PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN CUTTING YANG TIDAK ERGONOMIS SEBAGAI UPAYA MENGURANGI TERJADINYA GANGGUAN OTOT PADA OPERATOR A.Ardiman Saurei1, Eva Suryani, ST., MT2, Inna Khoilidasari, Ph. D3
1,2,3)
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstract The rapid competition in the business world presents challenges and opportunities for businesses both domestic and international businessman. CV. Dragon this is one of a family company engaged in manufacturing who must this also faces competition. In this company is the operator has the problem that arise at the production procces in this company is the operator has musculoskeletal pain disorder on their back. It is happens in the cutting work stations that still using the manual material handling system. This research attemp to develop a work facility design that in corporate aspects. Using a questionnare body map and Quick Expocure Check (QEC) method, for operators, a facility work design is develop in order to reduce musculoskeletal disorder for operators. The results of this study are, work on the facility design cuts the buffer conveyor and cutting machine to make the position permanent ergonomic
Keywords: Ergonomics, QEC, anthropometric
1.
Pendahuluan
Pesatnya persaingan di dunia bisnis ini memunculkan tiga tantangan dan peluang utama baik bagi pebisnis dalam negeri maupun pebisnis yang bertaraf internasional: globalisasi, kemajuan teknologi, dan deregulasi. CV. CITRA DRAGON merupakan perusahaan kecil menengah yang berlokasi di Pasar Sungai Sarik Kecamatan VII Koto, Kabupaten Padang Pariaman, CV CITRA DRAGON ini memproduksi produk – produk penunjang pertanian. Adapun produk seperti yang dihasilkan adalah seperti Mesin Perontok Padi,
Perontok Jagung, Tresher dengan berbagai jenis fungsi, dan sebagian lagi berupa mesin – mesin yang digunakan untuk penunjang kegiatan pertanian. Hasil observasi dan tanya jawab langsung dengan pekerja di CV. Citra Dragon pada stasiun kerja pemotongan menunjukkan beberapa keluhan dari para pekerja yang merasa kurang nyaman pada saat melakukan pekerjaannya. Pada stasiun pemotongan,
pekerja
melakukan
pekerjaannya dengan kondisi kerja badan membungkuk, dimana jam kerjanya adalah
8 jam setiap harinya. Hal ini membuat para
gangguan kesehatan dan keselamatan para
pekerja pada saat proses bekerja tidak
pekerja.
dapat bekerja dengan nyaman, sehingga sering mengalami rasa letih dan nyeri pada punggung setiap kali selesai melakukan pekerjaan pemotongan.
1.1
TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah : 1. Mengidentifikasi keluhan
Adanya sikap kerja, cara kerja yang
–
tidak ergonomis, ketidaknyamanan kerja,
keluhan atau gangguan pada
beban kerja yang tidak sesuai, pekerjaan
operator pemotongan (Cutting).
terjadi berulang
–
2. Merancang ulang fasilitas kerja
ulang merupakan
masalah ergonomi yang muncul di setiap
pada
bagian
stasiun
stasiun, secara khusus di stasiun bagian
pemotongan (cutting)
pemotongan di CV. Citra Dragon. Kondisi
ini
akan
membawa
2. Tinjauan Literartur
dampak buruk terhadap keadaan fisik dari
Didalam ergonomi dibutuhkan studi
pekerja sehingga menimbulkan resiko
tentang ergonomi dimana manusia fasilitas
kerja berupa keluhan pada bagian tubuh
kerja dan ingkungan saling berinteraksi
pekerja terutama bagian punggung..
dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan
Masalah ini dapat diatasi dengan
suasana
kerja
dengan
manusianya
dilakukannya perancangan stasiun kerja
(Wignjosoebroto, 2003). Ergonomi juga
yang merupakan salah satu area studi
digunakan berbagai macam ahli atau
ergonomi bidang industri. Berdasarkan
praktisi pada bidangnya masing
penelitian, pengamatan dan wawancara
masing, misalnya seperti : ahli anatomi,
langsung yang telah dilakukan sebelumnya
arsitektur, perancangan produk ergonomi,
dapat diketahui bahwa kondisi manusia
fisika,
atau operator saat ini yang tidak aman
psikologi dan teknik ergonomi.
dalam bekerja, kondisi fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman, dan adanya hubungan manusia – mesin yang tidak ergonomis. Kondisi manusia dikatakan tidak aman bila kesehatan dan keselamatan kerja mulai terganggu. Kelelahan dan keluhan pekerja pada musculoskeletal merupakan salah satu indikasi adanya
fisioterapi,
Permasalahan dengan
faktor
terapi
–
pekerjaan,
yang
berkaitan
ergonomi
umumnya
disebakan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerja dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Hubungan antara manusia dan mesin serta peralatan
–
peralatan dan lingkungan
kerja dapat dilihat sebagai hubungan yang
Keluhan muskulosletal adalah keluhan
unik karena interaksi antara hal – hal
pada bagian – bagian otot skeletal yang
diatas yang membentuk sistem kerja tidak
dirasakan
terlampau sederhana bahkan melibatkan
keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.
berbagai disiplin ilmu, salah satunya ilmu tentang tubuh manusia.
oleh
seseorang mulai
dari
Untuk penilaian kembali postur perja, diperlukan
ketika
terjadi
perubahan
Ruang lingkup Ergonomi terdiri dari
spesifikasi produk atau penambahan jenis
beberapa aspek:
pruduk baru. Kedua hal tersebut akan memungkinkan
1. Aspek Fisik Berupa ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan metoda pengoperasian kendali
pada
sebuah
mobil,
peralatan rumah tangga, industri dan peralatan lainnya
terjadinya
metoda kerja yang dilakukan pekerja dalam menghasilkan produk, dan metoda tersebut
kemungkinan
menimbulkan
cedera
juga
dapat
muskuloskeletal,
sehingga perlu dilakukan penilaian postur kerja kembali.
2. Aspek Kognitif Memahami instruksi dan informasi mengenai bentuk dialog dengan
2.2
Keluhan Muskuloskeletal Menurut Kroemer dalam Santoso
(2004), Otot rangka (skeletal muscles)
komputer dan operatornya 3. Aspek Perancangan Tempat Kerja
adalah otot bergaris menempel pada tulang
dan Tata Letak Ruang Kerja
– tulang (bones) yang menghasilkan
Tata letak kantor, pabrik, dapur,
kekuatan gerak saat dibutuhkan untuk
hubungan
dan
memikul kekuatan keluar yang tegas.
peralatan dan antara komponen
Musculoskeletal merupakan cedera dan
peralatan yang berbeda
penyakit
antara furniture
Efek
dari
pada
otot,
syaraf,
tendon,
ligament, sendi, cartilage dan tulang
4. Lingkungan Fisik iklim,
kebisingan,
belakang.
Adapun
contoh
yang
getaran, pencahayaan, kontaminasi
menyebabkan atau memicu terjadinya
kimia
musculoskeletal akibat kerja, misalnya :
dan
performance manusia
biologi dan
pada
kesehatan
1. Kondisi lingkungan yang panas mempengaruhi sirkulasi darah, menyebabkan
2.1
perubahan
Postur Kerja
kram,
terasa
terbakar dan ketidaknyamanan.
2. Pencahayaan yang terlalu terang
b Mengolah data kuesioner yang telah
atau gelap menyebabkan sakit
didapat dan dihitung nilai exposure
kepala, ketegangan otot, fatique
score pada setiap anggota tubuh
(kelelahan), ketegangan mata,
yang diamati.
mudah terjatuh dan koordinasi
c Menghitung exposure level untuk
tubuh yang rendah. 3.
Kebisingan
diatas
menyebabkan tekanan
sakit
darah
90db kepala,
fatique
otot,
tempramen
tinggi
dan
tindakan
apa
dilakukan
berdasarkan
yang dari
hasilexposure score.
meningkat,
ketegangan,
menentukan
d Memperbaiki stasiun kerja yang diteliti
jika
menghasilkan
konsentrasi menurun.
exposure nilai
yang
level tinggi
karena berisiko terjadinya cedera
4. Penggunaan otot yang berlebihan menyebabkan beban yang tinggi
pada operator. e
pada otot, tendon, dan sendi
Menganalisis perbaikan
yang
kembali diberikan
usulan untuk
5. Postur yang salah
mengetahui apakah usulan sudah
6. Repetitif dari pergerakan yang
baik atau belum.
sama menyeabkan ketegangan dan kelelahan otot.
3. Metodologi Penelitian
2.3 Pendekatan Metode QEC Quick
Exposure Check
(QEC)
merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui risiko cidera gangguan otot rangka (musculoskeletal disorder) yang menitik beratkan pada tubuh bagian atas yaitu punggung, leher, lengan/bahu, dan pergelangan tangan. Adapun tahap-tahap pengerjaanya adalah Gambar 1 Metodologi Penelitian
sebagai berikut : a Mengumpulkan data kuesioner yang diisi
oleh
operator
pengamat
dan
juga
4.
Hasil dan Pembahasan
4.1
Pengumpulan Data dengan Nordic Body Map
Pengumpulan
ini
menghitung skor penilaian untuk masing –
menggunakan metode Nordic Body Map di
masing bagian tubuh yang dinilai dengan
CV. Citra Dragon. Kuesioner Nordic Body
tabel skor penilaian sebagai skor akhir
Map
QEC untuk di wujudkan dalam lima
merupakan
data
salah
satu
bentuk
kuesioner checklist ergonomic yang paling sering
digunakan
untuk
tindakan.
mengetahui
Berikut hasil dari pengumpulan
ketidaknyamanan pada para pekerja. Hasil
data QEC ( Quick Exposure Check ) untuk
kuesioner Nordic Body Map pada operator
operator
dapat di lihat pada gambar 2 berikut :
Tamping:
Pemotongan
dan
Operator
Tabel 1 Rekapitulasi Awal Metode QEC Pada Operator Pemotongan
Sumber :Pengumpulan Data Penulis 2014
Gambar 2 : Rekapitulasi Keluhan Pekerja
4.2
Operator Press
Pengumpulan Data QEC Penelitian
postur
kerja
Tabel 2 Rekapitulasi Awal Metode QEC Pada
dengan
menggunakan QEC di lakukan dari dua sisi. Penilaian pertama di dasarkan kepada penilaian
pengamat
(Observer’s
Assesment) dengan mengisi Observer’s Assesment Checklist dan penilaian kedua di dasarkan kepada penilaian pekerja (Worker’s Assesment) dengan mengisi
Sumber :Pengumpulan Data Penulis 2014
Dari table 4.2 dan tabel 4.3 di atas
QEC
merupakan hasil rekapitulasi awal dari
menilai gangguan resiko yang terjadi pada
metode QEC yang di isi oleh pengamat
bagian punggung (back), bahu atau lengan
dan operator 1, selanjutnya pengamat
(shoulder/arm),
mengaplikasikan data dari atas ke table 4.4
Worker’s
Assesment
Checklist.
pergelangan
tangan
(hand/wrist), dan leher (neck). Selanjutnya
exposure score yang ada di bawah ini :
Tabel 3
Nilai Exposure
Score Operator Tabel 6 Rekapitulasi Expocure Level
Pemotongan
Sumber :Pengolahan Data Penulis 2014
4.3
Sumber :Pengolahan Data Penulis 2014
Berdasarkan tabel 3 diatas nilai
Tahapan Perancangan
4.3.1 Penetapan Tujuan Rancangan
Exposure Score yang diperoleh adalah
Tujuan dari perancangan ini adalah
action
untuk merancang fasilitas kerja yang ada
selanjutnya perlu penelitian dan dilakukan
di stasiun kerja bagian pemotongan untuk
perubahan secepatnya.
dijadikan
82,72%
yang
berarti
untuk
Tabel 4 Nilai Exposure Score Operator Press
menjadi
lebih
ergonomis.
Tahapan perancangan fasilitas kerja yaitu pengukuran data antropometri operator, perhitungan keseragaman data, kecukupan data, dan kenormalan data. Kemudian dilakukan
perhitungan
dimensi
tubuh
dengan persentil 5 dan persentil 95. Dengan
perancangan
yang
dilakukan terhadap fasilitas kerja di stasiun bagian pemotongan ini diharapkan dapat
Sumber :Pengolahan Data Penulis 2014
Berdasarkan tabel 4 diatas nilai Exposure Score 61,73%
yang
yang diperoleh adalah berarti
untuk
action
selanjutnya perlu penelitian lebih lanjut dan dilakukan perubahan Tabel 5 Action Level Expocure
meminimasi terjadinya cedera pada otot punggung operator yang mana dulunya menjadi keluhan utama di stasiun kerja tersebut. Adapun rekapitulasi nilai presentil dari masing masing dimensi tubuh adalah seperti yang tertera pada Tabel 4.13 berikut :
penyesuaian postur kerja operator dan mendapat Tabel 7 Rekapitulasi Nilai Presentil
posisi
kerja
yang
efektif,
nyaman, aman, sehat dan efisisen . 4.4
DATA ANTHROPOMETRI
Dalam perancangan fasilitas kerja di stasiun pemotongan ini dibutuhkan data anthropometri operator. Langkah-langkah dalam melakukan perhitungan antropometri adalah sebagai berikut : a. Pengumpulan Data Ukuran Tubuh Data yang diambil adalah data pekerja Indonesia sebanyak 50 buah sampel b. Uji Keseragaman
Sumber :Pengolahan Data Penulis 2014
Pada tahap ini akan diuji apakah data yang diambil telah seragam
4.3.2 Analisa Fungsi Perbaikan fasilitas kerja di stasiu kerja bagian pemotongan ini
bertujuan
untuk
terjadinya
mengurangi
musculoskeletal disorder terhadap operator yang melakukan pekerjaannya. Dengan perancangan ini maka akan mengurangi bahkan menghilangkan resiko cedera yang akan terjadi pada saat operator melakukan
dan tidak ada data yang ekstrim c. Uji Kecukupan Data Pada
tahapan
ini
kita
akan
mengetahui apakah data yang telah diambil sudah cukup dan mewakili populasi yang akan dihitung d. Uji Kenormalan Data Pada
tahapan
ini
kita
akan
kegiatannya.
mengetahui apakah data yang kita
4.3.3 Penetapan Karakteristik
normal.
dapatkan sudah terdistribusi secara e. Uji Presentil
Rancangan Ukuran
ketinggian
mesin
dan
coveyor yang sesuai antropometri akan sangat bermanfaat bagi operator demi
Pada
tahapan
ini
kita
akan
menghitung presentil yang akan digunakan dan menentukan ukuran
ayang
akan
dipakai
dalam
perancangan
Adapun rekapitulasi nilai presentil dari masing masing dimensi tubuh adalah
Adapun data dan masing – masin fungsi
seperti yang tertera pada Tabel 7 berikut :
yang dibutuhkan oleh dimensi tubuh
Tabel 8 Rekapitulasi Persentil
terpakai dalam perancangan ini adalah : 1. Tinggi Badan Tegak (TBT) 2. Tinggi Pinggang Berdiri (TPB). 3. Panjang Lengan Bawah (PLB), 4. Jangkauan
Tangan
Kedepan
(JTD), Sumber :Pengolahan Data Penulis 2014
4.5
Hasil dari Perancangan Fasilitas 5 Kerja di Stasiun Pemotongan Setelah
stasiun
kerja
dilakukan
Adapun tujuan dari evaluasi hasil
perbaikan
pemotongan adalah untuk mengevaluasi
atropometri pekerja, maka pekerja dapat
kembali hasil rancangan fasilitas kerja
melakukan
apakah sudah sesuai dengan tujuan yang
aktivitas
karena
dengan
rancangan fasilitas kerja pada stasiun
ukuran
nyaman
sesuai
Evaluasi Hasil Rancangan
kerjanya
stasiun
dengan
kerja
telah
perancangan
yang
hendak di capai.
ergonomis. Hasil
dari
dilakukan dapat di lihat pada gambar 2 di bawah ini :
Gambar 3 Posisi Kerja Sebelum dan Sesudah Perancangan Fasilitas Kerja di Stasiun Bagian Pemotongan (Cutting)
Pada
stasiun
kerja
bagian
pemotongan sebelum perbaikan, posisi Gambar 2 Hasil Rancangan
kerja
operator
membungkuk
saat
melakukan
pekerjaannya
hingga
5.1
memebentuk sudut 90 derajat . Sebelum
dilakukannya
perancangan ulang fasilitas kerja pada stasiun kerja pada bagian pemotongan, didapat skor QEC pada bagian punggung yaitu 36. Hal ini tentunya tidak baik bagi operator
yang
melakukan
pekerjaan
dengan postur tubuh yang membungkuk. Maka
dengan
demikian
Kondisi Fasilitas Kerja Kondisi fasilitas kerja yang
digunakan dalam proses produksi di stasiun bagian pemotongan sebelum dan sesudah perbaikan dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 10 Perbandingan Kondisi Fasilitas Kerja Stasiun Pemotongan
dilakukan
perancangan fasilitas kerja pada stasiun pemotongan
ini
dengan
kesesuaian
anthropometri manusia. Adapun fasilitas kerja yang di lakukan perancangan ulang adalah : Conveyor dan kedudukan mesin potong yang akan di rancang ulang dengan pertimbangan aspek ergonomi. Setelah
dilakukan
Sumber : Pengolahan Data CV. Citra Dragon 2014
perancangan
ulang pada fasilitas kerja yang terdapat di stasiun kerja bagian pemotongan, skor analisa QEC didapatkan sebesar 24. Dengan demikian telah terjadi penurunan skor qec, dan postur tubuh kerja operator pada saat melakukan proses produksi dalam posisi tegak. Tabel 9 Rekapitulasi Perbandingan Skor QEC
Pada Tabel 9 diatas dapat dilihat perbandingan kondisi perbedaan posisi mesin dan konveyor dimana pada kondisi sebelum perancangan dilakukan, mesin potong tersebut tidak memiliki kedudukan dan posisi mesin berada diatas lantai. Akan tetapi setelah di lakukan perancangan ulang pada fasilitas mesin maka penulis mengusulkan untuk merancang pembuatan kedudukan mesin potong agar kondisi ketinggian mesin bisa bertambah sehingga postur tubuh operator pada saat melakukan proses
pemotongan
membungkuk. Sumber :Pengolahan Data Penulis 2014
tidak
lagi
5.2
Uji Keabsahan Setelah
7
Saran
semua
tahapan
selesai
dilakukan,
kelemahan yang terdapat pada
selanjutnya yang perlu dilakukan adalah
fasilitas kerja di stasiun bagian
uji ke absahan (validasi). Tujuannya aalah
pemotongan, di sarankan kepada
untuk
pihak
perancangan
mengevaluasi
kembali
hasil
1.
Dengan
adanya
kelemahan
perusahaan
–
hendaknya
rancangan apakah telah sesuai dengan
melakukan
tujuan perancangan atau belum sesuai. Uji
sistem
keabsahan ini dilakukan dengan menyebut
memeperhatikan sikap kerja dan
faktor utama yang selanjutnya di tentukan
lingkungan
indikator dan hasil yang telah di capai
stasiun kerja yang ada terutama di
dengan membandingkan fasilitas kerja
stasiun bagian pemotongan agar
hasil rancangan.
tidak terjadi keluhan pada operator
6
perbaikan
kerja kerja
terhadap
dengan pada
cara semua
dan mengurangi terjadinya cedera
Kesimpulan
otot opnggung pada operator.
Bertitik tolak dari hasil analisis dan pembahasan di atas, dapat di simpulkan sebagai berikut : 1. Hasil identifikasi keluhan terhadap pekerja di temukan bahwa pekerja mengeluhkan adanya rasa sakit pada punggung.
3. Penelitian ini tidak lepas kekurangan
oleh
karena
dari itu
diperlukan penelitian lebih lanjut agar diperoleh sistem kerja yang benar – benar telah memenuhi kriteria ergonomi.
2. Untuk mengatasi permasalahan poin
4. Penelitian ini dapat dikembangkan
1 (satu) di atas, maka dilakukan
lebih lanjut dengan melakukan
perbaikan
perhitungan terhadap aspek studi
terhadap
rancangan
fasilitas kerja pada satasiun bagian
biomekanika.
pemotongan. Rancangan yang di lakukan adalah dengan mengubah
DAFTAR PUSTAKA
ketinggian konveyor penyangga dan membuat kedudukan mesin yang telah
disesuaikan
anthropometri.
dengan
data
Li, G. dan Buckle, P. (1998)A practical method for the assessment of workrelated musculoskeletal risk – Quick Exposure Check (QEC), in
Proceeding of the human Factors and Ergonomics Society42 Annual Meeting, October 5-9, Chicago, Human Factors and Ergonomics Society : 1351-1355. Nurmianto, Eko. 1996 : Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Pertama. Jakarta : PT. Guna Widya Willy
Fernand, Yudhi. 2013 : Perancangan Area Kerja Pada Industri Keripik Balado yang Ergonomis. Jurusan Teknik Industri : Universitas Bung Hatta
Wignjoesoebroto, Sritomo. 1995 : Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Edisi Pertama. Surabaya : Prima Printing Wignjoesoebroto, Sritomo. 1995 : Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga. Surabaya : Guna Widya Kusmidari, Desi. Ch. 2013 : Analisis Kelelahan Kerja dengan Aplikasi Quick Expocure Check (QEC) dan Rapid Entire Body Assessment (REBA), Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik : Universitas Bina Darma Karwoski dan Marras S. William. 2003 : Desain dan Manajemen Sistem Kerja. Prinsip dan Aplikasi Teknik. CRC Press. Manuaba, A. 1992a. Penerapan Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Produktivitas. Seminar K3 di IPTN. Bandung: 20 Februari Manuaba, A. 1992b. Pengaruh Ergonomi terhadap Produktivitas Tenaga Kerja. Makalah Seminar
Produktivitas Kerja Departemen Tenaga Kerja. Jakarta: 30 Januari. Manuaba, A. 1997. Ergonomi di Tempat Kerja, Aplikasi dan manfaat Praktis. Makalah Pertemuan Alumni Teknik Industri Ubaya. Surabaya: 10 Oktober.