PERANCANGAN MEJA KERJA UNTUK PENGGUNA NOTEBOOK DI INDONESIA Faradina Rizki Amalia1, Nanda Agung Astrabawa Nugroho2, Rizky Kaharuddin3, Rida Zuraida4 1
[email protected], +62 812 864 15065,
[email protected], +62 877 805 93277, 3
[email protected], +62 812 988 64670, 4
[email protected], +62 815 100 51121, 2
Industrial Enginering Bina Nusantara University, Jakarta Indonesia ABSTRAK Peningkatan penjualan notebook saat ini belum diiringi tersedianya meja kerja yang didesain khusus bagi pengguna notebook. Oleh sebab itu, perlu dibuat meja kerja untuk notebook yang nyaman dan ergonomis menurut ukuran tubuh orang Indonesia dan memiliki fitur yang mendukung kinerja notebook. Tahapan pendesainan meja kerja untuk notebook adalah menentukan kebutuhan dasar seperti data anthropometri orang Indonesia, sudut kemiringan alas notebook, ukuran alas notebook dan jumlah kipas pendingin. Tahap selanjutnya adalah eksperimen untuk menentukan sudut kemiringan alas notebook yang dinilai menggunakan (1) Rapid Upper Limb Assessment (RULA) (2) Nordic Musculoskeletal Quetionnaire (NMQ). Berikutnya, merupakan proses pengembangan produk yang meliputi (1) desain produk, (2) arsitektur produk, (3) desain industri, (4) Design for Manufacturing, dan (5) pembuatan prototipe meja kerja dan perhitungan biaya untuk mendapatkan harga jual serta nilai breakeven point. Desain meja kerja untuk notebook memiliki ukuran tinggi meja 681 mm, panjang 1200 mm dan lebar 700 mm. Meja kerja memiliki fitur alas notebook yang dapat diatur kemiringan sudutnya dengan pilihan sudut 8°, 10°, dan 12°. Alas notebook dirancang untuk notebook berukuran 11 inchi - 17,3 inchi. Untuk mendukung kinerja notebook, ditambahkan 2 buah kipas pendingin untuk mengurangi panas yang dihasilkan oleh notebook. Dalam pembuatan prototipe meja kerja, material yang digunakan adalah kayu Plywood yang merupakan kayu daur ulang yang di press, dan dilapisi HVL. Proses produksi meja kerja memerlukan waktu 6 jam 44 menit. Dari biaya produksi meja, harga jual produk ditetapkan sebesar Rp 1.595.000,- dengan profit sebesar 10% per unit, sehingga breakeven point tercapai setelah terjual 14 unit produk. Kata Kunci: Data Anthropometri, Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ), Design for Manufacturing, Prototipe.
ABSTRACT In these recent days, the increase level of notebook selling point haven’t supported by some dedicated working table for notebook user. Nevertheless an ergonomic and designated working table for notebook user based on Indonesian body measurement, is an important matter to be made in order to maximize the notebook usefulness. There are some steps have to be done to design the working table. First step is collecting basic data, such as Indonesia anthropometry data, notebook edge level, notebook measurement and chiller fan. The next step is doing some experiment to find the edge level of notebook’s path
using the (1) Rapid Upper Limb Assessment (RULA), (2) Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ). The third step is product development, (1) designing product (2) product architecture (3) industrial design (4) manufacturing design, and (5) making the prototype and calculate the production cost for its selling price and breakeven point. The working table design for notebook has 681 mm height, 1200 mm long and 700 mm wide. It has some feature for adjusting the edge level of notebook’s path for 8°, 10° and 12°. The 11 inch – 17,3 inch notebook could using this feature. Two chiller fans have been added to reduce the heat which caused from the notebook. Plywood, the base material for the table prototype, is a recycle product which has been pressed and covered by HVL. The production process took 6 hours and 44 minutes and each table has selling price at Rp. 1,595,000.- with 10% profit. The breakeven point level could be reached after selling this products for 14 units. Keywords Anthropometry Data, Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ), Design for Manufacturing, Prototype.
PENDAHULUAN Beberapa tahun belakang ini, perkembangan teknologi terus meningkat seiring dengan perkembangan zaman. Salah satu barang elektronik yang memiliki perkembangan teknologi yang cukup pesat adalah komputer. Kini, komputer dikemas dengan lebih praktis namun tetap memiliki fungsi yang sama menjadi notebook. Menguatnya daya beli konsumen dan kebutuhan masyarakat terhadap notebook berdampak pada penurunan penjualan PC komputer dan kenaikan pada penjualan notebook. Di bawah ini merupakan gambaran penjualan komputer antara tahun 2009 2011. Tabel 1 Penjualan PC dan Notebook Tahun 2009-2011 Tahun 2009
Penjualan PC 3.300.000
Penjualan Notebook 1.648.000
2010
5.100.000
2.183.000
2011
4.500.000
3.153.000
Meskipun notebook lebih sedikit memerlukan energi, dan penggunaanya semakin meningkat, hal ini belum diikuti oleh ketersediaan meja dengan desain yang sesuai untuk pengguna notebook. Saat ini meja kerja yang digunakan di berbagai perkantoran ataupun meja komputer yang dijual untuk keperluan personal umumnya masih menggunakan rancangan untuk pengguna PC desktop. Secara umum, meja tersebut memiliki bagian meja yang lebih rendah yang digunakan untuk menyimpan keyboard dan mouse dibandingkan untuk monitor. Ukuran tinggi bagian ini disesuaikan dengan tinggi siku duduk sehingga cukup nyaman. Akan tetapi jika digunakan untuk notebook tidak sama dengan PC. Sebenarnya hal ini bisa disesuaikan dengan ketinggian kursi yang tepat agar terasa lebih nyaman bagi penggunannya. Akan tetapi meja tersebut memiliki kekurangan lain yaitu tidak tersedianya kipas pendingin yang merupakan salah satu kebutuhan konsumen. Sehingga banyak pengguna notebook yang membeli alat pendingin untuk notebook. Penggunaan alat pendingin untuk notebook menyebabkan notebook berada pada posisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tidak menggunakan alat tambahan ini. Ketidaksesuaian tinggi dalam penggunan komputer dalam waktu lama dapat menyebabkan kelelahan pada bagian pundak, tangan, bagian punggung bawah dan bagian atas, serta leher (Korhan & Mackieh, 2010). Funitur yang digunakan diperkirakan mempengaruhi postur pengguna saat memakai notebook dan hal ini mendorong kelelahan pada otot tertentu (Gold, Driban, Yingling, & Komaroff, 2012). Penelitian berkaitan dengan postur tubuh saat menggunakan komputer, atau penelitian lainnya berkaitan dengan penggunaan komputer atau notebook telah banyak dilakukan. Penelitian
yang telah dilakukan diarahkan pada tingkat kelelahan, tingkat ketidaknyamanan, atau pilihan postur yang telah ergonomis (Korhan & Mackieh, 2010) (Gold, Driban, Yingling, & Komaroff, 2012) (Asundi, Odell, Luce, & Dennerlein, 2012).
METODE PENELITIAN Langkah penelitian diawali dengan melakukan pencarian data dan fakta terhadap penurunan penjualan produk PC desktop dan peningkatan penjualan notebook selama 3 tahun terakhir (Periode 2009-2011) sebagai acuan untuk merancang dan mengembangkan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk mendukung penelitian, dilakukan studi pustaka mengenai masalah yang akan diteliti. Produk yang akan dirancang adalah meja notebook yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan sebuah produk meja yang didesain khusus untuk penggunaan notebook dengan memperhatikan kenyamanan dan desain yang ergonomis. Langkah selanjutnya adalah menentukan kebutuhan khusus seperti data anthropometri orang Indonesia, sudut kemiringan alas notebook, ukuran alas notebook dan jumlah kipas pendingin. Kemudian melakukan perancangan alas notebook yang merupakan fokus utama dalam pengambangan produk meja untuk notebook. Perancangan alas ini disesuaikan dengan jumlah kipas pendingin, ukuran notebook dan disesuaikan dengan beberapa sudut yang telah ditentukan sebelumnya untuk kemudian dapat dibuat prototipe dan dilakukan pengujian sudut untuk kenyamanan pengguna.
Gambar 1 Langkah-langkah Penelitian Setelah menentukan ukuran dan fitur yang akan terdapat pada meja, selanjutnya adalah merancang desain meja untuk notebook yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Rancangan desain meja dibuat dengan menggunakan software Autocad 2010 lengkap dengan keterangan ukuran dipakai. Kemudian meja yang telah dirancang dibuat arsitektur produk yang bertujuan untuk menguraikan komponen fisik dasar sesuai dengan fungsinya. Sehingga dapat dilihat interaksi dari masing-masing komponen dan juga mempermudah merakit komponenkomponen tersebut dalam pembuatan prototipe. Pada tahap desain industri dapat ditentukan nilai
produk berdasarkan aspek estetika dan aspek ergonomisnya sehingga diharapkan produk yang dihasilkan memiliki nilai tambah yang membuat produk dapat menarik perhatian dari konsumen. Selanjutnya adalah tahap Design for Manufacturing, pada tahap ini dilakukan pembuatan Assembly Chart (AC) yang berguna untuk mengetahui langkah-langkah perakitan komponen sebuah produk. Kemudian dibuat Operation Process Chart (OPC) untuk mengetahui lebih rinci proses yang harus dilakukan dalam pembuatan meja notebook. Selanjutnya adalah pembuatan struktur produk untuk mengetahui lebih rinci mengenai jumlah komponen yang diperlukan dalam pembuatan satu buah produk. Dan yang terakhir adalah pembuatan Bill of Material (BOM) untuk mengetahui jumlah komponen-komponen yang digunakan dalam pembuatan produk. Langkah berikutnya adalah pembuatan prototipe sesuai dengan ukuran-ukuran dan fiturfitur yang telah ditentukan sebelumnya. Kemudian melakukan analisis ekonomi yaitu melakukan perhitungan biaya-biaya untuk mendapatkan harga jual produk. Hasil perhitungan biaya juga dapat digunakan untuk mengetahui breakeven point terhadap produksi meja ini. Langkah terakhir adalah memberikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu perancangan dan pengembangan produk meja untuk notebook dan kemudian memberikan saran yang bersifat membangun.
HASIL DAN BAHASAN Ukuran Meja Notebook Dalam merancang sebuah meja notebook maka diperlukan data pendukung agar meja yang dihasilkan ergonomis. Langkah pertama yang dilakukan menentukan ukuran meja yang dirancang sesuai dengan ukuran tubuh orang Indonesia (Nurmianto, 2008). Data anthropometri untuk ukuran meja notebook yang akan dirancang adalah sebagai berikut: Tabel 2 Ukuran Meja Jenis Kelamin Pria Wanita
Tinggi popliteal + tinggi siku duduk + kelonggaran sepatu Tinggi popliteal Tinggi siku duduk Kelonggaran Tinggi (sepatu) meja P95 P50 445 428
231 229
25 40
701 697
Tinggi meja yang dipilih menggunakan tinggi meja yang ideal untuk pria, namun ntuk mendapatkan ukuran yang akan digunakan dalam rancangan meja untuk notebook, maka ketinggian meja dirumuskan (Nurmianto, 2008): Tinggi meja = Tinggi popliteal + tinggi siku duduk + kelonggaran sepatu – ketebalan notebook = 445 mm + 231 mm + 25 mm – 20mm = 681 mm Sedangkan untuk panjang dan lebar meja ini memiliki ukuran 1200 mm dan 700 mm sesuai dengan dimensi rentang tangan orang Indonesia. Pengukuran Suhu Notebook Pengukuran suhu yang dimaksud adalah pengukuran suhu notebook pada saat digunakan oleh pekerja, dengan kondisi tanpa kipas, dan dengan kipas pendingin. Tujuan pengukuran suhu ini adalah untuk menentukan jumlah optimum kipas pendingin yang akan digunakan dalam rancangan meja kerja. Berikut ini adalah hasil percobaan pengukuran suhu notebook dengan menggunakan satu kipas dan dua kipas.
Tabel 3 Hasil Percobaan Tingkat Suhu Notebook dengan 1 dan 2 Kipas
Deskripsi
Tanpa kipas ( 0 menit)
Suhu Harddisk
35°C
Suhu Penggunaan Tanpa kipas satu kipas ( 41.55 menit) (30.29 menit) 48°C 45°C
Penggunaan dua kipas (16.41 menit) 44°C
Dapat dilihat bahwa waktu penurunan suhu dengan menggunakan dua kipas membutuhkan waktu yang lebih cepat dibanding dengan menggunakan satu kipas. Sehingga produk meja notebook ini memilih menggunakan dua buah kipas sebagai alat peredam panas dari notebook yang digunakan. Pengukuran Suhu Notebook Ukuran alas notebook pada meja rancangan ditentukan berdasarkan hasil pengamatan terhadap ketersediaan ukuran notebook dari beberapa merk ternama yang sering digunakan oleh konsumen di Indonesia. Berdasarkan hasil yang didapat, notebook sendiri terdiri dari berbagai macam ukuran, mulai dari 11” sampai dengan 17,3”. Dari berbagai macam merk diatas, notebook yang sering diproduksi mulai dari 13,3” dan yang terbesar adalah 17,3”. Oleh sebab itu, alas notebook yang dirancang akan mengacu pada ukuran notebook terbesar, yaitu 17,3” yang memiliki ukuran 380 mm x 290 mm agar alas tersebut dapat mencakup semua ukuran notebook yang umumnya digunakan di Indonesia. Perancangan, Pembuatan dan Pengujian Alas Notebook Melakukan percobaan untuk menentukan sudut kemiringan alas notebook yang direkomendasikan pada meja rancangan. Untuk menjalankan percobaan dibuat alas notebook sederhana yang memiliki kemiringan sudut 8°, 10°,12°, dan 20° yang mengacu pada penelitian yang dilakukan (Asundi, Odell, Luce, & Dennerlein, 2012). Meskipun pada jurnal tersebut telah diperoleh sudut yang disarankan, atas pertimbangan bahwa ukuran postur orang Indonesia berbeda, maka percobaan dilakukan untuk mengetahui kemiringan mana yang paling nyaman bagi orang Indonesia terutama pekerjaan yang melibatkan kegiatan pengetikan. Untuk mendapatkan ukuran sudut untuk penggunaan notebook yang paling nyaman, dilakukan percobaan penggunaan alas oleh 20 orang responden. Alas notebook tersebut diletakkan pada meja percobaan yang memiliki ukuran yang telah disesuaikan dengan ukuran alas notebook dan meja yang akan dirancang nantinya. Kemudian, dalam melakukan percobaan, digunakan kursi yang dapat diatur ketinggiannya (adjustable) sesuai dengan keinginan dan kenyamanan penggunanya. Percobaan dilakukan dengan cara melakukan pengetikan selama 15 menit untuk masingmasing sudut kemiringan alas yang telah ditentukan. Posisi tubuh responden selama proses pengetikan dinilai dengan menggunakan RULA (Rapid Upper Limb Assessment) dan Nordic kuesioner digunakan untuk mengetahui keluhan dari responden saat mereka menggunakan meja standar dalam bekerja menggunakan notebook. Selain itu, responden diminta memberikan penilaian sudut kemiringan mana yang paling nyaman bagi mereka setelah percobaan dilakukan. Pengambilan Keputusan Sudut Setelah mendapatkan hasil terhadap percobaan sudut kemiringan alas untuk notebook, langkah selanjutnya adalah menentukan sudut terbaik yang dapat memberikan kenyamanan bagi pengguna notebook. Terdapat tiga cara penentuan sudut untuk alas pada meja notebook, yaitu sebagai berikut : 1) Melihat hasil rata-rata total skor RULA dari masing-masing sudut yaitu sebesar nilai dari sudut 8° yaitu 2,25, nilai sudut 10° sebesar 2,33, nilai sudut 12° sebesar 2,33 dan nilai sudut 20° sebesar 3,00. Dari hasil rata-rata tersebut sudah dapat dilihat bahwa yang akan dipilih dalam penentuan sudut alas meja notebook yang akan dirancang yaitu sudut 8°, 10°, dan
12° dikarenakan hasil dari nilai rata-rata total skor dapat diterima dengan melihat rentang nilai 2, sesuai dengan hasil RULA bahwa dengan nilai 2 mempunyai hasil diterima. 2) Mengunakan pengujian statistik yaitu ANOVA Dalam pengujian perhitungan menggunakan ANOVA digunakan taraf nyata sebesar 1% dan diperoleh F hitung sebesar 0.73. F hitung tersebut lebih kecil dari F tabel yang ada yaitu sebesar 5,29, maka kesimpulan yang diterima adalah menerima H0 yaitu menganggap sudut yang diujikan tidak beda signifikan sehingga semua derajat dianggap memiliki bobot yang sama. 3) Dari data pengamatan menggunakan RULA didperoleh hasil sebanyak 8 responden memilih sudut 8°, 3 responden memilih sudut 10°, 6 responden memilih sudut 12° dan 3 responden memilih sudut 20°. Dapat dibuat dalam persentase dari tiap pemilihan sudut yaitu pada sudut 8° sebesar 40% , sudut 10° sebesar 15%, sudut 12° sebesar 30%, dan sudut 20° sebesar 15%. Berdasarkan dari hasil pengamatan dan perhitungan maka sudut kemiringan alas notebook adalah sudut 8°, sudut 10°, dan sudut 12° karena hasil dari rata-rata total skor RULA untuk sudut 8°,10°, dan 12° tidak mencapai angka 3 sehingga dapat diterima, dan dari perhitungan ANOVA didapatkan bahwa hipotesis awal diterima sehingga dapat dipilih sudut kemiringan yang sesuai dengan kenyamanan saat penggunaan tetapi melihat responden yang memilih sudut 8° dan sudut 12° lebih banyak maka pilihan dijatuhkan pada kedua sudut tersebut serta sudut 10° dapat diterima karena hasil rata-rata total skor RULA tidak mencapai nilai 3. Desain produk Gambar di bawah ini merupakan rancangan meja notebook berdasarkan hasil penelitian pada langkah sebelumnya. Rancangan meja notebook bertema atau bergaya modern minimalis.
Gambar 2 Desain Meja Notebook 3D
Gambar 3 Meja Notebook Tampak Atas
Gambar 4 Meja Notebook Tampak Depan
Gambar 5 Meja Notebook Tampak Samping
Material yang digunakan pada meja notebook ini adalah plywood serta dilapisi oleh HVL. Penggunaan bahan baku plywood tersebut dikarenakan bahan baku tersebut ramah lingkungan dan plywood memiliki sifat fleksibel, murah, tahan retak dan dapat didaur ulang. Sedangkan
dalam melakukan finishing produk meja notebook akan menggunakan bahan HVL/Tacon Sheet karena HVL memiliki motif kayu sehingga terlihat alami dan memiliki berbagai varian warna. Dalam produk meja notebook terdapat komponen alumunium pada alas notebook yang berfungsi sebagai tempat pertukaran udara antara panas yang dihasilkan notebook dengan kipas pendingin. Pemilihan penggunaan bahan baku alumunium tersebut dikarenakan bahan alumunium memiliki sifat yang tidak mudah berkarat sehingga alas notebook tersebut tidak mudah rusak dan alumunium merupakan bahan isolator yang baik bagi panas yang ditimbulkan oleh udara yang keluar dari notebook yang digunakan. Desain Industri Berikut ini penjelasan mengenai konsep ergonomi dan estetika yang dibutuhkan sesuai dengan desain industri, berdasarkan pada tingkat kepentingan kriteria yang ada : Konsep Ergonomi Kemudahan pemakaian; bernilai tinggi karena meja mudah digunakan karena memiliki fitur alas yang mudah disesuaikan dengan kebutuhan. Kemudahan perawatan; bernilai menengah karena produk ini memerlukan sedikit perawatan dan mudah dibersihkan. Bagian yang perlu diperhatikan lebih dalam perawatan adalah bagian kipas pendingin Kuantitas interaksi pemakai; bernilai tinggi karena meja ini digunakan untuk pengguna notebook yang mengutamakan keergonomisan sehingga meja dapat menunjang kinerja pengguna. Pembaruan interaksi pemakai; bernilai menengah karena meja didesain memiliki alas notebook dan dapat diatur sudut kemiringannya sehingga pengguna dapat memilih posisi ternyaman. Keamanan; bernilai tinggi karena alas notebook dibuat dengan menambahkan karet/busa sehingga notebook tidak mudah bergeser. Konsep Estetika Diferensiasi produk; bernilai tinggi karena produk yang dibuat memiliki desain dan fitur yang berbeda dibanding dengan meja kantor yang belum disesuaikan dengan pengguna notebook . Gengsi kepemilikan, mode, atau kesan; bernillai tinggi karena meja notebook yang dirancang memiliki keunikan sehingga pengguna akan merasa bangga karena bentuk fisik meja yang berbeda dengan meja kantor lainnya. Motivasi tim; bernilai tinggi karena produk memiliki keunggulan dalam tingkat ergonomi dan memilki estetistika yang baik sehingga memberikan motivasi kepada tim untuk terus mengembangkan produk ini. Arsitektur Produk Dalam menentukan arsitekur produk maka sangat dibutuhkan pemahaman mengenai kondisi dan fungsi produk. Untuk langkah awal dalam pembuatan arsitektur produk adalah membuat skema produk. Berikut ini gambar chunk dari meja notebook.
Gambar 6 Chunk Meja Notebook
Pada gambar skema produk menunjukan komponen-komponen utama pada produk meja notebook tersebut. Komponen utama pada produk ini adalah penutup depan meja, alas meja dan kaki meja. Pada komponen utama alas meja terdapat dua komponen yang memiliki fungsi tertentu, yaitu: 1. Kipas, berfungsi sebagai pendingin laptop, pada pemakaian laptop dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan laptop sering mengalami peningkatan panas yang cukup tinggi. 2. Alas kipas, dalam alas kipas ini memiliki bahan dasar alumunium yang dapat menjadi isolator panas pada laptop. Alas kipas berfungsi menyebarkan angin pada seluruh bagian bawah laptop. Setelah skema disusun, kemudian dilakukan pengelompokan komponen tersebut kedalam kelompok chunk. Pada masing-masing chunk memiliki fungsi yang berbeda-beda, untuk komponen-komponen yang memiliki fungsi yang sama dapat dijadikan dalam satu kelompok atau chunk. Pada produk meja notebook yang akan dibuat terdapat satu chunk yaitu kipas. Design for Manufacturing Dalam Design for Manufacturing ini akan dibahas mengenai Operation Process Chart (OPC), Assembly Chart (AC), Struktur Produk dan Bill of Material (BOM). Dimana keempat hal tersebut menerangkan secara detail langkah pembuatan, material yang dibutuhkan, alat-alat dan waktu pembuatan produk meja notebook. Dengan mengetahui proses pembuatan dapat diketahui jumlah bahan baku yang dibutuhkan sehingga dapat digunakan untuk menghitung total biaya pembuatan 1 buah produk. 1. Assembly Chart (AC) AC terdiri dari 23 komponen utama yang digabungkan sehingga membentuk satu produk meja notebook. Assembly Chart meja notebook. 2. Operation Process Chart (OPC) OPC berisi urutan proses pembuatan meja notebook seperti operasi atau proses, inspeksi atau pemeriksaan, penggabungan dengan material tambahan, dan waktu masing-masing proses per komponen. Dari OPC yang dibuat, dihasilkan total waktu pembuatan satu buah meja notebook yang dihitung dengan penyesuaian dan kelonggaran, sehingga total waktu pembuatan meja notebook yang didapatkan yakni selama 6 jam 44 menit. 3. Struktur Produk Pada struktur produk ditampilkan penggabungan bahan baku mejadi 1 buah produk diikuti dengan penambahan bahan material lainya. Di struktur produk ditampilkan secara explotion yaitu dimana pada level 0 terdapat produk jadi, hingga pada level paling bawah menunjukkan komponen paling awal dirakit. 4. Bill Of Material (BOM) Pada BOM ditampilkan daftar dari material bahan baku, material tambahan, dan assembly serta kuantitas dari material dan assembly tersebut. Pembuatan Prototipe Setelah menentukan ukuran yang sesuai dan fitur yang dibutuhkan untu meja notebook, maka selanjutnya adalah pembuatan prototipe dari desain yang dirancang sebagai contoh produk dalam bentuk nyata. Pembuatan prototipe ini dilakukan disebuah bengkel furnitur dengan menggunakan bahan utama kayu meranti atau plywood. Berikut adalah gambar dari prototipe meja notebook.
Gambar 7 Prototipe Meja Notebook Tampak Atas
Gambar 8 Prototipe Meja Notebook Tampak Depan
Biaya Pembuatan Produk Dari pembuatan prototipe meja, diketahui biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp 1.450.000,- Biaya ini merupakan biaya subkontrak atau biaya yang harus dibayar untuk pembuatan produk yang diinginkan. Biaya ini menjadi Harga Pokok Penjualan (HPP) karena biaya tersebut sudah mencakup biaya material, tenaga kerja, dan biaya overhead. Setelah memperoleh penjualan untuk menetukan harga jual, maka diperlukan penentuan profit yang diinginkan. Selanjutnya setelah mendapatkan harga jual produk, maka dapat dihitung nilai breakeven point. Tabel 4 Harga Jual dan Breakeven Point Meja Notebook Aktivitas
Sub Total
Fixed Cost Biaya research & development Sub Total
2,000,000
Variable Cost Biaya subkontrak Sub Total
1,450,000
Total
2,000,000
Harga Pokok Penjualan (Biaya material, tenaga kerja & overhead) Harga Jual Produk (Profit 10%) Breakeven Point
1,450,000 1,450,000 IDR 1,595,000 IDR 14 Unit
Berdasarkan perhitungan di atas, diketahui bahwa harga jual untuk meja notebook sebesar Rp 1.595.000,- dengan keuntungan yang didapat sebesar 10%. Sehingga, nilai breakeven point yang didapatkan sebesar 14 unit. Oleh karena itu, diperlukan 14 unit produk terjual untuk mencapai titik impas.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam menentukan rancangan meja kerja untuk notebook yang nyaman serta ergonomis, harus memenuhi kriteria-kriteria seperti; (a) ukuran meja yang harus disesuaikan dengan ukuran tubuh orang Indonesia (b) memiliki alas yang mempunyai sudut kemiringan sehingga dapat mengurangi efek kelelahan ketika pengguna melakukan pekerjaan dengan notebook (c) alas notebook yang dirancang memiliki ukuran yang dapat mencakup seluruh ukuran notebook yang terdapat dipasaran (d) memiliki kipas pendingin.
2. Ukuran meja kerja untuk notebook dirancang dengan menggunakan ukuran tubuh orang Indonesia. Data yang digunakan adalah ukuran tinggi popliteal, tinggi siku duduk, kelonggaran sepatu, serta ketebalan notebook untuk memperoleh ketinggian meja yaitu 681mm. Selain itu data ukuran panjang tangan juga diperlukan untuk memperoleh panjang dan lebar meja kerja yang dirancang yaitu 1200 mm dan 700 mm. 3. Untuk membuat sebuah meja notebook yang nyaman maka dalam penggunaan notebook didukung oleh alas notebook yang cukup besar dan memiliki sudut kemiringan sehingga dapat mengurangi resiko kelelahan pada beberapa bagian anggota tubuh. Sudut terbaik dalam penggunaan notebook di Indonesia yang dianjurkan adalah 8º, 10º dan 12º. Selanjutnya, meja notebook dirancang memiliki 2 buah kipas pendingin yang membantu mengurangi panas yang dihasilkan oleh notebook ketika digunakan. 4. Biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi meja rancangan sebesar Rp 1.450.000,yang mencakup biaya material, tenaga kerja dan overhead. Harga jual yang ditetapkan sebesar Rp 1.595.000,- dengan profit 10%. Sehingga, breakeven point yang diperoleh sebesar 14 unit. Berdasarkan penelitian dan hasil pembahasan serta kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang dapat diberikan adalah dalam memproduksi meja kerja sebaiknya dilakukan secara langsung dalam jumlah yang cukup banyak untuk menekan jumlah biaya yang dikeluarkan. Selain itu, melakukan penelitian lanjutan untuk penambahan fitur sehingga produk dapat bernilai komersil sehingga dapat dijual dipasaran.
REFERENSI Asundi, K., Odell, D., Luce, A., & Dennerlein, J. T. (2012). Changes in posture through the use of simple inclines with notebook computers placed on a standard desk. Applied Ergonomics 43, 400-407. Berkhout, A. L., Hendriksson-Larsen, K., & Bongers, P. (2004). The effect of using laptopstation compared to using a standard laptop PC on the cervical spine torque, perceived strain and productivity. Applied Ergonomics, 147-152. Carter, W. K., & Usry, M. F. (2006). Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat. Crawford, J. O. (2007). The Nordic Musculoskeletal Questionnaire. Occupational Medicine 57, 300–301. Dickinson, C. E., Campion, K., Foster, A. F., Newman, S. J., O'Rourke, A. M., & Thomas, P. G. (1992). Questionnaire development : an examination of the Nordic Musculoskeletal Questionnaire. Applied Ergonomics 23, 197-201. Freivalds, A., & Niebel, B. (2009). Niebel's Methods< Standards, & Work Design, Twelfth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies. Gold, J., Driban, J., Yingling, V., & Komaroff, E. (2012). Characterization of posture and comfort in laptop users in non-desk settings. Applied Ergonomics 43, 392-399. Hasan, I. (2009). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Korhan, O., & Mackieh, A. (2010). A model for occupational injury risk assessment of musculoskeletal discomfort and their frequencies in computer users. Safety Science 48, 868–877. McAtamney, L., & Corlett, E. N. (1993). RULA: a survey method for the investigation of workrelated upper limb disorders. Applied Ergonomics 24, 91-99. Nurmianto, E. (2008). Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Kedua. Surabaya: Guna Widya. Panero, J., & MartinZelnik. (2003). Dimensi Manusia & Ruang Interior. Jakarta: Erlangga. Pujawan, I. N. (2004). Ekonomi Teknik. Surabaya: Guna Widya. Straker, L., Pollock, C., Burgess-Limerick, R., Skoss, R., & Coleman, J. (2008). The impact of computer display height and desk on muscle activity during information technology work by young adults. Journal of Electromyography and Kinesiology, 606-617. Ulrich, K. T., & Eppinger, S. D. (2012). Product Design and Development, Fifth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies.
Widodo, I. D. (2003). Perencanaan dan Pengembangan Produk. Yogyakarta: UII Press Indonesia. Wignjosoebroto, S. (2009). Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Edisi Ketiga. Surabaya: Guna Widya.
RIWAYAT PENULIS Faradina Rizki Amalia lahir di kota Jakarta pada tanggal 8 April 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di BINUS University dalam bidang Teknik Industri pada tahun 2012. Nanda Agung Astrabawa Nugroho lahir di kota Jakarta pada tanggal 25 November 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di BINUS University dalam bidang Teknik Industri pada tahun 2012. Rizky Kaharuddin lahir di kota Jakarta pada tanggal 25 Mei 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di BINUS University dalam bidang Teknik Industri pada tahun 2012. Rida Zuraida lahir di kota Garut pada 12 Desember 1976. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Pasundan (2001), dan S2 di Institut Teknologi Bandung (2004) dalam bidang Teknik Industri.