TEMU ILMIAH IPLBI 2014
Peran Desain Fisik Spasial Hotel dalam Pembentukan Persepsi Peruntukan dan Preferensi Ardina Susanti(1), Hanson E. Kusuma(2) (1)
Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, ITB. Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitektur, SAPPK, ITB.
(2)
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat pembentukan citra lingkungan hotel melalui persepsi calon konsumen. Faktor-faktor yang dilihat keterkaitannya adalah faktor desain fisik spasial hotel, faktor persepsi terhadap peruntukan hotel, dan faktor preferensi terhadap keadaan desain fisik spasial tersebut. Pengumpulan data menggunakan metode eksperimen dengan simulasi dan dengan menyebarkan kuisioner secara online. Sambil melihat3 kategori gambar hotel hasil simulasi (etnik, semi etnik, dan modern), responden diminta mengevaluasi gambar tersebut dengan menjawab pertanyaan evaluasi tentang persepsi peruntukan dan preferensi terhadap model bangunan hotel yang ditampilkan. Analisis data dari 100 responden dewasa muda Indonesia menunjukkan hasil bahwa model bangunan kategori etnik yang memunculkan tingkat preferensi yang tertinggi. Kata-kunci : Desain fisik spasial, Hotel, Persepsi peruntukan, Preferensi
Pengantar Penelitian mengenai keilmuan perilaku-lingkungan merupakan bagian dari keilmuan arsitektur. Kedekatan keilmuan tersebut karena pada hakikatnya keilmuan arsitektur sendiri merupakan keilmuan pembentukan ruang sebagai wadah aktivitas dari manusia. Oleh karena itu, ilmu arsitektur tidak bisa dilepaskan dari unsur perilaku manusia. Respon-respon manusia dalam menanggapi lingkungannya dapat menjadi dimensi untuk mengevaluasi kualitas dan optimalisasi dalam perencanaan dan perancangan lingkungan binaan. Keilmuan perilaku-lingkungan merupakan bagian dari ranah keilmuan arsitektur dan ranah keilmuan hospitality. Beberapa penelitian yang telah ada banyak membahas mengenai respon akibat dari keadaan fasilitas hospitality architecture (Bitner, 1992; Alcantara, 2012; Verhoeven; 2009; Lin, 2004; Stannegard & Stannegard, 2012). Hal tersebut sesuai dengan ungkapan Rapoport (1982; dalam Bitner, 1992) bahwa lingkungan fisik sangat sarat akan tandatanda, sehingga persepsi yang timbul akibat dari
tanda-tanda tersebut akan membangun citra dari lingkungan fisik. Menurut teori Gestalt (Schiffman, 2001; dalam Lin, 2004), terdapat 6 prinsip yang menjadi acuan manusia dalam mengelompokkan bentuk, yaitu berdasarkan kedekatan jarak (proximity), kemiripan fisik (similarity), kesamaan arah (continuity), kesamaan pergerakan (common fate), simetri (symmetry), kelengkapan figur (closure). Penanda visual dari lingkungan terdiri dari aspek warna, aspek cahaya, dan aspek ruang dan fungsi (Lin, 2004), yang akan menimbulkan persepsi pengguna mengenai citra lingkungan tersebut. Menurut Bitner (1992) lingkungan yang disebut environmental dimension, akan mempengaruhi respon internal pengguna baik dari segi kognitif, emosional, dan fisiologis. Respon kognitif merupakan respon pengguna dalam memaknai dan mengkategorisasi lingkungan. Oleh karena itu, beberapa penelitian lain melihat kemampuan dari desain fisik spasial hotel mampu menjadi komunikator dalam menunjukkan segmentasi konsumen yang dituju. Seperti persepsi peruntukan hotel (Alcantara, 2012), di mana Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 |A_7
Peran Desain Fisik Spasial Hotel dalam Pembentukan Persepsi Peruntukan dan Preferensi
persepsi peruntukan hotel tersebut terdiri dari persepsi bahwa hotel tersebut cocok didatangi bersama pasangan, teman & kerabat, untuk urusan bisnis, untuk para pensiunan, atau cocok untuk menginap sendiri. Stannegard dan Stannegard (2012) juga menyebutkan bahwa perancangan hotel baik itu dari aspek fisik spasial maupun sosial dapat menjadi alat komunikasi mengenai segmentasi konsumen yang dituju, dan memang terdapat perbedaan persepsi akan pemaknaan perancangan antara profesi yang berbeda. Verhoeven (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa aspek fasad dapat menjadi citra restauran untuk mengungkapkan kesan harga yang ditawarkan dan perilaku yang harus dilakukan di dalamnya apakah fine dinning (formal) atau casual dinning (non formal). Akan tetapi, kebanyakan penelitian tersebut belum menyebutkan karakterkarakter fisik dari lingkungan bangunan hospitality yang menghadirkan respon positif atau negatif. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk dapat menggambarkan penanda visual dari desain fisik spasial hotel yang mampu membangun citra atau persepsi peruntukan hotel, dan melihat hubungan dari persepsi tersebut terhadap tingkat preferensi. Responden penelitian ini berjumlah 100 responden yang merupakan warga negara Indonesia yang berdomisili di Pulau Jawa, Bali, Sumatra, dan Sulawesi. Metode Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori (Groat, 2002) yaitu penelitian yang melihat hubungan antar faktor dan merupakan penelitian kuantitatif (Creswell, 2003) yang mana data yang terkumpul akan dianalisis secara kuantitatif. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan simulasi. Penelitian eksperimental ini mengarah pada jenis pre-experimental posttest-only (Creswell, 2003). Pada penelitian ini tidak ada kelompok kontrol, A_8 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014
sehingga semua responden akan mengevaluasi model bangunan yang sama. Strategi pengumpulan data adalah berupa survei melalui kuisioner online. Kuisioner online ini terdiri dari gambar permodelan obyek hotel disertai pertanyaan untuk mengevaluasi obyek dan data diri responden. Proses permodelan gambar obyek diawali oleh studi arsip dan observasi. Model bangunan hotel yang digunakan adalah model bangunan hotel yang ada di Bali, sehingga studi arsip dan observasi dipusatkan pada hotel-hotel yang ada di Bali. Studi arsip dan observasi dilengkapi dengan dua teori lainnya. Teori yang pertama adalah teori visual cues (Lin, 2004) tentang aspek ruang dan fungsi yaitu furnitur, bentuk, garis, warna, dan tekstur. Teori yang ke-dua tentang unsur pragmatik berupa unsur tantrik/ seni ornamen dan prinsip umum arsitektur Bali (Saliya, 2005). Dari studi arsip, observasi, dan pemahaman terhadap 2 teori tersebut dirumuskan kriteria untuk obyek bangunan, seperti yang ada pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Karakteristik 3 Gaya Arsitektur Acuan
Etnik
Seni ornamen Komposisi bangunan
Masih banyak Masih diaplikasikan Banyak detail
Furnitur
Bentuk
Garis
Warna
Tekstur
Semi etnik Sudah berkurang Kurang diaplikasikan Sedikit detail dan
Modern Tidak ada Kurang diaplikasikan Sedikit detail dan
built-in
built-in
Ada variasi lingkaran Dominasi garis lengkung Warna alami
Sedikit variasi lingkaran Dominasi garis lurus
Material alam
Material alam
Sedikit variasi lingkaran Dominasi garis lurus Warna solid & tidak alami Material kaca dan metal
Warna alami
Ardina Susanti
Oleh karena model bangunan ini akan ditampilkan dalam media foto, satu kategori gaya arsitektur akan ditampilkan dalam beberapa foto. Fasilitas-fasilitas yang akan ditampilkan diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola hotel dan hasil analisis data review konsumen hotel di Bali versi situs tripadvisor. Berdasarkan metode tersebut, diperoleh 3 jenis model bangunan hotel yang bergaya etnik, semi etnik, dan modern. Masing-masing model obyek disusun dalam 1 kesatuan formatyang tersusun dari bagian fasad, lobby, kamar tidur, kamar mandi, restauran, dan kolam renang (teori Gestalt; dalam Lin, 2004), seperti yang terlihat pada gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Model bangunan hotel dengan 3 kategori gaya arsitektur, yaitu gaya etnik (atas, kiri); gaya semi etnik (atas, tengah); dan gaya modern (atas, kanan)
Selain model bangunan hotel, kuisioner juga dilengkapi dengan pertanyaan evaluasi terhadap model bangunan. Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang menggambarkan persepsi responden mengenai persepsi peruntukan hotel. Terdapat dua pertanyaan mengenai hal tersebut yaitu, pertanyaan tentang partner yang paling sesuai : ‘Hotel ini paling cocok saya datangi bersama…. (Pasangan/keluarga/teman/kolega/sendiri)’ Pertanyaan yang kedua adalah pertanyaan mengenai tujuan yang paling sesuai : ‘Hotel ini paling cocok untuk…. (untuk liburan/untuk pensiunan/untuk urusan bisnis)’
Jenis data dari jawaban tersebut berupa data karakter/nominal karena tidak berupa angka. Jawaban mengenai pertanyaan persepsi tersebut kemudian dilihat hubungannya dengan preferensi. Pada penelitian ini preferensi diukur berdasarkan keinginan menginap (willingness to
stay ). Pengukuran preferensi yang sejenis juga ada pada penelitian Alcantara (2012). Pengukuran preferensi tersebut tertuang dalam pertanyaan yang jawabannya berupa skala likert (1-5): ‘Saya ingin menginap di hotel ini’ Tidak setuju
1
2
3
4
5
Setuju
Populasi dari penelitian ini adalah warga negara Indonesia yang berdomisili di Indonesia dengan rentang usia 18-40 tahun yang biasa disebut dengan segmentasi usia dewasa muda. Segmentasi dewasa muda dianggap sesuai sebagai populasi penelitian ini karena berdasarkan struktur kependudukan Indonesia, usia ini memiliki proporsi yang paling banyak. Menurut Levinson (dalam Berk, 2007) fase usia dewasa muda merupakan fase dengan energi terbesar sehingga sangat besar kemungkinan untuk melakukan aktivitas wisata. Menurut Carr (2005), terdapat perbedaan alasan yang menjadi motivasi berlibur antara kelompok remaja dan dewasa. Alasan utama yang menjadi motivasi dalam berlibur adalah untuk relaksasi dan melepaskan diri dari tanggung jawab, selebihnya alasan untuk berlibur adalah lebih untuk kepentingan diri sendiri yaitu untuk menambah pengetahuan dan pengalaman terhadap tempat dan hal-hal baru. Sampel penelitian ini diambil berdasarkan metode purposive-snowball sampling dengan tujuan mendapatkan responden yang sesuai dengan segmentasi usia yang dipilih dan dilakukan secara convenient-sampling untuk kepentingan efisiensi dalam pengambilan data. Metode Analisis Data Analisis data yang diperoleh dari responden akan diolah secara kuantitatif. Metode analisis yang dilakukan adalah berupa analisis korespondensi dan analysis of variance (ANOVA). Analisis korespondensi digunakan untuk mengetahui coincidence antara dua data nominal/karakter, yaitu antara variabel gaya arsitektur dengan variabel persepsi peruntukan hotel (partner dan tujuan). Analisis ANOVA digunakan untuk mengetahui hubungan antara Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 |A_9
Laki-laki
DESAIN FISIK SPASIAL : Bangunan etnik Bangunan semi etnik Bangunan modern
37
Perempuan
63
Sulawesi DOMISILI
data nominal/karakter dengan data continuous/ numerik, yaitu antara data variabel persepsi dan variabel tingkat preferensi. Secara lebih jelas, analisis dapat dilihat pada gambar 2.
GENDER
Peran Desain Fisik Spasial Hotel dalam Pembentukan Persepsi Peruntukan dan Preferensi
8
Sumatra
6
Bali
35
ANOVA PREFERENSI : Tingkat keinginan menginap responden pada bangunan
Gambar 2. Variabel dan unit analisis penelitian, serta metode analisis data antar variabel
Cerai
Keadaan sosiodemografi responden akan digambarkan dari aspek usia, pekerjaan, status pernikahan dan anak, serta aspek domisili dari responden. Pengelompokan usia responden dibagi dalam 4 kelompok berdasarkan fase yang dipaparkan Levinson (dalam Berk, 2007). Responden seluruhnya berjumlah 100 orang didominasi oleh kelompok usia 23-28 tahun, diikuti oleh usia 17-22 tahun, 29-33 tahun, dan 34-40 tahun (lihat gambar 3). Mereka sebagian besar berdomisili di Pulau Jawa (sejumlah 55 responden), dan sisanya berdomisili di Pulau Bali, Sulawesi dan Sumatra. Responden sebagian besar sudah bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, sedangkan sisanya masih berstatus mahasiswa dengan keadaan finansial yang masih disokong orang tua. Responden yang menyatakan sedang tidak bekerja (2 responden) kemungkinan adalah responden yang baru saja menyelesaikan pendidikan dan masih dalam proses mencari pekerjaan.
A_10 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014
87 1
Sudah menikah
19
Belum menikah Tidak bekerja
80 2
Bekerja
53
Pelajar/mahasiswa 34-40
Analisis dan Interpretasi Sosiodemografi Responden
51 13
Belum punya anak
USIA
KORESPONDEN SI
PERSEPSI PERUNTUKAN : Partner yang paling sesuai Tujuan yang paling sesuai
PEKERJAAN PERNIKAHAN ANAK
Jawa Sudah punya anak
45 3
29-33 23-28 17-22
Gambar 3. responden
10
Gambaran
55 32
keadaan
sosiodemografi
Sebagian besar responden menyatakan belum menikah dan punya anak, mungkin disebabkan karena responden yang didominasi oleh kelompok usia 23-28 tahun dan 17-22 tahun, responden sebagian masih menempuh pendidikan tinggi atau baru memulai karir. Komposisi gender responden lebih banyak jumlah responden perempuan dibandingkan responden laki-laki. Ketidakberimbangan komposisi gender ini akan berpengaruh pada preferensi, yang mana kondisi preferensi yang terjadi lebih mengacu pada preferensi perempuan. Preferensi terhadap Bangunan Hotel Berdasarkan diagram analisis ANOVA (lihat gambar 4 di bawah), terlihat bahwa model bangunan yang paling disukai oleh responden adalah bangunan bergaya etnik, diikuti oleh bangunan bergaya semi etnik. Sedangkan preferensi responden terendah adalah preferensi terhadap bangunan bergaya modern.
Ardina Susanti
Penjelasan untuk keadaan preferensi tersebut dapat dihubungkan dengan persepsi peruntukan hotel menurut responden untuk masing-masing model bangunan.
1.0 Untuk urusan bisnis Modern
c1
0.5
0.0
Semi etnik Untuk rekreasi/berlibur
5
Pref
Etnik Untuk pensiunan
-0.5
4
3
-1.0 -1.0 2
-0.5
0.0
0.5
1.0
c2
1 Etnik
Modern
Each Pair Student's t 0.05
Semi etnik
Gaya Arsitektur
Gambar 4. Analisis ANOVA antara variabel gaya arsitektur dengan variabel preferensi responden. Nilai significant value 0,03. Perbedaan antara etnik dan modern adalah signifikan.
Persepsi Peruntukan Bangunan Hotel Hasil analisis korespondensi antara gaya arsitektur dan persepsi peruntukan masingmasing model bangunan, ditampilkan pada gambar 5 dan 6. Model bangunan bergaya etnik dianggap paling sesuai untuk didatangi bersama pasangan (gambar 5) dan paling cocok untuk tujuan menikmati masa pensiun dan untuk berlibur (gambar 6). Model bangunan bergaya semi etnik dianggap paling sesuai untuk didatangi bersama keluargadan paling cocok untuk tujuan berlibur. Sedangkan model bangunan bergaya modern dianggap paling sesuai untuk didatangi bersama teman, kolega, dan untuk sendiri, serta paling cocok untuk tujuan pekerjaan/bisnis.
Gambar 6. Analisis korespondensi antara variabel gaya arsitektur dengan persepsi tujuan yang sesuai
Persepsi Peruntukan dan Preferensi Persepsi untuk tujuan berlibur dan pensiunan cenderung menghasilkan preferensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan persepsi untuk urusan bisnis/pekerjaan (gambar 7). Namun, persepsi bahwa bangunan cocok untuk pensiunan muncul sangat sedikit sehingga tidak terlalu menjadi pertimbangan analisis. Persepsi bahwa bangunan tersebut cocok didatangi bersama pasangan, teman, dan keluarga cenderung menghasilkan preferensi yang lebih tinggi dibandingkan persepsi bahwa bangunan cocok didatangi bersama kolega atau sendiri (gambar 8). Namun, persepsi bahwa bangunan cocok didatangi bersama teman dan untuk menginap sendiri muncul sangat sedikit sehingga tidak dipertimbangkan dalam analisis. 5
1.0
Sendiri 4
Kolega Teman Modern
c1
Pref
0.5
3
Semi etnik
0.0
2
Keluarga Pasangan Etnik
1
-0.5
Untuk pensiunan
Untuk rekreasi/berlibur
Untuk urusan bisnis
Tujuan -1.0 -1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
c2
Gambar 7. Analisis ANOVA antara persepsi tujuandan tingkat preferensi responden
Gambar 5. Analisis korespondensi antara variabel gaya arsitektur dengan persepsi partner yang sesuai Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014 |A_11
Peran Desain Fisik Spasial Hotel dalam Pembentukan Persepsi Peruntukan dan Preferensi
Kesimpulan
5
Pref
4
3
2
1 Keluarga
Kolega
Pasangan
Sendiri Teman
Partner
Gambar 8. Analisis ANOVA antara persepsi partner dan tingkat preferensi responden
Diskusi Model bangunan hotel yang bergaya etnik memiliki unsur seni ornamen yang lebih banyak sehingga mampu menghadirkan kesan berada pada tempat yang berbeda, sehingga bangunan ini lebih disukai oleh responden. Kesan berada pada tempat yang berbeda mungkin membuat responden merasa sedikit lepas dari tanggung jawab pekerjaan atau tugas-tugas kuliah dan juga menambah pengalaman tentang tempat/hal baru. Bangunan hotel yang bergaya etnik juga didominasi oleh garis-garis lengkung pada pasangan ornamen dan furnitur. Garis-garis lengkung terkesan melembutkan sudut, sehingga bangunan tidak terlalu terkesan formal dan membuat responden merasa tenang/ dapat melakukan relaksasi. Tekstur dan warna alami yang dihadirkan pada bangunan etnik dan semi etnik juga merupakan faktor yang memungkinkan model bangunan ini disukai oleh responden. Unsur-unsur alam dapat menjadi sarana kontemplasi atau relaksasi bagi responden. Berbeda halnya dengan model bangunan yang bergaya modern, yang serba minimalis, identik dengan unsur garis lurus yang tegas membuat bangunan terkesan formal, dan mengurangi dampak relaksasi yang diberikan pada responden, sehingga preferensi responden pada model bangunan ini cenderung lebih rendah.
A_12 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014
Bangunan dengan fungsi hotel identik dengan persepsi sebagai sarana rekreasi/liburan, pelepas kepenatan, untuk didatangi bersama orangorang yang dicintai seperti pasangan dan keluarga. Hal-hal yang mengingatkan akan pekerjaan dan formalitas tentunya dihindari dalam memilih sarana rekreasi. Tekstur material dan warna alami dari model bangunan etnik dan semi etnik kemungkinan menjadi aspek utama yang membentuk citra rekreasi/liburan bagi responden, sehingga preferensi responden cenderung lebih tinggi pada model ini. Sedangkan tekstur material dan warna alami tidak tampak pada bangunan bergaya modern, sehingga menjauhkan citra liburan pada model bangunan ini. Daftar Pustaka Alcántara, E.et.al (2012). Purpose of stay and willing-ness
to stay as dimensions to identify and evaluate hotel experiences. International Journal of Hospitality Management. Berk, L.E. (2007) Development trough the lifespan (4th edition), chapter 14. Allyn and Bacon: Boston, MA. Bitner, M.J.(1992) Servicescapes : The impact of physical surroundings on customer and employees. Journal of Marketing Vol. 56. Carr, N. (2005) A comparison of adolescents’ and parents’ holiday motivations and desires. Tourism and Hospitality Research Vol.6. Creswell, J.W. (2003). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc. Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Lin, I.Y. (2004) Evaluating a servicescape: the effect of cognition and emotion. Hospitality Management Vol. 23. Saliya, Y. (2005) Pragmatik Estetiko-Religious dalam Arsitektur Vernakular di Bali. Disertasi Institut Teknologi Bandung Strannega°rd, L.& Strannega°rd , M. (2012) Works of Arts : Aesthetic Ambition in Design Hotel. Annals of Tourism Research, Vol. 39, No. 4. Verhoeven, J. et al.(2009) The price facade: Symbolic and
behavioral
price
cues
in
service
environments.
International Journal of Hospitality Management vol. 28. Sumber Data Lain : Hotel Terbaik di Indonesia Tahun 2014. URL: www.tripadvisor.co.id. Diunduh pada April-Juni 2014 Narasumber : Bpk. I Wayan Suyatna. Resident Direktur Kuta Paradiso Hotel. Wawancara tanggal 05/05/2014