PENYELIDIKAN PENDAHULUAN ENDAPAN BITUMEN PADAT DI DAERAH PASARWAJO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BUTON, PROPINSI SULAWESI TENGGARA Oleh : Agus Subarnas Sub Direktorat Batubara, DISM SARI Bitumen padat didefinisikan sebaga batuan sedimen klastik halus seperti serpih, lanau, batulempung ataupun batupasir yang kaya akan material organik dan mempunyai prospek untuk menghasilkan sejumlah minyak dan gas melalui proses geologi tertentu. Setelah mengalami pemanasan pada suhu tertentu material organik tersebut mengalami dekomposisi dan melepaskan hidrokarbon dalam bentuk uap dan setelah melalui proses pendinginan akan berubah menjadi minyak atau gas. Bitumen padat merupakan energi fosil yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan sebagai salah satu energi alternatif untuk mensubtitusi energi yang digunakan saat ini Didaerah penyelidikan, endapan bitumen padat terbentuk pada 3 Formasi, yaitu pada satuan serpih berwarna abu abu- hitam Formasi Winto berumur Trias, pada satuan serpih abu abu – abu abu kehitaman Formasi Ogena berumur Jura dan pada satuan batupasir gampingan Formasi Sampolakosa berumur Pliosen. Tebal endapan berkisar antara 1 m sampai > 15 m dengan kontinuitas pelamparan kearah lateral sekitar 2 km. Secara hipotetik total sumber daya yang dihasilkan didaerah ini sebesar 40.591.858,9 ton dengan kandungan minyak antara 14 l/ton sampai 248 l/ton. Kandungan material organik dalam bitumen padat didaerah penyelidikan umumnya terdir atas maseral Liptinite khususnya dari jenis Alginite tipe Lamalginite 1. PENDAHULUAN
1.4 Waktu dan Pelaksana Penyelidikan Penyelidikan dilaksanakan pada Bu
1.1 Latar Belakang Bitumen padat diharapkan dapat
lan April–Juni 2001 selama 45 hari,. Personil
mennjadi salah satu energi alternatip selain
pelaksana berasal dari SubDit Batubara, Direk
batubara yang sampai saat ini dan masih
torat Inventarisasi Sumber Daya Mineral.
digunakan
1.5 Demografi, Iklim dan Tataguna Lahan Mayoritas penduduk adalah suku Bu
1.2 Maksud dan Tujuan Maksud survey tinjau didaerah ini
ton yang beragama islam. Mata pencaharian
diantaranya untuk mendapatkan data lokasi
mereka umumnya sebagai nelayan dan seba
sebaran formasi yang mengandung bitumen
gai petani jambu mente serta berbagai tana
padat dan data teknis lannya, untuk tujuan
man yang mempunyai nilai ekonomi. 32% la
inventarisasi dan menentukan daerah prospek
han di Kabupaten Buton, merupakan hutan
dengan
negara, 16% sawah dan perkebunan, 15% la
harapan temuan tersebut dapat
dimanfaatkan dan dikembangkan lebih lanjut.
han pertanian dan 37% untuk pemukiman dan
1.3 Lokasi Penyelidikan
lain-lainnya. Musim hujan biasa terjadi se
Daerah peninjauan terletak didaerah Pasarwajo dan sekitarnya. Secara
kitar bulan Nopember sampai bulan Mei, se
Geografis
dangkan musim kemarau terjadi antara bulan
terterletak pada koordinat 122° 45′ BT – 123°
Juni sampai Oktober. Suhu udara maksimum
00′ BT dan antara 5° 15′ LS – 5° 30′ LS
didaerah penyelidikan berkisar antara 31,4°C–
(Gambar 1). Secara administratip sebagian
33°C, sedangkan suhu minimum antara 19°C–
besar termasuk dalam Kecamatan Pasarwajo,
21,5°C dengan kelembaban sekitar 83%.
dan Kab Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara.
2. KEGIATAN PENYELIDIKAN
sampai maksimal 700 m dpl serta mempunyai
2.1 Metode Penyelidikan
kemiringan lereng yang sangat terjal.
Pendekatan dan metode penelitian. yang digunakan dalam hal ini adalah studi literatur daerah yang dituju
3.1.1 Stratigrafi Dan Struktur Geologi Tataan Stratigrafi
dan kegiatan
Daerah penyelidikan termasuk bagi
lapangan, yakni eksplorasi langsung berupa
an dari AnjunganTukangbesi-Buton. Pada
pemetaan geologi.
Trias Akhir hingga Jura Akhir berturut-turut
2.1.1 Pemetaan Geologi
diendapkan batuan sedimen Formasi Winto,
Pemetaan geologi dalam hal ini
Formasi
Ogena
dan
Formasi
Rumu.
adalah pemetaan singkapan endapan bitumen
Selanjutnya antara Kapur Akhir sampai
padat dan litologi lainnya pada peta dasar
Paleosen diendapkan sedimen laut dalam
sekala 1 : 50.000. dengan luas daerah sekitar
Formasi Tobelo tidak selaras diatas Formasi-
15’ X 15’ . Pengamatan singkapan didaerah
Formasi yang lebih tua. Pada Zaman Tersier
penyelidikan tersebut dilakukan pada semua
kedalam cekungan Miosen diendapkan batuan
formasi dengan lebih dititik beratkan pada
sedimen dari Anggota Batugamping Formasi
daerah – daerah penyebaran formasi Winto
Tondo, Formasi Tondo dan Formasi Sampola
dan formasi Ogena
kosa. Kedua Formasi ini diduga menjari-
2.1.2.Penyontoan
jemari dan berumur Miosen. Pada Akhir Ter
Pengambilan conto bitumen padat di
sier dien dapkan Formasi Sampolakosa dalam
lakukan dengan metode Grab Sampling dan
lingkungan pengendapan neritikBatial.Sedi
untuk singkapan yang mempunyai tebal > 1
mentasi cekungan Tersier di dae rah ini
m, conto diambil dengan metode ply sample.
diakhiri
2.1.3 Hasil Akhir yang diharapkan
Wapulaka dan Aluvium pada Zaman Kuarter.
Laporan akhir berisi data-data teknis
dengan
diendapkannya
Formasi
Struktur Geologi
geologi, kualitas dan sumber daya bitumen
Peristiwa Tektonik yang terjadi pada
padat disertai Peta geologi dengan sekala 1 :
Anjungan
50.000 dilengkapi dengan rekonstruksi yang
terjadi sebanyak 3 kali. Ketiganya turut
menggambarkan arah penyebaran endapan
berperan dalam tataan stratigrafi dan struktur
bitumen padat didaerah tersebut. Walaupun
didaerah
merupakan penyelidikan pendahuluan, tetapi
berkembang terdiri atas antiklin, sinklin, sesar
diharapkan menjadi sumber daya yang dapat
anjak, sesar normal dan sesar geser mendatar.
dikembangkan lebih lanjut
Sesar-sesar utama yang terjadi pada umumnya
3. KEADAAN GEOLOGI
mempunyai arah sejajar dgn arah memanjang
3.1 Geologi Regional
nya tubuh batuan Pra Tersier dan sumbu ceku
Daerah penyelidikan termasuk bagi an peta geologi lembar Buton, Sulawesi
Buton–Tukangbesi
ini.
Struktur
setidaknya
geologi
yang
ngan sedimen Miosen Kegiatan
tektonik
pada
Plio-
Tenggara. Keadaan umum daerah penye
Plistosen mengakibatkan terlipatnya kembali
lidikan sebagian besar merupakan daerah
batuan yang lebih tua (PraPliosen) dan
perbukitan dengan ketinggian antara 100 m
menggiatkan kembali sesar-sesar yang telah
daerah selidikan terdapat 9 formasi batuan di
terbentuk sebelumnya.
mana urutannya dari tua ke muda adalah :
3.1.2 Indikasi Endapan Bitumen Padat
Komplek Ultrabasa Kapontori
Secara visual sulit untuk
membe
Merupakan komplek batuan malihan
dakan antara batuan yang mengandung bitu
tertua, umur formasi ini sekitar Permo Kar
men dengan yang tidak, akan batuannya
bon. Batuannya terdiri atas peridotit, serpenti
umumnya berupa sedimen klastik halus,
nit dan gabro, setempat terbreksikan dan terge
biasanya serpih, la nau atau batupasir halus
ruskan.
dan seringkali ber asosiasi atau mengandung
Penyebaran batuan komplek Ultra ba
sisa-sisa tumbu han, kayu terarangkan atau
sa ini memanjang dengan arah Timurlaut– Ba
mengandung batubara.
ratdaya. Dibagian Baratdaya Komplek Ultra
3.2. Geologi Daerah Penyelidikan
basa Kapontori ini muncul sebagai Horst
3.2.1 Morfologi Daerah Penyelidikan
dengan kontak tidak selaras terhadap bebe
Morfologi daerah penyelidikan seba gian besar terbentuk oleh batugamping, kong
rapa formasi yang lebih muda. Formasi Winto
lomerat, batuan ultrabasa dan batuan pra tersi
Formasi Winto terdiri atas perseli
er lainnya dan membentuk daerah perbukitan
ngan serpih, batupasir, konglomerat, dan sisi
dengan kemiringan lereng antara 20º–50º dan
pan batu gamping berumur Trias Atas. Serpih
pada beberapa tempat mencapai 80º. Pada
biasanya berlapis tipis sampai sedang, berwar
beberapa tempat kenampakan morfologi batu
na abu-abu sampai kecoklatan atau kehi ta
gamping membentuk ciri yang khas sebagai
man, berbitumen, sering bersisipan dengan ba
plateau. Ketinggian rata-rata didaerah penyeli
tupasir halus sampai sedang dan batugamping
dikan antara 100 m sampai 400 m dpl, pada
tipis berwarna putih. Terdapat sisa tumbuhan
daerah tertentu mencapai ketinggian sampai
berwarna coklat sampai kehitaman, berlem
750 m dari permukaan laut.
bar, sisipan tipis batubara dijumpai hanya
Pola aliran sungai umumnya Sub
pada tempat tertentu berlapis dan dijumpai
Den dritik dengan Erosi sungai antara stadium
perlapisan sejajar, silang siur dan gelembur
muda dan stadium dewasa. Kebanyakan su
gelombang.
ngai-sungai kecil didaerah penyelidikan tidak
Batupasir berwarna abu-abu sampai
berair, kemungkinan keringnya air sungai aki
kecoklatan, gampingan, padat, sering terdapat
bat ku rangnya daya serap tanah terhadap air
urat kuarsa, dibeberapa tempat dalam formasi
akibat tidak adanya vegetasi yang dapat me
Winto menyebabkan rembesan minyak. Salah
nyerap air hujan. Atau akibat banyaknya
satu conto rembesan minyak tersebut diantara
aliran sungai bawah tanah dan membentuk
nya yang muncul di Kumele Winto yaitu pada
rongga-rongga atau gua-gua dalam tanah.
lokasi singkapan AKB 48 A
3.2.2 Stratigrafi dan Struktur Geologi
Formasi Ogena
Stratigrafi
Formasi Ogena terdiri atas batugam
Dengan mengacu pada Peta Geologi
ping pelagos, bersisipan klastika halus dan
Lembar Buton , Sulawesi Tenggara, maka di
batugamping pasiran dan batupasir. Umur
formasi Ogena diperkirakan Jura Atas dan
dalam lingkungan pengendapan neritik-batial
diendapkan dalam lingkungan laut dalam..
pada Miosen Atas sampai Pliosen Bawah.
Batupasir umumnya berlapis, berwarna abu-
Formasi Wapulaka Formasi ini sebagian besar berupa ba
abu tua, padu,ukuran butir halus – sangat halus, lanauan , gampingan , sering dijumpai
tugamping, batugamping pasiran,
struktur sedimen perlapisan sejajar.
gampingan. Batugamping
Formasi Tobelo
gamping terumbu ganggang atau koral,
Formasi Tobelo tersebar mengikuti
batupasir
terutama sebagai
topografi batuan ini memperlihatkan undak-
pola umum perlipatan didaerah itu. Litologi
undak
nya tersusun atas kasilitit, berlapis baik, kaya
karst.Diendapkan pada kala Plistosen.
akan radilaria. Umur For masi diperkirakan
Struktur Geologi
antara Kapur–Paleosen dan terbentuk pada
pantai
purba
dan
topografi
Struktur geologi yang terdapat didae
lingkungan pengendapan Batial.
rah penyelidikan berupa struktur lipatan dan
Anggota Batugamping Formasi Tondo.
patahan. Sumbu lipatan umumnya Timurlaut
Tersusun atas batugamping, umum
–Baratdaya. Struktur lipatan berupa sinklin
nya gamping terumbu dan juga kalkarenit.
dan antilklin tersebut mempengaruhi hampir
Anggota batugamping ini merupakan bagian
semua formasi yang ada didaerah penyelidi
bawah dari Formasi Tondo. Kedudukan strati
kan terutama dibagian Tenggara daerah penye
grafinya dengan Fm Tondo menjari-jemari.
lidikan mulai dari Utara sampai ke Selatan .
Formasi Tondo
Patahan utama mempunyai arah Ti
Formasi Tondo tersusun atas konglo
murlaut–Baratdaya dan nampaknya mengikuti
merat, batupasir kerikilan, perselingan batu
arah memanjangnya tubuh batuan Pra Tersier
pasir, batulanau dan batulempung. Pada forma
dan Sumbu cekungan Miosen Anjungan
si Tondo ini seringkali dijumpai rembesan as
Buton-Tukangbesi. Patahan Utama ini umum
pal kepermukaan membentuk urat-urat aspal.
nya berupa sesar naik dan sesar normal. Salah
Formasi Tondo diendapkan dalam lingkungan
satu patahan utama yang sangat penting ada
pengendapan neritik hingga Batial
lah sesar naik Winto, sesar ini mengangkat
Bawah
pada Miose Tengah sampai Miosen Atas.
Formasi Winto kepermukaan dan diper
Formasi Sampolakosa
kirakan berpotensi sebagai jalur rembesan
Litologi terutama terdiri atas batupa
minyak serta munculnya endapan aspal murni
sir gampingan-lempung gampingan. Batupasir
kepermukaan, selain itu jalur sesar ini me
gampingan umumnya berukuran butir halus
munculkan beberapa mata air panas. Selain pa
sampai sedang abu-abu sampai abu-abu
tahan utama, terdapat juga patahan–patahan
kehitaman, berlapis tebal sampai massif. Pada
ikutan atau sekunder yang mempunyai arah
banyak tempat seperti di Desa Wining terim
Baratlaut–Tenggara dan Utara–Selatan. Pata
pregnasi oleh aspal, mengandung bitumen,dan
han Utama dan sekunder didaerah penye
pada tempat-tempat tertentu dijumpai rem
lidikan memotong hampir semua formasi
besan aspal murni menembus sampai keper
batuan yang berumur Tersier dan Pra Tersier.
mukaan. Formasi Sampolakosa diendapkan
3.2.3 Temuan Endapan Bitumen Padat
Batuan yang diduga mengandung bi
pasir gampingan atau napal. Pada Formasi
tumen padat terdapat pada Fm Winto, Fm
Sampolakosa kandungan aspal dan bitumen
Ogena dan Fm Sampolakosa. Selama penye
padat terdapat sebagai lensa–lensa dalam
lidikan berlangsung ditemukan seba nyak 54
batupasir gampingan dan napal.
singkapan yang diduga merupakan singkapan
2. Formasi batuan mengandung Bitumen
batuan yang mengandung bitumen.
Padat Lapisan batuan mengandung bitumen
4. GEOLOGI BITUMEN PADAT
padat terdapat pada Formasi Winto dan Forma
4.1. Endapan Bitumen Padat Untuk mengetahui pengaruh penye
si Ogena. Kandungan Bitumen padat pada ke
baran bitumenpadat didaerah penyelidikan
dua formasi tersebut terdapat pada lapisan ser
perlu dilakukan pengamatan pada semua for
pih berwarna abu-abu, abu-abu kehitaman dan
masi batuan yang ada, hal ini disebabkan
serpih berwarna hitam.Tebal serpih bervariasi
karena sangat intensifnya sesar-sesar yang ter
antara 10 cm sampai >20 m Pada kontak sesar
jadi dan untuk mempelajari kemungkinan te
antara Formasi Winto dengan Formasi Sampo
lah bermigrasinya kandungan munyak dari
lakosa di sungai Winto dijumpai rembesan
batuan/serpih yang diperkirakan mengandung
minyak. Penyebaran lapisan serpih berbitumen
minyak karena umur batuan yang tua (Trias A
kearah lateral diperkirakan sekitar 1 km
tas dan Jura Bawah). Hasil pengamatan dilapa
sampai 2 km dari singkapan terakhir..
ngan dapat diuraikan sebagai berikut :
Sementara itu jumlah lapisan yang dapat
1. Formasi batuan mengandung Bitumen
ditentukan hasil rekonstruksi singkapan pada
Padat dan Aspal. Terdapat pada Formasi
penyelidikanini terdapat sebanyak 6 (enam)
Tondo dan Formasi Sampolakosa. Pada
lapisan, dimana arah jurus lapisan umumnya
Formasi Tondo endapan aspal dan bitumen
hampir
padat terdapat pada lapisan batupasir dan
kemiringan antara 17º sampai 50º
BaratDaya-TimurLaut
dengan
Tabel 1. Data Singkapan Bitumen padat di daerah penyelidikan No
Lokasi
Jurus/Kemiringan
Tebal (m)
1 2 3 4
AKB 01 AKB04 AKB05 AKB06
65/32 71/44
>1 m >2m >1m >1 m
5
AKB07
-
> 3m
6
AKB08
165/28
>1 m
7
AKB09
-
>2 m
8
AKB11
-
>2 m
9
AKB12
-
>5 m
Keterangan Bpsgpg an, abu-abu kehitaman, berbitumen Bps, abu-abu, berbintik-bintik aspal/bitumen Blp, coklat kehitaman-hitam, tdpt sisa tumbuhan Gpg, berlapis 10-20 cm, abu abu-abu abu kemerahan,padu, bagian tertentu beraroma aspal Bpsgpg an, abuabukehitaman,halus,mengandung aspal, pada tempat tertentu aspal merembes kepermukaan sebagai urat-urat aspal Bps, abu abu kehitaman, ukuran butir sedang, sisipan gamping pasiran, beraroma aspal Bpsgpg an, abu abu-abu abu kehitaman, sebagian diimpregnasi aspal Bpsgpg an, abu abu- kehitaman, aspal, pada bagian tengah konsenterasi aspal lebih tinggi Gamping, putih-abu abu kekuningan, agak lunak, masif, beraoma aspal
10
AKB13
-
>2 m
12
AKB23
15/16
>2,5 m
13
162/11
>4 m
14
AKB24 A AKB25
324/8
>3 m
15
AKB33
20/40
>0,5 m
16
AKB34
215/29
>0,9 m
17
AKB34A
200/40
>0,9 m
18
AK34B
152/29
2m
19
AKB35
260/60
>2 m
20
AKB36
245/35
>0.8 m
21
AKB37
256/24
>1,5 m
22
AKB38
-
>4 m
23
AKB39
10/40
>1 m
24
AKB40
5/70
>2,2 m
25
AKB41
295/42
>0,7 m
26
AKB42
200/70
>0,8 m
28
AKB43
185/83
25 m
29
AKB44
177/64
9m
30
AKB45
30/42
8m
Gamping, putih, kurang padu, perlapisan kurang baik, aroma aspal kuat Bps, hitam, halus, padat, mengandung aspal. Sisipan gpg abu-abu, tebal 16 cm, mengandung bintik-bintik dan urat-urat aspal
Gpg klastik, halus,abu-abu, padu, berlapis. Muncul resapan mata air panas Gpg, abu abu kekuningan,padu, masif, perlapisan sejajar Gpg terbreksiasi. Tdpt sisipan serpih abuabu kehitaman, berlapis 1-5 mm, beraroma bitumen. Sph, abu-abu kehitaman, Beraroma bitumen, sisa tumbh. Sisipan blp setebal 3 cm berwarna coklatcoklat kehitaman dan sisipan gpg psr an berwarna abu-abu Serpih, hitam, perlapisan 0,1-1 cm, beraroma bitumen. Terdapat sisipan-sisipan gamping 1-3 cm diterobos urat-urat kalsit Sph, abu-abu kehitaman, beraroma bitumen. Tdpt sisipan-sisipan tipis batugamping Sph, coklat kehitaman- hitam, beroma bitumen. Tdpt sisipan-sisipan gamping setebal 3-8 cm diterobos urat-urat kalsit Sph, hitam, beraroma bitumen. Tdpt sisipan bps, halus, abu-abu kecoklatan 5-18 Cm. Sisipan gamping 6-7 cm Gpg terkersikan, abu-abu kecoklatan. Tdpt sisipan sph hitam 3-5 cm, beraroma bitumen Kontak struktur antara gpg coklat kemerahan dgn serpih abu-abu kehitaman. Termilonitisasi. Sph, hitam, beraroma bitumen, tebal 20-30 cm. Sisipan bpsgpg an, sangat padu, tebal 15-20 cm. Bg atas kongl. Sph, abu abu kehitaman-coklat kehitaman, ber lembar tipis, beraroma bitumen. Tdpt sisipan ti pis blp 1-2 cm didlm lap sph. Antara lap sph tdpt sisipan bps terkersikan, abu-abu, sangat padu. Bps, abu kehitaman, berlapis, padu, terminera lisasi.Tdpt sisipan blp, abu-abu kemerahan, tebal 0,5-2 cm. Cirri batuan terpatahkan pada zona ini Sph, abu-abu, beraroma bitumen. Tdpt sisipan sisa tumbuhan, berlapis tipis, hitam. Pd bg atas & bwh sph tdpt lap bps, kelabu, hls, sgt padu. Gpg psr an, abu abu – hitam, berlapis, padu. Tdpt sisipan sisipan bps, blp dan serpih beraroma bitumen. Terjadi perubahan-perubahan arah pengukuran, Milonitisasi banyak dijumpai, diperkirakan merupakan jalur patahan. Bpsgpg an, abu-abu kehitaman, sangat padu, termineralisasi. Terdapat sisipan-sisipan serpih berbitumen. Arah pengukuran berubah-rubah mencirikan gangguan struktur yang kuat Serpih, abuabu-kekuningan, tercampur milonitisasi. Tdpt sisipan batubara, tebal 0,2 m, hitam, terang, keras, konkoidal,pengotor lempung dan pirit
31
AKB46
10/30
3m
32
AKB47
10/30
20 m
33
AKB48
40/70
12 m
34
ALB-02
225/17
5,5 m
35
ALB-04
215/20
>5 m
Serpih, abu-abu, beraroma bitumen. Sisipan gpg psr an, diisi urat-urat kuarsa saling berpotongan. Serpih, abu-abu. Sisipan batupasir dan gamping 2-5 cm. Terdapat kenampakan bidang sesar. Serpih, abu-abu kehitaman, beraroma bitumen, terkekarkan. tdpt sisipan bps gpg an. Pd bg bwh warna serpih lebih hitam, tdpt rembesan minyak Batupasir menyerpih, mengandung bitumen. Sisipan batulempung abu-abu kecoklatan Serpih mengandung sisipan serpih berbitumen
4.2. Kualitas Bitumen Padat
lakosa dan Formasi Tondo, sedangkan yang
4.2.1.Analisa Retorting
mempunyai kandungan minyak 14 < oil < 68
Pengujian conto kuantitas minyak dilakukan
l/ton. terdapat pada Formasi Winto dan Formasi
dengan metode analisa retorting. Endapan bitu
Ogena. Hasil tertinggi kandungan minyak di
men yang mempunyai kandungan minyak 97 <
daerah penyelidikan adalah 248 l/ton.
oil <248 l/ton terdapat pada Formasi Sampo
Tabel 2. Hasil analisa Retorting conto Bitumen Padat di daerah Buton No Conto AKB-08 AKB–22F AKB–34 AKB34A AKB–35 AKB–40 AKB–43 AKB–48 AKB48B ALB–02 ALB–04
Kandungan Minyak(l/Ton) 248 97 16 41 18 46 68 14 16 16
4.2.2 PengamatanPetrografi
Kandungan Air(l/Ton) 104 140 24 96 44 78 68 64 132 126 144
Berat Jenis(gr/Ton) 1.032 0.988 IS 1.085 IS 1.015 0.983 IS IS IS IS : Insuficient sample
Dari pengamatan terhadap 3 conto, re
Berdasarkan analisa petrografi yang dilakukan
flektan vitrinit yang dihasilkan adalah 0,33%,
terhadap 15 conto bitumen padat didaerah pe
0,35% dan 0,52, angka-angka tersebut menun
nyelidikan, dapat diuraikan sebagai berikut:
jukan vitrinit berada pada tingkat kematangan
Reflektansi Vitrinit hanya dapat diama
rendah-menengah.
ti hanya pada 3 conto, kesulitan ini disebabkan
Dibawah mikroskop liptinit berwarna
karena sangat sedi kitnya kandungan maseral
kuning terang sampai jingga. Liptinit terutama
vitrinit yang terbentuk. Umumnya hampir pada
dari jenis al ginit tipe lamalginit. Lamalginit
setiap conto yang diamati, vitrinit jauh lebih
berwarna kuning–kuning terang dan memper
kecil dari kehadiran liptinite dan inertinitenya,
lihatkanfluoresen sedang terlihat sebagai lemba
sebalik nya kandungan liptinte sangat dominan
ran yang halus atau amorf dan membentuk
mencapai lebih dari 40 %.
susunan lapisan dengan mineral mater 4.2.3 Sumber daya Bitumen Padat
Perhitungan sumber daya dalam laporan
kan korelasi dari singkapan yang didapat kan se
ini dapat dibedakan dalam 2 kelompok
lama peninjauan lapangan maka hasil rekons
sumberdaya :
truksi yang dapat dilakukan didaerah penyelidi
1).Perhitungan
sumberdaya
bitumen
yang
kan terdapat 6 lapisan bitumen padat. Ke 6 lapi
terdapat pada satuan batupasir gampingan
san itu dihitung berdasarkan beberapa pemba
formasi Sampolakosa
tasan sebagai berikut:
yang berumur Tersier.
Berdasarkan luas daerah yang pernah di Eks
a).Sebaran kearah jurus (Panjang) satu lapisan
ploitasi oleh Perusahaan Aspal Negara/Sarana
berdasarkan singkapan yang dapat dikorelasi
Karya maka diperkirakan penyebaran satuan
kan dibatas sejauh 1000 m dari singkapan ter
batupasir tersebut terhampar seluas 2,5 Km².
akhir, kearah kemiringan (lebar) dibatasai
Jika tebal tiap singkapan antara 2-6 m dan
sampai kedalaman 50 m
beratjenis sekitar 2,78 kg/ton maka sumberdaya di daerah tersebut adalah 2.500.000 x 4,0 x 2,78
b).Penyebaran kearah kemiringan (lebar) lapi san dibatasi sampai kedalaman 50m c).Tebal lapisan adalah tebal rata-rata dari selu
= 27.800.000 ton 2.Perhitungan sumberdaya bitumen yang terda
ruh bitumen padat yang termasuk dalam lapi
pat pada satuan serpih abuabu–abuabu
santersebut
kehita
man Formasi Winto dan Formasi Ogena yang berumur Trias dan Jura. Dasar perhitungannya adalah sebaran kearah lateral yang didapatkan dari korelasi be berapa singkapan yang diamati dan berda sar Sumber Daya : { [Panjang(m) x Lebar(m) xTebal(m)] x Bj gr/ton } Tabel 3. Perhitungan Sumberdaya Bitumen Padat Formasi Winto dan Ogena NoSingkapan Lapisan Dip Panjang(m) Lebar(m) Tebal(m) Bj Sumberdaya(ton) AKB-42 a 30 2000 100 15,0 2,53 7.590.000,0 AKB-40 b 70 2000 53,2 2,20 2,04 477.523,2 AKB-39 c 40 2000 77,78 1,50 1,74 406.011,6 AKB-34 AKB-34A d 41 2000 76,21 1,15 2,70 473.264,1 AKB-35 ALB-04 e 20 2000 146,2 5,00 2,63 3.845.060,0 12.791.858.9
Penyebaran
Formasi
pembawa
Buton dari Selatan sampai Utara atau hampir
bitumen padat di daerah penyelidikan cukup
45% dari seluruh formasi yang ada di P. Buton..
luas. Diluar daerah penyelidikan masih tersebar
Disisi lain hasil uji retorting kandungan minyak
formasi pembawa bitumen padat (Formasi
terhadap conto batuan, menunjukan angka yang
Winto) yaitu dibagian Baratdaya. Formasi
cukup memadai yaitu antara 14 l/ton – 68 l/ton
Winto dan Formasi Ogena juga tersebar di
minyak dan antara 97 l/ton sampai 248 l/ton
bagian Utara P. Buton. Sedangkan Formasi
minyak. Berdasarkan ilustrasi angka-angka kua
Sampolakosa tersebar hampir disetiap bagian P.
litas dan besaran luas formasi yang berpotensi
mengandung bitumen padat maka penyelidikan
8.Tingkat kematangan material didaerah penye
di P.Buton ini masih sangat memungkinkan
lidikan menunjukan angka 0,33%- 0.52%. Ni
untuk dilanjutkan pada tahapan selanjutnya
Nilai ini mencerminkan bahwa tingkat Ke
diantaranya
matangan material organik termasuk pada
dengan
melakukan
pemetaan
bersistim dan eksplorasi yang lebih detail. 5. KESIMPULAN 1.Daerah penyelidikan sebagian besar merupa
tingkatan rendah. 9.Potensi sumber daya bitumen padat pada kla sifikasi hipotetik sebesar 40.591.858,9 ton
kan perbukitan dengan ketinggian antara 100 m sampai 400 m dpl, kemiringan lereng
DAFTAR PUSTAKA
20º-50º. Morfologi khas membentuk kenampa
Sikumbang, N., Sanyoto, P., Supandjono, R.J.B
kan bentuk plateau. Aliran sungai umumnya
Dan Gafoer, S., 1995, Peta Geologi
Sub dendritik dan seringkali berpola colinear.
Lem bar Buton, Sulawesi Tenggara
2.Terdapat 3 Formasi pembawa bitumen padat, yaitu Fm Winto, Fm Ogena dan Fm Sampo lakosa 3. Bitumen padat di daerah penyelidikan teraku
sekala 1 : 250.000. Puslitbang Geologi Bandung Yen, The Fu., and Chilingarian 1976, Oil Shale, Development in Petroleum Science, 5
mulasi pada batuan serpih berwarna abuabu
Elsevier Science Publishing Company,
-abuabu kehitaman dan batupasir gampingan
Amsterdam–Oxford, New York 1976 S.,
berwarna abu-abu sampai abu-abu kehitaman
1976,Oil Shale, Developmen in Petro
4. Arah sebaran serpih bitumen umumnya Ti murLaut–BaratDaya dengan kemiringan anta ra 20°- 83°(pada Formasi Winto dan Formasi
leum Science, Elsevier Scientific Publishing Company Badan Pusat Statistik Kabupaten Buton, Pro
Ogena) dan antara 11° sampai 44° pada For
pinsi Sulawesi Tenggara., 1999. Buton
masi Sampolakosa.
Dalam Angka
5. Hasil pengujian kandungan minyak dengan Retort Analysis Methode yang dilakukan ter hadap 11 conto batuan menunjukan nilai an tara 14 l/ton sampai 68 l/ton dan antara 96 l/ton sampai 248 l/ton 6.Dari hasil pengamatan Petrografi menunju kan bahwa Liptinit berkisar antra 10%-40% Liptinit tampak dalam bentuk berlembar (la mellae), Ellipsoid dan Elongated, berwarna kuning terang. 7. Identifikasi terhadap kelompok maseral Lipti nitte, menunjukan bahwa Lipti nite berasal dari jenis Alginite tipe Lamalginite.
Gambar 1. Peta Lokasi Penyelidikan
Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penyelidikan