PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS (DM) DENGAN JOGGING Dewi Hartinah, Sri Karyati *email : dewi
[email protected]
ABSTRAK Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif dengan sifat kronis.Penatalaksanaan DM terdiri dari empat pilar yaitu diet, aktifitas fisik, farmakologis dan penyuluhan.Secara fisiologis seseorang yang melakukan aktifitas fisik akan mengalami pembakaran lemak dan cadangan lemak sehingga ada upaya penarikan glukosa dari pembuluh darah ke jaringan otot. Sehingga terjadi penurunan kadar gula darah.Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh jogging terhadap penurunan gula darah pada penderita DM di Puskesmas Batealit Kabupaten Jepara.Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pre-eksperimental dengan pendekatan observasional.Rancangan penelitian menggunakan pra-post test dalam satu kelompok (one group pre-post test design).Hasil penelitian ini sebelum melakukan jogging kadar gula darah paling rendah 186 mg/dl, paling tinggi 344 mg/dl, dengan gula darah rerata 251,9 mg/dl. Sesudah melakukan jogging paling rendah 89 mg/dl, paling tinggi 138 mg/dl, dengan gula darah rerata 106,55 mg/dl. Nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) dan nilai t: 23,567 (t hit> t tab). Kesimpulan penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan aktifitas jogging terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM. direkomendasikan melalui pemegang program terkait dengan memaksimalkan segala potensi yang ada untuk lebih memberikan perhatian kepada penderita DM terutama dengan mengadakan program kegiatan yang bersifat edukasi berupa promosi kesehatan dan peningkatan upaya preventif agar penderita DM mampu melakukan pengelolaan kadar gula darah secara mandiri melalui aktifitas jogging secara berkala, pengaturan diet sesuai kebutuhan, penggunaan obat dibetes secara terpantau dan peningkatan pengetahuan mengenai penyakitnya. Kata Kunci: Jogging, gula darah, Diabetes Mellitus. Pengembangan Departemen Kesehatan
PENDAHULUAN Mellitus
(DM)
Republik Indonesia (Balitbang Depkes
satu
penyakit
RI) dalam Riset Kesehatan Dasar
dengan
sifat
Diabetes merupakan degeneratif
salah
(Riskesdas)
2007,
kronis.Terdapat lebih dari 220 juta
prevalensi
penderita DM diseluruh dunia pada
sebesar 1,1% yang didasarkan atas
tahun 2011 dan 80% lebih penderita
diagnosadan gejala.Prevalensi nasional
berada dinegara berkembang termasuk
DM berdasarkan hasil pengukuran gula
Indonesia (Soegondo, 2009). Survei
darah pada penduduk umur > 15 tahun
yang dilakukan Badan Penelitian dan
yang bertempat tinggal di perkotaan
JIKK VOL. 7 . No. 2 Juli 2016 : 01 - 79
nasional
menunjukkan penyakit
DM
42
adalah 5,7%. Sedangkan prevalensi
kejadian penyakit tidak menular yang
nasional Toleransi Glukosa Terganggu
salah
pada penduduk umur lebih dari 15
insiden kasus penyakit DM yang terus
tahun, bertempat tinggal di perkotaan
meningkat
adalah 10,2%. (Soegondo, 2009).
peningkatan komplikasi yang terus me-
Laporan
adalah
DM.Akibat
berdampak
pada
Wabah
ningkat pula karena ketidaktahuan pen-
danBencana pada Dinas Kesehatan
derita dalam pengelolaan penyakit DM
Kabupaten (DKK) Jepara tahun 2010
dirumah (Soegondo, 2009).
kasus
Seksi
satunya
DM
sebanyak
6.876
di
Fokus
penatalaksanaan
DM
Puskesmas Batealit terdapat sebanyak
meliputi pengendalian berat badan,
299kasus penyakit DM pada tahun
olah raga dan diet. Penelitian yang
2011
yang
dilakukan di USA pada 21.217 dokter
melakukan kontrol rutin sebesar 92
US selama lima tahun (cohort study)
penderita dan sisanya 207 penderita
menemukan bahwa kasus DM tipe 2
tidak melakukan kontrol secara rutin
lebih tinggi pada kelompok yang
(DKK Jepara, 2012).
melakukan olah raga kurang dari 1 kali
dari
jumlah
tersebut
DM dapat menimbulkan kerusa-
perminggu
dibandingkan
kan pada semua organ tubuh dan
dengankelompok yang melakukan olah
berbagai keluhan atau komplikasi baik
raga 5 kali perminggu. Penelitian lain
komplikasi metabolik yang bersifat
yang dilakukan selama 8 tahun pada
akut
vaskuler
87.353 perawat wanita yang melakukan
jangka panjang baik mikroangiopati
olah raga ditemukan penurunan resiko
maupun makroangiopati (Soegondo,
penyakit DM tipe 2sebesar 33%. Allen
2009).Peningkatan prevalensi penyakit
dkk, dalam penelitiannya menyebutkan
diabetes mellitus dipengaruhi oleh hal-
bahwa olah raga aerobic yang teratur
hal
dengan
akan mengurangi kebutuhan insulin
pertumbuhan
sebesar 30-50% pada diabetes tipe 1,
ekono-mi diperkotaan yang berakibat
sedangkan pada diabetes tipe 2 yang
pada
dikombinasikan
maupun
komplikasi
yangberkaitan
berkembangnya
laju
peningkatan
urbanisasi
yang
berat
hidup
yang
kebutuhan insulin hingga 100%. Secara
saji,
fisiologis seseorang yang melakukan
menyajikan aktifitas
makanan
fisik
cepat
berkurang
sehingga
aktifitas
akan
penurunan
merubah pola hidup tradisional ke pola modern/kebarat-baratan
badan
deangan
fisik
mengurangi
akan
meningkatkan prevalensi obesitas yang
pembakaran
berakibat
lemak sehingga ada upaya penarikan
pada
tingginya
angka
JIKK VOL. 7 . No. 2 Juli 2016 : 01 - 79
lemak
dan
mengalami cadangan 43
glukosa
dari pembuluh
ke
mekanisme kontrol dan pengawasan
terjadi
oleh perawat terhadap pola keseharian
penurunan kadar gula darah. Khamidah
pasien. 9 orang (75%) menyatakan
(2010) dalam penelitiannya tentang
bahwa dalam kesehariannya mereka
pengaruh
tidak
jaringan
otot.
darah
Sehingga
pendidikan
terhadap
kesehatan
tingkat pengetahuan pola
pernah
sehari-hari,
melakukan sedangkan
olahraga 3
orang
makan pada penderita diabetes mellitus
penderita (25%) menyatakan selalu
di
Tahunan
melakukan olahraga ringan dengan
menggunakan
jalan-jalan dan lari-lari kecil di sekitar
wilayah
Kabupaten metode
pre
puskesmas Jepara
eksperimental
pendekatan menunjukkan
hasil
dengan
rumah. Pemeriksaan gula darah kepada
observasional
9 orang yang tidak pernah olahraga
ada
pengaruh
menunjukkan nila lebih dari 200 mg/dl,
pendidikan kesehatan terhadap tingkat
sedangkan 3 orang yang rutin olahraga
pengetahuan pola makan penderita
pemeriksaan gula darah sewaktunya
diabetes mellitus.
kurang dari 200 mg/dl.
Berdasarkan survei pendahuluan
Berdasarkan latar belakang dan
yang dilakukan oleh peneliti bersumber
permasalahan diatas, pertanyaan yang
dari
kesehatan
muncul adalah apakah ada pengaruh
(SIK) bahwa di wilayah Puskesmas
jogging terhadap penurunan gula darah
Batealit pada tahun 2011 terdapat 141
pada penderita DM di Puskesmas
penderita DM yang aktif melakukan
Batealit Kabupaten Jepara?.
sistem
informatika
kontrol di Puskesmas. Pada tahun 2012
Penulis
tertarik
untuk
terdapat 154 penderita yang aktif
mengangkat pengaruh jogging terhadap
kontrol di Puskesmas, dari 12 orang
penurunan gula darah pada pasien DM.
penderita DM ketika peneliti jaga di
Diperlukan olah raga ringan (jogging)
Balai
Umum
bagi penderita DM karena dengan
Puskesmas Batealit, paling pendek
jogging diharapkan dapat mengontrol
menjalani pengobatan sejak 6 bulan
kadar gula darah penderita DM dalam
yang lalu. Pengobatan yang dijalani
keadaan yang normal sehingga dapat
menurut pasien tidak mempengaruhi
mengendalikan penyakit dari dampak
penurunan kadar gula darah. Semuanya
komplikasi yang semakin berat.Tujuan
menjalani terapi diet yang dianjurkan
penelitian ini diketahuinya pengaruh
perawat dan nutrisionis, hasilnya tidak
jogging terhadap penurunan gula darah
mempengaruhi penurunan kadar gula
pada penderita DM di Puskesmas
darah namun selama ini belum ada
Batealit Kabupaten Jepara.Perbedaan
Pengobatan
(BP)
JIKK VOL. 7 . No. 2 Juli 2016 : 01 - 79
44
penelitian ini dengan penelitian yang
tipe II, mengkonsumsi obat yang sama,
sudah pernah dilakukan terdapat pada
menjalani anjuran diet yang sama,
variabel terikatnya, lokasi, waktu dan
bersedia menjadi responden.
metodologi,
dimana
ini
Alat
melihat pengaruh jogging terhadap
penelitian
penurunan kadar gula darah pada
aktivitas fisik (jogging) berdasarkan
penderitaDiabetes Mellitus di wilayah
SOP (Standar Operasional Prosedur)
kerja
dalam
Puskesmas
penelitian
BatealitKabupaten
Jepara.
Terpadu
yang
digunakan
dalam
adalah
pedoman
materi
Penatalaksanaan
Diabetes
(Sugondo,
2009).Alat
ukur/instrumen penelitian ini adalah pengukur gula darah digital yang sudah
METODE Jenis penelitian yang digunakan
dilakukan kalibarasi dari pabrik.
dalam penelitian ini adalah penelitian
Data primer didapatkan dari hasil
pre-eksperimental dengan pendekatan
pengukuran gula darah oleh peneliti
observasi-onal.Rancangan
terhadap
penelitian
responden
di
Puskesmas
menggunakan pra-post test dalam satu
Batealit.Data pendukung yang diambil
kelompok (one group pre-post test
di Puskesmas Batealit meliputi data
design).
tentang
Penderita
pengukuran
kadar
DM gula
dilakukan darah,
gambaran
umum
lokasi
penelitian, catatan medis dan bila
kemudian dilakukan perlakuan berupa
memungkinkan
wawancara
jogging dalam waktu tertentu yang
keluarga penderita.
kemudian dilakukan post-test untuk
Analisis
dengan
univariat
berupa
mengukur kadar gula darah.Penelitian
distribusi
frekuensi
mengenai
ini berlangsung di Puskesmas Batealit
gambaran
karakteristik
responden,
Kabupaten Jepara pada tanggal 15
tendensi sentral dan nilai rata-rata
April – 15 Juni 2013.
(mean,
median,
modus,
standar
Populasi penelitian ini adalah
deviasi) mengenai kadar gula darah
pasien DM tipe II yang berkunjung ke
pasien sebelum dan sesudah jogging.
Puskesmas pada tahun 2012 sebanyak
Analisis
bivariat
untuk
124 orang.proporsi yang digunakan
pengaruh
aktivitas
fisik
adalah 25% dari jumlah sampel sebesar
terhadap
penurunan
31 sampel dengan kriteria pasien laki-
darah.Sebelum
laki dan perempuan, kurang dari 60
bivariat terlebih dahulu dilakukan uji
tahun, melakukan pemeriksaan rutin di
normalitas data dengan menggunakan
puskesmas, menderita diabetes mellitus
Kolmogorov Smirnov, apabila hasilnya
JIKK VOL. 7 . No. 2 Juli 2016 : 01 - 79
melihat (jogging)
kadar
dilakukan
gula analisis
45
menunjukkan data berdistribusi normal maka
uji
hipotesia
menggunakan
Pre Test
análisis t-tes dependen. Apabila data
Berdasarkan Tabel 1.2,kadargula
tidak
darah
berdistribusi
digunakan
uji
normal non
maka
parametris
Wilcoxon.
penderita
DM
sesudah
melakukan jogging paling rendah 89 mg/dl, paling tinggi 138 mg/dl, dengan gula darah rerata 106,55
HASIL
mg/dl.
1. Kadar Gula Darah Penderita DM Sebelum Melakukan Jogging
Tabel 1.1 Kadar Gula Darah Penderita DM Sebelum Melakukan Jogging di Puskesmas Batealit Kabupaten Jepara Min Gula Dara h Pre Test
Max
186
344
Mean
Std. Dev
251,9 44,687
3. Pengaruh Jogging Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Penderita DM Nilai signifikansi dalam penelitian ini adalah 0,000 (p<0,05) dengan nilai t sebesar 23,567 (t
signifikan
darah
penderita DM
sebelum melakukan jogging paling rendah 186 mg/dl, paling tinggi 344 mg/dl, dengan gula darah rerata 251,9 mg/dl.
aktivitas
jogging
pada
penderita Batealit
DM
di
dengan
perbedaan rerata sebesar 145,35. Interpretasi
nilai
menunjukkan pengukuran
IK
95%
bahwa
jika
dilakukan
pada
populasi, selisih perbedaan gula darah
2. Kadar Gula Darah Penderita DM Sesudah Melakukan Jogging
tab).
terhadap penurunan kadar gula
Puskesmas kadargula
t
Artinya terdapat pengaruh yang
darah
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa
hit >
sebelum
dan
sesudah
melakukan jogging adalah sebesar 132,75 sampai dengan 157,95.
Tabel 1.2 Kadar Gula Darah Penderita DM Sesudah Melakukan Jogging di Puskesmas Batealit Kabupaten Jepara Min Max Gula Darah
89
138
Std. Dev 13,01 106,55 2 Mean
JIKK VOL. 7 . No. 2 Juli 2016 : 01 - 79
PEMBAHASAN 1. Kadar Gula Darah Penderita DM Sebelum Melakukan Jogging di Puskesmas Batealit Kabupaten Jepara
46
Hasil
penelitian
ini
ini ditunjukkan dengan aktifitas
menunjukkan gambarangula darah
fisik (olahraga) yang tidak pernah
penderita DM sebelum melakukan
dilakukan dan pola makan yang
jogging adalah paling rendah 186
tidak terjaga serta selalu tingginya
mg/dl, paling tinggi 344 mg/dl,
kadar
dengan gula darah rerata 251,9
diperiksa.
mg/dl. Seperti kebanyakan orang, penyakit
walaupun
gula
darah
pada
saat
Dalam keadaan normal gula
ringan
darah diatur sedemikian rupa oleh
sekalipun merupakan faktor stress
insulin yang diproduksi oleh sel
bagi tubuh termasuk DM. Sebagai
beta pankreas, sehingga kadarnya
respon terhadap
tersebut
di dalam darah selalu dalam batas
tubuh akan mengeluarkan hormon-
aman, baik pada keadaan puasa
hormon
seperti
maupun sesudah makan. Kadar
glukagon
gula darah dalam keadaan normal
dan kortisol yang meningkatkan
selalu stabil sekitar 70-140 mg/dl.
kadar gula darah.
Pada keadaan DM tubuh relatif
stress
epineprin/norepineprin,
Berdasarkan
catatan
kekurangan
keperawatan di Puskesmas Batealit,
pengaturan
responden dengan nilai gula darah
menjadi tidak normal. Walaupun
tertinggi
kadar gula darah sudah tinggi,
(344
mg/dl)
adalah
insulin kadar
gula
darah
penderita DM tipe 2 yang sudah
pemecahan
menjalani perawatan rutin selama 7
menjadi glukosa (gloconeogenesis)
tahun. Responden berusia 48 tahun
di hati tidak dapat dihambat karena
ini dalam kesehariannya bekerja
insulin
sebagai buruh di industri mebel dan
sehigga kadar gula darah dapat
berpendidikan SD.
semakin
kesehatan
tentang
Pendidikan DM
yang
terjadi
lemak
sehingga
dan
kurang/relatif
meningkat. gejala-gejala
rotein
kurang
Akibatnya khas
DM
diterima pada saat rutin periksa ke
seperti poliuria, polidipsi, lemas,
Puskesmas tidak menjadi jaminan
berat badan menurun. Kalau hal ini
bahwa
dibiarkan
responden
terebut
terjadi
berlarut-larut
mengadopsi perilaku-perilaku yang
dapat
diharapkan
kegawatan DM, yaitu ketoasidosis
petugas
kesehatan
berakibat
dikarenakan pendidikan dasar dan
diabetik
pengetahuan/pemahaman
mengakibatkan kematian.
tentang
yang
terjadinya
sering
penyakit yang masih rendah. Hal JIKK VOL. 7 . No. 2 Juli 2016 : 01 - 79
47
Menurut
Waspadji
dalam
Pengelolaan
yang
Soegondo (2009) diabetes yang
dilakukan
terbanyak dijumpai adalah DM tipe
adalah perencanaan makan dan
2 yang umumnya mempunyai latar
kegiatan jasmani. Pada dasarnya
belakang kelainan berupa resistensi
perencanaan makan pada DM tidak
insulin. Pada awalnya resistensi
berbeda
insulin
makan pada orang normal, yaitu
belum
menyebabkan
selain
sudah
dengan
farmakologis
perencanaan
diabetes kllinis, sel beta pankreas
untuk
masih
mengompensasi
terhadap pengaturan makan yang
sehingga terjadi hiperinsulinemia.
baik serta adanya pengetahuan
Kadar gula darah masih normal
mengenai bahan penukar yang
atau
mudah didapatkan di lingkungan
dapat
baru
sedikit
meningkat,
mendapatkan
kepatuhan
kemudian setelah terjadi kelelahan
sehari-hari.
sel beta pankreas, baru terjadi DM
jasmani
klinis yang ditandai dengan adanya
berupa senam DM yang dilakukan
peningkatan
rutin
kadar
gula
darah
Sedangkan
yang
secara
sudah
kegiatan dilakukan
berkelompok
sesudah makan dan peningkatan
Puskesmas
kadar gula darah puasa.
penderita DM lansia dilakukan di
Sebelum melakukan jogging dalam
penelitian
pengelolaan
ini,
DM untuk jangka
DM di Puskesmas Batealit dengan pemegang
program
terkait dalam jangka pendek adalah bertujuan
untuk
keluhan/gejala
menghilangkan DM
dan
mempertahankan rasa nyaman dan sehat. Jangka panjang tujuannya untuk
mencegah
makroangioopati,
atau
pada
Posyandu lansia terdekat.
upaya
pendek yang dilakukan penderita
difasilitasi
Batealit
di
penyulit
baik
mikroangiopati
maupun neuropati dengan tujuan akhir menurunkan angka kesakitan DM. JIKK VOL. 7 . No. 2 Juli 2016 : 01 - 79
2. Kadar Gula Darah Penderita DM Sesudah Melakukan Jogging di Puskesmas Batealit Kabupaten Jepara Hasil
penelitian
ini
menunjukan gambarangula darah penderita DM sesudah melakukan jogging adalah paling rendah 89 mg/dl, paling tinggi 138 mg/dl, dengan gula darah rerata 106,55 mg/dl. Latihan
jasmani berupa
jogging yang dilakukan responden untuk
menentukan
intensitas
latihan, terlebih dahulu ditentukan denyut nadi maksimum (MHR= 48
Maximum Heart Rate) yaitu 220-
menyebabkan berkurangnya insulin
umur, lalu ditentukan denyut nadi
eksogen.Menurut Zinmann dalam
sasaran (THR= Target Heart Rate).
Soegondo (2009), keuntungan ini
THR adalah denyut nadi yang harus
tidak berahan lama oleh karena itu
dicapai
dibutuhkan latihan jasmani/jogging
pada
saat
seseorang
melakukan olahraga (training zone)
kontinu
dan
ini
bermanfaat dalam mengontrol gula
selama
darah, jogging dapat menurunkan
agar
berat badan dan menurunkan lemak
yang
tubuh (Soegondo, 2009).
durasi
diharapkan minimal
pencapaian
berlangsung 15-20
menit
memberikan
hasil
diinginkan.Dengan demikian bila
dan
teratur.Selain
Bagi penderita
DM yang
penderita DM melakukan latihan
penyakitnya ringan atau terkendali
jasmani intensitasnya tidak boleh
dengan baik tanpa komplikasi tentu
melebihi 60% denyut nadi pada
tidak
training
nadi
melakukan jogging, Namun bagi
penderita DM tidak boleh melebihi
penderita DM yang berat atau
108x/menit
dengan
zone
(denyut
pada
saat
latihan
begitu
berbahaya
komplikasi
perlu
jasmani). Berat ringannya intensitas
pengawasan
latihan
tingkat
menghindari hal-hal negatif yang
kebugaran, umur, kondisi fisik pada
tidak diinginkan.Evaluasi berkala
saat itu.
sangat diperlukan untuk melihat
ditentukan
Latihan
oleh
jogging
berperan
yang
untuk
ketat
untuk
kemajuan latihan dan mengetahui
utama dalam pengaturan kadar gula
manfaat
jogging
darah, produksi insulin umumnya
dilakukan. Hasil yang baik dan
tidak terganggu, masalah utama
memuaskan
adalah kurangnya respon reseptor
motivasi
insulin terhadap insulin sehingga
melakukan jogging.
akan
penderita
yang
telah
menambah DM
untuk
insulin tidak dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh kecuali otak. Otot yang berkontraksi atau aktif tidak memerlukan
insulin
untuk
memasukkan glukosa ke dalam sel karena
pada
sensitifitas
otot
yang
reseptor
3. Pengaruh Jogging terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Penderita DM di Puskesmas Batealit Kabupaten Jepara
aktif
Hasil
insulin
didapatkan
meningkat.Oleh karena itu jogging JIKK VOL. 7 . No. 2 Juli 2016 : 01 - 79
penelitian sebelum
ini
melakukan
jogging kadar gula darah paling 49
rendah 186 mg/dl, paling tinggi 344
tersebut merupakan sumber yang
mg/dl, dengan gula darah rerata
utama, namun pemakaian glukosa
251,9 mg/dl. Sesudah melakukan
pada tahap ini lebih cepat. Energi
jogging paling rendah 89 mg/dl,
pada awal jogging berasal dari
paling tinggi 138 mg/dl, dengan
cadangan ATP-PC otot, setelah itu
gula darah rerata 106,55 mg/dl.
didapatkan dari cadangan glikogen
Nilai signifikansi 0,000 (p<0,05)
otot, selanjutnya barulah digunakan
dan nilai t: 23,567 (t
tab)
glukosa. Bila jogging berlangsung
artinya terdapat pengaruh yang
terus maka energi diperoleh dari
signifikan
glukosa
hit>
aktifitas
t
jogging
yang
terhadap penurunan kadar gula
pemecahan
darah
hepar
pada
penderita
DM
di
Puskesmas Batealit.
didapatkan
simpanan
dari
glikogen
(glukogenolisis).
Bila
jogging berlangsung lebih dari 30
Jogging adalah bagian dari
menit maka sumber energi utama
latihan jasmani yang merupakan
adalah asam lemak bebas, berasal
salah
dari
satu
dari
penatalaksanaan Ilyas
dalam
empat DM.
pilar
Menurut
Soegondo
(2009),
lipolisis
(glukosa
jaringan
sparing).
adiposa
Tersedianya
glukosa dan asam lemak bebas
resiko menderita DM lebih rendah
diatur
pada kelompok yang berolahraga 5
hormon
kali
dibandingkan
katekolamin, kortisol, glukagon,
dengan kelompok yang berolahraga
dan growth hormon. Perubahan
1 kali seminggu. Anjuran olah raga
pengaturan hormonal pada waktu
bagi
jogging tergantung pada lama dan
seminggu
penderita
DM
bukan
oleh
berbagai
macam
terutama
merupakan hal yang baru, seorang
beratnya
dokter dari Dinasti Sui yaitu dr.
pemulihan post exercise terjadi
Chao Yuan Fang mempromosikan
pengisian
manfaat olahraga bagi penderita
glikogen otot dan hepar. Lama
DM.
pengisian bergantung kepada berat Menurut
Soegondo
Ilyas
(2009),
energi
dalam yang
dibutuhkan pada waktu jogging
atau
jogging.
insulin,
Pada
kembali
ringannya
fase
cadangan
latihan
yang
dilakukan. Pengaruh jogging terhadap
terutama berasal dari glukosa dan
penurunan
asam lemak bebas, pada awal
penelitian ini diasumsikan ketika
kegiatan
penderita DM melakukan jogging
jogging
kedua
bahan
JIKK VOL. 7 . No. 2 Juli 2016 : 01 - 79
gula
darah
dalam
50
terjadi
peningkatan
kebutuhan
makan
bagi
penderita
bahan bakar tubuh oleh otot yang
bertujuan
aktif, terjadi pula reaksi tubuh yang
kepatuhan terhadap pola makan
kompleks meliputi fungsi sirkulasi,
yang
metabolisme,
dan
mengenai bahan penukar yang
susunan saraf otonom. Manfaat
mudah didapatkan.Kedua; aktivits
jogging bagi penderita DM antara
fisik, dalam penelitian ini dilakukan
lain meningkatkan penurunan gula
jogging
darah,
kemampuan
hormonal
mencegah
mengurangi
kegemukan,
resiko
komplikasi
aterogenik, peningkatan darah,
gangguan
hiperkoagulasi
tekanan
lipid
darah.
darah,
untuk
DM
baik
mendapatkan
serta
pengetahuan
dengan
waktu
dan
terukur.Ketiga;
farmakologis, pada setiap penderita dilakukan sesuai tanda dan gejala klinis
pada
saat
pemeriksaan.
Keadaan-
Keempat; penyuluhan, mengenai
keadaan tersebut mengurangi resiko
pengetahuan dan ketrampilan bagi
penyakit jantung koroner (PJK) dan
penderita
meningkatkan
menunjang
kualitas
penderita
hidup
DM
DM
yang
perubahan
bertujuan perilaku
dengan
untuk meningkatkan pemahaman
meningkatnya kemampuan kerja
akan penyakit yang diderita yang
dan
diperlukan untuk mencapai keadaan
memberikan
keuntungan
psikologis berupa rasa nyaman.
sehat yang optimal, penyesuaian keadaan psikologis daan kualitas
KETERBATASAN PENELITAN Jogging
terbukti
Pengendalian terhadap faktor
sebagai salah satu cara efektif
perancu diet dan konsumsi obat
dalam penurunan kadar gula darah,
dilakukan
namun
dengan
pengendalian pola makan/diet yang
melakukan jogging atau olaraga
sudah dilakukan jauh hari sebelum
ringan lainnya tanpa menyertakan
penelitin dilaksanakan. Pada saat
empat pilar pengelolaan DM maka
pasien
kontinuitas
gula
berpartisipasi sebagai responden
darah tidak akan bisa terjaga.
peneliti sudah menyiapkan anjuran
Selain
berupa
pola makan/diet yang sama, yaitu
pilar
berkaitan dengan jumlah, jam dan
pengelolaan lainnya, yaitu pertama;
jenis makanan. Sedangkan faktor
pengelolaan
konsumsi obat dikendalikan dengan
jogging
sudah
hidup yang lebih baik.
jika
hanya
pengendalian
aktivitas perlu
fisik penguatan
diet.Perencanaan
JIKK VOL. 7 . No. 2 Juli 2016 : 01 - 79
peneliti
menyatakan
dengan
bersedia
51
konsumsi
yang
sama
yaitu
15-20 menit, intensitasnya tidak
glibenclamid 0,5 mg dan metformin
boleh melebihi 60% denyut nadi
500 mg yang dikonsumsi 2 kali
dan
sehari dengan pengawasan.
kebugaran, umur serta kondisi fisik
Peneliti beranggapan bahwa hasil
penelitian
ini
hanya
ditentukan
oleh
tingkat
pada saat itu. 4. Terdapat pengaruh yang signifikan
menunjukkan efektifitas aktifitas
aktifitas
fisik-jogging saja, idealnya masih
penurunan kadar gula darah pada
perlu
penderita
dilakukan
kajian
lebih
jogging
DM
di
terhadap
Puskesmas
mendalam tentang faktor-faktor apa
Batealit yang ditunjukkan dengan
saja
nilai t hitung 23,567 (t hit> t tab) dan
yang
penurunan perlunya
mempengaruhi
gula
darah
dilakukan
serta
nilai signifikansi 0,000 (ρ<0,05).
threatment
tidak hanya berupa jogging tapi
DAFTAR PUSTAKA
berkesinambungan
Anonim.2013; Laporan Puskesmas Batealit Kabupaten Jepara Tahun 2012, Puskesmas Batealit. Jepara. (unpublished).
pilar
antara empat
pengelolaan
komprehensif;
secara
pengelolaan
diet,
farmakologis dan penyuluhan.
Arikunto, S. 2002; Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Rineka Cipta. Jakarta.
KESIMPULAN 1. Gambarangula darah penderita DM sebelum melakukan jogging di wilayah kerja Puskesmas Batealit adalah paling rendah 186 mg/dl, paling tinggi 344 mg/dl, dengan gula darah rerata 251,9 mg/dl. 2. Gambarangula darah penderita DM sesudah
melakukan
jogging
di
wilayah kerja Puskesmas Batealit adalah paling rendah 89 mg/dl, paling tinggi 138 mg/dl, dengan gula darah rerata 106,55 mg/dl. 3. Aktifitas jogging pada penderita DM di wilayah kerja Puskesmas Batealit dilakukan dengan durasi JIKK VOL. 7 . No. 2 Juli 2016 : 01 - 79
BPS Kec. Jepara, 2011; Laporan Statistik Kecamatan Jepara Tahun 2010. Badan Pusat Statistik Jepara. Jepara. Brunner dan Sudarth.2003; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.EGC. Jakarta. Depkes RI. 2008; Riset Kesehatan Dasar 2007. Badan Penelitian dan Pengem-bangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Dinas
Kesehatan.2012;Materi Rakerkeskab Jepara tahun 2010. Dinas Kesehatan, Jepara. (unpublished).
Fauziah, Amalia. 2011;Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang 52
Diet terhadap Perubahan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Penderita Diabetes Mellitus dalam Melaksanakan Dietnya di Puskesmas Kartasura.Skripsi. FIK UMS Surakarta. (Unpublished). Hembing, W. 2009;Pola Makan Vegetarian.http://jawaban.com Khamidah, Sri. 2010; Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Pola Makan Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Puskes-mas Tahunan Kabupaten Jepara. Skripsi Stikes Cendekia Utama, Kudus. (Unpublished). Mansjoer, Arief. 2003;Kapita Selekta Kedokteran.EGC. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo.2007;Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Rineka Cipta,Jakarta.
Nursalam, Siti Pariani. 2008; Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Satrio,
Agung Wibowo. 2006;Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Mellitus tentang Perawatan Mandiri di Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Gribig Malang. KTI. Universitas Muhamma-diyah Malang. (Unpublished).
Soegondo, Sidartawan. 2009; Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Sugiyono.2005;Statistik untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung. Sjaifoellah.2006;Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3, FKUI. Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo.2010;Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
JIKK VOL. 7 . No. 2 Juli 2016 : 01 - 79
53