PERENCANAAN FASILITAS BIOSKOP DALAM PUSAT PERBELANJAAN DENGAN PENEKANAN PADA SARANA EVAKUASI KEBAKARAN DI KOTA KENDARI Muhamad Irwansyah Mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo Kurniati Ornam Tenaga Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Halu Oleo E-mail :
[email protected] ABSTRAK Bioskop sebagai fasilitas hiburan yang terletak biasanya pada lantai atas dalam gedung pusat perbelanjaan memiliki resiko kebakaran yang tinggi. Penempatan ini ditinjau dari segi keselamatan mempunyai resiko tinggi karena secara fisik dan mental, pengguna bioskop memiliki karakteristik yang berbeda untuk menyelamatkan diri dalam keadaan darurat. Pengunjung bioskop biasanya tidak mengenal kondisi fisik bangunan secara jelas. Karakteristik bioskop dengan penggunaan bahan akustik seperti: material dinding, tempat duduk, dan lantai merupakan bahan mudah terbakar, sehingga pada peristiwa kebakaran akan menyebabkan api berkembang cepat dan mempunyai nilai pelepasan panas yang tinggi. Perencanaan fasilitas bioskop dalam pusat perbelanjaan dengan penekanan pada sarana evakuasi kebakaran adalah salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengakomodasi semua kesatuan sistem dan mewadahi fungsi-fungsi yang terkait dengan peayanan jasa perdagangan dan pelayanan pertunjukan film yang aman dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.Berdasarkan studi literatur, data yang telah terkumpuln kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Perencanaan Fasilitas bioskop dalam Pusat Perbelanjaan dengan penekanan pada Sarana Evakuasi Kebakaran di Kota Kendari adalah bangunan low rise building. Tampilan bangunan lebih dipengaruhi oleh ciri dan karakter serta aktifitas yang terjadi dalam bangunan sehingga bentuk bangunan lebih ke Integrated Mall atau penggabungan Mall terbuka dan Mall tertutup. Kata Kunci : Bioskop, Pusat Perbelanjaan, Evakuasi Kebakaran, karakter dan aktivitas ABSTRACT Cinema as entertainment facilities are located generally on the top floor in the shopping center has a high fire risk. This placement in terms of safety have a high risk for physically and mentally, the cinema has different characteristics to escape in an emergency. Moviegoers usually do not know the physical condition of the building clearly. Characteristics of the cinema with the use of acoustic materials such as wall materials, seating and flooring is a flammable material, so that in the event of a fire will cause the fire is growing fast and has a high rate of heat release. Planning cinema facilities in a shopping center with an emphasis on fire evacuation facilities is one of the efforts that can be made to accommodate all units of the system and facilitate the functions related to services trade and services show films that are safe and appropriate to the needs of the community. Based on the literature study, collected data is then processed and analyzed using descriptive analysis. Planning cinema facility in Shopping Center with an emphasis on Fire Evacuation Facility in Kendari is building low rise building. See more influenced by the characteristics of the building and the character and the activities that occur in the building so that the shape of the building over to the Integrated Mall or incorporation of Opened Mall and Enclosed Mall.
Keywords: Cinema, Shopping Mall, Evacuation Fire, character and activities PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bioskop sebagai fasilitas hiburan yang terletak dalam gedung pusat perbelanjaan memiliki resiko kebakaran yang tinggi. Karakteristik bioskop dengan penggunaan bahan akustik seperti: material dinding, tempat duduk, dan lantai merupakan bahan mudah terbakar, sehingga pada peristiwa kebakaran akan menyebabkan api berkembang cepat dan mempunyai nilai pelepasan panas yang tinggi. Di
samping itu penataan interior ruang (lay out) tempat duduk dan jalur keluar yang tidak memenuhi persyaratan jalan keluar mengganggu dalam proses evakuasi. Bioskop dalam gedung pusat perbelanjaan seringkali dianggap sebagai fasilitas pelengkap dan kurang menguntungkan secara ekonomis. Fungsi ini biasanya ditempatkan pada lantai atas, yang secara ekonomis bernilai rendah. Penempatan ini ditinjau dari segi keselamatan mempunyai resiko tinggi Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik-Universitas Halu Oleo | 1
karena secara fisik dan mental, pengguna bioskop memiliki karakteristik yang berbeda untuk menyelamatkan diri dalam keadaan darurat. Pengunjung bioskop biasanya tidak mengenal kondisi fisik bangunan secara jelas. Selain itu, sebagian pengunjungnya adalah penyandang cacat, orang tua dan anak-anak yang mempunyai kendala apabila menghadapi bahaya kebakaran, sehingga fasilitas bioskop perlu menyediakan sarana pengamanan yang dapat menjamin keselamatan jiwa bagi pengguna/pengunjung. Untuk memberikan keamanan dan keselamatan jiwa terhadap bahaya kebakaran pada fasilitas bioskop, maka perlu adanya pemenuhan standar desain sistem proteksi kebakaran. Sistem proteksi aktif meliputi penyediaan alat-alat mekanikal dan elektrikal proteksi kebakaran untuk mendeteksi adanya kebakaran, memberi peringatan hingga proses pemadaman, seperti sistem detektor, alarm, hidran. Sedangkan sistem proteksi pasif meliputi sistem pengamanan yang terintegrasi dalam konstruksi dan struktur bangunan (desain) seperti kompartemenisasi dan ketahanan api, termasuk pemakaian bahan bangunan mudah terbakar. Untuk mencapai kondisi aman dari bahaya kebakaran pada suatu bangunan juga perlu adanya sistem manajemen pengendalian dari bahaya kebakaran (fire safety management) yang merupakan sistem pengelolaan dalam mengamankan penghuni, pemakai bangunan dan lingkungan bangunan terhadap bahaya kebakaran, melalui pengaturan sistematis terhadap sistem bangunan, otomatisasi, mobilisasi petugas pemadam kebakaran, pemeriksaan periodik dan sebagainya. Dengan pemenuhan standar sistem proteksi kebakaran tersebut, maka desain fasilitas keamanan dan keselamatan pada bahaya kebakaran, khususnya fasilitas evakuasi kebakaran, bisa terintegrasi dan menunjang kegiatan yang ada. [1] Perkembangan sarana dan fasilitas pusat Perbelanjaan di Kota Kendari semakin meningkat. Pusat perbelanjaan yang ada di Kota Kendari saat ini misalnya Matahari Departement Store, Mall Mandonga serta Lippo Plaza Kendari yang merupakan sebagian pusat perbelanjaan terbesar dikendari. Meskipun demikian pusat perbelanjaan yang ada saat ini belum mampu menampung segala kebutuhan masyarakat di Kota Kendari, misalnya ketersediaan fasilitas hiburan dan rekreasi di setiap pusat perbelanjaan. Tentunya dengan menghadirkan fasilitas bioskop dalam pusat perbelanjaan ini akan menghadirkan nuansa warna yang berbeda pada pusat-pusat perbelanjaan di Kota Kendari. Perencanaan fasilitas bioskop dalam pusat perbelanjaan dengan penekanan pada sarana evakuasi kebakaran adalah salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengakomodasi semua kesatuan sistem dan mewadahi fungsi-fungsi yang
terkait dengan peayanan jasa perdagangan dan pelayanan pertunjukan film yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dimana keseluruhan komponen pendukung yaitu gedung pertunjukan film, area pusat perbelanjaan, pengelola dan lainlain dengan perencanaan yang matang akan dapat memberikan pelajaran yang maksimal bagi masyarakat kota kendari. B.
Rumusan Masalah Permasalahan penelitian adalah: 1. Bagaimana menetukan lokasi yang tepat untuk perencanaan fasilitas bioskop dalam pusat perbelanjaan di Kota Kendari ? 2. Bagaimana menciptakan desain bangunan dengan sarana evakuasi pada Perencanaan Fasilitas Bioskop dalam Pusat Perbelanjaan di Kota Kendari? 3. Bagaimana merencanakan sirkulasi ruang dalam sebagai sarana evakuasi terhadap kondisi bahaya kebakaran pada Fasilitas Bioskop dan Pusat Perbelanjaan di Kota Kendari ? C. Tujuan Perancangan Tujuan dari pembahasan ini adalah: 1. Untuk mendapatkan lokasi yang sesuai untuk perencanaan fasilitas bioskop dalam pusat perbelanjaan di Kota Kendari 2. Untuk menciptakan desain bangunan dengan sarana evakuasi pada perencanaan fasilitas bioskop di Kota Kendari. 3. Untuk merencanakan sirkulasi ruang dalam sebagai sarana evakuasi terhadap kondisi bahaya kebakaran pada Fasilitas Bioskop dan Pusat Perbelanjaan di Kota Kendari. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Judul Secara umum Gedung bioskop dalam pusat perbelanjaan dengan penekanan pada sarana evakuasi kebakaran adalah bangunan tempat berlangsungnya pertunjukan yang memperlihatkan gambar atau film yang di sorot sehingga dapat bergerak, yang diwadahi oleh suatu kesatuan bangunan komersil yang didirikan dan dibangun pada suatu lokasi yang direncanakan , dikembangkan, dimulai dan ditaur menjadi sebuah kesatuan dengan lebih menitikberatkan kepada sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam kegiatan memindahkan korban bencana dari lokasi bencana ke tempat yang aman dan atau penampungan pertama untuk mendapatkan tindakan penanganan lebih lanjut pada peristiwa kebakaran.
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik-Universitas Halu Oleo | 2
B.
Tinjauan Bioskop Jenis-jenis Teater/Bioskop [2] : 1. Melingkup 360o Para penonton berada disekeliling areal akting/layar film.
Gambar 6. Jenis Tak melingkup (zero encirclement) Sumber: Ham A.A, 1974: 21
o
Gambar 1. Jenis Bioskop Melingkup 360 Sumber: Ham A.A, 1974: 17
2. Tanggaan Terbalik Para penonton duduk pada dua sisi yang berhadapan.
Gambar 2. Tanggan Terbalik Sumber: Ham A.A, 1974: 18
3. Melingkup antara 210o - 220o Jalan masuk dapat dibuat tegak terhadap dinding atau pada sisi terbuka, tetapi pada prinsipnya akting/layar film berada pada penonton.
lurus yang areal fokus
Gambar 3. Jenis Melingkup antara 210o - 220o Sumber: Ham A.A, 1974: 19
4. Melingkup 180o Panah menunjukan jalan masuk dan keluar.
Gambar 4. Jenis Bioskop Melingkup 180o Sumber: Ham A.A, 1974: 20
5. Melingkup 90o Model ini seperti kipas yang terbuka.
Gambar 5. Jenis Bioskop Melingkup 90o Sumber: Ham A.A, 1974: 20
6. Tak melingkup (zero encirclement) Hanya terdapat satu tangga terbuka dan areal akting/layar film sama dengan areal tempat penonton.
C.
Evakuasi Kebakaran pada Bangunan Evakuasi kebakaran adalah pemindahan / pengungsian penghuni dari dalam bangunan yang terbakar ke tempat aman, baik didalam ataupun di luar bangunan. Evakuasi kebakaran dapat juga diartikan sebagai upaya untuk mengamankan penghuni dari suatu ruang/bangunan yang terbakar menuju area/ruang aman di dalam. 1. Sistem Proteksi Aktif Yaitu sistem proteksi terhadap bahaya kebakaran yang memerlukan energi dalam pengoperasiannya. Hal ini dapat terlihat pada instalasi utilitas bangunan. Sarana ini memiliki beberapa fungsi terutama berkaitan pada proses pemadaman kebakaran, mulai dari mendeteksi adanya kebakaran, memberi peringatan kepada penghuni hingga pada proses pemadaman secara langsung yang juga menunjang selama proses evakuasi berlangsung. Sistem ini terdiri atas: a. Sistem deteksi dan alarm kebakaran b. Sistem sprinkler c. Hidran d. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) e. Sistem daya darurat f. Pompa dan sumber air g. Pengendalian asap kebakaran h. Sistem pencahayaan darurat dan tanda exit i. Pusat pengendali kebakaran 2. Sistem Proteksi Pasif Yaitu proteksi terhadap bahaya kebakaran yang lebih menekankan pada aspek desain bangunan seperti: pemilihan bahan bangunan yang tidak menghasilkan gas yang beracun, perencanaan yang tidak menyebabkan asap dengan mudah memenuhi ruang ataupun api tidak mudah merambat ke ruang lain dan lain sebagainya. Adapun penekanan utamanya : a. Perencanaan tapak dan akses untuk pemadam kebakaran b. Pengurangan penyebaran api eksternal lewat dinding luar c. Pencegahan penyebaran kebakaran lewat penutup atap d. Pengaturan lokasi tempat kegiatan untuk mengurangi penyebaran api Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik-Universitas Halu Oleo | 3
e. Perancangan dan konstruksi kompartemen f. Ven kebakaran pada bangunan tidak bertingkat g. Pemenuhan persyaratan ketahanan api (fire-rated) Sarana evakuasi kebakaran yang merupakan sistem proteksi pasif terdiri dari: a. Pintu darurat kebakaran b. Tangga darurat kebakaran (termasuk: dinding tahan api, lobby tangga/vestibule, tangga dan kelengkapan lainnya). c. Ruang penyelamatan sementara d. Jalan keluar/jalur penyelamatan darurat (exit routes) e. Manajemen penyelamatan dari bahaya kebakaran (fire safety management) Untuk melengkapi kedua sarana proteksi tersebut yaitu suatu fire safety management yang didefinisikan sebagai suatu pola pengelolaan / pengendalian unsur-unsur manusia /personil, sistem dan peralatan, data teknis, serta kelengkapan lainnya dengan tujuan untuk menjamin dan meningkatkan keamanan total pada bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran [3]. Fire Safety Management mencakup beberapa hal, sebagai berikut: 1. Pemeriksaan dan pemeliharaan 2. Organisasi pengendalian dan pencegahan kebakaran 3. Pelatihan bagi petugas 4. Audit terhadap sistem proteksi kebakaran 5. Fire safety campaign 6. Penyusunan FEP (Fire Emergency Plan) 7. Kerumahtanggaan (house keeping) 8. Komunikasi, intern (dalam wilayah bangunan), dan ekstern (dengan Dinas Kebakaran)
Gambar 7. Hubungan Jumlah Orang Tiap Jam dengan Waktu Evakuasi, dan Luas Ruang Evakuasi dengan Waktu Evakuasi didalam Bangunan (Sumber: David Egan, 1978: 219 Dalam K. Ornam)
Fasilitas evakuasi bangunan sebagai sarana jalan keluar untuk penyelamatan, khususnya jiwa manusia, dari dalam bangunan (yang mengalami kabakaran) ke luar banguanan/bagian yang lebih aman, secara horisontal ataupun vertikal adalah berupa pintu darurat kebakaran, tangga darurat kebakaran, ruang penyelamatan sementara, dan jalan/jalur penyelamatan darurat kebakaran, atau kombinasi dari sarana-sarana di atas. [6] E. Tinjauan Jalan Keluar/ Jalur Penyelamatan Darurat Kebakaran (Exit Routes) Jumlah jalan keluar harus lebih dari satu untuk setiap lantai bangunan dengan luas dan kapasitas pengguna/penghuni bangunan tertentu. Jumlah tersebut dimaksudkan agar penghuni dapat menyelamatkan diri jika salah satu jalan keluar terhambat oleh asap/api. Penempatan jalan keluar harus saling berlawanan, tidak terletak dalam satu zona karena akan memberikan penumpukan jumlah orang dan mengganggu pergerakan/sirkulasi orang pada zona tersebut dan tidak memberikan alternatif lain apabila zona tersebut tertutup asap, sehingga mengakibatkan korban jiwa.
D.
Tinjauan Fasilitas Evakuasi Kebakaran Fasilitas keamanan dan keselamatan pada bahaya kebakaran di dalam bangunan pusat perbelanjaan, khususnya fasilitas evakuasi kebakaran, sebenarnya adalah merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memberikan jaminan keamanan dan keselamatan pada bahaya kebakaran atau menurunkan tingkat kerugian materi dan khususnya korban jiwa. [4] Kebutuhan dimensi ruang evakuasi kebakaran dalam bangunan harus sesuai dengan waktu evakuasi yang dibutuhkan sejumlah orang sampai mencapai keadaan aman. [5] Gambar 8. Letak dan Jarak Capai Jalan Keluar Pertokoan Sumber: SKBI, 2000: 46-47
F.
Bangunan Pusat Perbelanjaan Konsep awal dari suatu bangunan pusat perbelanjaan adalah merupakan suatu komplek Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik-Universitas Halu Oleo | 4
yang diisi oleh bermacam-macam pertokoan eceran dan saling menunjang untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan berbelanja pada pengunjung dengan menggelar/memamerkan barang dagangan sebanyak mungkin. [7] Fasilitas kegiatan utama yang ditawarkan pada bangunan pusat perbelanjaan sebagai bagian dari pelayanan yang ditawarkan dalam mendukung kegiatan pengguna, yaitu [8] : 1. Fasilitas berbelanja, yaitu seperti: supermarket, department store, dan pertokoan kecil/sedang. 2. Fasilitas rekreasi / hiburan / sosialisasi masyarakat, yaitu seperti: restoran / waralaba / fast food, arena permainan anak, arena pameran, arena bioskop dan fitness center. Secara umum, variasi lay-out denah horisontal pada bangunan pusat perbelanjaan adalah meletakkan fasilitas yang dianggap sebagai magnet/daya tarik tertentu bagi pengunjung (seperti department store, arena bermain, dll) pada bagian ujung atau simpul bangunan. Sedangkan secara vertikal, perletakan magnet-magnet tersebut didasarkan atas faktor bisnis/komersial dan faktor keamanan dan keselamatan pengguna bangunan.
Variasi 3 Dept.Store, 1-2 lt.
Bentuk klasik, 2 Dept. Store, 1-2 lt.
2 Dept. Store & rencana pengembangan Variasi 4 Dept.Store, 1-2 lt. Department Store Pertokoan
Gambar 9. Variasi Layout Denah Bangunan Pusat Perbelanjaan Sumber: Dechiara, 1980: 713 [9] Tabel 1. Klasifikasi Pusat Perbelanjaan
Tipe pusat perbel anjaan
Penyewa utama (sebagai dasar klasifikasi)
Tipe GLA (area yang disewa kan dalam sq.ft)
1
2
Batasan Luas dalam GLA (sq.ft)
Luas Site Minimum (biasanya)
Populasi Pelayan an Minimu m (orang)
3
4
5
6
3-10 acres 1,2 – 4 Ha
2.500 – 40.000
110-30 acres 4 –12 Ha
40.000150.000
Neigh borho od Center
Supermarke t atau Drugstore
50.000 4.650 m2
30.000100.000 2.8009.300 m2
Comm unity Center
Variety, Discount, or Junior department store
150.00 0 14.000 m2
100.000300.000 9.30027.900 m2
Regio nal Cen ter
Super Regio nal Center
Satu atau lebih department store besar/lengk ap dengan GLA 100.000 sq.ft Tiga atau lebih department store besar/lengk ap dengan GLA 100.000 sq.ft
400.00 0
300.000900.000
37.200 m2
27.90083.700 m2
800.00 0
74.400 0 m2
500.0001.500.000 46.50093.000 m2
10 – 60 acres 4 – 24 Ha
15–100 acres 6 – 40 Ha
150.000 atau lebih
300.000 atau lebih
Sumber: ULI/The Urban Land Institute, 1991: 6 ;
METODE PEMBAHASAN Pengumpulan data pada penulisan ini menggunakan teknik Studi Literatur. Arsitek bisa mendapatkan dari informasi dan data akurat yang telah dicetak dan diperbanyak dalam buku-buku kepustakaan Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu penelitian berupaya menggambarkan, mencatat, menganalisa dan menginterpretasikan aspek perencanaan Fasilitas Bioskop dalam pusat Perbelanjaan di Kota Kendari. PEMBAHASAN DAN HASIL RANCANGAN A. Lokasi Proyek 1. Gambaran Umum Site Peruntukan : perdagangan dan jasa Luas Tapak : ± 6,6 Ha KDB : 60 :40 Topografi : Kondisi tanah padat dan baik serta tidak berkontur GSB : 20 meter 2. Lokasi dan Site Terpilih Lokasi Tapak berada di jalan Bypass dan Jalan Antero Hamra Kecamatan Kadia, dengan batasan site sebagai berikut : Batas utara : pasar malam dan pertokoan Batas selatan : Jalan Antero Hamra Batas barat : gedung MTSN Tsanawiyah Batas timur : Jalan Bypass B. Konsep PengolahanTapak 1. Orientasi Matahari dan Arah Angin Penambahan vegetasi pada arah utara tapak sebagai filtrasi udara secara langsung serta memaksimalkan bukaan pada arah utara dan selatan agar terjadi croos ventilation.
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik-Universitas Halu Oleo | 5
d. 3.
Gambar 10. Orientasi matahari dan arah angin
2.
Pencapaian Tapak Pemisahan main entrance dan side entrance agar tidak terjadi crossing pada site.
Kursi taman Sistem Sirkulasi Dengan meminimalkan percabangan jalan dan sirkulasi maka akan meminimalkan pula kebingungan pengunjung menuju fasilitas yang ada dalam bangunan. a. Pola Sirkulasi Linear Diterapkan pada jalan utama dengan memaksimalkan bentuk lengkungan. Bentuk ini memberikan efek fisiologis yang berbeda dibandingkan jalan lurus yang monoton sehingga terkesan membosankan. 1) Sirkulasi pejalan kaki dan penyandang cacat a) Jalur pedestrian dibuat terpisah
dengan sirkulasi untuk dapat memberikan keamanan dan kenyamanan dari bahaya sirkulasi kendaraan. Gambar 11. Pencapaian ke tapak.
3.
Faktor Kebisingan Dan Polusi Penggunaan vegetasi disekitar tapak sebagai barrier.
b) Untuk penyandang cacat diberikan jalur pemandu dengan simbol dan arah serta menyediakan ramp untuk mengatasi perbedaan tinggi jalan. 2) Sirkulasi kendaraan
Gambar 12. Kebisingan dan polusi.
C. Konsep Tata Ruang Luar 1. Soft Material a. Pohon Palm difungsikan sebagai pengarah alur pergerakan atau sirkulasi. Baik itu sirkulasi kendaran maupun sirkulasi manusia. b. Angsana, Akasia daun besaardifungsikan sebagai filter dari debu sehingga diletakkan di bagian terluar kawasan dan sebagai peneduh kendaraan di area parkir. c. Kiara payung, bogenvil dan teh-tehan pangkas digunakan sebagai penyerap kebisingan d. Rumput manila, rumput gajah di gunakan sebagai groundcover atau penutup tanah. 2. a. b. c.
Hard Material Paving Blok digunakan sebagai pedestrian dan sirkulasi pejalan kaki masuk dan keluar tapak. Aspal digunakan pada jalur kendaraan roda dua dan roda empat. Lampu difungsikan sebagai pencahayaan ruang luar, diletakkan sebagai pencahayaan vegetasi, kolam, area parkir pedestrian dan sculpture.
Gambar 13 Sirkulasi Kendaraan
b. Fasilitas Parkir 1) Pola parkir yang digunakan adalah pola parkir menyebar 2) Bentuk parkir tegak lurus (perpendicular) pada area parkir bus, dan pengelola. 3) Parkir Sudut 45° diterapkan pada area parkir pengunjung dan area servis. D. Konsep Mikro Tabel 2. Perhitungan Total Luas Lantai LANTAI
LUAS LANTAI KESELUR UHAN
LUAS LANTAI BRUTO (EFEKTIF)
VOID
TOTAL LUAS LANTAI (NETTO)
Basement Lantai 1 Lantai 2
10782 10782 10782
3814.07 7342.82 7543.72
0 547.54 547.54
10782 10234.46 10234.46
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik-Universitas Halu Oleo | 6
Lantai 3 Lantai 4 Lantai 5 Lantai 6
E. 1.
10782 9321.95 8326.35 7379.28
6130.73 1315.47 4283.97 2995.75
547.54 711.63 638.63 638.63
10234.46 8610.32 7687.72 6740.65
Bentuk Dasar dan Tampilan Bentuk Dasar Bangunan
Gambar 14. Bentuk dasar Bangunan
F. 1.
Hasil Rancangan Struktur Modul Modul struktur yang digunakan pada perencanaan fasilitas bioskop dalam pusat perbelanjaan menggunakan gabungan modul grid dan modul radial yang dipengaruhi oleh bentuk dasar bangunan dengan bentangan modul 7,2 x 7,2 dengan luas 51,84 m2. Bentuk dasar bangunan dipengaruhi oleh posisi atrium yang berada di tengah sehingga modul yang digunakan adalah modul berbentuk radial. 2. Sub Struktur Pada perancangannya menggunakan pondasi jenis : a. Pondasi Poer Plat b. Pondasi Tiang Pancang c. Pondasi Rakit 3. Super Struktur a. Plat lantai dengan Structural Floring deck yang di lapisi dengan Concrete reafactory atau semen cor peredam panas sedangkan balok lantai menggunakan baja profil I b. Pembungkus facade menggunakan kaca untuk meberi kesan luas dari dalam bangunan serta fire brick dengan unsur aluminium dan silica. c. Kolom menggunakan baja Fire proof profil H yang dicor dengan betonagar panas yg ditimbulkan oleh api dapat dihambat penyebaran panasnya. 4.
Gambar 15. Transformasi Bentuk dasar Bangunan
2.
Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan lebih dipengaruhi oleh ciri dan karakter serta aktifitas yang terjadi dalam bangunan sehingga bentuk bangunan lebih ke Integrated Mall atau penggabungan Mall terbuka dan Mall tertutup. Perbedaan ketinggian pada beberapa level lantai dapat memecah kebosanan serta memungkinakan aliran udara dengan ventilasi alami.
Upper Struktur Menggunakan material Ethylene Tertrafluoroethylene (ETFE) suatu material yang berbasis polymer fluorokarbon atau semacam plastik yang memiliki hambatan korosi yang tinggi serta tidak memancarkan racun ketika digunakan.
Gambar 16. Tampilan Bangunan Gambar 17. Penggunaan Ethylene Tertrafluoroethylene (ETFE) Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik-Universitas Halu Oleo | 7
5.
Bahan Material Bangunan Pemilihan bahan material yang tidak mudah terbakar dan tidak mengandung bendabenda dari senyawa organik, yaitu : a. Beton b. Kaca c. Frame aluminum
G. Sistem Akustik Sistem akustik digunakan pada ruangan yang membutuhkan peredaman bunyi agar tidak terjadi gema yang dapat mengganggu konsentrasi suara, khususnya ruang pertujukan film.
Gambar 20. Sistem Akusti pada Plafond
Gambar 21. Bentuk langit-langit pada ruang bioskop
Gambar 18. Sistem Akusti pada dinding
Untuk perancangan ruang pertunjukan film pada pusat perbelanjaan bentuk lantai yang digunakan yaitu mengambil bentuk tapal kuda yang memiliki keistimewaan karakteristik yakni adanya kotak-kotak yang berhubungan (rings of boxes) yang satu di atas yang lain, berperan secara efisien pada penyerapan bunyi dan menyediakan waktu dengung yang pendek. Pada lantai dilapisi dengan karpet tebal agar semakin besar kemampuan mereduksi. Pada dinding menggunakan elemen karpet dan selimut akustik yang dipasang pada sistem kerangka kayu atau logam, dilapisi dengan panel plywood
H. Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran 1. Pencegahan Pasif Sarana penunjang evakuasi kebakaran terdiri dari: a. Tangga darurat b. Pintu Kebakaran c. Ruang Daerah Penyelamatan / Pengungsian Sementara d. JalanKeluar/Jalur Penyelamatan Darurat Kebakaran (Exit Routes) e. Penerangan darurat f. Sumber daya listrik darurat
Tangga darurat Ruang penyelamatan Sementara Gambar 19. Sistem Akusti pada lantai
. Pada ruang pertunjukan area plafond dibuat bergelombang dimana bentuk yang dianjurkan ini sangat baik menyebar bunyi dalam ruang. Plafon yang dipasang menggunakan bahan gypsum karena mampu mereduksi bunyi.
Gambar 22. Pencegahan Pasif pada lantai 5
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik-Universitas Halu Oleo | 8
bangunan low rise building, Tampilan bangunan lebih dipengaruhi oleh ciri dan karakter serta aktifitas yang terjadi dalam bangunan sehingga bentuk bangunan lebih ke Integrated Mall atau penggabungan Mall terbuka dan Mall tertutup. Perbedaan ketinggian pada beberapa level lantai dapat memecah kebosanan serta memungkinakan aliran udara dengan ventilasi alami. Tangga darurat Ruang penyelamatan Sementara Gambar 23. Pencegahan Pasif pada lantai 6
2.
Pencegahan Aktif a. Pencegahan kebakaran di luar bangunan, menggunakan Pilar Hydrant yang diletakkan pada halaman. b. Pencegahan kebakaran dalam bangunan : 1) Fire Alarm system 2) Splinker 3) Fire Hidrant System 4) Thermo detector 5) Smoke detector 6) Alat pemadam kebakaran ringan
Tabel 3. Perhitungan Sarana Evakuasi Kebakaran Aktif II [10]
LANTAI
Basement Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai 5 Lantai 6
Jumlah Kebutuhan Hidrant LUAS LANTAI X 2/800 27 26 26 26 22 19 17
Kebutuhan Jumlah Sprinkler LUAS LANTAI/25 431 409 409 409 344 308 270
Vol. Tangki Air Untuk Kebutuhan Sprinkler 20% JML SPRINKLER X 18 X 30 46578.24 44212.87 44212.87 44212.87 37196.58 33210.95 29119.61
KESIMPULAN Perencanaan Fasilitas bioskop dalam Pusat Perbelanjaan dengan penekanan pada Sarana Evakuasi Kebakaran di Kota Kendari terletak di di
persimpangan Jl. Antero Hamra dan Jl. Baypass Kecamatan Kadia seberang kali kadia, dengan arahan fungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan serta kegiatan komersial dan jasa,yang mudah untuk dikelola kedepannya, kemudahan dalam pencapaian, serta telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang. Perencanaan Fasilitas bioskop dalam Pusat Perbelanjaan dengan penekanan pada Sarana Evakuasi Kebakaran di Kota Kendari adalah
Untuk pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada Perencanaan Fasilitas bioskop dalam Pusat Perbelanjan dengan penekanan pada Sarana Evakuasi Kebakaran di Kota Kendari lebih menekankan pada aspek desain bangunan. Adapun yang menjadi penekanan utama pada proteksi pasif yang akan diaplikasikan ke bangunan yaitu adalah[11]: 1. Perencanaan tapak dan akses untuk pemadam kebakaran 2. Pengurangan penyebaran api eksternal lewat dinding luar 3. Pencegahan penyebaran kebakaran lewat penutup atap 4. Pengaturan lokasi tempat kegiatan untuk mengurangi resiko penyebaran api 5. Perancangan dan konstruksi kompartemen 6. Ven kebakaran pada bangunan tidak bertingkat 7. Pemenuhan persyaratan ketahanan api (firerated) REFERENSI [1] (Kurniati Ornam, 2004. Evaluasi Sistem Evakuasi Kebakaran Pada fasilitas Bioskop pada Pusat Perbelanjaan di Bandung. Tesis Program Studi Arsitektur . ITB) [2] (James K Lathrop. Life Safety Code Handbook, edisi III, 1985: 293) [3] (Soeprapto (1998), Pengembangan Manajemen Penanggulangan Kebakaran (Fire Safety Management ) di Indonesia, Jurnal Penelitian Pemukiman. Vol. 14 No.4 Tahun 1998, hal 14. ; Dalam K. Ornam). [4] (Hagiwara, 1993 & SKBI 2000 dalam K. Ornam) [5] Egan (1978) [6] Standar Konstruksi Bangunan Indonesia / SKBI (2000) [7] The Urban Land Institute / ULI (1991) [8] (Scott: 1989 & Kotler: 1997 dalam K. Ornam) [9] Dechiara, 1980: 713 [10] Juwana s jimmy, Panduan Sistem Bangunan Tinggi untuk arsitek dan praktisi bangunan, 2002:132 [11] SK Meneg Punomor 10/kpts/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik-Universitas Halu Oleo | 9