28 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
PERAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATOR Komang Widhya Sedana Putra P1 ABSRACT The aim of this research is to examine the influence size of board of commissioner towards corporate social responsibility disclosure with profitability as moderating variable in Indonesian manufacturing companies. The corporate social responsibility disclosures include details of the environment, energy, employee health and safety, employee other, products, community involvement, and general. Review of previous researches show the inconsistencies. These inconsistencies contribute substantially to the diversity of result. The sample of this research was extracted with purposive sampling method. The population is 141 manufacturing companies, which are listed at Indonesia Stock Exchange (ISX). The 93 corporate annual reports were analyzed as a sample. The technique for examining hypothesis is multiple regression analysis by using SPSS programs. The results indicate that size of board of commissioner have a significant positive influence on the corporate social responsibility disclosure, and profitability in significant strengthen ties of board of commissioner on the corporate social responsibility disclosure. These results generally coincide with previous research. Keyword: board of commissioner, corporate social responsibility disclosure and profitability 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha ditunjukan dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti kecepatan arus informasi. Dahulu perusahaan menerapkan konsep single bottom line yaitu pencapaian aspek keuangan (profit) secara maksimal tetapi di era pasar global saat ini konsep tersebut telah ditinggalkan perusahaan. Pernyataan tersebut didukung dengan berkembangnya konsep single bottom line menjadi konsep triple bottom lines yang kini sudah diterapkan oleh berbagai jenis perusahaan di Indonesia. Triple bottom lines disebut juga the three pilars terdiri dari social equity (people), economic prosperity (profit), dan evironmental protection (planet) (Elkington: 1997). Terdapatnya kesadaran perusahaan maupun lembaga tenatang bagaimana keuntungan yang diperoleh dapat memberikan kehidupan yang lebih baik untuk masyarakat, baik dalam bidang ekonomi serta social sehingga perusahaan tidak hanya bertujuan menghasilkan keuntungan tinggi, meningkatkan kesadaran pentingnya perusahaan menerapkan Corporate Social Responsibility ( CSR ). Regulasi terkait lingkungan hidup telah ditetapkan oleh pemerintah diantaranya UU No.23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup dan berbagai peraturan pelaksanaannya. Pasal 6 ayat 2 UU No.23 tahun 1997 ini yang berbunyi ”Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan wajib memberikan informasi yang benar dan akurat tentang pengelolaan lingkungan hidup”. Dalam Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, pada bab IV, bagian kedua, pasal 66 (2), poin c yang mengatur tentang laporan tahunan, disebutkan bahwa direksi harus menyampaikan laporan tahunan yang sekurangkurangnya memuat laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Lebih jauh lagi, dalam Undang-undang No. 40 tahun 2007, bab V tentang Tanggung Jawab @JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
29 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
Sosial, pada pasal 74 (1), (2), (3), dan (4) disebutkan bahwa perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu berupa biaya yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Apabila perusahaan tidak melakukan kewajiban tersebut maka akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Peraturan lain yang menyinggung CSR adalah Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dalam UU tersebut dinyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Peraturan terbaru tentang CSR adalah Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 yang merupakan tindak lanjut dan penjelas Undang Undang Perusahaan No. 40 tahun 2007. Pasal 2 PP. No. 47 tahun 2012 berbunyi “Setiap perseoan selaku subjek hukum mempunyai tanggungjawab sosial dan lingkungan” dan disebutkan juga tanggung jawab sosial merupakan biaya bagi perseroan seperti disebutkan pada pasal 5. Dewan komisaris merupakan salah satu elemen penting bagi tata kelola perusahaan yang bertugas mengawasi pelaksanaan aktivitas perusahaan sehingga dikelola dengan semestinya oleh agen mereka (Said, et al, 2009 dalam Aini, 2011). Indonesia terdapat ketentuan yang mengatur tentang keberadaan dewan komisaris independen. Ketentuan yang dimaksud adalah Ketentuan Bapepam dan Peraturan Bursa Efek Indonesia No. 1-A tanggal 14 Juli tahun 2004. Fenomena yang terjadi adalah Dewan Komisaris dalam membuat suatu keputusan yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) akan menghadapi dilema, selain harus memikirkan pentingnya tanggung jawab sosial, ia juga harus tetap memikirkan orientasi perusahaan pada keuntungan. Tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan merupakan investasi jangka panjang tetapi dalam jangka pendek merupakan beban yang akan mengurangi laba. Ukuran jumlah dewan komisaris dalam perusahaan jika dikaitkan dengan teori agensi adalah semakin besar atau banyak jumlah dari dewan komisaris akan memudahkan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang diatur oleh pemerintah. Hal itu dikarenakan adanya perbedaan kepetingan antara principal (pemegang saham) dengan agen (direksi) dalam melaksanakan aturan pemerintah mengenai tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility). Dengan ukuran dewan komisaris yang semakin besar maka akan memberikan keuntungan bagi pelaksanaan CSR, karena dewan komisaris dalam hal pengawasan pengambilan keputusan dilaksanakanya tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), dewan komisaris akan berusaha melaksanakannya sesuai dengan aturan pemerintah. Hasil dari penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi Corporate Social Responsibility di Indonesia mendapatkan hasil yang berbeda-beda. Sembiring (2005) menghasilkan temuan bahwa dewan komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Penelitian Sembiring (2005) menunjukkan hasil yang hampir sama dengan penelitian yang dihasilkan oleh Theodora dan Agus (2010) akan tetapi beberapa penelitian lainnya menunjukkan bahwa dewan komisaris berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR (Luqman, 2010; dan Marzully, 2012). Berbagai penelitian yang berhasil membuktikan hubungan positif antara variabel profitabilitas dengan pengungkapan CSR antara lain dilakukan oleh Sri dan Sawitri (2011) serta Theodora dan Agus (2010) yang hasilnya sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Achmad (2007), Parsa dan Kouhy (1994). Tetapi tidak semua penelitian mendukung hubungan antara profitabilitas dengan pengungkapan CSR. Ada penelitian yang tidak berhasil menunjukkan hubungan positif antara kedua variable tersebut yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fr. Reni (2006), Sembiring (2005), dan Anggraini (2006). Ketidakkonsistenan hasil @JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
30 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
yang didapatkan. Ketidakkonsistenan hasil yang didapatkan oleh beberapa peneliti dalam penelitian pengaruh antara variable dewan komisaris serta profitabilitas dengan corporate social responsibility memerlukan suatu pengujian ulang. Sehingga, hasilnya belum bisa dijadikan untuk men-judgment pengaruh Dewan Komisaris serta Profitabilitas terhadap pengungkapan CSR. Dengan adanya suatu gejala sosial disertai perbedaan hasil di atas, sehingga membuat penulis melakukan penelitian dengan judul: “Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderator”. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian-penelitian sebelumnya. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dewan komisaris (Sembiring, 2005; Beasly, 1996; Theodora dan Agus, 2010; Luqman, 2010; dan Marzully, 2012) berdasarkan dugaan bahwa jumlah dewan komisaris akan dapat melakukan kontrol dan monitoring terhadap aktivitas perusahaan, salah satunya adalah dalam pengungkapan CSR. Profitabilitas mempunyai peranan penting dalam memberikan keyakinan perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial guna memperoleh nilai positif dari masyarakat. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena profitabilitas peneliti gunakan sebagai variabel moderating untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hubungan antara dewan komisaris dengan pengungkapan CSR, berbeda dengan penelitian terdahulu. Sampel perusahaan yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014. Perusahaan manufaktur dipilih sebagai populasi karena perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan sumber daya alam menjadi barang jadi, sehingga dalam kegiatan operasionalnya menimbulkan dampak yang lebih nyata dirasakan baik terhadap lingkungan maupun terhadap masyarakat sekitar tempat dimana perusahaan tersebut beroperasi. 1.2
Pokok Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : “Apakah dewan komisaris mempengaruhi pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?” dan “Apakah profitabilitas memperkuat pengaruh dewan komisaris terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?” 1.3
Hipotesis Berdasarkan pokok permasalahan, tujuan penelitian dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Semakin Banyak Jumlah Dewan Komisaris maka semakin besar Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan sebaliknya dan profitabilitas memperkuat pengaruh Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility.” 1.4
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah “Untuk memberikan bukti empiris dewan direksi terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas dalam memperkuat atau memperlemah pengaruh dewan direksi terhadap pengungkapan CSR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI”
@JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
31 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
2. METODE PENELITIAN 2.1 Definisi Operasional Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 variabel, yaitu variabel bebas dewan komisaris, variabel terikat corporate social responsibility, dan variabel moderating profitabilitas. a. Variabel Independen Dewan komisaris dalam penelitian adalah jumlah seluruh anggota yang duduk dalam dewan komisaris yang bertugas mengawasi dan memberi nasihat pada direksi. Variabel ini diukur dengan menghitung jumlah anggota dewan komisaris yang dilihat dari annual report yang dipublikasikan pada masing-masing perusahaan. b. Variabel Terikat (Dependen) Pengungkapan corporate social responsibility dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat indeks luas pengungkapan CSR menurut standar GRI. Total item pelaporan sesuai GRI yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 79, dengan rumus perhitungan sebagai berikut: Index = A B Keterangan: A = elemen pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. B = elemen pengungkapan CSR sesuai standar GRI. Sedangkan penghitungan CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan dilakukan dengan menggunakan metode dummy yaitu : a. Skor 0 : Jika perusahaan tidak mengungkapkan item pada daftar pertanyaan. b. Skor 1 : Jika perusahaan mengungkapkan item pada daftar pertanyaan. c.
Variabel Moderating Profitabilitas merupakan variabel moderating dalam penelitian ini. Profitabilitas adalah Return on Assets (ROA) yang didapatkan dari laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur selama periode penelitian. ROA menunjukkan perbandingan net income dan total assets perusahaan (Husnan: 1995). Rumus Profitabilitas : ROA=Earning before interest and tax Total Aktiva 2.2
Populasi Dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono: 2007). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang termasuk dalam kelompok industri manufaktur yang telah terdaftar di BEI pada tahun 2014. Jumlah dari populasi adalah 141 perusahaan. Dipilihnya satu kelompok industri yaitu industri manufaktur sebagai populasi dimaksudkan untuk perbedaan karakteristik jenis perusahaan, dan sektor manufaktur langsung bersinggungan dengan lingkungan dalam proses aktifitasnya. Teknik sampling yang digunakan oleh penulis adalah non probability sampling yang meliputi sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball (Sugiyono: 2007). Teknik non probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut Sugiyono (2007) purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dan menurut Jogiyanto (2007) purposive sampling dilakukan @JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
32 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan criteria tertentu yang berdasarkan atas pertimbangan tertentu. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria sampel yang akan digunakan yaitu : 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan keuangan tahun 2014. 2. Tersedia laporan keuangan tahunan perusahaan secara lengkap tahun 2014 baik secara fisik maupun melalui website www.idx.co.id atau pada website masing-masing perusahaan sesuai dengan kebutuhan penulis. 3. Menyediakan laporan keuangan tahunan lengkap yang memiliki data–data mengenai item pengungkapan CSR, Return on Assets (ROA) dan jumlah dewan direksi pada akhir tahun buku pada tahun 2014. Sampel yang didapatkan setelah melakukan metode purposive sampling adalah sebanyak 93 perusahaan. 2.3 Metode Analisis Data a. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari jumlah responden, nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum (Ghozali: 2011). b. Analisis Regresi Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan alat analisis statistik yakni analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis) dengan pure moderator. Menurut Ghozali (2011), pengujian terhadap pure moderator merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen), tetapi variable moderator tidak berfungsi sebagai variable independen. Sehingga persamaan regresi menjadi seperti berikut ini : Y = α + β₁X₁ + β₂ X₁X₂ + ε Keterangan : Y = Pengungkapan Informasi Corporate Social Responsibility α = Konstanta β₁ - β2 = Koefisien Regresi X₁ = Jumlah Dewan Komisaris X₁X₂ = Interaksi antara Dewan Komisaris dengan Profitabilitas ε = Error Term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian Model regresi berganda yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi syarat asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji heterokedastisitas. c. Pengujian Hipotesis (1) Uji Regresi Parsial (Uji Statistik t) Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05, maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut: 1) Bila nilai signifikasi t < 0,05, maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen. 2) Apabila nilai signifikansi t > 0,05, maka H0 diterima, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen.
@JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
33 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
(2) Uji Regresi Simultan (Uji Statistik F) Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05, maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut: 1) Bila nilai signifikasi F < 0,05, maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. 2) Apabila nilai signifikansi F > 0,05, maka H0 diterima, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. (3) Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. 3. HASIL PENELITIAN 3.1 Analisis Regresi Linier Berganda (1) Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Untuk menguji apakah secara parsial variabel bebas (Dewan Komisaris dan Profitabilitas sebagai variabel Moderating) berpengaruh atau tidak terhadap Corporate Social Responsibility. Pengujian ini menggunakan SPSS dengan kriteria sebagai berikut : 1. Apabila nilai signifikansi t < probabilitas (α) 5%, maka Ho ditolak, Ha diterima 2. Apabila nilai signifikansi t > probabilitas (α) 5%, maka Ho diterima, Ha ditolak. Tabel 1 : Hasil Uji Satistik t Coefficientsa Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
Collinearity Statistics t
Sig.
Std. B
Beta
Tolerance
VIF
Error
1
(Constant)
.233
.062
.047
.014
.117
.047
3.741
.000
.336
3.436
.001
.903
1.107
.242
2.471
.015
.903
1.107
Dewan Komisaris Moderator
a. Dependent Variable: Pengungkapan CSR (Sumber: Data sekunder yang telah diolah, 2015
Dimana Ha memiliki arti bahwa variabel bebas (X) mempengaruhi variabel terikat (Y), dan sebaliknya, Ho memiliki arti bahwa variabel bebas (X) tidak memengaruhi variabel terikat (Y). Hasil uji statistik t dapat di lihat pada tabel 1 a. Pengujian H1: Dewan Komisaris Berpengaruh Positif terhadap Corporate Social Responsibility Berdasarkan tabel 4.6, faktor Dewan Komisaris memiliki nilai signifikansi sebesar 0,001 atau 0,1% (lebih kecil daripada tingkat probabilitas 5%), dengan nilai t hitung sebesar 3,436. Hal @JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
34 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
ini berarti bahwa Dewan Komisaris mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap Corporate Social Responsibility pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Dewan Komisaris perusahaan mempengaruhi Corporate Social Responsibility, yang berarti hipotesis 1 diterima. b. Pengujian H2: Profitabilitas Mempengaruhi Hubungan antara Dewan Komisaris dan Corporate Social Responsibility Variabel Moderating dalam penelitian ini adalah Profitabilitas yang merupakan hasil perkalian antara Dewan Komisaris dengan Return on Assets (ROA). Berdasarkan tabel 4.6, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi Pemoderasian sebesar 0,015 atau 1,5%, (lebih kecil daripada tingkat probabilitas 5%), dengan nilai t hitung sebesar 2,471. Hal ini berarti bahwa Profitabilitas sebagai variabel Moderating memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hubungan Dewan Komisaris dengan Corporate Social Responsibility. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Profitabilitas Mempengaruhi Hubungan antara Dewan Komisaris dan Corporate Social Responsibility, yang berarti hipotesis 2 diterima.
(2) Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Hasil uji statistik F dapat di lihat pada tabel 2. Tabel 2 : Hasil Uji Satistik F ANOVAb Sum of Model 1
Squares
Mean df
Square
Regression
1.349
2
.674
Residual
4.724
90
.052
Total
6.073
92
F
Sig.
12.849
.000a
a. Predictors: (Constant), Moderator, Dewan Komisaris b. Dependent Variable: Pengungkapan CSR (Sumber: Data sekunder yang telah diolah, 2015)
Tabel 2 menunjukkan nilai F hitung sebesar 12,849 dengan tingkat signifikasi 0,000 atau sebesar 0%, lebih kecil daripada tingkat probabilitas (α = 5%). Hal ini berarti secara simultan variabel bebas, yang terdiri dari Dewan Komisaris dan Profitabilitas sebagai variabel moderating, mempengaruhi variabel terikat yaitu Corporate Social Responsibility. (3) Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui ketepatan yang paling baik dari model regresi. Besarnya koefisien determinasi R2 adalah antara angka nol sampai dengan angka satu (0≤ R2≤1). Koefisien determinasi bernilai nol berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sebaliknya, nilai koefisien determinasi 1 berarti suatu kecocokan sempurna dari ketepatan model. Hasil uji koefisien determinasi dapat di lihat pada tabel 3.
@JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
35 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016 Tabel 3 : Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Std. Error of the Model 1
R
R Square a
.471
Adjusted R Square
.222
Estimate
.205
.22910
a. Predictors: (Constant), Moderator, Dewan Komisaris b. Dependent Variable: Pengungkapan CSR (Sumber: Data sekunder yang telah diolah, 2015)
Nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) menunjukkan persentase pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Oleh karena besarnya R2 = 0,205, maka : D = R2 x100 % = 0,205 x 100 % = 20,5% Koefisien determinasi (Adjusted R2) sebesar 20,5%, berarti perubahan Corporate Social Responsibility (Y) dipengaruhi oleh Dewan Komisaris (X1) dan Profitabilitas (X2) secara simultan sebesar 20,5%. Sisanya sebesar 100% - 20,5% = 79,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji signifikan terhadap variabel dependen dan variabel independen. Pengaruh variabel dewan komisaris dan profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility ditemukan sebesar 20,5% (Adjusted R2 = 0,205). Hal ini berarti bahwa secara uji signifikansi dewan komisaris dan profitabilitas mampu mempengaruhi Corporate Social Responsibility sebesar 20,5%. Sisanya sebesar 79,5% dipengaruhi oleh variabel lain diluir variabel yang digunakan. Apabila dilihat signifikansinya, secara simultan variabel independen, dewan komisaris dan profitabilitas sebagai variabel moderating berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen dengan nilai F sebesar 12,849 (sig.=0,000; sig.<0,05). Pengungkapan CSR (CSR Disclosure) rata-rata sebesar 47,06%, ini memperlihatkan pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan masih relatif sedikit. Secara keseluruhan hasil hipótesis dengan menggunakan regresi linear berganda dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4 : Ringkasan Hasil Pengujian Hipótesis Kode H1 H2
Hipótesis Semakin Banyak Jumlah Dewan Komisaris maka semakin besar Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan sebaliknya. Profitabilitas memperkuat pengaruh Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility.
Hasil Diterima Diterima
4. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dan untuk menjawab pokok masalah serta tujuan penelitian, maka: 1. Dewan Komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Hal ini berarti semakin besar ukuran dewan komisaris, semakin luas pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia. 2. Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan jumlah dewan komisaris terhadap luas pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan, yang berarti semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap @JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
36 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
pengungkapan tanggung jawab social dalam perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia semakin meningkat. 5. Saran Sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat disampaikan beberapa saran, yaitu: 1. Bagi perusahaan, disarankan untuk tetap melaksanakan kegiatan CSR serta mengungkapkannya karena pelaksanaan CSR akan memberi keuntungan dalam jangka panjang. 2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan periode pengamatan yang lebih lama agar dapat diperoleh penelitian yang lebih representatif. 3. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan variabel lain selain profitabilitas sebagai variabel moderating DAFTAR PUSTAKA Achmad Zaenuddin. (2007). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Praktek Pengungkapan Sosial Dan Lingkungan Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik. Tesis. Universitas Diponegoro Aini, Nike N. (2011), Pengaruh Karakteristik Good Corporate Governance (GCG) terhadap Pengungkapan Corporate Sicial Responsibility (CSR), Tesis, Program Magister Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Edisi pertama. Jakarta: Mediasoft Indonesia Anggraini, Fr. R. R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. 23-26 Agustus. Bhattacharya, S. 1979. “Imperfect Information, Dividend Policy and The Bird in The Hand”, Journal of Economics (Spring). Bowman, E.H., Haire, M., 1976., “Social Impact Disclosure and Corporate Annual Reports”, Accounting, Organizations and Society, 1 (1): 11-21. Daniri, Mas Achmad. 2005. “Good Corporate Governance, Konsep dan Penerapannya Dalam Konteks Indonesia. Jakata: PT RayIndonesia Elkington, J. 1997. Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21st Century Bussiness. Capstone. Oxford. Fr. Reni. Retno Anggraini.(2006). Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Jakarta. Makalah SNA IX Freedman, Martin. 1989. “Social Accounting” dalam Siegel & Ramanauskan. Behavioral Accounting. Ohio. South Western Publishing Co. Freeman, Robert E. 1984. “Strategic Management: A Stakeholder Approach”. Boston: Pitman. Hal. 8-26. Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi Ke 5. Badan Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang. Global Reporting Initiatives (GRI). 2006. Sustainability Reporting Guidelines. Amsterdam.
@JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
37 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
Gray, R., Kouhy, R., Lavers, S. 1995. "Corporate social and environmental reporting: a review of the literature and a longitudinal study of UK disclosure", Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 8 No.2. pp.47-77. Jensen, Michael C. dan Clifford W. Smith, Jr. 1984. The Theory of Corporate Finance: A Historical Overview. New York: Mc Graw Hill. Jogiyanto. (2007). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalamanpengalaman. Cetakan pertama. Yogyakarta: BPFE. Luqman Hakim. (2010). Pertimbangan Investor Berinvestasi Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility Perusahaan Go Publik Di Bursa Efek Indonesia. Disertasi. UM Marzully, Nur. 2012. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapancorporate Social Responsibility Di Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan Berkategori High Profile Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia) Mirfazli, Edi dan Nurdiono. 2007. “Evaluasi Pengungkapan Informasi Pertanggung Jawaban Sosial pada Laporan Tahuan Perusahaan dalam Kelompok Aneka Industri yang Go Public di BEJ”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 12 No. 1, Januari 2007, Lampung Parsa, Sepideh dan Reza Kouhy. 1994. “Disclosure of Social Information by UK Companies; a Case Study of Legitimacy Theory.” Diakses tanggal 6 April 2015 Purnasiwi, Jayanti. 2011. Analisis Pengaruh Size, profitabilitas dan Leverage terhadap pengungkapan CSR pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Sri Utami dan Sawitri Dwi Prastiti. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Social Disclosure. Dalam Jurnal Ekonomi Bisnis, 16(1): h: 63-70 Sembiring, Eddy Rismanda. (2005), Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial : Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VII. Solo. Hal. 379-395 Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta. Bandung Theodora Martina Veronica, Drs. Agus Sumin, Mm. (2010). The Effect Of Company Charactheristic On Disclosure Of Social Responsibility In Mining Corporate Sector Listed In Indonesia Stock Exchange. Jurnal Akuntansi Keuangan, Vol.12 No.1.2010. Waryanti, 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Internet: Bapepam, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.http://www.bapepam.go.id/reksadana/files/regulasi/UU%2040%202007%20 Perseroan%20Terbatas.pdf ( di akses 23 Maret 2015). Indonesiabch, Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup, http://www.indonesiabch.org/docs/uu23-1997.pdf ( di akses 28 Maret 2015).
@JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive