PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA TEKS BACAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VII.3 SMPN 1 GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK Masniari1, Gusnetti2, Syofiani2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2 Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta E-mail: masniari
[email protected]
Abstract This research is based on the students’ result in learning to find out the main idea of a text. This is caused by the fact that the will of the students in reading is still law, the appropriate learning method is not found yet, and the ineffective use of learning media. In order to solve these problems, the researcher offers a solution by using a method of Make a Match. This research purposes to observe whether the application of Make a Match method in finding out the main idea in the text be able to improve the learning result of the students class VII.3 SMP N 1 Gunung Talang Kabupaten Solok. This is a class action research. The result of this research is that there is an improvement of students’ result learning in finding out the main idea of the text. It is proved by the grade got by the students; in first cycle whose their average grade is 76,35 with comprehensiveness percentage is about 80,77%, became higher in second cycle whose their average grade is 85,39 with comprehensiveness percentage is about 96,15%. Based on the result of the research conducted, it can be concluded that the application of Make a Match learning method to find out main idea of the text is able to improve the learning result of the students of class VII.3 SMPN 1 Gunung Talang Kabupaten Solok. Key Words : Main idea, Make a Match
baik dan benar, baik secara lisan maupun
Pendahuluan Bahasa Indonesia memiliki peran
tulisan. Standar kompetensi mata pelajaran
sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
dan
emosional
siswa
dan
bahasa Indonesia merupakan kualifikasi
merupakan penunjang keberhasilan dalam
kemampuan
mempelajari
studi.
menggambarkan penguasaan pengetahuan,
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan
keterampilan berbahasa, dan sikap positif
untuk meningkatkan kemampuan siswa
terhadap bahasa dan sastra Indonesia.
dalam berkomunikasi sehingga mampu
Sesuai dengan Kurikulum Tingkat
menggunakan bahasa Indonesia dengan
Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku
semua
bidang
1
minimal
siswa
yang
saat ini, ruang lingkup mata pelajaran
membaca
bahasa Indonesia mencakup komponen
membaca bacaan yang panjang. Guru
berbahasa dan kemampuan bersastra yang
belum
meliputi
mendengar,
pembelajaran yang efektif dan efesien,
berbicara, membaca dan menulis yang
pembelajaran masih berpusat pada guru.
diuraikan melalui kompetensi yang harus
Penerapan metode pembelajaran membaca
dicapai
yang
aspek-aspek:
siswa.
Salah
satu
standar
itu
membosankan
dapat
tidak
apalagi
menciptakan
tepat.
proses
Kurangnya
media
kompetensi yang harus dicapai siswa SMP
pembelajaran yang ada di sekolah. Pada
kelas VII adalah menemukan gagasan
saat proses pembelajaran di kelas interaksi
utama
dibaca.
aktif antara siswa dengan guru atau siswa
Berdasarkan pengalaman penulis
dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang
dalam
teks
yang
mengajar di SMPN 1 Gunung Talang dan
terampil
hasil wawancara penulis dengan teman
bertanya tentang konsep yang diajarkan.
sejawat,
dalam
Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok
menemukan gagasan utama masih jauh
diskusi dan pemecahan masalah yang
dari yang diharapkan. Kemampuan untuk
diberikan. Mereka cenrung belajar sendiri.
kemampuan
siwa
menemukan gagasan utama tersebut bagi
menjawab
pertanyaan
Kegiatan
belajar
atau
mengajar
siswa masih merupakan kegiatan belajar
seharusnya
yang tergolong sulit. Hal ini terbukti pada
semua potensi siswa untuk menguasai
nilai ulangan siswa yang masih banyak di
kompetensi yang ada. Proses belajar
bawah
Kriteria
mengajar
(KKM)
yang
Ketuntasan ditetapkan
Minimal
adalah
72.
mampu
sebaiknya
prinsip-prinsip
mengoptimalkan
dilandasi
berpusat
pada
dengan siswa,
Berdasarkan data diketahui bahwa rata-rata
mengembangkan
nilai ulangan harian dari 26 siswa adalah
menciptakan kondisi menyenangkan dan
67 dengan nilai tertinggi 80 dan terendah
menantang, mengembangkan kemampuan
50. Siswa yang mendapat nilai di bawah
yang
KKM 14 orang dan yang di atas KKM 12
pengalaman belajar yang beragam, dan
orang. Hal itu menunjukkan kemampuan
belajar melalui berbuat.
siswa masih rendah.
kreativitas
bermuatan
nilai,
siswa,
menyediakan
Menyikapi permasalahan tersebut,
Rendahnya kemampuan siswa kelas
diperlukan
penerapan
VII SMP dalam menentukan gagasan
pembelajaran
yang
utama tersebut disebabkan beberapa faktor,
pembelajaran menemukan gagasan utama.
antara lain: Masih rendahnya minat siwa
Penulis
membaca
make a match untuk meningkatkan hasil
karena
anggapan
bahwa 2
mencoba
tepat
menerapkan
metode untuk metode
belajar siswa kelas VII.3 SMPN 1 Gunung
(a recording and decoding process),
Talang.
berlainan dengan berbicara dan menulis
Metode
make
a
match
ini
mengutamakan
kerja
sama
dalam
yang
menyelesaikan
permasalahan
untuk
(encoding).”
menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam
rangka
mencapai
pembelajaran.
Penggunaan
dimulai
siswa
dari
penyandian
Tarigan
(1990:9-10),
”Tujuan utama dalam membaca adalah
ini
untuk
mencari
serta
memperoleh
mencari
informasi, mencakup isi, dan memahami
merupakan
makna bacaan.” Melalui membaca si
soal/jawaban sebelum batas waktunya,
pembaca diharapkan dapat memahami
siswa yang dapat mencocokkan kartunya
suatu bacaan sehingga terjadi komunikasi
diberi poin. Suasana pembelajaran dalam
efektif antara penulis dan pembaca, dimana
model pembelajaran make a match akan
si pembaca memahami informasi yang
riuh,
tersirat maupun tersurat yang disampaikan
pasangan
kartu
tetapi
menjadikan
disuruh
melibatkan
Menurut
tujuan
model
justru
yang
mengasikkan pembelajaran
sehingga kompetensi
si penulis.
tersebut lebih kreatif dan menarik bagi
Menurut
siswa.
Finosa
(2008:228),
”Karangan adalah hasil penjabaran suatu Berdasarkan pernyatataan tersebut,
gagasan secara resmi dan teratur tentang
dilakukan penelitian tindakan kelas dengan
suatu topik atau pokok bahasan.” Dan
judul
Kemampuan
menurut Tarigan (2008:40), ”Karangan
Menemukan Gagasan Utama Teks Bacaan
pada hakikatnya adalah akumulasi dari
dengan Menggunakan Metode Make a
beberapa paragraf yang tersusun dengan
Match pada Siswa Kelas VII.3 SMPN 1
sistematis, koheren, memiliki kesatuan, ada
Gunung
bagian utama pengantar, isi dan penutup.”
”Peningkatan
Talang
Kabupaten
Solok".
Menurut Hodgson (dalam Tarigan,
Selanjutnya
Semi
(1989:58)
1990:7), ”Membaca adalah suatu proses
menyatakan, ”Paragraf adalah kalimat atau
yang dilakukan serta dipergunakan oleh
seperangkat kalimat yang mengacu pada
pembaca untuk memperoleh pesan yang
satu topik.” Sedangkan menurut Finosa
hendak disampaikan oleh penulis melalui
(2008:181), ”Paragraf adalah satuan bentuk
media
bahasa
kata-kata
Sedangkan
atau
Ardeson
bahasa (dalam
tulis.”
yang
umumnya
merupakan
Tarigan,
gabungan beberapa kalimat.” Kemudian
1990:7) menyatakan bahwa, ”Dari segi
menurut Tarigan (2008:7),”Paragraf adalah
linguistik, membaca adalah suatu proses
satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas
penyandian kembali dan pembacaan sandi
seperangkat kalimat yang dipergunakan 3
oleh
pengarang
sebagai
menyatakan
dan
pikirannya
kepada
Finosa bahwa
alat
menyampaikan para
(2008:183)
untuk
pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia
jalan
pegang.
pembaca.”
Langkah-langkah
menyatakan
model
pembelajaran make a match menurut Lie
berdasarkan funngsinya, kalimat
(2008:46) adalah sebagai berikut:
yang membangun alinia pada umumnya
1
Guru menyajikan materi pelajaran.
dapat diklasifikasikan atas dua macam,
2
Guru
yaitu (1) kalimat topik/kalimat pokok, dan
membagikan
tugas
untuk
dikerjakan siswa.
(2) kalimat penjelas/pedukung. Kalimat
3
Guru menyiapkan beberapa kartu yang
topik adalah kalimat yang berisi ide pokok
berisi beberapa konsep atau topik, satu
atau ide utama alinia. Adapun kalimat
bagian kartu soal dan bagian lainnya
penjelas/pendukung
kartu jawaban
sesuai
dengan
namanya adalah kakimat yang berfungsi
4
menjelaskan atau mendukung ide utama
Setiap siswa mendapat satu buah kartu yang bertuliskan soal /jawaban.
alinia.
5 Sementara itu, Semi (1989:62-64)
Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
menyatakan kalimat topik dalam sebuah
6
Setiap siswa mencari pasangan yang
paragraf dapat ditempatkan pada empat
mempunyai kartu yang cocok dengan
posisi, yaitu (1) pada awal paragraf, (2)
kartunya.
pada akhir paragraf, (3) pada awal dan
7
Setiap siswa yang dapat mencocokkan
akhir paragraf dan (4) tersirat dalam
kartunya sebelum batas waktu diberi
keseluruhan paragraf. Finosa (2008:190-
poin.
192) menyatakan berdasarkan kalimat
8
Jika siswa tidak dapat mencocokka
topik, alinea dapat dibedakan atas empat
kartunya dengan kartu temannya (tidak
macam, yaitu (1) alinea deduktif, (2) alinea
dapat menemukan soal/jawaban) akan
induktif, (3) alinea deduktif-induktif, dan
mendapat hukuman dari yang telah
(4)
disepakati bersama.
alinea
penuh
kalimat
topik.
Model pembelajaran make a match
9
Setelah satu babak kartu dikocok lagi
ini merupakan model yang dikembangkan
agar tiap siswa mendapat kartu yang
oleh
berbeda dari sebelumnya, demikian
Lorna
Curran,
1994.
Model
pembelajaran make a match artinya model
seterusnya.
pembelajaran mencari pasangan. Setiap
10 Siswa juga bisa bergabung dengan 2
siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal
atau tiga siswa lainnya yang memegang
atau jawaban), lalu secepatnya mencari
kartu yang cocok 4
11 Guru bersama-sama siswa membuat
perempuan.
kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Tempat
penelitian
ini
dilaksanakan di SMP Negeri 1 Gunung
Kelebihan model make a match
Talang
Kecamatan
Gunung
Talang
menurut Lie (2008:46) adalah sebagai
Kabupaten
berikut: meningkatkan partisipasi siswa
dilaksanakan pada semester II
dalam pembelajaran, cocok untuk tugas
Ajaran 2012/2013 bulan April sampai Juni
sederhana, siswa lebih banyak kesempatan
2013.
Solok.
Penelitian
ini Tahun
untuk kontribusi masing-masing anggota
Penelitian ini dirancang untuk dua
kelompok, interaksi dalam pembelajaran
siklus. Setiap siklus dilaksanakan melalui
lebih mudah dan cepat membentuknya.
empat tahapan, yaitu tahapan perencanaan
Kekurangan model make a match antara
lain:
banyak
kelompok
tindakan, tahap pelaksanaan tindakan,
yang
tahap pengamatan, dan tahap refleksi.
melapor dan perlu dimonitor, lebih sedikit
Masing-masing siklus menggunakan waktu
ide yang muncul dan jika ada perselisihan
2 x 40 menit. Dalam penelitian ini yang
tidak ada penengah.
melakukan kegiatan pembelajaran adalah
Rumusan masalah pada penelitian
guru yang sekaligus berperan sebagai
ini adalah: ”Bagaimanakah kemampuan
peneliti dan dibantu oleh teman sejawat
menemukan gagasan utama teks bacaan
selaku pengamat yang bertugas mengamati
dengan menggunakan metode make a
proses
match siswa kelas VII.3 SMP Negeri 1
masukan bagi guru atau peneliti untuk
Gunung Talang Kabupaten Solok?”
perbaikan tindakan berikutnya.
Tujuan penelitian adalah untuk melihat
pembelajaran
Penelitian
apakah penggunakan metode make a match
instrumen
dalam menemukan gagasan utama teks
observasi dan tes.
bacaan dapat meningkatkan hasil belajar
(1) Lembar observasi
siswa kelas VII.3 SMP Negeri 1 Gunung
ini
dan
memberi
menggunakan
penelitian berupa lembar
Instrumen ini digunakan untuk
Talang Kabupaten Solok’.
mengamati
pelaksanaan
pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran make a match. Dengan berpedoman pada
Metodologi Penelitian ini adalah penelitian
lembar
observasi
ini
penulis
dapat
tindakan kelas. Subjek penelitian adalah
mengamati apa yang terjadi dalam proses
siswa kelas VII.3 SMP Negeri 1 Gunung
pembelajaran. Observasi dilakukan secara
Talang. Jumlah siswa 26 orang, terdiri dari
langsung oleh observer, di mana hasil
10
orang
laki-laki
dan
16
orang 5
pengamatan dicatat dalam lembaran yang
Langkah-langkah
yang
penulis
telah dirancang sebelumnya.
lakukan dalam menganalisis data hasil
(2) Tes
penelitian adalah sebagai berikut: Dalam penelitian ini siswa akan
diberikan
tes
untuk
kemampuannya
A. Menganalisis data yang diperoleh
mengukur
dalam
a. Menganalisis data hasil belajar
menentukan
siswa
gagasan utama suatu bacaan. Alat atau
1. Membaca tugas siswa.
instrumen
2. Menentukan
yang
digunakan
dalam
mengumpulkan data ini adalah berupa soal
skor
hasil
tes
individu siswa.
tes. Tes dilakukan untuk siklus I dan siklus
3. Mengolah skor menjadi nilai
2. Pada masing-masing siklus, siswa
dengan menggunakan rumus
diberikan
bacaan
kemudian
siswa
N = SM x Smaks
ditugaskan untuk menentukan gagasan
SI
utama dalam setiap paragraf yang terdapat
Keterangan:
pada bacaan tersebut.
N = Tingkat penguasaan
Teknik pengumpulan data yang
SM = Skor yang diperoleh
digunakan dalam penelitian ini adalah; (1)
SI = Skor yang harus dicapai
siswa diberikan bacaan (karangan) singkat,
Smaks= Skala yang digunakan
(2)
(Abdurrahman
siswa
mengerjakan
tugas
secara
individu yaitu menentukan gagasan utama dari masing-masing paragraf bacaaan
yang
telah
4. Menentukan
(3)
belajar
mengumpulkan hasil tugas siswa. Data penelitian
yang ini
rata-rata siswa
dengan
pada
M = ∑FX
dengan
N
menggunakan model analisis kualitatif dan
Keterangan:
kuantitatif.
M= Mean (rata-rata)
Analisis
data
hasil
menggunakan rumus :
diperoleh dianalisis
Ellya
Ratna,2003 ; 264)
terhadap
diberikan,
dan
kualitatif
berhubungan dengan pendeskripsian hasil
∑FX= Jumlah siswa dikalikan
pengamatan observer tentang pelaksanakan
nilai yang diperoleh
kegiatan pembelajaran, baik kegiatan yang
N=
dilakukan guru maupun siswa. Sedangkan
mengikuti tes (Abdurrahman
analisis kuantitatif berhubungan dengan
dan Ellya Ratna,2003 ; 270)
hasil pembelajaran siswa.
Jumlah
siswa
yang
5. Mengelompokkan hasil belajar siswa 6
dalam
menentukan
gagasan
utama
berdasarkan
paragraf
skala
mencari
yang
pasangan
dan
mencocokkan
dengan kartu (kartu soal atau kartu
digunakan yaitu skala 10.
jawaban). Namun jika dilihat lebih lanjut,
6. Mendistribusikan hasil belajar
masih ada kegiatan yang seharusnya dapat
siswa ke dalam tabel ketuntasan
dilakukan lebih maksimal lagi. Pada saat
hasil belajar siswa.
membaca wacana beberapa orang siswa
b. Menganalisis data hasil observasi
ada yang belum serius, masih ada siswa
B. Mendeskripsikan dan membahas data
berhenti-berheti membaca dan melihat
yang diperoleh, baik dari hasil belajar
pada teman-temannya. Begitu juga dalam
siswa maupun dari hasil pengamatan
berdiskusi dan menanggapi hasil kerja
observer
temannya, siswa masih kurang berani dan
C. Menyimpulkan
keseluruhan
hasil
tidak percaya diri. Kemudian di akhir
penelitian
pembelajaran tidak semua siswa yang ikut menyimpukan pembelajaran. Oleh karena itu semua kekurangan yang terdapat dalam
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan pada
siklus I ini akan dijadikan sebagai bahan
siklus I secara umum aktivitas siswa dalam
refleksi
kegiatan pembelajaran sudah berlangsung
berikutnya.
untuk
siklus
juga
dalam
sangat baik dengan presentase keberhasilan 87,14%. Pembelajaran membaca dengan
Tabel 1 Klasifikasi Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
menggunakan metode make a match kelihatan membuat suasana menyenangkan dan menarik. Pada saat guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi soal dan jawaban terlihat siswa agak
antusias.
Setelah guru memerintahkan siswa untuk mengambil
kartu
bersemangat
dan
tampak termotivasi
siswa untuk
menarik satu kartu soal atau jawaban. Setelah siswa mendapatkan satu kartu soal/jawaban,
masing-masing
tampak
memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang
dipegangnya.
Kelompok
dengan
pasangannya ingin saling medahului untuk 7
No
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Ahmad Luthfi R. Akhmal Fahsya Anestia Devita Aswin Annisa Febiola Azis Fattah Rozaq Bismi Aida Ningrum Dara Salvionita Desi Indriani Diana Kartika Fani Aulia Deswanti Farel Royhan Akbar Ferdi Almahi Gezi Maretha Maisafa Windi Ilham Noraris Santi Dewi Nz. Zuryatul Janah Putri Sandra Idris Sardi Ramdi Metra Putra Regina Oktavia Riski Jafri Yaldi SyifaMarwah M. Taufik Gusmanto Vallentino Putra
Nilai 70 85 85 60 80 80 80 80 80 75 85 75 80 75 80 80 75 80 60 85 50 80 65 80
Ketuntasan Tun Bel. tas Tun tas
Ket.
25 Wangi Putri Palko 26 Zaki Fitria Jumlah Rata-rata Perentase (%)
75 85 1985
memikirkan jawaban atau soal dari kartu
21
5
yang
80,77
19,23
pasangannya ingin saling medahului untuk
76,35
dipegangnya.
mencari
Pada tabel 1 tergambar siswa yang
Kelompok
pasangan
dan
dengan
mencocokkan
mengikuti tes berjumlah 26 orang. Dari 26
dengan kartu (kartu soal atau kartu
siswa yang mengikuti tes tersebut 21 orang
jawaban).
(80,77%) belajar sudah tuntas dan 5 orang
Penerapan metode make a match,
(19,23%) belum tuntas. Nilai rata-rata
dapat memupuk rasa kerja sama siswa
kelas 76,35 dengan kualifikasi baik. Hasil
dalam
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus
mencocokkan kartu yang ada di tangan
pertama belum menunjukkan hasil yang
mereka.
memuaskan. Hal ini disebabkan karena
menarik dan kelihatan sebagian siswa lebih
siswa masih merasa baru dan belum
antusias mengikuti proses pembelajaran,
mengerti apa yang dimaksudkan dan
dan keaktivan siswa tampak sekali pada
digunakan guru dengan menerapkan model
saat siswa mencari pasangan kartunya
make a match.
masing-masing.
menjawab Proses
Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan pada
pertanyaan
dengan
pembelajaran
lebih
dalam
berdiskusi
dan
hasil
diskusinya
dan
siklus II secara umum aktivitas siswa
menyampaikan
dalam kegiatan pembelajaran sudah lebih
menanggapi hasil kerja temannya sudah
baik daripada siklus I.
mulai
Pembelajaran
berani.
Kemudian
di
akhir
membaca dengan menggunakan metode
pembelajaran umumnya siswa sudah ikut
make a match kelihatan membuat suasana
menyimpukan pelajaran.
menyenangkan dan menarik. Siswa tampak aktif mengikuti berbagai kegiatan yang
Tabel 2 Klasifikasi Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
harus dikerjakan oleh siswa . Pada
saat
guru
menyiapkan
beberapa kartu yang berisi soal dan jawaban terlihat siswa sangat antusias. Setelah guru memerintahkan siswa untuk mengambil kartu tampak siswa
sangat
bersemangat
untuk
dan
termotivasi
menarik satu kartu soal atau jawaban. Setelah siswa mendapatkan satu kartu soal/jawaban,
masing-masing
tampak 8
No
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Ahmad Luthfi R. Akhmal Fahsya Anestia Devita Aswin Annisa Febiola Azis Fattah Rozaq Bismi Aida Ningrum Dara Salvionita Desi Indriani Diana Kartika Fani Aulia Deswanti Farel Royhan Akbar Ferdi Almahi Gezi Maretha Maisafa Windi Ilham Noraris Santi Dewi Nz. Zuryatul Janah
Ni lai 90 90 90 75 85 80 90 90 90 90 90 90 95 80 85 85
Ketuntasan Tun Bel. tas Tun tas
Ket.
17 Putri Sandra 18 Idris Sardi 19 Ramdi Metra Putra 20 Regina Oktavia 21 Riski Jafri Yaldi 22 SyifaMarwah M. 23 Taufik Gusmanto 24 Vallentino Putra 25 Wangi Putri Palko 26 Zaki Fitria Jumlah Rata-rata Perentase (%)
pengamatan hasil obsevasi aktivitas siswa
80 85 75 90 70 80 75 90 90 90 2220
belum maksimal. Hal ini karena siswa
masih merasa baru dan belum mengerti apa
yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan model make a match.
25
1
96,15
3,85
Oleh sebab itu guru dalam memberikan
85,39
motivasi siswa perlu ditingkatkan lagi.
Pada tabel 2 tergambar siswa yang
Pada siklus II terjadi perkembangan
mengikuti tes berjumlah 26 orang. Dari 26
yang baik dalam hasil evaluasi maupun
siswa yang mengikuti tes tersebut 25 orang
hasil obsevasi. Hal ini terbukti rata-rata
(96,15%) belajar sudah tuntas dan 1 orang
hasil belajar meningkat. Hasil belajar yang
(3,85%) belum tuntas. Nilai rata-rata kelas
dilaksanakan, terdapat 1 orang siswa
85,39. Hasil tersebut menunjukkan, bahwa
(3.85%) yang belum tuntas belajar dan 25
pada siklus II menunjukkan hasil yang
orang (96,15%) yang sudah tuntas belajar.
meningkat
ini
Nilai rata-rata kelas pada siklus I 76,35
disebabkan karena siswa sudah merasa
meningkat menjadi 85,39 pada siklus II.
faham dan mengerti apa yang dimaksudkan
Sedangkan dari observasi aktivitas siswa
dan digunakan guru dengan menerapkan
juga meningkat. Hal ini disebabkan peserta
model make a match.
didik sudah paham dan sangat senang
dari
siklus
I
.
Hal
dengan metode pembelajaran make a match.
Pembahasan Dari uraian tiap-tiap siklus dapat disimpulkan bahwa dalam setiap siklus
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan
terjadi peningkatan, baik hasil belajar maupun dari observasi ketika kegiatan
pengamatan,
maka
dapat
disimpulkan
berlansung.
bahwa penerapan metode pembelajaran
Dari data yang diperoleh secara
make a match dalam menentukan gagasan
garis besar pelaksanaan pada siklus I masih
utama teks bacaan dapat meningkatkan
perlu ditingkatkan. Hasil belajar yang
hasil belajar siswa kelas VII.3 SMPN 1
dilaksanakan, terdapat 5 orang siswa
Gunung Talang Kabupaten Solok. Hal ini
(19,23%) yang belum tuntas belajar dan 21
terbukti pada hasil belajar siswa. Pada
orang (80,77%) yang sudah tuntas belajar.
siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa
Nilai rata-rata kelas yang dicapai siswa
76,35
pada siklus I ini adalah 76,35. Sedangkan
80,77%, sedangkan pada siklus II nilai 9
dengan
persentase
ketuntasan
rata-rata hasil belajar siswa meningkat 85,39
dengan
persentase
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
ketuntasan
96,15%. Wardani, IGAK. 2007. Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. .
Penulis dapat menyesaikan laporan ini berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis pengucapkan terima kasih kepada: (1) Ibu Dra.
Gusnetti,
M.Pd.
sebagai
.
dosen
pembimbing I dan Ibu Dra. Hj. Syofiani, M.Pd. sebagai dosen pembimbing II yang telah
memberikan
bimbingan,
saran,
motivasi kepada penulis. (2) Kepala SMPN 1 Gunung Talang Kabupaten Solok.
Daftar Pustaka Abdurahman dan Elya Ratna. 2003. Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indodesia. Padang: Fakultas Bahasa Sastra dan Seni Universitas Negeri Padang. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakatra: Rineka Cipta. Finosa,
Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Belajar. Jakarta: Grasindo. Semi, M. Atar. 1989. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya. Tarigan, Djago. 2008. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung: Angkasa.
10
Penelitian Jakarta: