ISBN : 978-979-99735-3-5 A-5-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007
Hierarki Benefit dalam pemilihan bahan baku
Sosial
Ekonomi
1.1
Effisiensi Mesin
2.1
Pro Growth
3.1
Pro Job
3.2
Produktivitas
4.2
Reduced Liability
3.3
Lokasi
4.3
Dampak terhadap Kesehatan
1.2
Material Saving
2.2
1.3
Energy Saving
2.3
1.4
Lingkungan
Ketersediaan
Pro Poor
4.1
Cadangan
Reduced Emission
Daya Jual
Kelapa Sawit
Kelapa
Jarak Pagar
Gambar 1 Model Struktur Hierarki Benefit Pemilihan Bahan Baku Hierarki Cost dalam pemilihan bahan baku
Harga Bahan Baku
1.1
1.2
Opportunity cost
Operating cost
Social Cost
Environmental Cost
Biaya pmbelian
Biaya Pengangkutan
Kelapa Sawit
Jarak Pagar
Kelapa
Gambar 2 Model Struktur Hierarki Benefit Pemilihan Bahan Baku
ISBN : 978-979-99735-3-5 A-5-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007
HASIL DISKUSI ANALISIS AHP dan BENEFIT COST RATIO Analisa metode AHP ini dilakukan dengan membentuk dua hierarki yakni hierarki benefit dan cost dengan tiga level, yakni level I tujuan, level II kriteria, dan level III sub kriteria. Tujuan dari hierarki ini adalah pemilihan bahan baku terbaik pembuat biodiesel berdasarkan kriteria yang ada. Sedangkan level II ini untuk hierarki benefit terdiri dari empat kriteria yakni : 1. Kiteria eknomi Kriteria ini melihat manfaat dari segi finansial/ ekonomi. 2. Kriteria sosial Kriteria ini dengan melihat manfaat dari sisi sosial, misal pemilihan alternatif bahan baku ini bisa memperkejakan banyak orang. 3. Kriteria ketersediaan Bahan Baku Kriteria ini melihat manfaat dari sisi ketersediaan bahan baku tersebut dalam jangka panjang bila diproduksi secara komersial. 4. Kriteria lingkungan Kriteria ini dengan melihat dari sisi lingkungan. Apakah bahan baku yang digunakan sebagai pembuat biodisel nantinya memiliki dampak yang jelek terhadap lingkungan atau tidak. Kalau berdampak jelek maka kemungkinan besar tidak dipilih. Untuk hierarki cost terdiri dari 5 kriteria,yakni: 1. Kriteria harga bahan baku Kriteria ini dengan melihat harga dasar bahan baku dari petani. Kriteria ini berdampak langsung terhadap harga biodiesel yang akan dihasilkan. Bila harga bahan baku semakin tinggi maka biodiesel yang dihasilkan akan semakin tinggi juga harganya dan hal ini akan semakin sulit bersaing dengan solar. 2. Kriteria opportunity cost kriteria ini dengan melihat biaya yang terjadi apabila bahan itu tidak dipakai sebagai pembuat biodiesel apakah nilai produknya lebih tinggi atau lebih rendah daripada produk biodiesel yang dihasilkan 3. Kriteria processing cost biaya yang timbul untuk memproses bahan baku alternatif tersebut menjadi biodiesel. Biaya ini dengan melihat mulai dari bahan baku tersebut ditanam sampai menjadi biodiesel. 4. Kriteria environmental cost Kriteria ini dengan melihat biaya yang timbul akibat pencemaran yang diakibatkan oleh bahan baku tersebut mulai dari proses penanaman hingga setelah dipakai sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Biaya ini dihitung dengan melihat effek dari bahan baku tersebut terhadap lingkungan sekitarnya dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. 5. Kriteria social cost Kriteria ini dengan melihat biaya yang timbul sebagai akibat pengaruh adanya bahan baku tersebut mulai dari penanaman hingga diproses menjadi biodiesel terhadap masyarakat sekitar baik yang terlibat ataupun tidak. Misalnya dalam proses pengolahan bahan baku tersebut apakah mengeluarkan bau yang dapat mengganngu aktivitas kehidupan masyarakat disana. Untuk level III adalah subkriteria, dimana pada hierarki benefit pada kriteria ekonomi ada 5 subkriteria yakni effisiensi mesin, material saving, energi saving, dan ISBN : 978-979-99735-3-5 A-5-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007
daya jual. Sedangkan untuk kriteria sosial ada 3 subkriteria yakni pro growth, pro job, dan pro poor. Untuk kriteria ketersediaan bahan baku ada 3 subkriteria yakni cadangan bahan baku,, produktivitas dan lokasi. Kriteria lingkungan ada 3 subkriteria yakni reduced liability, reduced emission, dan dampak terhadap kesehatan. Sedangkan untuk hierarki cost, subkriteria hanya terdapat pada kriteria harga bahan baku yakni subkriteria biaya pembelian dan biaya pengangkutan. Setelah tersusun hierarki kemudian dibuat kuesioner bandingan berpasangan untuk masing-masing faktor. Untuk mengisii kuesioner ini dipilih orang yang betulbetul berpengalaman (expert) terhadap biodiesel yakni dari BPPT yang mewakili pemerintah, FBI yang mewakili praktisi, dan IPB yang mewakili akademisi.Setelah pengisian kuesioner kemudian dengan bantuan software expert choice versi 9.0 dapat diperoleh bobot masing-masing kriteria dan subkriteria. Bobot yang dihasilkan ini harus dilihat apakah sudah konsisten atau belum. Dalam prakteknya, preferensi seseorang sering mengalami ketidakkonsistenan. Hal tersebut menyebabkan hubungan pada matriks berpasangan menyimpang dari keadaan yang sebenarnya, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Untuk mengetahui konsistensi penilaian yang dilakukan oleh pihak pakar biodiesel tersebut, maka perlu dilakukan perhitungan Consistency Ratio (CR). Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut : CR
CI RI
di mana: CI = consistency index RI = ratio index Batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matriks ini mengacu pada batas toleransi inkonsistensi yang dinyatakan sebagai konsistensi rasio 10%, seperti yang direkomendasikan Saaty sebagai tingkat "acceptable consistency ratio" (Saaty, 1990 dan Saaty,1994-a) Setelah didapatkan bobot dan konsistensi rationya dibawah 10%,maka didapatkan hasil seperti yang dirangkum pada tabel 2. Pada tabel tersebut didapatkan bahwa alternatif jarak pagar memiliki nilai tertinggi dihitung benefit cost rationya sebesar 1,104, disusul kelapa sawit (0,987) dan kelapa (0,925). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa jarak pagar layak diimplementasikan terlebih dahulu sebagai bahan baku pembuat biodiesel. Tabel 2 Sintesa Atribut, Sub atribut, Alternatif untuk Hierarki Benefit Alternatif Sawit
Jarak
Kelapa
Sub Kriteria Effisiensi Mesin Material Saving Energy Saving Daya Jual Effisiensi Mesin Material Saving Energy Saving Daya Jual Effisiensi Mesin Material Saving Energy Saving Daya Jual
Bobot 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11
Sintesis 0,036 0,066 0,036 0,036 0,036 0,022 0,036 0,036 0,036 0,022 0,036 0,036
ISBN : 978-979-99735-3-5 A-5-6
Alternatif Sawit
Jarak
Kelapa
Sawit
Sub Kriteria Cadangan Produktivitas Lokasi Cadangan Produktivitas Lokasi Cadangan Produktivitas Lokasi Liability Emisi Dampak
Bobot 0,109 0,135 0,086 0,109 0,135 0,086 0,109 0,135 0,086 0,04 0,04 0,04
Sintesis 0,0752 0,081 0,061 0,0218 0,027 0,012 0,0120 0,027 0,013 0,013 0,013 0,010
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007
Tabel 2 Sintesa Atribut, Sub atribut, Alternatif untuk Hierarki Benefit (lanjutan) Alternatif Sawit
Jarak
Kelapa
Sub Kriteria Pro Growth Pro Job Pro Poor Pro Growth Pro Job Pro Poor Pro Growth Pro Job Pro Poor
Bobot 0,04 0,05 0,03 0,04 0,05 0,03 0,04 0,05 0,03
Sintesis 0,022 0,0114 0,0165 0,008 0,0141 0,0205 0,01 0,0045 0,013
Alternatif Jarak
Kelapa
Sub Kriteria Liability Emisi Dampak Liability Emisi Dampak
Bobot 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04
Sintesis 0.013 0,013 0,013 0,013 0,013 0,017
Tabel 3 Sintesa Atribut, Sub atribut, Alternatif untuk Hierarki Cost
Alternatif Sawit
Jarak
Kelapa
Kriteria / Sub Kriteria Biaya Pembelian Biaya Pengangkutan Opportunity cost Processing cost Environmental cost Social cost Biaya Pembelian Biaya Pengangkutan Opportunity cost Processing cost Environmental cost Social cost Biaya Pembelian Biaya Pengangkutan Opportunity cost Processing cost Environmental cost Social cost
Bobot
Sintesis
0,12 0,12 0,25 0,22 0,16 0,14 0,12 0,12 0,25 0,22 0,16 0,14 0,12 0,12 0,25 0,22 0,16 0,14
0,077 0,0696 0,1375 0,0902 0,053 0,046 0,020 0,0228 0,0525 0,0572 0,053 0,046 0,024 0,0276 0,060 0,0726 0,053 0,046
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Software Expert Choice Jarak pagar menempati prioritas utama disebabkan tanaman ini memiliki biaya yang terkecil pada atribut yang memiliki bobot prioritas yang signifikan pada hierarki cost yaitupada atribut opportunity cost (0,21), dan processing cost (0,26) dapat dilihat pada tabel 4.3. Pada opportunity cost bisa lebih rendah, karena jarak pagar ini bukan merupakan tanaman pangan sehingga tidak ada biaya akibat adanya peluang yang hilang karena dijadikan sebagai bahan baku biodiesel (Sony Solistia,2006). Sedangkan untuk processing cost bisa rendah disebabkan karena tanaman jarak pagar ini tidak memerlukan perawatan khusus dan tidak memerlukan proses tranestrifikasi /esterifikasi dalam pengolahan menjadi biodiesel sehingga biaya pengolahan menjadi lebih murah (Tim gabungan BPPT, 2005). ANALISA SENSITIVITAS Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, dilakukan analisa sensitivitas terhadap prioritas kriteria dalam pemilihan alternatif bahan baku pembuat biodiesel, dalam hal ini untuk hierarki benefit, faktornya yakni ekonomi dan ketersediaan bahan baku. Sedangkan untuk hierarki cost faktornya adalah harga bahan baku, opportunity
ISBN : 978-979-99735-3-5 A-5-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007
cost, processing cost, environmental cost, dan social cost Analisa sensitivitas ini dilakukan dengan cara trial dan error pada masing-masing kriteria. Dalam perhitungan kriteria untuk hierarki benefit menunjukkan bahwa kriteria ekonomi dan ketersediaan bahan baku tersebut menjadi kriteria yang paling penting. Untuk hierarki cost masing-masing kriteria memiliki bobot yang hampir sama sehingga semua kriteria digunakan dalam analisa ini. Dari hasil analisa sensitivitas alternatif kelapa sawit bisa menempati prioritas utama menggeser jarak pagar pada perubahan bobot kriteria ketersediaan bahan baku sebesar 0,4, processing cost sebesar 0,75, environmental cost sebesar 0,35, social cost sebesar 0,3. Sedangkan alternatif kelapa bisa menempati peringkat kedua menggeser kelapa sawit pada perubahan bobot kriteria ekonomi sebesar 0,6, harga bahan baku sebesar 0,3. PERUMUSAN STRATEGI Setelah didapatkan alternatif jarak pagar sebagai prioritas utama maka perlu dilakukan perumusan strategi untuk mengembangkan jarak pagar sebagai bahan baku biodiesel kedepannya. Pengembangan strategi ini dilakukan dengan bantuan matriks TOWS, dimana ditentukan terlebih dahulu faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi pengembangan jarak pagar. Hasil pengolahan dengan menggunakan Matriks TOWS diperoleh sembilan alternatif strategi. Strategi ini diperoleh dari strategi SO tiga strategi, strategi WO dua strategi, strategi ST dua strategi dan strategi WT dua strategi. Dari 9 strategi tersebut dicari bobotnya dan ratingnya masing-masing strategi (Tarek khalil,2000). Kemudian dengan pembobotan menggunakan AHP 1 level dan rating didapatkan nilai total skor kekuatan – kelemahan dan total skor (peluang – ancaman) yang akan diletakkan pada kwadran yang tepat (Ciptomulyono, 2006). Dari total skor (kekuatan – kelemahan) = 1,644 dan total skor (peluang – ancaman) = 1,573, maka dari variabel tersebut bila diletakkan pada kwadran akan terletak pada kwadran I yakni strategi progresif seperti yang digambarkan pada Gambar 1. Jadi dalam pengembangan jarak pagar ini supaya dapat berjalan dengan baik dilakukan dengan cara melakukan ekspansi dan memperbesar pertumbuhan dari bahan baku tersebut dengan cara memberi porsi lahan lebih luas lagi untuk penanaman jarak pagar dan untuk meningkatkan produktivitas dari tanaman jarak pagar ini diperlukan bibit unggul supaya dihasilkan biji yang banyak dengan rendemen minyak yang tinggi
(1,644, 1,573)
O
W
S
T Gambar 1 Posisi Strategi pada Grafik SWOT
ISBN : 978-979-99735-3-5 A-5-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007
KESIMPULAN Berdasarkan analisis dan interpretasi dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada sembilan faktor penting yang mempengaruhi dalam pemilihan alternatif bahan baku pembuat biodiesel yang terbagi dalam dua struktur hierarki yakni dalam hierarki benefit ada empat kriteria yaitu ekonomi, sosial, ketersediaan bahan baku, dan lingkungan. Sedangkan untuk hierarki cost ada lima kriteria yakni harga bahan baku, opportunity cost, processing cost, environmental cost, dan social cost. 2. Dengan bantuan software expert choice 9.0 dan analisis benefit cost ratio didapatkan bahwa jarak pagar merupakan alternatif terbaik dari dua alternatif lainnya. Begitu juga pengembangan strategi kedepannya untuk jarak pagar dengan bantuan metode TOWS, Jarakpagar ini berada pada kwadran I sehingga tidakperlu ragu-ragu dalam pengembangan bahan baku dan memperbesar pertumbuhannya dengan cara memberi lahan yang lebih luas untuk penanaman jarak pagar dan menyediakan bibit unggul agar produktivitas biodiesel yang dihasilkan semakin tinggi. DAFTAR PUSTAKA Ciptomulyono, U. (2006), Pendekatan Kuantitatif SWOT, Lecture Handout: Management Teknologi, MMT ITS, Surabaya. Khalil, T (2000) Management of Technology, Mc Grawhill, Newyork Saaty, T. L. (1980) The Analytic Hierarchy Process, McGraw Hill, New York. Saaty, T.L. (1994-a). Fundamental of Decision Making and Priority Theory with The Analytic Hierarchy Process. RWS Publication, Pittsburg PA. Saaty, T. L. (1990). "Eigenvector and logarithmic least squares". European Journal of Operational Research 48, 156-160 Sony, S (2006) “Keekonomian Pemanfaatan Biodiesel”, Focus Group Discussion BPPT, Jakarta. Tim Gabungan BPPT (2006) “Pengantar Diskusi” Forum Group Discussion II, BPPT, Jakarta.
ISBN : 978-979-99735-3-5 A-5-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Agustus 2007
ISBN : 978-979-99735-3-5 A-5-10