PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI STRATEGI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DENGAN TUTOR SEBAYA BAGI SISWA SMP
NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan matematika
Disusun Oleh : WINDI PRASETYOWATI A 410 090 136
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
SURAT PERSETUJUAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini pembimbing skripsi : Nama
: Prof. Dr. Sutama, M.Pd
NIP/NIK
: 131943782
Telah membaca dan mencermati naskah artikel pubilkasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi dari mahasiswa : Nama
: Windi Prasetyowati
NIM
: A 410 090 136
Program Studi
: Pendidikan Matematika
Judul Skripsi
: PENINGKATAN MATEMATIKA REALISTIC
PEMECAHAN
MASALAH
MELALUI
STRATEGI
MATHEMATICS
EDUCATION
DENGAN TUTOR SEBAYA BAGI SISWA SMP
Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian surat persetujuan ini dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta, 18 Februari 2013 Pembimbing
Prof. Dr. Sutama, M.Pd NIP : 131943782
PENGESAHAN
PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI STRATEGI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DENGAN TUTOR SEBAYA BAGI SISWA SMP
Dipersiapkan dan disusun oleh : WINDI PRASETYOWATI A 410 090 136
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Pada tanggal,
Februari 2013
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat
Susunan Dewan Penguji: 1. Prof. Dr. Sutama, M.Pd
(...........................)
2. Drs. Slamet HW, M.Pd
(...........................)
3. Dr. Tjipto Subadi, M.Si
(...........................)
Surakarta,
Februari 2013
Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dekan,
Drs. Sofyan Anif, M.Si. NIK. 547
PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI STRATEGI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DENGAN TUTOR SEBAYA BAGI SISWA SMP Windi Prasetyowati A 410 090 136 Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS,
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian untuk mendiskripsikan peningkatan pemecahan masalah matematika melalui strategi Realistic Mathematics Education dengan tutor sebaya. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Prosedur penelitian melalui tahap dialog awal, perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi, evaluasi dan penyimpulan dilakukan secara siklus. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan. Subjek penerima tindakan adalah siswa kelas VIIIG SMP N 1 Gesi yang berjumlah 32 siswa. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, catatan lapangan dan wawancara. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan metode alur yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan triangulasi penyidik dan triangulasi metode. Hasil penelitian ada peningkatan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika melalui strategi realistic mathematics education dengan tutor sebaya. Pemecahan masalah diamati dari meningkatnya 1) Memahami masalah pada kondisi awal sebesar (21,87%) dan diakhir siklus mencapai (84,37%), 2) Merencanakan cara menyelesaikan pada kondisi awal sebesar (18,75%) dan diakhir siklus mencapai (81,25%), 3) Melaksanakan cara menyelesaikan pada kondisi awal sebesar (15,62%) dan diakhir siklus mencapai (81,25%), 4) Menafsirkan hasil pada kondisi awal sebesar (15,62%), dan diakhir siklus mencapai (78,12%). Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan strategi RME dengan tutor sebaya pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan pemecahan masalah. Kata kunci : Realistic, tutor sebaya, pemecahan masalah
Pendahuluan Dalam proses pembelajaran matematika, pemecahan masalah merupakan salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi keberhasilan pembelajaran matematika. Melalui pemecahan masalah siswa dapat memahami masalah dari soal yang ada dengan benar. Selain itu mampu merencakan dan menyelesaikan cara penyelesaiannya. Siswa diharapkan untuk dapat memecahkan masalah
matematika tersebut, sehingga akan berdampak pada ingatan siswa tentang materi pelajaran yang diajarkan. Keterlibatan siswa dalam melakukan langkah - langkah pembelajaran dapat mempertajam ingatan tentang materi pelajaran. Dengan demikian, sekolah perlu meningkatkan pemecahan masalah siswa dalam belajar matematika. Berdasarkan pengamatan awal, pemecahan masalah matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Gesi sangat bervariasi. Siswa kelas VIIIG SMP N 1 Gesi berjumlah 32 siswa mempunyai kemampuan pemecahan masalah yang tinggi hanya 25% dan yang rendah sebanyak 75%. Permasalahan pemecahan masalah diatas akar penyebabnya bersumber dari guru, siswa, dan peralatan belajar. Akar penyebab bervariasinya pemecahan masalah dalam pembelajaran yang paling dominan disebabkan oleh faktor pembelajaran yang berpusat pada guru terutama dalam strategi pembelajaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, hendaknya guru mampu memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang efektif dan efisien.
Salah satu alternatif yang digunakan adalah strategi
pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) dengan tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah belajar siswa. Strategi RME merupakan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang „real„ bagi siswa, menekankan keterampilan „proses of doing mathematics’, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada pendekatan ini peran guru tak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan, melatih nuansa demokrasi dengan menghargai pendapat orang lain. Keunggulan strategi pembelajaran RME antara lain: 1) Membangun pengetahuan sendiri, maka siswa tidak pernah lupa, 2) Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan belajar matematika, 3) Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka, karena sikap belajar siswa ada nilainya, 4) Memupuk kerjasama
dalam kelompok, 5) Melatih keberanian, karena siswa harus menjelaskan jawabannya, 6) Melatih siswa untuk terbiasa berfikir dan mengemukakan pendapat. Tutor sebaya merupakan pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/ harga diri yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga anak tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide – ide dan sikap dari gurunya yang tidak lain adalah teman sebanya itu sendiri. (Djamarah dan Zain 2002 : 29). Keunggulan dari tutor sebaya antara lain: 1) Bagi tutor pekerjaan tutoring akan dapat memperkuat konsep yang sedang dibahas. 2) Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran. 3) Mempererat hubungan antar siswa sehingga mempertebal perasaan sosial. Hipotesis penelitian ini yaitu “Adakah peningkatan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika setelah dilakukan strategi pembelajaran RME dengan tutor sebaya bagi siswa kelas VIII semester II SMP N 1 Gesi tahun 2012/2013? Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan peningkatan pemecahan masalah matematika dengan strategi RME dengan tutor sebaya. Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk mendiskripsikan peningkatan pemecahan
masalah
dalam
pembelajaran
matematika
melalui
strategi
pembelajaran RME dengan tutor sebaya. Pemecahan masalah dalam belajar matematika diamati dari indikator a) Memahami masalah b) Merencanakan cara menyelesaikan c) Melaksanakan rencana d) Menafsirkan hasil.
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas. Sutama (2010: 15) menyatakan bahwa PTK adalah tindakan nyata (action) yang dilakukan praktisi pendidikan untuk memecahkan masalah yang dihadapai dalam tugas pokok dan fungsinya Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
atau Classroom Action Research (CAR) yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Arikunto (2010: 3). Prosedur penelitian ini merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dimulai
dari
perencanaan
(planning),
pelaksanaan
tindakan
(action),
mengumpulkan data (observing), menganalisa data atau informasi untuk memutuskan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut (reflecting). Proses penelitian berbentuk siklus yang dilakukan beberapa kali, sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, yaitu bulan November 2012 sampai dengan Februari 2013. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N I Gesi tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 32 siswa, terdiri dari lakilaki sebanyak 16 siswa dan siswa perempuan sebanyak 16 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode observasi, catatan lapangan dan wawancara. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan metode alur yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Menurut Sutama (2010: 44) langkah – langkah dalam metode alur meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Penelitian ini menggunakan triangulasi penyidik dan triangulasi metode.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Proses pembelajaran matematika melalui strategi RME dengan tutor sebaya dilakukan dengan lima tahap. Tahap 1) perencanaan dengan memahami soal kontekstual 2) persiapan dengan menjelaskan masalah kontekstual 3) pelaksanaan dengan menyelesaikan masalah kontekstual 4) evaluasi dengan membandingkan dan mendiskusikan jawaban. 5) penutup dengan menyimpulkan. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian menurut Hayley Barnes (2004) yang menyatakan bahwa langkah – langkah dalam pengajaran matematika dengan
strategi pembelajaran RME yaitu dalam tahap awal, pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual (inti) dari konsep yang sesuai dari situasi nyata sebagai matematisasi konseptual. Melalui abstraksi dan formalisasi, siswa akan mengembangkan konsep yang lebih komplit. Siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep
matematika
ke
bidang
baru
dari
dunia
nyata.
Siswa
mengembangkan model matematika sendiri dalam menyelesaikan masalah dari matematika informal ke matematika formal. Selanjutnya melakukan refleksi pada bagian yang dianggap penting dalam proses pembelajaran. Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian menurut Gintings (2008) yang menyatakan bahwa langkah – langkah dalam pengajaran matematika dengan strategi pembelajaran tutor sebaya menggunakan lima tahap antara lain, 1) Langkah perencanaan yaitu guru mempelajari bahan ajar dan mengidentifikasi bagian – bagian yang sulit dari isi bahan ajar. 2) Langkah persiapan, yaitu guru menyiapkan bahan ajar tambahan seperti variasi contoh – contoh penyelesaian soal dan tahapan penyelesaian soal. 3) Langkah pelaksanaan yaitu guru mengidentifikasi siswa yang menghadapi kesulitan dan melaksanakan tutorial dengan menggunakan bahan dan langkah – langkah yang telah disiapkan. 4) Langkah evaluasi yaitu guru melakukan tanya jawab untuk meyakinkan bahwa siswa tersebut telah mengatasi kesulitan belajarnya, 5) Langkah penutup yaitu guru dengan siswa bersama – sama menyimpulkan materi yang sudah dibahas dalam pembelajaran. Pada tindakan siklus I, guru menerapkan strategi pembelajaran RME dengan tutor sebaya untuk meningkatkan pemecahan masalah dlalam pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran ini, siswa dibagi menjadi 8 kelompok yang hiterogen, setiap kelompok terdapat 1 siswa yang memiliki prestasi terbaik di kelas (berdasarkan urutan ranking di kelas). Siswa yang ditunjuk membantu temanya yang kurang paham. Pada tindakan siklus II, strategi pembelajaran yang digunakan sama dengan siklus sebelumnya yaitu strategi RME dengan tutor sebaya. Namun, pembagian kelompok dalam siklus ini berbeda dengan siklus sebelumnya. Setiap kelompok terdapat
siswa yang mampu memahami masalah, siswa yang paham dalam
perencanaan cara menyelesaikan soal, siswa yang mampu melaksanaan rencana dalam menyelesaikan soal dan siswa yang berani dalam menafsirkan hasil dalam menyelesaikan masalah. Penerapan strategi pembelajaran RME dengan tutor sebaya dapat meningkatkan pemecahan masalah matematika. Peningkatan tersebut terlihat dari meningkatnya indikator-indikator pemecahan masalah dalam penelitian ini. Pemecahan masalah matematika diamati dari empat indikator, yaitu 1) mampu memahami masalah dengan benar, memahami apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, 2) mampu merencanakan cara penyelesaian, dengan memilih konsep atau rumus yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, 3) mampu melaksanakan cara menyelesaikan, dengan memproses data dengan rencana yang telah dipilih kemudian membuat jawaban penyelesaian dengan perhitungan secara runtut, 4) mampu menafsirkan hasil, dengan menarik kesimpulan dan mengecek kembali perhitungan yang diperoleh Data peningkatan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika melalui strategi RME dengan tutor sebaya dalam tabel sebagai berikut. Tabel 1 Peningkatan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika No
Indikator pemecahan masalah
1
Pemahaman Masalah
2
Perencanaan cara Penyelesaian Pelaksanaan Rencana
6 siswa (18,75%)
12 siswa (37,5%)
16 siswa (50%)
22 siswa (68,75%)
26 siswa (81,25%)
5 siswa (15,62%)
10 siswa (31,25%)
15 siswa (46,87%)
22 siswa (68,75%)
26 siswa (81,25%)
Penafsiran Hasil
5 siswa (15,62%)
9 siswa (28,12%)
14 siswa (43,75%)
20 siswa (62,5%)
25 siswa (78,12%)
3 4
Kondisi Siklus I Siklus I Siklus II Siklus II Awal pertemuan pertemuan pertemuan pertemuan (32 1 2 1 2 anak) (32 anak) (32 anak) (32 anak) (32 anak) 7 siswa 13 siswa 14 siswa 23 siswa 27 siswa (21,87%) (40,62%) (50%) (71,87%) (84,37%)
Berdasarkan table 1 peningkatan pemecahan masalah dapat diilustrasikan pada grafik dibawah.
90.00% 80.00% 70.00% 60.00%
Pemahaman masalah
50.00% 40.00% 30.00%
Perencanaan Cara Penyelesaian
20.00%
Pelaksanaan Rencana
10.00% 0.00%
Penafsiran Hasil
Gambar 1 Peningkatan pemecahan masalah Belajar Matematika
Peningkatan pemecahan masalah pada indikator mampu memahami masalah pada kondisi awal penelitian sebanyak 7 siswa yang tuntas (21,87%), setelah siklus I sebanyak 16 siswa yang tuntas (50%), dan setelah siklus II sebanyak 27 siswa yang tuntas (84,37%). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Kocak, Bozan dan Isik (2009) yang menyatakan bahwa siswa yang belajar matematika dengan kerja kelompok dapat memahami suatu permasalahan dengan baik. Siswa lebih mengedepankan ide – ide baru dengan menerapkan apa yang telah mereka pahami bukan dari menghafal rumus. Proses pembelajaran ini dengan menggunakan model pembelajaran problem solving yaitu memecahkan suatu permasalahan melalui metode diskusi dan tanya jawab. Dengan dihadapkannya permasalahan – permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan nyata, sehingga memudahkan siswa dalam memecahkan masalah. Peningkatan pemecahan masalah pada indikator mampu merencanakan cara menyelesaikan pada kondisi awal penelitian sebanyak 6 siswa yang tuntas (18,75%), setelah siklus I sebanyak 16 siswa yang tuntas (50%), dan setelah siklus II sebanyak 26 siswa yang tuntas (81,25%). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Shamsid-Deen dan Smith (2006) menyatakan bahwa dengan
menggunakan strategi
pembelajaran kontekstual
yang diterapkan dalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis penyelesaian masalah, siswa mampu menyampaikan ide – ide yang dimilikinya. Strategi kontekstual dapat diterapkan di lingkungan keluarga dan di lingkungan pendidikan. Strategi pembelajaran kontekstual ini merupakan suatu inisiatif yang relatif baru. Peningkatan pemecahan masalah pada indikator mampu melaksanakan cara menyelesaikan pada kondisi awal penelitian sebanyak 5 siswa yang tuntas (15,62%), setelah siklus I sebanyak 15 siswa yang tuntas (46,87%), dan setelah siklus II sebanyak 26 siswa yang tuntas (81,25%). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Suryawati, Kamisah Osman & T. Subahan Mohd Meerah (2010) menyatakan bahwa strategi kontekstual RANGKA (Rumuskan, Amati, Nyatakan, Gabungkan, Komunikasi, Amalkan) membutuhkan kerjasama di antara guru dan siswa dimana guru berperan besar dalam memotivasi siswa. Strategi pembelajaran kontekstual yang dapat diterapkan adalah pemecahan masalah, pembelajaran dari lingkungan, kerjasama sosial, bekerja kelompok dan menerapkan pembelajaran dalam materi melalui pengalaman kehidupan nyata. RANGKA kontekstual dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap sikap siswa siswa. Peningkatan pemecahan masalah pada indikator mampu menafsirkan hasil pada kondisi awal penelitian sebanyak 5 siswa yang tuntas (15,62%), setelah siklus I sebanyak 14 siswa yang tuntas (43,75%), dan setelah siklus II sebanyak 25 siswa yang tuntas (78,12%). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Edmonds dan Knights (Marsigit 1996) yang menyatakan bahwa dengan menerapakan open-ended dalam kegiatan pembelajaran, kemampuan siswa dalam berpikir matematika dapat berkembang secara maksimal dan pada saat yang sama kegiatan – kegiatan kreatif dari setiap siswa terkomunikasikan melalui proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan dalam penerapan open-ended pada pembelajaran, siswa diminta untuk menemukan cara yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan dan tidak berorientasi pada jawaban akhir dengan tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana menemukan suatu jawaban. Terhadap peneliti
berikutnya, hendaknya melakukan penelitian pada hal – hal yang belum dicapai secara maksimal dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Simpulan Proses pembelajaran matematika melalui strategi RME dengan tutor sebaya dilakukan melalui lima tahap. Tahap 1) perencanaan dengan memahami soal kontekstual 2) persiapan dengan menjelaskan masalah kontekstual 3) pelaksanaan dengan menyelesaikan masalah kontekstual 4) evaluasi dengan membandingkan dan mendiskusikan jawaban. 5) penutup dengan menyimpulkan. Strategi RME dengan tutor sebaya dapat meningkatkan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran matematika. Peningkatan pemecahan masalah dapat diamati dari empat indikator. 1) Kemampuan siswa memahami masalah, kondisi awal 7 siswa yang tuntas (21,87%), siklus I sebanyak 16 siswa yang tuntas (50%), siklus II sebanyak 27 siswa yang tuntas (84,37%). 2) Kemampuan siswa merencanakan cara penyelesaian, kondisi awal sebanyak 6 siswa yang tuntas, siklus I sebanyak 16 siswa yang tuntas (50%), siklus II sebanyak 26 siswa yang tuntas (81,25%). 3) Kemampuan siswa melaksanakan rencana penyelesaian, kondisi awal sebanyak 5 siswa yang tuntas (15,62%), siklus I sebanyak 15 siswa yang tuntas (46,87%), siklus II sebanyak 26 siswa yang tuntas (81,25%). 4) Kemampuan siswa menafsirkan hasinya, kondisi awal sebanyak 5 siswa yang tuntas (15,62%), siklus I sebanyak 14 siswa yang tuntas (43,75%), siklus II sebanyak 25 siswa yang tuntas (78,12%). Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, dapat disarankan kepada kepala sekolah, guru, dan peneliti berikutnya. Kepala sekolah hendaknya menganjurkan kepada guru untuk menerapkan strategi pembelajaran tersebut dalam kegiatan belajar mengajar. Guru, hendaknya menerapkan strategi RME dengan tutor sebaya sebagai inovasi dalam pembelajaran matematika, karena dengan menggunakan strategi RME dengan tutor sebaya memberikan pengaruh lebih besar terhadap peningkatan pemecahan masalah pada siswa. Kepada peneliti berikutnya, hendaknya melakukan penelitian pada hal – hal yang belum dicapai secara maksimal dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Penulis menyadari tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan dari pihak lain tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada 1) Drs. Sofyan Anif, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 2) Dra. Sri Sutarni, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 3) Prof. Dr. Sutama, M.Pd, selaku Pembimbing yang telah sabar memberi petunjuk, membimbing, selalu memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis sampai skripsi ini dapat terselesaikan. 4) Dosen-dosen matematika yang telah mendidik dan memberikan ilmu selama studi. 5) Suprapto, S.Pd,M.Pd. dan Suharno S.Pd selaku Kepala Sekolah dan Guru Matematika Kelas VIII SMP Negeri I Gesi yang telah memberikan ijin dan kesempatan serta membantu dalam pelaksanaan penelitian. 6) Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Barnes, Hayley. 2004. ”Realistic Mathematics Education: Eliciting Alternative Mathematical Conceptions of Learners”. International Journal mathematical in science and Technology. Vol 8(1), pp. 53-64, University of Pretoria, hbarnes. Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Bineka Cipta Gintings, Abdorrakhman. 2008. Esensi Belajar dan Pembelajaran Disiapkan untuk pendidikan Profesi dan Sertifikasi Guru-Dosen (Edisi Revisi). Bandung: Humaniora Koçaka*, Zeynep Fidan; Radiye Bozana; Özlem Isıka. 2009. “The importance of group work in mathematics”. Procedia Social and Behavioral Sciences 1 2363–2365
Marsigit. (1996). “Teaching Styles of Mathematics Teachers in Junior High School. “ Unpublished master’s thesis. London.
Shadiq fajar. 2004. Penalaran, Pemecahan Masalah,dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika.Yogyakarta : Departemen apendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika Shamsid-Deen, Ifraj dan Bettye P. Smith. 2006. “Contextual Teaching and Learning Practices in The Family and Consumer Sciences Curriculum”, Journal of Family and Consumer Sciences Education / Vol. 24 No. 1 Suryawati, Evi. Kamisah Osman & T. Subahan Mohd Meerah. 2010.” The Effectiveness of RANGKA Contextual Teaching and Learning on Students‟ Problem Solving Skills and Sciectufic attitude”. 9: 1717-1721 Sutama. 2010. Penelitian Tindakan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK. Semarang : CV. Citra Mandiri Utama.