PERANAN MAJELIS TA’LIM AL-HUDA DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IBU-IBU RUMAH TANGGA DI KEC. CIBUAYA Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh LINA MARLINA NIM: 106011000009
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
ABSTRAK LINA MARLINA (106011000009) 2011. “Peranan Majelis Ta’lim alHuda dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam Ibu-ibu Rumah Tangga di Desa Cibuaya, Kel. Cibuaya, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang” Skripsi Jakarta: Program Studi Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peranan majelis ta’lim al-Huda dalam meningkatkan pendidikan agama Islam ibu-ibu rumah tangga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, mengenai situasi dan kejadian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 responden karena jumlah responden di majelis ta’lim al-Huda tersebut seluruhnya ada 30 jama’ah. Jadi, seluruh jama’ah tersebut dijadikan sampel. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara ketua majelis ta’lim dan angket yang sebarkan kepada responden dengan 30 item pertanyaan. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel frekuensi dan persantasenya didasarkan pada ketegori jawaban responden dengan menggunakan statika deskriptif. Kemudian hasil dari penelitian ini akan diinterpretasikan dalam bentuk narasi yang menunjukan kualitas dari gejala atau fenomena yang menjadi objek penelitian, sehingga penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesa tertentu hanya menggambarkan atau melukiskan fenomena atau kenyataan sosial, dengan cara mendeskripsikan berkenaan dengan masalah yang diteliti. Dengan demikian penelitian ini menyimpulkan bahwa majelis ta’lim al-Huda memiliki peranan dalam meningkatkan pendidikan agama Islam Ibu-ibu rumah tangga yang mengikuti pengajian di majelis ta’lim tersebut. Saran yang dapat penulis sampaikan dari hasil penelitian ini diantaranya waktu pengajian di majelis ta’lim al-Huda dapat di tambah lagi, bagi ketua dan pengurus majelis ta’lim al-Huda agar lebih memperhatikan waktu pengajian tersebut agar para jama’ah bisa lebih puas dengan waktu yang disediakan. Metode dan sarana prasarana di majelis ta’lim al-Huda pun masih perlu di tingkatkan lagi. Diharapkan adanya penambahan metode dan sarana prasarana agar dapat mengatasi segala permasalahan yang dihadapi jama’ah dan materi-materi pelajaran yang diberikan pengajar dapat diserap dengan mudah oleh para jama’ah.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan kekuatan dan rahmatNya atas nikmat yang berlimpah bagi seluruh makhluk, kepadaNya kita memohon pertolongan dan ampunan, kepadaNya pula kita memohon perlindungan. Sholawat dan salam kita haturkan kepada Nabi dan Rasul junjungan umat Islam, yakni baginda Nabi Muhammad saw. beserta keluarga beliau, sahabat dan seluruh pejuang Islam yang selalu dimuliakan oleh Allah swt. Alhamdulillah akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul, ” Peranan Majlis Ta’lim dalam Meningkatkan Pendidikan Agama Islam Ibu-ibu Rumah Tangga di Kec. Cibuaya” dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana S1, Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam proses pembuatan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami penulis, baik yang berhubungan dengan pengaturan waktu, pengumpulan data-data maupun lain sebagainya. Namun, berkat bantuan dan motivasi berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan ini dapat diatasi tentunya dengan izin Allah swt. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada: 1. Kapada Ayahanda dan ibunda tercinta dan yang tersayang H. Leman dan Hj. Mulyati yang dengan kasih sayang dan kesabarannya telah memberi dan mencurahkan kasih sayang yang tak terhingga kepada penulis, serta memotivasi baik secara moril, materil maupun spirituil. 2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3.
Bahrisalim, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
ii
4. Sapiudin Shidiq M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 5. Dr. Hj. Sofiah, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya dalam memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis guna menyelesaikan tugas skripsi ini. 6. Penasehat Akademik Dr. H. Abd. Fatah Wibisono selaku dosen penasehat akademik yang telah memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis. 7. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Agama Islam, yang telah membekali penulis dengan ilmu yang berharga. Seluruh staf dan karyawan perpustakaan Tarbiyah, perpustakaan utama UIN, dan bagian Tata Usaha (TU) Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan pelayanan yang baik. 9. Ibu Masyitoh selaku Ketua dan guru majelis ta’lim al-Huda yang telah mengizinkan penulis mengadakan penelitian serta bersedia menjadi nara sumber dalam wawancara yang dilakukan penulis di rumah ketua Majelis Ta’lim al-Huda di Desa Cibuaya, Kecamatan Cibuaya. Kabupaten Karawang. 10. Ibu-ibu jama’ah majelis ta’lim al-Huda yang bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi angket yang telah disebarkan oleh penulis di majelis ta’lim al-Huda di Desa Cibuaya 1 Rt 02 Rw 05 Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang . 11. Kepada kakak-kakaku dan adik-adiku tersayang, (Mariyam SE, Hj. Juju Jelaeha SE. Putri Maulidna) yang selalu memberikan motivasi agar bisa menamatkan pendidikan dan membanggakan orang tua. 12. Kepada suami yang tercinta dan tersayang, Ujang Komarudin ST. yang tidak kenal lelah dan penuh kesabaran untuk menemani penulis
iii
mengerjakan skripsi dan memberi semangat serta dorongan kepada penulis. 13. Kepada teman-teman jurusan PAI kelas A angkatan 2006, khususnya buat Yanti Febrina S.pdi, Siti Romaeti S.Pdi, Lieszaenia S.Pdi dan Sartika Dewi, kalian teman-teman kosan yang solider, yang baik, yang selalu menemani penulis selama melaksanakan kegiatan perkuliahan, sejak awal masuk sampai terakhir mengikuti kegiatan perkuliahan di kampus tercinta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta . Buat Sholeha S.Pdi, Nunung Nurfadilah, Noer Aisyah S.Pdi, Siti Nurhayati SH, terima kasih karena kalian sudah memberi semangat dan dorongan yang sangat berharga, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dan melaksanakan ujian munaqhasah. Terima kasih juga atas kebersamaan selama berada di kampus tercinta. ”Shohibul Alif walaupun berbeda tetapi tetap bersama”. Semoga persahabatan kita tetap terjaga dalam jalinan silaturahmi yang baik.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT. penulis memohon perlindungan. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca yang budiman pada umumnya.
Jakarta, 23 Maret 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI Halaman Abstraksi .............................................................................................................…i Kata Pengantar ...................................................................................................…ii Daftar Isi .............................................................................................................…v Daftar Tabel .........................................................................................................…viii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................1 B. Identifikasi Masalah..........................................................................4 C. Pembatasan Masalah .........................................................................5 D. Perumusan Masalah ..........................................................................5 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................5
BAB II
KAJIAN TEORI A. Peranan Majelis Ta’lim ...................................................................6 1. Pengertian Majelis Ta’lim dan Latar Belakang Berdirinya .......6 2. Fungsi Majelis Ta’lim ................................................................9 3. Tujuan Majelis Ta’lim ..............................................................11 4. Peranan Majelis Ta’lim .............................................................12 5. Pentingnya Majelis Ta’lim bagi Ibu-ibu Rumah Tangga ..........15 B. Pendidikan Agama Islam .................................................................16 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .........................................16 2. Fungsi Pendidikan Agama Islam ...............................................20 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ...............................................21 C. Ibu-ibu Rumah Tangga ...................................................................24 1. Pengertian Ibu ............................................................................24 2. Pengertian Rumah Tangga .........................................................26 3. Konsep Rumah Tangga Dalam Islam ........................................29 4. Pentingnya Pendidikan Agama Islam Ibu-ibu Rumah Tangga ..33
v
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................35 B. Variabel Penelitian ...........................................................................35 C. Sampel Penelitian.............................................................................36 D. Jenis dan Motode Penelitian ............................................................36 E. Tehnik Pengumpulan Data ...............................................................37 F. Kisi-Kisi Instrument Penelitian........................................................38 G. Tehnik Analisa Data ........................................................................39
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Majelis Ta’lim al-Huda di Kecematan Cibuaya ...............................................................................41 1. Sejarah Berdirinya Majelis Ta’lim al-Huda di Kec. Cibuaya.............41 2. Visi, Misi dan Tujuan Majelis Ta’lim al-Huda ...................................42 3. Program Kerja Majelis Ta’lim al-Huda di Kecematan Cibuaya…….43 4. Faktor Penghambat dan Pendukung ...................................................44 B. Pelaksanaan Pengajian di Majelis Ta’lim al-Huda ...............................45 1. Waktu Pengajian ..............................................................................45 2. Tempat Pengajian ............................................................................45 3. Jama’ah ............................................................................................46 4. Materi ...............................................................................................47 5. Metode .............................................................................................48 C. Deskripsi dan Analisa Data………….………………………………...49 D. Interprestasi Data…………………………………………….………...66
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................67 B. Saran-saran .............................................................................................69 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................70 LAMPIRAN-LAMPIRAN .....................................................................................73
vi
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Variabel X....................................... 38 2. Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Variabel Y....................................... 38 3. Tabel 3 Skala Penilaian Persentase ............................................. 40 4. Tabel 4 Latar Belakang Pendidikan Pengajar .............................. 46 5. Tabel 5 Keberadaan Majelis Ta’lim al-Huda .............................. 49 6. Tabel
6
Keberadaan
Majelis
Ta’lim
di
Tengah-
TengahMasyarakat ....................................................................... 50 7. Tabel 7 Materi yang Diberikan dalam Pengajian ........................ 50 8. Tabel 8 Penambahan Materi Pengajaran ..................................... 51 9. Tabel 9 Materi yang Diberikan Oleh Pengajar ............................ 51 10. Tabel 10 Metode yang Digunakan .............................................. 52 11. Tabel 11 Tenaga Pengajar ............................................................ 52 12. Tabel 12 Sarana dan Prasarana .................................................... 53 13. Tabel 13 Waktu Belajar ............................................................... 53 14. Tabel 14 Penambahan Waktu Belajar .......................................... 54 15. Tabel 15 Tentang Kemusyrikan ................................................... 54 16. Tabel 16 Perbuatan Manusia ada yang Mencatat ........................ 55 17. Tabel 17 Balasan Orang Beriman dan Beramal Saleh................. 55 18. Tabel 18 Kepercayaan Pada Hari Kiamat .................................... 56 19. Tabel 19 Suatu Musibah Itu Sudah Diatur Allah......................... 56 20. Tabel 20 Pengetahuan Tauhid ...................................................... 57 21. Tabel 21 Pengetahuan Ibadah ...................................................... 57 22. Tabel 22 Pengetahuan Rukun Shalat ........................................... 58
viii
23. Tabel 23 Shalat Sunat yang Dilakukan ........................................ 58 24. Tabel 24 Makna Puasa ................................................................. 59 25. Tabel 25 Melaksanakan Puasa di Bulan Ramadhan .................... 59 26. Tabel 26 Pengajian yang Bertentangan dengan Islam ................. 60 27. Tabel 27 Para Jama’ah Pergi Kemana Ketika Sakit .................... 60 28. Tabel 28 Pengetahuan Akhlak ................................................... 61 29. Tabel 29 Menghadapi Kenyataan ................................................ 61 30. Tabel 30 Sikap Terhadap Tetangga yang Terkena Musibah ....... 62 31. Tabel
31 Sikap Terhadap Tetangga yang Memperoleh
Kenikmatan .................................................................................. 62 32. Tabel 32 Sikap Terhadap Tetangga yang Berbeda Agama ......... 63 33. Tabel 33 Menolong Orang Lain................................................... 63 34. Tabel 34 Sikap dalam Memanfaatkan Harta ............................... 64
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majelis ta’lim adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang bersifat nonformal, di samping lembaga - lembaga pendidikan keislaman lain seperti masjid (termasuk surau), pondok pesantren, madrasah dan Perguruan Tinggi Islam. Sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam, majelis ta’lim tentu saja memiliki tujuan utama tertanamnya akhlak yang luhur dan mulia dalam sikap dan perilaku umat, meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan jama’ahnya, dan memberantas kebodohan umat agar mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik dan diridhai oleh Allah SWT. Adapun pengertian secara istilah majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan
nonformal
Islam
yang
memiliki
kurikulum
tersendiri,
diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT. antara manusia dengan sesamanya dan antara manusia dengan lingkungannya, dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT. Berdasarkan pengertian di atas, tampak bahwa penyelenggaraan majelis ta’lim berbeda dengan penyelenggaraan pendidikan Islam lainnya, seperti pesantren dan madrasah, baik menyangkut sistem, materi maupun tujuannya.
1
2
Pada majelis ta’lim ada hal-hal yang cukup membedakan dengan yang lain, yaitu: 1. Majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan nonformal Islam. 2. Waktu belajarnya berkala dan teratur, tidak setiap hari sebagaimana halnya sekolah dan madrasah. 3. Pengikut atau pesertanya disebut jama’ah 4. Tujuannya adalah memasyarakatkan ajaran Islam.1
Keberadaan majelis ta’lim sebagai salah satu lembaga pengajaran agama memiliki akar kesejarahan yang cukup kuat di dalam tradisi pengajaran agama Islam. Pada awalnya sisitem pendidikan ini dipraktekan Nabi Muhammad SAW. ketika menyampaikan ajaran agama Islam dengan cara berhadapan langsung dengan sahabatnya, baik dalam periode Mekkah maupun periode Madinah. Bentuk pengajaran ini selanjutnya mengalami perkembangan beberapa periode kesejarahan Islam mulai dari masa Khulafaurrasyidin, Dinasti Muawiyah, Dinasti Abbasiyah hingga bentuk pengajaran Islam oleh para wali ketika menyebarkan Islam ke kawasan Nusantara.2 Oleh karena itu, majelis ta’lim menjadi sarana dakwah pembinaan dan meningkatkan kualitas hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran agama. Pertumbuhan majelis ta’lim di kalangan masyarakat menunjukan kebutuhan dan hasrat anggota masyarakat tersebut akan pendidikan agama. Perkembangan selanjutnya menunjukan kebutuhan dan hasrat masyarakat yang lebih luas lagi, yaitu usaha memecahkan masalah-masalah menuju kehidupan yang lebih bahagia. Peningkatan tuntutan jama’ah dan peranan pendidikan yang bersifat nonformal, menimbulkan pula kesadaran dan inisiatif dari para ulama dan anggota masyarakat untuk memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan kemampuan, sehingga eksistensi majelis ta’lim dapat menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya dengan sebaikbaiknya. 1
Hasbullah, Kapita Salekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Manajemen PT Rajagravindo Persada, 1996), h. 2 Hasbullah, Kapita Salekta Pendidikan Islam…….,h. 94
3
Sebagai lembaga pendidikan nonformal, majelis ta’lim berfungsi: 1. Membina dan mengembangkan ajaran Islam dalam rangka membentuk masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT. 2. Sebagai taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraanya bersifat santai. 3. Sebagai ajang berlangsungnya silaturahmi masal yang dapat menghidup suburkan dakwah dan ukhuwah Islamiyah. 4. Sebagai sarana dialog berkesinambungan antara ulama dengan umat. 5. Sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan bangsa pada umumnya.3
Majelis ta’lim mempunyai kedudukan dan ketentuan tersendiri dalam mengatur pelaksanaan pendidikan atau dakwah Islamiyah, disamping lembaga lainnya yang mempunyai tujuan yang sama. Memang pendidikan nonformal dengan sifatnya yang tidak terlalu mengikat dengan aturan yang ketat dan tetap, merupakan pendidikan yang efektif dan efisien, cepat menghasilkan dan sangat baik untuk mengembangkan tenaga kerja, karena digemari masyarakat luas. Efektivitas dan efisiensi sistem pendidikan ini sudah banyak dibuktikan melalui media pengajian-pengajian Islam atau majelis ta’lim yang sekarang banyak tumbuh dan berkembang baik di desa-desa maupun kota-kota besar.4 Peranan majelis ta’lim selain merupakan wadah atau wahana dakwah Islamiyah yang bisa membina masyarakat, majelis ta’lim juga berperan penting untuk pendidikan ibu-ibu rumah tangga. Oleh karena itu, dengan adanya majelis ta’lim ditengah-tengah masyarakat khususnya bagi ibu-ibu rumah tangga, mereka akan mendapat pencerahan dan petunjuk agar bisa mendidik anak-anaknya dengan baik. Jika suasana dalam keluarga itu baik, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peranan ibu dalam keluarga itu sangat penting. Dialah yang mengatur, membuat rumah tangga menjadi surga bagi anggota 3
Nurul Huda, dkk, Pedoman Majelis Ta’lim, (Jakarta: 1984) h. 5 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1995), h.. 204 4
4
keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya. Ibu dalam rumah tangga itu guru yang pertama dan utama bagi anak, dan bisa mengajarkan tentang keagamaan kepada anak dan suaminya. Agama dalam rumah tangga itu adalah hormat kepada Allah SWT. dan kedua orang tua 5. Oleh karena itu, saya ingin meneliti lebih jauh seberapa besar peranan majelis ta’lim dalam meningkatkan pendidikan agama Islam bagi ibu-ibu rumah tangga. Masalah ini sangat penting diteliti, karena ini berkaitan dengan pendidikan agama Islam yang harus diberikan orang tua kepada anak-anaknya di rumah. Agar anak-anaknya menjadi anak yang berguna bagi bangsa dan negara. Karena majelis ta’lim sebagai lembaga pendidikan agama Islam ini mempunyai peran yang sangat penting dalam menanamkan pendidikan agama Islam kepada ibu-ibu rumah tangga, oleh sebab itu skripsi ini saya beri judul ” PERAN MAJELIS TA’LIM AL-HUDA DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IBU-IBU RUMAH TANGGA DI KECAMATAN CIBUAYA”
B. Identifikasi Masalah Seperti telah diuraikan dalam latar belakang masalah di atas, maka timbul beberapa masalah. Masalah tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Majelis ta’lim al-Huda kurang berperan dalam meningkatkan pendidikan agama Islam ibu-ibu rumah tangga di Kecamatan Cibuaya. 2. Kurangnya respon Ibu-ibu rumah tangga terhadap majelis ta’lim al-Huda di Kecematan Cibuaya 3. Kurangnya kesadaran Ibu-ibu rumah tangga untuk meningkatkan pendidikan agama Islam di Kecamatan Cibuaya. 4. Sedikitnya pengaruh pengajian di majelis ta’lim al-Huda dengan sikap keberagamaan ibu-ibu rumah tangga di Kecamatan Cibuaya.
5
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, ( Jakarta: CV Ruhama, 1993), h. 47
5
C. Pembatasan Masalah Untuk memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam pembahasan penelitian ini, maka dari identifikasi masalah di atas, penulis membatasi hanya menbahas tentang peranan majelis ta’lim al-Huda dalam meningkatkan pendidikan agama Islam ibu-ibu rumah tangga di Kecamatan Cibuaya.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang sudah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah yang akan di fokuskan adalah sebagai berikut: “Apakah majelis ta’lim al-Huda berperan dalam meningkatkan Pendidikan Agama Islam ibu-ibu rumah tangga di Desa Cibuaya, Dusun 1 Rt 05 Rw 02 Kel Cibuaya, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang Jawa Barat. Hal ini diukur dalam kegiatan belajar mengajar di dalam majelis ta’lim, serta metode dan kondisi majelis ta’lim tersebut.
E. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis peranan majelis ta’lim al-Huda dalam meningkatkan pendidikan agama Islam ibu-ibu rumah tangga di Desa Cibuaya, Dusun 1 Rt 05 Rw 02, Kel Cibuaya, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang Jawa Barat 2. Menganalisis metode atau cara yang dipergunakan majelis ta’lim al-Huda dalam memberikan bimbingan keagamaan pada ibu-ibu rumah tangga di Desa Cibuaya, Dusun 1 Rt 05 Rw 02, Kel. Cibuaya, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang Jawa Barat 3. Menganalisis ada atau tidaknya pengaruh majelis ta’lim al-Huda dalam meningkatkan pendidikan agama Islam terhadap sikap keberagamaan ibuibu rumah tangga yang mengikuti pengajian di majelis ta’lim tersebut
6
BAB II KAJIAN TEORI A. Peranan Majelis Ta’lim 1.
Pengertian Majelis Ta’lim dan Latar Belakang Berdirinya Menurut akar katanya majelis ta’lim tersusun dari gabungan dua kata majelis yang berarti tempat dan ta’lim yang berarti pengajaran atau pengajian bagi orang-orang yang ingin mendalami ajaran-ajaran Islam sebagai sarana dakwah dan pengajaran agama. Majelis ta’lim bila dilihat dari struktur organisasinya, termasuk organisasi pendidikan luar sekolah atau satu lembaga pendidikan Islam yang bersifat non formal, yang senantiasa menanamkan akhlak yang luhur dan mulia, meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan keterampilan jama’ahnya, serta memberantas kebodohan umat Islam agar dapat memperoleh kehidupan yang bahagia dan sejahtera serta diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, majelis ta’lim adalah salah satu lembaga pendidikan non formal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. dan akhlak mulia bagi jama’ahnya, serta mewujudkan rahmat bagi alam semasta. Majelis ta’lim menjadi lembaga pendidikan keagamaan alternatif bagi mereka yang tidak memiliki cukup tenaga, waktu, dan kesempatan menimba ilmu agama di jalur pendidikan 6
7
formal. Inilah yang menjadikan majelis ta’lim memiliki nilai karakteristik tersendiri dibanding lembaga-lembaga keagamaan lainnya1. Majelis ta’lim juga merupakan lembaga pendidikan masyarakat, yang tumbuh dan berkembang
dari
kalangan
masyarakat
Islam
itu
sendiri,
yang
kepentingannya untuk kemaslahatan umat manusia. Oleh karena itu, majelis ta’lim adalah lembaga swadaya masyarakat yang hidupnya didasarkan kepada “ta’awun” (saling mempererat) dan ”ruhama” (saling menyayangi), bainahum (antara sesama).” Jadi, di dalam majelis ta’lim para jama’ah saling mempererat silaturahmi sehingga menimbulkan kasih sayang sesama jama’ah lainnya. Dari pengertian tersebut diatas, tampak bahwa majelis ta’lim diselenggarakan berbeda dengan lembaga pendidikan Islam lainnya, seperti pesantren dan madrasah, baik menyangkut sistem, materi maupun tujuannya. Pada majelis ta’lim terdapat hal-hal yang cukup membedakan dengan yang lain, diantaranya: a. Majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan non formal Islam. b. Waktu belajarnya berkala tetapi teratur, tidak setiap hari sebagaimana halnya di sekolah atau madrasah. c. Pengikut atau pesertanya disebut jama’ah, bukan pelajar atau santri. Hal ini bukan merupakan kewajiban sebagaimana dengan kewajiban murid menghadiri sekolah atau madrasah. d. Tujuannya yaitu memasyarakatkan ajaran Islam2
Dari sejarahnya, majelis ta’lim merupakan lembaga pendidikan tertua dalam Islam, sebab sudah dilaksanakan sejak zaman Rasulullah SAW. meskipun tidak disebut majelis ta’lim, namun pengajian Nabi 1
Hasbullah Kapita Salekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Manajemen PT Raja Grafindo, 1996), h. 94 2
Arifin, Kapita Selekta pendidikan Islam dan Umum,(Jakarta: Bumi Aksara 1991). h. 97
8
Muhammad SAW. yang berlangsung secara sembunyi-sembunyi dirumah Arqam bin Abil Arqam dapat dianggap sebagai majelis ta’lim dalam konteks pengertian sekarang. Kemudian setelah adanya perintah Allah SWT. untuk menyiarkan Islam secara terang-terangan, pengajian seperti itu segera berkembang di tempat-tempat lain yang diselenggarakan secara terbuka dan tidak lagi diselenggarakan secara sembunyi-sembunyi.3 Memang dilihat dari segi historis Islam, majelis ta’lim dengan dimensinya yang berbeda-beda pada zaman Rasulullh tersebut, telah muncul berbagai jenis kelompok pengajian sukarela dan tanpa bayaran yang disebut halaqhah, yaitu pengajian di Masjid Nabawi atau Al-Haram, biasanya ditandai dengan salah satu pilar masjid untuk tempat berkumpulnya peserta kelompok masing-masing dengan seorang sahabat. Pada periode Madinah, ketika Islam telah menjadi kekuatan nyata dalam masyarakat waktu itu, penyelenggaraan pengajian tersebut berlangsung lebih pesat. Rasulullah duduk di Masjid Nabawi untuk memberikan pengajian kepada para sahabat dan kaum muslimin ketika itu. Dengan cara ini Nabi Muhammad SAW. telah berhasil menyiarkan Islam, serta berhasil pula membentuk karakter dan ketaatan umat. Lebih lanjut dari itu berhasil pula membentuk dan membina para pejuang Islam yang tidak saja gagah perkasa di medan peperangan dalam membela dan menegakan Islam, tetapi juga terampil dalam mengatur pemerintahan dan membina kehidupan kemasyarakatan. Apa yang menjadi tradisi Nabi Muhammad SAW. semacam itu diterapkan para sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in dan seterusnya sampai generasi sekarang. Bahkan di Masjidil Harham sendiri sampai saat ini terdapat pengajian, serta dikunjungi para jama’ah dari berbagai bangsa, terutama ketika musim haji tiba. Sementara itu di Indonesia terutama di masa penyiaran Islam oleh para
wali
dahulu
juga
mempergunakan
majelis
ta’lim
untuk
menyampaikan dakwahnya. Itulah sebabnya maka untuk Indonesia, Majelis ta’lim juga merupakan lembaga pendidikan Islam tertua. Barulah 3
Hasbullah Kapita Salekta Pendidikan Islam……., h. 96
9
kemudian seiring dengan perkembangan ilmu dan pemikiran dalam mengatur pendidikan, tumbuh lembaga pendidikan yang lebih formal sifatnya seperti pesantren, madrasah dan sekolah. Dengan demikian, menurut pengalaman historis, sistem majelis ta’lim telah berlangsung sejak awal penyebaran Islam di Saudi Arabia, kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia Islam di Asia, Afrika dan Indonesia pada khususnya sampai sekarang.4 2. Fungsi Majelis Ta’lim Sebagai lembaga pendidikan non formal, majelis ta’lim berfungsi sebagai berikut: a. Membina
dan
mengembangkan
ajaran
Islam
dalam
rangka
membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT. b. Sebagai taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraanya bersifat santai. c. Sebagai ajang berlangsungnya silaturrahmi masal yang dapat menghidup suburkan dakwah dan ukhuwah Islamiah. d. Sebagai sarana dialog berkesinambungan antara ulama dengan umat. e. Sebagai
media
penyampaian
gagasan
yang
bermanfaat
bagi
pembangunan umat dan bangsa pada umumnya5.
Dalam prakteknya, majelis ta’lim merupakan tempat pangajaran atau pendidikan agama Islam. Majelis ta’lim bersifat terbuka terhadap segala usia, atau strata sosial, dan jenis kelamin. Waktu penyelenggaraan pengajiannya pun bermacam-macam, ada yang diselenggarakan pagi, siang, sore, atau malam. Tempat pengajarannya pun bisa dilakukan dirumah, masjid, mushola, gedung aula, halaman, dan sebagainya. Majelis ta’lim juga merupakan wahana interaksi dan komunikasi yang kuat antara
4 5
Hasbullah, Kapita Salekta Pendidikan Islam……, h. 98 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994). h. 101
10
masyarakat awam dengan para mualim, dan antara sesama anggota jama’ah majelis ta’lim tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu. Pertumbuhan majelis ta'lim dikalangan anggota masyarakat menunjukan akan adanya kebutuhan dan hasrat anggota masyarakat tersebut akan pengetahuan dan pendidikan agama. Peningkatan tuntunan jama'ah dan peranan pendidikan yang bersifat non formal, menimbulkan pula kesadaran dan inisiatif dari para ulama dan anggota masyarakat untuk memperbaiki,
meningkatkan
dan
mengembangkan
kualitas
dan
kemampuan, sehingga eksistensi majelis ta'lim dapat menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya sebaik-baiknya.6 Majelis ta’lim merupakan pusat informasi umat Islam dan arena pertemuan terbuka serta berkesinambungan diantara mereka. Kita memperkirakan sejauhmana pengaruh informasi dalam suatu masyarakat yang hidup di tengah-tengah majelis ta’lim, dimana kaum muslimin bertemu di dalamnya. Sesungguhnya Islam merupakan agama yang berhikmah baik ditinjau dari sudut informasi, sosial, maupun politik7. Setelah itu dicoba untuk diaplikasikan dan dikembangkan dalam kehidupan ril umat untuk kehidupan di dunia ini dengan nilai-nilai Islam. Proses Islamisasi dalam segala aspek kehidupan secara arif bijaksana digulirkan, umat Islam berusaha untuk bangkit. Kebangkitan ini memerlukan peran majelis ta’lim sebagai basis perjuangan. Kebangkitan berawal dari majelis ta’lim menuju masyarakat secara luas. Karena itu upaya aktualisasi fungsi dan peran majelis ta’lim pada abad lima belas hijriyah adalah sangat mendesak dilakukan umat Islam.8
6
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam....., h. 102 Muhammad Khair Ramadhan Yusuf, Peran Media Informasi Islam Dalam Pengembangan Ummat, (Jakarta : Pustaka Al Kautsar,1994), h. 44 8 Gunawan Aslah, Artikel: Islam (fungsi dan peran Majelis Ta’lim), 5 Maret 2010. 7
11
3. Tujuan Majelis Ta'lim Sebagai muslim, tentunya kita menginginkan perubahan masyarakat yang rusak saat ini menjadi masyarakat Islam. Orang muslim harus diselamatkan dari kehinaan yang mereka alami dengan cara mengajak mereka untuk berjuang menegakkan syariat Islam di bawah naungan Daulah Khilafah yang dapat menjamin kesejahteraan hidup di dunia dan tentu saja kebahagiaan hidup di akhirat. Majelis ta'lim sebagai lembaga non formal di masyarakat merupakan sarana yang sangat potensial untuk menyampaikan dakwah Islam dan membina masyarakat. Agar majelis ta'lim dapat menjadi wadah pembinaan umat menuju masyarakat Islam, majelis ta’lim tidak boleh dijalankan sebagai sebuah aktivitas rutin belajar-mengajar tanpa arah dan tujuan yang tidak jelas. Majelis ta’lim menyebarkan dakwah Islam yang murni dari berbagai macam penyimpangan keyakinan dan pemikiran serta ajaran-ajaran sesat demi menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebenarnya tujuan majelis ta'lim itu adalah: a. Mengokohkan aqidah (keimanan) jama'ahnya. b. Menjadikan jama'ahnya sebagai pribadi yang selalu terikat dengan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. c. Menjadikan jama'ahnya sebagai ibu yang mendidik anaknya dengan baik, sehingga menjadi kader umat yang berkualitas. d. Menjadikan jama'ahnya sebagai pejuang penegakkan syariat dalam masyarakat.
Untuk mencapai tujuan di atas, maka majelis ta'lim harus dikelola dengan sungguh-sungguh. Mulai dari mempersiapkan matode yang akan disajikan, pemberi materi dan metode penyampaian yang tepat sehingga mudah bagi jama'ah majelis ta'lim untuk menerima materi sebagai pemahaman yang berpengaruh dalam perilaku mereka.
12
4. Peranan Majelis Ta'lim Kerusakan masyarakat di sekitar kita dirasakan bertambah dari hari ke hari. Tindak kejahatan begitu menjamur sehingga media masa tidak pernah kehabisan berita kriminal setiap harinya. Korupsi, kolusi, suap, sudah menjadi perkara biasa di semua lapisan masyarakat, bahkan menjadi kejadian langka apabila tidak terjadi korupsi, kolusi dan suap. Perzinahan, pornografi dan pornoaksi begitu marak. Kasus narkoba terus meningkat, demikian juga angka pengidap HIV atau AIDS begitu banyak bukti untuk mengatakan masyarakat kita sedang sakit parah, sehingga harus ada upaya yang ditempuh untuk memperbaiki kondisi masyarakat saat ini. Karena bukankah Allah SWT. tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sampai mereka mau mengubah nasib mereka sendiri. Sebagai umat muslim, tentunya kita menginginkan perubahan moral yang rusak saat ini menjadi moral Islami. Kaum muslimin harus diselamatkan dari kehinaan yang mereka alami dengan cara mengajak mereka untuk berjuang menegakkan syariat Islam di bawah naungan Daulah Khilafah yang dapat menjamin kesejahteraan hidup di dunia dan tentu saja kebahagiaan hidup di akhirat. Majelis ta’lim sebagai lembaga non formal di masyarakat merupakan sarana yang sangat potensial untuk menyampaikan dawkah Islam dan membina masyarakat. Jumlahnya sangat banyak, hampir tersebar di seluruh provinsi, kabupaten atau kota, bahkan hingga ke tingkat RW dan RT sekalipun. Majelis ta’lim ini menjangkau seluruh lapisan masyarakat mulai dari masyarakat kelas atas, kelas menengah hingga kelas bawah. Majelis ta’lim juga merupakan wadah pembinaan yang potensial, karena di dalamnya terdapat para muslimah yang dengan niat ikhlas siap untuk mendengarkan wejangan dan menambah pemahaman ajaran Islam. Kesiapan diri seperti ini dan juga kehadiran rutin mereka memungkinkan pengemban dakwah para mubaligh untuk dapat mengubah pemahaman dan perilaku mereka secara berkesinambungan. Agar majelis ta’lim dapat menjadi wadah pembinaan umat menuju masyarakat Islam, majlis ta’lim
13
tidak boleh dijalankan sebagai sebuah aktivitas rutin belajar-mengajar tanpa arah dan tujuan yang jelas Jika dilihat dari segi strategi pembinaan umat, maka dapat dikatakan bahwa majelis-majelis ta'lim itu adalah merupakan wadah atau wahana dakwah Islamiyah. Sebagai institusi keagamaan Islam, sistem majelis ta'lim melekat pada agama Islam itu sendiri. Oleh karena itu, majelis ta’lim merupakan salah satu struktur kegiatan dakwah dan tabligh yang wajib dilaksanakan sesuai perintah agama secara teratur dan periodik. Maka itu secara strategis majelis-majelis ta'lim itu adalah menjadi sarana dakwah dan tabligh yang Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan dan meningkatkan kualitas umat Islam tuntunan ajaran agama. Untuk menyadarkan umat Islam dalam rangka menghayati, memahami dan mengamalkan ajaran agamanya yang kontektual kepada lingkungan hidup sosial budaya dan alam sekitar mereka. Untuk tujuan itu pemimpinnya harus berperan sebagai petunjuk jalan ke arah kecerahan sikap hidup Islam yang membawa kepada kesehatan mental rohaniah dan kesadaran fungsional selaku khalifah di buminya sendiri, dalam hal ini bagi umat Islam Indonesia adalah bumi Indonesia yang sedang membangun. Jadi peranan secara fungsional majelis ta'lim adalah mengkokohkan landasan hidup manusia pada khususnya di bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara lahiriah dan batiniahnya, duniawiah dah ukhrawiah bersamaan, sesuai tuntutan ajaran agama Islam yaitu iman dan taqwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya.9 Berkenaan dengan hal-hal tersebut, peranan majelis ta'lim tidak terlepas dari kedudukannya sebagi alat dan sekaligus media pembinaan kesadaran beragama. Usaha pembinaan masyarakat dalam bidang agama harus memperhatikan sistem pendekatan antara lain :
9
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum (Jakarta: Bumi Aksara, 1991) , h. 120
14
a. Pendekatan psikologis yang menuntut kepada pemahaman terhadap kecendrungan dan tingkat kemampuan pemahaman jama'ah untuk menyerap materi pengajian. Nabi memerintahkan agar berbicara kepada audiens berdasarkan atas kemampuan berpikir mereka. b. Pendekatan sosial menghendaki agar kita dapat membawa suasana kejiwaan peserta pengajian atau jama'ah kearah sikap komunikatif dan interaktif dengan lingkungan sosial yang positif di sekitarnya, sehingga tidak menimbulkan ketegangan atau benturan dengan realitas lingkungannya. c. Pendekatan relegius menuntut kepada kita untuk mampu menguak dan menginterprestasikan ajaran agama yang menimbulkan suasana keagamaan dalam majelis ta’lim serta dapat di terapkan dalam pribadi jama'ah. d. Pendekatan saintifik menuntut kita untuk mampu menganalisa dan mentafsirkan ayat-ayat ataupun al-hadits yang relevan dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan. e. Pendekatan pembangunan manuntut kita untuk menggali sumber motivasi dari dalam ajaran agama yang dapat memberikan gairah dan semangat membangun, justru posisi dan fungsi umat Islam sebagai manusia ciptaan Allah adalah menjadi khalifah di muka bumi yang harus menggali, mengelolah dan memanfaatkan kekayaannya bagi kepentingan kesejahteraan hidupnya.
“Dan yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"(Q.S. Ar-Rahman:33)
15
f. Pendekatan security (Keamanan) dan prosperty (Kemakmuran) mengharuskan kita untuk menggelarkan ajaran agama dari sudut kemanfaatan untuk hidup rukun, bersatu pada sebagai satu bangsa, satu tanah air yang berketahanan mental dan nasional, berwawasan bangsa cinta kepada pola hidup sederhana dan mandiri. Dalam Islam ditemukan ajaran yang mengajak kepada sikap yang demikian, antara lain ajakan kepada hidup berukhuwah Islamiyah, berlomba dalam kebaikan, berta'aruf antara suku-suku, bekerja keras untuk dunianya dan sebagainya.
"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu ada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu".(Q.S. al An’am: 165). .10 Demikianlah beberapa sistem pendekatan untuk diterapkan oleh para Mubaligh dalam majelis ta'lim yang menurut pendapat penulis dapat meningkatkan peran serta dalam pembangunan nasional
5. Pentingnya Majelis Ta'lim bagi Ibu-ibu Rumah Tangga Peranan majelis ta'lim di tengah-tengah masyarakat sekarang ini sangatlah penting dalam membina Hablum Minallah, Hablum Minna Nas dan Hablum Minal Alam. Sebab melalui majelis ta'lim ini sekaligus sebagai media penyampai gagasan modernisasi yang bermanfaat bagi pembangunan umat. Membina dan mengembangkan agama Islam dalam rangka membentuk masyarakat yang lebih bertaqwa kepada Allah. 10
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum......, h. 124
16
Keberadaan majelis ta'lim ditengah-tengah masyarakat merupakan wadah bersilaturrahmi ibu-ibu rumah tangga. Sifat dari pengajaran dalam majelis ta'lim haruslah berupa pembentukan perilaku, tidak hanya bersifat transfer knowledge . Untuk itu, ilmu harus diberikan untuk membentuk amal perbuatan, dan bukan sekedar informasi. Jadi, pemberian ilmu di majelis ta'lim tidak cukup sekedar mengajarkan hukum, tapi juga menumbuhkan motivasi atau dorongan dari aqidah, untuk menjalankan hukum tersebut seberat apapun. Kita sangat berharap dari pengelolaan majelis ta'lim seperti gambaran diatas, akan membentuk ibu-ibu rumah tangga yang berkualitas, yang akan melahirkan dan mendidik anak-anak menjadi generasi yang berkualitas, yakni yang tidak hanya cerdas tetapi peduli terhadap Islam dan kaum muslim.11 Jadi, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa majelis ta'lim sebagai lembaga pendidikan agama non formal, merupakan wadah bagi penerapan konsep pendidikan "minal mahdi Ila lahdi" yaitu pendidikan seumur hidup dan merupakan sarana bagi pembangunan gagasan berwawasan Islam.
B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Sebelum membicarakan pengertian Pendidikan Agama Islam, maka perlu mengetahui pengertian pendidikan terlebih dahulu. Menurut Ahmadi dalam bukunya Sejarah Pendidikan, disebutkan bahwa “Pendidikan adalah semua kegiatan orang dewasa yang mempunyai nilai bagi anak.”12 Sedangkan menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam Teoritis dan Praktis, disebutkan bahwa “ Pendidikan
11 12
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum......., h 135 Ahmadi, Sejarah pendidikan, (Bandung:CV Pustaka Setia, 1999), h.9
17
ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.”13 Jadi pada dasarnya pendidikan dalam pengertian tersebut di atas, adalah terjadinya pergaulan antara orang dewasa dengan anak-anak. Pergaulan yang dimaksud adalah pergaulan yang dapat menolong anak menjadi orang yang dapat atau sanggup memenuhi tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.14 Zuhairini juga menyatakan, bahwa pendidikan adalah: suatu bimbingan secara sadar oleh pendidikan terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian utama”.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses bimbingan yang dilakukan pendidikan untuk mengolah sikap dan perilaku anak didik menuju kedewasaan dan kemandirian agar terbentuk pribadi yang berakhlak mulia sesuai dengan akidah dan nilainilai budaya. Memang sudah disepakati oleh semua orang bahwa masalah pendidikan adalah masalah yang paling pokok untuk kemajuan manusia, Allah pun menyatakan, bahwa manusia yang tidak terdidik akan sama keadaannya dengan hewan, bahkan lebih jelek lagi. ( QS. Al Anfal : 22 dan QS. Al A’raf : 179 ).
Artinya: “Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburukburuknya pada sisi Allah ialah, orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun”.
13
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.7 14 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), h.5
18
Karena itu apabila umat Islam menginginkan kemajuan dan melepaskan diri dari kebodohannya, maka masalah pendidikan adalah masalah terpokok yang harus diselesaikannya dengan cepat dan tepat.15 Pada
hakikatnya
yang
disebut
pendidikan
adalah
proses
pembimbingan, pembelajaran dan pelatihan terhadap anak, generasi muda, manusia agar nantinya bisa berkehidupan dan melaksanakan peranan serta tugas-tugas
hidupnya
dengan
sebaik-baiknya.
Dengan
demikian
pendidikan Islam dapat diartikan sebagai proses pembimbingan, pembelajaran, atau pelatihan agar manusia menjadi muslim atau orang Islam.16 Pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniyah) yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyrakat selaku
hamba
Allah,
maka
kependidikan
berarti
menumbuhkan
kepribadian serta menanamkan rasa tanggung jawab. Jadi, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Meski manusia unggul dengan ilmu pengetahuannya, manusia bukanlah sumber kebenaran mutlak. Karena itu keunggulan ilmu pengetahuan harus berdasarkan kepada kekuatan moral, agar ia tidak menjadi hidup tersasar. Untuk itu penguasaan ilmu pengetahuan harus tumbuh di atas landasan keimanan dan akhlak. Hanya demikian keimanan dan akhlak inilah seseorang akan mampu menemukan profil dirinya sendiri sebagai menusia yang memiliki derajat kemanusiaan. Al-Qur'an menjelaskan akan hal itu.
15
Syahminan Zaini, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia,1986) 16 Muhaimin, Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: Karya Abditama), h.6
19
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."17 Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan seimbang, berupaya merealisasikan keseimbangan antara kepentingan duniawi dan kepentingan ukhrawi, sebagaimana firman Allah:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orangyang berbuat kerusakan.”(OS. al-Qhashas: 77) Pendidikan agama Islam memiliki urgensi bagi terciptanya rumah tangga, masyarakat dan generasi yang muslim. Perhatian Islam terhadap manusia baik laki-laki maupun perempuan sama yaitu memerintahkan kepada mereka untuk beribadah taat kepada-Nya serta menjauhi laranganNya.18 Jadi, dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam bukan pendidikan duniawi saja, individual saja, atau sosial saja, juga tidak mengutamakan aspek spritual atau aspek material. Keseimbangan antara semua itu merupakan karekteristik terpenting pendidikan agama Islam.
17
M. Irsyad Djuwaeli, Pembaharuan Kembali Pendidikan Islam, (Jakarta: Karsa Utama Mandiri, 1998), h. 5 18 Hery Noer Aly, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2003), h. 154
20
2. Fungsi Pendidikan Agama Islam Seperti diketahui bahwa pembinaan mental anak didik tidaklah dimulai dari sekolah, akan tetapi dimulai dari rumah (keluarga), sejak si anak dilahirkan ke titik maksimal yang dapat sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan dunia, mulailah ia menerima didikan-didikan dan perlakuanperlakuan. Mula-mula ibu bapaknya, kemudian dari anggota keluarga yang lain (saudara) dan kemudian dari lingkungan masyarakatnya. Hal demikian memberikan warna dan mempengaruhi dasar-dasar pembentukan kepribadiannya. Pembinaan, pertumbuhan mental dan kepribadiannya itu kemudian akan ditambah dan disempurnakan oleh sekolah. Orang tua seharusnya memberikan pendidikan agama pada anakanaknya sejak kecil, bahkan sejak masih dalam kandungan, sebab disadari atau tidak, hal ini akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak setelah lahir terutama pada perkembangan dan pertumbuhan aspek kejiwaannya. Pendidikan agama Islam mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan kepribadian dan mental anak, karena pendidikan agama Islam mempunyai dua aspek terpenting, yaitu aspek pertama yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian anak, dan kedua, yang ditujukan kepada pikiran yakni pengajaran agama Islam itu sendiri. Aspek pertama dari pendidikan agama Islam adalah yang ditujukan pada jiwa atau pembentukan kepribadian. Artinya, bahwa melalui pendidikan agama Islam ini anak didik diberikan keyakinan tentang adanya Allah SWT. Aspek kedua dari pendidikan agama Islam adalah yang ditujukan kepada aspek pikiran (intelektualitas), yaitu pengajaran agama Islam itu sendiri. Artinya, bahwa kepercayaan kepada Allah SWT. beserta seluruh ciptaan-Nya tidak akan sempurna manakala isi makna yang dikandung oleh setiap firman-Nya (ajaran-ajaran-Nya) tidak dimengerti dan dipahami secara benar. Di sini anak didik tidak hanya sekedar diinformasikan tentang perintah dan larangan, akan tetapi justru pada pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana beserta argumentasinya
21
yang dapat diyakini dan diterima oleh akal. Fungsi pendidikan Agama Islam di sini dapat menjadi inspirasi dan pemberi kekuatan mental yang akan menjadi bentuk moral yang mengawasi segala tingkah laku dan petunjuk jalan hidupnya serta menjadi obat anti penyakit gangguan jiwa. Pendidikan agama Islam adalah sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi (Khalifah Fil’Ardi) berdasarkan kepada ajaran al-Quran dan Sunnah, maka tujuan dalam konteks ini berarti terciptanya insan-insan kamil setelah proses pendidikan berakhir. Tujuan pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan, Allah telah menyusun landasan pendidikan yang jelas bagi seluruh umat manusia melalui syariat Islam, termasuk tentang tujuan pendidikan agama Islam Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan agama Islam adalah: a. Memperkenalkan dan mendidik anak didik agar meyakini ke-Esaan Allah SWT. pencipta alam semesta beserta seluruh isinya. b. Memperkenalkan kepada anak didik apa dan mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang. c. Menyuruh anak agar sejak dini dapat melaksanakan ibadah, baik ibadah yang menyangkut Hablum Minallah maupun ibadah yang menyangkut Hablum Minan Nas. d. Mendidik anak didik agar taat dan hormat kepada orang tua dan serta tidak merusak lingkungannya.19
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan adalah batas akhir yang dicita-citakan seseorang dan dijadikan pusat perhatiannya untuk dicapai melalui usaha. Dalam proses 19
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 29
22
pendidikan, tujuan ialah orientasi
yang dipilih
pendidik dalam
membimbing peserta didiknya, sehingga tujuan pendidikan dapat dikatakan sebagai masalah sentral dalam proses pendidikan. Tujuan pendidikan berarti apa yang ingin dicapai dengan pendidikan. Masalahnya adalah, manusia yang bagaimanakah yang ingin dibentuk melalui pendidikan. Tujuan juga merupakan sasaran yang hendak dicapai dan sekaligus merupakan pedoman yang memberi arah bagi segala aktifitas yang dilakukan. Kalau dilihat kembali pengertian pendidikan agama Islam, maka terdapat sesuatu yang diharapkan dapat terwujud ketika seseorang telah mengalami sebuah proses pendidikan agama Islam, yaitu manusia yang utuh baik jasmani maupun rohani, sehingga dapat hidup berkembang secara wajar dan normal karena didasari oleh ketaqwaannya kepada Allah SWT. Salah satu tujuan pendidikan agama Islam adalah mengembangkan manusia yang baik yang beribadah dan tunduk kepada Allah serta mensucikan diri dari dosa.20 Adapun tujuan orang muslim adalah ibadah kepada Allah. Allah berfirman dalam surat Az-Dzariyat ayat 56:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. " Fadlil Al-Jamali merumuskan tujuan pendidikan agama Islam yang lebih rinci, sebagai berikut: 1. Mengenalkan manusia akan perananya diantara sesama (makhluk) dan tanggung jawab pribadinya di dalam hidup ini.
20
Hery Noer Aly, Watak Pendidikan Islam..........,h.152
23
2. Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat. 3. Mengenalkan manusia akan alam ini dan mengejar mereka untuk mengetahui hikmah diciptakannya serta memberikan kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat dari alam tersebut. 4. Mengenalkan manusia akan pencipta alam
ini
(Allah) dan
memerintahkan beribadah kepada-Nya.21
Perumusan tujuan pendidikan ini menjadi penting. Artinya, bagi proses pendidikan, karena dengan adanya tujuan yang jelas dan tepat maka arah proses itu akan tepat dan jelas pula. Tujuan pendidikan agama Islam dengan jelas
mengarah
kepada terbentuknya insan kamil
yang
berkepribadian muslim, merupakan perwujudan manusia seutuhnya, takwa, cerdas, baik budi pekertinya, terampil, kuat kepribadiannya, berguna bagi diri sendiri, agama, keluarga, masyarakat dan negara. Mahmud Yunus menjelaskan tujuan pendidikan Agama Islam sebagai berikut: 1. Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah dalam hati anak yaitu dengan mengingatkan nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya. 2. Menanamkan i’tikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam diri anak. 3. Mendidik anak dari kecilnya, supaya mengikuti perintah Allah maupun terhadap masyarakat, yaitu dengan mengisi hati mereka supaya takut kepada Allah dan berharap mendapat pahala. 4. Mendidik anak supaya membiasakan akhlak yang mulia dan adat kebiasaan yang baik. 5. Memberi pelajaran supaya anak didik mengutahui macam-macam ibadah yang wajib dikerjakan dan cara melakukannya
21
Abd. Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam....,h. 20
24
6. Memberi petunjuk kepada mereka untuk hidup di dunia dan menuju akhirat. 7. Memberi contoh dan suri tauladan yang baik. 8. Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang berbudi luhur dan berakhlak mulia serta berpegang teguh dengan ajaran agama.
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang ajaran Islam, keterampilan mempraktekkannya, dan meningkatkan pengamalan ajaran Islam itu dalam kehidupan sehari-hari. Jadi secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan utama pendidikan agama Islam adalah keberagamaan, yaitu menjadi seorang muslim dengan intensitas keberagamaan yang penuh kesungguhan Upaya untuk mewujudkan sosok manusia seperti yang tertuang dalam definisi pendidikan di atas tidaklah terwujud secara tiba-tiba. Upaya itu harus melalui proses pendidikan dan kehidupan, khususnya pendidikan agama dan kehidupan beragama. Proses itu berlangsung seumur hidup, di lingkungan
keluarga,
sekolah
dan
lingkungan
masyarakat.
Salah satu masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan agama Islam saat ini, adalah bagaimana cara penyampaian materi pelajaran agama tersebut kepada peserta didik sehingga memperoleh hasil semaksimal mungkin.22
C. Ibu-Ibu Rumah Tangga 1. Pengertian Ibu Ibu adalah orang yang telah mengandung anaknya selama 9 bulan, melahirkan dan merawat anaknya dari bayi sampai besar dan telah mencurahkan segala kasih sayangnya untuk anaknya. Ibu juga yang selalu 22
h. 13
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Raja Grafindo, 1983),
25
memberi dorongan untuk melakukan segala hal dan selalu mendoakan anaknya. Ibu juga seseorang yang istimewa yang harus dihormati, dan sayangi. Tentunya tanpa ibu kita tidak akan pernah bisa hidup didunia ini. Teman Nabi Muhammad pernah bertanya kepada beliau "Siapa yang pertama harus saya hormati?" dan Nabi Muhammad menjawab "Ibumu" sampai tiga kali ia bertanya dan jawabannya sama, baru yang ke empatnya Nabi menjawab "Ayahmu". Seorang ibu melahirkan anaknya ke dunia dengan susah payah, rasa sakit yang luar biasa, dan dengan pengorbanan hidupnya. Ketika anaknya lahir ke dunia, beliau menyusui banyinya hingga ia berumur 2 tahun dan memberikan makanan tambahan. Beliau rela mengorbankan waktunya untuk mengajari, membimbing dan memberikan anaknya bekal untuk masa depannya. Sang ibu selalu berharap dalam hati agar anaknya bisa hidup dengan baik di dunia dan menjadi anak berbakti. Peranan ibu lebih dominan daripada peranan bapak dalam keluarga, bila dilihat dari sisi pendidikan. Sebab ibu lebih banyak menyertai anaknya, pengaruhnya lebih umum dan luas. Seorang penyair pernah berkata “Ibu laksana sekolahan. Bila kau persiapkan, maka kau telah persiapkan satu bangsa yang baik pangkalnya”.23 Islam telah berpesan melalui al-Qur’an dan sunnah tentang kedudukan orang tua. Terlebih khusus lagi, adanya penekanan untuk senantiasa berbuat baik kepada ibu. Allah berfirman :
23
Al-Tahir, Al-Hadad, Wanita Dalam Syariat dan Masyarakat, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), h. 40
26
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.(Q.S. al-Isra’: 23)“24 Ada satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh seorang ibu kapan pun juga, yaitu ia tetap sebagai seorang istri dari suaminya, baik yang sebelum maupun setelah memiliki anak. Kehidupan rumah tangga suami istri memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kejiwaan dan perasaan emosional anak-anak. Jadi, menurut penulis ibu adalah seorang yang sangat istimewa dan yang harus dihormati oleh anaknya di bangdingkan dengan yang lain, karena ibu mencurahkan semua kasih sayangnya buat anaknya. Dengan adanya ibu, kita sebagai anak tidak akan ada di dunia ini.
2. Pengertian Rumah Tangga Pernikahan menurut Islam adalah suatu hal yang sangat penting dan utama, karena melalui ikatan inilah seorang laki-laki dan seorang wanita membentuk wadah yang disebut keluarga, dengannya mereka dapat menemukan kebahagiaan, ketenangan, serta cinta dan kasih sayang.25 Keluarga adalah sebuah institusi terkecil di dalam masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang tentram, aman, damai, dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih sayang diantara anggota-anggotanya. Dalam pengertian yang sempit anggota keluarga meliputi orang tua dan anak-anaknya.26 Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang paling penting untuk merubah manusia, sehingga Allah pun akan merubah keadaan yang ada 24
Adil Fathi Abdullah, Menjadi Ibu Ideal, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar 2003), h.7 Susi Dwi Bawarni dan Arin Mariani, Potret Keluarga Sakinah, (Surabaya : Media Idaman Press,1993), h. 7 26 Sri Mulyani, Relasi Suami Istri Dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah, 2004), h. 39 25
27
pada suatu kaum. Sebagai kelompok yang terdiri dari beberapa unsur, keluarga selalu dihadapkan pada problematika yang kompleks, baik masalah internal maupun eksternal rumah tangga. Kemudian rumah tangga adalah sebuah susunan atau jaringan yang hidup, yang merupakan pusat dari denyut-denyut pergaulan hidup yang menggetar. Dia adalah alam pergaulan manusia yang sudah diperkecil yang ditunjukan untuk mengekalkan keturunan. Kemudian daripadanya nanti akan terbentuklah sebuah keluarga, yaitu suatu jama'ah yang bulat, teratur dan sempurna. Dia bukan sekedar tempat tinggal belaka, tetapi rumah tangga sebagai lambang tempat yang aman, yang dapat menenteramkan jiwa, sebagai tempat latihan yang cocok untuk menyesuaikan diri, sebagai benteng yang kuat dalam membina keluarga dan merupakan arena yang nyaman bagi orang yang menginginkan hidup bahagia, tentram dan sejahtera. Rumah tangga yang sehat merupakan dambaan bagi setiap keluarga. Namun, untuk mewujudkannya bukan perkara yang mudah, untuk mewujudkan rumah tangga yang sehat memerlukan dukungan dan peran serta dari setiap anggota keluarga dan kelengkapan sarana yang memadai. Apapun kegiatan yang dilaksanakan oleh anggota keluarga dalam menjalankan kehidupan keseharaian merupakan perilaku atau kebiasaan. Seorang Sarjana sosiologi Barat bernama Bolak telah Merumuskan apa yang sebenarnya Rumah tangga itu: "Rumah tangga adalah merupakan markas atau pusat dimana denyut pergaulan hidup menggetar. Rumah tangga merupakan susunan yang hidup, yang dapat mengkekalkan keturunan dan rumah tangga merupakan alam pergaulan manusia yang sudah diperkecil27 . Berarti rumah tangga merupakan suatu organisasi yang mempunyai suatu ikatan batin. Kuat lemahnya rumah tangga tergantung dari manusiamanusianya yang membuat ikatan tersebut tergantung pula dari macam ikatan yang hendak dibuat. Ikatan itu terkenal dengan kata cinta dan kasih sayang. 27
M. Leter, Tuntunan Rumah Tangga Muslim, (Padang: Angkasa Raya, 1985), h.2
28
Dengan demikian, kebahagiaan rumah tangga ialah kemakmuran, ketentraman dan kegembiraan bagi ayah, ibu dan anak-anak. Oleh sebab itu, ayah dan ibu haruslah mengerti dan melaksanakan aturan Allah dan Rasul-Nya tersebut dahulu dengan baik. Sehingga semua anggota dalam rumah itu dapat melaksanakan semua aturan Allah dan Rasul-Nya sesuai dengan status mereka masing-masing. Sebab yang bertanggung jawab terhadap terciptanya kebahagiaan rumah tangga itu adalah ayah dan ibu. Tanpa dibina mustahil kebahagiaan rumah tangga tersebut tercapai.28 Sudah dapat digambarkan bagaimana rupa dan bentuk rumah tangga yang mesti harus dibangun dan dijalani oleh setiap orang. Kepastian membangun dan membina sebuah rumah tangga oleh setiap manusia itu bukanlah sekedar karena naluri atau tabi'at dimana setiap manusia itu membutuhkan sebuah hidup untuk berkumpul bersama karena terdorong oleh suatu kebutuhan, akan tetapi agamapun memerintahkan di dunia semuanya menganjurkan supaya orang itu setelah tiba masanya agar cepat berumah tangga. Begitu agung dan mulia perkawinan menurut Islam, sehingga peraturan-peraturan mengenai masalah ini sangat luas dan jelas. Rasulullah SAW. memerintahkan kepada para pemuda yang sudah sanggup menikah agar segera menikah, yang berguna untuk kesucian lahir dan batin si pemuda itu sendiri.29 Anjuran menikah sebagaimana yang telah dijelaskan dalam sebuah hadits berarti anjuran untuk berumah tangga. Rasulullah SAW. juga memperingatkan kepada umatnya dangan sampai menghindari. Sebab ditakutkan bila kita menghindari sebuah kebutuhan biologis kita untuk menikah dalam hidup, maka dapat menimbulkan penyelewengan seksual. Hikmah pernikahan adalah sebuah kebijaksanaan Allah Yang Maha Tinggi, Dia memerintahkan hambanya hanya untuk melakukan perbuatan yang sesuai dengan logika. Allah SWT. telah menentapkan pernikahan
28
Syahminan Zaini, Membina Kebahagiaan Dalam Rumah Tangga......., h.27 Susi Dwi Bawarni dan Arin Mariani,Potret Keluarga Sakinah…, h. 8
29
29
dan menjadikannya sebagai suatu keharusan karena ada banyak manfaat yang tidak bisa dihitung serta derajatnya yang mulia.30
3. Konsep Rumah tangga Dalam Islam Pernikahan salah satu ketentuan Allah yang umum berlaku pada semua makhluk baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan. Allah tidak mau menjadikan manusia itu seperti makhluk lainnya yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betinanya secara anarki, dan tidak ada satu aturan. Akan tetapi , demi menjaga kehormatan dan martabat kemuliaan manusia, Allah adakan hukum sesuai dengan martabatnya. Sehingga hubungan laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan saling ridha meridhai, dengan upacara akad nikah sebagai lambang dari adanya rasa ridha meridhai, dihadiri para saksi yang menyaksikan kedua pasangan laki-laki dan perempuan itu telah saling terikat.31 Perkawinan dari sudut pandang Islam merupakan sistem peraturan dari Allah SWT. yang mengandung karunia yang besar dan hikmah yang agung. Melalui perkawinan dapat diatur hubungan laki-laki dan wanita (yang secara fitrahnya saling tertarik) dengan aturan yang khusus. Dari hasil pertemuan ini juga akan berkembang jenis keturunan sebagai salah satu tujuan dari perkawinan tersebut. Dari perkawinan itu pulalah terbentuk keluarga yang diatasnya didirikan peraturan hidup khusus dan sebagai konsekuensi dari sebuah perkawinan. Rumah tangga atau keluarga adalah suatu struktur dalam masyarakat yang bersifat khusus, satu sama lain saling mengikat. Dalam sebuah negara, rumah tangga itu ibarat sebuah bibit tanaman. Jika bibit tanamannya baik dan sehat, akan tumbuh menjadi pohon yang berdaun rindang dan berbuah lebat. Rumah tangga muslim yang mampu
30 31
Abdul Hamid Kisyik, Konsep Rumah Tangga, (Bandung:Al-Abyan,1995), h.17 M. Thalib, Perkawinan Menurut Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas,1993) h.1
30
merencanakan sinar Islam, pastilah akan melahirkan sebuah negara yang benar-benar adil, makmur, dengan ridha Allah SWT. Islam
membangun
pondasi
rumah
tangga
yang
sakinah,
mengikatnya dengan asas yang kuat dan sangat kokoh sehingga menggapai awan dan bintang-bintang, jika bintang-bintang adalah perhiasan langit, maka rumah tangga adalah perhiasan sebuah masyarakat. Karena pada rumah tangga ada suatu keindahan, kebanggaan, pertumbuhan yang menyenangkan, kebersamaan dengan orang-orang tercinta sehingga Allah SWT. mewariskan bumi serta isinya. Dari keluargalah kenikmatan abadi yang bisa diperoleh manusia atau sebaliknya, dari keluarga juga penderitaan berkepanjangan yang tiada bertepi yang di ujikan Allah kepadanya.32 Struktur rumah tangga dapat terbangun melalui hubungan darah taupun pernikahan. Menurut ajaran Islam, perikatan itu mengandung tanggung jawab dan sekaligus rasa saling memiliki dan saling berharap. Disamping terikat menurut hukum Islam, juga terjalin dalam ikatan batin33. Berhasil atau gagalnya pendidikan keluarga dalam Islam, sepenuhnya bergantung pada kemampuan kita memahami metode yang diterapkan dalam lingkungan keluarga yang berlandaskan pada al-Qur'an dan sunnah. Sebagai titik tolak, kita perlu memahami sebagaimana pandangan Islam terhadap manusia dan nilai kemanusiaannya.34 Keluarga dalam Islam merupakan komunitas ideal pertama bagi manusia muslim untuk membentuk masyarakat yang diridhai Allah. Di dalam Islam, keluarga menempati posisi dasar pembentukan insan yg sempurna. Bila memandang keluarga dalam Islam, tidak akan lepas dari konsep yang didalamnya mengandung unsur pengelolaan yg baik dan adil atau amanah yang harus dijaga dan istri memperlakukan suami sebagai amanah yg harus dimuliakan, serta keduanya melaksanakan amanah untuk 32
Abdul Hamid Kisyik, Konsep Rumah Tangga……….,h. 20 Anshari Thayib, Struktur Rumah Tangga Muslim, (Surabaya: Risalah Gusti, 1992), h.1 34 Shodiq Ihsan, Keluarga Muslim Dalam Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), 33
h. 119
31
membesarkan dan mengasuh anak-anaknya untuk menjadi hamba-hamba Allah. Rumah tangga adalah amanah bersama. Titik ini semestinya menjadi acuan awal ketika menempatkan masalah rumah tangga sebagai sentral pembinaan umat. Biasanya masalah-masalah yang timbul dalam keluarga karena masing-masing pihak tidak bisa memenuhi amanah tersebut. Menurut Konsep Islam, pembentukan keluarga dilakukan lembaga pernikahan. Keluarga dapat diwujudkan apabila fasilitas kehidupan dan kebutuhan hidup keluarga, baik lahir dan batin dapat terpenuhi secara baik. Dalam upaya mewujudkan keluarga yang bahagia, manusia dapat menempuh dan mengupayakan melalui usaha lahiriyah dalam bentuk perencanaan yang matang dan persiapan yang mantap, menempuh prinsip monogami, dan melalui keluarga berencana. Menurut konsep Islam, bekal utama yang harus dijadikan modal dalam upaya mewujudkan keluarga yang bahagia ialah iman yang kokoh, akhlak yang mulia, dan ketakwaan yang tinggi.35
Ciri-ciri Keluarga Islam Keluarga yang islami mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Dibentuk lewat akad pernikahan menurut ajaran Islam. 2) Yang dinamakan keluarga sekurang-kurangnya terdiri dari seorang laki-laki yang berstatus sebagai suami dan seorang perempuan yang berstatus sebagai istri. Ini adalah keluarga pokok yang dapat menjadi keluarga inti jika ditambahi anak-anak. 3) Dalam keluarga Islami, terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang dianut. Nilai dan norma ini bersumber dari ajaran Islam. 4) Setiap anggota keluarga memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan status
dan
pembentukan 35
kedudukannya, keluarga
menurut
Islami
ajaran
ialah
Islam.
kebahagiaan
Tujuan dan
Ibrahim Husen, Membina Keluarga Bahagia, (Jakarta: Pustaka Antara PT (Anggota IKAPI, 1996), h. 46
32
ketentraman hidup berumah tangga dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Jadi, rumah tangga Islam adalah rumah tangga yang didalamnya ditegakan adab-adab Islam, baik yang menyangkut individu maupun keseluruhan anggota rumah tangga. Rumah tangga Islami adalah sebuah rumah tangga yang didirikan di atas landasan ibadah. Mereka bertemu dan berkumpul karena Allah, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, serta saling menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, karena kecintaan mereka kepada Allah serta teladan yang menjadi panutan dan dambaan umat. Mereka betah tinggal di dalamnya karena kesejukan iman dan kekayaan ruhani. Rumah tangga Islami adalah rumah yang di dalamnya terdapat sakinah, mawadah dan warahmah (perasaan cinta dan kasih sayang). Perasaan itu senantiiasa melingkupi suasana rumah setiap harinya. Seluruh anggota keluarga merasakan suasana surga di dalamnya. Inilah ciri khas rumah tangga Islami. Mereka berserikat dalam rumah tangga itu untuk berkidhmat pada aturan Allah SWT. Mereka bergaul dan bekerja sama didalamnya untuk saling menguatkan dalam beribadah kepada Allah.36 Tidak dapat diragukan lagi bahwa rumah tangga Islam itu mutiaramutiara masyarakat yang baik. Oleh karena itu, haruslah sungguh-sungguh memelihara syariat yang mengatur soal akad nikah perkawinan menurut Islam itu, karena betul-betul tidak ada cacat celanya, jauh dari perbuatan sia-sia, mengukuhkan hubungan kasih sayang dan keterangan jiwa suami istri dalam rumah tangga itu. Inilah salah satu tanda kesempurnaan kudrat Tuhan 37
36
Cahyadi Takariawan, Pernik-pernik Rumah Tangga Islam, (Jakarta: Intermedia), h. 21 Muhammad Alwi Al-Maliki Al-Hasani, Etika Dalam Rumah Tangga, ( Surabaya: PT Bungkul Indah), h. 8 37
33
4. Pentingnya Pendidikan Agama Islam bagi Ibu-ibu Rumah Tangga Keluarga didefinisikan sebagai unit masyarakat terkecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Setiap komponen dalam keluarga memiliki peranan penting. Dalam ajaran agama Islam, anak adalah amanat Allah. Amanat wajib dipertanggungjawabkan. Jelas, tanggung jawab orang tua terhadap anak tidaklah kecil. Secara umum inti tanggung jawab itu adalah menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak dalam rumah tangga. Allah memerintahkan : "Jagalah dirimu dan keluargamu dari siksaan neraka ". Kewajiban itu dapat dilaksanakan dengan mudah dan wajar karena orang tua memang mencintai anaknya. Ini merupakan sifat manusia yang dibawanya sejak lahir. Manusia diciptakan mempunyai sifat mencintai anaknya. Sebagaimana firman Allah dalam surat al- Khahfi ayat 46:
"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. al- Kahfi:46) Al-Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa telah datang kepada Aisyah seorang ibu bersama dua anaknya yang masih kecil. Aisyah memberikan tiga potong kurma kepada wanita itu. Diberilah oleh anakanaknya masing-masing satu, dan yang satu lagi untuknya. Kedua kurma itu dimakan anaknya sampai habis, lalu mereka menoreh kearah ibunya. Sang ibu membelah kurma (bagiannya) menjadi dua, dan diberikannya masing-masing
sebelah
kepada
kedua
anaknya.
Tiba-tiba
Nabi
Muhammad SAW datang, lalu diberitahu oleh Aisyah tentang hal itu. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Apakah
yang
mengherankanmu
dari
kejadian itu, sesungguhnya Allah telah mengasihinya berkat kasih sayangnya kepada kedua anaknya”. Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga dikatakan sebagai lingkungan pendidikan pertama
34
karena setiap anak dilahirkan ditengah-tengah keluarga dan mendapat pendidikan yang pertama di dalam keluarga. Dikatakan utama karena pendidikan yang terjadi dan berlangsung dalam keluarga ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pendidikan anak selanjutnya. Para ahli sependapat bahwa betapa pentingnya pendidikan keluarga ini. Mereka mengatakan bahwa apa-apa yang terjadi dalam pendidikan keluarga,
membawa
pengaruh
terhadap
lingkungan
pendidikan
selanjutnya, baik dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat. Tujuan dalam pendidikan keluarga atau rumah tangga ialah agar anak mampu berkembang secara maksimal yang meliputi seluruh aspek perkembangan yaitu jasmani, akal dan rohani yang bertindak sebagai pendidik dalam rumah tangga ialah ayah dan ibu si anak. Ingatlah selalu kepada apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW. dalam sebuah hadistnya: "Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah. Maka ibu-bapaknyalah yang menasranikan atau menyahudikan atau memajusikannya. (H.R. Bukhari Muslim). Dari hadist nabi tersebut tergambarkan bagaimana pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga. Dimana dalam hal ini keluarga berperan untuk membentuk pribadi anaknya ke arah yang lebih baik.38 Jadi penulis berkesimpulan yakni seorang ibu didalam rumah tangga harus mampu menempatkan diri sebagai seorang perempuan, termasuk menempatkan diri dalam pola berpikir. Artinya, harus menjaga keutuhan rumah tangga melalui menjungjung tinggi kejujuran suami istri, melalui penerapan yang dipenuhi kasih sayang.
38
Syashminan Zaini, Membina Kebahagiaan Dalam Rumah Tangga…….,h. 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Untuk mendapatkan data yang penulis butuhkan dalam penelitian ini adalah majelis ta'lim al-Huda yang berlokasi di Desa Cibuaya Dusun I Rt. 05 Rw 02, Kelurahan Cibuaya, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. 2. Waktu Penelitian Sesuai rencana yang penulis susun dari hasil konfirmasi kepada pihak majelis ta'lim al-Huda yaitu mulai awal bulan September sanpai akhir bulan Oktober 2010. Penelitian ini dilakukan di majelis ta'lim alHuda di Desa Cibuaya, Dusun 1 Rt 05 Rw 02,
Kelurahan Cibuaya,
Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang.
B. Variabel Penelitian Istilah
variabel
dapat
diartikan
bermacam-macam.
Dalam
metodologi penelitian, variabel yang dimaksud adalah segala sesuatu yang
35
36
menjadi objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Pelaksanaan penelitian berpangkal pada suatu masalah yang diupayakan untuk ditemukan jawaban atau pemecahannya berdasarkan data. Keberadaan masalah penelitian adalah pertanyaan mengenai keterkaitan antara dua atau lebih variabel. Variabel peran majelis ta’lim dalam meningkatkan pendidikan agama Islam yang akan diukur melalui kegiatan belajar mengajar dalam majelis ta’lim, metode dan kondisi atau suasana majelis ta’lim. Adapun variabel ibu-ibu rumah tangga merupakan variabel Y yang meliputi perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai agama ibu-ibu rumah tangga.
C. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama, sehingga betul-betul mewakili populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 jama’ah (ibu-ibu rumah tangga) karena jumlah jama’ah di majelis ta’lim al-Huda tersebut seluruhnya ada 30 jama’ah. Jadi, seluruh jama’ah tersebut dijadikan sampel.
D. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan, yaitu untuk memperoleh data atau informasi dari masalah yang diteliti di majelis ta'lim al-Huda di Desa Cibuaya, Kel. Cibuaya, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang. Adapun metode penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu yang menggambarkan, mengungkapkan dan mempaparkan data yang telah diperoleh dari observasi, angket dan wawancara sebagaimana adanya, sehingga hasil dari penelitian dapat tergambar dengan jelas.
37
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian Dalam
penelitian
ini
penulis
menggunakan
tehnik-tehnik
sebagai
berikut:
1. Teknik Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diamati. Observasi ini merupakan teknik yang tidak begitu rumit, walaupun demikian ada ketentuan-ketentuan khusus yang harus ditaati, agar observasi itu berhasil dengan baik. Ketentuan-ketentuan yang dimaksud ialah dalam pengamatan tidak adanya pendapat yang mendahului (prasangka), harus dapat dengan baik menyedap apa yang dihadapi, sehingga dalam observasi diperlukan kecermatan untuk menangkap suatu peristiwa yang terjadi. Objek yang di observai dalam penelitian ini adalah keadaan umum mengenai majelis ta’lim al-Huda di Desa Cibuaya, Dusun 1 Rt 05 Rw 02, Kel. Cibuaya, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang. Observasi dilakukan secara langsung dilapangan, tanpa melalui perentara untuk mengamati keadaan yang sesungguhnya objek penelitian dan masalahmasalah lain yang dihadapi. 2. Wawancara Wawancara dilakukan dalam bentuk dialog langsung dengan ketua majelis ta’lim al-Huda di Desa Cibuaya, Dusun 1 Rt 05 Rw 02, Kel. Cibuaya, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang tentang sejarah berdirinya majelis ta’lim al-Huda, tujuan, materi dan metode yang dipergunakan di majelis ta’lim al-Huda untuk melengkapi data-data yang diperlukan dalam penelitian dan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan di majelis ta’lim al-Huda. 3. Angket (Kuesioner) Untuk mendapatkan data-data mengenai kegiatan pengajian di majelis ta’lim al-Huda serta pemahaman atau peengalaman jama’ah, penulis menggunakan angket atau kuisioner tertutup dengan jawaban yang sudah disediakan. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang
38
dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan sumber-sumber data. Mengenai sumber data yang berbentuk angket tertutup ini penulis telah menyiapkan 30 item pertanyaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pengajian yang dilaksanakan di majelis ta’lim al-Huda tersebut
Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian (Peran Majelis Ta’lim) No
Variabel
1
Peranan Majelis Ta’lim
Sub Variabel Meningkatkan jama’ah
Indikator
mutu Keaktifan mengikuti kegiatan
No Soal 1-2
Meningkatkan materi Materi dan metode Metode
3-5 6
Meningkatkan mutu Tenaga pengajar mubaligh /Ustadzah Faktor pendukung dan Sarana dan Prasarana faktor penghambat Waktu belajar
7 8 9
Tabel II Kisi-kisi Instrumen Penelitian (Peningkatan Pendidikan Agama Islam) No 2
Variabel Pendidikan agama Islam
Sub Variabel
Indikator
Aspek Tauhid
-
Pengetahuan tauhid
No Soal 11-16
Aspek Ibadah
-
Pengetahuan Ibadah
17-21
Aspek Akhlak
-
Pengetahuan Akhlak
22-30
39
F. Teknik Analisa Data Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah analisis data. Data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dianalisis secara kualitatif artinya data tersebut digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut katagori untuk memperoleh kesimpulan1. Sedangkan data yang diperoleh melalui angket diolah secara kuantitatif artinya data-data tersebut terwujud angka-angka dan hasil penghitungan atau pengukuran dan kemudian dituangkan dalam bentuk kalimat yang bersifat kualitatif. Data-data yang dikumpulkan lalu didestribusikan kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik statistik sederhana. Adapun rumus yang digunakan dalam mencari persentase adalah: P
F x 100 N
Keterangan: P = Persentase Tiap Jawaban F = Frekuensi Jawaban N = Jumlah Responden
Data-data yang terdapat dari stiap item pertanyaan dibuat dalam tabel yang didalamnya langsung dibuat frekuensi dan persentase kemudian penulis menganalisis dan mengintreprestasikan data tersbut. Dalam menetapkan ada atau tidaknya peranan majelis ta’lim al-Huda
dalam meningkatkan pendidikan agama Islam ibu-ibu rumah tangga penulis menentukan kreteria data-data kualitatif berdasarkan nilai-nilai angket, yaitu
1
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet ke-10, h. 245
40
Tabel III Skala Penilaian Persentase
No
Persentase
Penafsiran
1
0%
Tidak Ada
2
1%-16%
Sedikit
3
17%-33%
Sebagian Kecil
4
34%-49%
Hampir Setengah
5
50%
Setengah
6
51%-67%
Lebih dari Setengah
7
68%-84%
Sebagian Besar
8
85%-99%
Hampir Seluruhnya
9
100%
Seluruhnya
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Majelis Ta’lim al-Huda di Kecematan Cibuaya Majelis ta’lim al-Huda adalah di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam al-Faridiyah Cibuaya yang didirikan pada tahun 1964. Yayasan al-Faridiyah ini diambil dari nama pendirinya yaitu K.H. Ahmad Faridi. Beliau datang ke Desa Cibuaya pada tahun 1956. Beliau berasal dari Serang Jamblan Cirebon Jawa Barat dan menetap tinggal di Desa Cibuaya. K.H. Ahmad Faridi bin Tahir seorang ulama tauhid berpaham Ahlussunah Wal Jama’ah, moderat dan beliau kurang simpati terhadap ibadah dan amaliyah yang jelas-jelas membawa kemusyrikan, seperti berdzikir dengan mengharap sesuatu agar keinginannya tercapai, berziarah kerena ingin memperoleh kekayaan, sasajen setiap malam jum’at, percaya kepada cincin yang bentuknya batu-batuan dan sebagainya, yang berkembang di masyrakat Desa Cibuaya pada saat itu. K.H. Ahmad Faridi tokoh pendidik kharismatik, pelopor dan pendiri pendidikan non formal di Desa Cibuaya. Menghimpun masyarakat dari semua kalangan dalam sebuah pengajianpengajian
rutin
yang
sekarang
bernama
majelis
ta’lim,
pelaksanaannya terpisah antara kelompok wanita dan bapak-bapak. Dinamika kehidupan di Desa Cibuaya dalam pendidikan dulu masih diwarnai oleh faham peodal kolonial yang masih melekat erat di masyarakat cibuaya, sehingga Sekolah Rakyat (SR)
41
42
lembaga pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah muridnya masih terbatas hanya untuk orang-orang kaya dan aparat, demikian kelasnya pun hanya terbatas sempai kelas III (tiga). Bagi masyarakat yang kehidupan ekonominya setengah miskin dan beragama Islam kendatipun Islamnya KTP dan Islam keturunan tidak sepi dari pemahaman animisme, mereka mendidiknya melalui pendidikan non formal yaitu pesantrenpesantren dan pengajian-pengajian lingkungan mushola itupun masih jarang. Oleh karena itu, K.H. Ahmad Faridi berinisiatif ingin mendirikan majelis ta’lim, yang sekarang bernama majelis ta’lim al-Huda yang berada di Desa Cibuaya, Kel. Cibuaya, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang untuk meningkatkan masyarakat Desa Cibuaya agar mengetahui ajaran-ajaran Islam yang diperintahkan oleh Allah dan terhindar dari kebodohan.
2. Visi, Misi dan Tujuan a. Visi dan Misi Visi dan misi majelis ta’lim al-Huda adalah ingin mengangkat derajat orang-orang Islam di Cibuaya dan ingin mengangkat orang-orang dari kegelapan ke dalam kehidupan yang terang. Maksudnya, ingin mengubah orang-orang yang sebelumnya tidak mengetahui pendidikan agama, menjadi orang-orang yang mengerti dan memahami arti pendidikan agama tersebut. Serta guna membina dan mewujudkan ketahanan dan kesejahteraan umat dari semua aspek kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan kebudayaan secara Islami berasas Pancasila dan UUD 1945. 1
1
Sidik Azis, Sejarah Berdirinya Majelis Ta’lim al-Huda dan Latar Belakang Perjuangan Pendidikan Islam di Cibuaya, 1988
43
b. Tujuan 1) Menyelenggarakan kegiatan keagamaan 2) Menerima dan menyalurkan zakat, infaq dan shadakoh 3) Memberikan santunan kepada fakir miskin 4) Mengembangkan dan melestarikan kebudayaan Islam. 5) Mewujudkan kesejahteraan lahir batin umat Islam di Desa Cibuaya 3. Program Kerja Majelis Ta’lim al-Huda di Kecematan Cibuaya Setiap kegiatan yang dilakukan seseorang atau sebuah lembaga tentu mempunyai tujuan dan untuk mencapai tujuan tersebut perlulah dibuat perencanaan (program kerja) terlebih dahulu. Adapun program kerja majelis ta’lim al-Huda, terbagi pada dua bagian program kerja, yaitu program kerja jangka panjang dan program kerja tahunan. 1.
Program Kerja Jangka Panjang “Menyelenggarakan pendidikan dakwah dan Ukhuwah Islamiyah dengan kegiatan pengajian-pengajian dalam upaya mewujudkan kesejahteraan lahir batin umat Islam di Desa Cibuaya, Kel. Cibuaya, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang”.
2. Program Kerja Tahunan a) Menyelenggarakan
dan
membina
ta’mir
masjid
(Memakmurkan masjid) b) Mengadakan peringatan hari-hari besar Islam c) Mengadakan santunan kepada anak yatim piatu dan orang tua jompo yang kurang mampu. Program kerja tahunan ini, sudah dan sedang dilaksanakan setiap tahun. Selain program tersebut di atas, masih ada program lain yaitu setiap seksi yang berada dalam kepengurusan majelis ta’lim al-Huda memiliki program kerja tersendiri, sudah barang tentu harus mendapat wewenang terlebih dahulu dari ketua majelis
44
ta’lim al-Huda dengan satu persyaratan, harus ada pertanggung jawabannya kepada ketua dan pengurus lainnya.
4. Faktor Penghambat dan Pendukung a) Faktor Penghambat Menurut K.H. Munawir dan H. Sidik Azis, faktor penghambat terhadap upaya mengembangkan dakwah yang dilaksanakan oleh majelis ta’lim al-Huda sebenarnya tidak ada, yang ada hanyalah hal-hal biasa atau kebiasaan yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat, diantaranya: a. Dalam hal rutinitas, masih ada masyarakat Cibuaya yang kurang sadar terhadap pentingnya pendidikan agama. Bahkan, masih ada yang punya tanggapan bahwa ilmu agama yang dimilikinya selama ini sudah cukup, jadi tidak perlu lagi mengikuti pengajian rutin yang diadakan oleh majelis ta’lim al-Huda, apalagi kalau pengajarnya hanya itu-itu saja dan ini memerlukan kesabaran dalam membina dan menjalankan tugas dakwah. b. Masih ada kesenjangan sosial yang tidak merata pada masyrakat setempat. b) Faktor Pendukung Adapun
faktor
pendukung,
terhadap
upaya
mengembangkan dakwah yang dilaksanakan oleh majelis ta’lim al-Huda, yaitu: 1) Sudah tersedianya sarana dakwah, peninggalan Almarhum K.H. Ahmad Faridi, (Pendiri majelis ta’lim al-Huda) ketika pertama kali majelis ta’lim al-Huda didirikan 2) Ketika pertama kali majelis ta’lim al-Huda akan didirikan, sudah tersedianya tanah wakaf darat (pekarangan) dan tanah wakaf sawah (produktif) dari masyarakat.
45
3) Adanya perhatian, harapan dan kepercayaan masyarakat yang begitu besar kepada majelis ta’lim al-Huda 4) Tenaga pengajar di majelis ta’lim al-Huda memadai. 2
B. Pelaksanaan Pengajian di Majelis Ta’lim al-Huda 1.
Waktu Pengajian Pengajian ibu-ibu majelis ta’lim al-Huda dilaksanakan satu kali dalam seminggu, yaitu pada hari Jum’at pagi pada pukul 07.00 sampai 09.00 WIB. Pengajian ini merupakan pengajian rutin yang dilaksanakan di majelis ta’lim al-Huda.3
2. Tempat Pengajian Majelis ta’lim al-Huda berada dalam wilayah masjid al-Huda di jalan H. Moch Toyib No 220 Desa Cibuaya, Kel. Cibuaya, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang yang merupakan bangunan permanen. Berdasarkan hasil observasi, penulis berpendapat bahwa ruangan yang ada di wilayah majelis ta’lim al-Huda ini sangat layak untuk dijadikan tempat berkumpulnya para jamaah untuk melaksanakan pengajian dan sangat mendukung kelancaran pengajian ibu-ibu. Sementara itu dilingkungan majelis ta’lim al-Huda termasuk dalam kategori ramai, sebab mejelis ta’lim al-Huda terletak diantara rumah penduduk di Desa Cibuaya, Kel. Cibuaya, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang. Majelis ta’lim al-Huda tidak mempunyai tenaga pengajar yang cukup memadai. Tenaga pengajarnya merupakan ustadzustadz dan ustazah yang tinggal berdekatan dengan majelis ta’lim al-Huda dan mereka mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Ada yang berlatar belakang pendidikan agama
2
Munawir dan Sidik Azis, pengurus Yayasan Pindidikan Islam Al-Faridiyah Cibuaya, 19 September 2010 3 Ibu Masyitoh, Ketua majelis Ta’lim Al-Huda, wawancara pribadi, 19 September 2010.
46
formal, ada pula yang berlatar belakang pendidikan non formal atau pesantren.
Tabel 4 Latar Belakang Pendidikan Pengajar No
Nama
Tempat Tanggal lahir
Pendidikan
Jabatan
1
Ibu
Karawang, 21-03 1950
SLTA dan
Ketua/
Pesantren
Pengajar
SLTA dan
Pengajar
Masyitoh 2
H. Mufid
Karawang, 10-10 1937
pesantren 3
Ibu Uum
Karawang, 29-12 1950
SLTA
Pengajar
Tenaga pengajar yang dimiliki majelis ta’lim al-Huda hanya berjumlah tiga orang. Oleh karena itu, pada acara-acara tertentu didatangkan ustadz-ustadz dan ustadzah yang berasal dari luar agar keilmuan jamaahnya bertambah luas.
3. Jamaah Telah disebutkan bahwa jumlah jamaah majelis ta’lim alHuda yang aktif mengikuti pengajian ini berjumlah 30 orang. Hal ini termasuk kategori yang normal atau umum sebab secara umum jumlah jamaah yang ada disebuah majelis ta’lim memang berkisar antara 20-30 orang, karena majelis ta’lim merupakan lembaga non formal yang tidak ada kewajiban seorang untuk mengikutinya. Jama’ah yang menghadiri pengajian di majelis ta’lim alHuda hanya merupakan anggota masyarakat yang tinggal di sekitar masjid al-Huda. Mereka memiliki latar belakang yang berbedabeda berdasarkan umur dan pendidikan mereka. Sebagian besar jama’ahnya merupakan anggota masyarakat yang telah berkeluarga dan tingkat pendidikan mereka pun sebagian besar hanya lulusan SLTA.
47
4. Materi Materi ajar adalah segala bentuk materi yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Materi yang dimaksud bisa berupa materi tertulis, maupun materi tidak tertulis. Keberhasilan pembelajaran
secara
keseluruhan
sangat
tergantung
pada
kseberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Adapun materi pengajaran yang diberikan di majelis ta’lim al-Huda adalah materi-materi yang berhubungan dengan perintahperintah Allah dan Rasulnya. Seperti: tauhid, akhlak, dan ibadah Materi tauhid yang diajarkan di majelis ta’lim al-Huda meliputi: 1. Rukun iman, yaitu a. Iman kepada Allah b. Iman kepada malaikat c. Iman kepada Nabi d.Iman kepada kitab Allah e. Iman kepada hari kiamat f. Iman kepada khodo dan khodar 2. Mengenalkan Allah dengan cara mengajarkan sifat-sifat Allah dan nama-nama Allah (Asmaul Husna) Materi akhlak yang diajarkan di majelis ta’lim al-Huda meliputi: 1. Akhlak terhadap Allah 2. Akhlak terhadap Rasul 3. Akhlak terhadap orang tua 4. Akhlak terhadap suami 5. Akhlak terhadap tetangga yang berbeda agama Materi ibadah yang diajarkan di majelis ta’lim al-Huda meliputi: 1. Rukun Islam, yaitu menyuruh jama’ahnya untuk shalat, puasa, zakat, dan menunaikan ibadah haji
48
2. Tata cara berwudhu 3.Tata cara sholat 4.Tata cara bersuci 5.dll
5. Metode Metode adalah cara atau jalan yang harus ditempuh atau dilalui untuk mencapai tujuan tertentu dan metode mengajar adalah jalan yang harus dilalui untuk mengajar murid-murid supaya dapat mencapai tujuan belajar dan mengajar Mengajar membutuhkan metode, karena dengan metode yang baik maka tujuan pelajaran akan tercapai dengan baik pula. Seseorang guru atau ustadz dituntut agar menguasai metode pengajaran, agar materi pelajaran yang disampaikan dapat diterima dan dicerna oleh jama'ah dengan baik. Adapun metode yang digunakan oleh pengajar di majelis ta’lim al-Huda diantaranya adalah: 1. Metode ceramah Yakni guru atau ustadz memberikan uraian pada murid, dalam hal ini jamaah yang dilaksanakan dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian atau penjelasan suatu masalah. 2. Metode Tanya jawab Dalam hal ini yang dimaksud metode tanya jawab dalam pelaksanaan pengajian di majelis ta’lim al-Huda adalah seorang ustadz-ustadzah memberikan kesempatan bertanya keada jama’ah atau sebaliknya, tentang hal-hal yang dianggap belum jelas dan berkaitan dengan materi yang disampaikan. 3. Metode Tahfizh (hafalan) Dalam hal ini yang dimaksud metode hafalan dalam pelaksanaan dalam pengajian di mejelis ta’lim al-Huda adalah seorang ustadz dan ustadzah memberikan hafalan do’a-do’a sehari-hari kepada para jamaah agar para jamaah membiasakan
49
atau mengamalkan do’a-do’a tersebut dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari 4.
C.
Deskripsi dan Analisa Data Untuk mengetahui peranan majelis ta’lim al-Huda dalam meningkatkan pendidikan agama Islam Ibu-ibu Rumah Tangga di Desa Cibuaya, Kel. Cibuaya, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang dapat dilihat dari hasil angket yang penulis sebarkan kepada jama’ahjama’ah yang ada di majelis ta’lim dengan tabel persentase yang dianalisis dan data yang diolah dan dinyatakan persen (%).
Tabel 5 Keberadaan Majelis Ta’lim al-Huda di Cibuaya No Item 1.
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Sangat berperan
23
76
b. Cukup berperan
7
24
c. Kurang berperan
0
-
d. Tidak memadai
0
-
30
100
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (76%) responden menyatakan bahwa keberadaan majelis ta’lim al-Huda di Desa Cibuaya sangat berperan untuk meningkatkan pendidikan gama Islam, dan sebagian kecil (24%) responden menyatakan bahwa keberadaan majelis ta’lim tersebut cukup berperan untuk meningkatkan pendidikan agama Islam.
4
Ibu Masyitoh, Ketua Majelis Ta’lim Al-Huda, wawancara pribadi, 19 september 2010.
50
Tabel 6 Keberadaan Majelis Ta’lim al-Huda di tengah tengah masyarakat No Item
Alternatif Jawaban
F
Persentase
2.
a. Sangat penting
24
80
b. Penting
6
20
c. Kurang penting
0
-
d. Tidak penting
0
-
Jumlah
30
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (80%) responden menyatakan bahwa keberadaan majelis ta’lim al-Huda di Cibuaya sangat penting di tengah-tengah masyarakat dan sebagian kecil (20%) responden menyatakan penting. Hal ini menunjukan bahwa keberadaan majelis ta’lim sangat penting ditengah-tengah masyarakat.
Tabel 7 Materi yang diberikan dalam pengajian No Item 3.
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Tauhid
10
33
b. Ibadah
10
33
c. Akhlak
10
33
d. Al-Qur’an Hadits
0
-
Jumlah
30
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil (33%) materi yang diberikan adalah tauhid, sebagian kecil (25%) responden menyatakan materi ibadah dan sebagian kecil (33%) responden menyatakan materi yang dberikan tentang akhlak. Berdasarkan tabel di atas, berarti materi yang dikaji dalam pengajian rutin di majelis ta’lim adalah materi tentang pendidikan agama Islam
Tabel 8
51
Apa perlu penambahan materi pelajaran No Item 4.
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Ya
8
26
b. Tidak
7
24
c. Cukup
15
50
d. Terserah
0
-
30
100
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil (26%) responden menyatakan perlu ada penambahan materi, sebagian kecil (23%) responden menyatakan tidak perlu ada penambahan materi, dan sebagian besar (50%) responden menyatakan cukup dan tidak perlu penambahan materi lagi karena sudah dirasakan cukup dengan materi yang dikaji dalam pengajian di majelis ta’lim al-Huda
Tabel 9 Materi yang diajarkan oleh pengajar No Item 5.
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Sangat mudah dipahami
12
40
b. Cukup dipahami
18
60
a. Sukar dipahami
0
-
b. Membosankan
0
-
30
100
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil (40%) responden menyatakan materi yang diberikan sangat mudah dipahami dan sebagian besar (60%) menjawab cukup dipahami materi yang diajarkan oleh pengajar. Dari tabel di atas menunjukkan sebagian besar responden menyatakan bahwa dalam proses pengajaran terutama dalam penyampaian materi mereka dapat memahami dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa
52
tenaga pengajar yang ada di Majelis Ta’lim al-Huda di Desa Cibuaya berusaha sebaik mungkin menjelaskan dan menyampaikan materi dengan penjelasan
semudah
mungkin
agar
mereka
dapat
menerima
dan
memahaminya.
Tabel 10 Metode yang digunkan dalam pengajian No Item 6.
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Ceramah
0
-
b. Diskusi
0
-
c. Tanya Jawab
0
-
d. Kombinasi
30
100
30
100
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa seluruhnya (100%) responden menyatakan bahwa metode yang digunakan adalah kombinasi yaitu ceramah, tanya jawab dan metode hafalan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan pengajian metode yang digunakan adalah kombinasi antara ceramah, tanya jawab dan metode hafalan
Tabel 11 Apakah tenaga pengajar sudah profesional No Item 7.
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Ya
10
34
b. Cukup
20
66
c. Kurang
0
-
d. Biasa saja
0
-
30
100
Jumlah
Tabel di atas mununjukkan bahwa sebagian kecil (33%) responden menyatakan bahwa tenaga pengajar yang ada di majelis ta’lim sudah
53
professional, sebagian besar (66%) responden menyatakan tenaga pengajar cukup professional. Hal ini menunjukan bahwa seluruh responden merasakan bahwa tenaga pengajar sudah cukup professional
Tabel 12 Sarana dan prasarana yang di miliki majelis ta’lim al-Huda No Item 8.
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Sangat memadai
15
50
b. Cukup memadai
15
50
c. Kurang memadai
0
-
d. Tidak memadai
0
-
30
100
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (50%) responden menyatakan bahwa sarana prasarana yang dimiliki oleh majelis ta’lim alHuda sangat memadai dan sebagian besar (50%) responden menyatakan bahwa sarana prasarana cukup memadai. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa sarana dan prasarana majelis ta’lim al-Huda sangat cukup memadai
Tabel 13 Waktu belajar yang diberikan oleh majelis ta’lim al-Huda No Item 9.
b.
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Lebih
0
-
b. Cukup
21
70
c. Kurang
8
27
d. Biasa-biasa saja
1
3
Jumlah
30
100
54
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (70%) responden menyatakan cukup tentang waktu yang diberikan oleh majelis ta’lim alHuda, sebagian kecil (27%) responden menyatakan bahwa kurangnya lama waktu yang diberikan dan sebagian kecil (3%) responden menyatakan biasa-biasa saja. Hal ini menunjukkan bahwa lama waktu yang diberikan oleh majelis ta’lim dalam pengajian dirasakan sudah cukup.
Tabel 14 Apakah perlu penambahn waktu belajar dalam pengajian No Item
Alternatif Jawaban
10.
F
Persentase
a. Perlu
11
37
b. Cukup
11
37
c. Tidak perlu
8
26
d. Terserah
0
-
30
100
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (37%) responden perlu ada penambahan waktu belajar, sebagian besar (37%) responden menyatakan bahwa waktu dalam pengajian cukup dan sebagian kecil (26%) responden menyatakan tidak perlu. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden merasakan waktu yang cukup dalam pengajian dan sebagian kecil menyatakan tidak perlu ada penambahan waktu pengajian.
Tabel 15 Pendapat jamaah tentang kemusyrikan No Item 11.
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a.
Sangat setuju
27
90
b.
Setuju
3
10
c.
Ragu-ragu
0
-
d.
Tidak setuju
0
-
30
100
Jumlah
55
Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya (90%) responden menyatakan sangat setuju bahwa penyembah selain Allah adalah perbuatan dosa besar dan tidak diampuni oleh Allah, dan sebagian kecil juga menyatakan setuju. Hal ini menunjukan bahwa responden mengetahui bahwa menyembah selain Allah adalah perbuatan dosa besar dan tidak dapat diampuni.
Tabel 16 Setiap perbuatan manusia ada yang mencatat No Item 12.
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Sangat percaya
25
84
b. Percaya
5
16
c. Ragu-ragu
0
-
d. Tidak percaya
0
-
30
100
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (84%) responden sangat percaya bahwa setiap amal perbuatan manusia ada yang mencatat dan sedikit (16%) responden menyatakan percaya. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden mengetahui dan sangat percaya bahwa setiap amal perbuatan manusia ada yang mencatat yaitu malaikat munkar dan nakir
Tabel 17 Balasan bagi orang yang beriman dan beramal shaleh No Item 13.
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Sangat percaya
26
87
b. Percaya
4
13
c. Ragu-ragu
0
-
d. Tidak percaya
0
-
30
100
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (87%) responden menyatakan sangat percaya, dan sedikit (13%) responden menyatakan
56
percaya. Hal ini menunjukkan bahwa responden sangat percaya bahwa balasan bagi orang yang beriman dan beramal shaleh adalah surga.
Tabel 18 Kepercayaan pada hari kiamat
No Item
Alternatif Jawaban
F
Persentase
14.
a. Sangat percaya
21
70
b. Percaya
9
30
c. Ragu-ragu
0
-
d. Tidak percaya
0
-
Jumlah
30
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (70%) responden menyatakan sangat percaya dan sedikit (9%) responden menyatakan percaya tentang akan datangnya hari kiamat. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempercayai bahwa akan adanya hari kiamat.
Tabel 19 Suatu musibah itu sudah diatur Allah No Item 15.
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Sangat percaya
26
87
b. Percaya
4
13
c. Ragu-ragu
0
-
d. Tidak percaya
0
-
30
100
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (87%) responden sangat percaya dan sebagian kecil (13%) responden percaya bahwa setiap musibah itu sudah diatur oleh Allah. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa
57
sebagian besar responden menyadari bahwa setiap musibah itu sudah ada yang mengatur yaitu Allah.
Tabel 20 Pengetahuan tauhid yang didapat dalam pengajian No Item 16.
Alternatif Jawaban
F
a.
Tentang rukun iman
28
b.
Tentang syaitan dan jin
0
-
c.
Tentang ramalan
0
-
d.
Tentang kemusyrikan
2
7
30
100
Jumlah
Persentase 93
Tabel di atas, menunjukkan bahwa hampir seluruhnya (93%) responden menyatakan bahwa materi yang sering diberikan tentang rukun iman, sedikit (7%) responden menyatakan tentang kemusyrikan, dan tidak ada responden yang menyatakan tentang materi syaitan dan jin atau materi tentang ramalan. Hal ini mununjukkan bahwa materi tauhid yang diberikan dalam pengajian meliputi tentang rukun iman dan tentang kemusyrikan.
Tabel 21 Pengetahuan ibadah yang didapat dari ustadzah No Item 17.
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Thaharah
3
10
b. Shalat
11
37
c. Zakat
10
33
d. Puasa
6
20
30
100
Jumlah
Tabel di atas bahwa menunjukkan sedikit (10%) responden menyatakan bahwa materi yang sering diberikan tentang thaharah, sebagian
58
kecil (37%) responden menyatakan tentang shalat, sebagian kecil (33%) responden menyatakan tentang zakat dan sebagian kecil (20%) responden tentang puasa. Berdasarkan tabel di atas, berarti materi yang diberikan dalam pengajian adalah banyak tentang shalat, zakat dan puasa sedangkan untuk materi thaharah hanya sedikit
Tabel 22 Pengetahuan tentang syarat dan rukun shalat No Item 18.
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Sangat mengetahui
10
36
b. mengetahui
20
64
c. Kurang mengetahui
0
-
d. Tidak mengetahui
0
-
30
100
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil (33%) responden sangat mengetahui, sebagian besar (64%) responden mengetahui dan tidak ada responden yang menyatakan tidak atau kurang mengetahui tentang syarat dan rukun shalat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui syarat dan rukun shalat.
Tabel 23 Shalat sunat yang dilakukan No Item 19.
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Tahajud
9
30
b. Dhuha
17
57
c. Hajat
4
13
d. Istikharoh
0
-
Jumlah
30
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil (30%) responden menyatakan shalat tahajud, lebih dari setengahnya (57%) responden shalat
59
dhuha dan sebagian kecil (13%) responden shalat hajat. Hal ini menunjukkan bahwa setengah dari responden selalu membiasakan diri untuk shalat dhuha.
Tabel 24 Salah satu makna puasa adalah untuk meningkatkan kepedulian sosial No Item 20.
Alterntif Jawaban
F
Persentase
a. Sangat setuju
10
37
b.Setuju
20
63
c. Ragu-ragu
0
-
d.Tidak setuju
0
-
30
100
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil (37%) responden sangat setuju, sebagian besar (63%) responden setuju bahwa salah satu makna puasa adalah untuk meningkatkan kepedulian sosial. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui makna puasa.
Tabel 25 Apakah jama’ah melaksanakan puasa di Bulan Ramadhan No Item 21.
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Selalu
23
74
b.Sering
7
23
c. Kadang-kadang
0
-
d.Tidak pernah
0
-
Jumlah
30
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (74%) responden selalu melaksanakan puasa di Bulan Ramadhan dan sebagian kecil (23%) responden menyatakan sering melaksanakan puasa di Bulan Ramadhan.
60
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden melaksanakan ibadah puasa di Bulan Ramadhan.
Tabel 26 Apabila ada pengajian yang bertentangan dengan ajaran Islam No Item 22.
Alternatif Jawaban
F
Persente
a. Mengikuti kegiatan tersebut
0
b. Menyelidiki terlebih dahulu
11
36
c. Melapor kepada pihak yang bersangkutan
19
64
d. Tidak peduli
0
-
30
100
Jumlah
-
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil (36%) responden menyatakan akan menyelidiki terlebih dahulu, sebagian besar (64%) responden menyatakan melapor kepada pihak yang bersangkutan dan tidak ada responden yang menyatakan mengikuti kegiatan tersebut atau tidak peduli dengan kegiatan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa jika ada pengajian atau kegiatan yang bertentangan dengan ajaran Islam sebaiknya menyelidiki terlebih dahulu kemudian baru melapor kepada pihak yang bersangkutan.
Tabel 27 Katika sakit pergi kemana No Item 23.
Alterntif Jawaban
F
Persentase
a. Dokter
20
67
b. Dukun
0
-
c.
6
20
d. Pasrah saja
4
13
Jumlah
30
100
Kiai
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (67%) responden menyatakan ketika sakit pergi ke dokter, sebagian kecil (20%) menyatakan
61
responden pergi ke kiai dan sebagian kecil (13%) responden menyatakan pasrah saja ketika sakit.
Tabel 28 Pengetahuan akhlak yang didapat dari pengajian No Item 24.
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Akhlak kepada Allah
21
70
b.Akhlak kepada manusia
4
14
c. Akhlak kepada Rasul
5
16
d.Akhlak kepada alam
0
-
30
100
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (70%) responden menyatakan bahwa pengetahuan akhlak yang sering diberikan adalah tentang akhlak kepada Allah, sebagian kecil (14%) tentang akhlak kepada Rasul, sebagian kecil (16%) tentang akhlak kepada manusia dan tidak ada responden menyatakan tentang akhlak kepada alam yang diberikan dalam pengajian.
Tabel 29 Bagaimana menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan No Item 25.
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Diserahkan sepenuhnya kepada Allah
11
37
b. Bersabar
19
63
c. Putus asa
0
-
0
-
30
100
d. D. Tidak menerima Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian kecil (37%) responden menyatakan akan berserahkan diri kepada Allah dan sebagian besar (63%) responden menyatakan bersabar dalam menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan.
62
Tabel 30 Sikap terhadap tetangga yang terkena musibah No Item
Alternatif Jawaban
F
Persentase
26.
a. Menolong dan menghiburnya
27
90
b. Hanya melihat
3
10
c. Mengucapkan rasa iba
0
-
d. Tidak peduli
0
-
30
100
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya (90%) responden menolong dan menghiburnya, dan sebagian kecil (10%) responden hanya melihat. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden memiliki sosial yang tinggi terhadap tetangganya, namun masih sedikit yang hanya melihat terhadap tetangga yang terkena musibah
Tabel 31 Bagaimana sikap terhadap tetangga yang memperoleh kenikmatan dan kebahagiaan No Item 27.
Alternatif Jawaban
F
Persentae
a. Ikut senang
22
73
b. Biasa saja
8
27
c. Berprasangka buruk
0
-
d. Merasa iri
0
-
30
100
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (73%) responden ikut senang terhadap tetangga yang memperoleh kenikmatan dan kebahagiaan dan sebagian kecil (27%) responden menyatakan biasa saja. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasakan ikut senang jika tetangga memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan
63
Tabel 32 Sikap terhadap tetangga yang berbeda agama No Item
Alternatif Jawaban
F
Persentase
28.
a. Saling menghormati
20
67
b. Menghormati
9
30
c. Biasa saja
1
3
d. Tidak peduli
0
-
30
100
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (67%) responden saling menghormati tetangga yang berbeda agama, dan sebagian kecil (30%) responden menjawab menghormati dan sebagian kecil (3%) responden menjawab biasa saja. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden saling menghormati tetangga yang berbeda agama, namun sebagian kecil dari responden ada yang bersikap biasa saja terhadap tetangga yang berbeda agama
Tabel 33 Menolong orang lain yang sedang terkena musibah No Item 29.
Alternatif Jawaban
F
Presentase
a. Selalu
19
64
b. Sering
1
3
c. Kadang-kadang
10
33
d. Tidak pernah
0
-
Jumlah
30
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa lebih dari setengah (64%) responden (3%) responden menyatakan sering menolong sering dan sebagian kecil (33%) responden kadang-kadang menolong orang yang terkena musibah. Hal ini menunjukkan bahwa para responden telah menyadari akan kewajibannya sesama umat Islam untuk saling tolong menolong, namun masih ada yang belum menyadari kepedulian sosial sesama orang Islam.
64
Tabel 34 Sikap dalam memanfaatkan harta yang berlebihan No Item 30.
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Disedekahkan dengan semestinya
19
63
b. Disedekahkan sebagian
9
30
c. Disedekahkkan bila ada yang meminta
2
7
d. Tidak bersedekah
0
-
30
100
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (63%) responden disedekahkan dengan semestinya, sebagian kecil (30%) responden disedekahkan sebagian dan sebagian kecil (7%) responden disedekahkan bila ada yang meminta. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah memahami bahwa sebagian harta yang kita miliki itu harus diberikan kepada orang lain yang membutuhkan.
D. Interprestasi Data Dari hasil angket yang penulis sebarkan kepada para jama’ah majelis ta’lim al-Huda di Desa Cibuaya, Kel. Cibuaya, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang, ternyata kegiatan pengajian yang diadakan di majelis ta’lim al-Huda tersebut sangat membantu dan berpengaruh sangat baik terhadap sikap keberagamaan ibu-ibu rumah tangga yang mengikuti kegiatan pengajian tersebut. Adanya pengajian di majelis ta’lim alHuda di Desa Cibuaya ini, ibu-ibu yang mengikuti kegiatan pengajian ini banyak mengetahui tentang ilmu-ilmu keagamaan, seperti ilmu tauhid, ibadah dan akhlak yang telah diajarkan oleh para pengajarnya sehingga ilmu tersebut dapat diterapkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, menurut para jama’ah atau
65
ibu-ibu yang mengikuti pengajian di majelis ta’lim al-Huda itu tidak perlu lagi ada penambahan materi dan waktu belajar karena dengan mereka mengetahui ilmu-ilmu keagamaan yang sudah diberikan oleh para pengajar sudah cukup. Dengan adanya materi ilmu tauhid, ibadah dan akhlak, para jamaah dapat meyakini adanya Allah yang menciptakan manusia, malaikat yang mencatat kebaikan dan keburukan manusia, serta meyakini dengan adanya hari kiamat sehingga mereka dapat meningkatkan ibadahnya seperti, berakhlak baik
dalam
lingkungan
khususnya
keluarga,
maupun
dalam
lingkungan masyarakat umum, melaksanakan shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, bahkan banyak pula yang melaksanakan shalat sunat, seperti shalat tahajud, shalat dhuha dan shalat hajat, semua itu dilaksanakan karena mengharapkan ridha Allah dan mereka percaya bahwa orang yang beriman dan beramal shaleh akan mendapatkan pahala atau balasan dari Allah. Oleh karena itu, mereka sangat berhatihati dalam menjalani kehidupan sehari-hari di dunia. Para jama’ah atau ibu-ibu pun yang mengikuti pengajian di majelis ta’lim al-Huda tersebut juga mengetahui bagaimana berakhlak yang baik terhadap Allah, terhadap tetangga atau sesama manusia dan terhadap lingkungan sekitarnya. Ilmu-ilmu itu para jama’ah dapatkan dari ustadz dan ustadzah yang mengajar di majelis ta’lim al-Huda di Desa Cibuaya. Menurut para jamaah, ustadz dan ustadzah yang mengajar di majelis ta’lim tersebut sudah cukup professional sehingga materi atau pelajaran yang diberikan oleh para pengajar cukup mudah
66
dipahami dan dimengerti karena para pengajar tersebut mempunyai pengetahuan yang luas serta mempunyai pengalaman yang cukup mumpuni tentang ilmu-ilmu agama. Selain itu, metode yang digunakan oleh para pengajar di majelis ta’lim al-Huda ini adalah metode kombinasi, yaitu metode ceramah, metode tanya jawab serta metode hafalan. Sarana prasarana yang dimiliki oleh di majelis ta’lim al-Huda pun menurut para jama’ah cukup memadai sehingga memberikan
kenyamanan
dan
memudahkan
jama’ah
dalam
memahami setiap materi yang disampaikan oleh pengajar. Dari keseluruhan tabel di atas dapat diketahui bahwa ternyata keberadaan majelis ta’lim al-Huda di Desa Cibuaya sangat berperan dalam meningkatkan pendidikan agama Islam khususnya kepada para jama’ahnya yang mengikuti pengajian di majelis ta’lim tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang penulis sebarkan kepada para jama’ah bahwa majelis ta’lim al-Huda di Desa Cibuaya memiliki peran sangat penting dalam meningkatkan pendidikan agama Islam dan tentang pengetahuan agama yang diberikan di majelis ta’lim alHuda. Hal ini juga menandakan bahwa majelis ta’lim al-Huda di Desa Cibuaya
telah
berhasil
mencapai
visi
misinya
meningkatkan mutu ustadzah dan mutu jama’ahnya.
yaitu
untuk
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data pada Bab IV (Empat), maka dengan berpedoman kepada tujuan dan perumusan masalah penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut. Majelis ta’lim al-Huda di Desa Cibuaya, Kel. Cibuaya, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang, memiliki peranan dalam meningkatkan pendidikan
agama
Islam
serta
membantu
meningkatkan
sikap
keberagamaan ibu-ibu rumah tangga yang mengikuti pengajian di majelis ta’lim al-Huda tersebut. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai kegiatankegiatan yang berhubungan dengan pemberian materi tentang keagamaan, seperti ilmu tauhid, ibadah dan akhlak. Diharapkan dengan diberikannya materi-materi tersebut jama’ah mampu membiasakan dan mengamalkan ilmunya di kehidupan sehari-hari sehingga dengan demikian menjadikan
67
68
ilmu agama mereka lebih meningkat karena mereka memiliki ilmu dalam mempelajarinya. Majelis ta’lim al-Huda merupakan sebuah lembaga non formal dan sekaligus sebagai sebuah organisasi. Majelis ta’lim al-Huda tidak hanya berperan dalam meningkatkan pendidikan agama Islam saja, tetapi juga berperan dalam menambah wawasan keagamaan dan kepedulian sosial khususnya bagi ustadz-ustadzah dan ketua majelis ta’lim dan umumnya kepada jama’ah-jama’ah di majelis ta’lim. Jama’ah-jama’ah majelis ta’lim al-Huda pun ternyata memiliki respon yang besar dengan adanya kegiatankegiatan yang dilakukan guna menambah pengetahuan mereka mengenai ilmu agama yaitu melalui kegiatan-kegiatan yang diprogramkan, baik kegiatan yang bersifat rutinitas maupun kegiatan yang bersifat insidental seperti peringatan hari-hari besar Islam dan kegiatan yang diselenggarakan di majelis ta’lim tersebut. Walaupun demikian, para jama’ah serta pengurus majelis ta’lim al-Huda menerima adanya pengembangan dari pihak manapun baik pemerintah maupun masyarakat sekitar demi perkembangan majelis ta’lim al-Huda menuju lebih baik. Penulis berharap pengajian seperti ini terus eksis demi terjadinya keselarasan antara ilmu dunia dengan akhirat sehingga adanya pengajian seperti di majelis ta’lim al-Huda, merupakan aset yang sangat berharga agar negara dan bangsa kita tetap damai, aman dan sejahtera
69
B. Saran Berpijak dari hasil akhir penelitian ini, penulis mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Kurangnya waktu dalam belajar, merupakan faktor yang dapat menghambat pemahaman jama’ah. Oleh karena itu, diharapkan kegiatan pengajian di majelis ta’lim al-Huda ini lebih banyak lagi waktu yang diberikan kepada para jama’ah untuk menambah ilmu pengetahuaanya, misalnya dengan menambah waktu belajar dalam satu minggu satu kali menjadi satu minggu dua atau tiga kali kegiatan pengajian diadakan. 2. Kurangnya metode yang digunakan di majelis ta’lim al-Huda merupakan salah satu faktor yang menghambat dalam memberikan peranan kepada jama’ah. Oleh karena itu, diharapkan adanya penambahan metode yang digunakan agar dapat mengatasi segala permasalahan yang dihadapi jama’ah dan materi-materi pelajaran yang diberikan dapat diserap dengan mudah oleh para jama’ah. 3. Sarana dan prasarana yang ada di majelis ta’lim al-Huda masih kurang memadai. Oleh karena itu, diharapkan adanya penambahan sarana prasarana agar dapat mengatasi segala permasalahan yang dihadapi jama’ah dan dapat bertambah pula jama’ah yang mengikuti kegiatan pengajian tersebut.
70
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Adil Fathi, Menjadi Ibu Ideal, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar 2003 Ahmadi, Sejarah pendidikan, (Bandung:CV Pustaka Setia, 1999) Arifin,Kapita Selekta pendidikan Islam dan Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 1991 Arikanto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002) Asy-Syantuh, Khalid Ahrnad, Pendidikan Anak Putri dalam Keluarga Muslim, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993 Cahyadi Takariawan, Pernik-pernik Rumah Tangga Islam, Jakarta: Intermedia Daradjat, Zakiyah, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, Jakarta: CV Ruhama, 1993 ───── Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996 Djuwaeli, Irsyad, Pembaharuan Kembali Pendidikan Islam, Jakarta: Karsa Utama Mandiri, 1998 Gunawan Aslah, Artikel: Islam (fungsi dan peran Majelis Ta’lim), 5 Maret 2010. Hamid Kisyik, Abdul, Konsep Rumah Tangga, (Bandung:Al-Abyan,1995), h.17 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Grafindo Persada, 1996.
Jakarta: Manajemen PT Raja
Hasan Ismail, Artikel : Manejemen Majelis Ta’lim, 12 Mei 2009. Husen, Ibrahim Membina Keluarga Bahagia, Jakarta: Pustaka Antara PT Anggota IKAPI, 1996. Huda, Nurul dkk, Pedoman Majelis Ta’lim, Jakarta: 1984 Ihsan,
Shodiq Pendidikan Keluarga dalam Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.
Jamaludin, Kapita Salekta Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 1990
71
Khair Ramadhan, Muhammad Yusuf, Peran Media Informasi Islam Dalam Pengembangan Ummat, Jakarta : Pustaka Al Kautsar,1994 Kamil Musa, Anak Perempuan Dalam Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1995 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: Raja Grafindo, 1983 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan , Jakarta: Rineka Cipta, 2004 Muhaimin, Ilmu Pendidikan Islam. Surabaya: Karya Abditama, 1994 Muhammad Ibrahim Ilham Ummu Ibrahim, Bagaimana Menjadi Istri Shalihah dan Ibu yang Sukses, Jakarta: Darul Falah, 1417 H. Mulyati, Sri, Relasi Suami Istri Dalam Islam, Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah, 2004 M. Thalib, Perkawinan Menurut Islam, Surabaya : Al-Ikhlas,1993 Noer Aly, Herry, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani, 2003 Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.7 Shaleh, Rachman, Abdul, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta: PT. Gema Windu Pancaperkasa, 2000 Shihab, M.Quraish, Perempuan, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 119 Starawaji’s Blog, Jadikan sabar dan shalat penolongmu, 24 November 2009.http://starawaji.wordpress.com/2009/05/02/tujuan-pendidikan-agama-islam/ Susi Dwi Bawarni dan Arin Mariani, Potret Keluarga Sakinah, Surabaya : Media Idaman Press,1993 Soebahar, Halim, Wawasan Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002 Sudjana, Nana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1989 ─────
Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2000 Tahir, Al-Tahir, Al-Hadad, Wanita Dalam Syariat dan Masyarakat, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993
72
Thayib, Anshari, Struktur Rumah Tangga Muslim, Surabaya: Risalah Gusti, 1992. Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia,1997 Zaini, Syahmanan, Membina Kebahagiaan dalam Rumah Tangga, Jakarta: Kalam Mulia, 1988 ───── Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,1986