PERBEDAAN EFEKTIVITAS KOMPRES HANGAT DAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF Benny DJ Tarigan * *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya
Email :
[email protected] Abstrak Pendahuluan : Pemberian kompres hangat dan teknik relaksasi napas dalam merupakan upaya metode non farmakologi yang digunakan untuk mengurangi intensitas nyeri pada ibu bersalin kala I fase aktif. Berdasarkan hasil survey pada bulan Maret tahun 2016, dari 10 orang ibu bersalin normal, sebanyak 2 orang (20%) mengalami nyeri ringan, 5 orang (50%) mengalami nyeri sedang, dan 3 orang (30%) mengalami nyeri berat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektivitas kompres hangat dan teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri persalinan kala satu fase aktif..Metode : Rancangan penelitian yang digunakan adalah inferensial dengan pra eksperimental dengan Two Group Pretest-Posttest Design Comparasion dan besar sampel 32 ibu bersalin yang mengalami nyeri kala I fase aktif di Rumah Sakit Kirana pada Tahun 2016 dengan menggunakan teknik purposive sampling. Responden akan dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan dimana tiap kelompok akan diukur intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif sebelum diberikan perlakuan. Kemudian kelompok I akan diberikan perlakuan berupa kompres hangat dan teknik relaksasi nafas dalam pada kelompok lainya. Setelah itu dilakukan pengukuran intensitas nyeri sebagai evaluasi paska perlakuan. Uji statistik yang digunakan yaitu wilcoxon dan man-whitney.Hasil :Hasil dari data yang diuji dengan wilcoxon sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat bahwa nilai ρ 0,000 < 0,05 dan teknik relaksasi napas dalam 0,001 < 0,05, yang berarti ada pengaruh efektivitas sebelum dan sesudah perlakuan. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan mann whitney diketahui bahwa besar nilai signifikan ρ = 0,010 dengan tingkat kepercayaan (α = 0,05). Nilai signifikan ρ < α maka dapat dikatakan H0 ditolak atau H1 diterima, artinya kompres hangat lebih efektif terhadap penurunan intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif. Diskusi :Disarankan kepada responden agar dapat menerapkan metode kompres hangat sehingga dapat mengurangi nyeri yang dirasakan selama persalinan
Kata Kunci :Inpartu, Skala Nyeri, kompres Hangat, Teknik Relaksasi Napas Dalam, Persalinan PENDAHULUAN Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan keluarga. Peranan ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peranan keluarga memberikan dukungan pada ibu ketika terjadi proses persalinan (Walyani, 2015) Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, 70% sampai 80% wanita melahirkan mengharapkan persalinan berlangsung tanpa rasa nyeri. Menurut penelitian dari Washington yang dilakukan oleh Bonkes tahun 2010 terhadap 2.700 pasien di 121 pusat obstetric dari 36 negara menemukan hanya 15% persalinan berlangsung tanpa nyeri atau nyeri ringan, 35% persalinan disertai nyeri sedang, 30% persalinan
disertai nyeri hebat dan 20% persalinan disertai nyeri sangat hebat. Nyeri ini selain karena kontraksi pada uterus juga disebabkan karena kekhawatiran, stress, serta rasa takut dalam menghadapi persalinan (Shaaron Smith Murray, 2010). Menurut data Survey Nasional pada tahun 2013 jumlah persalinan di Indonesia menunjukan 4.039.000 persalinan. Hampir seluruh wanita bersalin mengalami rasa nyeri. Data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur tahun 2013 menunjukan dalam 690.282 ribu kelahiran hidup 7-14% wanita bersalin tanpa rasa nyeri atau nyeri ringan dan 90% wanita bersalin disertai rasa nyeri. Berdasarkan survey pendahuluan di Rumah Sakit Kirana bulan Maret tahun 2016, dari 10 orang ibu bersalin normal, sebanyak 2 orang
125
(20%) mengalami nyeri ringan, 5 orang (50%) mengalami nyeri sedang, dan 3 orang (30%) mengalami nyeri berat. Dari data tersebut, semua ibu bersalin mengalami nyeri persalinan saat kala I fase aktif. Nyeri yang timbul menyebabkan kekhawatiran dan biasanya menimbulkan rasa takut dan stress yang dapat mengakibatkan pengurangan aliran darah ibu ke janin (Andarmoyo, 2013). Jika hal ini tidak ditangani maka akan menyebabkan oksigen ke janin menurun sehingga menyebabkan denyut jantung janin (DJJ) menurun (Batbual, 2010). Nyeri persalinan yang lama menyebabkan hiperventilasi sehingga menurunkan kadar PaCO2 ibu dan peningkatan pH. Apabila kadar PaCO2 ibu rendah maka kadar PaCO2 janin juga rendah sehingga menyebabkan deselerasi lambat denyut jantung janin. Keadaan tersebut merangsang peningkatan katekolamin yang menyebabkan gangguan pada kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri, apabila hal tersebut tidak ditangani akan menyebabkan terjadinya partus lama (Andarmoyo, 2013). Selain itu dampak nyeri terhadap janin yaitu dapat menyebabkan terjadinya asfiksia atau dalam beberapa kasus dapat tejadi IUFD (Intra Uterine Fetal Death) (Harianto, 2010). Upaya yang dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan adalah menggunakan farmakologi maupun nonfarmakologi. Penatalaksanaan dengan farmakologi antara lain dengan pemberian analgetik non opioid, analgetik opiod, Adjuvan atau koanalgetik. Sedangkan pengendalian nyeri dengan non farmakologi dilakukan dengan cara stimulasi kutaneus (rangsangan permukaan kulit), akupuntur, dan distraksi yakni dengan cara mengalihkan perhatian melalui kegiatan membaca, mendengarkan radio serta dapat dilakukan dengan teknik relaksasi yang merupakan kombinasi dari distraksi dan terapi kognitif yang terdiri dari relaksasi otot, imajinasi terpimpin dan nafas dalam (Mander, 2003). Kompres hangat merupakan suatu cara memberikan rasa hangat untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman mempengaruhi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu (Hidayat, 2008). Penggunaan kompres hangat untuk area yang tegang dan nyeri dianggap meredakan nyeri dengan mengurangi spasme otot yang disebabkan iskemia, yang merangsang nyeri dan menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan aliran darah ke area tersebut. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronis. Relaksasi sempurna dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, dan kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri (Dina Dewi, dkk, 2009). Relaksasi memberikan efek secara langsung terhadap fungsi tubuh seperti penurunan tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernapasan, penurunan oksigen oleh tubuh, penurunan ketegagan otot, peningkatan kemampuan konsentrasi, menurunkan perhatian terhadap stimulus lingkungan. Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu unntuk mencoba menerapkan terapi non farmakologi dan tertarik meneliti tentang “Perbedaan Evektifitas Kompres Hangat Dan Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Kala Satu Fase Aktif Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Kirana Sidoarjo tahun 2016 METODE PENELITIAN Rancangan penelitian adalah suatu rencana, struktur dan strategi yang dipilih oleh peneliti dalam upaya menjawab masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami nyeri persalinan kala I fase aktif di Rumah Sakit Kirana Tahun 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
126
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu Di RS Kirana Tahun 2016. Kompres Hangat
Umur
Relaksasi Napas Dalam
Frekuensi (f)
Presentasi (%)
Frekuensi (f)
Presentasi(%)
< 20 Tahun
2
12,5
1
6,2
20-35 Tahun
12
75,0
15
93,8
> 35 Tahun
2
12,5
0
0
Jumlah
16
100
16
100
(Sumber: Data primer 2016)
Berdasarkan data pada tabel 1 diatas dapat diinterpretasikan bahwa karakteristik responden kompres hangat berdasarkan umur yaitu sebagian besar responden (75,0%) yaitu 12 orang berumur 20-35 tahun. Sedangkan
karakteristik responden teknik relaksasi napas dalam hampir seluruh responden (93,8%) yaitu 15 orang berumur 20-35 tahun. Karakterisrik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Di RS Kirana Tahun 2016 Kompres Hangat Frekuensi (f) Presentasi (%)
Pendidikan
Relaksasi Napas Dalam Presentasi Frekuensi (f) (%)
SD
0
0
1
6,2
SMP-SMA
13
81,2
12
75,0
Perguruan Tinggi
3
18,8
3
18,8
Jumlah
16
100
16
100
(Sumber: Data primer 2016)
Berdasarkan tabel 2 diatas, dapat diinterpretasi bahwa karakteristik responden kompres hangat berdasarkan pendidikan yaitu hampir seluruh responden (81,2%) yaitu 13 orang berpendidikan sekolah menengah. Sedangkan karakteristik responden teknik
relaksasi napas dalam berdasarkan pendidikan sebagian besar (75%) yaitu 12 orang berpendidikan sekolah menengah. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Di RS Kirana Tahun 2016 Kompres Hangat
Pekerjaan
Relaksasi Napas Dalam
Frekuensi (f)
Presentasi (%)
Frekuensi (f)
Presentasi (%)
IRT
9
56,2
12
75,0
Wiraswasta
7
43,8
4
25,0
PNS
0
0
0
0
Jumlah
16
100
16
100
(Sumber: Data primer 2016)
Berdasarkan tabel 3 diinterpretasikan bahwa karakteristik responden kompres hangat berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden (56,2%) yaitu 9 orang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (IRT). Sedangkan karakteristik responden teknik relaksasi napas dalam berdasarkan pekerjaan adalah sebagian
besar (75,0%) yaitu 12 orang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (IRT). Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas
127
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas Di RS Kirana Tahun 2016 Kompres Hangat
Paritas
Relaksasi Napas Dalam
Frekuensi (f)
Presentasi (%)
Frekuensi (f)
Presentasi (%)
Primipara
3
18,8
6
37,5
Multipara
13
81,2
10
62,5
Grandemulti
0
0
0
0
Jumlah
16
100
16
100
(Sumber: Data primer 2016)
Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat diinterpretasikan bahwa karakteristik responden kompres hangat berdasarkan paritas hampir seluruh (81,2%) yaitu sebanyak 13 responden merupakan multipara. Sedangkan karakteristik responden teknik relaksasi napas dalam adalah sebagian besar (62,5%) yaitu 10 orang merupakan multipara. Identifikasi skala nyeri sebelum diberikan kompres hangat pada pasien inpartu kala 1 fase aktif
Tabel 5 Distribusi frekuensi karakteristik skala nyeri sebelum diberikan kompres hangat pada pasien inpartu kala 1 fase aktif di RS Kirana Tahun 2016.
(Sumber: Data primer, 2016)
Berdasarkan tabel 6 dapat diinterpretasikan bahwa skala nyeri sesudah diberikan kompres hangat hampir seluruh responden (81,2%) yaitu 13 orang yang mengalami perubahan skala nyeri ringan. Identifikasi skala nyeri sebelum diberikan teknik relaksasi napas dalam pada pasien inpartu kala 1 fase aktif Tabel 7 Distribusi frekuensi karakteristik skala nyeri sebelum diberikan teknik relaksasi napas dalam pada pasien inpartu kala 1 fase aktif di RS Kirana Tahun 2016. Skala Nyeri
Frekuensi (F)
Presentasi (F)
Tidak Nyeri
0
0
Skala Nyeri
Frekuensi (f)
Presentasi (f)
Nyeri Ringan
0
0
Tidak Nyeri
0
0
Nyeri Sedang
8
50,0
Nyeri Ringan
0
0
Nyeri Berat
8
50,0
Nyeri Sedang
9
56,2
Jumlah
16
100
Nyeri Berat
7
43,8
(Sumber: Data primer, 2016)
Jumlah
16
100
Berdasarkan tabel 7 dapat diinterpretasikan bahwa setengah responden (50,0%) yaitu 8 orang sebelum diberikan teknik relaksasi napas dalam berskala nyeri berat dan sedang. Identifikasi skala nyeri sesudah diberikan teknik relaksasi napas dalam pada pasien inpartu kala 1 fase aktif
(Sumber: Data primer, 2016)
Berdasarkan tabel 5 dapat diinterpretasikan bahwa skala nyeri sebagian besar (56,2%) yaitu 9 orang sebelum diberikan kompres hangat berskala nyeri ringan. Identifikasi skala nyeri sesudah diberikan kompres hangat pada pasien inpartu kala 1 fase aktif Tabel 6 Distribusi frekuensi karakteristik skala nyeri sesudah diberikan kompres hangat pada pasien inpartu kala 1 fase aktif di RS Kirana Tahun 2016. Skala Nyeri
Frekuensi (f)
Presentasi (f)
Tidak Nyeri
0
0
Nyeri Ringan
13
81,2
Nyeri Sedang
3
18,8
Nyeri Berat
0
0
Jumlah
16
100
Tabel 8 Distribusi frekuensi karakteristik skala nyeri sesudah diberikan teknik relaksasi pada pasien inpartu kala 1 fase aktif di RS Kirana Tahun 2016. Skala Nyeri
Frekuensi (F)
Presentasi (F)
Tidak Nyeri
0
0
Nyeri Ringan
6
37,5
Nyeri Sedang
8
50,0
Nyeri Berat
2
12,5
Jumlah
16
100
(Sumber: Data primer, 2016)
128
Berdasarkan tabel 8 diinterpretasikan bahwa skala nyeri sesudah diberikan teknik relaksasi napas dalam hampir setengah responden (37,5%) yaitu 6 orang yang
mengalami perubahan skala nyeri menjadi skala nyeri ringan. Analisis perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat pada pasien inpartu kala 1 fase aktif
Tabel 9 Analisis perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat pada pasien inpartu kala 1 fase aktif di RS Kirana Tahun 2016 Intensitas Nyeri Setelah Kompres Hangat Sedang
8
1
9
88,90%
11,10%
100,00%
5
2
7
71,40%
28,60%
100%
13
3
16
81,20%
18,80%
100%
Sedang Intensitas Nyeri Sebelum Kompres Hangat Berat Total Negative Rank : 15 Positive Rank : 0 (Sumber: Data Primer, 2016)
Total
Ringan
ρ value : 0,000
Ties: 1
Berdasarkan hasil analisa melalui uji yaitu penurunan intensitas nyeri dari sedang ke Wilcoxon dengan SPSS pada tabel rank sedang sebanyak 1 responden. Sedangkan pada didapatkan negative rank: 15 maka berarti ada tabel test statistics didapatkan nilai ρ value 15 responden yang skor intensitas nyerinya Asymp. Sig. (2-tailed) : 0,000 dimana nilai ρ < setelah pemberian kompres hangat < sebelum 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini pemberian kompres hangat yaitu penurunan berarti ada perbedaan efektivitas penggunaan intensitas nyeri dari sedang ke ringan sebanyak 8 kompres hangat terhadap intensitas nyeri ibu responden, dari berat ke ringan sebanyak 5 bersalin kala I fase aktif di RS Kirana Tahun responden, dan dari berat ke sedang sebanyak 2 2016. Jadi terdapat perubahan antara sebelum orang. positive rank: 0 maka berarti tidak ada dan sesudah dilakukan kompres hangat terhadap skor intensitas nyeri setelah pemberian kompres intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif. hangat > sebelum pemberian kompres hangat, Analisis perbedaan skala nyeri sebelum dan ties: 1 maka berarti ada 1 responden yang skor sesudah diberikan teknik relaksasi napas dalam intensitas nyerinya setelah pemberian kompres pada pasien inpartu kala 1 fase aktif hangat = sebelum pemberian kompres hangat Tabel 10 Analisis perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi napas dalam pada pasien inpartu kala 1 fase aktif di RS Kirana Tahun 2016 Intensitas Nyeri Setelah Relaksasi Napas Dalam
Intensitas Nyeri Sebelum Relaksasi Napas Dalam
Sedan g
Ringan
Sedang
Berat
6
2
0
75,0%
25,0%
0%
0
6
2
0%
75,0%
25%
6
8
2
37,5%
50,0%
12,5%
Berat
Total Negative Rank : 12
Positive Rank : 0
Ties: 4
Total 8 100 % 8 100 % 16 100 %
ρ value : 0,001
(Sumber: Data primer, 2016) Berdasarkan hasil analisa melalui uji Wilcoxon dengan SPSS pada tabel rank
didapatkan negative rank: 12 maka berarti ada 12 responden yang skor intensitas nyerinya setelah pemberian teknik relaksasi napas dalam
129
< sebelum pemberian teknik relaksasi napas Asymp. Sig. (2-tailed) : 0,001 dimana nilai ρ < dalam yaitu penurunan intensitas nyeri dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini sedang ke ringan sebanyak 6 responden dan dari berarti ada perbedaan efektivitas penggunaan berat ke sedang sebanyak 6 responden, positive teknik relaksasi napas dalam terhadap intensitas rank: 0 maka berarti tidak ada skor intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif di RS Kirana nyeri setelah pemberian teknik relaksasi napas Tahun 2016. Jadi terdapat perubahan antara dalam > sebelum pemberian teknik relaksasi sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi napas dalam, ties: 4 maka berarti ada 4 napas dalam terhadap intensitas nyeri ibu responden yang skor intensitas nyerinya setelah bersalin kala I fase aktif. pemberian teknik relaksasi napas dalam = Analisis Efektifitas Kompres Hangat dan sebelum pemberian teknik relaksasi napas dalam Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap yaitu penurunan intensitas nyeri dari sedang ke Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien In Partu sedang sebanyak 4 responden. Sedangkan pada Kala 1 Fase Aktif Di RS Kirana Tahun 2016 tabel test statistics didapatkan nilai ρ value Tabel 11 Analisis Efektifitas kompres hangat dan teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan skala nyeri pada pasien in partu kala 1 fase aktif di RS Kirana Tahun 2016. Sesudah Perlakuan Skala Nyeri
Kompres Hangat Frekuensi (F) Presentasi (%)
Relaksasi Napas Dalam Frekuensi (F)
Frekuensi (F)
Tidak Nyeri
0
0
0
0
Nyeri Ringan
13
81,2
6
37,5
Nyeri Sedang
3
18,8
8
50
2
12,5
16 Z : 2,567
100
Nyeri Berat Jumlah Ρ : Value : 0,010
0 16
0 100 α : 0,05
(Sumber: Data primer, 2016)
Berdasarkan hasil analisa melalui uji mann whitney menunjukan nilai U sebesar 69, nilai W sebesar 205 dan nilai Z -2,567 sedangkan nilai Sig atau ρ value didapatkan Asymp. Sig. (2tailed) : 0,010 dimana nilai ρ < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima hal ini berarti ada perbedaan efektifitas kompres hangat dan teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif di RS Kirana tahun 2016. Jadi, kompres hangat lebih efektif terhadap penurunan nyeri persalinan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai Negative Rank dan ρ value dimana terjadi penurunan skala nyeri.
PEMBAHASAN Karakteristik Intensitas Nyeri Ibu Berssalin Kala I Fase Aktif Sebelum Dilakukan Kompres Hangat Berdasarkan tabel 5 dapat diinterpretasikan bahwa skala nyeri sebagian besar (56,2%) responden mengalami nyeri sedang yaitu 9 responden, hampir setengah (43,8%) nyeri berat yaitu 7 responden dan nyeri ringan (0%) yaitu sebanyak 0 responden.
Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha (Judha,2012). Meurut Rachmawati 2003 dalam Maryunani 2010 nyeri yang dirasakan seseorang bersifat personal dan unik, dimana setiap individu berbeda dan tidak dapat disamakan meskipun mempunyai kondisi yang sama. Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan dengan berbeda oleh dua orang berbeda (Tamsuri, 2007). Selama persalinan kala I, nyeri terutama dialami karena rangsangan uterus dan ligament pelvis. Banyak penelitian yang mendukung bahwa nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi serviks dan segmen bawah uterus, dengan distensi lanjut, peregangan dan trauma pada serat otot dan ligament yang menyokong struktur ini. Nyeri persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah presepsi
130
nyeri dan arti nyeri. Presepsi nyeri merupakan penilaian sangat subjektif, tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif secara kognitif). Presepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nosiseptor yang akan mempengaruhi presepsi nyeri persalinan. Faktor tersebut salah satunya yaitu umur dan paritas (Yuliatun, 2008). Karakteristik intensitas neri ibu bersalin kala I fase aktif sesudah dilakukan kompres hangat. Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 6 didapatkan bahwa setelah dilakukan kompres hangat hampir setengahnya (81,2%) mengalami nyeri ringan sebanyak 13 responden, dan sebagian kecil (18,8%) mengalami nyeri sedang yaitu 3 responden. Hasil penelitian membuktikan bahwa ada perubahan yang signifikan terjadi setelah pemberian kompres hangat dalam mengurangi nilai skala nyeri pada 15 dari 16 resonden yang dilakukan kompres hangat. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan peneliti sebelumnya bahwa sumber nyeri persalinan adalah iskemia jaringan, penipisan dan pembukaan serviks, penekanan dan penarikan pada susunan panggul seperti: ligament, vesika urinaria, perinium, distensi vagina dan perinium. Semakin besar dilatasi pembukaan serviks semakin meningkat intensitas nyeri. Dengan demikian terapi kompres hangat adalah salah satu terapi manajemen nyeri persalinan disamping terapi alternatif lainnya. Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan mempergunakan buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari buli kedalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang atau hilang (Perry and Potter, 2005). Secara teori menurut French (2005) bahwa cara pengompresan sederhana dengan kantong buli-buli air hangat, kolor yang diberikan selama pengompresan akan memberikan efek bagi rahim yakni melunakan ketegangan otot dinding rahim akibat kontraksi sistemik, dan melebarkan pembuluh darah sehingga oksigen akan mudah bersirkulasi diikuti dengan penurunan kadar prostaglandin, sehingga nyeri persalinan akan berkurang. Terbukti dengan adanya penurunan intensitas nyeri pada ibu bersalin kala I fase aktif yang menggunakan kompres hangat di RSIA Kirana tahun 2016.
Hal ini didukung oleh Erika (2011) pada penelitian sebelumnya menunjukan bahwa sebelum dilakukan kompres hangat nyeri berat (33,39%) dan nyeri tertinggi setelah dilakukan kompres hangat adalah nyeri sedang (46,7%) hal ini menunjukan bahwa kompres hangat dapat mempengaruhi intensitas nyeri persalinan. Kompres hangat sebagai metode yang sangat efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang otot. Panas dapat disalurkan melalui konduksi. Panas dapat melebarkan pembuluh darah dan dapat meningkatkan aliran darah (Price & Wilsin, 2006). Terapi kompres hangat juga telah banyak digunakan sebagai terapi nyeri dibidang keilmuan lain misalnya mengurangi rasa nyeri persendian, nyeri post operasi. Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan signal ke hipotalamus melalui spinal cord. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus dirangsang, sistem efektor mengeluarkan signal yang melalui berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah akan memperlancar sirkulasi oksigenasi mencegah terjadinya spasme otot, memberikan rasa hangat membuat otot tubuh lebih rileks, dan menurunkan rasa nyeri. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, terapi kompres hangat dilakukan selama 20 menit dengan satu kali pemberian dan pengukuran intensitas nyeri dilakukan dari menit ke 15-2- selama tindakan (Kusmiati, 2009). Kompres hangat dilakukan ketika ibu mengalami nyeri yang sulit diatasi selama persalinan. Pengompresan dilakukan selama 20 menit pada daerah punggung sehingga nyeri yang dirasakan dapat dihambat. Prinsip dalam pengompresan ini yaitu mengurangi ketegangan yang dirasakan ibu sehingga ibu dapat menjalani proses persalinan dengan aman dan nyaman. Kompres hangat merupakan metode non farmakologis yang tidak menyebabkan efek samping pada ibu dan bayi. Perlu diperhatikan posisi ibu dan kenyamanan saat melakukan kompres hangat. Bila ibu tidak menginginkan atau merasa panas dalam pengompresan maka tidakan yang dilakukan dihentikan agar hasil yang diharapkan tercapai. Karakteristik Intensitas Nyeri Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif Sebelum Dilakukan Teknik Relaksasi Napas Dalam Berdasarkan tabel 10 dapat diinterpretasikan bahwa skala nyeri (50,0%) responden mengalami nyeri sedang dan berat yaitu 8
131
responden, dan nyeri ringan (0%) yaitu sebanyak 0 responden. Nyeri persalinan sebagai kontraksi miometrium, merupakakan proses fisiologis dengan intensitas nyeri yang berbeda pada masing-masing individu (Cunningham, 2012). Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan dengan berbeda oleh dua orang berbeda (Tamsuri,2007). Selama persalinan kala I, nyeri terutama dialami karena rangsangan uterus dan ligament pelvis. Banyak penelitian yang mendukung bahwa nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi serviks dan segmen bawah uterus, dengan distensi lanjut, peregangan dan trauma pada serat otot dan ligament yang menyokong struktur ini. Nyeri persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah presepsi nyeri dan arti nyeri. Presepsi nyeri merupakan penilaian sangat subjektif, tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif secara kognitif). Presepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nosiseptor yang akan mempengaruhi presepsi nyeri persalinan. Faktor tersebut salah satunya yaitu umur dan paritas (Yuliatun, 2008). Hidayat (2006) mengatakan bahwa ibu yang melahirkan pertama dengan usia tua umumnya merasakan lebih nyeri jika dibandingkan dengan usia muda, sedangkan dari hasil penelitian didapatkan ibu dengan umur 20-35 tahun seluruhnya adalah multigrafida hal ini menunjukan bahwa faktor lain juga berperan cukup penting tentang bagaimana respon individu terhadap nyeri. Menurut Bobak (2000) dalam Judha (2012) pengalaman melahirkan sebelumnya juga dapat mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Bagi ibu yang mempunyai pengalaman yang menyakitkan dan sulit pada persalinan sebelumnya, perasaan cemas dan takut pada pengalaman lalu akan mempengaruhi sensitifitasnya rasa nyeri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana sebagian besar ibu yang mengeluh nyeri berat adalah multigravida. Karakteristik Intensitas Nyeri Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif Sesudah Dilakukan Teknik Relaksasi Napas Dalam Beradasarkan tabel 8 dapat diinterpretasikan bahwa yang mengalami nyeri berat (12,5%) yaitu sebanyak 2 responden, nyeri sedang
(50,0%) yaitu sebanyak 8 orang, dan nyeri ringan (37,5%) yaitu sebanyak 6 responden. Menurut Smeltzer (2002) dalam Trullyen (2013), teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan yang mana mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah. Teknik relaksasi dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah presepsi. Presepsi nyeri merupakan penilaian sangat subyektif, temptanya pada korteks. Presepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nosiseptor yang akan mempengaruhi presepsi nyeri persalinan. Presepsi yang dirasakan pada saat persalinan akan mempengaruhi penggunaan teknik relaksasi pernapasan pada kala I fase aktif, pada umumnya ibu mengalami nyeri hebat pada kala I persalinan dan membuat ibu sulit untuk mengontrol dirinya. Namun hal ini dapat diatasi ketika rasa nyeri datang bersamaan dengan datangnya kontraksi, ibu dapat melakukan relaksasi bernapas, maka otot-otot yang semula tegang akan melemas, sehingga ibu merasa rileks nyaman, ibu dapat mengontrol dirinya dan persepsi nyeri yang semula dirasa berat menjadi berkurang. Analisa Efektifitas Intensitas Nyeri Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Dilakukan Kompres Hangat Berdasarkan hasil analisa melalui uji Wilcoxon dengan SPSS pada tabel rank didapatkan negative rank: 15 maka berarti ada 15 responden yang skor intensitas nyerinya setelah pemberian kompres hangat < sebelum pemberian kompres hangat yaitu penurunan intensitas nyeri dari sedang ke ringan sebanyak 8 responden, dari berat ke ringan sebanyak 5 responden, dan dari berat ke sedang sebanyak 2 orang. positive rank: 0 maka berarti tidak ada skor intensitas nyeri setelah pemberian kompres hangat > sebelum pemberian kompres hangat, ties: 1 maka berarti ada 1 responden yang skor intensitas nyerinya setelah pemberian kompres hangat = sebelum pemberian kompres hangat yaitu penurunan intensitas nyeri dari sedang ke sedang sebanyak 1 responden. Sedangkan pada tabel test statistics didapatkan nilai ρ value Asymp. Sig. (2-tailed) : 0,000 dimana nilai ρ <
132
0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti ada perbedaan efektivitas penggunaan kompres hangat terhadap intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif di RSIA Kirana Tahun 2016. Jadi terdapat perubahan antara sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat terhadap intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif. Menurut Wlash (2008) bahwa penggunaan kompres hangat untuk daerah yang tegang dan nyeri dianggap meredakan nyeri dengan mengurangi spasme otot yang disebabkan oleh iskemia, yang merangsang nyeri dan menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan aliran darah kearah tersebut. Kompres hangat sangat membantu ketika wanita bersalin sedang mengalami nyeri punggung yang disebabkan oleh posisi posterior oksiput janin atau tegangan umum pada otot punggung. Melalui teori ini dapat dibuktikan bahwa kompres hangat dapat mengurangi nyeri persalinan, dibuktikan bahwa hampir seluruh responden yang mendapat perlakuan kompres hangat intensitas nyerinya mengalami penurunan. Analisa Efektifitas Intensitas Nyeri Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik Relaksasi Napas Dalam Berdasarkan hasil analisa melalui uji Wilcoxon dengan SPSS pada tabel rank didapatkan negative rank: maka berarti ada 12 responden yang skor intensitas nyerinya setelah pemberian teknik relaksasi napas dalam < sebelum pemberian teknik relaksasi napas dalam yaitu penurunan intensitas nyeri dari sedang ke ringan sebanyak 6 responden dan dari berat ke sedang sebanyak 6 responden, positive rank: 0 maka berarti tidak ada skor intensitas nyeri setelah pemberian teknik relaksasi napas dalam > sebelum pemberian teknik relaksasi napas dalam, ties: 4 maka berarti ada 4 responden yang skor intensitas nyerinya setelah pemberian teknik relaksasi napas dalam = sebelum pemberian teknik relaksasi napas dalam yaitu penurunan intensitas nyeri dari sedang ke sedang sebanyak 4 responden. Sedangkan pada tabel test statistics didapatkan nilai ρ value Asymp. Sig. (2-tailed) : 0,001 dimana nilai ρ < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti ada perbedaan efektivitas penggunaan teknik relaksasi napas dalam terhadap intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif di RSIA Kirana Tahun 2016. Jadi terdapat perubahan antara sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi napas dalam terhadap intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif.
Analisa Efektifitas Intensitas Nyeri Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif Sesudah Dilakukan Kompres Hangat dan Teknik Relaksasi Napas Dalam Berdasarkan hasil analisa melalui uji mann whitney menunjukan nilai U sebesar 69, nilai W sebesar 205 dan nilai Z -2,567 sedangkan nilai Sig atau ρ value didapatkan Asymp. Sig. (2tailed) : 0,010 dimana nilai ρ < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima hal ini berarti ada perbedaan efektifitas kompres hangat dan teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif di RSIA Kirana tahun 2016. Jadi, kompres hangat lebih efektif terhadap penurunan nyeri persalinan. Hal ini dapat dilihat dari perubahan frekuensi sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat dan perubahan frekuensi sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi napas dalam. Menurut Simikin (2007) nyeri persalinan kala I adalah akibat kontraksi uterus bawah dengan distensi lanjut, peregangan dann trauma pada serat otot dan ligament. Faktor penyebab nyeri persalinan adalah tekanan kepala bayi dan meregangnya jaringan ikat pendukung rahim dan sendi panggul selama kontraksi dan turunnya kepala bayi menekan pada saluran kemih, kandung kemih dan anus. Meregangnya otot dasar panggul dan jaringan vagina, ketakutan dan kecemasan yang dapat menyebabkan dikeluarkannya hormon stres dalam jumlah besar yang mengakibatkan timbulnya nyeri persalinan yang lama dan berat. Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan mempergunakan buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari buli kedalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang atau hilang (Perry and Potter, 2005). Sedangkan Menurut Smeltzer (2002) dalam Trullyen (2013), teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan yang mana mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Menurut peneliti, nyeri selama persalinan kala I fase aktif dapat dihindari atau dikurangi dengan metode non farmakologis yaitu kompres hangat dan teknik relaksasi napas dalam sehingga ibu dapat bersalin dengan nyaman dan
133
dapat beradaptasi dengan nyeri selama persalinan. Apabila ibu dalam keadaan panik dan stres, tubuh akan melepaskan hormon stres yaitu katekolamin yang dapat berdampak buruk bagi kesejahteraan ibu dan janin. Pengompresan hangat pada daerah punggung dapat mengurangi tingkat kecemasan dan sirkulasi darah meningkat, selain itu terjadi pelepasan hormon endorfin sehingga terjadi penurunan nyeri saat bersalin. Kompres hangat juga membantu ketika wanita bersalin sedang mengalami nyeri punggung atau tegangan pada otot punggung yang disebabkan oleh kontraksi dimana terjadi pembukaan mulut rahim (serviks). Berdasarkan uraian diatas, dapat dibuktikan bahwa kompres hangat lebih efektif dalam menurunkan nyeri persalinan kala I fase aktif. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian sebagian
besar ibu in partu kala I fase aktif dengan nyeri persalinan yang diberikan kompres hangat di RS Kirana tahun 2016 mengalami penurunan nyeri yang cepat dengan kriteria nyeri ringan dan sebagian besar ibu in partu kala I fase aktif dengan nyeri persalinan yang diberikan teknik relaksasi napas dalam mengalami penurunan nyeri yang sedang Saran Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kompres hangat dan teknik relaksasi napas dalam bisa menurunkan nyeri selama persalinan. Diharapkan agar setiap ibu bersalin dapat menggunakan metode non farmakologis untuk mengurangi nyeri saat bersalin. DAFTAR PUSTAKA Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Persalinan Tanpa Nyeri Berlebihan. Yogyakarta: ArRuzz Media. Asmadi. 2008. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika Audrey, Berman. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Ed. 5. Jakarta: EGC Batbual, Bringiwatty. 2010. Hypnosis Hipnobirthing, Nyeri Persalinan dan Berbagai Metode Penanganannya. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Harianto, Minarni. 2010. Aplikasi Hypnosis dalam Asuhan Kebidanan Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Hidayat, Alimul Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Judha, Mohamad. 2012. Teori Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika Mander, R. 2003. Nyeri Persalinan. Jakarta: EGC. Manuaba, Ida Ayu Chanranita. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan, dan KB. Jakarta: EGC. Maryunani, Anik. 2010. Nyeri Dalam Persalinan, Teknik dan Cara Penanganannya. Jakarta: Trans Info Media. Perry, P.A & Potter, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan Praktik. Jakarta: EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Prihardjo, R. 2005. Perawatan Nyeri. Jakarta: EGC Rahmawati, I.N. 2007. Nyeri Pada Persalinan dan Penatalaksanaannya Secara Reproduksi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Rukiah, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan II Persalinan Edisi Revisi. Jakarta: Trans Info Media Sari, Eka Puspita dan Rimandini, Kurnia Dwi. 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal Care). Jakarta: Trans Info Media Shaaron, Smith Muray, 2010. Foundation Of Maternal Newborn Nursing. Jakarta: EGC. Simkin, Penny & Ancheta, R. 2005. Buku Saku Persalinan. Jakarta: EGC Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2005. Perawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 1. Alih Bahasa: Agung Waluyo.Jakarta: EGC Uliyah, Musrifatul dan Aziz, A.A.H. 2008. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
134
Varney, Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC. Walyani, dan Endang, 2015. Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Pres. Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Yeyeh, Ai, dkk. 2014. Asuhan kebidanan 2 (persalinan). Jakarta: Trans Info Media Yuliatun, Laily. 2008. Penatalaksanaan Nyeri Persalinan dengan Metode Nonfarmakologis. Malang: Bayumedia Publishing
135