JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
1
Perancangan Sensor Kelembaban Beras Berbasis Kapasitor Saifudin Mujib dan Melania Suweni Muntini Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected]
Abstrak— Telah dilakukan penelitian perancangan sistem sensor kelembaban beras dengan menggunakan prinsip kerja dua buah plat yang dipasang secara sejajar. Dengan menggunakan beras sebagai pengisi ruang diantara kedua plat, sistem akan mempunyai sifat yang sama dengan kapasitor. Sehingga akan mempunyai nilai kapasitif tertentu tergantung kelembaban bahan dielektrikum yang digunakan. Dari hubungan tersebut dapat dirancang sensor kelembaban beras dengan cara menganalisa nilai kapasitif sistem sensor. Dalam tugas akhir ini, sensor kelembaban MC-100 digunakan sebagai referensi sensor yang dirancang. Dari hasil penelitian yang dilakukan, perbandingan pengukuran kelembaban beras menggunakan sensor yang dirancang dengan moisturemeter MC-100 pada tingkat kelembaban tetap memiliki selisih pengukuran sebesar 2%. Sedangkan pada pengukuran dengan tingkat kelembaban berbeda sensor yang dirancang memiliki error sebesar 3.53%.
yang diantara konduktor tersebut terdapat bahan dielektrik yang mempunyai konstanta dielektrik berbeda-beda tergantung dari bahan yang digunakan. Ketika beras digunakan sebagai bahan dielektik, maka konstanta dielektrik beras yang mengandung air dan tidak akan memiliki nilai yang berbeda. Hal ini dikarenakan nilai konstanta dielektrikum beras dan air mempunyai perbedaan nilai yang cukup besar. Dari prinsip di atas bisa dirancang suatu sensor kelembaban beras yang menggunakan prinsip kerja kapasitor. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berat netto atau tingkat kemurnian suatu produk. Air tidak mempunyai nilai ekonomis tetapi ikut menambah berat produk. Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan untuk merancang sensor kelembaban beras dengan cara mengukur nilai kapasitansi beras.
Kata kunci: kapasitor, dielektrikum, kapasitif, moisturemeter MC-100
II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN
D
i Indonesia, beras sudah menjadi makanan pokok bagi seluruh lapisan masyarakat. Meskipun beras dapat disubtitusi dengan bahan makanan lain, tetapi karena sudah terbiasa mengkonsumsinya, beras tetap menjadi pilihan utama dalam memenuhi kebutuhan pangan seharihari. Hal tersebut memperlihatkan betapa pentingnya peranan beras bagi masyarakat Indonesia. Sehingga diperlukan kehati-hatian dalam memilih dan merawat beras yang dikonsumsi. Mulai dari cara penanaman, pemanenan, penyimpanan dan pengolahannya. Sehingga terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kualitas beras. Dalam menentukan kualitas beras, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan mengukur tingkat kandungan air atau kelembaban beras. karena jika terlalu lembab beras bisa mengalami penggumpalan, pembusukan dan pengrusakan. Pengukuran kelembaban dalam beras ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan metode oven drying, Electrical Time Domain Reflectometry (ETDR), neutron moisture gauges, infrared dan laser light absorption spectroscopy, dan lain-lain[1]. Tetapi dengan metode-metode tersebut ini selain membutuhkan waktu yang lama juga dapat merusak kondisi bahan uji. Sehingga dibutuhkan metode yang mudah dan murah dalam pengaplikasiannya. Salah satunya adalah dengan mengukur kelembaban beras dengan menggunakan prinsip kerja kapasitor. Kapasitor adalah salah satu komponen pada rangkaian listrik yang dapat menyimpan dan melepaskan energi listrik dalam bentuk muatan-muatan listrik. Kapasitor umumnya terbuat dari dua buah konduktor
A. Beras Beras adalah hasil utama yang diperoleh dari proses penggilingan gabah hasil tanaman padi (Oryza sativa L.) yang seluruh lapisan sekamnya terkelupas dan seluruh atau sebagian lembaga dan lapisan bekatulnya telah dipisahkan (SNI 6128, 2008). Beras menyediakan sekitar 20% total energy perkapita dan 13% protein bagi penduduk dunia. Di Asia beras menyumbangkan 35% energy dan 28% protein, di Amerika selatan 12% energy dan 9% protein[2]. Di beberapa Negara berkembang beras menjadi makanan pokok masyarakatnya. Seperti halnya di Indonesia. Kebiasaan ini sudah terbentuk melalui sejarah yang panjang. Beras dipilih menjadi makanan pokok karena sumber daya alam lingkungan mendukung penyediaannya dalam jumlah yang cukup dan cepat pengolahannya. Persyaratan mutu beras yang ditentukan oleh bulog dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu persyaratan kualitatif dan persyaratan kuantitatif. Persyratan kualitatif ditentukan secara subyektif yang meliputi bau, suhu, hama penyakit dan bahan kimia. Persyaratan tersebut tidak dapat ditentukan dalam satu satuan, tetapi dinyatakan dengan membandingkan dengan terhadap contoh. Bau beras yang tidak disenangi adalah bau apek dan bau alkoholik. Bau apek terutama disebabkan oleh hasil perusahaan minyak, bau asam dan alkoholik disebabkan oleh hasil fermentasi gula. Pengujian bau dilakukan dengan membandingkan terhadap contoh yang ditetapkan atau pembanding lainnya. Diisyaratkan bahwa pada semua tingkatan mutu, sampel tidak boleh mengandung tanda-tanda keberadaan hama atau penyakit hidup, telur, kepompong, atau jamur
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 baik dalam bentuk spora maupun miselia. Pengamatan dapat dilakukan secara langsung atau dengan kaca pembesar. Pada ketentuan mengenai mutu beras juga dipersyaratkan bahwa beras tidak boleh mengandung sisa-sisa obat anti serangga atau obat anti jamur serta bahan kimia lainnya. Keberadaan bahan kimia ini dapat ditentukan dengan cara membau produk tersebut. Jika ingin memilih beras sesuai dengan jenis yang diinginkan, harus diperhatikan ciri-ciri beras sesuai dengan jenisnya. Setiap jenis beras memiliki ciri-ciri khusus yang dapat anda perhatikan. B. Kelembaban Kelembaban adalah konsentrasi uap air diudara atau pada bahan, kandungan uap air dapat berubah tergantung pada temperatur, tekanan dan iklim. Pada bahan, kelembaban merupakan ukuran banyaknya air yang terkandung dalam suatu bahan [3]. Banyaknya air dalam suatu bahan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain [4]: Air yang meresap melalui celah kapiler. Embun pada saat malam hari. Air hujan yang tersapu oleh angin. air dalam suatu bahan makanan terdapat dalam berbagai bentuk, yaitu: Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antar sel dan inter granular dan pori-pori yang terdapat dalam bahan. Air yang terikat secara lemah karena terserap pada permukaan koloid makromolekuler seperti protein, pectin pati, selulosa. Selain itu air juga terdispersi diantara koloid tersebut dan merupakan pelarut zatzat yang ada dalam sel. Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat air bebas dan dapat dikristalkan pada proses pembekuan. Ikatan antara air dengan koloid tersebut merupakan ikatan hydrogen. Air dalam keadaan terikat kuat yaitu membentuk hidrat. Ikatannya bersifat ionik sehingga relative sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak membeku meskipun pada 0oF. Kelembaban menjadi bahan pertimbangan penting dalam bidang pangan. Karena kelembaban berhubungan dengan aktivitas air (aw) bebas didalam pangan yang dapat digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya. Mikroba mempunyai kebutuhan aw minimal yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya. Di bawah aw minimal tersebut mikroba tidak dapat tumbuh atau berkembang biak. Sehingga salah satu cara untuk mengawetkan makanan dan menjaga mutu pangan adalah dengan menurunkan aw bahan tersebut. C. Kapasitor
Kapasitor (pada awalnya disebut kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan dengan huruf "C" adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi/muatan listrik di dalam medan listrik. Kapasitor adalah piranti elektronika yang mampu menyimpan muatan listrik (kapasitansi). Umumnya, nilai kapasitansi sebuah kapasitor ditentukan oleh bahan dielektrik yang digunakan. Bahan dielektrik bisa apa saja, termasuk biji-bijian yang apabila diletakkan di antara kedua plat kapasitor keping sejajar akan mempengaruhi nilai kapasitansi dari kapasitor tesebut. Bahan dielektrik bisa apa saja, termasuk biji-bijian yang
2
apabila diletakkan di antara kedua plat kapasitor keping sejajar akan mempengaruhi nilai kapasitansi dari kapasitor tesebut. Hal tersebut telah dibuktikan oleh para ilmuwan yang telah melakukan penelitian di bidang ini, antara lain Hartana dkk pada tahun 2001 melakukan penelitian untuk mengamati karakteristik sifat-sifat dielektrik beras dengan menggunakan kapasitor plat sejajar yang terbuat dari tembaga yang disusun secara paralel dengan rangkaian RC sebagai sumber arus persegi. Pada tahun 2004, Arustiarso dkk membuat alat ukur kadar air biji padi dan kedelai dalam bentuk fungsi logaritmik dan eksponensial dan pada tahun 2005, Putra melakukan penelitian untuk mengamati nilai kerentanan (suseptometer) listrik untuk bahan anisotrop (Alumunium, besi, kayu dan air) dengan menggunakan prinsip kerja kapasitor keping sejajar [5]. Secara struktur prinsip kapasitor terdiri dari dua buah plat konduktor yang berlawanan muatan, masing-masing mempunyai luas permukaan A, dan mempunyai muatan persatuan luas σ. Konduktor yang dipisahkan oleh sebuah zat dielektrik yang bersifat isolator sejauh d. Zat inilah yang nantinya akan memerangkap elektron bebas. Muatan berada pada permukaan konduktor yang jumlah totalnya adalah nol. Hal ini disebabkan jumlah muatan negatif dan positif sama besar. Bahan dielektrik adalah bahan yang jika tidak terdapat medan listrik bersifat isolator, namun jika ada medan listrik yang melewatinya, maka akan terbentuk dipole-dipol listrik, yang arah medan magnetnya melawan listrik semula.
Gambar 1. Proses yang terjadi dalam kapasitor saat diberikan beda potensial Kapasitor mempunyai bentuk dan jenis yang beragam. Namun secara umum dapat dibedakan menjadi kapasitor polar dan nonpolar. Kapasitor polar identik mempunyai dua kaki yang masing-masing mempunyai kutub positif dan negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung. Sedangkan kapasitor nonpolar kebanyakan mempunyai nilai kapasitansi yang lebih rendah, tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, bentuknya bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya. D. Dielektrik Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau bahkan hampir tidak ada. Bahan dielektrik dapat berwujud padat, cair dan gas. Tidak seperti konduktor, pada bahan dielektrik tidak terdapat elektronelektron konduksi yang bebas bergerak di seluruh bahan oleh pengaruh medan listrik. Medan listrik tidak akan menghasilkan pergerakan muatan dalam bahan dielektrik. Sifat inilah yang menyebabkan bahan dielektrik itu merupakan isolator yang baik. Dalam bahan dielektrik, semua elektron-elektron terikat dengan kuat pada intinya sehingga terbentuk suatu struktur regangan (lattices) benda padat, atau dalam hal cairan atau gas, bagian-bagian positif dan negatifnya terikat bersama-sama sehingga tiap aliran massa tidak merupakan perpindahan dari muatan. Karena itu, jika suatu dielektrik diberi muatan listrik, muatan ini
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 akan tinggal terlokalisir di daerah di mana muatan tadi ditempatkan. E. Karakteristik Sensor Karakteristik sensor menunjukkan seberapa baik kinerja sensor dalam mengukur suatu stimulus. Secara umum, karakteristik sensor dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu karakteristik statik dan karakteristik dinamik.Pengelompokan ini ditentukan oleh sifat perubahan stimulus yang diukur.Karakteristik statik mengacu kepada kinerja sensor saat mengukur stimulus yang tidak berubah terhadap waktu atau berubah secara lambat sedangkan karakteristik dinamik mengacu kepada kinerja sensor saat mengukur stimulus dengan perubahan yang cepat terhadap waktu. Karakteristisasi sensor dilakukan dengan melihat hubungan antara sinyal keluaran dan sinyal masukan tanpa memperhatikan proses yang terjadi di dalam sensor . Karakteristik statik sensor meliputi fungsi transfer, kalibrasi, jangkauan pengukuran, sensitivitas, dan saturasi. a. Fungsi transfer Fungsi transfer menyatakan hubungan yang ideal antara stimulus dengan keluaran dari sensor. Fungsi transfer dapat berbentuk persamaan linear atau persamaan nonlinear. Contoh fungsi transfer, misalnya fungsi transfer linear unidimensional, secara umum dinyatakan oleh persamaan: (1) Dengan S adalah keluaran sensor, s adalah stimulus, a merupakan keluaran sensor saat sinyal inputan nol (intercept), dan b adalah kemiringan (slope) atau disebut juga sensitivitas. b. Kalibrasi Kalibrasi merupakan penentuan variabel-variabel khusus yang menggambarkan fungsi transfer secara keseluruhan. Keseluruhan yang dimaksud meliputi seluruh rangkaian, termasuk sensor, rangkaian antarmuka, dan analog to digital converter (ADC). Sebelum melakukan kalibrasi, model matematis dari sensor harus diketahui terlebih dahulu. Suatu sensor dengan model matematis linear, misalnya , dengan dan berturut-turut adalah variabel keluaran dan masukan sedangkan dan konstanta maka kalibrasi dilakukan untuk menentukan nilai dari konstanta dan .
3 (3)
c. Jangkauan Pengukuran (Span) Jangkauan pengukuran merupakan variasi maksimum pada masukan atau keluaran sensor. Jangkauan masukan adalah daerah dimana sensor masih dapat mengubah stimulus yang diberikan kepadanya sedangkan jangkauan pengukuran keluaran merupakan perbedaan antara sinyal keluaran yang diukur pada stimulus maksimum dan minimum. d. Sensitivitas Sensitivitas dinyatakan dengan perbandingan perubahan keluaran sensor terhadap perubahan masukannya. Pada fungsi transfer linear, misalnya seperti persamaan (1), sensitivitas sensor ditunjukkan oleh b. Jika adalah perubahan keluaran sensor dan adalah perubahan masukan sensor maka b dinyatakan dengan: (4) Apabila fungsi transfer tidak linear maka sensitivitas sensor tidak memiliki nilai yang tetap. Sensitivitas sensor di setiap titik masukan dinyatakan dengan persamaan: (5) e. Saturasi Setiap sensor mempunyai batas operasi, termasuk sensor yang mempunyai linieritas tinggi. Sensor mengalami titik saturasi ketika sensor tidak lagi memberikan perubahan keluaran ketika diberikan stimulus. F. LCR Meter LCR meter adalah sebuah perangkat elektronik yang digunakan untuk mengukur induktansi (L), kapasitansi (C), dan resistansi (R) dari suatu komponen. Sebenarnya prinsip kerja dari alat ini nilai sebenarnya dari beberapa jenis pengukuran tidak diukur, melainkan yang diukur adalah impedansi, impedansi diukur secara internal dan dikonversikan ke layar penampil pengukuran yang dikonversikan ke kapasitansi atau nilai induktansi yang sesuai. Pembacaan akan cukup akurat jika kapasitor atau induktor perangkat yang diuji tidak memiliki impedansi komponen resistif yang signifikan. Selain itu alat ini dapat digunakan untuk pengukuran induktansi atau kapasitansi, dan juga resistansi seri yang sama dari kapasitor dan faktor Q dari komponen induktif. III. METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang semua kegiatan yang telah dilakukan pada penelitian ini, baik perancangan dan pengujian untuk pengukuran.
Gambar 2. Kesalahan kalibrasi Dalam melakukan kalibrasi dapat terjadi kesalahan yang dinamakan kesalahan kalibrasi. Kesalahan kalibrasi merupakan ketidak akuratan yang diijinkan oleh produsen saat sensor dikalibrasi di pabrik. Kesalahan kalibrasi ditunjukkan oleh kesalahan pada intercept dan kemiringan. Kesalahan pada intercept, dinyatakan dengan persamaan: (2) Sedangkan kesalahan pada kemiringan dituliskan dalam persamaan:
A. Metodologi Umum Perancangan sensor untuk mengetahui kelembaban beras dipilih sistem dua plat sejajar yang mengapit sejumlah volume beras. Secara umum metodologi perancangan penelitian ini adalah sebagai berikut.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
Gambar 3. Diagram alir penelitian B. Pembuatan Rangkaian Kapasitif ke Tegangan Perancangan sistem sensor kelembaban beras dilakukan seperti pada Gambar 3.5. Pada rangkaian kapasitansi ke tegangan ini digunakan IC 2907. Rangkaian yang terdiri dari sebuah wadah berbentuk balok akrilik yang bagian dinding sampingnya dipasang plat konduktor berupa Printed Circuit Board (PCB) polos yang diisi beras dan dihungkan ke sumber tegangan DC.
Gambar 4. Rangkaian kapasitansimeter menggunakan IC 2907
C. Cara Pengujian Pengujian mula-mula dilakukan dengan mengisi beras pada balok akrilik yang sudah terpasang plat konduktor. Sehingga rangkaian akan mempunyai sistem yang sama dengan sebuah kapasitor. Pada sistem tersebut beras berperan sebagai bahan dielektrik. Kemudian beras dalam balok akrilik diukur nilai kelembabannya dengan menggunakan moisturemeter MC-100. Prinsip dari alat ukur tersebut adalah dengan mengindra kondisi kelembaban udara bahan dengan menggunakan frekuensi tinggi. Data yang bisa dibaca pada piranti display dari alat ukur adalah kelembaban bahan antara 0-100%. Data yang didapat dari pengukuran menggunakan MC-100 ini pada nantinya digunakan sebagai referensi nilai kelembaban sensor kelembaban yang dirancang. Beras juga diukur nilai kapasitansinya dengan menggunakan LCR meter PM-6303A. pengukuran kapasitansi tersebut dilakukan pada waktu yang sama dengan pengukuran kelembaban beras. Sehingga didapatkan data nilai kelembaban dan kapasitansi beras seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.
4
Gambar 5. Pengukuran kelembaban beras menggunakan moisturemeter MC-100 Kemudian beras dinaikkan tingkat kelembabannya dengan cara menambahkan air menggunakan sprayer. Ketika air sudah tercampur dalam beras secara merata, beras diukur lagi tingkat kelembaban dan nilai kapasitansinya. Sehingga akan didapatkan perubahan tingkat kelembaban dan nilai kapasitansinya. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan nilai ukur parameter komponen lain yang berguna pada rangkaian konversi kapasitif ke tegangan. Setelah pengukuran kapasitansi dan tegangan dilakukan pengukuran antara kelembaban beras dengan tegangan keluaran dari rangkaian konversi kapasitansi ke tegangan menggunakan multimeter. Pada tahap ini air juga ditambahkan untuk menaikkan tingkat kelembaban beras. setiap penambahan air diamati perubahan tingkat kelembaban beras. Dari pengamatan tingkat kelembaban beras yang diukur, diamati perubahan nilai tegangan keluaran rangkaian konversi tegangan ke kelembabannya. Kemudian fungsi transfer dicari dari hubungan tingkat kelembaban dan tegangan keluaran rangkaian. Fungsi transfer hubungan kelembaban dan tegangan keluaran rangkaian digunakan untuk pengonversi nilai kelembaban ke nilai tegangan dalam proses pemrograman pada mikrokontroller. Bahasa pemrograman yang dilakukan adalah Basic Compiler. Kemudian nilai tegangan keluaran dari rangkaian kapasitansi ke tegangan diubah menjadi % kelembaban menggunakan kebalikan dari fungsi transfer yang didapatkan. Hasil baca sensor yang dirancang kemudian ditampilkan dalam LCD 16x2. D. Pengujian Sensor Sensor kelembaban yang telah dirancang kemudian diuji karakteristiknya. Pengujian tersebut adalah perbandingan hasil baca sensor yang dirancang dengan sensor kelembaban moisturemeter MC-100. Dalam pengujian ini dilakukan pengukuran tingkat kelembaban beras dengan menggunakan sensor yang dirancang dan dengan menggunakan moisturemeter MC100. Pengukuran dilakukan dengan dua kondisi berbeda. Kondisi pertama adalah dengan kenaikan tingkat kelembaban dan yang kedua adalah dengan kondisi kelembaban tetap seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6. Pada kondisi kelembaban berbeda, beras dalam balok akrilik diukur tingkat kelembabannya. Kemudian diberikan penambahan air untuk menaikkan tingkat kelembaban beras. setiap kenaikkan kelembaban beras diamati pembacaan kelembaban pada sensor kelembaban moisturemeter MC100 dan pada sensor yang dirancang. Pada kondisi kelembaban tetap, dilakukan pengukuran tanpa kenaikan tingkat kelembaban. Diamati pembacaan tingkat kelembaban beras pada sensor moisturemeter MC100 dan pada sensor yang dibuat.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6
5
Gambar 6. Pengukuran kelembaban dengan menggunakan moisturemeter MC-100 dan sensor yang dirancang
IV. HASIL DAN DISKUSI A. Kondisi Awal Sensor Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan sensor yang dibuat berupa dua buah plat konduktor sejajar dalam kondisi tanpa diisi beras. Pada pengujian dengan variasi lebar gap (d) ditunjukkan pada gambar 7.
Gambar 9. Grafik perbandingan pengukuran pada tingkat kelembaban yang tetap
Error perbandingan ditunjukkan oleh ketidak tepatan pada titik pengukuran alat dan moisturemeter yang telah didapatkan. Oleh karena itu error perbandingan dapat dihitung melalui persamaan Error
=
|
|
|
Gambar 7. Grafik Pengukuran nilai kapasitansi dengan variasi panjang gap (d) B. Hasil Perbandingan Pengukuran Kelembaban Antara Moisturemeter dan Alat Yang Dirancang Pada pengukuran Kelembaban dan Tegangan keluaran, didapatkan fungsi transfer . Dimana y adalah tegangan dalam Volt dan x adalah kelembaban dalam %. Dengan konstanta dalam volt dan dalam (1/%). Perbandingan pengukuran dilakukan dengan melihat dan mencatat nilai kelembaban pada alat yang telah dibuat dan nilai kelembaban pada moisturemeter MC-100. Perbandingan ini dilakukan sengan dua kondisi, yakni pada tingkat kelembaban yang berbeda dan pada tingkat kelembaban tetap. Hasil perbandingan pengukuran sensor ditunjukkan pada Gambar 8 dan Gambar 9.
|
= = 0.68 % Nilai error dilakukan pada setiap data pengukuran dan pembacaan, maka didapatkan secara keseluruhan pengukuran kalibrasi Pada Perbandingan pada kelembaban berbeda mempunyai error perbandingan total sebesar 3.24 %. Pada perbandingan pengukuran dengan kelembaban tetap. Error pengukuran didapatkan dari ketidak tepatan pengukuran dari alat yang dibuat dengan moisturemeter MC-100. Error pengukuran tersebut dapat dihitung dengan menggunakan standar deviasi yang mempunyai persamaan Standar deviasi (σ) = √∑
(
)
= 0.53 Seperti pada pengukuran standar deviasi yang didapatkan dari pengukuran 10 data pada tingkat kelembaban yang sama adalah 2.42. Keseksamaan data pengukuran dapat dicari dari hasil nilai standar deviasi yang didapatkan dengan menggunakan persamaan Keseksamaan
=(
)
=( ) = Pada hasil data pengukuran didapatkan nilai keseksamaan sebesar 99.06 %.Sehingga nilai error pengukurannya adalah 0.94 %. V. KESIMPULAN
Gambar 8. Grafik perbandingan pengukuran pada kelembaban berbeda
Sensor kelembaban beras dengan menggunakan banyak prinsip berbeda sudah banyak sekali terdapat dipasaran. Pada penelitian yang berjudul “Perancangan Sensor Kelembaban Beras Berbasis Kapasitor” ini suatu sistem sensor kelembaban beras dapat dirancang dengan menggunakan prinsip kerja kapasitor. Yaitu dengan mengisi beras diantara kedua plat sejajarnya dan menganalisa perubahan nilai kapasitansi terhadap perubahan kelembabannya. Dengan sistem sensor kelembaban beras
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 berbasis kapasitor ini memungkinkan perancangan sensor kelembaban beras yang lebih murah dalam hal biaya produksinya. DAFTAR PUSTAKA [1]
[2]
[3] [4] [5]
Fuch. Anton, Michael J. Moser, H. Zangl, T. Betterklieber. 2009. Using Capacitive Sensing to Determine The Moisture Content of Wood Pellets-Investigations and Application. International Journal On Smart Sensing and Intelligent System. Prabowo, Sulistyo. 2006. Pengolahan dan Pengaruhnya Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Serta Kualitas Beras. Samarinda: Universitas Mulawarman. Frick, Heinz. 2007. Dasar-dasar Arsitektur Ekologis, Seri Eko Arsitektur. Yogyakarta: Kanisius.. Sudarmadji, S.B. Haryono dan Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty: Yogyakarta. S. W. Suciati, A. Dzakwan. 2009. Analisis Jembatan Schering Sebagai Pengondisi Sinyal Sensor Kapasitansi Dielektrrik Suatu Kapasitor. FMIPA UNILA
6