PERANCANGAN ULANG SUDU KOMPRESOR AKSIAL PADA MESIN TURBOPROPELER PT6A-27 DENGAN PUTARAN POROS 36750 RPM
Arif Luqman Khafidhi 2016 100 109 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. I Made Arya Djoni, MSc.
Latar Belakang de Havilland Canada DHC-6
Turboprop
Pratt & Whitney Canada PT6A-27
38100 rpm
36750 rpm
Latar Belakang
Boyce, M.P, Gas Turbine Engineering Handbook, 3rd.ed (2002)
Perumusan Masalah 1 2 3 4 5
• Penurunan putaran poros kompresor
• Terjadi penurunan mass flow saat masuk ke combustion chamber
• Daya yang dihasilkan turun
• Thrust yang dihasilkan propeler turun • Bagaimana merancang sudu gerak kompresor aksial agar menghasilkan tekanan yang sesuai dengan standart yang sudah ditetapkan dari pabrik, dengan putaran kompresor yang lebih rendah.
Tujuan Perancangan Menentukan dimensi sudu kompresor aksial agar bekerja optimal pada putaran tertentu, dengan temperatur inlet kerja kompresor yang sesuai dengan di lapangan serta mass flow yang sudah ditentukan. Menggambar profil sudu kompresor aksial
Batasan Masalah Kompresor aksial yang dirancang adalah kompresor pada sistem turbin gas mesin turboprop tipe PT6A-27 dengan putaran 36750 rpm. Dimensi annulus dan sudu yang sebenarnya tidak diketahui. Penggambaran hanya dilakukan pada bagian sudu gerak kompresor aksial dari tiap stage kompresor. Data pendukung perancangan sudu gerak kompresor aksial sesuai dengan data maintenance di Merpati Maintenance Facility. Rasio tekanan kompresor 1 : 2,197 Tekanan inlet kompresor 14,7 psia Temperatur inlet 300C
Sistematika Penulisan Bab1 Pendahuluan • Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Perancangan, Batasan Masalah, Sistematika Penulisan Bab 2 Kajian Pustaka • Dasar-dasar teori dari referensi untuk perancangan Bab 3 Metodologi • Flowchart proses perancangan Bab 4 Perancangan Kompresor Aksial • Tahapan dan perhitungan Bab 5 Penutup • Kesimpulan
Tinjauan Pustaka
Sistem Kerja Turbin Gas Secara Umum
1.Kompresi 2.Pembakaran 3.Ekspansi 4.Exhaust
http://airplanegroundschools.com/Aircraft-Systems/Turbine-Engines/Aircraft-Gas-Turbine-Engine-Principal.html
Klasifikasi Kompresor
Tinjauan Pustaka
Boyce, M.P, Gas Turbine Engineering Handbook, 3rd.ed (2002)
Tinjauan Pustaka
Aplikasi Kompresor
Type of Flow
Inlet Relative Velocity Mach Number
Pressure Ratio per Stage
Efficiency per Stage
Industrial
Subsonic
0,4-0,8
1,05-1,2
88-92%
Aerospace
Transonic
0,7-1,1
1,15-1,6
80-85%
Research
Supersonic
1,05-2,5
1,8-2,2
75-83%
Type of Application
Boyce, M.P, Gas Turbine Engineering Handbook, 3rd.ed (2002)
Tinjauan Pustaka Diagram T-s untuk 1 stage
Cohen, H, Rogers, GFC, and Saravanamuttoo, HIH, Gas Turbine Theory, 4th.ed (1995)
Tinjauan Pustaka Segitiga kecepatan kompresor aksial untuk 1 stage
Cohen, H, Rogers, GFC, and Saravanamuttoo, HIH, Gas Turbine Theory, 4th.ed (1995)
Tinjauan Pustaka Peningkatan Temperatur Stagnasi Dari persamaan power input ditunjukkan bahwa T02 = T03
Perbandingan Tekanan pada Satu Stage
Tinjauan Pustaka Kecepatan Aksial Tanpa IGV (inlet guide vane)
Ca = C
V12=C12+U2 & C12=V12-U2
V1
C1
T01=T1+C12/2Cp
T01
Rs=P03/P01
Cohen, H, Rogers, GFC, and Saravanamuttoo, HIH, Gas Turbine Theory, 4th.ed (1995)
Tinjauan Pustaka Defleksi Fluida pada Rotor β1 – β2
W=ṁCp(T02-T01) ΔT0=T02-T01
W=ṁUCa(tanβ1-tanβ2) T02-T01=UCa(tanβ1-tanβ2)/Cp
Rs=P03/P01
Tinjauan Pustaka Blockage pada annulus kompresor
Perubahan Ca Mempengaruhi kerja kompresor W=ṁUCa(tanβ1-tanβ2) Mempengaruhi perubahan ΔT0=T02-T01 W=ṁUCp(T02-T01)
(a) Stage pertama (b) Stage ke-4
Rs=P03/P01
Cohen, H, Rogers, GFC, and Saravanamuttoo, HIH, Gas Turbine Theory, 4th.ed (1995)
Degree of Reaction
Tinjauan Pustaka
Menunjukkan sejauh mana rotor berkontribusi dalam peningkatan tekanan statik
Ca = konstan (C3 = C1) & (ΔTS = ΔT0S) ΔTA = peningkatan temperatur statik pada rotor ΔTB = peningkatan temperatur statik pada stator maka ;
Tinjauan Pustaka Cascade Notation
Cohen, H, Rogers, GFC, and Saravanamuttoo, HIH, Gas Turbine Theory, 4th.ed (1995)
Metode Perancangan
Metode Perancangan
Metode Perancangan Ca konstan Free Vortex Λm = 0,5
Ca konstan Variasi air angle
Constant Reaction
Λm = 0,5
UΔCw=UmΔCwm= konstan Ca tidak konstan Exponential Λm = 0,5
Free Vortex
α1 = 0 maka Cw1 = 0, Ca = C1 α3 (stage 1) = α1 (stage 2) po3 (stage 1) = po1 (stage 2) To3 (stage 1) = To1 (stage 2) 𝛬 = 0,5
Proses perancangan : 1. Menetukan nilai U (kec keliling) 2. Mencari nilai air angle inlet (β1 & α1), untuk stage 1 nilai Cw1 = 0 dan α1 = 0 3. Menetukan dimensi pada outlet stator (C3, T3, p3, ρ3, A3, h3, r) 4. Untuk menentukan nilai radius pada outlet rotor, di asumsikan dengan adanya hub tip ratio yang meningkat 5. Mencari nilai kec tangensial (Cw) pada outlet rotor 6. Mencari nilai air angle outlet rotor (β2 & α2)
Constant Reaction r mean sama dengan r mean pada free vortex Menggunakan nilai radius potongan pada perhitungan free vortex 𝛬 = 0,5 Upot.ΔCw pot = Umean.ΔCw mean = konstan Proses Perancangan :
1. 2. 3. 4.
Menghitung nilai ΔCw mean = ΔCw2 mean – ΔCw1 mean Mencari nilai ΔCw potongan = ΔCw mean x (rmean/rpot) Mencari nilai Cw1 dan Cw2 Mencari nilai dari air angle (β1 & α1) dengan β1 = α2 & α1= β2
Exponential 𝛬 = 0,5 Menggunakan nilai radius potongan pada perhitungan free vortex Kecepatan aksial (Ca) tidak konstan sepanjang potongan dan stage
Proses perancangan : 1. Menetukan nilai Rpot = rpot/ rmean pada inlet dan outlet stage 2. Menentukan nilai air konstanta a = Umean(1-𝛬) dan b = (Cp.ΔTo/2.Umean.λ) 3. Mencari kecepatan tangensial inlet dan outlet rotor dengan persamaan Cw1 = a – (b/R) & Cw2 = a + (b/R) 4. Mencari nilai kecepatan tangensial dengan persamaan
5. Mencari nilai dari air angle (β & α) pada inlet dan outlet rotor
Pemilihan Proses Desain • Untuk menentukan pemilihan proses desain blade, perlu dibandingkan 2 parameter dari masing-masing proses desain : 1. Defleksi fluida 2. Relative mach number • Dimana nantinya dari kedua parameter ini dipilih yang paling kecil nilainya untuk digunakan dalam proses konstruksi blade.
stage 1 70 60
delfeksi fluida
50 40 free vortex
30
constant reaction exponential
20 10 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 potongan
stage 2 70 60
delfeksi fluida
50 40 free vortex
30
constant reaction exponential
20 10 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 potongan
stage 3 70 60
defleksi fluida
50 40 free vortex
30
constant reaction exponential
20 10 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 potongan
Relative Mach Number Relative mach number adalah mach number yang dihitung pada radius 15 (tip) M = V/c V = Ca/cos β c = (γRT)0,5
Metode Perancangan β β1-β2 = ε s/c
Aspect ratio h/c = 3[2]
Didapat c (chord)
Didapat s (pitch)
Didapat jumlah blade (n)
Cohen, H, Rogers, GFC, and Saravanamuttoo, HIH, Gas Turbine Theory, 4th.ed (1995)
Metode Perancangan δ=m𝜃(s/c)0,5 m= 0,23(2a/c)2 +0,1(β2/50)[2]
2a/c = 1
𝜃=β’1-β’2 δ=β2-β’2 ζ=α’1–(𝜃/2)
Cohen, H, Rogers, GFC, and Saravanamuttoo, HIH, Gas Turbine Theory, 4th.ed (1995)
Performa stage
Cohen, H, Rogers, GFC, and Saravanamuttoo, HIH, Gas Turbine Theory, 4th.ed (1995)
Performa stage • Untuk nilai peningkatan tekanan teoritis yang bergantung pada kecepatan inlet pada air angle
• Sehingga didapat efisiensi blade
Konstruksi blade
Kesimpulan No
Parameter
Nilai
Keterangan
27°C = 300 K
kondisi lapangan
1
temperatur inlet kompresor
2
mass flow rate
6,61 lbs/s = 3 kg/s
3
pressure ratio
1 : 2,917
tekanan inlet kompresor
1 bar
kondisi di lapangan
tekanan outlet kompresor
2,197 bar
hasil perancangan
36750 rpm = 612,5 rps
kondisi lapangan
38100 rpm = 635 rps
kondisi desain mesin kondisi desain mesin, tanpa IGV (inlet guide vane)
4 5
putaran poros
15°C = 288,15 K
6
jumlah stage
3 (tiga stage)
7
base profil airfoil blade
NACA 65190
kondisi desain mesin
Effisiensi blade Rotor
Kesimpulan Stator
stage
ηblade average
stage
ηblade average
1
0,9602
1
0,9430
2
0,9612
2
0,9370
3
0,9584
3
0,9261
Jumlah blade stage
jumlah blade (n)
1
32
2
45
3
65