PERBEDAAN KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN ANTARA PRIA DAN WANITA DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO JAKARTA
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi ( S. Psi. ) Program Studi Psikologi
Oleh : Burduniaji Cahyo Purnomo NIM : 999114014
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ini adalah sebuah awal untuk melangkah lebih lanjut menuju masa depan, walaupun terasa berat harus terus maju menggapai impian kita yang pernah kita gantungkan setinggi langit. Menyerah, bukanlah jalan keluar. - penulis -
Kupersembahkan tulisan ini untuk : Papa & Mama tercinta Adikku yang selalu kubanggakan
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Januari 2008 Penulis,
Burduniaji Cahyo Purnomo
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama
: BURDUNIAJI CAHYO PURNOMO
Nomor Mahasiswa
: 999114014
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PERBEDAAN KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN ANTARA PRIA DAN WANITA DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO JAKARTA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun memberikan royalty kepada saya selamA tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 04 Juni 2008 Yang menyatakan
Burduniaji Cahyo Purnomo
ABSTRAK Burduniaji Cahyo Purnomo Perbedaan Kecemasan Menghadapi Pensiun antara Pria dan Wanita di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecemasan menghadapi pensiun pada pria dan wanita. Kecemasan menghadapi pensiun ini difokuskan pada seputar permasalahan seperti kebutuhan ekonomi, perasaan kesepian, kehilangan status, dan perasaan tidak berguna. Sedangkan gejala kecemasannya akan diukur menggunakan kompone n fisik, emosional, dan kognitif. Skala kecemasan menghadapi pensiun uji dengan subjek 60 orang, peneliti mendapatkan nilai reliabilitas yang cukup tinggi yaitu 0,928 dan jumlah item adalah 36 item Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta dengan subjek 60 orang yang dibedakan menjadi 30 pria dan 30 wanita. Hasil penelitian dengan menggunakan t-test menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,024 yang lebih besar dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan tingkat perbedaan kecemasan menghadapi pensiun yang siginifikan antara pria dan wanita.
Kata Kunci : Kecemasan menghadapi pensiun, jenis kelamin, uji t.
vi
ABSTRACT Burduniaji Cahyo Purnomo The Differences of Anxiety Level Among Male and Female Toward Pension at Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta Faculty of Psychology Sanata Dharma University Yogyakarta 2007
This research attended to give information to the different of anxiety level among male and female toward pension. The pensions were focused on the economic needs, loneliness, loss of status, and useless feelings. The symptoms of anxiety will be scale by psychic component, emotional cognitive component. The scale towards pension are tested with 60 people, researcher also gain a high reliability that is 0.928 and the amount of the items were 36 items. Research held at Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta with 60 subject; 30 male and 30 female. The result with the T-test shown 0.024 significance that bigger from 0.05. This result shown a significant anxiety level differences toward pension among male and female.
Key Word : Anxiety toward pension, gender, T-Test.
vii
KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kerunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Perbedaan Kecemasan Menghadapi Pensiun antara Pria dan Wanita di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memotivasi dan memberi saran hingga selesainya skripsi ini, terutama kepada: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma serta Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan keramahannya kepada setiap mahasiswa. 2. Ibu Sylvia C.M.Y.M., S.Psi, M.Si, selaku Kaprodi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang selalu membantu mahasiswa yang sedang mengalami kesulitan. 3. Ibu Tanti Arini, S.Psi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan juga Dosen pembimb ing skripsi yang dengan penuh kesabaran dalam memberikan nasihat-nasihat yang sangat berguna. 4. Bapak Kolonel Drs. Wahyudi Uun Hidayat, Apt, Msc, selaku Kepala Apoteker Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto atas perizinan dan segenap bantuan lainnya selama proses pengambilan data. 5. Segenap staff dan karyawan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto atas kesediaannya meluangkan waktu dalam membantu terlaksananya penelitian ini. 6. Bp. V. Didik Suryo Hartoko., S.Psi., M.Si dan Ibu P. Henrietta PDADS., S.Psi., M.Si, selaku dosen penguji, terima kasih atas masukan dan saran yang diberikan terhadap kemajuan penelitian saya.
viii
7. Semua dosen pengampu di Fakultas Psikologi yang telah memberikan banyak ilmu. Semo ga semakin berkualitas dan total dalam membimbing mahasiswanya. 8. Pak Gie, Mas Muji, Mas Gandung, Mas Doni, Mbak Nanik, atas keramahan dan semua bantuannya selama ini di Fakultas Psikologi. 9. Papa dan Mama tercinta, atas segala ketulusan dan kebesaran hatinya, cinta dan kasih sayang yang tak terhingga. 10. Adikku tersayang, Dwipa Fajar Arini, S.E, atas kebaikan hatinya dan juga semangat yang telah diberikan kepadaku. 11. Veronika Retno Tri Susanti, S.Psi, terima kasih atas cinta dan kasih sayang, kesabaran, kebesaran hati, dan memberikanku kesempatan yang amat sangat berarti dalam hidupku. 12. Pak De, Bu De, Mas Singgih ( Big Brother ), Mbak Arum, Dede Laras, Mas Oky, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya telah mengijinkan saya untuk tinggal di Yogyakarta dan berproses menjadi seorang manusia yang penuh dengan tanggung jawab dan mengerti tentang makna hidup yang sebenarnya. 13. Mbak Rollis dan Mas Wayan atas kesabarannya dalam menjawab semua pertanyaanpertanyaanku....KEEP ROCKIN’ DUDE!!! 14. Tony Hermawan Yudha Satria., S.Psi, My best friend forever!!! Many Thanks and Forgiveness Dude!!! I’ll keep you in my mind … always…but kamu sama Andi jangan lupa daftar srimulat! 15. Andi Hermawan Haji., S.Psi, My best friend forever!!! Many Thanks and Forgiveness Dude!!! I’ll keep you in my mind … always… but kamu sama Toni jangan lupa daftar srimulat!
ix
16. Vincensius Dwi “Bemo” Hartanto, S.Psi & FX. Wahyu “Ojie Saputra” Widiantoro, S.Psi., M.Si, pertemuan kita agak terlambat namun sangat berarti selama ku di Yogyakarta, semoga kalian tambah mesra ya….selalu… 17. Vonni “Poniyem”, Sussy, Rina, Brigitta V. Wulandari, dsb, thanks for being my secret admire…? I’ll keep in mind… 18. Kawan-kawan kos; Wilson “Pace”, Wara, Indro, Bonek, Johan, Talis, Carvalo, Ronnie, Andi, Pak kos dan keluarga, terima kasih atas canda tawa kalian yang sedikit banyak meringankan bebanku sewaktu ku pusing mengerjakan skripsi. 19. Kawan-kawan angkatan ‘97, ‘98 ,’99 yang telah banyak membantu menyemangatiku…
Saya menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima segala bentuk saran dan kritik dari berbagai pihak demi kesempurnaan tulisan ini. Atas segala perhatiannya penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Yogyakarta, 08 February 2008 Penulis
Burduniaji Cahyo Purnomo
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................
i
Halaman Persetujuan....................................................................................
ii
Halaman Pengesahan....................................................................................
iii
Halaman Persembahan.................................................................................
iv
Pernyataan Keaslian Karya...........................................................................
v
Abstrak..........................................................................................................
vi
Abstract.........................................................................................................
vii
Kata Pengantar..............................................................................................
viii
Daftar Isi.......................................................................................................
xi
Daftar Tabel..................................................................................................
xv
Daftar Grafik……………………………………………………………….
xvi
Daftar Lampiran...........................................................................................
xvii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................
1
B. Rumusan Masalah...........................................................................
5
C. Tujuan Penelitian............................................................................
5
D. Manfaat Penelitian..........................................................................
5
1. Manfaat Teoritis........................................................................
5
2. Manfaat Praktis..........................................................................
6
BAB II. LANDASAN TEORI A. Kecemasan……………..............................................................
xi
7
1. Pengertian Kecemasan…….………………………………
7
2. Gejala dan Komponen Reaksi Kecemasan………………..
10
3. Bentuk-Bentuk Kecemasan ………………………………
11
4. Tingkat-Tingkat Kecemasan………………………………
12
5. Sumber-Sumber Kecemasan……...………………………..
13
B. Pensiun………………….……………………………………..
14
1. Pengertian Masa Pensiun………………………………….
14
2. Pengaruh Pensiun Terhadap Individu…………………….
16
3. Permasalahan yang dihadapi pada Masa Pensiun …………
17
C. Kecemasan Menghadapi Pensiun…………………………….
20
D. Perbedaan Pria dan Wanita……………………………………
20
1. Perbedaan Pria dan Wanita secara Biologis………...……..
21
2. Perbedaan Pria dan Wanita Secara Umum……..………….
21
3. Perbedaan Pandangan mengenai Pekerjaan antara Pria dan
23
Wanita………………………………………………….. 4. Perbedaan Pandangan mengenai Pensiun pada Pria dan
24
Wanita………………………………………………….. E. Perbedaan Kecemasan Menghadapi Pensiun pada Pria dan
25
Wanita……………………………………………………….. F. Hipotesis Penelitian…………………………………...……….
28
BAB III. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian………………………………………………..
29
B. Definisi Operasional……………………………………………...
29
C. Subjek Penelitian…………..…………………………………….
30
xii
D. Metode Pengumpulan Data….………………………………….
31
1. Skala Kecemasan……………………………………………
32
E. Validitas & Reliabilitas………………………………………….
33
1. Validitas………………………………………………………
33
2. Seleksi Item…………………………………………………..
34
3. Reliabilitas……………………………………………………
35
D. Metode Analisa Data......................................................................
37
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah ...………………………………………………
38
B. Persiapan Penelitian………………………………………………
38
1. Persiapan Penelitian..................................................................
38
2. Seleksi Item… ..........................................................................
39
C. Pelaksanaan Penelitian……………………………………………
40
D. Hasil Penelitian…………………………………………………...
40
1. Karakteristik Subjek………………………………………….
40
2. Kategorisasi Skor…………………………………………….
41
3. Hasil Uji Asumsi……………………………………………..
43
a. Uji Normalitas………………………………………………
43
b. Uji Homogenitas……………………………………………
44
4. Uji Hipotesis…………………………………………………..
44
E. Pembahasan....................................................................................
46
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.....................................................................................
49
C. Saran...............................................................................................
50
xiii
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
51
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………
55
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 . Sebaran Butir Skala Kecemasan
32
Tabel 2. Interpretasi Nilai rxx , Koefisien Alpha
36
Tabel 3. Karakteristik Subjek
40
Tabel 4. Kategori Nilai Jenjang tiga ( Azwar, 1999 )
42
Tabel 5. Kategori Skor Skala Kecemasan Menghadapi Pensiun
42
Tabel 6. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ( Independent Sample t – Test )
45
berdasarkan jenis kelamin
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Perbedaan MEAN berdasarkan Jenis Kelamin
xvi
46
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Reliabilitas Item dan Daya Beda Item
55
LAMPIRAN 2
Skala Penelitian, Data untuk seleksi item & Data
64
Penelitian LAMPIRAN 4
Uji Normalitas, Uji Homogenitas, t-test
73
LAMPIRAN 5
Surat Ijin Penelitian
76
LAMPIRAN 6
Surat Keterangan Penelitian
77
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia tidak terlepas dengan adanya aktivitas kerja. Aktivitas kerja tersebut didorong oleh kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi. Aktivitas dalam bekerja juga mengandung unsur suatu kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu, dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Maslow (dalam Atkinson, 2000) kebutuhan manusia secara garis besar dapat dibagi atas : kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan dimiliki, kebutuhan harga diri, dan aktualisasi diri. Alasan seseorang bekerja yaitu bisa memenuhi salah satu kebutuhan yang diutarakan oleh Abraham Maslow ( dalam Atkinson, 2000 ). Steer & Porter ( dalam Eliana, 2003 ) menambahkan jika seseorang bekerja secara psikologis akan menimbulkan identitas, status, ataupun fungsi sosial. Mc.Gregor ( dalam As’ad, 2001 ) menjelaskan pula bahwa seseorang bekerja karena bekerja merupakan kondisi bawaan seperti bermain, atau beristirahat, untuk aktif dan mengerjakan sesuatu. Smith dan Warkeley (dalam As’ad, 2001) juga menyatakan bahwa seseorang didorong untuk beraktivitas karena dia berharap bahwa hal ini akan
1
2
membawa pada keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sekarang. Jadi bekerja merupakan suatu bentuk aktifitas yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan baik fisik maupun psikologis dan aktivitas ini juga melibatkan fungsi fisik dan mental. Aktifitas kerja tersebut mempunyai batasan waktu dimana seseorang akan mencapai batas maksimal usia seseorang untuk dapat bekerja. Masa berakhirnya aktifitas kerja tersebut dapat disebut sebagai masa pensiun. Masa pensiun dapat pula menumbulkan permasalahan karena tidak semua orang siap untuk menghadapinya. Terutama pada pegawai nege ri sipil yang mempunyai aktifitas rutin yang dilakukan bertahun-tahun lamanya. Pensiun akan memutuskan aktifitas rutin tersebut, selain itu dapat pula memutuskan rantai sosial yang sudah terbina dengan rekan kerjanya dan yang paling vital adalah menghilangkan identitas seseorang yang sudah melekat begitu lama ( Warr dalam Prastiti, 2005 ). Maka tidak mengherankan bahwa masa pensiun dapat menimbulkan permasalahan bagi orang-orang yang tidak siap menghadapinya. Fakta Sekitar Pensiun (Jacinta, 2001) menunjukkan adanya penurunan kesehatan, kemungkinan untuk bersantai berkurang karena waktu cenderung tersita untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dapat meningkatkan kesehatan dengan berkurangnya beban tekanan yang harus dihadapi, masa yang penuh kesempatan menarik, banyak waktu dan kesempatan untuk bersama dengan keluarga atau pasangan.
3
Eyde ( dalam Eliana, 2003 ) juga menjelaskan bahwa memasuki pensiun dapat membuat seseorang akan mengalami kehilangan peran sosialnya di masyarakat, prestise, kekuasaan, dan kontak sosial. Kehilangan kontak sosial dapat menimbulkan pemikiran-pemikiran yang negatif seperti pertanyaan-pertanyaan “apa aku bisa melakukan ini atau itu setelah pensiun”, dan “apakah aku masih dihargai oleh keluargaku” atau, “apakah aku dapat memenuhi harapan keluargaku”. Pertanyaanpertanyaan dalam diri tersebut dapat membuat seseorang mengalami suatu kecemasan. Kecemasan pada umumnya merupakan ketakutan akan sesuatu yang akan terjadi disertai dengan perasan yang tidak jelas (Kasschau dalam Prastiti, 2005). Kecemasan ini kadang menjadikan seseorang panik, gemetar ataupun sering mengalami sakit kepala. Reaksi kecemasan tersebut dapat dibedakan menurut sifatnya yaitu yang bersifat fisik dan mental (Darajat, 1996 ). Gejala fisik berupa ujung jari yang terasa dingin, pencernaan yang tidak teratur, detak jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing dan sesak nafas. Gejala mental antara lain perasaan takut, merasa akan ditimpa bahaya, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya dan rendah diri, hilang kepercayaan diri, tidak tentram, dan ingin lari dari kenyataan hidup. Gejala kecemasan tersebut dapat menyerang siapa saja baik itu pada pegawai pria maupun wanita yang mendekati masa pensiunan. Rosenkrantz, dkk ( dalam Prastiti, 2005 ) menggambarkan stereotipe dari
4
peran gender bahwa laki- laki sebagai agresif, independen, dominan, mudah dipengaruhi, aktif, kompetitif, bertindak sebagai pemimpin, percaya diri, ambisius. Sedangkan perempuan lebih aktif, lebih halus mengungkapkan perasaannya, religius, tertarik pada penampilan diri, perilaku bersih, kebutuhan kuat dalam keamanan, jarang menggunakan bahasa yang kasar. Perbedaan stereotip tersebut dapat membawa reaksi yang berbedabeda atas sebuah permasalahan. Wanita yang mempunyai sifat perasaan yang lebih peka dan cenderung religius akan berbeda dari pria yang lebih agresif dan dominan dalam menghadapi masalah pensiun. Belum banyaknya penelitian yang mengungkapkan perbedaan peran jenis kelamin dalam reaksi kecemasan menghadapi pensiun menjadi alasan yang utama penelitian ini dilakukan. Penelitian ini dilakukan didasari oleh penelitian sebelumnya dari Prastiti ( 2005 ) yang juga meneliti kecemasan menghadapi masa pensiun pada guru SD, namun perbedaannya terletak pada subjek yang berbeda. Penelitian ini mempunyai subjek Pegawai Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta, karena belum ada penelitian mengenai kecemasan menghadapi pensiun berdasarkan perbedaan jenis kelamin di instansi tersebut, sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan perhatian bagi instansi terkait untuk lebih memperhatikan pegawai negeri sipil yang akan menjalani masa pensiun.
5
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “ Apakah ada perbedaan kecemasan menghadapi pensiun antara pria dan wanita pada Pegawai Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.” C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kecemasan menghadapi pensiun antara pria dan wanita pada Pegawai Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. D. MANFAAT PENELITIAN 1.
Manfaat Teoretis Bagi para calon pensiunan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, penelitian ini diharapkan dapat menjadikan wawasan dan perhatian untuk lebih menyadari akan adanya atau timbulnya kecemasan dalam menghadapi pensiun. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat memberikan bahan informasi penunjang untuk lebih memperhatikan nasib pegawai negeri sipil yang akan pensiun dalam hal psikologis maupun finansial agar kesejahteraan dan kebermaknaan diri para pensiunan dapat tercapai sebagai bentuk penghargaan pemerintah atas jasa-jasa pegawainya.
6
2.
Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah keragaman penelitian dalam
bidang
psikologi
klinis
dan
perkembangan.
Serta
memberikan tambahan hasil mengenai temuan peneliti sebelumnya dalam penelitian tentang kecemasan menghadapi pensiun dari pengambilan subjek yang berbeda.
BAB II LANDASAN TEORI
A. KECEMASAN 1. Pengertian Kecemasan Hall dan Lindsey ( dalam Prastiti, 2005 ) mengemukakan bahwa kecemasan merupakan kondisi psikologis dimana individu merasa terganggu akibat adanya kondisi yang mengancam meskipun masih bersifat kabur. Kecemasan juga dapat terjadi karena pikiran atau perasaan yang tidak menyenangkan tentang apa yang terjadi. Jhonson ( dalam Prastiti, 2005 ) mengemukakan bahwa kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman terhadap keinginan pribadi atau perasaan tertekan yang disebabkan oleh perasaan kecewa, rasa tidak puas, tidak aman atau sikap bermusuhan dengan orang lain. Dari keadaan
yang
mencemaskan
maka
akan
timbul
reaksi-reaksi
kecemasan yang dapat diubah dalam bentuk gangguan-gangguan simtomatis, baik berupa gejala psikologis maupun fisiologis. Lazarus ( dalam Prastiti, 2005 ) menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi individu terhadap masalah yang dihadapi dan ditandai dengan
adanya
kegelisahan,
kebingungan,
ketakutan
dan
kekhawatiran. Kecemasan juga merupakan gangguan yang komplek yang disertai dengan perubahan fisiologis. Kecemasan ini juga merupakan pengalaman yang samar-samar yang disertai dengan
7
8
perasaan tidak berdaya dan tidak menentu, sehingga dirasakan sangat mengganggu. Individu yang mengalami kecemasan ditandai dengan adanya rasa khawatir, gelisah dan perasaan akan terjadi sesuatu hal yang kurang menyenangkan yang diikuti perasaan tidak mampu menghadapi tantangan, kurang percaya diri sendiri dan tidak dapat menemukan penyelesaian terhadap masalahnya (Hurlock, 1997). Priest ( dalam Prastiti, 2005 ) kecemasan adalah perasaan yang dialami ketika seseorang berfikir tentang sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi dan timbul karena berbagai alasan serta situasi. Kecemasan menimbulkan rasa tidak enak sehingga membuat seseorang ingin lari dari kenyataan dan enggan untuk berbuat sesuatu. Kasschau ( dalam Prastiti, 2005 ) menyatakan kecemasan pada umumnya adalah ketakutan akan sesuatu yang akan terjadi disertai perasaan yang tidak jelas akan adanya suatu bahaya. Kecemasan ini kadang menjadikan panik, gemetar dan sakit kepala. Berbeda dengan takut yang merupakan reaksi nyata akan sesuatu yang tampak sedangkan kecemasan merupakan reaksi yang tidak jelas atau adanya suatu imajinasi akan suatu bahaya. Kagan dan Havemann ( dalam Prastiti, 2005 ) mendefinisikan kecemasan sebagai sesuatu yang tidak jelas, adanya perasaan gelisah yang disebabkan oleh ketakutan terhadap sesuatu yang tidak terduga
9
akan terjadi. Perasaan cemas ini berbeda dengan rasa takut. Perbedaannya terletak pada stimulusnya, yaitu perasaan takut stimulusnya lebih spesifik dan terjadi pada saat itu juga, misalnya perasaan takut akan ular. Kecemasan mempunyai segi yang disadari manusia seperti rasa takut, terkejut, tak berdaya, rasa bersalah. Disamping itu kecemasan juga memiliki segi di luar kesadaran manusia dan tidak jelas, seperti orang yang merasa takut dan tidak bisa menghindari perasaan yang tidak menyenangkan (Daradjat, 1996). Daradjat juga menyebutkan gejala- gejala kecemasan yang bersifat fisik dan mental. Gejala fisik tersebut berupa ujung jari yang terasa dingin, pencernaan tidak teratur, detak jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, nafas sesak. Gejala mental antara lain sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya atau kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya atau rendah diri, hilang kepercayaan diri, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan hidup. White dan Watt ( dalam Prastiti, 2005 ), mengemukakan tanda-tanda fisik seperti gemetar, pegal-pegal, detak jantung cepat dan nafas memburu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecemasan mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis manusia. Berdasarkan
beberapa
definisi
kecemasan
diatas
dapat
disimpulkan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan-perasaan negatif
yang
dialami
oleh
individu
sebagai
reaksi
terhadap
10
permasalahan yang dihadapi yang tampak dan dapat dilihat dari gejala fisik dan mental. 2. Gejala dan Komponen Reaksi Kecemasan Hurlock ( 1996 ) menyatakan bahwa tanda-tanda adanya kecemasan yang sering muncul adalah perasaan khawatir, gelisah, kurang
percaya
diri,
merasa
tidak
mampu,
tidak
sanggup
menyelesaikan masalah, rendah diri dan perasaan-perasaan lain yang tidak menyena ngkan. Mahler ( dalam Prastiti, 2005 ) menyebutkan tiga komponen reaksi kecemasan, yaitu : a. Komponen emosional, yaitu reaksi terhadap kecemasan yang berkaitan dengan perasaan individu terhadap suatu hal yang dialami secara sadar dan mempunyai ketakutan yang mendalam, misalnya : cenderung terus menerus merasa khawatir akan sesuatu yang menimpanya, mudah tersinggung, tidak sabar dan sering mengeluh. b. Komponen kognitif, yaitu reaksi terhadap kecemasan yang berkaitan dengan kekhawatiran individu terhadap konsekuensikonsekuensi yang mungkin akan dialami. Bila kekhawatiran meningkat, hal ini dapat mengganggu kemampuan kognitif individu, seperti : sulit berkonsentrasi, pelupa, pikiran kacau dan mudah panik.
11
c. Komponen fisik, yaitu reaksi terhadap kecemasan yang berkaitan dengan reaksi tubuh. Secara fisik, individu akan tampak berkeringat walaupun udara tidak panas, jantung berdebar terlalu keras, tangan atau kaki dingin, gangguan pencernaan, mulut dan tenggorokan terasa kering, muka tampak pucat, sering buang air kecil, otot dan persendian terasa kaku, sering mengalami gangguan tidur atau susah tidur. Hal lain yang dapat diperhatikan adalah individu mudah merasa lelah, tidak merasa santai, mudah terkejut dan terkadang menggerak- gerakkan wajah atau anggota tubuh dalam frekuensi yang berlebihan, seperti mengoyang-goyangkan kaki atau tangan, sering merenggangkan leher atau anggota tubuh lainnya. Setiap individu yang cemas mengalami gejala fisik yang berbeda-beda. 3. Bentuk-bentuk Kecemasan Lazarus ( dalam Prastiti, 2005 ), mengungkapkan bahwa kecemasan memiliki dua arti, yaitu : a. Kecemasan sebagai suatu respon merupakan reaksi seseorang terhadap pengalaman tertentu atau suatu keadaan yang ia hadapi. Lazarus membagi kecemasan sebagai suatu respon menjadi dua bentuk yaitu : 1)
State Anxiety, yaitu gejala kecemasan yang timbul karena individu dihadapkan pada situasi tertentu yang dianggap atau
12
dirasakan mengancam dirinya. Gejala kecemasan ini selalu tetap selama situasi itu masih ada. 2)
Trait Anxiety, yaitu kecemasan yang timbul sebagai suatu keadaan yang menetap pada diri individu. Kecemasan ini berhubungan ini berhubungan dengan kepribadian individu yang mengalaminya dan dipandang sebagai suatu keadaan yang menunjukkan adanya kesulitan dalam mengadakan proses penyesuaian diri.
b. Kecemasan sebagai intervening variable Merupakan suatu keadaan yang diperkirakan terjadi karena kondisi tertentu tetapi juga memiliki konsekuensi tertentu. Kecemasan ini tidak dapat diketahui melalui observasi tetapi hanya dapat diketahui melalui keadaan yang mendahului serta akibat-akibatnya. Individu
yang
mengalami
kecemasan
ini
akan
berusaha
membentuk penyesuaian diri untuk menghilangkan kecemasannya. 4. Tingkat-tingkat Kecemasan Bucklew ( dalam Prastiti, 2005 ) berpendapat bahwa pada umumnya kecemasan terbagi menjadi dua tingkat, yaitu : a. Tingkat psikologis, adalah kecemasan yang berwujud gejala-gejala kejiwaan seperti perasaan tegang, bingung, khawatir, ragu-ragu, perasaan tidak menentu, tidak jelas dan gejala lain yang bercampur aduk.
13
b. Tingkat fisiologis, adalah kecemasan yang mempengaruhi atau terwujud pada gejala- gejala fisik terutama pada system saraf, seperti keluarnya keringat dingin yang berlebihan, jantung berdebar-debar, susah tidur, sering gemetar, perut mual, dan sirkulasi darah yang tidak teratur. Sebenarnya kecemasan merupakan suatu kondisi yang pernah dialami oleh hampir semua orang, hanya taraf atau tingkatnya saja yang berbeda-beda. Jersild ( dalam Prastiti, 2005 ) membedakan kecemasan pada taraf normal dan kecemasan pada taraf neurotik. Kecemasan pada taraf normal terjadi apabila individu menyadari konflik-konflik yang terjadi dalam dirinya yang meyebabkan dia merasa cemas. Sedangkan kecemasan tahap neurotik, individu tidak menyadari adanya konflik-konfik dalam dirinya, dan tidak menyadari pula mengapa ia merasa cemas seperti itu, kemudian pada umumnya mereka akan menggunakan mekanisme pertahan diri secara tidak disadarinya. 5. Sumber-sumber Kecemasan Kecemasan ya ng muncul pada individu dapat berkaitan dengan berbagai macam sumber. Greist, Martens & Sharkey ( dalam Gunarsa, 1996 ) menyatakan hal yang sama mengenai sumber-sumber timbulnya kecemasan, yaitu : a. Tuntutan sosial yang berlebihan dan belum atau tidak dapat dipenuhi oleh seseorang, dan tuntutan ini dapat merupakan
14
perasaan subyektif dari individu yang mungkin tidak dirasakan oleh orang lain. b. Adanya standar keberhasilan yang terlalu tinggi bagi kemampuan yang dimiliki individu sehingga menimbulkan rasa rendah diri. c. Individu kurang siap dalam menghadapi suatu situasi atau keadaan yang tidak diharapkan atau diperkirakan olehnya. d. Adanya pola berpikir dan persepsi yang negatif terhadap situasi atau
diri
sendiri.
Hal
ini
dapat
pula
berkaitan
dengan
kecenderungan individu untuk menilai secara negatif dan subyektif terhadap hal- hal yang disekitarnya. Sumber-sumber kecemasan pada individu penting untuk diketahui agar dapat menentukan cara atau metode yang digunakan untuk mengatasi kecemasan tersebut sehingga
individu dapat
mengembangkan rasa percaya dirinya dan dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya. B. PENSIUN 1. Pengertian Masa Pensiun Masa pensiun merupakan saat penting yang menetukan dalam perkembangan manusia sebab masa pensiun menandai pergantian tahun pertengahan ke usia tua ( Kimmel dalam Prastiti, 2005 ). Pensiun juga berarti melepaskan jabatan dan kekuasan yang diperoleh dari pekerjaan dan tentuanya banyak membawa perubahan dalam hidup manusia. Dalam masa pensiun orang sudah tidak aktif lagi atau
15
mengundurkan diri dari pekerjaannya. Parkinson ( 1990 ) menyatakan bahwa pensiun diartikan menundurkan diri dari masyarakat umum atau kehidupan afektif, bisnis atau profesi. Kimmel ( dalam Prastiti, 2005 ) mengatakan pensiun merupakan suatu perubahan yang penting dalam perkembangan individu yang ditandai dengan perubahan sosial. Perubahan ini harus dihadapi oleh para pensiunan berupa penyesuaian diri terhadap keadaan yang tidak bekerja, berakhirnya karier pada pekerjaan formal, berkurangnya penghasilan dan bertambahnya waktu luang yang sangat menganggu. Adanya usia yang telah ditentukan ( kurang lebih 56 tahun ) membuat seseorang yang bekerja dipaksa untuk berhenti dari pekerjaannya. Hal ini menimbulkan terjadinya perubahan yang menyolok antara masa kerja dengan masa tidak bekerja / pensiunan (Andari, 2001). Di Indonesia usia pensiun berkisar antara 56-64 tahun. Untuk pegawai non edukatif, usia pensiun adalah 56 tahun dan umur 65 tahun untuk karyawan yang memangku jabatan ahli peneliti, guru besar, lektor kepala, serta jabatan-jabatan yang telah ditentukan oleh presiden ( Perpu no. 32, 1979 ). Maka dapat disimpulkan bahwa masa jabatan pensiun berarti pengunduran diri seseorang dari pekerjaannya, kehidupan afektif, bisnis atau profesi yang menandai akhir dari periode kerja. Masa pensiun banyak memerlukan penyesuaian diri. Aspek sosial ekonomi,
16
hilangnya pekerjaan, jabatan dan penghasilan merupakan hal yang sering membuat orang menjadi cemsa dan khawatir ketika memasuki masa pensiun. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya adanya kecemasan dan kekhawatiran tentang akibat yang ditimbulkan setelah masa pensiun tiba atau mereka masih mampu bekerja. Semua orang yang bekerja dalam suatu instasni akan mengalami masa pensiun, begitu pula karyawan yang bekerja pada instansi pemerintah dan non pemerintah. 2. Pengaruh Pensiun terhadap Individu Rogers ( dalam Prastiti, 2005 ) menjelaskan tentang dampak positif dan negative pensiun terhadap individu, yaitu : a. Akibat positif pensiun Masa pensiun memang dapat dan sering menghasilkan berbagai macam kepuasan. Bisa memberi kebebasan rutinitas, hilangnya stress akibat ketegangan pekerjaan yang dapat menyebabkan kesehatan mental lebih baik ketika masa pensiun. Lebih banyak waktu luang untuk mengerjakan hal- hal yang selama initidak sempat dikerjakan karena sibuk, dapat menyalurkan hobi, serta banyak kesempatan untuk mempelajari hal- hal baru misalnya bertani, berternak, melukis, dan lain- lain. b. Akibat negatif pensiun
17
Masa pensiun memang dapat memberikan kebebasan dari rutinitas dan pekerjaan berat yang membosankan, tetapi yang berlebihan juga dapat berakibat buruk, terlalu banyaknya waktu luang terkadang dapat lebih buruk daripada stress kerja yang berlebihan (Parkinson, et.al., 1990). Pensiun dapat lebih menjadi penyebab stress karena kehilangan peran sosial yang dominant, hilangnya status dan kekuasaan. Individu yang pensiun juga harus menghadapi aspek-aspek lain dari pensiun seperti akhir dari karier kerja, menurunnya pendapatan, kesadaran terhadap proses menjadi tua, menurunnya kesehatan sehingga harus mengurangi aktivitas, perubahan hubungan interpersonal dan image masyarakat terhadap pensiun, semua hal tersebut menjadi masalah besar. Orang yang akan menghadapi masa pensiun menyangsikan bahwa mereka dapat menciptakan suatu gaya hidup yang menyenangkan setelah pensiun dan tidak menderita syndrome masa pensiun. 3. Permasalahan yang dihadapi pada masa pensiun Prastiti ( 2005 ) permasalahan yang dihadapi pada masa pensiun berkaitan dengan bagaimana seseorang memandang dan mengartikan masa pensiun dan tidak terlepas pula dengan persepsi seseorang tentang hidup dan diri sendiri. Orang yang menganggap pensiun sebagai akhir dari segala-galanya akan mengalami kecemasan dan kebingungan menjelang masa datangnya pensiun karena merasa dunianya akan segera berakhir. Keadaan ini akan berkembang apabila
18
seseorang juga mempunyai kepercayaan diri rendah, kurangnya kompetensi sosial, namun sebaliknya bagi orang yang optimis dan positif mereka akan cenderung dapat menyesuaikan diri dengan baik. Secara garis besar terdapat dua persoalan pokok yang dihadapi oleh seseorang yang akan pensiun. Pertama yaitu berkaitan dengan persoalan fisik yang melibatkan pemenuhan akan kebituhan-kebutuhan fisik atau ekonomi yang disebabkan karena berkurangnya penghasilan atau fasilitas setelah mereka pensiun nanti. Sedangkan yang kedua mengenai persoalan-persoalan psikologis sebagai akibat kehilangan pekerjaan. Persoalan psikologis dapat disebabkan karena hal- hal sebagai berikut : a. Masalah Kebutuhan Ekonomi Uang jaminan pensiun yang akan mereka terima jumlahnya akan sedikit dibandingkan dengan gaji biasa yang mereka terima ketika masih aktif
bekerja. Mereka khawatir nantinya tidak dapat
mencukupi kebutuhan keluarganya. Keadaan akan semakin sulit apabila jumlah keluarga sangat banyak. Bagi seseorang yang tidak dapat mempersiapkan tabungan di hari tua akan mengalami masalah besar. b. Masalah kehilangan status. Dengan bekerja seseorang akan memperoleh kepuasan tersendiri karena disamping mendatangkan uang dan fasilitas,kerja mampu memberikan status tersendiri bagi seseorang. Seseorang dapat
19
mengalami kecemasan ketika pensiun akan datang karena setelah mereka pensiun nanti mereka akan merasa kehilangan status dan peran sosialnya. Mereka dapat mudah putus asa karena tidak diperhatikan dan dibutuhkan lagi oleh lingkungannya c. Masalah perasaan tidak berguna atau tidak produktif. Banyak orang akan mengalami kecemasan dalam menghadapi masa pensiun karena pensiun sering diidentikkan dengan tanda seseorang mengalami masa tua. Pada masa tua akan menimbulkan perasaan tidak berguna,tidak dibutuhkan lagi, tidak produktif, dan tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Apabila keadaan terus berlarut akan
sangat
tidak
menguntungkan
karena
mempercepat
kemerosotan psikis maupun psikologis orang yang hendak pensiun. d. Masalah kesepian. Kehilangan kesibuka yang tiba-tiba dirasakan seringkali sebagai suatu yang menyiksa.Seseorang yang sering terbiasa sibuk dengan pekerjaan tiba-tiba harus kehilangan pekerjaannya dan menjauh dengan rekan-rekan kerjanya. Hal ini dapat menimbulkan kesepian yang sangat menyiksa. Dari uraian diatas terlihat bahwa orang yang akan pensiun akan menghadapi beberapa permasalahan antara lain masalah kebutuhan ekonomi, masalah kehilangan status, masalah perasaan tidak berguna, dan masalah kesepian sehingga dapat memunculkan suatu kecemasan menghadapi masa pensiun.
20
C. KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN Kecemasan merupakan reaksi individu terhadap masalah yang dihadapi dan ditandai dengan adanya kegelisahan, kebingungan, ketakutan dan kekhawatiran. Dan kecemasan mempunyai tiga komponen yaitu komponen emosi, kognitif, dan fisik. Sedangkan masa jabatan pensiun berarti pengunduran diri seseorang dari pekerjaannya, kehidupan afektif, bisnis atau profesi yang menandai akhir dari periode kerja. Kecemasan menghadapi pensiun dapat dijelaskan sebagai suatu reaksi seseorang terhadap kejadian yang akan dilaluinya yaitu aktivitas pengunduran diri dari pekerjaannya dan kehidupan afektifnya yang menandai akhir periode kerja. Aktivitas yang akan dilaluinya tersebut dirasakan mendatangkan berberapa permasalahanan yaitu permasalahan ekonomi, kehilangan status, perasaan tidak berguna, dan masalah kesepian yang dihadapi dengan adanya reaksi fisik, emosi, dan kognitif . D. PERBEDAAN PRIA DAN WANITA Pria dan wanita merupakan dua fenomena yang sangat berbeda. Perbedaan ini telah ada sejak awal kehidupannya sebagai manusia, sejak terjadinya pembuahan ovum oleh sperma. Didalam setiap tubuh manusia terdapat 46 kromosom atau 23 pasang kromosom yang menentukan jenis kelamin individu dan pembawa sifat dan ciri-ciri tertentu ( dalam Prastiti, 2005 ). Berikut perbedaan antara pria dan wanita dipandang dari berbagai segi :
21
1. Perbedaan pria dan wanita secara biologis Handayani, et.al. ( 2001 ) menjelaskan bahwa pria memiliki karakteristik fisik yang kuat, otot yang kuat, memiliki jakun, bersuara berat, memiliki testis, penis, sperma, yang berfungsi sebagai alat reproduksi dalam meneruskan keturunan. Sedangkan wanita memiliki hormon yang berbeda dengan pria, sehingga mengalami menstruasi, perasaan sensitive, serta ciri-ciri fisik dan postur tubuh yang berbeda dengan pria, seperti bentuk pinggul yang lebih besar daripada pria. Secara biologis, semua itu melekat pada pria dan wanita selamanya yang fungsinya tidak dapat dipertukarkan, tidak dapat berubah karena merupakan keturunan Tuhan (kodrat) (Handayani, et.al., 2001). 2. Perbedaan pria dan wanita secara umum Shaevitz, ( dalam Prastiti, 2005 ) mengemukakan beberapa perbedaan antara pria dan wanita yang secara luas dapat diterima, yaitu : a. Pria lebih agresif dibandingkan wanita Pria lebih menyukai persaingan, lebih mudah marah dan lebih mendominasi. Mereka dengan mudah mengungkapkan rasa marah yang mungkin merupakan satu-satunya segi emosional yang dapat mereka nyatakan secara leluasa, kemarahan merupakan salah satu ungkapan yang alamiah bagi pria. Pria lebih sering marah dan lebih
22
intens dibandingkan kemarahan seorang wanita, sebab bagi wanita ungkapan kemarahan merupakan sesuatu yang berlebihan. b. Pria kurang memiliki hasrat untuk merawat Pria tidak biasa dengan spontan memberi sesuatu dan memberikan perhatian terhadap keadaan orang lain. Misalnya ketika seorang wanita secara spontan akan bertindak bila suami atau anak-anaknya sakit, seorang pria seringkali tidak bertindak seperti tindakan wanita. c. Harga diri seorang pria tergantung dari pekerjaannya Walaupun saat ini banyak kita jumpai wanita yang mengejar karier, namun dalam satu hal tetap saja mereka ada perbedaan mendasar dengan pria. Sebagian besar pria merasa hancur dan tidak berharga bila mereka gagal dalam karier atau mengalami kemunduran dalam keuangan. Sedangkan wanita akan lebih mengalami kepuasan hidup bila ia berhasil dalam hubungannya dengan sesama. Perasaan berharga dari seorang pria lebih terkait pada keadaan keriernya sehingga dapat dikatakan pekerjaan memberikan harga diri bagi seorang pria. d. Secara verbal pria kurang ekspresif dibandingkan wanita Pria seringkali lebih dapat menahan ataupun memendam emosi mereka,
sedangkan
wanita
cenderung
lebih
mudah
mengekspresikan emosi mereka. Pria lebih sering memendam emosi jika berhubungan dengan kemarahan dan seksualitas ( dalam
23
Prastiti, 2005 ). Pria sulit mengenali dan menyatakan perasaan. Mereka biasanya hanya menyatakan perasaan pada wanita saat awal hubungan, bila masa pacaran lewat mereka akan kembali pada bentuk lamanya yang tidak terbuka. e. Pria memiliki kebutuhan lebih besar terhadap kekuasaan Adanya kebiasaan yang memberikan pria sebagai pihak yang memegang kekuasaan, menyebabkan pria mengalami kesulitan dalam hubungan dimana mereka merasakan dirinya sebagai pihak yang kalah kuasa. f. Terhadap perkawinannya, pria lebih tergantung dan lebih peka. Pria tidak memiliki banyak sumber untuk mendapatkan dukungan emosional dibandingkan wanita sehingga dukungan dari pasangan sangat dibutuhkan dan mereka kecewa bila tidak mendapatkannya. g. Kebanyakan pria lebih banyak berorientasi makro daripada mikro, pria cenderung lebih suka bertanggung jawab dengan cara menganggap tugas itu sebagai suatu masalah untuk dipecahkan dengan cara mereka sendiri. 3. Perbedaan pandangan mengenai pekerjaan antara pria dan wanita Sawitri ( dalam Sutanto, 1984 ) mengatakan bahwa bagi pria nomor satu dalam hidupnya adalah bekerja karena adanya ambisi pribadi untuk meraih suatu status dalam pekerjaannya. Selain itu pekerjaan merupakan suatu hal ya ng sangat mereka inginkan dan yang terpenting dalam hidup mereka sehingga pria menghabiskan 50%
24
hidupnya dengan bekerja sampai ia pensiun ( dalam Prastiti, 2005 ). Sedangkan untuk wanita pada umumnya motivasi wanita lndonesia bekerja adalah karena adanya motivasi ekonomi dan spiritual ( Mukmin, 1980 ). Wanita memandang pekerjaan hanya sebagai hal sampingan sedangkan pria memandang pekerjaan sebagai hal pokok, bahkan mereka mengidentikkan diri dengan pekerjaan. Pekerjaan memberikan status dan kepuasan tersendiri bagi pria. 4. Perbedaan pandangan mengenai pensiun pada pria dan wanita Bagi pria yang menganggap pekerjaan merupakan hal terpenting dalam hidup mereka, pensiun dirasakan sebagai beban dan biasanya mereka kurang dapat menyesuaiakan diri dengan baik terhadap perubahan peran yang dijumpai setelah pensiun. Selain itu, pria juga hanya mempunyai sedikit sumber pengganti yang menghasilkan sarana yang diperolehnya dari pekerjaannya dulu ( Hurlock, 1997 ). Sedangkan bagi wanita, pekerjaan bukanlah merupakan satusatunya cara untuk meraih jati dirinya. Walaupun saat ini banyak kita jumpai wanita karier, namun keluarga tetap menjadi fokus utama mereka. Sehingga datangnya masa pensiun tidak membawa perubahan yang cukup besar dalam perkembangan harga diri mereka, sebab banyak hal yang masih dapat mereka lakukan di rumah maupun diluar rumah. Wanita tidak mengalami perubahan peran secara radikal selain itu pekerjaan hanya menghasilkan sedikit manfaat psikologis dan
25
dukungan sehingga pensiun kurang menimbulkan trauma. Selain itu, lebih sedikit wanita yang memegang jabatan eksekutif sehingga mereka tidak merasa kehilangan prestise ( Hurlock, 1997 ). Wanita seringkali selalu membawa tanggung jawab keluarga mereka ke dunia kerja sehingga ketika pensiun tidak memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perkembangan harga diri wanita, karena kebutuhan harga diri bukanlah tujuan utama mereka untuk bekerja. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin merupakan pengkategorisasian seks secara biologis yang terungkap dari identitas diri sebagai pria dan wanita. Pria dan wanita memiliki perbedaan baik dalam hal fisik maupun psikis. Dalam bidang pekerjaan pria dan wanita memiliki pandangan yang berbeda sehingga pensiun juga memberikan dampak yang berbeda pada mereka. E.
PERBEDAAN KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN ANTARA PRIA DAN WANITA Keadaan pensiun merupakan suatu hal yang akan dilalui oleh setiap orang yang bekerja baik itu pada pegawai pria dan wanita. Adapun pensiun itu sendiri mempunyai arti pengunduran diri seseorang dalam pekerjaannya, kehidupan afektif, bisnis, atau profesi yang menandai akhir dari perioda kerja. Datangnya pensiun akan membawa beberapa permasalahan
seperti
permasalahan kebutuhan ekonomi, kehilangan status, perasaan tidak berguna, dan masalah perasaan kesepian. Gambaran keadaan atau permasalahan
26
tersebut dapat direspon secara baik oleh individu ataupun dapat direspon secara tidak baik yang mengarah kepada gejala kecemasan. Kecemasan itu sendiri menurut Lazarus ( dalam Prastiti, 2005 ) adalah reaksi individu terhadap masalah yang dihadapi dan ditandai dengan adanya kegelisahan, kebingungan, ketakutan dan kekhawatiran. Seberapa besar tingkat kecemasan seseorang dapat mengarah kepada suatu gangguan yang serius dengan ditandainya adanya perasaan khawatir, gelisah, kurang percaya diri, merasa tidak mampu, tidak sanggup menyelesaikan masalah, rendah diri dan perasaan-perasaan lain yang tidak menyena ngkan ( Hurlock, 1996 ). Gejala-gelaja tersebut di atas dapat diklasifikasikan dalam 3 komponen kecemasan menurut Mahler ( dalam Prastiti, 2005 ) yaitu gejala emosional, komponen kognitif, komponen psikologis. Kecemasan yang dialami oleh seseorang dapat dilihat dari tingkatannya yaitu kecemasan pada taraf normal dan kecemasan pada taraf neurotik. (Jersild dalam Prastiti, 2005 ). Kecemasan pada taraf normal terjadi apabila individu menyadari konflik-konflik yang terjadi dalam dirinya yang meyebabkan dia merasa cemas. Sedangkan kecemasan tahap neurotik, individu tidak menyadari adanya konflik-konfik dalam dirinya, dan tidak menyadari pula mengapa ia merasa cemas seperti itu, kemudian pada umumnya mereka akan menggunakan mekanisme pertahan diri secara tidak disadarinya. Munculnya suatu gejala kecemasan terkait dengan suatu keadaan atau permasalahan yang mengganggu seseorang. Seperti yang telah dikemukakan di atas, permasalahan pensiun seperti permasalahan kebutuhan ekonomi,
27
kehilangan status, perasaan tidak berguna, dan masalah perasaan kesepian dapat membawa seseorang ke dalam keadaan yang serba membingungkan yang dapat mengarah ke dalam suatu gelaja kecemasan. Hal tersebut dikarenakan setiap orang mempunyai respon yang berbeda-beda dalam menanggapi suatu permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaan. Respon yang berbeda-beda berkaitan dengan diri individu yang masing- masing yang melekat pada diri mereka seperti halnya perbedaan jenis kelamin yaitu pria dan wanita yang mempunyai cir i-ciri fisik dan psikologis yang berbeda satu sama lain. Dalam hal perbedaan secara psikologis dalam merespon suatu permasalahan menjelang masa pensiun, pria cenderung lebih rentan mengalami gangguan kecemasan dikarenakan pria mempunyai harga diri tinggi dalam pekerjaannya. Sebagian besar pria akan merasa hancur dan tidak berharga apabila mereka gagal dalam karier atau mengalami kemunduran dalam keuangan. Selain itu kebutuhan akan kekuasaan sangat mendominasi pria yang tercermin dalam pekerjaannya. Mereka akan merasakan lost of power apabila memasuki masa pensiun. Hal ini lebih besar pengaruhnya pada orang-orang yang menduduki jabatan tinggi ataupun tingkat kesejahteraan yang baik. Sedangkan pada wanita, datangnya masa pensiun lebih dapat diatasi oleh wanita. Bagi wanita pekerjaan bukanlah satu-satunya cara untuk meraih jati diri karena fokus yang utama adalah keluarga. Wanita seringkali selalu membawa tanggung jawab keluarga mereka ke dunia kerja sehingga ketika pensiun tidak memberikan sumbangan yang cukup besar bagi
28
perkembangan harga diri wanita, karena kebutuhan harga diri bukanlah tujuan utama mereka bekerja. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kecemasan seringkali disebabkan oleh berbagai macam persoalan hidup dan pada masa datangnya pensiun tersebut terdapat beberapa permasalahan yang dapat direspon secara positif maupun negatif dari individu. Respon yang berbeda-beda tersebut berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin yang melekat pada diri individu yaitu pria dan wanita. Dengan berbagai macam sifat yang melekat pada diri pria dan wanita, respon terhadap permasalahan yang nantinya datang pada masa pensiun akan berbeda pada pria dan wanita. F.
Hipotesis Hipotesis yang ingin dibuktikan adalah : Ada perbedaan kecemasan menghadapi pensiun antara pria dan wanita
BAB III METODE PENELITIAN
A.
B.
VARIABEL PENELITIAN 1. Variabel Tergantung
: Kecemasan menghadapi pensiun
2. Variabel Bebas
: Pria dan Wanita
DEFINISI OPERASIONAL 1. Kecemasan menghadapi pensiun Kecemasan menghadapi pensiun merupakan suatu reaksi seseorang terhadap kejadian yang akan dilaluinya yaitu aktivitas pengunduran diri dari pekerjaannya dan kehidupan afektifnya yang menandai akhir periode kerja. Aktivitas yang akan dilaluinya tersebut dirasakan sebagai permasalahan kebutuhan ekonomi, permasalahan kehilangan status, perasaan tidak berguna, dan perasaan kesepian yang dihadapi dengan adanya reaksi fisik, emosi, dan kognitif. Kecemasan
menghadapi
pensiun
diungkap
dengan
menggunakan skala kecemasan menghadapi pensiun dari Prastiti ( 2005 ) yang terdiri dari 36 item pernyataan dan adapun aspek yang diukur meliputi: a. Aspek emosional, yaitu perasaan khawatir, tegang, gelisah. b. Aspek kognitif , yaitu perilaku sulit berkonsentrasi, pelupa, pikiran kacau dan mudah panik.
29
30
c. Aspek fisik yaitu keadaan fisik seperti jantung berdebar, gangguan tidur, sesak nafas. Skor yang tinggi dalam skala kecemasan menunjukkan kecemasan yang dihadapi dalam masa pensiun tinggi sedangkan skor rendah menunjukkan kecemasan yang rendah dalam menghadapi masa pensiun. 2. Pria dan Wanita Subjek penelitian dibedakan menurut jenis kelaminnya yaitu pria dan wanita berdasarkan laporan yang diberikan subyek pada skala kecemasan. C.
SUBJEK PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan teknik pengambilan subjek dengan purposive sampling dimana pengambilan subjek berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik yang dianggap sesuai untuk penelitian ini yaitu : 1. Lokasi Subjek dalam penelitian ini bertempat kerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta. 2. Karakteristik Pekerjaan Subjek dalam penelitian ini adalah pegawai yang bekerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta. 3. Usia
31
Subjek dalam penelitian ini berusia berkisar
mendekati 56
tahun. Usia pensiun adalah 56 tahun dan umur 65 tahun untuk karyawan pegawai diluar bidang pendidikan atau non edukatif ( Perpu no. 32, 1979 ). Pemilihan usia 40- 59 tahun juga didasarkan oleh pendapat Hurlock ( 1997 ) bahwa pada usia 40-59 tahun, seseorang akan memasuki usia madya. Pada usia tersebut pria dan wanita diharuskan untuk melakukan penyesuaian diri pada banyak aspek kehidupan. Penyesuaian itu antara lain penyesuaian terhadap perubahan fisik dan kesehatan, dimana fisik mulai melemah sehingga harus memerlukan bantuan orang lain, penyesuaian terhadap status ekonomi yang berubah ( income ) akibat datangnya masa pensiun, penyesuaian terhadap minat karena harus mengembangkan kegiatan baru sebagai pengisi waktu luang yang semakin bertambah setelah pensiun. 4. Masa Kerja Masa kerja atau jabatan yang diperoleh pada subjek berkaitan dengan kisaran usia yang telah ditentukan diatas yaitu 40-59 tahun yang mana rata-rata pada usia tersebut masuk ke dalam masa jabatan diatas 15 tahun. D.
METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala. Menurut Azwar ( 2000 ) metode skala menggunakan daftar pertanyaan atau pernyataan secara langsung dan terarah. Skala tersebut diberikan
32
kepada subyek penelitian dan subyek tersebut diminta unt uk memberikan jawaban atas pendapatnya terhadap pernyataan tersebut. 1.
Alat ukur Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Kecemasan menghadapi pensiun dari Prastiti ( 2005 ). Uji validitas skala penelitian menggunakan validitas isi dengan proffesional judgement. Skala tersebut berjumlah 36 item yang akan kembali diuji tingkat reliabilitasnya oleh peneliti. Berikut distribusi sebaran 36 item kecemasan menghadapi pensiun : Tabel 1 SEBARAN BUTIR SKALA KECEMASAN
Aspek Kecema San Aspek Pensiun Perasaan kehilangan status Persoalan ekonomi Perasaan tidak berguna Perasaan kesepian Total
AFEKTIF
KOGNITIF
FISIOLOGIS
TOTAL
2,14,17
20,22,24
5,10,19
9
4,6,23
1,7,16
11,12,13
9
27,29,36
9,33,35
8,25,30
9
3,28,31
15,21,26
18,32,34
9
12
12
12
36
33
2.
Pemberian Skor Dalam skala ini disediakan 4 macam jawaban yaitu : SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
Untuk pernyataan yang bersifat favorable : SS diberi nilai 4 , S diberi nilai 3, TS diberi nilai 2, dan STS diberi nilai 1. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat unfavorable : SS diberi nilai 1, S diberi nilai 2, TS diberi nilai 3, dan STS diberi nilai 4. E.
VALIDITAS DAN RELIABILITAS Skala yang akan digunakan dalam penelitian harus memenuhi persyaratan pengujian validitas dan reliabilitas. 1. Validitas Validitas berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukur nya. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut mampu menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya penelitian tersebut. Validitas skala menggunakan validitas isi dimana validitas isi menunjukkan
sejauh
mana
item- item
dalam
tes
mencakup
34
keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur ( Aswar, 2000). Validitas
isi
skala
kecemasan
menghadapi
pensiun
menggunakan analisis rasional atau professional judgement
yang
sudah dilakukan oleh Dosen Pembimbing skripsi Prastiti ( 2005 ). Blue-print yang telah disusun telah sesuai dengan batasan domain ukur yang telah ditetapkan dan mengandung aspek-aspek yang bersangkutan. 2. Seleksi Item Seleksi item dilakukan untuk melihat sejauh mana item- item tersebut dapat membedakan antara individu atau kelompok individu yang mempunyai dan yang tidak mempunyai atribut yang hendak diukur ( Azwar, 2000 ). Pengujian daya beda item sudah dilakukan oleh Prastiti ( 2005 ) dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala yang menghasilkan koefisien korelasi item total yang dibuat parameter daya beda item dengan menggunakan program SPSS for windows versi 13. Hasil seleksi item oleh Prastiti ( 2005 ) dari 72 item yang diuji cobakan memperoleh korelasi item total berkisar antara 0,0730 sampai 0,8235 dengan jumlah subjek uji coba 52 orang. Seleksi item akan dilakukan untuk kedua kalinya dengan didasarkan pada batasan rix > 0,20. Sehingga item yang memiliki korelasi item total minimal 0,20 dianggap layak untuk diikut sertakan
35
dalam skala penelitian. Sedangkan item dengan rix < 0,20 dianggap buruk karena dapat diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah sehingga tidak dimasukkan dalam item yang akan digunakan dalam penelitian ( Azwar, 2002 ). Seleksi item dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows 13. 3. Reliabilitas Reliabilitas suatu alat ukur menunjukkan pada suatu pengertian bahwa alat ukur tersebut cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Reliabel mengandung pengertian dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas alat tes kecemasan menghadapi pensiun yang di uji oleh Prastiti ( 2005 ) menghasilkan koefisien Alpha sebesar 0,9610 dari 36 item yang diuji. Namun peneliti melakukan analisis item dan reliabilitas item kembali terhadap 36 item yang dipakai dalam penelitian dengan alasan bahwa skala yang dipakai dalam penelitian haruslah reliabel dan dapat dipercaya sehingga analisis item untuk kedua kalinya akan dilakukan. Reliabilitas tes ini diukur dengan pendekatan konsistensi internal yang didasarkan pada data dari sekali pengenaan skala pada sekelompok subyek ( single trial administration ). Penghitungan kembali koefisien reliabilitasnya dilakukan menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbrach, karena akan memberikan harga yang sama besar dengan harga reliabilitas yang sebenar-benarnya. Jadi akan selalu
36
ada kemungkinan bahwa reliabilitas uji yang sebenarnya akan lebih tinggi daripada koefisien yang didapatkan ( Azwar, 1996 ). Rumus Koefisien Alpha Belah dua :
s 12 + s 22 a = 2 1 − s x2 Keterangan : s12 dan s22 = Varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2 sx2
= Varians skor skala Reliabilitas dinyatakan dalam koefisien reliabilitas (rxx’) yang
angkanya berada dalam rentang 0 sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas dan sebaliknya semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas. Berikut interpretasi nilai r koefisien alpha ( Arikunto, 1989 ) dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 2 Interpretasi Nilai rxx , Koefisien Alpha 0,80-1,00
Sangat tinggi
0,60-0,799
Tinggi
0,40-0,599
Cukup
0,20-0,39
Rendah
<0,20
Sangat rendah
37
F.
METODE ANALISIS DATA 1. Pengujian Hipotesis Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yaitu membedakan rata-rata mean dua kelompok subjek berdasarkan jenis kelamin dalam hal kecemasan menghadapi pensiun, maka menggunakan pengujian t-test dengan menggunakan program SPSS for windows versi 13.0.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.
Orientasi Kancah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto terletak di Jl. Abdul Rahman Saleh no. 22-24, Jakarta Pusat, dan berada dibawah lindungan Departmen Pertahanan dan Keamanan Nasional, Direktorat Kesehatan Angkatan Darat. Jumlah keseluruhan karyawan di rumah sakit tersebut berjumlah 3500 orang lebih karyawan tetap dan mempunyai 567 karyawan honorer. Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit tersebut terdapat 156 orang karyawan tetap dimana peneliti mengambil responden yang berjumlah 60 orang yang terdiri dari 30 orang pria dan 30 orang wanita dari 78 orang yang akan menghadapi masa pensiun.
B.
Persiapan Penelitian 1. Persiapan Penelitian Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini adalah persiapan administrasi alat ukur yang berupa permohonan izin penelitian untuk pengambilan data di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta. Permohonan izin dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2007 dan setujui oleh Dekan Fakultas Psikologi. Surat keterangan penelitian dapat dilihat pada lampiran 1.
38
39
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 10 -11 Desember 2007 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta. Pembagian skala kecemasan menghadapi pensiun untuk proses seleksi item akan diisi oleh subjek, data yang diterima kemudian akan dilakukan 2 kali analisis yaitu yang pertama analisis reliabilitas untuk mengalisis item dan yang kedua analisis data penelitian. Skala kecemasan menghadapi pensiun terdiri dari 36 item yang mempunyai 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. 2. Seleksi Item Skala kecemasan menghadapi pensiun dibagikan kepada 60 subjek pada hari pertama yaitu 10 Desember 2007 bertempat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta. Hasil uji daya beda item skala kecemasan menghadapi pensiun dengan jumlah item berjumlah 36
item,
mempunyai
indeks
diskriminasi item yang baik dengan kisaran 0,329-0,660. Sehingga semua item pada skala kecemasan menghadapi pensiun diikut sertakan pada penelitian. a. Reliabilitas Skala kecemasan menghadapi pensiun yang di ujicobakan kembali menghasilkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,928. Nilai koefisien reliabilitas tersebut tergolong tinggi dan dapat
40
digunakan dalam penelitian. Secara lengkap data seleksi item dan hasil pengujian reliabilitas skala ini dapat dilihat pada lampiran 2.
C.
Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada hari kedua yaitu pada tanggal 10 Desember 2007 bertempat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta. Peneliti membagikan skala kepada subjek dengan rata-rata waktu pengerjaan selama 15 menit. Setelah selesai subjek diminta untuk menyerahkan skala kepada peneliti. Peneliti memeriksa skala tersebut untuk memastikan subjek telah menjawab seluruh item. Jumlah skala yang dirancang untuk dibagikan kepada subjek adalah sebanyak 60 buah dengan pembagian 30 buah untuk subjek pria dan 30 buah untuk subjek wanita. Jumlah item yang dipakai adalah sebanyak 36 item. Data skala kecemasan menghadapi pensiun dapat dilihat pada lampiran 3.
D.
Hasil Penelitian 1. Karakteristik Subjek Data penelitian menampilkan karakteristik subjek berdasarkan jenjang usia dan jenis kelamin dengan jumlah total 60 orang subjek Pegawai Negeri Sipil.
41
Tabel 3 Karakteristik Subjek Frekuensi 1. Usia 50 tahun 51 tahun 52 tahun 53 tahun 54 tahun 55 tahun Total : 2. Jenis Kelamin Pria Wanita Total :
Pada Tabel 3
3 3 9 9 16 20 60 30 30
Presentase(%) 5% 5% 15% 15% 26.6% 33.3% 100% 50% 50%
60
menunjukkan
100%
bahwa
dalam
karateristik
berdasarkan usia, subjek mempunyai rentang usia antara 50 tahun sampai dengan 55 tahun dengan jumlah usia terbanyak berada dalam rentang usia 54 tahun dan 55 tahun tahun yaitu 26,6% dan 33,3 %. Usia 50 dan 51 tahun mempunyai presentase sebesar 5% dari jumlah subjek, sedangkan usia 52 dan 53 tahun mendapatkan prosentase sebesar 15 % dari jumlah subjek. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, terdapat 50% subjek pria dan 50% subjek wanita. 2. Kategorisasi Skor Penentuan kategori skor skala kecemasan menghadapi pensiun dilakukan dengan kategori jenjang berdasarkan standart deviasi dan mean teoritik. Penggunaan kategori jenjang bertujuan menempatkan subjek ke dalam kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum jenjang
42
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga kategori, yaitu : rendah, sedang, dan tinggi ( Azwar, 1999 ). Adapun normanya adalah sebagai berikut :
Tabel 4 Kategori Nilai Jenjang tiga ( Azwar, 1999 ) x < ( µ - 1,0 s ) ( µ - 1,0 s ) = x < ( µ + 1,0 s ) ( µ + 1,0 s ) = x Keterangan : §
µ = rata-rata teoritis, yaitu rata-rata teoritis dari skor maksimum dan skor minimun
§
s
= standar deviasi,yaitu luas jarak sebaran yang dibagi
kedalam 6 satuan deviasi standar. Bila dimasukkan ke dalam hitungan angkanya adalah sebagai berikut : §
X minimum = 36 X 1 = 36
§
X maximum = 36 X 4 = 144
§
Range = 144-36 = 108
§
SD (s) = 108/6 = 18
§
µ = 144 + 36 = 180 = 90 2
2
Berdasarkan norma tersebut, maka diperoleh kategori respon subjek yang dapat dilihat pada tabel 4.
43
Tabel 5 Kategori Skor Skala Kecemasan Menghadapi Pensiun Rentang Nilai
x < 72 72 = x < 108 108 = x
Kategori
Rendah Sedang Tinggi
Total
Berdasarkan tabel
Jenis Kelamin Pria Wanita 3 4 (10%) (13,3%) 26 25 (86,6%) (83,3%) 1 1 (3,3%) (3,3%) 30 30
4 diatas, subjek wanita dan pria berada
dalam skor kecemasan menghadapi pensiun yang ‘sedang’ dengan jumlah subjek 60 orang.
Skor kecemasan yang sedang tersebut
berbeda antara pria dan wanita dimana pria mempunyai prosentase yang lebih tinggi dari pada prosentase skor pada wanita. Yaitu yaitu 86,6% untuk kelompok pria dan 83,3% untuk kelompok wanita.Dari Hanya 10% dari kelompok subjek laki- laki berada dalam skor ‘rendah’ sedangkan pada kelompok wanita terdapat 13,3% yang mempunyai skor rendah. Skor tinggi pada kelompok pria mempunyai presentase yang sama dengan kelompok wanita yaitu sebanyak 3 %. 3. Hasil Uji Asumsi a) Uji Normalitas Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebaran variabel kecemasan menghadapi pensiun mengikuti distribusi normal. Pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria sebagai berikut :
44
§
jika probabilitas ( p ) > 0,05 maka distribusi populasi normal.
§
Sebaliknya jika ( p ) < 0,05 maka distribusi populasi tidak normal. Berikut hasil uji normalitas pada skala kecemasan
mengahdapi pensiun dengan menggunakan Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test : 1.) Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa distribusi skor kecemasan menghadapi pensiun mempunyai probabilitas ( p ) = 0,752. Hal ini berarti bahwa distribusi data variabel kecemasan menhadapi pensiun adalah normal karena nilai probabilitas diatas 0.05 (0,752 > 0,05 ). b) Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel-sampel dalam penelitian berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama. Pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria sebagai berikut: §
jika ( p ) > 0,05 maka dinyatakan data berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama.
§
jika ( p ) < 0,05 maka dinyatakan data berasal dari populasi yang mempunyai varians yang tidak sama.
Berikut hasil uji homogenitas dengan menggunakan Levene Test : 1.) Berdasarkan
hasil
uji
homogenitas,
skala
kecemasan
menghadapi pensiun menghasilkan probabilitas sebesar 0,499.
45
Hal ini berarti data berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama, atau dengan kata lain homogen karena memiliki ( p ) > 0,05. 4. Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini perbedaan
menggunakan t-test untuk
jenis kelamin. Penghitungan menggunakan program
komputer SPSS for Windows versi 12.0 dengan taraf signifikansi menggunakan uji dua ekor. Tabel 6 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ( Independent Sample t – Test ) berdasarkan jenis kelamin
Kecemasan menghadapi pensiun N
Jenis Kelamin Pria Wanita Mean Mean ( SD) (SD) 88,80 82,20 (10.55) (11.44) 30
t 2.323
Sig. of t-Test 0,024
30
Keterangan : § SD: Besarnya standar deviasi § t : Hasil perhitungan uji t § Sig. of t Test : Signifikansi statistik dari t-Test Berdasarkan ringkasan hasil uji hipotesis kecemasan menghadapi pensiun dalam Tabel 5 dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
46
1.) Rata-rata skor kecemasan menghadapi pensiun pada subjek laki- laki adalah 88,80 (SD = 10.55); mean skor pada subjek wanita adalah 82,20 (SD =11.44) Dengan taraf signifikansi 0.05, tampak bahwa t hitung (df = 58) dengan Equal variance assumed adalah 2.323,
p = 0,024 ( p < 0,05 ). Hal ini
menunjukkan perbedaan yang signifikan diantara kedua subjek. Subjek
laki- laki
mempunyai
rata-rata
skor
kecemasan
menghadapi pensiun yang lebih tinggi daripada subjek wanita. Grafik 1 Perbedaan MEAN kecemasan menghadapi pensiun antara pria dan wanita
88.8 90 88 86 82.2
84 82 80 78 1 Pria
E.
wanita
Pembahasan Berdasarkan hasil uji analisis yang dilakukan pada keseluruhan skala diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Hipotesis : “Ada perbedaan kecemasan menghadapi pensiun pada pria dan wanita”. Dari penghitungan uji t-test dengan menggunakan program SPSS for windows versi 13.0. didapatkan hasil t hitung sebesar 2.323 dengan taraf siginifikansi sebesar p = 0.024 ( P< 0,05 ). Hasil tersebut
47
menunj ukkan bahwa ada perbedaan antara pria dan wanita dalam kecemasan menghadapi pensiun. Berdasarkan kategorisasi nilai menunjukkan bahwa antara pria dan wanita mempunyai skor yang sama sama besar pada tingkatan sedang yaitu sebanyak (86,6%) untuk pria dan (83,3%) untuk wanita. Skor yang sedang dalam hal kecemasan menghadapi pensiun antara pria dan wanita dapat disebabkan karena karakteristik subjek sebagai pegawai negeri sipil dimana di lingkungan kerja sebagai pegawai negeri faktor jaminan hari tua meskipun dirasakan masih sedikit namun dijamin oleh pemerintah. Dari kedua penjabaran diatas dapat diperoleh hasil penelitian yaitu terdapat perbedaan kecemasan antara pria dan wanita dalam hal kecemasan menghadapi pensiun. Perbedaan tersebut ditunjukkan dengan hasil rata-rata skor pria yang lebih besar daripada wanita. Perbedaan kecemasan menghadapi pensiun antara pria dan wanita menunjukkan bahwa pekerjaan mempunyai arti yang sangat penting bagi pria. Menurut pendapat Shaevitz, ( dalam Prastiti, 2005 ) juga menunjukkan bahwa sebagian besar pria menunjukkan perasaan hancur dan tidak berharga apabila pria mengalami kemunduran karier dan keuangan. Sedangkan wanita akan lebih mengalami kepuasan hidup bila ia berhasil dalam hubungannya dengan sesama. Perbedaan kecemasan antara pria dan wanita juga dapat terjadi karena antara pria dan wanita mempunyai perbedaan pandangan
48
mengenai pensiun dimana pria menganggap pekerjaan merupakan hal terpenting dalam hidup mereka, pensiun dirasakan sebagai beban dan biasanya mereka kurang dapat menyesuaiakan diri dengan baik terhadap perubahan peran yang dijumpai setelah pensiun. Pria juga hanya mempunyai sedikit sumber pengganti yang menghasilkan sarana yang diperolehnya dari pekerjaannya dulu ( Hurlock, 1997 ). Sedangkan bagi wanita, pekerjaan bukanlah merupakan satu-satunya cara untuk meraih jati dirinya. Perbedaan juga dapat terjadi karena perbedaan secara psikologis dalam merespon suatu permasalahan menjelang masa pensiun. Pria cenderung lebih rentan mengalami gangguan kecemasan dikarenakan pria mempunyai harga diri tinggi dalam pekerjaannya. antara pria dan wanita.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan kecemasan menghadapi pensiun antara pria dan wanita di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta. Perbedaan tersebut tampak dari hasil uji hipotesis yang menghasilkan taraif signifikansi sebesar 0.024 dengan mean skor pada pria 88.88 dan mean skor pada wanita sebesar 82.2 Temuan ini dapat menambah dukungan terhadap penelitian yang serupa yaitu mengenai perbedaan pria dan wanita dalam menghadapi pensiun.
B. Saran Penelitian ini juga mempunyai kontribusi yang penting terhadap pemahaman bersama mengenai kecemasan menghadapi pensiun berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Beberapa saran yang dapat diberikan adalah : 1. Penelitian selanjutnya Bagi peneliti yang ingin meneliti lebih jauh mengenai kecemasan menghadapi pensiun, dapat meneliti dengan subyek penelitian yang berbeda, seperti: pegawai perusahaan swasta ataupun negeri dengan jabatan atau posisi tertentu. 2. Bagi Instansi di rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta.
49
50
Penelitian ini dapat menjadikan masukan untuk lebih memperhatikan kesejahteraan pegawai yang bekerja di instansi tersebut pada masa menjelang pensiun.
DAFTAR PUSTAKA Andari, S. (2001). “Post Power Syndrome Pada Masa Lanjut Usia”. Media Informasi Penelitian No. 168. Halaman 83-94 As’ad, Moh., Drs., S.U.,Psi. (2001). Psikologi Industri : Seri Ilmu Sumber Daya Manusia. Edisi 4. Liberty. Yogyakarta. Atkinson, Rita, L ; Atkinson, Richard, C. & Hilgard, Ernest, R. (1994). ( Ab. Dra. Nurdjannah taufiq; Dra. Rukmini Barhana ) Pengantar Psikologi. Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Azwar, Saifuddin, MA. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwar, Saifuddin, MA. (1999). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Daradjat, Z., (1996). Kesehatan Mental, Jakarta : PT. Gunung Agung. Eliana Rika, S. Psi. ( 2003 ). Konsep Diri Pensiunan (skripsi ), Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. USU Digital library. Psikologi-rika%20eliana.pdf Gunarsa, (1996). Psikologi Olahraga : Teori dan Praktek , Jakarta : PT.BPK Gunung Mulia. Hall,Calvin, S. & Lindsey, Gardner, (1997). (Ab. Yustinus Msc). Teori-teori Psikodinamik (klinis). Yogyakarta. Kanisius. Handayani, Trisakti & Sugiarti (2001). Konsep dan Tehnik Penelitian Gender. Pusat Studi Kemasyarakatan. Universitas Muhammadiyah Malang. Hurlock, E.B., ( 1996). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang rentang Kehidupan, Terjemahan. Jakarta : Erlangga. Hurlock, E. B., ( 1997 ). ( Ab. Dra. Istiwidayanti & Drs. Soejarwo, M.Sc ) Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang rentang Kehidupan, Terjemahan. Jakarta : Erlangga. Kartini, Kartono. (1986). Psikologi Perkembangan. CV. Mandiri Maju. Bandung Mukmin, H, ( 1980). Beberapa Aspek perjuanngan Wanita Di Indonesia (Suatu Pendekatan Deskriptif Komparatif ). Bandung : Binacipta.
51
52
Parkinson, C, Northeo, dkk. (1990). (Ab. Drs. Budi) Masa Pensiun yang Bahagia, Seri Manajemen Untuk Semua Orang. Jakarta : Binarupa Aksara. Perpu no. 32 Tahun 1979 tentang Undang-Undang Kepegawaian. Prastiti, H. ( Skripsi, 2005). Studi Deskriptif Kecemasan dalam menghadapi masa pension Pada Guru SD di Kelurahan Sardonoharjo Kecamatan Ngaglik Sleman Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. Priest, P.J. (1991). ‘Gilt by association’: talk show participants’ televisually enhanced status and self-esteem. In Scannell, P., editor, Broadcast talk . London: Sage, 67_/83. Rini, F, Jacinta. (2002). Pensiun dan Pengaruhnya. www. E-psikologi.com Walujo Djoko Indarto (2004). Sistem Penggajian, Insentif Pegawai Negeri Sipil dan Reformasi Birokras. Bunga Rampai Hasil Penelitian White, R. W., & Watt, N. F. (1981). The abnormal personality (5th ed.). New York: Wiley. http://www.fiskal.depkeu.go.id/bkf/kajian/10Sistem%20Penggajian,%20Insentif% 20Pegawai%20Negeri%20Sipil%20dan%20Reformasi%20BirokrasiDjoko.pdf
SKALA KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN
Dengan Hormat, Perkenalkan, saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang sedang melakukan penelitian untuk menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat kelulusan saya. Untuk itu, Saya memohon kesediaan Anda untuk meluangkan waktu di tengah kesibukan Anda, untuk mengisi angket berikut ini. Angket ini terdiri dari 36 pernyataan mengenai kecemasan menghadapi pensiun . Karena tidak ada jawaban yang salah, saya berharap Anda mengisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan kondisi kehidupan Anda sehari-hari dan usahakan agar semua pernyataan tidak ada yang terlewatkan. Isilah identitas diri anda terlebih dahulu. Hasil dari angket ini akan dipergunakan untuk kepentingan akademik dan semua informasi diri anda terjamin kerahasiaannya. Atas bantuan dan perhatian Anda, saya ucapkan terima kasih. Hormat Saya, Burduniaji Cahyo Purnomo 99/PSI/USD
No:
Pernyataan
31
Saya merasa yakin tidak akan kesepian setelah mengalami pensiun nanti
32
Saya tetap tenang ketika membayangkan masa pensiun karena bagi saya masa pensiun bukanlah akhir dari segala-galanya.
33
Memikirkan setelah pensiun tidak ada lagi yang dapat saya lakukan tidak membuat saya merasa gemetaran.
34
Saya merasa tenang dalam menghadapi masa pensiun walaupun akan mengalami masa kesulitan dalam berkomunikasi dengan rekan-rekan setelah pensiun nanti.
35
Pikiran saya tidak terganggu meskipun setelah pensiun nanti masyarakat tidak memerlukan tenaga saya lagi.
36
Membayangkan akan kehilangan rekanrekan dekat setelah pensiun nanti tidak mengganggu tidur saya.
SS S TS STS
“Periksalah kembali jawaban anda, jangan sampai ada yang terlewati”
No:
Pernyataan
21
Saya tetap mampu bernafas lega karena bagi saya pensiun bukan tidak menghilangkan kebanggaan diri saya dalam masyarakat. Saya tetap dapat berkonsentrasi dalam bekerja walaupun setelah pensiun masyarakat tidak akan membutuhkan tenaga saya lagi. Saya menjadi sulit berfikir jernih bila membayangkan masa pensiun karena saya akan kehilangan kesibukan. Saya sulit berkonsentrasi dengan pekerjaan bila mengingat masa pensiun karena penghargaan masyarakat akan berkurang. Memikirkan kesulitan ekonomi yang akan terjadi setelah pensiun nanti tidak membuat saya bingung. Bila memikirkan masa pensiun saya menjadi pelupa karena setelah pensiun nanti saya akan kehilangan peran dalam masyarakat. Berpikir tentang masa pensiun tidak membuat saya gelisah walaupun setelah pension saya tidak dapat berbuat sesuatu yang berguna untuk orang lain. Saya tidak berdebar-debar meskipun setelah pensiun saya tidak dapat berbuat sesuatu yang berguna untuk orang lain. Membayangkan akan kehilangan temanteman dekat setelah pensiun tidak menggangu konsentrasi saya dalam bekerja. Membayangkan tidak lagi yang dapat saya lakukan setelah pensiun akan membuat saya menjadi bingung.
22
23
24
25
26
27
28
29
30
SS
S
TS
STS
Lingkari & Isilah identitas diri anda : 1. Usia : 2. Jenis Kelamin : L
P
SKALA KECEMASAN Petunjuk Pengisian : Dibawah ini terdapat 36 butir pernyataan mengenai perilaku kecemasan menghadapi pensiun. Bacalah dan pahamilah baikbaik setiap pernyataan yang ada dengan cara memberi tanda ( X) atau yang lain pada kolom yang tersedia, dan sesuai dengan diri anda. Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam mengisi angket ini. Adapun pilihan jawaban seperti berikut ini : SS S TS STS
: Jika jawaban anda Sangat Setuju dengan pernyataan disamping : Jika jawaban anda Setuju dengan pernyataan disamping : Jika jawaban anda Tidak Setuju dengan pernyataan disamping. : Jika jawaban anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan disamping.
No: 1.
2.
3. 4.
5
6
7
8
9
10
Pernyataan Memikirkan kebutuhan rumah tangga yang begitu besar sementara uang pensiun yang nanti saya terima nanti jumlahnya lebih sedikit dari pada gaji yang saya peroleh sekarang membuat daya ingat saya menjadi terganggu. Meskipun saya akan kehilangan kebanggaan diri setelah pensiun namun saya merasa tenang. Saya menjadi tegang mengingat sebentar lagi saya akan kehilangan kesibukan. Saya menjadi khawatir ketika berpikir tentang bagaimana untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga setelah saya pensiun nanti. Membayangkan masa pensiun tidak membuat saya gemetaran walaupun rasa hormat masyarakat terhadap saya akan berkurang. Saya menjadi gelis ah bila membayangkan masa pensiun karena pendapatan ekonomi akan menurun. Memikirkan beban hidup yang akan terasa semakin berat setelah pensiun nanti membuat saya sulit berkonsentrasi. Membayangkan ketidak berdayaan diusia tua setelah pensiun, membuat saya gemetaran. Memikirkan pmasa pensiun tidak membuat kemampuan mengingat saya terganggu meskipun setelah pensiun nanti saya tidak dapat berbuat sesuatu yang berguna untuk orang lain. Saya tidak dapat berbuat sesuatu yang berguna untuk orang lain.
SS S TS STS
No:
Pernyataan
11.
Saya menjadi gemetaran bila mengingat akan kehilangan pekerjaan setelah pensiun nanti. Saya dapat tidur nyenyak walau saya tahu uang pensiun yang saya terima nanti jumlahnya lebih sedikit daripada yang saya peroleh sekarang. Saya menjadi pelupa bila mengingat sebentar lagi saya tidak dapat berbuat sesuatu yang berguna untuk orang lain. Membayangkan penghasilan akan berkurang karena pensiun menjadikan saya berdebar-debar. Saya menjadi sesak nafas ketika berfikir bagaimana caranya memenuhi kebutuhan hidup keluarga setelah pensiun nanti. Saya tetap merasa tenang ketika berpikir tentang pensiun meskipun saya kehilangan status sebagai PNS. Walaupun setelah pensiun saya akan kesulitan bertemu dengan teman-teman namun saya dapat berfikir jernih. Saya tetap mampu berfiukir jernih walaupun kebutuhan hidup terasa makin berat setelah pensiun nanti. Saya menjadi bingung ketika membayangkan masa pensiun karena saya akan kehilangan pekerjaan. Saya menjadi berdebar-debar bila membayangkan suasana sepi saat pensiun nanti.
12.
13
14.
15
16
17
18
19
20
SS S TS STS
Reliability Warnings The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated or used in the analysis.
Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
60 0 60
% 100.0 .0 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .746
N of Items 37
Page 1
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted 155.87
Scale Variance if Item Deleted 815.338
Corrected Item-Total Correlation .526
Cronbach's Alpha if Item Deleted .738
155.85 155.50 155.83 155.78
822.774 814.119 824.379 825.732
.479 .615 .361 .544
.740 .737 .741 .741
ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
155.60 155.83 156.78 156.25
817.871 827.192 826.444 824.699
.577 .448 .579 .537
.738 .741 .741 .740
ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13
155.87 156.13 156.50 156.08
820.118 831.575 830.153 814.179
.590 .406 .417 .669
.739 .743 .742 .737
ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17
156.00 156.25 156.00 155.67
823.695 834.021 817.153 824.463
.512 .404 .671 .441
.740 .743 .738 .741
ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21
155.87 155.87 156.90 156.18
824.524 824.151 831.447 832.186
.519 .493 .502 .356
.740 .740 .742 .743
ITEM22 ITEM23 ITEM24 ITEM25
156.02 156.35 155.68 155.60 156.50
819.678 824.808 814.729 820.888 823.169
.517 .501 .579 .487 .587
.739 .741 .737 .739 .740
156.15 156.33 156.22 155.60
819.791 821.582 822.512 813.058
.487 .570 .503 .594
.739 .739 .740 .737
ITEM31 ITEM32 ITEM33 ITEM34
156.32 156.00 156.17 156.28
822.017 822.271 825.294 819.054
.515 .472 .479 .599
.740 .740 .741 .739
ITEM35 ITEM36 JUMLAH
156.20 156.45 78.52
819.824 820.896 212.220
.527 .577 1.000
.739 .739 .928
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
ITEM26 ITEM27 ITEM28 ITEM29 ITEM30
Scale Statistics Mean 158.25
Variance 845.614
Std. Deviation 29.079
N of Items 37
Page 2
T-Test Group Statistics
JUMLAH
JK PRIA WANITA
N
Mean 88.80 82.20
30 30
Std. Deviation 10.552 11.442
Std. Error Mean 1.926 2.089
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F JUMLAH
Equal variances assumed
Sig. .462
.499
Equal variances not assumed
Page 1
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t JUMLAH
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Equal variances assumed
2.323
58
.024
6.600
Equal variances not assumed
2.323
57.623
.024
6.600
Page 2
Independent Samples Test
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference Std. Error Difference Lower Upper JUMLAH
Equal variances assumed
2.842
.912
12.288
Equal variances not assumed
2.842
.911
12.289
Page 3
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
JUMLAH 60 85.50 11.408 .087 .070 -.087 .675 .752
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Page 1