PERAN ORANG TUA DENGAN KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA USIA TODDLER DI DESA TUNGGAL PAGER, PUNGGING, MOJOKERTO.
TRIA FATMAWATI W. NIM. 1211010037 Subject: Peran, Orang Tua, Toilet Training, Usia Toddler, dan Anak Usia Toddler
DESCRIPTION Mengajarkan toilet training pada anak tidak mudah. Namun dibutuhkan peran orang tua sedemikian rupa untuk mengajarkan toilet training yang dimulai sejak usia 1-3 tahun. Pada saat usia tersebut, anak harus mampu melakukan toilet training. Jika anak tidak mampu melakukan toilet training sendiri anak akan mengalami hambatan. Masalah yang sering dijumpai banyak orang tua yang tidak mengajarkan toilet training dengan membiarkan anak BAB / BAK tidak pada tempatnya. Tujuan penelitian mengetahui peran orang tua dengan keberhasilan toilet training pada usia toddler di Desa Tunggal Pager, Pungging, Mojokerto. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan rancangan penelitian analitik cross sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalah peran orang tua dan dependennya adalah keberhasilan toilet training pada usia toddler. Populasinya adalah semua orang tua yang memiliki anak usia toddler sebanyak 95 orang pada bulan Februari 2015. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling dan didapatkan responden sebanyak 77 orang. Alat ukur menggunakan kuesioner dan uji statistik menggunakan rank spearman. Berdasarkan penelitian disimpulkan variabel orang tua berperan dalam mengajarkan toilet training. Pada keberhasilan ditemukan hasil bahwa orang tua tidak berhasil dalam mengerjakan toilet training dan ada hubungan peran orang tua dengan keberhasilan toilet training pada usia toddler dengan tingkat kolerasi value sebesar 0,001 artinya H0 ditolak H₁ diterima Dari hasil penelitian diharapkan tenaga kesehatan dapat meberikan informasi tentang toilet training untuk meningkatkan pengetahuan orang tua, dan bagi orang tua lebih meningkatkan pengetahuan orang tua tentang toilet training baik melalui media massa maupun media elektronik.
ABSTRACT To teach toilet training training in children is not easy. However need role of parents in such to teach toilet training that startfrom the age of 1-3 years. At that age children have to be able to perfom toilet training if children are unble to perfom toilet training by their self children will experience problem. Problems often that encountered is many parents who do not teach the children toilet training with let them urination / defecate to where it souldlbe. The aim of the study was to know the parents role with the succesfull toilet training at toddler age in Tunggal Pager, Pungging, Mojokerto. In the study, the research used analytic cross sectional study design. The independent variable in this study was the role of parent and dependent variabel was successful toilet training at toddler age. The population was all the mothers who havd children aged toddler as many as 95 people in February 2015. Samples were taken by cluster random sampling technique and obstaired respondents as many as 77 people. Instruments used questionnaires and statistical test used spearman rank test. Based on the research it was concluded that parental variables play a role in teaching toilet training. On the successful result found that parents did not success in the doing toilet training and there was a relationship between parents role with successful toilet training at toddler age with level of correlation value of 0,001 meant that H0 rejected, H1 accepted. Based on research it is expected that health workers can provide information about toilet training to increase the knowledge of the parents, and for the parents they should improve their knowledge about toilet training either trough the mass media and electronic media. Keywords : Role, Parents, Toilet Training, Toddler age. . Counstributor : 1. Farida Yuliani, M.Kes 2. Erfiani Mail, SSt Date : 18 Juni 2015 Type Material : Laporan Penelitian Identifier : Right : Open Document Summary :
LATAR BELAKANG Mengajarkan toilet training pada anak tidak mudah. Namun dibutuhan peran orang tua sedemikian rupa untuk mengajarkan toilet training yang dimulai sejak usia 1-3 tahun. Pada saat usia tersebut, anak harus mampu melakukan toilet training. Jika anak tidak mampu melakukan toilet training sendiri anak akan mengalami hambatan. Pada usia toddler anak merasa sudah mampu mengatur keperluannya untuk buang air kecil (kencing) dan buang air besar bila anak diajarkan ketika berusia lebih dari 3 tahun dikhawatirkan akan agak susah mengubah perilaku anak. bila anak sudah lebih dari 3 tahun belum mampu untuk toilet training dapat mengalami kemunduran, kebiasaan mengompol yang sulit hilang, tidak dapat mengendalikan buang air kecil dan buang air besar sehingga kondisi psikologis anak merasa malu dengan teman-teman yang lain (krisdianti, 2013). Toilet training merupakan cara untuk melatih anak agar bisa mengontrol buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Dengan toilet training diharapkan dapat melatih anak untuk mampu BAK dan BAB di tempat yang telah ditentukan (Krisdianti, 2013). Peran ibu dalam mengajarkan toilet training pada anak adalah agar anak terbiasa untuk BAK dan BAB sesuai waktunya dimulai sebelum ibu memakaikan celana ke anak dan meletakkan di toilet (Soraya, 2012). Dalam mengajarkan toilet training Ibu tidak bisa berharap cepat anak langsung dapat mengikuti apa yang diajarkan ibu (Syamsu, 2006). Wilson di Inggris tahun 2012 mengatakan sebagian besar anak masa batita sudah mampu melakukan toilet training, tetapi ada juga beberapa batita yang belum berhasil melakukannya. Sebagian besar batita mengembangkan kemampuan fisik dan kognitifnya untuk bisa dilatih toilet training saat 18-30 bulan. Namun ada juga yang baru siap pada usia 4 tahun (Kardinan, 2014). Data di Indonesia tahun 2012 menunjukkan bahwa hampir 60% orang tua tidak mengajarkan anak toilet training sejak dini. Berdasarkan survei cepat di Jawa Timur tahun 2013 peran orang tua dalam mengajarkan anak toilet training pada balita masih kurang, hal ini ditunjukkan dengan angka 20% orang tua yang mengajarkan toilet training pada balita yang tepat sesuai dengan usia (Forikes, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Krisdianti (2013) pada anak usia toddler bahwa pengetahuan ibu tentang toilet training menunjukkan lebih dari setengah responden pengetahuannya kurang sebanyak 28 orang (54,9%). Sedangkan peran dalam mengajarkan toilet training menunjukkan lebih dari setengah responden tidak berperan sebanyak 31 orang (60,8%). Berdasarkan studi pendahuluan secara wawancara di Desa Tunggal Pager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto pada tanggal 12 Maret 2015 pada 8 ibu yang memiliki anak usia toddler didapatkan 5 (62,5%) ibu kurang berperan dalam mengajarkan toilet training pada anak dan 3 (37,5%) ibu sudah mengajarkan toilet training pada anak dengan baik. Waktu yang tepat mengenalkan konsep toilet training dimulai pada umur 1 sampai 3 tahun, namun menurut american academy of pediatrics, tidak ada batasan usia yang tepat, semuanya tergantung kesiapan fisik dan psikis anak. faktor yang mempengaruhi ibu untuk mengajarkan toilet training pada anak diantranya pendidikan, umur, pekerjaan jumlah anak, informasi dan lingkungan. Dampak secara sosial dan kejiwaan yang ditimbulkan akibat keterlambatan toilet training sungguh mengganggu kehidupan seorang anak. Pengaruh buruk secara psikologis dan sosial yang menetap akibat ngompol, akan mempengaruhi kualitas
hidup anak saat dewasa. Karena itu sudah selayaknya bila masalah ini tidak dibiarkan berkepanjangan. Bila diabaikan, halini akan berpengaruh bagi anak. Biasanya anak menjadi tidak percaya diri, malu dan hubungan sosial dengan teman terganggu. 3 kemampuan anak untuk mengontrol kencing. Stres sosial seperti kapadatan penghuni rumah yang berlebihan kadang-kadang dihubungkan dengan mengompol (Arifkurnia, 2014) Upaya yang harus dilakukan tenaga kesehatan adalah memberikan konseling dan penyuluhan agar orangtua dapat mendidik dan anak terbiasa untuk dapat BAK atau BAB sesuai waktunya, stimulasi bisa dimulai sejak usia 1-3 tahun. Dengan cara, orangtua bisa memeriksa atau mengganti popok setelah basah. Karena orangtua sebagai orang yang terdekat dengan anak mengetahui kapan waktu anak BAK atau atau BAB. Toilet training tidak ada salahnya anak diajarkan sejak anak usia 1 tahun. Perlu diingat anak pada usia 1 tahun mengalami fase anal. Pada fase ini anak mencapai kepuasan melalui bagian anus. Fase kepuasan ini berhubungan dengan kebersihan dan jadwal kedisiplinan. .
METODOLOGI Jenis penelitian yang digunakan Analitik dengan rancangan crossectional Variabel independen peran orang tua dan dependenya adalah keberhasilan toilet training pada usia toddler. Populasinya adalah semua orang tua yang memiliki anak usia toddler sebanyak 95 orang pada bulan Februari 2015. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling dan didapatkan responden sebanyak 77 orang. Alat ukur menggunakan kuesioner dan uji statistik menggunakan rank spearman. Penelitian ini dilakukan di Desa Tunggal Pager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto tahun 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di Desa Tunggal Pager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto tahun 2015. Peran orang tua dalam mengajarkan toilet training menunjukkan hampir setengah orang tua kurang berperan sebanyak 48 orang (48,1%). Keberhasilan dalam mengajarkan toilet training menunjukkan hampir setengah responden tidak berhasil melakukan toilet training sebanyak 37 orang (48,1%). Berdasarkan hasil uji Rank Spearman, didapatkan bahwa ρ value sebesar 0,001 < 0,05, maka H0 ditolak atau H1 diterima dan nilai correlation coeficient sebesar 0,001 artinya ada Hubungan peran orang tua dengan keberhasilan toilet training pada usia toddler di Desa Tunggal Pager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto Menunjukkan rata-rata orang tua kurang berperan sebanyak 48 orang (62,3%). Peran adalah harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola yang ditetapkan melalui sosialisasi dimulai tepat setelah lahir (Potter, 2005). Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Wartonah, 2006). Banyak faktor yang mempengaruhi peran orang tua dalam mengajarkan toilet training pada anak diantra pendidikan, umur, pekerjaan, lingkungan, sosial
budaya, informasi, sumber informasi yang dapat berpengaruh terhadap cara mengajarkan toilet training pada anak. Peran orang tua di pengaruhi oleh pendidikan hal ini dapat di tunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan dasar sebanyak 50 orang (64,9%). Pendidikan merupakan segala situasi yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang, dan sebagai pengalaman belajar manusia. Pendidikan memberikan gambaran tentang cara berfikir seseorang makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menyerap informasi yang di aplikasikan dalam bentuk tindakan (Notoatmodjo, 2010). Rendahnya pendidikan akan berpengaruh terhadap daya serap atau penerimaan informasi yang masuk apalagi informasi yang bersifat baru dikenal responden termasuk perihal toilet training pada anak. Selain itu tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pandangannya terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan tanggapan yang lebih rasional dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan sama sekali mungkin mereka hanya mampu mendengar tetapi kurang dapat mengaplikasikan dalam bentuk peran mengajarkan toilet training pada anak menunjukkan sebagian besar responden berumur 20-35 tahun sebanyak 53 orang (68,8%). Umur adalah lama hidup individu terhitung saat mulai dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa (Nursalam, 2008). Umur yang sudah produktif ini menyebabkan responden matang dalam memilih dan menyaring materi atau informasi yang diterima karena bertambahnya umur seseorang akan mempengaruhi kemampuan intelektual dalam menerima informasi dalam hal ini berhubungan dengan toilet training pada anak usia todler. Walaupun umur responden tergolong matang mungkin faktor lain yang mempengaruhi ketidakberhasilan toilet training adalah informasi yang tidak diterima responden Rendahnya pengetahuan juga dipengaruhi oleh pekerjaan responden hal ini dapat di tunjukan rata-rata responden tidak bekerja (IRT) sebanyak 46 orang (59,7%). Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau diselesaikan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi masingmasing (Supartini, 2004). Status pekerjaan sering mempengaruhi peran seseorang sehingga mempengaruhi keberhasilan toilet training. Responden tidak bekerja menyebabkan sulit dalam menerima informasi tentang toilet training pada anak. Ibu tidak mempunyai kesempatan untuk bertukar informasi tentang toilet training dengan atasan atau rekan kerja yang memiliki pengetahuan berbeda. Menunjukkan rata-rata responden tidak pernah mendapatkan informasi tentang toilet training sebanyak 49 orang (63,6%). Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang, biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu
inovasi yang berpengaruh terhadap perilaku, biasanya melalui media massa (Saifudin, A, 2012). Hasil penelitian menunjukan bahwa semua orang tua tidak pernah mendapatkan informasi tentang cara mengajarkan anak toilet training akan tetapi yang menyebabkan ibu kurang berperan, hal ini mungkin di pengaruhi oleh tingkat pendidikan orang yang mayoritas SD dan SMP, sehingga sulit menyerap informasi skaligus mengaplikasikan dalam bentuk tindakan. Atau bisa jadi oarng tua pada dasarnya ibu yang sudah memahami tentang toilet training. Akan tetapi, adanya anggapan bahwa anak dapat melakukan sendiri saat dewasa, yang menyebabkan orang tua memberikan anak berkembang dengan sendirinya Keberhasilan toilet training Mmenunjukkan sebagian kecil responden tidak berhasil melakukan toilet training sebanyak 37 orang (48,1%). Toilet training merupakan cara untuk melatih anak agar bisa mengontrol hajatnya, apakah itu saat ingin buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB). Selain itu, anak diharapkan mampu BAK dan BAB di tempat yang telah ditentukan (Maramis, 2005). Toilet training memiliki peran penting, bukan hanya sekedar mengajarkan anak untuk buang air di kamar mandi namun juga melatih anak untuk mengendalikan keinginan untuk buang air. Toilet training merupakan kemampuan dasar setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar. Perilaku toilet training akan mengendalikan keinginan buang air pada saat dan waktu yang tepat, keberhasilan toilet training di pengaruhi beberapa hal diantranya pendidikan umur, pekerjaan serta informasi yang di peroleh baik dari media masa, media elektronik tenaga kesehatan guru maupun nara sumber yang lain. Menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan responden adalah SD sebanyak 50 orang (64,9%). Pendidikan merupakan segala situasi yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang, dan sebagai pengalaman belajar manusia. Pendidikan memberikan gambaran tentang cara berfikir seseorang makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menyerap informasi yang di aplikasikan dalam bentuk tindakan (Notoatmodjo, 2010). Tingginya pendidikan akan berpengaruh terhadap daya serap atau penerimaan informasi yang masuk apalagi informasi yang bersifat baru dikenal responden termasuk perihal toilet training. Selain itu tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pandangannya terhadap sesuatu yang datang dari luar. Pendidikan ibu yang sebagian besar SD dan SMP merasa sulit dalam mengajarkan toilet training pada anak dengan metode yang tepat, orang tua cenderung berkata tanpa adanya tindakan yang sesuai dengan fisik anak yang belum sepenuhnya mampu merespon perkataan orang tua Menunjukkan sebagian kecil responden mendapat informasi dari bidan melalui penyuluhan sebanyak 16 orang (20,8%). Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa toilet training dimulai pada umur 1 sampai 3 tahun, namun menurut American Academy of Pediatrics, tidak ada batasan usia yang tepat, semuanya tergantung kesiapan fisik dan psikis anak. Beberapa anak yang berusia 1 hingga 2 tahun, sudah menunjukkan tanda-tanda siap namun banyak juga anakanak yang hingga berumur 30 bulan atau lebih, tidak siap dengan konsep toilet training. Jika anak mengalami stress saat dikenalkan toilet training, malah akan mempersulit waktu belajarnya. Perlu diingat juga, orang tua tidak dapat
mengontrol kapan dan dimana anak akan membuang hajatnya, kecuali anak sendiri (Maramis, 2005). Dibutuhkan informasi yang tepat dari berbagai sumber, sebagian ibu yang mendapat informasi dari tenaga kesehatan tidak dapat sepenuhnya melakukan toilet training hal ini dikarenakan informasi tersebut tidak bersifat kontinue, hanya di berikan sekali ibu bekerja atau ibu dengan pendidika renda tidak dapat mengajarkan secara maksimal bentuk aktifitas toilet training. Hubungan peran orang tua dengan keberhasilan toilet training pada usia toddler di Desa Tunggal Pager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto menunjukkan bahwa dari 48 responden yang kurang berperan dan 32 responden (66,7%) diantaranya tidak tidak berhasil dalam toilet training. Berdasarkan hasil uji Rank Spearman, didapatkan bahwa ρ value sebesar 0,001 < 0,05, maka H0 ditolak atau H1 diterima dan nilai correlation coeficient sebesar 0,001 artinya ada Hubungan Pengetahuan Tentang Toilet Training di Desa Tunggal Pager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto informasi yang kurang akan mempengaruhi seseorang untuk berperan dengan benar. Bahwa peran yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat langgeng (long lasting). Peran orang tua dalam mengajarkan toilet training pada anak ditentukan oleh umur, pendidikan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya peran (Wawan dan Dewi, 2010). Peran yang baik dimiliki orang tua akan memberikan nilai tersendiri karena peran yang baik akan menunjanng keberhasilan toilet training di samping itu di butuhkan kesabaran dan penyesuaian terhadap kondisi fisik dan fisiologis anak agar anak tidak merasa takut untuk melakukan toilet training. Sedangkan responden yang tidak berhasil melakukan toilet training dikarenankan orang yang kurang berperan, orang tua lebih mengandalkan penggunaan pempers yang dianngap praktis.
SIMPULAN Peran orang tua dalam mengajarkan toilet training menunjukkan hampir setengah orang tua kurang berperan sebanyak 48 orang (48,1%). Keberhasilan dalam mengajarkan toilet training menunjukkan hampir setengah responden tidak berhasil melakukan toilet training sebanyak 37 orang (48,1%). Berdasarkan hasil uji Rank Spearman, didapatkan bahwa ρ value sebesar 0,001 < 0,05, maka H0 ditolak atau H1 diterima dan nilai correlation coeficient sebesar 0,001 artinya ada Hubungan peran orang tua dengan keberhasilan toilet training pada usia toddler di Desa Tunggal Pager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto
SARAN 1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan institusi untuk menambah wacana kepustakaan tentang toilet training yang dapat dijadikan sebagai sumber bacaan mahasiswa. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Melakukan penelitian tentang faktor yang mungkin mempengaruhi rendahnya pengetahuan ibu tentang toilet training. 3. Bagi Tenaga kesehatan Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan informasi tentang toilet training untuk meningkatkan pengetahuan ibu. 4. Bagi Ibu Lebih meningkatkan pengetahuan ibu tentang toilet training baik melalui media massa maupun media elektronik.
ALAMAT KORESPONDENSI Alamat
: Dusun Krajan Desa Wates Wetan RT/RW 03/01 Ranuyoso Kabupaten Lumajang E-mail :
[email protected] No HP : 082234465560
Kecamatan