Peran Pendidikan Islam Terhadap Perubahan Sosial
Miftahul Huda LPPG (Lembaga Peningkatan Profesi Guru), Jawa Tengah, Indonesia
[email protected]
Abstrak Kajian ini bertujuan untuk mengetahui peran peran pendidikan Islam terhadap perubahan social yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Pendekatan dalam peneltian ini adalah penelitian kepustakaan. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan manusia. Bagaimana agar pendidikan itu tidak hanya hanyut oleh dinamika perubahan, tetapi ia mampu memerankan dirinya sebagai agen perubahan itu sendiri. Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam, tentu sangat memperhatikan keadaan masyarakat. Hal ini terlihat dari bukti sejarah, bagaimana Nabi Muhammad SAW membangun masyarakat Arab. Kemudian terus berkembang hingga Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa Islam membangun masyarakat melalui pendidikan, karena proses pendidikan merupakan salah satu cara yang efektif dalam membangun umat. Dalam pendidikan Islam selalu memperhatikan dua sudut pandang dalam segala aspek, seperti aspek lahiriyah dan bathiniyah, aspek individual dan sosial, duniawi dan ukhrowi, yaitu terbentuknya insan kamil. Kata kunci: peran, pendidikan Islam, perubahan sosial.
Vol. 10, No. 1, Februari 2015
165
Miftahul Huda
Abstract THE ROLE OF ISLAMIC EDUCATION TOWARDS SOCIAL CHANGE. This study aims to find out the role of Islamic education towards social change that occurred in the structure and function of the community. This study uses library research. Education is a system and way to improve the quality of human life in all aspects of human life. Education as an aspect of life that cannot be separated from the community. How to make the education that not only strewn by the dynamics change, but it was able to portray as an agent of change itself. Islam as a religion of mercy for all of nature certainly pays more attention to the circumstances of the community. This is apparent from the evidence of history, how the Prophet Muhammad built the Arabic community. Then continue to evolve until Islam spreads into all over the world. The result oh this articel show that Islam built the community through education, because the process of education is one of the effective ways in building people. In Islamic education always pays attention to two viewpoints in all aspects, such as lahiriyah and bathiniyah aspects, individual and social aspects, worldly and hereafter, i.e. the formation of ‘insan kamil’ or perfect human. Keywords: role, Islamic education, social change.
A. Pendahuluan
Pada pembukaan UUD 1945, khususnya alinea keempat tersirat bahwa keberadaan negara Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 mempunyai misi: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Berkaitan dengan pendidikan, semua orang mengetahui, bahwa salah satu misi lahirnya negara Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa yang cerdas merupakan modal dasar untuk mewujudkan misi-misi yang lain, terutama dalam rangka mewujudkan visi Negara Indonesia yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, berdasarkan ketuhanan yang maha esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. 166
Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam
Peran Pendidikan Islam terhadap Perubahan Sosial
Dalam konteks pendidikan yang dikaitkan dengan visi dan misi dalam pembukaan UUD 1945 di atas, secara inheren memuat pesan bahwa mencedaskan kehidupan bangsa sematamata untuk menghantarkan manusia Indonesia yang berbudi luhur dan berwatak, berkepribadian dan berkeadaban, bersatu dalam kebhinekaan, dialogis, kekeluargaan dan demokratis, cerdas, terampil, berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, berbudaya kreatif dan inovatif untuk mewujudkan keadilan sosial di segala bidang kehidupan. Berangkat dari amanat tersebut, maka melalui badan- badan publiknya negara bergerak di ruang publik untuk menyelenggarakan pendidikan. Namun demikian, fakta yang ada peranan pendidikan tidak terlaksana dengan baik, bahkan ada kecenderungan negara seolah-olah paling tahu dengan pendidikan. Berbagai produk regulasi pendidikan terlalu jauh mengintervensi dunia pendidikan, bahkan seringkali menafikan peran orang tua sebagai pendidik. Dalam laporan tentang Prospect and Retrospect of Alternatif Education in the Asia Pacific Region yang ditulis oleh Nagata dalam Aris Ali (2010) pendidikan adalah suatu proses transformasi manusia, yang diperoleh melalui perkembangan yang seimbang atara tubuh, pikiran, spirit, dan intelek baik secara personal maupun universal. Pendidikan adalah proses menjadi diri sendiri dan menemukan makna kehidupan. Menemukan identitas diri terjadi dalam kesatuan antara diri sendiri dan manusia lain. Dengan pendidikan, orang disatukan juga dengan our being dan truth of our lifs. Pengertian akan kebenaran ini merupakan tujuan dasar dari pendidikan. Dengan pendidikan, inner self kita dikaitkan dengan outer world (Suparno, 2009: 47). Menurut Ki Hadjar Dewantara (2004: 20-21) pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksud pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar sebagai pribadi dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya. Di sinilah Ki Hadjar Dewantara sangat menekankan pendidikan kebangsaan bahwa seorang dididik bukan hanya supaya tumbuh sebagai seorang pribadi tapi juga sebagai bagian dari sebuah bangsa. Vol. 10, No. 1, Februari 2015
167
Miftahul Huda
Selain itu, pendidikan hanyalah tuntunan karena memang yang harus berkembang adalah anak didik, sedangakan guru lebih berperan sebagai penuntun agar daya yang ada pada anak didik berkembang. Dengan demikian pendidikan itu berpusat pada anak yang tujuannya agar anak didik mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Untuk itu anak perlu dibantu untuk mengembangkan kreativitas diri setinggi- tingginya. Dalam Undang-Undang Sisdiknas juga diungkapkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Tujuanya adalah untuk mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (UU Sisdiknas, 2003, Pasal 3). Pengertian di atas, sangat jelas bahwa pendidikan bukan hanya soal meningkatkan sisi akademik atau intelek seorang anak didik, tetapi lebih menyeluruh, menyangkut perkembangan semua sisi kemanusiaan seorang anak, baik sebagai pribadi maupun warga negara. Oleh karena itulah, pendidikan yang hanya menekankan segi akademik, jelas kurang tepat dan bahkan tidak benar, karena mengesampingkan sisi-sisi lain kepribadian seorang anak (Suparno, 2009: 47-48). Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan rohani dan jasmani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Priyono, 1996: 75). Dengan demikian, sesungguhnya pendidikan itu mempunyai dua tujuan sekaligus, yaitu (a) sebagai kegiatan sosial (kolektif) artinya pendidikan ditujukan pada perwujudan nilai-nilai sosial atau cita-cita sosial, dan (b) relasi diri, yaitu keinginan individu untuk mengembangkan potensi-potensi dirinya guna mencapai kehidupan yang lebih baik bagi dirinya dan sesamanya dalam masyarakat bangsa menuju masa depan.
168
Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam
Peran Pendidikan Islam terhadap Perubahan Sosial
Sedangkan Pendidikan Islam bertujuan mencapai pertumbuhan yang seimbang pada diri anak dalam kepribadiannya sebagai manusia secara total melalui latihan spiritual, kecerdasan rasio, perasaan dan panca indera. Oleh karena itu, pemdidikan seharusnya adalah pelayanan bagi pertumbuhan manusia (peserta didik) dalam segala aspeknya yang meliputi aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah, linguistik, baik secara individu maupun secara kolektif dan memotivasi semua aspektersebut kearah kebaikan dan pencapaian kesempurnaan. Tujuan pendidikan ini bertumpu pada terealisasinya ketundukan kepada Allah SWT baik dalam level individu, komunitas dan manusia secara luas (Mujib & Mudzakir, 2006: 83). Mewujudkan tujuan pendidikan, diperlukan adanya kesinambungan antara komponen-komponen pendidikan Islam. Selain tujuan, komponen lainnya seperti metode, media, kurikulum, evaluasi, guru, dan murid juga sangat menentukan keberhasilan dari pendidikan Islam itu sendiri. Karena pendidikan merupakan sebuah sistem dan sebuah sistem tidak dapat berjalan dengan baik jika salah satu komponennya bermasalah sehingga komponen satu dengan komponen lainnya sangat mempengaruhi. Pendidikan adalah termasuk sistem yang terbuka yang sangat terpengaruh oleh atau terhadap sistem lain ketika terjadi interaksi, dan ketika beriteraksi dengan sistem lain mengalami perubahanperubahan (Syah, 2007: 47). Dengan demikian, pendidikan bersifat dinamis, berkembang serta mengalami penyempurnaan secara terus menerus. Banyak hal, yang mempengaruhi pendidikan antara lain: ideology, pengelolaan, penilaian, dan pengawasan, dan peran serta masyarakat, lingkungan, agama serta keadaan sosial, ekonomi, budaya, hukum dan lain-lain. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam keberlangsungan pendidikan dalam hal pengelolaan, penilaian, dan pengawasan baik oleh individu maupun pemerintah. Bagi masyarakat sendiri hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akan dimiliki Vol. 10, No. 1, Februari 2015
169
Miftahul Huda
oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai corak masingmasing periode jaman kepada generasi muda melalui pendidikan, secara khusus melalui interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi. Pendidikan dan perubahan sosial, keduanya saling bertautan satu dengan yang lain. Keduanya saling mempengaruhi, sehingga berdampak luas di masyarakat. Pendidikan adalah lembaga yang dapat dijadikan sebagai agen pembaharu/perubahan sosial dan sekaligus menentukan arah perubahan sosial yang disebut dengan pembangunan mesyarakat. Sedangkan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat setiap kalinya dapat direncanakan dengan arah perubahan yang ingin dicapai. Namun perubahan sosial juga dapat terjadi setiap saat tanpa harus direncanakan terlebih dahulu disebabkan pengaruh budaya dari luar. Pendidikan sejak dulu sampai sekarang merupakan hal terpenting dalam hidup manusia. Pendidikan memberikan kemajuan pemikiran umat manusia, sehingga taraf hidup mereka meningkat. Dalam perkembangannya dari zaman ke zaman pendidikan berubah menjadi suatu sistem. Suatu sistem pendidikan yang tersusun secara sistematis diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 11 ayat 1, yang menjelaskan bahwa pendidikan dilaksanakan melalui 3 jalur yaitu pendidikan formal, nonformal,dan informal. Ketiga jalur pendidikan ini satu sama lain saling berkait dan membutuhkan untuk melakukan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat kelak. Selain ketiga jalur tersebut anakanak Indonesia wajib menempuh pendidikan “wajib belajar 9 tahun”, sebagai program pemerintah dalam meningkatkan SDM masyarakat Indonesia. Pendidikan mempengaruhi masyarakat yang pada akhirnya terjadi perubahan sosial. Perubahan sosial sebagai bentuk inovasi yang berkaiatan dengan seluruh aspek kehidupan manusia yang bertujuan meningkatkan kemakmuran. Bermacam konsep perubahan sosial disodorkan para ahli dalam menganalisis fenomena tersebut yaitu, konsep kemajuan sosial, konsep sosialistik, konsep perubahan 170
Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam
Peran Pendidikan Islam terhadap Perubahan Sosial
siklus, teori sejarah, teori partikularistik, toeri sosiologi serta sosiologi dan perubahan sosial. Pendidikan dalam perspektif perubahan sosial dimasa depan banyak dikonsepkan oleh sebagian ahli, pendidikan adalah sebagai proses yang dapat mengubah perilaku individu dalam konteks teori perubahan sosial akan mempunyai dampak terjadinya perubahan baik pada tingkat individu sebagai agen maupun tingkat kelembagaan yang mampu mengubah struktur sosial yang ada di masyarakat. Diharapkan pendidikan dalam perubahan sosial dapat menghasilakn generasi yang kritis serta solutif dalam menghadapi permasalahan sebagai bagian perubahan sosial masyarakat dewasa ini dan selanjutnya. B. Pembahasan 1. Pendidikan Islam Pendidikan Islam merupakan sistem pendidikan untuk melatih anak didiknya dengan sedemikan rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, dan pendekatannya terhadap segala jenis pengetahuan banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan sangat sadar akan nilai etik Islam (al-Nahlawy, 1989: 183). Mentalnya dilatih sehingga keinginan mendapatkan pengetahuan bukan sematamata untuk memuaskan rasa ingin tahu intelektualnya saja, atau hanya untuk memperoleh untuk memperoleh keuntungan material semata. Melainkan untuk menjadikan makhluk rasional yang berbudi luhur serta melahirkan kesejahteraan spiritual, mental dan juga fisik. Selain itu seseorang yang telah menempuh pendidikan Islam akan percaya bahwa manusia bukan hanya seorang makhluk ciptaan Tuhan di bumi ini saja, melainkan juga sebagai makhluk spiritual yang dikaruniai kekuatan untuk mengontrol dan mengatur alam raya ini. Bahkan dia uga sebagai makhluk yang kehidupannya berlangsung tidak hanya di dunia belaka, tetapi juga berlanjut sampai kehidupan akhirat (Ihrom, 2001: 80). Menurut Umar Mohammmad at-Toumi Asy-Syaibany dalam Umar (2010:27) mendefinisikan pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi Vol. 10, No. 1, Februari 2015
171
Miftahul Huda
dalam masyarakat. Sedangkan Fadhil al-Jamali dalam (Umar, 2010: 28) mendifinisikan pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan. Dalam seminar pendidikan Islam seIndonesia tahun 1960 memberikan pengertian pendidikan Islam adalah, bimbingan terhadap pertumbuhan ruhani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah, mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa dalam proses pendidikan Islam terdapat usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses, setingkat demi setingkat, menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang berkepribadian dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran Islam (Arifin, 1987: 13-14). Di dalam Islam terdapat tiga istilah pendidikan Islam, yatiu tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Pertama, kata rabba yarbu, yang berarti bertambah atau tumbuh. Kedua, kata rabia yarba, yang berarti tumbuh dan berkembang. Ketiga, kata raba yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga dan memelihara. Firman Alah yang mendukung istilah tarbiyah antara lain terdapat pada surat Al-Isra’ ayat 24. Istilah kedua adalah ta’lim. Menurut Abdul Fatah Jalal, ta’lim adalah proses pembelajaran secara terus menerus sejak manusia lahir melalui pengembangan fungsi- fungsi pendengaran, penglihatan dan hati. Adapun istilah ta’dib menurutnya berasal dari kata adab yang berarti berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hirarkis sesuai dengan berbagai tingkatan dan derajat tingkatannya serta tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kapasitas dan potensi jasmani, intelektual, maupun rohani seseorang. Dengan demikian ini, kata adab mencakup pengertian ilmu dan amal. Menurut Achmadi (1992: 20), Pendidikan Islam adalah sebagai usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju 172
Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam
Peran Pendidikan Islam terhadap Perubahan Sosial
manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam. Sedangkan menurut An-Nahlawi (1995: 26), Pendidikan Islam adalah pendidikan yang mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syariat Allah SWT. Dan menurut Marimba (1974: 23), Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam munuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dari beberapa pengertian pendidikan Islam di atas dapat kita pahami bahwa proses kependidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia, berupa kemampuan belajar. Sehingga terjadi perubahan di dalam kehidupan pribadinya sebagai mahluk individual dan mahluk sosial serta dalam hubungannya dengan sekitar di mana ia hidup. Proses tersebut senantiasa di landasi oleh nilai-nilai ideal Islam yang melahirkan norma-norma syari’ah dan akhlakul karimah untuk mempersiapkan kehidupan dunia akherat. Sedangkan tujuan Pendidikan Islam ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya (Daradjat, 2009: 29). Apabila melihat kembali pengertian pendidikan Islam, akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi “insan kamil” dengan pola takwa Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah SWT. Ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya, dan mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan Vol. 10, No. 1, Februari 2015
173
Miftahul Huda
hidup di dunia kini dan di akhirat nanti. Tujuan ini kelihatannya terlalu ideal, sehingga sukar dicapai. Tetapi dengan kerja keras yang dilakukan secara berencana dengan kerangka-kerangka kerja yang konsepsional mendasar, pencapaian tujuan itu bukanlah sesuatu yang mustahil (Daradjat, 2009: 30). Menurut Athiyah al-Abraisy dalam Ibn Rusn (1998: 134) menyimpulkan ada lima tujuan pendidikan Islam, yaitu: pertama, membantu pembentukan akhlak yang mulia, kedua, mempersiapkan untuk kehidupan dunia dan akhirat, ketiga, membentuk pribadi yang utuh, sehat jasmani dan ruhani, keempat, menumbuhkan ruh ilmiah, sehingga memungkinkan murid mengkaji ilmu semata untuk ilmu itu sendiri, kelima, menyiapkan murid agar mempunyai profesi tertentu sehingga dapat melaksanakan tugas dunia dunia dengan baik. 2. Teori Perubahan Sosial Kingsey Davis mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Sedangkan Mac Iver sebagaimana yang dikutip oleh Arifin, mengartikan perubahan sosial adalah perubahanperubahan dalam hubungan sosial sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial. Gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Sementara Selo Soermarjan merumuskan perubahan sosial merupakan segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat, yang mempengruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Menurut Kuntowijoyo, ada tiga tahapan perubahan masyarakat. Pertama, tahap masyarakat ganda, yakni ketika terpaksa ada pemilahan antara masyarakat madani (civil society) dengan masyarakat politik (political society) atau antara masyarakat dengan negara. Karena adanya pemilahan ini, maka dapat terjadi negara tidak memberikan layanan dan perlindungan yang sesuai dengan 174
Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam
Peran Pendidikan Islam terhadap Perubahan Sosial
kebutuhan masyarakatnya. Kedua, tahap masyarakat tunggal, yaitu ketika masyarakat madani sudah berhasil dibangun. Ketiga, tahap masyarakat etis (ethical society) yang merupakan tahap akhir dari perkembangan tersebut. Masyarakat etis, yakni masyarakat yang dibentuk oleh kesadaran etis, bukan oleh kepentingan bendawi (www.enjab.blogspot.com). Para sosiolog maupun antropolog sudah banyak yang membahas mengenai pembatasan pengertian perubahanperubahan sosial dan kebudayaan. Ada beberapa rumusan para ahli mengenai pengertian perubahan sosial, antara lain: a. William F. Ogburn Ogburn berusaha memberikan suatu pengertian tertentu walau tidak memberi definisi tentang perubahan-perubahan sosial. Ia mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial. Sosiolog Ogburn mengusulkan suatu pandangan mengenai perubahan sosial yang didasarkan pada teknologi. Teknologi menurutnya mengubah masyarakat melalui tiga proses: penciptaan, penemuan, dan difusi (Henslin, 2006: 223). b. Kingsley Davis Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahanperubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya munculnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dan majikan dan seterusnya menyebabkan perubahanperubahan dalam organisasi ekonomi dan politik. c. Mac Iver Iver lebih suka membedakan antara utilitarian elements dan cultural element yang didasarkan pada kepentingan- kepentingan manusia yang primer dan sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori tersebut. Sebuah mesin ketik, alat cetak, ataupun sistem keuangan, merupakan utilitarian elements karena benda-benda tersebut tidak langsung memenuhhi kebutuhan-kebutuhan manusia, tetapi dapat dipakai Vol. 10, No. 1, Februari 2015
175
Miftahul Huda
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Utilitarian elements disebut juga civilization, artinya semua mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia dalam upayanya menguasai kondisi-kondisi kehidupannya, terutama di dalamnya sitem-sistem organisasi sosial, teknik, dan alat-alat material. Pesawat telepon, jalam kereta api, sekolah, hukum, dan sebagainya dapat di masukkan ke dalam golongan tersebut. Culture menurut Mac Ivera dalam ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berfikir, pergaulan hidup, seni kesusastraan, agama, rekreasi, dan hiburan. Sebuah potret, novel, drama, film, permainan, filsafat an sebagainya, termasuk kultur karena hal-hal tersebut secara langsung memenuhi kebutuhan manusia. Dengan kenyataan itu Mac Iver mengeluarkan unsur material dari ruangan lingkup kultur. Perubahan-perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan. d. Gillin & Gillin Gillin & Gillin menyebutkan perubahan sosial sebagai sebuah variasi. Sebuah variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. e. Selo Soemardjan Segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Definisi ini menekankan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia dan perubahn-perubahan yang mempengaruhi segi-segi struktur masyarakat lainnya (Illahi, 210: 141-143). Perubahan menurut Sange (1990) dalam (Maliki, 2010: 276) adalah sesuatu yang tidak bisa dielakkan, karena ia melekat, built in dalam proses pengembangan masyarakat. Kebutuhan untuk bisa survive dalam ketidak pastian dan perubahan menjadi tuntutan masa masa kini. Perubahan terjadi begitu cepat dan luas, termasuk mengubah dasar-dasar asumsi dan paradigm memandang perubahan.
176
Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam
Peran Pendidikan Islam terhadap Perubahan Sosial
Oleh karena kerangka sustainabilitas pendidikan, haruslah diletakkan dalam kerangka perubahan yang luas. Tuntutan terhadap lembaga inovasi juga datang karena desakan dari jalur pertumbuhan yang datang dari luar sebagai hasil dari perubahan. Perlu dicatat bahwa perubahan itu sendiri, justru merupakan sumbangan dari proses pendidikan, baik langsung atau tidak langsung, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan faktor-faktor lain seperti faktor sosial, ekonomi, agama maupun politik. Pendidikan memberikan jalan efektif dalam membangun dan mempercepat perubahan. Sebaliknya arah, isi, tujuan, strategi, juga pemasaran pendidikan kemudian dipengaruhi oleh perubahan sosial (Maliki, 2010: 276). Perubahan jalur pertumbuhan itu lebih diakibatkan karena terjadi ledakan ilmu pengetahuan. Pengetahuan menjadi begitu menyebar keseluruh sendi kehidupan, sehingga sekarang kita berada di sebuah era yang disebut dengan masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society). Dalam masyarakat berbasis pengetahuan, dan bukan semata didasarkan kepada aspek di luar ilmu pengetahuan, misalnya hanya mendasarkan aspek material. Dalam perkembangan seperti ini persaingan kreatifitas menjadi sedemikian ketat, bahkan cenderung melahirkan “perang” ide dan kreatifitas (brain war) (Maliki, 2010: 277). 3. Prinsip Perubahan Sosial Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi, dan sosiolog telah mencoba untuk merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan sosial. Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan sosial merupakan gejala wajar yang muncul yang muncul dari pergaulan hidup manusia. Yang lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya dalam unsur-unsur geografis, bioloogis, ekonomis, atau kebudayaan. Ada pula yag berpendapat bahwa perubahan- perubahan sosial bersifat periodik dan nonperiodik. Secara garis besar, pendapat-pendapat itu menyatakan bahwa perubahan merupakan lingkaran kejadian-kejadian.
Vol. 10, No. 1, Februari 2015
177
Miftahul Huda
Pitirim A. Sokorin berpendapat bahwa segenap usaha untuk mengemukakan bahwa ada suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial, tidak akan berhasil baik. Dia meragukan kebenaran akan adanya lingkaran perubahan sosial tersebut. Akan tetapi, perubahan-perubahan memang ada dan yang paling penting adalah bahwa lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari, karena dengan jalan itulah baru akan dapat diperoleh suatu generalisasi. Sementara itu, beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya kondisi ekonomis, teknologis, geografis, atau biologis menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek kehidupan soaial lainnya. Dalam hal ini William F. Ogburn lebih menekankan pada aspek kondisi teknologis. Sebaliknya ada pula yang mengatakan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya, satu atau semua akan melahirkan perubahan-perubahan sosial. Untuk memperoleh hasil sebagaimana diharapkan, hubungan antara kondisi dan faktor-faktor tersebut harus diteliti terlebih dulu. Penelitian yang objektif akan dapat memberikan hukum-hukum umum perubahan sosial dan perubahan kebudayaan, di samping itu juga harus diperhatikan waktu serta tempat perubahan-perubahan tersebut berlangsung. Berikut ini, beberapa teori mengenai perubahan sosial yang dapat menjadi kerangka acuan: a. Teori evolusioner (Evolusi Budaya) Ada dua tipe teori evolusi mengenai cara masyarakat berubah, yaitu: unilinear dan multilinear. Teori unlinear mengasumsikan bahwa semua masyarakat mengikuti jalur evolusi yang sama. Setiap masyarakat berasal dari bentuk yang lebih sederhana ke bentuk yang lebih kompleks, dan masing-masing melewati proses perkembangan yang seragam. Sedangkan teoretikus multilinear tidak mengasumsikan bahwa semua masyarakat mengikuti urutan yang sama, melainkan masing-masing mempunyai jalur yang berbeda mengarah pada tahapan perkembangan yang sama. Jadi teori evolusi baik yang unilinear maupun multilinear, ialah asumsi mengenai kemajuan budaya (Henslin, 2006: 221). 178
Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam
Peran Pendidikan Islam terhadap Perubahan Sosial
b. Teori siklus Teori siklus mengasumsikan bahwa peradaban adalah laksana organism: peradaban dilahirkan, menjalani masa muda yang mencapai usia lanjut, dan akhirnya mati. Masyarakat itu berputar melewati tahap-tahap yang berbeda dan tahap-tahap tersebut lebih bersifat berulang daripada bergerak (Ilaihi, 2010: 144). c. Teori keseimbangan Menurut teori ini masyarakat terdiri dari bagian-bagian yang saling bergantung satu sama lain, di mana masing-masing bagian itu membantu keefektifan masyarakat, sehingga jika terjadi perubahan sosial yang mengganggu salah satu dari bagian tersebut yang kemudian menggoyahkan masyarakat, maka akan terjadi dalam bidang-bidang lain masyarakat. Hal itu akan mengembalikan masyarakat ke dalam kedudukan yang harmonis dan lahirlah keseimbangan. d. Teori konflik Pada psikolog yang menganut paham ini memandang masyarakat sebagai mass of group yang selalu berselisih satu sama lain. Karena kelompok-kelompok ini bersaing untuk memperoleh barang-barang dan sumber daya yang ada, maka terjadilah perubahanperubahan sosial. Dan berhubungan dengan kelompok-kelompok yang beroposisi selalu berusaha untuk mengubah keadaan maka terjadilah diorganisasi dan ketidakstabilan dalam masyarakat. Keserasian atau harmoni dalam masyarakat (social equilibrium) merupakan keadaan yang diidam-idamkan setiap masyarakat. Dengan keserasian masyarakat dimaksudkan sebagai suatu keadaan di mana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benarbenar berfungsi dan saling mengisi. Dalam keadaan demikian, individu secara psikologis merasakan adanya ketenteraman, karena tidak adanya pertentangan dalam norma- norma dan nilai-nilai. Setiap kali terjadi gangguan terhadap keadaan keserasian, maka masyarakat dapat menolaknya atau mengubah susunan lembagalembaga kemasyarakatannya dengan maksud menerima unsur yang baru. Akan tetapi, kadang kala unsur baru dipaksakan masuknya oleh suatu kekuatan. Apabila masyarakat tidak dapat menolaknya karena unsur baru tersebut tidak menimbulkan kegoncangan, pengaruhnya tetap ada, akan tetapi sifatnya dangkal dan hanya terbatas pada Vol. 10, No. 1, Februari 2015
179
Miftahul Huda
bentuk luarnya. Norma-norma dan nilai-nilai sosial tidak akan terpengaruh olehnya dan dapat berfungsi secara wajar (Ilaihi, 2010: 145). 4. Pendidikan Islam dan Perubahan Sosial Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan manusia. Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya, sekalipun dalam masyarakat yang masih terbelakang (primitif). Pendidikan sebagai usaha sadar yang dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang perannya di masa mendatang. Upaya pendidikan yang dilakukan oleh suatu bangsa tentu memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan rekayasa bangsa di masa mendatang, karena pendidikan merupakan salah satu kebutuhan asasi manusia, M. Natsir menegaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan maju mundurnya kehidupan masyarakat tersebut. Hal tersebut merupakan indikasi tentang urgensi pendidikan bagi kehidupan manusia, karena pendidikan itu sendiri mempunyai peranan sentral dalam mendorong individu dan masyarakat untuk meningkatkan kualitasnya dalam segala aspek kehidupan demi mencapai kemajuan, dan untuk menunjang perannya di masa mendatang. Hal ini terbukti dalam kehidupan sekarang pendidikan tampil dengan daya pengaruh yang sangat besar dan menjadi variabel pokok masa depan manusia (Sanaky, 2003: 4). Perubahan sosial dan pendidikan telah banyak dibicarakan oleh publik bahwa masyarakat kita saat ini tidak pernah lepas dari gejala perubahan. Namun karena gejala tersebut memiliki intensitas yang begitu kuat maka banyak pihak yang mengkhawatirkan ketangguhan “daya tangkal” nilai-nilai masyarakat yang telah mapan menjadi goyah lalu perlahan-lahan akan mengalami pemudaran. Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak jaman dulu. Namun dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepat. Hal ini membingungkan manusia yang menghadapinya. Perubahan-perubahan mana sering berjalan secara konstan dan terikat dengan waktu dan tempat. Akan tetapi karena sifatnya berantai, maka 180
Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam
Peran Pendidikan Islam terhadap Perubahan Sosial
perubahan terlihat berlangsung terus, meskipun diselingi keadaan di mana masyarakat yang mengalami perubahan. Telah menjadi hukum alam bahwa masyarakat memiliki perbedaan dalam adopsi setiap perubahan ataupun inovasi baru. Ada masyarakat yang sangat cepat mengadopsi suatu perubahan, ada yang lambat bahkan ada yang sangat skeptik, di samping yang terjadi pada kebanyakan anggota masyarakat umumnya. Hal ini terjadi dikarenakan anggota masyarakat memiliki perbedaan kesiapan untuk menerima perubahan itu, sebagai akibat dari adanya variasi pengetahuan, cara berpikir, sikap, variasi personalitas, pengalaman, selain kesesuaiannya antara nilai yang ia miliki dengan nilai baru yang ditawarkan. Selain karakteristik yang dimiliki oleh seseorang atau suatu masyarakat, faktor referensi atau panutan juga berperanan penting dalam adopsi perubahan itu. Unsur-unsur yang dapat dijadikan referensi oleh seseorang atau masyarakat terhadap proses adopsi perubahan itu di antaranya adalah, (1) orangtua (2) pemuka masyarakat baik formal mupun non-formal, (3) teman dekat, (4) figur idola, dan (5) orang yang paling berpengaruh terhadap diri seseorang. Unsur-unsur nomor 1, 2, dan 3, dapat ditunjuk dengan jelas dalam masyarakat. Akan tetapi unsur figur idola dan unsur orang yang paling berpengaruh terhadap diri seseorang sangat subjektif. Figur-figur itu dapat berwujud bintang film, tokoh masyarakat, sifat heroisme, atau yang lain, yang pada dasarnya dapat berbentuk karakteristik atau aktualisasi dari figur itu yang dinilai sesuai dengan nilai yang dimilikinya, karena baik pola maupun kecepatan seseorang atau suatu masyarakat menerima suatu perubahan pada dasarnya adalah berbeda. Perbedaan ini yang dapat menghasilkan kesenjangan tata nilai di dalam masyarakat, lebih-lebih lagi dalam situasi di mana kompleksitas perubahan itu semakin meluas dan perubahan itu terjadi sangat cepat. Sementara kalau kita sadari perubahan budaya manusia melekat dengan perubahan alam dan jaman. Pada era teknologi suatu masyarakat akan ketinggalan apabila masyarakat itu tidak menerapkan teknologi dalam tatanan hidup mereka. Bahkan teknologi telah terbukti membawa tingkat efisiensi dan kemakmuran masyarakat, karena sifat dari teknologi itu yang pada dasarnya memburu perolehan nilai tambah perubahan budaya itu pada Vol. 10, No. 1, Februari 2015
181
Miftahul Huda
dasarnya adalah untuk adaptasi terhadap perubahan alam dan jaman agar manusia tetap mampu mempertahankan eksistensi hidup mereka. Kondisi dalam kehidupan masyarakat luas sebagai panggung pentas budaya bangsa kondisi yang ditampilkan oleh berbagai media baik cetak maupun elektronika, kondisi yang terjadi di sekolah kesemuanya secara bersama-sama mewujudkan terjadinya proses pendidikan bagi generasi bangsa kita. Baik dipandang dari dimensi tuntutan kualitas manusia masa kini dan masa datang maupun dari kondisi pendidikan yang semakin kompleks dan multidimensional, maka pendidikan kita telah saatnya lebih banyak memberi kesempatan anak-anak kita mengaktualisasikan diri dalam kondisi yang terkontrol baik di rumah maupun di sekolah untuk mengimbangi kondisi yang tidak terkontrol dalam kehidupan di masyarakat luas yang justru tarik menarik pengaruhnya terhadap proses pendidikan formal semakin besar. Peran pendidikan orang tua dan pendidikan sekolah dituntut semakin besar. Apabila kita ingin generasi bangsa kita tidak mengalami pemudaran nilai-nilai budaya bangsa kita yang akan menjalar kepada pemudaran rasa kebangsaan kita, dengan lebih besar memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengaktualisasikan diri mereka masing-masing. Perubahan sosial merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Pendidikan sebagai aspek kehidupan yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat, juga harus terlibat dalam arus perubahan tersebut. Keterlibatannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya untuk mengadakan penyesuaian diri terhadap perubahan, tetapi bagaimana supaya pendidikan merupakan agen perubahan sosial. Maka kata kunci yang relevan untuk kedepankan adalah kreativitas. Pendidikan dan masyarakat merupakan dua variabel yang sulit dipisahkan. Bagaimana agar pendidikan itu tidak hanya hanyut oleh dinamika perubahan, tetapi ia mampu memerankan dirinya sebagai agen perubahan itu sendiri. Kreativitas dalam konteks ini merupakan variabel yang perlu dipertimbangkan. Dalam hal ini, kreativitas merupakan indikator kecerdasan. Semakin cerdas seseorang semakin tinggi kreativitasnya, sedangkan kecerdasan 182
Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam
Peran Pendidikan Islam terhadap Perubahan Sosial
merupakan kerja akal, maka cara pengoptimalannya adalah optimalisasi fungsi akal itu sendiri. Adolphe E. Mayer menyatakan bahwa antara pendidikan dan masyarakat itu saling merefleksi. Hubungan antara keduanya tidak bersifat linier, melainkan hubungkan timbal balik (mutual simbiosis). Fegerlind dalam Barnadib (1994: 76-77) menyatakan bahwa hubungan antara keduanya bersifat dialektis. Apabila itu yang terjadi, perubahan masyarakat akan membawa perubahan pendidikan, begitu pula sebaliknya, bahwa perubahan dalam pendidikan akan membawa dalam peruahan di masyarakat. Secara teoritik, masyarakat berubah dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern. Sedangkan menurut Alvin Toffler, masyarakat akan bergerak dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri kemudian masyarakat masyarakat informasi. Tiga tipologi masyarakat tersebut mempunyai kultur dan nilai- nilai yang berbeda. Masyarakat agraris merupakan masyarakat yang tradisional, sedangkan kultur yang paling menonjol adalah gotong royong. Sedangkan masyarakat industry, menurut Jock Young dalam Madjid (1992: 128) mempunyai nilai dan kultur, kesenangan yang tertunda, perencanaan kerja masa mendatang, tunduk kepada aturan-aturan birokratis, pengawasan lebih banyak dilakukan daripada pengarahan, rutinitas, sikap instrumental kepada kerja, kerja kerasyang produktif dinilai sebagai kebaikan. Dalam era informasi, masyarakat sudah begitu kompleknya, antar negara sudah terjadi transparansi sehingga dunia sudah mengglobal (Rohman, 2001: 309). Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam, tentu sangat memperhatikan keadaan masyarakat. Hal ini terlihat dari bukti sejarah, bagaimana Nabi Muhammad Saw. membangun masyarakat Arab. Kemudian terus berkembang hingga Islam tersebar ke seuruh penjuru dunia. Islam membangun masyarakat melalui pendidikan, karena proses pendidikan merupakan salah satu cara yang efektif dalam membangun umat. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam kitab-Nya: ”Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum hingga mereka merubah nasibnya sendiri“. Oleh karena itu, untuk melakukan sebuah perubahan, maka ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh manusia sebagai pelaku perubahan, yaitu: Vol. 10, No. 1, Februari 2015
183
Miftahul Huda
a. Mampu membangun kecerdasan dan memperluas wawasan manusia sebagai makhluk yang luar biasa mempunyai potensi yang luar biasa besarnya sehingga dapat mendayagunakan alam dan sesama manusia dalam rangka mebangun peradaban. Kemajuan suatu bangsa pada umumnya ditentukan oleh bangsa itu dalam mendayagunakan sumber daya manusia melalui pergumulannya mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sudah barang tentu di dalam proses pendidikan manusiamenempatisebagaisubjekdanobjekdalampendidikan itu sendiri. Banyak indikasi di dalam Alquran yang memerintahkan supaya manusia, khususnya umat Islam bersikap cerdas dan selalu menambah wawasan keilmuannya, di antaranya pertama, Allah memerintahkan manusia agar senantiasa berpikir dan menggunakan pikirannya untuk memecahkan permasalahanpermasalahan hidup yang dihadapi. Potensi untuk menambah wawasan tersebut sudah Allah sediakan untuk manusia. Perkebangan intelektual manusia menurut konsep Islam tidak hanya hanya dengan usaha manusia akan tetapi Allah-lah yang menentukan. Namun demikian manusia keturunan Adam haruslah bekerja dan belajar keras untuk memanfaatkan otak dan akal pemberian Allah demi kepentingan manusia sendiri, dan Allah akan memberikan pengetahuan yang diinginkan manusia baik secara langsung maupun tidak. Kedua, Allah SWT memberikan kebebasan untuk menuntut ilmu. Semua manusia (khususnya muslim) baik laki-laki maupun perempuan diwajibkan mencari ilmu kepada siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Kemudian orang-orang yang sudah mendapatkan ilmu diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyebarkan ilmu tersebut serta tidak menyembunyikannya. Hal ini diharapkan dengan tujuan kemaslahan umat manusia. Ketiga, Dengan akal manusia diperintahkan untuk membuktikan kekuasaan Allah dengan cara mengkaji dan mengelola alam demi keperluan hidupnya, tetapi juga dilarang untuk berbuat kerusakan dan pertumpahan darah. Keempat, manusia diperintahkan untuk fantasyiru fil ’ardh (bertebaran di muka bumi) dalam rangka mencari ilmu pengetahuan. Karena setiap bangsa diberi ilmu keistimewaan sendiri-sendiri. Ilmu pengetahuan atau perkembangan pemikiran umat manusia tidak berhenti, 184
Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam
Peran Pendidikan Islam terhadap Perubahan Sosial
apalagi mundur, melainkan terus berputar dan berpindah dari suatu bangsa pada kurn waktu tertentu. Kelima, kecintaan terhadap informasi atau ilmu pengetahuan yang akhirnya menumbuhkan pada kecintaan kegiatan belajar. Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa Alquran pertama diturunkan adalah perintah untuk membaca, yaitu mengkaji tentang hakikat Tuhan, manusia, alam, hubungan antara ketiganya, serta fungsi masing-masing. b. Membangun etos kerja dengan tujuan untuk menuju kepada sebuah perubahan sosial yang signifikan, Islam sangat memperhatikan etos kerja. Karena etos kerjalah yang akan menjadi pendorong bagi manusia untuk bergerak menuju arah perubahan. Hal ini telah dibuktikan oleh sejarah, bagaimana nabi Muhammad Saw. bisa menguasai daerah Arab dan sekitarnya dan kemudian akhirnya Islam tersebar di seluruh penjuru dunia serta dapat mengubah peradaban manusia. Semua itu karena etos kerja umat Islam sangat kuat. Oleh karena itu, menurut Malik Fadjar ada beberapa hal penting yang perlu kita ketahui, yaitu: Pertama, di dalam Islam, motivasi dasar yang harus diletakkan oleh setiap muslim dalam menjalankan hidup ini adalah pengabdian kepada Allah semata. Islam mengajarkan dalam hidup dan segala aspeknya termasuk dalam mengelola pendidikan dan melakukan perubahan sosial harus diniatkan sebagai pengabdian kepada Allah. Kedua, Alquran menegaskan bahwa cara terbaik untuk mendapatkan prestasi dalam hidup adalah dengan bekerja. Karena pada dasarnya seseorang tidak akan memperoleh sesuatu kecuali sesuai dengan apa yang ia usahakan. Ketiga, Dalam hidup dan bekerja, Islam menganjarkan akan pentingnya berorientasi pada masa depan, kerja keras, teliti, hati-hati, menghargai waktu, penuh rasa tanggung jawab, dan berorientasi pada prestasi. Dalam pendidikan Islam selalu memperhatikan dua sudut pandang dalam segala aspek, seperti aspek lahiriyah dan bathiniyah, aspek individual dan sosial, duniawi dan ukhrowi, dan masih banyak yang lainnya. Pendidikan Islam selalu memperhatikan dalam pembentukan insan kamil, yakni hamba Allah yang taat dan mampu menjadi Rahmatan lil ‘Alamiin.
Vol. 10, No. 1, Februari 2015
185
Miftahul Huda
C. Simpulan
Perubahan sosial merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Pendidikan sebagai aspek kehidupan yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat, juga harus terlibat dalam arus perubahan tersebut. Keterlibatannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya untuk mengadakan penyesuaian diri terhadap perubahan, tetapi bagaimana supaya pendidikan merupakan agen perubahan sosial. Islam mengajarkan dalam hidup dan segala aspeknya termasuk dalam mengelola pendidikan dan melakukan perubahan sosial harus diniatkan sebagai pengabdian kepada Allah.
186
Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam
Peran Pendidikan Islam terhadap Perubahan Sosial
DAFTAR PUSTAKA Achmadi. 1992. Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media. an-Nahlawy, Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam di Sumah, Sekolah dan Masyarakat,(terj) shihabuddin. Bandung: Gema Insani Press.. _____. 1989. Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam. Bandung: Diponegoro. Arifin. 1987. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara. Barnadib, Imam. 1994. Ke Arah Perspektif Baru Pendidikan. Yogyakarta: FIP-IKIP. Basis, Nomor 07-08, Tahun ke-58, Juli-Agustus 2009. Daradjat, Zakiah. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Dewantara, Ki Hadjar. 2004. Pendidikan. Kumpulan Karangan. Yogyakarta: Taman Siswa. Henslin, James M. 2006. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga. Henslin, James M. 2006. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga. http://iqbalmarisali.blogspot.co.id/2010/01/ Ilaihi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah, Bandung: Remaja Rosdakarya. Madjid, Nurcholish. 1992. Islam Keindonesiaan dan Kemoderenan. Jakarta: Mizan. Maliki, Zainuddin. 2010. Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta: Gadjah Mada University. Mujib, Abdul, Yusuf Mudzakir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media. Rohman, Abdul. 2001. Pendidikan Islam dalam Perubahan Sosial dalam Paradigma, Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rusn, Abidin Ibnu. 1998. Pemikiran al-Ghazali Tentang Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Vol. 10, No. 1, Februari 2015
187
Miftahul Huda
Syah, Darwyn. 2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gaung Persada. Umar, Bukhari. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.
188
Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam