Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (1-7) ISSN : 2460-7274
PENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF
Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M.Pd
ABSTRAK Banyak peserta didik yang masih belum percaya dengan kemampuan yang dimiliki seperti lebih memilih mennyontek saat ada ujian di skeolah, takut maju kedepan kelas untuk mengerjakan tugas-tugas yang diminta oleh guru, sering tidak mau berkumpul dengan teman sekelas karena merasa dirinya banyak kekurangan terutama peserta didik yang berasal dari ekonomi menengah ke bawah. Hal ini dikarenakan peserta didik memiliki cara berpikir yang terdistorsi mengenai kemampuan yang dimiliki. Dengan Menggunakan Konseling Kelompok dengan Teknik Kognitif membuat cara berpikir peserta didik yang terdistorsi. Hasil Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Self Efficacy peserta didik melalui Konseling Kelompok dengan Teknik Kognitif. Penelitian ini menggunakan metode True Experimental Design: PretestPosttest Control Group Design. Hasil uji statistik Independen Sample T Test juga menunjukan nilai P value (0,00) < ( 0,025), sehingga dapat disimpulkan bahwa Tingkat Self-Efficacy peserta didik mengalami peningkatan setelah mengikuti kegiatan konseling kelompok dengan teknik kogniitf. Kata Kunci : Self Efficacy, Konseling Kelompok dan Teknik Kognitif PENDAHULUAN Di era globalisasi tidak semua orang dapat mengatasi dan menyelesaikan kesulitan-kesulitan dan masalah-masalah yang dihadapi di dalam proses perjuangan hidupnya. Apalagi bagi peserta didik sebagai generasi muda yang belum matang untuk persiapan hidupnya pada masa yang akan datang. Sekolah sebagai lembaga pendidikanbertugas membimbing dan membina generasi muda untuk dapat hidup di masyarakat yang penuh dengan tantangan dan memerlukan perjuangan hidup yang gigih, namun pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diterima di sekolah belum merupakan
jaminan bagi pserta didik untuk hidup dimasyarakat kelak sesuai dengan yang dicita-citakan. Disamping itu selama menempuh proses pendidikan terdapat masalah yang dialami peserta didik salah satu kurangnya self efficacy peserta didik. Menurut Bandura (dalam Feist 2008 :212) mengemukakan bahwa selfefficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu. Dalam serangkaian studi eksperimental, Schunk (2012:205) menemukan bahwa para peserta didik yang merasa memiliki efikasi diri
Andi Riswandi Buana Putra, M.Pd, Dosen FKIP UM Palangkaraya
1
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (1-7) ISSN : 2460-7274
menguasai berbagai tugas akademik dengan lebih baik dibandingkan para peserta didik yang memiliki efikasi diri yang lebih rendah. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMKN 2 Palangkaraya terlihat masih banyak peserta didik yang masih belum percaya dirinya sendiri misalnya kalau ada ulangan sering mennyontek, disuruh guru maju kedepan kelas masih terlihat gugup, sering tidak mau berkumpul dengan teman sekelas karena merasa dirinya banyak kekurangan. Apabila peserta didik yang mengalami Self-efficacy rendah dibiarkan saja maka peserta didik tersebut akan mengalami kegagalan dan mudah menyerah ketika menghadapi suatu rintangan dalam menggapai citacitanya. Untuk mengatasi masalah Selfefficacy yang rendah pada diri peserta didik maka upaya yang bisa dilakukan dengan memberikan layanan konseling kelompok. Layanan konseling kelompok diarahkan untuk membantu siswa dalam upaya mengatasi masalah yang sedang dialami dengan cara membentuk suatu kelompok dan menimbulkan dinamika kelompok agar siswa dapat bekerjasama secara kelompok untuk meningkatkan self efficacy. Dalam penerapan konseling kelompok bisa mengaplikasikan teknik kognitif. Dasar pertimbangan penggunaan teknik kognitif adalah karena self efficacy yang rendah muncul disebabkan karena pola pikir atau struktur kognitif siswa yang tidak rasional dalam memandang suatu hal, sehingga untuk meningkatkan self efficacy peserta didik haruslah dengan
cara mengubah cara pandang peserta didik. Cara siswa menilai situasi dan bagaimana cara menginterprestasikan suatu kejadian akan sangat berpengaruh terhadap kondisi reaksi emosional yang kemudian akan mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan. Palmer (2011: 110) menyatakan “teknik kognitif digunakan untuk membantu klien mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memodifikasi pikiran otomatis negatif dan skema”. Hubungan antara pikiran dan perilaku merupakan aspek utama teknik kognitif. Teknik kognitif bertolak dari asumsi bahwa kondisi psikis individu sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi kognitif. Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut layanan konseling kelompok yang dipandang efektif dalam meningkatkan self efficacy adalah konseling kelompok dengan teknik kognitif. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana konseling kelompok dengan teknik kognitif dapat digunakan untuk meningkatkan self efficacy peserta didik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmu bimbingan dan konseling. Jika konseling kelompok dengan teknik kognitif dapat digunakan untuk meningkatkan self efficacy peserta didik , diharapkan pihak sekolah dapat memberikan kesempatan, dukungan, dan fasilitas kepada guru BK untuk melaksankan konseling kelompok dengan teknik kognitif.
Andi Riswandi Buana Putra, M.Pd, Dosen FKIP UM Palangkaraya
2
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (1-7) ISSN : 2460-7274
KAJIAN TEORI Konseling Kelompok Konseling kelompok merupakan bentuk khusus dari layanan konseling, yaitu proses konseling antara konselor profesional dengan beberapa konseli sekaligus yang tergabung dalam sebuah kelompok kecil pada waktu yang sama. Konseling kelompok sebagai suatu proses interpersonal yang dinamis dengan memusatkan kepada kesadaran pikiran dan perilaku. Tujuan diadakannya konseling kelompok secara utuh adalah menstrukturisasi aktifitas dalam kelompok yang mampu melihat dan menciptakan iklim yang produktif dalam memfasilitasi interaksi antar anggota kelompok, dalam memperoleh informasi model perilaku baru sebagai alternatif pandangan anggota kelompok di dalam kehidupan nyatanya. Tahapan-Tahapan Konseling Kelompok Gladding (dalam Wibowo, 2005: 85) mengelompokkan proses konseling menjadi empat tahap yaitu “tahap permulaan kelompok, tahap transisi dalam kelompok, tahap bekerja dalam kelompok, dan tahap terminasi kelompok”. Berdasarkan klasifikasian proses konseling kelompok yang dikemukakan oleh berbagai ahli tersebut diatas, berikut ini yang akan disajikan adalah tahap-tahap konseling kelompok, terdiri dari 4 tahap yaitu: tahap permulaan, tahap transisi, tahap kegiataan dan tahap pengakhiran. Teknik Kognitif Penerapan teknik kognitif bertolak dari asumsi bahwa kondisi psikis individu sebagian besar dipengaruhi
oleh kondisi kognitifnya. Karena itu aspek kognitif harus menjadi aspek yang utama dalam melakukan proses konseling. Hal ini dikarenakan suatu kondisi psikis atau fisik terjadi karena adanya pengelohan informasi pada struktur kognitif yang menyimpang. Dengan penerapan teknik kognitif konselor akan memfasilitasi konseli untuk belajar mengenali dan mengubah kesalahan dalam berpikir. Teknik kognitif memandang masalah psikologis berasal dari proses berpikir yang salah dikarenakan membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak benar sehingga tidak bisa membedakan antara fantasi dan kenyataan. Teknik kognitif adalah teknik yang berorientasi pada problem dan edukatif dengan tujuan sebagai berikut: memperbaiki dan memecahkan kesulitan atau masalah, membantu klien memperoleh strategi yang konstruktif dalam mengatasi masalah, membantu klien memodifikasi kesalahan berpikir dan membantu klien menjadi “mandiri dalam mengatasi permasalahan. Klien diajarkan untuk memeriksa bukti-bukti yang mendukung dan menentang keyakinan-keyakinan irasionalnya. Konseling Kelompok dengan Teknik Kognitif Konseling kelompok dengan teknik kognitif memiliki tiga proposisi fundamental yaitu: aktivitas kognitif mempengaruhi perilaku, aktivitas kognitif memungkinkan untuk diawasi dan diubah, dan perubahan perilaku yang diharapkan dapat dicapai melalui perubahan kognitif. Dalam pelaksanaan konseling kelompok dengan teknik kognitif pemimpin kelompok
Andi Riswandi Buana Putra, M.Pd, Dosen FKIP UM Palangkaraya
3
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (1-7) ISSN : 2460-7274
mengajarkan bagaimana anggota kelompok untuk mengidentifikasi kognisi yang terdistorsi dan disfungsional melalui proses evaluasi. Pemimpin kelompok membantu anggota dalam membentuk hipotesis dan menguji asumsi-asumsi yang dimunculkan anggota kelompok dalam menyikapi suatu peristiwa tertentu. Dalam konseling kelompok dengan teknik kognitif, penekanannya pada saat sekarang dan bukan pada masa lalu. Konseling kelompok yang dilaksanakan berorientasi pada tujuan, di awal konseling anggota kelompok dan pemimpin kelompok mendiskusikan hal yang ingin dicapai, tujuan anggota kelompok ditulis dan dianalisis untuk mengetahui apakah tujuan itu realistis dan bisa dicapai dalam batas waktu yang tersedia. Self Efficacy Bandura (dalam Feist 2008: 212) dalam Efikasi diri sebagai keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan. Bandura (dalam Schunk, 2012: 202 ) Efikasi diri adalah kunci untuk meningkatakan perasaan bahwa ia dapat mempengaruhi hidup mereka sendiri. Schunk (2012: 202 ) efikasi diri dapat tertransfer ke situasi-situasi yang baru ketika peserta didik yakin bahwa keterampilan-keterampilan yang sama akan memberikan keberhasilan. Efikasi diri bukan merupakan ekspektasi dari hasil tindakan. Efikasi merujuk pada keyakinan diri seseorang bahwa orang tersebut memiliki kemampuan untuk
melakukan suatu perilaku, sementara ekspetasi atas hasil merujuk pada pridiksi dari kemungkinan mengenai konsekuensi perilaku tersebut. Efikasi diri berbeda dengan konsep diri. Konsep diri mengacu pada persepsi-persepsi diri kolektif seseorang yang dibentuk melalui penglamanpengalaman dengan lingkungan dan interprestasi terhadap lingkungan. Konsep diri tergantung pada penguatanpenguatan dan evaluasi-evaluasi oleh orang-orang lain yang penting bagi mereka. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan True Experimental Design: Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini, hasil evaluasi awal dan akhir kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dibandingkan, hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah adanya perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok ekperimen dan kontrol. Treatment yang dimaksud adalah layanan konseling kelompok dengan teknik kognitif. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan keadaan dua kelompok antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Desain ini digambarkan sebagai berikut:
Andi Riswandi Buana Putra, M.Pd, Dosen FKIP UM Palangkaraya
4
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (1-7) ISSN : 2460-7274
Evaluasi Awal
Variabel Bebas
Evaluasi Akhir
R O1 X O2 R O3 O4 Gambar 1 True Experimental Design: Pretest-Posttest Control Group Design Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 2 Palangkaraya yang menjadi lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap dengan subjek yang berbeda. Pada tahap studi pendahuluan, subjek yang dipilih adalah siswa kelas X dan XI dari semua jurusan. Pada tahap uji coba model subjeknya ditentukan dengan seleksi subjek dengan teknik Purposive Sampling. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer dan data skunder. Data yang diperoleh dari guru bimbingan dan konseling, siswa yang menjadi subjek penelitian, data dari sumber yang relevan, penelitian terdahulu (jurnal penelitian yang terakreditas). Instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap data kualitatif dan data kuantitatif.
Guna pengujian hipotesis digunakan analisis data kuantitatif dengan teknik statistik non-parametris, yaitu menggunakan uji Independen Sample T Test. Untuk menguji hipotesis dicari dengan cara mencari perbedaan hasil kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, antara skor evaluasi awal dengan evaluasi akhir. Dalam perhitungan Independen Sample T Test peneliti akan tetap menggunakan bantuan software SPSS seri 19.00. HASIL DAN PEMBAHASAN Secara kuantitatif peningkatan self efficacy peserta didik bisa dilihat dari perbandingan nilai skor Pretes dan Posttest yang diperoleh masing-masing anggota kelompok. Berikut rincian perolehan skor Pretes dan Posttest anggota kelompok ekperimen dan kontrol:
Self Efficacy Inisial Siswa
Pretest Skor (X1)
Prosentase
Prosentase
(%)
Posttest Skor (X2)
FB
Perubahan Skor
(%)
(X2-X1)
(%)
102
60,71
141
83,93
39
23,22
SW
78
46,43
113
67,26
35
20,83
DA
104
61,9
140
83,33
36
21,43
FR
82
48,81
135
80,36
53
31,55
AY
83
49,4
127
75,6
44
26,2
AR
74
44,05
130
77,38
56
33,33
RN Rata-Rata
94
55,95
142
84,52
48
28,57
88,14
52,46
132,57
78,91
44,43
26,45
Tabel 2 Hasil Skor Pretes dan Posttest Tingkat Self Efficacy Anggota Kelompok Eksperimen
Andi Riswandi Buana Putra, M.Pd, Dosen FKIP UM Palangkaraya
5
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (1-7) ISSN : 2460-7274
Berdasarkan data dari tabel 2 terlihat bahwasanya Tingkat Self Efficacy pada semua peserta didik yang menjadi anggota kelompok ekperimen mengalami peningkatan. Peningkatan Tingkat Self Efficac ditunjukkan dengan
perbandingan prosentase posttest menjadi lebih besar dibandingkan prosentase pretest dilihat dari kategori peserta didik. Sedangkan perbandingan hasil pretest dan posttest anggota kelompok kontrol sebagai berikut:
Self Efficacy Inisial Siswa LA MA KL RO PJ ER WB Rata-Rata
Pretest Skor
Prosentase
(X1) 131 129 143 133 144 142 143 137,86
(%) 77,98 76,79 85,12 79,17 85,71 84,52 85,12 82,06
Posttest Skor (X2) 140 134 144 132 147 144 140 140,14
Prosentase (%) 83,33 79,76 85,71 78,57 87,5 85,71 83,33 83,42
Perubahan Skor (X2-X1) 9 5 1 -1 3 2 -3 2,29
(%) 5,35 2,97 0,59 0,6 1,79 1,19 1,79 1,36
Tabel 3 Hasil Skor Pretes dan Posttest Tingkat Self Efficacy Anggota Kelompok Kontrol Ketidakmampuan peserta didik dalam melakukan seleksi tingkah laku membuat individu tidak percaya diri, bingung, dan mudah menyerah ketika menghadapi masalah atau situasi sulit. Self-efficacy dapat membentuk hidup peserta didik melalui pemilihan tipe aktivitas dan lingkungan. Motivasi peserta didik timbul melalui pemikiran optimis dari dalam dirinya untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Individu berusaha memotivasi diri dengan menetapkan keyakinan pada tindakan yang akan dilakukan, merencanakan tindakan yang akan direalisasikan. Self-efficacy mempengaruhi atribusi penyebab, dimana individu yang memiliki self-efficacy akademik yang tinggi menilai kegagalannya dalam mengerjakan tugas akademik disebabkan oleh kurangnya usaha, sedangkan peserta didik dengan selfefficacy yang rendah menilai
kegagalannya disebabkan oleh kurangnya kemampuan.Konseling Kelompok dengan Teknik Kognitif, merupakan konseling kelompok yang menitikberatkan pada restrukturisasi proses berpikir. Tujuan utama konseling kelompok dengan teknik kognitif adalah untuk merubah cara pandang siswa melalui pikirannya dan merestruktursisasi pikiran negatif. Pada sesi konseling kelompok yang dilakukan secara berkelanjutan membuat anggota kelompok mampu mengganti pikiran negatif dengan bentuk pikiran yang lebih positif walaupun pemikiran negatif kadangkadang masih muncul pada diri anggota kelompok namun dalam taraf yang sedang. Selain itu pemimpin kelompok cukup sering melakukan konfrontasi pada setiap pernyataan negatif yang dimunculkan anggota kelompok. Pemimpin kelompok menyerang
Andi Riswandi Buana Putra, M.Pd, Dosen FKIP UM Palangkaraya
6
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (1-7) ISSN : 2460-7274
ketidaklogisan berpikir anggota kelompok dan membawa anggota kelompok kearah berpikir yang lebih logis. Perubahan pikiran berawal dari proses pengamatan yang akhirnya akan membentuk persepsi dan pola pikiran baru. KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil perbandingan skor pretest dengan posttest yang dilakukan menunjukkan adanya peningkatan self efficacy peserta didik, sehingga dapat dinyatakan bahwa konseling kelompok dengan teknik kognitif dapat meningkatkan self efficacy peserta didik dalam belajarpada semua indikator yang meliputi: kemampuan belajar yang tinggi, Semangat dalam mengikuti pembelajaran, Kemampuan berinteraksi dengan orang lain dan Memiliki inisiatif. 2. Para peserta didik yang memiliki efikasi diri yang baik cendrung lebih semangat dalam proses pembelajaran sehingga memiliki pemahaman yang baik dalam bidang akademik dibandingkan para peserta didik yang memiliki efikasi diri yang lebih. Efikasi diri merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap motivasi dan prestasi. bimbingan konseling harus mengetahui rekam jejak prestasi akademik siswa yang mengalami self efficacy yang rendah.
3. Dalam melaksanakan konseling kelompok tidak boleh memaksakan setiap pertemuan konseling kelompok untuk menyelesaikan masalah anggota kelompok. Pada sesi 1-4 fokus dari pelaksanaan konseling kelompok kepada mengidentifikasi dan menelusuri penyebab dari munculnya pikiran irasional, selanjutnya pada sesi 5-8 barulah melakukan pengubahan pola pikir yang irasional menjadi rasional. DAFTAR PUSTAKA Feist, Jess dan Feist, Gregory J. 2008 . Teori Kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika. Palmer, S. 2011. Konseling dan Psikoterapi. Terjemahan Haris H. Setiadjid. Yogyakarta: Pustaka belajar. Schunk, D. H., Pintrich, P. R., dan Meece, J. L. 2012. Motivasi Dalam Pendidikan Teori, Penelitian dan Aplikasi. Edisi ketiga. Terjemahkan Ellys Tjo. Jakarta: PT INDEKS. Wibowo, M. E. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: UNNES Press.
Andi Riswandi Buana Putra, M.Pd, Dosen FKIP UM Palangkaraya
7