perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN DAYA PADA SISTEM MOBIL LISTRIK BERPENGGERAK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA KABUR (FUZZY LOGIC)
OLEH : HERY TRI WALOYO I 0405030
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN DAYA PADA SISTEM MOBIL LISTRIK BERPENGGERAK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA KABUR (FUZZY LOGIC) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
OLEH : HERY TRI WALOYO I 0405030
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
MOTTO ∩∠∪ ó=|ÁΡ$$sù |Møîtsù #sŒÎ*sù ∩∉∪ #Zô£ç„ Îô£ãèø9$# yìtΒ ¨βÎ) ∩∈∪ #ô£ç„ Îô£ãèø9$# yìtΒ ¨βÎ*sù
Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (Al-Ayat)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Pembuatan mobil listrik adalah penting sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan isu dibidang trasportasi. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui penghematan energi listrik yang digunakan pada mobil listrik berpenggerak motor DC dengan metode pengaturan logika kabur. Penelitian dilakukan dengan memberikan kontrol logika kabur sebagai pengambilan keputusan. Perintah masukan pada kontrol logika kabur adalah kecepatan referensi. Pengujian dilaksanakan dalam kondisi tanpa pembebanan dan ditinjau pada saat start hingga mencapai kecepatan tunak. Penelitian dikerjakan dengan langkah pembuatan simulasi dan dibuktikan pada penerapan mobil listrik nyata. Hasil dari penelitian menunjukkan penghematan waktu dengan kontrol logika kabur pada simulasi sebesar 67% dan penerapan nyata 30%. Penghematan energi dengan menggunakan kontrol logika kabur pada simulasi 64.55%. Kesimpulan dari penelitian adalah kontrol logika kabur dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kecepatan referensi dan mengurangi penggunaan energy saat starting pada sistem mobil listrik.
Kata kunci: pengaturan, motor DC, mobil listrik, logika kabur, penghematan energi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
ABSTRACK Manufacture of electric cars is important, in order to solve the problem in transportation issue. Research is done to investigate power efficiency usage in electric car controlled system which is operated with DC motor by using fuzzy logic. Research is done by giving fuzzy logic control to take the choice. Input in fuzzy logic control is speed reference. Research is done at no load condition and from start to steady state condition. The study begun by performing simulations and then continue by application in the real electric car. The result shows saving time the control by using fuzzy logic in the simulations by 67% and 30% for real application. Energy saving by using fuzzy logic is 64.55% in the simulations. It can be concluded that by using the fuzzy logic control can be reduced the use of time to get speed reference and reduced energy used at starting time in electric car system.
Key word: control, DC motor, Fuzzy logic, energy saving
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb Alhamdulillah, puji syukur atas semua nikmat Allah SWT yang telah dilimpahkan kepada semua ciptaan-Nya, termasuk kepada penulis sehingga tugas akhir yang berjudul “Peningkatan Efisiensi penggunaan Daya pada Sistem Mobil Listrik Berpenggerak Motor DC Dengan Menggunakan Logika Kabur (Fuzzy Logic)“ dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan Salam semoga tetap terlimpah kepada Rosululloh SAW yang telah menunjukkan jalan lurus kepada umat manusia. Pelaksanaan penelitian hingga penyusunan penulisan dalam tugas akhir ini tidak lepas dari berbagai kendala, akan tetapi dengan ijin Alloh banyak orang yang membantu penulis untuk menyelesaikan permasalahan yang penulis hadapi saat mengerjakan tugas akhir. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Muhammad Nizam, S.T., M.T., Ph.D., selaku pembimbing I dan Purwadi Joko Widodo, S.T., M.KOM., selaku pembimbing II, terima kasih telah membimbing penulis untuk menyelesaikan TA ini. 2. Bapak-bapak Dosen tim penguji ( Didik Djoko, S.T., MT., Eko Prasetyo B, S.T., MT., dan Wahyu Purwo R, S.T.,M.T.) yang telah memberikan saran dan kritik kepada penulis tentang isi penulisan TA. 3. Bambang Kusharjanta, S.T., M.T., selaku pembimbing akademik penulis. 4. Bapak Didik Djoko Susilo, S.T., M.T., selaku ketua jurusan Teknik Mesin UNS yang telah membantu kelancaran TA penulis. 5. Bapak Maji dan Ibu Semi, karena beliau berdua penulis ada di dunia ini. Terima kasih bapak, ibu anakmu ini tidak akan pernah bisa membalas kebaikan kalian berdua. 6. Mawan Jupriyanto dan dek Hasyim yang telah menyemangati penulis sehingga semakin menambah bersemangat untuk segera menyelesaikan penelitian maupaun penyusunan laporan. 7. Rekan – rekan teknik mesin angkatan 2005 (yang berjumlah 20 mahasiswa), terima kasih atas semua bantuannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
8. Rekan – rekan sekalian yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan yang diberikan. Semoga makalah Tugas Akhir penulis bisa bermanfaat bagi pembaca. Wassalamu’alaikum Wr Wb Surakarta,
Penulis
commit to user
2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................... iii ABSTRAK ............................................................................................. iv ABSTRACK ...........................................................................................
v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi DAFTAR ISI .......................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
x
DAFTAR TABEL .................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................
1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................... 1.2. Perumusan Masalah ......................................................... 1.3. Batasan Masalah ............................................................... 1.4. Tujuan dan Manfaat .........................................................
1 2 3 3
BAB II DASAR TEORI ..........................................................................
4
2.1. Tinjauan Pustaka............................................................. 2.2. Dasar Teori ..................................................................... 2.2.1 Mobil Listrik ....................................................... 2.2.2 Motor DC ............................................................ 2.2.3 Catu Daya ........................................................... 2.2.4 Kontrol Kecepatan ............................................... 2.2.5 Mikrokoontroller ATmega16 ............................... 2.2.6 Komponen Elektronika ........................................ 2.2.7 Sensor Kecepatan ................................................ 2.2.8 Logika Kabur ...................................................... 2.2.9 Kecepatan............................................................ 2.2.10 Jarak Tempuh ...................................................... 2.2.11 Daya Listrik ........................................................
4 5 5 6 8 9 10 11 16 17 21 22 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 24 3.1. 3.2. 3.3. 3.4.
Lokasi Penelitian ............................................................ 24 Objek penelitian.............................................................. 24 Peralatan yang Digunakan............................................... 24 Skema Alat ..................................................................... 24 3.4.1. Perangkat Lunak Penalaran kontrol Logika Kabur (Toolbox Fuzzy) ................................................... 25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
3.4.2. Permodelan ......................................................... 3.4.3. Aplikasi Perangkat Keras..................................... 3.5. Tahap Persiapan.............................................................. 3.6. Tahap Pengujian .............................................................
26 27 29 29
BAB IV DATA DAN ANALISA ............................................................ 32 4.1. Simulasi dengan Toolbox Fuzzy ...................................... 4.2. Simulasi dengan Permodelan .......................................... 4.2.1. Penyusunan Diagram Simulasi Pengaturan ............ 4.2.2. Simulasi Pengaturan Motor DC ............................. 4.2.3. Simulasi Pengaturan kontrol logika kabur .............. 4.2.4. Perbandingan Respon Kecepatan ........................... 4.2.5. Perbandingan Konsumsi Energi ............................. 4.2.6. Perbandingan konsumsi energi per jarak tempuh .... 4.3. Penerapan kontrol pada mobil listrik ............................... 4.3.1. Pembuatan Program ............................................... 4.3.2. Perbandingan Pengaturan Motor DC ......................
32 38 38 44 48 54 59 62 65 65 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 70 5.1 Kesimpulan ...................................................................... 70 5.2 Saran ............................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 71 LAMPIRAN ........................................................................................... 73
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Gambar 2.2. Gambar 2.3. Gambar 2.4. Gambar 2.5. Gambar 2.6. Gambar 2.7. Gambar 2.8. Gambar 2.9. Gambar 2.10. Gambar 2.11. Gambar 2.12. Gambar 2.13. Gambar 2.14. Gambar 2.15. Gambar 2.16. Gambar 2.17. Gambar 2.18. Gambar 2.19. Gambar 2.20. Gambar 2.21. Gambar 3.1. Gambar 3.2. Gambar 3.3. Gambar 3.4. Gambar 3.5. Gambar 3.6. Gambar 3.7. Gambar 4.1. Gambar 4.2. Gambar 4.3. Gambar 4.4. Gambar 4.5. Gambar 4.6. Gambar 4.7. Gambar 4.8. Gambar 4.9. Gambar 4.10. Gambar 4.11. Gambar 4.12. Gambar 4.13. Gambar 4.14. Gambar 4.15. Gambar 4.16. Gambar 4.17.
Komponen utama mobil listrik .......................................... Rangkaian Ekivalen motor DC .......................................... Aki Basah ......................................................................... Signal PWM ..................................................................... Rangkaian pengendali kecepatan motor............................. Arsitektur Mikrokontroller ATmega16 .............................. Simbol Transistor Bipolar ................................................. Simbol dan bentuk MOSFET ............................................ Simbol dan bentuk fisik resistor tetap ................................ Struktur dan simbol dioda ................................................. Dioda dengan bias maju .................................................... Dioda dengan bias negatif ................................................. IC L293............................................................................. Rangkaian ekivalen input-output ....................................... Sensor kecepatan............................................................... Rangkaian sensor kecepatan .............................................. Grafik fungsi sigmoid ....................................................... Grafik fungsi Phi............................................................... Grafik fungsi segitiga ........................................................ Grafik fungsi trapesium ..................................................... Gerak rotasi....................................................................... Editor ................................................................................ Viewer .............................................................................. Permodelan ....................................................................... Bagan alur kerja kendali mobil listrik ................................ Sensor kecepatan............................................................... Rangkaian Kit ATmega16 ................................................. Diagram alir pelaksanaan penelitian .................................. Antarmuka Toolbox Fuzzy................................................. Variabel Input ................................................................... Variabel Output................................................................. Editor aturan dasar ............................................................ Rule Surface ..................................................................... Diagram motor DC............................................................ Diagram IGBT .................................................................. Pembangkit PWM ............................................................. Output PWM..................................................................... Kontrol Logika kabur ........................................................ Input kontrol kecepatan ..................................................... Respon kecepatan motor DC ............................................. Input kontrol kecepatan ..................................................... Respon kecepatan motor DC ............................................. Input kontrol kecepatan ..................................................... Respon kecepatan motor DC ............................................. Respon kecepatan kontrol logika kabur .............................
commit to user
6 7 8 9 10 11 12 13 13 14 14 14 15 16 16 16 18 18 18 19 22 25 26 26 27 28 28 31 32 33 34 35 37 39 40 41 42 42 45 45 46 47 47 48 49
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.18. Gambar 4.19. Gambar 4.20. Gambar 4.21. Gambar 4.22. Gambar 4.23. Gambar 4.24. Gambar 4.25. Gambar 4.26. Gambar 4.27. Gambar 4.28. Gambar 4.29. Gambar 4.30. Gambar 4.31. Gambar 4.32. Gambar 4.33. Gambar 4.34. Gambar 4.35. Gambar 4.36. Gambar 4.37. Gambar 4.38.
digilib.uns.ac.id 12
Respon kecepatan (potongan A-A) .................................... Input PWM ....................................................................... Nilai Input kontrol logika kabur ........................................ Delta PWM ....................................................................... Motor DC dipercepat......................................................... Motor DC diperlambat ...................................................... Respon kecepatan pengaturan biasa ................................... Respon kecepatan kontrol logika kabur ............................. Perbandingan respon kecepatan ......................................... Perbandingan waktu naik .................................................. Perbandingan waktu tunak ................................................ Persentase penyimpangan.................................................. Konsumsi energi pada waktu naik ..................................... Konsumsi energi pada waktu tunak ................................... Penggunaan arus listrik per_jarak tempuh ......................... Perbandingan konsumsi energi per_jarak tempuh .............. Efisiensi penggunaan energi per_jarak tempuh .................. Diagram alir algoritma pemrograman ................................ Perdandingan respon kecepatan terhadap Input PWM ....... Persen Error respon kecepatan motor DC Nyata-Simulasi . Perbandingan waktu naik motor DC ..................................
commit to user
50 51 51 52 53 53 54 55 55 56 58 59 60 61 62 64 64 65 67 67 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Konfigurasi PORT ATmega16 dan fungsinya ........................ Tabel 4.1. Fungsi keanggotaan Input ...................................................... Tabel 4.2. Fungsi keanggotaan Output ................................................... Tabel 4.3. Aturan dasar kontrol logika kabur .......................................... Tabel 4.4. Hubungan Input-Output logika kabur..................................... Tabel 4.5. Penyusun diagram pembangkit signal PWM .......................... Tabel 4.6. Komponen pengaturan kontrol logika kabur .......................... Tabel 4.7. Perbandingan simulasi respon waktu naik motor DC ............. Tabel 4.8. Perbandingan simulasi respon waktu tunak motor DC............ Tabel 4.9. Karakteristik starting kontrol logika kabur ............................. Tabel 4.10. Konsumsi energi pada kondisi waktu naik ............................. Tabel 4.11. Konsumsi energi pada kondisi waktu naik ............................. Tabel 4.12. Konsumsi energi per_jarak tempuh ........................................ Tabel 4.13. Respon kecepatan dengan PWM ............................................ Tabel 4.14. Perbandingan waktu tunak motor DC.....................................
commit to user
29 33 34 35 37 40 43 56 57 58 60 61 63 66 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 3.2. Tabel 3.3. Tabel 3.4.
Pengaturan Simulasi Pengaturan Kontrol Logika Kabur ....... 74 Program Mikrokontroller ..................................................... 77 Data Sheet Komponen ......................................................... 84
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Krisis energi dan isu lingkungan merupakan isu sentral yang menjadi perhatian negara maju maupaun berkembang. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengatasi hal tersebut diantaranya konversi energi, penggunaan sumber energi terbarukan dan peningkatan efisiensi (Lund, 2010). Sektor terbesar penyumbang krisis energi dan kerusakan alam adalah bidang transportasi. Kesadaran lingkungan dan dampak krisis energi menjadikan trend penelitian bidang transportasi mengarah pada penggunaan energi listrik sebagai pengganti sumber energi fosil yang semakin menipis ketersediaannya dan menimbulkan pencemaran udara (Leitman, 2009). Solusi untuk mengatasi kelangkaan energi dan menjaga lingkungan adalah dengan menggunakan energi alternatif, salah satunya adalah energi listrik. Energi listrik dapat dihasilkan dari berbagai sumber energi baru dan terbarukan diantaranya matahari, angin, mikro hidro, fuel cell dan masih banyak sumber lain yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit energi listrik. Salah satu pemanfaatan energi listrik bidang transportasi adalah mobil listrik. Energi listrik dirubah menjadi gerak oleh motor listrik sehingga pada pengoperasian tidak menghasilkan emisi sama sekali (Leitman, 2009). Dalam mobil listrik digunakan motor listrik untuk menghasilkan gaya dorong yang menjadikan mobil dapat melaju. Teknologi motor listrik yang digunakan adalah motor penggerak arus searah (motor DC). Motor DC memiliki sifat linear sehingga pengaturan kecepatan motor DC bisa langsung diatur tanpa menggunakan alat tambahan berupa inverter seperti pada pengaturan kecepatan motor AC. Dengan sedikitnya sistem kelistrikan yang digunakan akan mendukung terbentuknya sistem yang hemat energi (Beaty 1998). Pengaturan kecepatan putar motor dapat dilakukan dengan membangun sebuah sistem kontrol yang didalamnya ditanamkan algoritma pengaturan. Salah satu algoritma pengaturan yang banyak digunakan adalah kecerdasan buatan yang memiliki fleksibilitas tinggi dalam kinerjanya melakukan pengaturan. Agar proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
pengaturan kecepatan menjadi semakin mudah dan efisien, penggunaan kecerdasan buatan kemudian ditanamkan kedalam sistem pengaturan. Untuk membangun sebuah kecerdasan buatan digunakan suatu metode atau logika tertentu dalam pengambilan keputusan, salah satu metode yang digunakan untuk pengtauran adalah logika kabur. Metode pengendalian dengan logika kabur mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis pengendalian lainnya, diantaranya adalah tidak diperlukan model matematis yang rumit dari sistem yang akan dikendalikan dan algoritma pengendaliannya sangat sederhana (Saffiotti, 1997). Kelebihan algoritma logika kabur adalah penggunaan daya listrik dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Solusi kontrol logika kabur dapat digunakan untuk sistem yang komplek ketika solusi yang biasanya (PID control) tidak mampu memberikan solusi (Naba, 2009). Logika kabur adalah teknik yang dikembangkan secara sistematis maupun matematik yang mengikuti pola logika dan pengambilan keputusan dari manusia, sehingga aturan logika kabur dapat dikembangkan berdasarkan pengetahuan dari pengguna. Potensi perkembangan pengetahuan manusia tidak terbatas yang berarti pengembangan aturan logika kabur juga tak terbatas, sehingga persoalan sekomplek apapun dapat diselesaikan dan penerapan logika kabur dapat diterapkan. Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan efisiensi penggunaan daya listrik dengan menggunakan metode logika kabur. Efisiensi ini diperoleh dengan menyesuaikan sumber daya kebutuhan dengan dan yang disediakan agar rugi-rugi daya menjadi semakin kecil. 1.2. Perumusan masalah Bagaimana kontrol kecerdasan buatan dengan logika kabur mampu memberikan peningkatan efisiensi penggunaan daya listrik pada sistem mobil listrik berpenggerak motor DC.
1.3. Batasan masalah Pada penelitian ini masalah dibatasi sebagai berikut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.
Motor penggerak tanpa pembebanan.
2.
Membandingkan karakteristik pengaturan pada saat starting hingga keadaan waktu tunak.
3.
Daya keluaran diukur dari respon kecepatan motor.
4.
Rugi-rugi mekanik dan elektrik dianggap sama pada setiap pengujian.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : 1.
Membuat sebuah kecerdasan buatan berdasarkan logika kabur.
2.
Mengetahui perbandingan efisiensi mobil listrik berpenggerak motor DC tanpa kontrol tambahan dibanding dengan tambahan kontrol kecerdasan buatan berdasarkan logika kabur. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut : 1.
Terbangun sebuah kecerdasan buatan berdasarkan logika kabur yang mampu meningkatkan efisiensi penggunaan daya listrik pada mobil listrik berpenggerak motor DC.
2.
Diketahui bagaimana logika kabur mampu memberikan peningkatan efisiensi penggunaan daya listrik pada motor listrik berpenggerak motor DC.
BAB II DASAR TEORI
2.1.
Tinjauan Pustaka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Resmana (1999) melakukan penelitian terhadap alat pembuat gerabah yang diputar dengan menggunakan motor DC Servo. Pengaturan kecepatan dikontrol menggunakan mikrokontroler 8031 dengan algoritma pemrograman kontrol logika kabur. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa respon sistem cukup cepat dalam mengejar nilai referensi kecepatan dalam berbagai variasi yaitu variasi kecepatan referensi, variasi beban dan variasi aturan dasar. Kontrol logika kabur merupakan salah satu sistem kontrol yang redundant atau fault tolerant yang artinya kontrol logika kabur masih dapat bekerja dengan adanya pengurangan beberapa rule, maupun jika terjadi kesalahan kecil dalam pemrogramannya, tanpa adanya perubahan yang signifikan. Era Purwanto (2008) melakukan penelitian tentang pengembangan inverter dengan kontrol logika kabur untuk pengendalian motor induksi sebagai penggerak mobil listrik dengan metoda vektor kontrol. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa dengan menggunakan pengaturan logika kabur akan mempercepat waktu naik dan waktu yang digunakan hingga keadaan tunak. Kesalahan tunak yang dihasilkan menjadi lebih kecil 50% dibanding tanpa kontrol logika kabur. Endro wahjono (2009) Melakukan penelitian tentang pengembangan metode
pengaturan kecepatan motor induksi tanpa sensor (sensorless)
menggunakan Direct torque Control (DTC) dengan Fuzzy Logic Control (FLC). Dengan meggunakan metoda DTC memungkinkan untuk mengontrol secara langsung torka dan fluks stator. Dengan menggunakan Fuzzy Logic Direct Torque Control (FLDTC) mampu untuk mengikuti kecepatan referensi yang dinamis dengan baik serta dapat menekan penyimpangan sampai ke derajat yang sangat rendah. Arman (2009) melakukan penelitian pada pengaturan kecepatan dengan metode pengaturan kecepatan putar motor induksi tanpa sensor menggunakan metode fuzzy logic sliding mode controller (FLSMC). Direct torque control (DTC) digunakan sebagai basis estimasi parameter kontrol. Hasil yang diperoleh melalui simulasi menunjukkan respon kecepatan putar yang cepat dalam kondisi start, perubahan beban dan perubahan nilai kecepatan referensi. Khusus pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kondisi perubahan beban, respon kecepatan hampir tidak mengalami perubahan kecepatan atau bisa dikatakan respon kecepatan kokoh bila ada gangguan. Assanov (2009) melakukan penelitian mengenai peningkatan kinerja Coding Line Conveyer system (CLC), merupakan bagian utama yang digunakan pada proses pengelompokan paket kiriman yang digunakan pusat logistik Swiss. Pada kondisi normal tanpa menggunakan kontroller, koveyor berjalan dengan kecepatan tetap. Logika kabur melakukan pengaturan kecepatan belt. Jika didapatkan data alamat tujuan paket kiriman sama atau saling berdekatan, kontrol kecepatan akan diatur oleh logika kabur. Dengan menggunakan kontrol logika kabur didapatkan peningkatan kapasitas kerja. Valera dkk. (2009) menjelaskan mengenai arsitektur dan metodologi perancangan sistem/ komponen berbasis virtual modeling. Simulasi memberikan kesempatan penggantian perangkat keras seperti yang sesungguhnya. Hasilnya adalah dengan menggunakan perancangan berbasis virtual modeling mengurangi untuk mengurangi waktu pengembangan dari rata-sata 3 tahun menjadi hanya 12 bulan dan juga meningkatkan kualitas hasil perancangan secara keseluruhan. Chetouane (2010) melakukan penelitian untuk membandingkan kinerja kontrol logika kabur dan kontrol PID pada sistem inverted gyroscopic pendulum (GIP). Penelitian dilakukan dengan melakukan simulasi dengan menggunakan perangkat lunak MATLAB untuk mendapatkan data respon sistem pendulum. Pada kontrol logika kabur digunakan aturan dasar sejumlah 49 aturan dasar. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kontrol logika kabur memiliki kelebihan karena kestabilan dan responnya yang cepat. 2.2.
Dasar Teori
1. Mobil Listrik Mobil listrik adalah alat transportasi yang memanfaatkan listrik sebagai sumber energi. Sebagai penggerak digunakan motor listrik yang memiliki prinsip kerja merubah energi listrik menjadi energi mekanik (Leitman, 2009). Penggunaan energi listrik sebagai sumber penghasil tenaga penggerak disebabkan semakin sulitnya bahan bakar fosil dan pentingnya menjaga alam dari polusi bahan bakar tersebut. Energi listrik dapat dihasilkan dari berbagai sumber yang sangat melimpah disekitar kita tanpa menghasilkan polusi. Kita dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
memanfaatkan sumber alam yang sangat melimpah seperti angin, air, panas bumi, cahaya untuk membangkitkan energi listrik (Johansson, 1993). Listrik sebagai sumber energi mobil listrik berdasarkan keadaan kutubnya dibagi menjadi listrik kutub bolak – balik atau AC dan listrik kutub searah atau DC. Listrik AC dan DC memiliki karakteristik tersendiri. Listrik yang digunakan sebagai sumber energi mobil listrik diperoleh dari batere yang mampu menyimpan beda potensial. Motor penggerak yang memanfaatkan arus DC atau motor DC memiliki kelebihan dibanding motor AC. Motor DC memiliki kelebihan diantaranya pengaturan kecepatan mudah, arah putaran motor reversible, memiliki respon yang cepat, memiliki fungsi pengereman yang baik. Berdasarkan kelebihan yang dimiliki, motor DC banyak digunakan untuk kegiatan industri dan banyak penggunaan lainnya (Beaty 1998). Bagian penyusun mobil listrik sama dengan mobil pada umumnya kecuali pada sumber tenaga yang digunakan untuk menghasilkan gaya dorong dan pengaturan laju kendaraan. Mobil listrik terdiri dari batere yang menghasilkan energi, motor listrik yang menggerakkan roda dan bagian kontrol yang mengatur aliran energi dari sumber ke motor (Leitman, 2009). Skema dari sebuah motor listrik seperti tampak pada gambar 2.1.
Motor Battery
Controller Gambar 2.1. Komponen utama mobil listrik
2. Motor DC Motor arus searah (motor DC) termasuk jenis aktuator yang menghasilkan gerak dari sumber energi listrik. Bagian utama motor DC terdiri dari aktuator (bagian yang selalu berputar) dan stator (bagian yang diam). Stator merupakan tempat kumparan medan (field winding) dan rotor merupakan tempat rangkaian jangkar (armature winding). Prinsip kerja dari motor DC sesuai dengan sifat kemagnetan dimana magnet yang kutubnya berlawanan arah didekatkan satu sama lain akan saling tarik menarik dan sebaliknya, magnet yang kutubnya searah akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
saling tolak. Arah medan magnet rotor akan selalu berusaha untuk berada pada posisi yang berlawanan arah dengan arah medan magnet stator. Dalam mesin DC, arah medan magnet stator adalah tetap, sehingga untuk menjaga kontinyuitas momen putar rotor maka arah medan magnet rotor harus menyesuaikan atau dirubah. Untuk menciptakan efek perubahan arah medan rotor dilakukan dengan merubah arah aliran arus yang mengalir dalam rangkaian jangkar. Perubahan aliran arus rotor dilakukan dengan menghubungkan rangkaian jangkar dengan sumber tegangan luar melalui sikat (brush) yang dilengkapi dengan komutator. Cincin komutasi berfungsi sebagai alat untuk menjaga agar posisi medan jangkar selalu optimum dalam menghasilkan momen putar. Metode pembangkitan medan stator dapat dilakukan dengan mengalirkan arus pada kumparan sehingga terbentuk sebuah medan elektromagnet yang memiliki arah medan magnet tetap. Model matematika dari sebuah motor DC dapat dikembangkan dengan menggunakan pendekatan rangkaian ekivalen. Secara sederhana rangkaian ekivalen sebuah motor DC dengan penguatan terpisah (separately excited) diperlihatkan seperti pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Rangkaian Ekivalen motor DC
Persamaan matematisnya dapat diuraikan sebagai berikut :
(2.1)
(2.2)
Dimana, IF arus medan
IA arus jangkar
VF tegangan medan
EA back emf
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
RF resitansi medan
digilib.uns.ac.id 22 VT tegangan terminal
LF induktansi medan RA resistansi jangkar Hubungan elektromagnetiknya dapat diuraikan sebagai berikut:
(2.3)
(2.4)
(2.5) Dimana Te dan TL adalah torsi motor dan torsi beban. J adalah konstanta inersia dari drive dan ω adalah kecepatan motor serta Bm adalah koefisien redaman dari sistem mekanis. 3. Catu Daya Batere adalah komponen elektronika yang berfungsi menyimpan energi listrik. Batere secara umum terdiri dari elektroda (anoda dan katoda), lapisan pemisah, terminal dan elektrolit. Tiap sel batere dirangkai menjadi satu rangkaian elektrik yang disebut modul batere. Terminal adalah bagian batere yang dihubungkan dengan rangkaian atau beban elektrik. Terdapat dua jenis terminal yakni terminal positif dan terminal negatif. Elektrolit yang digunakan dapat berupa cair, gel, atau padat (Sandeep, 2001).
Gambar 2.3. Aki basah Batere dalam kerjanya menggunakan prinsip beda tegangan. Terminal positif memiliki tegangan lebih tinggi dari terminal negatif. Pada saat terminal terhubung dengan rangkaian elektronik atau beban, terminal positif akan mengalirkan listrik kepada beban dan elektron dari negatif mengalir menuju teminal positif. Paada masing-masing elektroda akan terjadi reaksi kimia sehingga pada keadaan tertentu beda tegangan mengalami kondisi netral. Untuk dapat digunakan kembali maka harus dialirkan listrik dengan arah berkebalikan agar terjadi reaksi berkebalikan, sehingga kedua terminal kembali memiliki beda potensial.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pemilihan jenis batere ditentukan oleh kebutuhan. Untuk keperluan mobil listrik banyak dikembangkan batere dengan elektronik berbentuk gel, pasta atau resin. Batere yang digunakan juga harus memiliki isolasi yang baik seperti NiMh, Li-ion, Pb-acid. 4. Kontrol kecepatan Metode paling mudah untuk pengaturan kecepatan motor DC adalah dengan menggunakan metode pengaturan Pulse Width Modulation (PWM). Pengaturan dengan PWM menggunakan prinsip pengaturan nilai tegangan yang dilakukan antara keadaan ON dan OFF pada frequensi tertentu. Perbandingan waktu antara signal pada keadaan ON dengan periode dalam satu siklus disebut duty cycle, seperti terlihat pada penjelasan berikut.
Gambar 2.4. Signal PWM
"#
dimana $
100
(2.6)
100%
(2.7)
%
Kecepatan motor sebanding dengan besarnya Duty Cycle, sehingga semakin besar Duty Cycle maka menghasilkan putaran motor tinggi, semakin rendah Duty Cycle maka menghasilkan putaran motor rendah. Secara sederhana, sistem kontrol kecepatan motor DC terlihat seperti gambar
Gambar 2.5. Rangkaian pengendali kecepatan motor 5. Mikrokontroler ATmega16
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Mikrokontroler AVR merupakan mikrokontroler berbasis arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computing) 8 bit. Berbeda dengan mikrokontroler keluarga 8051 yang mempunyai arsitektur CISC (Complex Instruction Set Computing), AVR menjalankan sebuah instruksi tunggal dalam satu siklus dan memiliki struktur I/O yang cukup lengkap sehingga penggunaan komponen eksternal dapat dikurangi. Mikrokontroler AVR didesain menggunakan arsitektur Harvard, di mana ruang dan jalur bus bagi memori program dipisahkan dengan memori data. Memori program diakses dengan single-level pipelining, di mana ketika sebuah instruksi dijalankan, instruksi lain berikutnya akan di-prefetch dari memori program. ATmega16 adalah salah satu keluarga mikrokontroller AVR yang memiliki kapsistas Flash memori 16 Kbyte, EEPROM 512 Byte dan SRAM 1 Kbyte. Secara lebih lengkap fitur yang dimiliki oleh ATmega16 adalah sebagai berikut: 1. Mikrokontroller AVR 8 bit yang memimiliki kemampuan tinggi, berdaya rendah 2. Saluran I/O sebanyak 32 buah yaiutu PORT A, PORTB, PORT C, dan PORT D yang memiliki fungsinya masing-masing 3. Unit interupsi internal dan eksternal 4. Fitur Peripheral a. Tiga buah timer b. Real Time Counter dengan Oscilator tersendiri c. 4 channel PWM d. 8 channel 10-bit ADC e. On-chip Analog Comparator
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.6. Arsitektur mikrokontroler ATmega16 (sumber: Datsheet ATmega16) 6. Komponen elektronika 2.2.6.1
Transistor
Transistor adalah komponen semikonduktor yang memiliki tiga terminal. Tiap-tiap terminal terbuat dari bahan yang berbeda. Transistor merupakan jenis komponen aktif karena dalam kerja membutuhkan sumber arus (Power Supply). Menurut pengkutupannya, transistor dibedakan menjadi transistor bipolar dan transistor unipolar. Transistor banyak digunakan untuk berbagai keperluan diantaranya adalah sebagai penguat arus, saklar elektronika, osilator, pencampur (mixer) dan penyearah. Jenis transistor yang biasa digunakan untuk keperluan penguatan adalah transistor bipolar. Transistor bipolar dinamakan demikian karena kanal konduksi utamanya menggunakan dua polaritas pembawa muatan (elektron dan lubang) untuk membawa arus listrik. Dalam transistor bipolar arus listrik utama harus melewati satu daerah/lapisan pembatas dinamakan depletion zone. Ketebalan lapisan batas dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan untuk mengatur aliran arus utama tersebut. Transistor bipolar terdiri atas sebuah bahan tipe P dan N. Transistor bipolar terdiri dari transistor NPN dan transistor PNP. Transistor NPN tersusun dari lapisan tipe P yang diapit oleh dua bahan tipe N, transistor PNP tersusun dari lapisan tipe N yang diapit oleh dua bahan tipe P. Ketiga terminal transistor dikenal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
dengan Emitor (E), Basis (B) dan Kolektor(C). Emitor merupakan bahan semikonduktor yang diberi tingkat doping sangat tinggi. Bahan kolektor diberi doping dengan tingkat yang sedang. Sedangkan basis adalah bahan dengan dengan doping yang sangat rendah. Perlu diingat bahwa semakin rendah tingkat doping suatu bahan, maka semakin kecil konduktivitasnya. Hal ini karena jumlah pembawa mayoritasnya (elektron untuk bahan N; dan hole untuk bahan P) adalah sedikit.
Gambar 2.7. Simbol transistor bipolar
http://id.wikipedia.org/wiki/Transistor_sambungan_dwikutub) (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Transistor_sambungan_dwikutub Transistor unipolar atau Field Effect Transistor (FET) hanya menggunakan
satu jenis pembawa muatan (elektron atau hole). Dalam FET, arus listrik utama mengalir dalam satu kanal konduksi sempit dengan depletion zone di kedua sisinya (dibandingkan dengan transistor bipolar dimana daerah Basis memotong arah arus listrik utama). Dan ketebalan dari daerah perbatasan ini dapat dirubah
dengan perubahan tegangan yang diberikan, untuk mengubah ketebalan kanal konduksi tersebut.
Transistor unipolar misalnya FET, MOSFET, JPET dan lainlain-lain. JFET (Junction Field Effect Transistor) adalah salah satu model transistor junction dan
mempunyai resistansi input yang cukup tinggi. JFET memerlukan pembawa mayoritas untuk dapat bekerja (muatan hole atau elektron). JFET mempunyai kaki terminal, sama halnya dengan transistor bipolar yaitu Drain (D), Source (S) dan Gate (G). MOSFET (Metal Oxide Semi Conductor) mempunyai gate terbuat dari
bahan logam dan antara kanal dan gate dilapisi oleh suatu bahan silikon dioksida. MOSFET mempunyai jenis kanal N dan kanal P. Dalam penggunaan transistor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk suatu proyek harus dipakai transistor yang tepat. Letak sambungan kaki suatu transistor sudah ditetapkan oleh pabrik pembuatnya.
Gambar 2.8. Simbol dan bentuk MOSFET 2.2.6.2
Resistor
Resistor adalah suatu komponen elektronika yang fungsinya untuk menghambat arus dan tegangan listrik. Berdasarkan jenisnya, resistor dibagi menjadi dua yaitu resistor tetap dan resistor variabel. Disebut dengan resistor tetap karena memiliki tahanan yang tetap sedangkan resistor variabel nilai tahanannya dapat dirubah sesuai dengan kebutuhan. Resistor memiliki batas kemampuan daya misalnya : 1,16 watt, 1,8 watt, ¼ watt, ½ watt, dan sebagainya, sehingga resistor hanya dapat dioperasikan dengan daya maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Gambar 2.9. Simbol dan bentuk fisik resistor tetap 2.2.6.3
Dioda
Dioda merupakan suatu semikonduktor yang hanya dapat menghantar arus listrik dan tegangan pada satu arah saja. Dioda berfungsi mengalirkan arus pada satu arah dan menahan arus dari arah yang berlawanan. Bisa dikatakan dioda juga berfungsi sebagai pencegah arus balik (feed back) (Zuhal 2004). Bahan pokok untuk pembuatan dioda adalah Germanium (Ge) dan Silikon/Silsilum (Si). Struktur dioda terdiri dari sambungan semikonduktor P dan N. Satu sisi adalah semikonduktor dengan tipe P dan sisi yang lain adalah tipe N. Dengan struktur demikian arus hanya akan dapat mengalir dari sisi P menuju sisi N, seperti nampak pada gambar 2.10.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Gambar 2.10. Struktur dan simbol dioda Gambar ilustrasi di atas menunjukkan sambungan PN dengan pembatas sempit yang disebut lapisan deplesi (depletion layer), dimana terdapat keseimbangan hole dan elektron. Seperti yang sudah diketahui, pada sisi P banyak terbentuk hole-hole yang siap menerima elektron sedangkan di sisi N banyak terdapat elektron-elektron yang siap untuk bebas merdeka. Jika diberi bias positif, dengan arti kata memberi tegangan potensial sisi P lebih besar dari sisi N, maka elektron dari sisi N merta akan tergerak untuk mengisi hole di sisi P. Tentu kalau elektron mengisi hole disisi P, maka akan terbentuk hole pada sisi N karena ditinggal elektron. Ini disebut aliran hole dari P menuju N, Kalau mengunakan terminologi arus listrik, maka dikatakan terjadi aliran listrik dari sisi P ke sisi N.
Gambar 2.11. Dioda dengan bias maju Sebalikya jika polaritas tegangan dibalik yaitu dengan memberikan bias negatif (reverse bias). Dalam hal ini, sisi N mendapat polaritas tegangan lebih besar dari sisi P. Maka yang terjadi adalah tidak akan terjadi perpindahan elektron atau aliran hole dari P ke N maupun sebaliknya. Karena baik hole dan elektron masing-masing tertarik ke arah kutup berlawanan. Bahkan lapisan deplesi (depletion layer) semakin besar dan menghalangi terjadinya arus.
Gambar 2.12. Dioda dengan bias negatif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.2.6.4
digilib.uns.ac.id
IC L293
Integrated Circuit (IC) terbuat dari sekeping kristal silicon dengan luas beberapa mm2 yang didalamnya terdapat sejumlah komponen aktif dan pasif yaitu transistor, dioda, condensator dan resistor yang telah dirangkai secara terpadu. Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan membuat sebuah IC yang besarnya hanya beberapa mm2 saja tetapi mampu memuat puluhan ribu transistor. Keuntungan yang didapatkan dengan adanya IC diantaranya adalah praktis, mudah diperbaiki dan berkemampuan tinggi. Dengan IC yang membutuhkan ukuran kecil tetapi mampu memberikan fungsi komponen yang beragam memungkinkan untuk membuat sebuah rangkaian elektronik yang komplek tetapi hanya membutuhkan tempat yang tidak begitu luas. Salah satu jenis IC yang digunakan untuk keperluan penguatan adalah IC L293. IC L293 berfungsi sebagai penguat tegangan. Bentuk dan konfigurasi Pin yang dimiliki komponen IC L293 tampak pada gambar. IC L293 merupakan empat buah rangkaian setengah H-Bridge dengan empat ground sehingga kaki yang dimiliki berjumlah 16 dengan fungsi masing-masing kaki komponen seperti tampak pada gambar 2.13.
(a) (b) Gambar 2.13. IC L293 (a) letak pin (b) bentuk arsitektur (sumber: Datasheet IC L293) IC L293 adalah empat rangkaian penguat yang dapat bekerja pada tegangan TTL. Rangkaian ekivalen IC L293 adalah transistor yang dirangkai dengan rangkaian darlington. Rangkaian ekivalen untuk input dan output dapat dilihat pada gambar 2.14.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Gambar 2.14. Rangkaian ekuivalen input-output 7. Sensor kecepatan
Kecepatan dihitung dari putaran motor DC dengan menggunakan sensor kecepatan. Sensor kecepatan berfungsi memroses gerak menjadi data digital yang selanjutnya dikirimkan ke mikrokontroller. Metode yang digunakan adalah menggunakan encoder dengan bagian utamanya piringan, photodioda, LED seperti terlihat pada gambar 2.15.
(a)
(b)
(c)
(d)
(f) Gambar 2.15. Sensor kecepatan. (a) piringan yang berputar, (b) LED/Photodiode (c) simbol Photodiode (d) simbol LED (f) signal yang dibangkitkan Perhitungan kecepatan putar dapat dilakukan dua cara yakni menghitung
frekuensi tiap detik atau menghitung periode tiap signal yang diterima.
Gambar 2.16. Rangkaian sensor kecepatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perhitungan kecepatan putar dapat dilakukan dua cara yakni menghitung frekuensi tiap detik atau menghitung periode tiap signal yang diterima. Dengan Menggunakan rumus perhitungan bisa diapatkan kecepatan putar berupa putaran per detik. Untuk dapat menghitungnya, perlu diketahui terlebih dahulu banyaknya lubang pada piringan berputar (n lubang). Pengukuran kecepatan dengan mengukur frekuensi setiap detik dilakukan dengan mencacah atau menghitung banyaknya lubang yang terlewati oleh signal sehingga dengan rumus )*+
/0 )
&'( ,* *- .
(2.8)
8. Logika Kabur Logika kabur adalah peningkatan dari logika boolean yang memiliki konsep kebenaran sebagaian. Jika dibandingkan dengan logika klasik yang menyatakan bahwa segala hal dapat diekspresikan dalam istilah binari (0 atau 1, hitam atau putih, ya atau tidak) logika kabur memiliki nilai antara. Logika kabur menggantikan kebenaran boolean dengan tingkat kebenaran tertentu. Dengan logika kabur memungkinkan nilai keanggotaan antara 0 dan 1, hitam dan putih. Logika kabur dapat mendefinisikan dengan baik bentuk linguistik konsep tidak pasti seperti “sedikit”, “lumayan”, atau “sangat”. Logika kabur berhubungan dengan himpunan kabur dan teori kemungkinan. Konsep logika kabur pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Lutfi Zadeh dari Universitas California, Berkeley 1965 (Naba, 2009). Untuk menterjemahkan suatu data mekanis kedalam data linguistik, pada logika kabur dikenal himpunan fuzi dan derajat keanggotaan. Himpunan fuzi adalah sebuah himpunan dimana fungsi keanggotaannya memiliki derajat keanggotaan tertentu dengan nilai antara 0% hingga 100%. Himpunan Fuzi mendasari konsep logika kabur yang menyatakan bahwa kebenaran dari sembarang pernyataan hanyalah masalah derajat. Fungsi kenggotaan didalam sistem kontrol logika kabur memiliki peranan yang sangat penting untuk mempresentasikan masalah dan manghasilkan keputusan secara akurat. Fungsi keanggotaan hendaknya dibuat oleh orang yang ahli dibidang yang akan dibuat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
kontrol agar nilai yang dihasilkan mendekati dengan dengan ideal yang diinginkan. Terdapat beberapa jenis fungsi keangotaan diantaranya: a. Fungsi sigmoid
Fungsi sigmoid berbentuk sigmoid seperti huruf S. Setiap nilai x (anggota criso set) dipetaka ke dalam interval [0,1]. Grafiknya seperti
gambar dibawah ini.
Gambar 2.17. Grafik fungsi Sigmoid b. Fungsi phi
Disebut fungsi phi karena mempunyai bentuk seperti symbol phi. Pada fungsi ini hanya terdapat satu nilai x yang berderajat keanggotaan sama dengan 1. Adapun bentuk dari grafik fungsi phi adalah sebagai berikut:
Gambar 2.18. Grafik fungsi Phi
c. Fungsi segitiga
Fungsi segitiga mempunyai bentuk segitiga dengan keanggotaan yang mempunyai derajat keanggotaan sama dengan satu adalah satu. Adapun grafik dari fungsi segitiga adalah sebagai berikut:
Gambar 2.19. Grafik Fungsi Segitiga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Fungsi Trapesium
Fungsi trapesium berbentuk trapesium sehingga keangggotaan yang mempunyai derajat keanggotaan sama dengan satu lebih dari satu buah. Adapun bentuk dari fungsi trapesium adalah sebagai berikut:
Gambar 2.20. Grafik fungsi Trapesium
Suatu sistem yang lengkap berbasis aturan logika kabur terdiri dari tiga komponen utama yakni fuzifikasi, aturan kendali fuzi, dan defusifikasi.
Fuzifikasi
Proses fuzifikasi dimaksudkan untuk merubah masukan-masukan yang nilai kebenarannya bersifat pasti (crisp input) dikonversi ke bentuk input logika
kabur, yang berupa nilai linguistik yang simantiknya ditentukan berdasarkan fungsi kenggotaan. Inferensi Inferensi melakukan penalaran menggunakan input logika kabur dan aturan logika kabur yang telah ditentukan sehingga menghasilkan keluaran logika kabur. Terdapat dua sistem inferensi pada logika kabur yang biasa dipakai dalam
sistem pengaturan, yaitu: 1. Model Mamdani
Pada model ini, aturan inference didefinisikan sebagai: If x1 is A1 AND ….AND xn is An THEN y is B Di mana A1 … An dan B adalah nilai-nilai linguistik (atau fuzzy set) dan “x1 adalah A1 ” menyatakan bahwa variable x1 adalah anggota fuzzy set A1. 2. Model Sugeno
Model ini disebut juga Takagi-Sugeno-Kang (TSK) model, yaitu suatu model dari varian model Mamdani. Model ini menggunakan aturan yang berbentuk: If x1 is A1 AND ….AND xn is An THEN y =f(x1…………,xn)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Di mana f bisa berupa sembarang fungsi dari variable-variabel input yang nilainya berada dalam interval variable output. Defuzifikasi Defuzifikasi adalah proses pembalikan keadaan pada scrip. Terdapat beberapa metode defuzifikasi yaitu: 1. Centroid metode Metode ini disebut juga sebagai center of area atau center of grafity. Adapun rumus dari metode ini adalah:
1 2() 1 2()
(2.9)
Fungsi integral diatas bisa diganti dengan fungsi jumlah jika y bernilai diskrit, sehingga menjadi:
∑ 2() ∑ 2()
(2.10)
Dimana y adalah nilai crisp dan µ(y) adalah derajat keanggotaan dari y. Metode ini dipakai oleh sistem fuzzy Mamdani. 2. Heigh metode Metode ini juga sebagai prinsip keanggotaan maximum karena metode ini secara sederhana memilih nilai crisp yang memiliki derajat keanggotaan maximum. Metode dipakai oleh sistem fuzzy tipe Sugeno. 3. First of maxima Metode ini juga merupakan generalisasi dari heigh metode untuk kasus dimana fungsi keanggotaan output memiliki lebih dari satu nilai maximum. 4. Mean-Max Metode Metode ini merupakan generalisasi dari heigh metode untuk kasus dimana terdapat lebih dari satu nilai crisp yang memiliki derajat keanggotaan maksimum. Adapun persamaan dari metode ini adalah:
67 8
(2.11)
Dimana m adalah nilai crisp yang paling kecil dan M adalah nilai crisp yang paling besar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Weighted Average Metode ini mengambil nilai rata-rata dengan menggunakan pembobotan berupa derajat keanggotaan. Adapun persamaannya adalah sebagai berikut: ∑
2() 2()
(2.12)
Dimana y adalah nilai crisp dan µ(y) adalah derajat keanggotaan dari nilai crisp. 9. Kecepatan Gerak translasi Suatu benda yang melakukan gerak pada selang waktu tertentu dapat dikatakan memiliki kecepatan. Dalam istilah kinematika gerak satu dimensi dikenal istilah kecepatan dan laju. Laju didefinisikan sebagai seberapa jauh benda berjalan dalam suatu selang waktu tertentu. Kecepatan berbeda dengan laju karena kecepatan dinyatakan sebagai besar (nilai numerik) mengenai seberapa cepat sebuah benda bergerak maupun arah geraknya sehingga kecepatan merupakan besaran vektor. Kecepatan rata-rata didefinisikan dalam hubungannya dengan perpindahan, dan bukan dalam jarak total yang ditempuh. Sehingga laju rata-rata dirumuskan dengan: 9:; <:: − <::
,) >* ?)* >* >*)
(2.13)
Sedang untuk kecepatan rata-rata dirumuskan dengan: >> @ A::B <:: − <::
?)* >* >*)
(2.14) Jika suatu benda pada saat t% berada pada posisi awal x% dan pada saat t 8
berada pada posisi akhir x8 maka untuk mencari kecepatan rata-rata dari benda tersebut (ύ) digunakan rumus:
ύ
EF GEH
(2.15)
F GH
Jika kecepatan benda yang bergerak berubah maka selisih kecepatan dibagi waktu yang digunakan adalah percepatan “a”, apabila dituliskan dengan rumus adalah
a
JF GJH
(2.16)
F GH
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
dimana v : kecepatan benda (m/s) x : Perpindahan (m) t : waktu (s) a : percepatan (m/s2) Apabila kecepatan dihitung mulai dari t = 0 dan dari kondisi benda dalam keadaan diam atau v = 0, maka rumus diatas dapat dituliskan menjadi a
J
(2.17)
Gerak Rotasi Suatu benda dikatakan berotasi apabila benda tersebut melakukan gerak secara tetap membnetuk lintasan berupa lingkarang terhadap titik pusat acuan. Jarak titik pusat dengan bagian terluar disebut dengan radius atau jari-jari seperti tampak pada gambar 2.21.
ω
r
Gambar 2.21. Gerak rotasi Kecepatan gerak melingkar dapat dihitung dari frekuensi atau periode benda tersebut dengan menggunakan rumus: ω 2πf M
%
(2.18)
dengan
(2.19)
Dari kecepatan sudut dapat dihitung kecepatan linier dengan rumus: v rω (2.20) Dimana: ω : kecepatan sudut (rad/s) f : frekuensi (putaran/detik) T : periode (detik) r : jari-jari roda (m) ν : Kecepatan linear (m/s)
10. Jarak Tempuh Suatu benda yang bergerak dengan kecepatan tertentu akan menempuh jarak sejauh kecepatan dikalikan dengan waktu atau sesuai dengan rumus
(2.21)
s=νt
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jika benda mengalami perubahan kecepatan atau mengalami percepatan maupun perlambatan, jarak yang ditempuh suatu benda pada selang waktu tertentu (t) dapat dihitung dengan rumus s(t) = v(t-1) t + 0.5 a t2
(2.22)
J(P) GJ(PQH)
sedang a
s(t) = v(t-1) t + 0.5 (v(t) – v(t-1)) t
(2.23) Jarak tempuk total gerak benda dapat dihitung dengan menggunakan
rumus s = s(t-1) + s(t) sehingga kita dapatkan jarak tempuh total benda adalah
(2.24)
s = s(t-1) + v(t-1) t + 0.5 (v(t) – v(t-1)) t Dimana: s : jarak tempuh (m) v : kecepatan (m/s) t : waktu sela pengambilan data (s)
(2.25)
11. Daya listrik Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik didalam sirkuit listrik. Satuan dalam SI yang digunakan untuk daya listrik adalah watt yang menyatakan banyaknya energi listrik yang mengalir persatuan waktu (P=W/t) karena P = V I maka W=VIt Dimana: W : Energi listrik (Joule) V : Tegangan (Volt) I : Arus listrik (Ampere) t : waktu perhitungan (detik) P : Daya listrik (Watt)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
commit to user
(2.26)
perpustakaan.uns.ac.id
3.1.
digilib.uns.ac.id 38
Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Komputasi dan Laboratorium Motor
Bakar, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.2.
Obyek Penelitian Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik kinerja kontrol
logika kabur. Penelitian dilakukan dalam dua tahapan yakni simulasi dan praktek. Objek yang digunakan untuk penelitian berupa: a. Pemodelan motor DC dengan perangkat lunak b. Motor DC sebagai penggerak mobil listrik
3.3.
Peralatan yang digunakan
a. Komputer personal dengan spesifikasi -
Prosesor Pentium® Dual-Core CPU T4200 @ 2.00GH
-
Memori 954MB RAM
-
VGA 256 MB
b. Perangkat lunak simulasi penalaran logika kabur c. Perangkat lunak permodelan pengaturan motor DC d. Osiloskop
3.4.
Skema Alat Penelitian dilaksanakan dengan menentukan aturan dasar pengaturan
kontrol logika kabur menggunakan perangkat lunak simulasi penalaran kontrol logika kabur. Setelah terbentuk aturan dasar dan hasil simulasi pengambilan keputusan sesuai yang diharapkan dilanjutkan dengan membuat permodelan. Dengan membuat permodelan didapatkan gambaran respon motor DC terhadap pengaturan dengan penalaran kontrol logika kabur. Dari simulasi didapatkan aturan penyusunan program yang digunakan untuk pengaturan motor DC. Untuk tahap pengujian pada Motor DC dilakukan dengan membandingkan respon kecepatan yang diberikan terhadap nilai referensi yang diberikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk pelaksanaan penelitian dibutuhkan peralatan yang secara lengkap dijelaskan berikut ini
3.4.1. Perangkat lunak Penalaran Logika Kabur (Toolbox Fuzzy) Toolbox Fuzzy digunakan untuk simulasi penentuan derajat keanggotaan, aturan dasar dan hubungan input-output. Dalam toolbox fuzy sudah tersedia editor yang kita perlukan untuk menyusun aturan dasar. Editor yang disediakan adalah editor fungsi keanggotaan dan editor aturan dasar seperti nampak pada gambar 3.1. Fungsi keanggotaan dari logika kabur diatur dengan editor fungsi keanggotaan seperti tampak pada gambar 3.1 (a). Pada proses penentuan derajat keanggotaan terlebih dahulu ditentukan banyaknya input dan output, tipe fungsi keanggotaan dan parameter keanggotaan.
(a)
(b)
Gambar 3.1.Editor (a) MF Editor (b) Rule Editor
Setelah terbentuk fungsi keanggotaan yang lengkap kemudian menyusun aturan dasar yang dikerjakan menggunakan editor aturan dasar seperti tampak pada gambar 3.1 (b). Aturan dasar pada logika kabur adalah hubungan antara input dan output. Setelah fungsi keanggotaan dan aturan dasar terbentuk maka dilakukan pengamatan hasil penalaran dengan menggunakan surface dan rule viewer seperti tampak pada gambar 3.2. Berdasarkan hasil pengamatan sementara, kita dapat melihat kerja dari penalaran kontrol logika kabur dan membuat kesimpulan dari aturan yang terbentuk.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
(a)
(b)
Gambar 3.2. Viewer (a) Surface Viewer (b) Rule Viewer
3.4.2. Permodelan Permodelan disusun berdasar karakteristik sistem yang terwakili. Beberapa perangkat lunak telah menyediakan diagram blok yang mewakili beberapa komponen tertentu. Terdapat juga berbagai macam diagram blok yang merupakan fungsi matematis dari sistem yang terwakili. Untuk membuat sistem yang lengkap dapat dilakukan dengan menghubungkan tiap-tiap diagram blok. Untuk mendapatkan diagram blok yang diinginkan dengan membuka library browser dan disusun pada lembar kerja seperti tampak pada gambar 3.5.
(a)
(b)
Gambar 3.3. Permodelan (a) library browser (b) lembar kerja 3.4.3. Aplikasi Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan untuk penelitian terdiri dari motor DC sebagai penggerak mobil listrik, mikrokontroller sebagai pusat penalaran dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengolahan data, driver motor untuk menggerakkan motor DC. Hubungan masing-masing komponen seperti tampak pada gambar 3.4.
Gambar 3.4. Bagan alur kerja kendali mobil listrik ATmega16 merupakan bagian pengolah data masukan berupa data digital dan analog. Data analog dibangkitkan oleh pedal yang menggerakkan variabel resistor, dengan injakan pedal gas akan menghasilkan tegangan bervariasi. Data digital didapatkan dari encoder yang terpasang pada motor DC. Encoder menghasilkan data digital dari berputarnya motor DC. Pengaturan menggunakan kit ATmega16 menghasilkan keluaran berupa signal PWM yang memiliki tegangan rendah yakni antara 0 hingga 5 volt. Untuk dapat menggerakkan motor, signal PWM diperbesar arus maupun tegangan dengan menggunakan perangkat driver motor. Dari driver motor inilah arus dan tegangan yang bekerja pada motor DC. Bahan yang digunakan untuk penelitian pengaturan motor DC dijelaskan secara detail seperti berikut ini Sensor Kecepatan Pengukuran kecepatan dilakukan dengan menggunakan encoder yang komponen serta prinsip kerjanya telah dijelaskan pada 2.2.7 mengenai sensor kecepatan. Untuk dapat menghasilkan pengukuran yang tepat maka dilakukan kalibrasi yakni membandingkan hasil pengukuran dengan alat ukur yang telah terstandar. Pemasangan sensor kecepatan pada motor DC seperti tampak pada gambar 3.5. Data digital yang diperoleh kemudian diolah oleh ATmega16 dengan menggunakan program yang dapat dilihat pada lampiran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
lampu merah (indikator)
lampu putih (pemancar)
piringan encoder
Gambar 3.5. Sensor Kecepatan Kit ATmega16 Mikrokontroller ATmega16 seperti dijelaskan pada 2.2.5 mengenai
mikrokontroler ATmega16, merupakan pusat perhitungan dan penalaran dari seluruh proses yang dibutuhkan untuk pengaturan motor DC. Pemasangan ATmega16 seperti tampak pada gambar 3.6.
Gambar 3.6. Rangkaian kit ATmega16
Kit ATmega16 yang memiliki fasilitas ADC yang berfungsi merubah data analog menjadi data digital. digital. PORT yang digunakan untuk pengaturan motor DC adalah PORT Input - Output yang terdiri dari PORT A, PORT B, PORT C,
PORT D yang memiliki fungsi seperti dijelaskan pada tabel 3.1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.1 Konfigurasi PORT ATmega16 dan fungsinya Nama PORT
PORT A
Fungsi
Keterangan
ADC (Analog to Digital Merubah masukan berupa data analog Coverter)
menjadi data digital
PORT B
Output
Jalur output signal PWM
PORT C
Output
Jalur output data untuk mengatur tampilan LCD 16x2
PORT D
3.5.
Input
Jalur input data digital dari encoder
Tahap Persiapan Tahap pengujian diawali dengan membuat perancangan berupa simulasi
dengan perangkat lunak sehingga dibutuhkan perangkat komputer yang telah terinstal perangkat lunak utama dan pendukungnya. Untuk penerapannya maka mempersiapkan peralatan yang digunakan untuk pengujian pada mobil listrik.
3.6.
Tahap Pengujian Penelitian yang dilakukan melalui dua tahap yakni pembuatan permodelan
yang dilanjutkan dengan penyusunan program dan mengaplikasikannya pada mobil listrik berpenggerak motor DC. Secara garis besarnya sebagai berikut: a. Menentukan variabel input Error dan DError sedangkan output berupa dPWM untuk pengaturan penggerak motor DC b. Mensimulasikan penalaran dengan toolbox fuzzy c. Membuat permodelan pengaturan motor DC tanpa kontrol dan motor DC dengan kontrol logika kabur d. Pengambilan data simulasi pengaturan motor DC berupa arus (Ampere), kecepatan (rad/s) dan waktu tempuh (detik) e. Membuat algoritma program f. Menulis bagan alir dalam bahasa C g. Menjalankan program untuk evaluasi h. Memperbaiki kesalahan dalam pemrograman, yaitu: 1) Kesalahan penulisan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
2) Kesalahan algoritma i. Menuliskan Program kedalam memori mikro kontroler j. Mengaplikasikan mikro kontroler yang telah terprogram pada mobil listrik k. Pengambilan data berupa kecepatan putar dan waktu tempuh l. Membuat analisa hasil m. Membuat kesimpulan
Langkah penelitian secara lengkap digambarkan pada diagram alir sebagaimana tampak pada gambar 3.7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.7. Diagram alir pelaksanaan penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1.
Simulasi dengan Toolbox Fuzzy Penelitian mengenai penghematan energi dengan menggunakan kontrol
logika kabur diawali dengan melakukan simulasi menggunakan perangkat lunak. Untuk menyusun penalaran logika kabur digunakan perangkat lunak Toolbox Fuzzy. Simulasi dengan perangkat lunak Toolbox Fuzzy dimaksudkan untuk mengetahui pola pengambilan keputusan dari aturan dasar yang telah diberikan. Pembuatan simulasi dengan perangkat lunak Toolbox Fuzzy diawali dengan menentukan parameter dasar yakni masukan dan keluaran. Parameter input yang digunakan adalah Error dan dError sedang parameter output berupa DPWM. Dua input logika kabur terhubung dengan output melalui suatu penalaran dengan nama “mootor”, dengan tipe penalaran model mamdani seperti tampak pada Gambar 4.1. Keluaran DPWM dihasilkan oleh penalaran logika kabur berdasar masukan data Error dan dError. Parameter Error adalah selisih antara kecepatan referensi dengan kecepatan aktual pada waktu tertentu. Parameter dError adalah perubahan dari nilai Error pada waktu tertentu. Parameter DPWM adalah penambahan nilai PWM dari nilai sebelumnya.
Gambar 4.1. Antarmuka Toolbox Fuzzy
Parameter Error memiliki nilai antara -80 hingga 80. Fungsi keanggotaan linguistik parameter Error ini dibagi menjadi Negatif Big (NB), Negatif Small (NS), Zero (Z), Positif Small (PS), Positif Big (PB) dengan rentang nilai tiap fungsi keanggotaan seperti tercantum pada Tabel 4.1. Nilai 80 dari kecepatan maksimal yang dapat dicapai oleh motor DC yang sudah dimasukkan dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fungsi keanggotaan. Apabila angka terlalu kecil akan menyebabkan nilai yang tidak dapat dimasukkan dalam fungsi keanggotaan. Hal ini menjadikan pengaturan tidak efektif. Parameter dError mempunyai nilai antara -40 hingga 40. Penentuan parameter dError ditentukan dari setengah nilai kecepatan maksimal motor DC. Parameter dError memiliki fungsi keanggotaan Negatif Big (NB), Negatif Small (NS), Zero (Z), Positif Small (PS), Positif Big (PB) dengan rentang nilai tiap fungsi keanggotaan seperti tercantum pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Fungsi keanggotaan Input
No
Fungsi Linguistik
Nilai besaran
Nilai besaran
Fungsi
Keanggotaan
Error
dError
Keanggotaan
(rad/s)
(rad/s)
1
Negatif Big (NB)
- 80 ~ - 20
- 40 ~ - 4
Trapmf
2
Negatif Small (NS)
- 40 ~ 0
-8 ~ 0
Trimf
3
Zero (Z)
-2~ 2
-1 ~ 1
Trimf
4
Positif Small (PS)
0 ~ 40
0 ~ 8
Trimf
5
Positif Big (PB)
20 ~ 80
4 ~ 40
Trapmf
Untuk memasukkan nilai fungsi keanggotaan yang perlu diatur adalah nilai parameter dan jenis fungsi keanggotaan masing-masing. Apabila variabel input pada Tabel 4.1 dimasukkan dalam editor fungsi keanggotaan tampak seperti pada Gambar 4.2.
(a)
(b)
Gambar 4.2. Variabel Input (a) Variabel Inpu Error (b) Variabel Input dError
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Parameter keluaran berupa DPWM memiliki nilai parameter antara -20 hingga 20. Penentuan nilai parameter didasarkan pada percobaan yang menunjukkan paling nilai paling baik. Jika nilai terlalu kecil menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai nilai referensi menjadi semakin lama. Jika nilai yang ditentukan lebih besar, maka nilai penyimpangan respon kecepatan menjadi lebih besar. Parameter DPWM memiliki fungsi keanggotaan Negatif Big (NB), Negatif Small (NS), Zero (Z), Positif Small (PS), Positif Big (PB) dengan rentang nilai tiap fungsi keanggotaan seperti tercantum pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Fungsi Keanggotaan Output Fungsi Linguistik
Nilai besaran
keanggotaan
DPWM
No
Fungsi Keanggotaan
(rad/s)
1
Negatif Big (NB)
- 20 ~ - 4
trapmf
2
Negatif Small (NS)
-4
trimf
3
Zero (Z)
0
trimf
4
Positif Small (PS)
4
trimf
5
Positif Big (PB)
4 ~ 20
trapmf
Untuk memasukkan nilai fungsi keanggotaan yang perlu diatur adalah nilai parameter dan jenis fungsi keanggotaan masing-masing. Apabila variabel output pada Tabel 4.2 dimasukkan dalam editor fungsi keanggotaan seperti tampak pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3. Variabel Output
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Fungsi keanggotaan Input dan Output yang telah dibuat kemudian disusun berdasarkan hubungan Input-Output dengan menggunakan editor aturan dasar seperti tampak pada Gambar 4.4. Penyusunan hubungan Input-Output berdasarkan aturan mamdani dengan oprator “and” untuk kedua input. Dengan menggunakan editor aturan dasar dapat dilakukan penambahan, pengurangan atau pengubahan aturan yang ada.
Gambar 4.4. Editor aturan dasar Hubungan Input-Output disusun berdasar pada aturan dasar yang telah ditentukan. Aturan dasar yang digunakan pada pengaturan kecepatan motor DC seperti tercantum pada Tabel 4.3. Penentuan aturan didasarkan pada pengalaman dan pengaturan yang pernah dilakukan pada percobaan yang lain. Banyaknya aturan dasar tergantung dari kebutuhan sistem. Dalam penelitian ini disusun aturan dasar sebanyak 25 aturan.
Tabel 4.3 Aturan dasar kontrol logika kabur Error
d E r r o r
NB
NS
Z
PS
PB
NB
PB
PS
PS
PS
Z
NS
PS
PS
PS
Z
NS
Z
PS
PS
Z
NS
NB
PS
PS
Z
NS
NS
NB
PB
Z
Z
NS
NS
NB
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Hubungan Input-Output pada Tabel 4.3 dirinci sebagai berikut: 1) Jika Error NB dan dError NB maka DPWM PB. 2) Jika Error NB dan dError NS maka DPWM PS. 3) Jika Error NB dan dError Z maka DPWM PS. 4) Jika Error NB dan dError PS maka DPWM PS. 5) Jika Error NB dan dError PB maka DPWM Z. 6) Jika Error NS dan dError NB maka DPWM PS. 7) Jika Error NS dan dError NS maka DPWM PS. 8) Jika Error NS dan dError Z maka DPWM PS. 9) Jika Error NS dan dError PS maka DPWM Z. 10) Jika Error NS dan dError PB maka DPWM Z. 11) Jika Error Z dan dError NB maka DPWM PS. 12) Jika Error Z dan dError NS maka DPWM PS. 13) Jika Error Z dan dError Z maka DPWM Z. 14) Jika Error Z dan dError PS maka DPWM NS. 15) Jika Error Z dan dError PB maka DPWM NS. 16) Jika Error PS dan dError NB maka DPWM PS. 17) Jika Error PS dan dError NS maka DPWM Z. 18) Jika Error PS dan dError Z maka DPWM NS. 19) Jika Error PS dan dError PS maka DPWM NS. 20) Jika Error PS dan dError PB maka DPWM NS. 21) Jika Error PB dan dError NB maka DPWM Z. 22) Jika Error PB dan dError NS maka DPWM NS. 23) Jika Error PB dan dError Z maka DPWM NB. 24) Jika Error PB dan dError PS maka DPWM NB. 25) Jika Error PB dan dError PB maka DPWM NB.
Aturan dasar logika kabur menyatakan hubungan antara input dan output, apabila disusun dalam tabel matrik tampak seperti terlihat pada Tabel 4.3. Aturan dasar disusun menggunakan editor aturan dasar yang sudah tersedia pada MATLAB. Setelah tersusun menjadi aturan dasar kemudian diperiksa melalui rule viewer dan rule surface.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rule surface digunakan untuk melihat pola pengambilan keputusan dari aturan dasar yang digunakan. Grafik hubungan Input-Output seperti tampak pada Gambar 4.5. Untuk melihat hasil penalaran secara matematis dapat dilakukan dengan menggunakan rule viewer, untuk gambar lebih jelas dapat dilihat pada lampiran.
Gambar 4.5. Rule Surface
Rule viewer digunakan untuk melihat perkiraan hasil penalaran logika kabur. Dengan memasukkan nilai kedua input pada rule viewer dapat diketahui hasil penalaran oleh logika kabur. Beberapa contoh penalaran yang diberikan seperti tampak pada Tabel 4.3. Tabel 4.4 Hubungan Input-Output logika kabur Input_1 (Error)
Input_2 (dError)
Output (DPWM)
- 40
- 10
13.1
- 40
-4
4
- 40
0
4
- 40
4
4
- 40
10
0
Pada saat Error = -40 (NB) yakni jarak antara kecepatan saat perhitungan terhadap nilai kecepatan referensi yang diberikan dan dError (-10) karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
mengalami perlambatan yang cukup besar sehingga PWM ditambah dengan cepat (DPWM = 13.1). Jika Error besar tetapi motor sudah bergerak naik maka cukup diberi kenaikan PWM kecil (DPWM = 4). Apabila terjadi Error kecil tetapi percepatan cukup besar maka PWM ditahan (DPWM = 0) pada kondisi tersebut agar pada saat mencapai kecepatan referensi tidak terjadi kelebihan nilai PWM.
4.2.
Simulasi Menggunakan Permodelan Setelah aturan dasar dievaluasi menggunakan Toolbox Fuzzy selanjutnya
simulasi kontrol logika kabur dijalakan dengan menggunakan permodelan. Simulasi ini digunakan untuk melihat gambaran respon penggerak motor DC terhadap pengaturan logika kabur yang diberikan.
4.2.1. Penyusunan Diagram simulasi pengaturan motor DC Diagram simulasi pengaturan Motor DC dibuat pada lembar kerja baru perangkat lunak permodelan. Komponen yang digunakan antara lain Motor DC, Driver Motor, pembangkit signal PWM, kontroler logika kabur. Secara detail dijelaskan sebagai berikut. Motor DC Penyusunan model untuk mewakili motor DC diambil dari diagram blok motor DC yang tersedia, gambar diagram motor DC seperti tampak pada Gambar 4.6. Diagram motor DC memiliki PORT sebanyak enam dengan fungsi masingmasing seperti dijelskan berikut PORT signal terdiri dari dua yaitu PORT “TL” dan PORT “m”. PORT “TL” atau Torsi Load adalah PORT yang digunakan masukan data beban torsi dari luar. PORT “m” adalah PORT yang digunakan untuk pengambilan data dari motor. Data yang diperoleh adalah tegangan dan arus yang melewati MOTOR DC PORT data listrik terdiri dari empat yaitu PORT “A+” , “A-“, “F+” dan “F-“. PORT “A+” dan “A-“ adalah PORT kelistrikan untuk rangkaian rotor (armature). PORT “F+” dan “F-“ adalah PORT kelistrikan untuk rangkaian medan (field).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.6. Diagram Motor DC
Karakteristik motor DC yang digunakan untuk simulasi dapat diatur melalui penentuan nilai komponen. Komponen motor DC dan nilai besarnya seperti berikut
Hambatan stator (Ra)
= 0.005
Ohm
Induktansi stator (La)
= 0.006
H
Hambatan rotor (Rf)
= 0.002
Ohm
Induksi rotor (Lf)
= 0.001
H
Induktansi stator-rotor (Laf) = 0.01
H
Total inersia (J)
Kg.m2
= 0.1
IGBT
Driver motor atau penggerak motor berfungsi untuk mengatur putaran motor secara langsung. Pada simulasi pengaturan motor DC, driver motor yang digunakan adalah komponen IGBT. Diagram IGBT seperti tampak pada Gambar
Diagram blok untuk IGBT memiliki empat 4.7 dengan penjelasan sebagai berikut. Diagram PORT, dua saluran data dan dua saluran listrik. PORT data dengan simbol “g” adalah input berupa data PWM yang digunakan untuk pengaturan. PORT data “m” adalah data output IGBT yang terdiri dari data arus, dan tegangan yang melewati komponen. PORT “C” adalah masukan listrik yang akan diatur sedang “E” terhubung dengan ground. Pengaturan komponen IGBT adalah sebagai berikut
Hambatan (Ron)
= 0.001
Ohm
Induktansi (Lon)
= 1e-6
H
Tegangan balik (Vf) = 1
Volt
Waktu jatuh arus (Tf) = 1e-6
s
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Gambar 4.7. Diagram IGBT
Pembangkit Signal PWM Signal PWM digunakan sebagai input driver motor. Signal PWM merupakan perbandingan antara nilai ON atau “1” dan OFF atau “0” pada satu periode siklus. Untuk membangun sebuah diagram pembangkit pembangkit signal PWM dibutuhkan beberapa komponen seperti pada Tabel 4.5. Setiap diagram memiliki fungsinya masing-masing, tiap diagram komponen dirangkai seperti pada Gambar 4.8 sehingga membentuk rangkaian yang menghasilkan keluaran berupa signal PWM. Masukan untuk menghasilkan signal PWM berupa konstanta yang dapat
diberikan oleh operator pada saat simulasi.
Tabel 4.5. Penyusun diagram pembangkit signal PWM Nama Diagram
Konstanta
Gambar
Keterangan
Fungsi
Memberikan masukan
Input = variable Pembanding = 225
value= [0 1e-3] signal time value
Pembangkit
Menghasilkan
signal
konstan dengan frekuensi out value= [0 1] tertentu
Pembanding
input operator= <=
Membandingkan yang
masuk
dengan const. value = 0
konstanta yang diberikan Operator
Operator matematis dari -
matematis
signal yang masuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.8. Pembangkit PWM
Kerja dari pembangkit signal PWM melalui tahapan sebagai berikut: 1. Menentukan propertis dari tiap-tiap komponen penyusun
Penentuan propertis yang diberikan pada tiap komponen menentukan signal keluaran yang akan dihasilkan. Pengaturan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.5, sedangkan gambar lengkap dapat dilihat pada lampiran. 2. Memasukkan nilai Input yang dikehendaki pada diagram “Input”
Kisaran nilai input adalah antara 0 dan nilai maksimal 225. Pembatasan nilai input berdasarkan penentuan nilai PWM yang dikehendaki yakni dari 0 hingga maks 225. 3. Menghitung perbandingan nilai masukan dibanding dengan konstanta acuan yang telah ditentukan. 4. Menjumlahkan nilai perbandingan Input dengan signal yang dibangkitkan diagram “repeating squence” 5. Output yang dihasilkan dibandingkan dengan const. value = 0
Hasil signal yang dikeluarkan oleh pembangkit PWM dengan bermacam signal PWM yang nilai masukan dapat dilihat pada perhitungan. Hasil signal dibangkitkan terlihat pada Gambar 4.9. Gambar lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Masukan PWM = 30 %'S(
T0 88U
100% 13.33%
Masukan PWM = 70 %'S(
V0 88U
100% 13.33%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Masukan PWM = 100 %'S(
%00 88U
100% 44.44%
Masukan PWM = 150 %'S(
%U0 88U
100% 66.67%
Masukan PWM = 225 %'S(
1.5
800 88U
100% 88.89%
1.5
X: 0.0001333 Y: 1
1
1
0.5
0.5
0
X: 0.0003111 Y: 1
0
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.2
1
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
-
(a)
(b)
Gambar 4.9. Output PWM (a) PWM = 30 (b) PWM = 70 Pengaturan Logika Kabur
Pengaturan logika kabur dilakukan dengan menambahkan diagram pengaturan logika kabur. Untuk pengaturan logika kabur telah ditentukan dua input dan satu output. Untuk dapat menghitung besarnya Error dan dError
cepatan referensi dan data kecepatan aktual. dibutuhkan data masukan berupa ke kecepatan Diagram pengaturan logika kabur seperti tampak pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10. Kontrol logika kabur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Komponen utama diagram kontrol logika kabur adalah kontroller logika
an logika kabur. Komponen yang kabur yang berfungsi memanggil persama persamaan digunakan dijelaskan secara lengkap seperti tampak pada tabel. Keterangan fungsi dan setting masing-masing komponen dapat dilihat pula pada Tabel 4.6.
Keterangan lebih detail dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.6. komponen pengaturan logika kabur Nama Diagram
Gambar
Keterangan
Fungsi
Kontrol logika
Pemanggil fungsi aturan FIS Matrik = mootor
kabur
kontrol logika kabur
Pembatas
Pembatasan signal yang Min = 0 boleh lewat
Menunda
Delay
waktu panggil=0.001
Max = 225
data
selama -
waktu tertentu
Kerja dari pengaturan logika kabur melalui tahapan sebagai berikut: 1. Memberikan data input
Input untuk pengaturan logika kabur berupa kecepatan referensi dan kecepatan aktual motor DC. Kecepatan referensi adalah konstanta masukan yang diberikan oleh operator pada saat simulasi atau sebelumnya. Kecepatan referensi dibatasi mulai dari angka 0 hingga kecepatan maksimum. Kecepatan motor DC didapatkan dari output data diagram motor DC. Kecepatan motor DC adalah respon terhadap masukan masukan tegangan dan arus yang diberikan. 2. Perhitungan masukan kontrol logika kabur
Input untuk penalaran kontrol logika kabur adalah Error dan dError yang dihitung dari input yang berupa kecepatan referensi dan kecepatan aktual
rror dan dError dihitung dengan menggunakan Error motor DC. Perhitungan input E rumus Error = kecepatan –kecepatan referensi dError = Error(t) - Error(t-1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Error(t) : data error pada saat perhitungan Error(t-1) : data error yang ditahan (menggunakan delay) dengan rentang tertentu 3. Pengambilan keputusan kontrol logika kabur Pengambilan keputusan kontrol logika kabur dilakukan berdasar fungsi keanggotaan dan aturan dasar. 4. Menghitung nilai PWM Data Output hasil penalaran kontrol logika kabur dijumlahkan nilai PWM sebelumnya menghasilkan nilai PWM aktual. Nilai PWM aktual dihitung dengan rumus PWM(t) = Output + PWM(t-1) 5. Pembatas Nilai PWM aktual dibatasi pada angka tidak kurang dari 0 dan melebihi nilai 225, tujuan pembatasan agar dapat digunakan untuk pengaturan PWM.
4.2.2. Simulasi Pengaturan Motor DC Pengaturan motor DC dilakukan dengan memasukkan nilai PWM yang dikehendaki pada diagram Input. Input yang masuk pada diagram digunakan sebagai acuan membangkitkan signal PWM. Driver motor menggerakkan motor DC berdasarkan signal PWM yang diterima sehingga motor memberi respon berupa putaran. Penjelasan lebih detail pengujian respon kecepatan motor DC dengan beberapa variasi nilai Input PWM adalah sebagai berikut. Nilai PWM yang diberikan = 225 Secara matematis dapat dihitung persentase signal PWM yang dibangkitkan sebagai berikut %'S(
225 100% 100% 225
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Signal Logika Pengaturan Driver Motor 250
1
Logic Gate (1=On, 0=Off)
150
0.6
0.4
100
Input PWM (maks 225)
200
0.8
0.2 50
0
-0.2
0
0
0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007 0.008 0.009 waktu (detik)
0.01
Gambar 4.11. Input kontrol kecepatan: input PWM = 225 ( respon gerbang logika (
)
)
Dari Gambar 4.11 tampak signal Input PWM diberikan nilai konstan yakni sebesar 225. Dengan PWM masukan 225 signal yang dibangkitkan adalah 100% seperti tampak pada Gambar 4.11. Dari Gambar 4.11 gerbang logika terlihat bahwa signal PWM bernilai 1 untuk setiap waktunya. Dari signal PWM yang dibangkitkan, motor DC memberi respon berupa kecepatan putar seperti tampak pada Gambar 4.12. Respon Kecepatan Motor DC 80 70
X: 1.25 Y: 72.59
kecepatan (rad/s)
60 50 40 30 20 10 0
0
0.5
1
1.5
2
3 2.5 waktu (detik)
3.5
4
4.5
5
Gambar 4.12. Respon Kecepatan Motor DC Gambar 4.12 adalah respon kecepatan motor DC dengan maukan PWM 225. Kecepatan motor mencapai kecepatan masksimum sebesar 72,6 rad/s. Untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
mencapai kecepatan maksimum dengan kondisi tunak motor DC membutuhkan waktu 1,25 detik. Nilai PWM yang diberikan = 135 Secara
matematis dapat dihitung persentase signal PWM yang
dibangkitkan sebagai berikut %'S(
135 100% 60% 225
Signal Logika Pengaturan Driver Motor 250 X: 0.0006 Y: 1
1
150
0.6
0.4
100
Input PWM (maks 225)
Logic Gate (1=On, 0=Off)
200
0.8
0.2 50
0
-0.2
0
0
0.5
1
1.5
2.5 2 waktu (detik)
3
4
3.5
-3
x 10
Gambar 4.13. Input kontrol kecepatan: input PWM = 135 ( respon gerbang logika (
)
)
Dari Gambar 4.13 tampak signal Input PWM diberikan nilai konstan yakni sebesar 135 dari nilai masksimum 225 dengan menghasilkan gerbang logika dengan besar adalah 60%. Dari Gambar 4.15 gerbang logika terlihat bahwa signal PWM bernilai 1 dari t = 0 detik dan pada t = 0.0006 detik nilai signal berubah menjadi 0 hingga t = 0.001 detik kembali bernilai 1. Signal PWM berulang setiap t = 0.001 detik hingga akhir simulasi. Dari signal PWM yang dibangkitkan, motor DC memberi respon berupa kecepatan putar seperti tampak pada Gambar 4.14.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Respon Kecepatan Motor DC 55 X: 1.372 Y: 47.11
50 45
kecepatan (rad/s)
40 35 30 25 20 15 10 5 0
0
1.5
1
0.5
2
3 2.5 waktu (detik)
5
4.5
4
3.5
Gambar 4.14. Respon Kecepatan Motor DC
Dari Gambar 4.14 tampak respon kecepatan motor DC dengan masukan PWM 135. Kecepatan motor mencapai maksimum pada 47,12 rad/s dan mencapai kecepatan maksimum membutuhkan waktu 1,372 detik. Nilai PWM yang diberikan = 90 Secara
matematis dapat dihitung persentase signal PWM yang
dibangkitkan sebagai berikut %'S(
90 100% 40% 225
Signal Logika Pengaturan Driver Motor 250 X: 0.0004 Y: 1
1
150
0.6
0.4
100
Input PWM (maks 225)
Logic Gate (1=On, 0=Off)
200
0.8
0.2 50
0
-0.2
0
0
0.5
1
1.5
2.5 2 waktu (detik)
4
3.5
3
-3
x 10
Gambar 4.15. Input kontrol kecepatan: input PWM = 90 ( respon gerbang logika (
commit to user
)
)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Input PWM diberikan nilai konstana yakni dengan nilai konstan sebesar 90 seperti tampak pada Gambar 4.15 Input PWM. Dengan masukan 90 signal PWM yang dibangkitkan adalah 40% seperti tampak pada Gambar 4.15 respon gerbang logika. Dari Gambar 4.20 respon gerbang logika terlihat bahwa signal PWM bernilai 1 dari t = 0 detik dan pada t = 0.0004 detik nilai signal berubah menjadi 0, hingga t = 0.001 detik kembali bernilai 1. Signal PWM berulang dengan t = 0.001 detik hingga akhir simulasi.
Respon Kecepatan Motor DC 40 X: 1.416 Y: 32.37
35
kecepatan (rad/s)
30 25 20 15 10 5 0
0
0.5
1
1.5
2
3 2.5 waktu (detik)
3.5
4
4.5
5
Gambar 4.16. Respon Kecepatan Motor DC
Dari Gambar 4.16 tampak respon espon kecepatan motor DC dengan masukan PWM 60%. Kecepatan motor mencapai 32,37,12 rad/s. Untuk mencapai kecepatan maksimum dengan kondisi tunak membutuhkan waktu 1,418 detik.
4.2.3. Simulasi Pengaturan Motor DC kontrol logika kabur Pengujian simulasi pengaturan motor DC kontrol logika kabur dilakukan dengan memberikan nilai kecepatan referensi hingga motor memberi respon kecepatan dan mencapai keadaan tunak. Dari data pengujian respon kecepatan motor DC diketahui kecepatan maksimum adalah sebesar 72,6 rad/s. Dari data kecepatan maksimum, rentang masukan nilai kecepatan referensi yang diberikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada simulasi kontrol kecepatan motor DC dengan logika kabur adalah antara 0 rad/s hingga 72.6 rad/s. Nilai referensi referensi yang dimasukkan operator dibandingkan dengan respon kecepatan motor DC sehingga diperoleh nilai Error dan dError dengan melakukan perhitungan seperti yang telah dijelaskan. Nilai masukan diolah dengan penalaran kontrol logika kabur sehingga menghasilkan keluaran berupa DPWM. Berikut salah satu contoh hasil pengaturan kontrol logika kabur dengan kecepatan referensi 55 rad/s. Respon kecepatan yang diberikan motor DC dengan pengaturan logika kabur seperti diperlihatkan pada Gambar 4.17. Respon Kecepatan Motor DC 70
A -- A 60 X: 0.4529 Y: 54.99
kecepatan (rad/s)
50
40
30
20
10
0
0
0.5
1
1.5 waktu (detik)
2
2.5
3
Gambar 4.17. Respon kecepatan kontrol logika kabur
Dari Gambar 4.17 grafik diketahui bahwa untuk mencapai nilai kecepatan referensi 55 rad/s, motor DC dengan pengaturan kontrol logika kabur membutuhkan waktu 0.453 detik. Untuk penjelasan mengenai karakteristik respon kecepatan motor DC pada saat starting maka diambil gambar potongan A – A seperti nampak pada Gambar 4.18.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Respon Kecepatan Motor DC 60 59 58
kecepatan (rad/s)
57 56
X: 0.1679 Y: 55.37
X: 0.1564 Y: 54.98
X: 0.4544 Y: 54.99
55 54 X: 0.2274 Y: 53.79
53 52 51 50
0
0.05
0.1
0.15
0.3 0.25 0.2 waktu (detik)
0.35
0.4
0.45
0.5
Gambar 4.18. Respon kecepatan (potongan A – A)
Dari respon kecepatan (potongan A-A) pada Gambar 4.18 diatas dapat diketahui karakteristik respon kecepatan pada saat starting sebagai berikut
Waktu naik
= 0.156
detik
Waktu tunak = 0.453
detik
Overshoot
= 55.37
rad/s
Penyimpangan = 53.79
rad/s
Pada pengaturan motor DC dengan kontrol logika kabur terjadi kelebihan nilai kecepatan atau overshoot dan penyimpangan. Waktu naik adalah waktu yang dibutuhkan motor DC dari kondisi diam hingga sebelum mengalami overshoot. Waktu tunak adalah waktu yang dibutuhkan motor DC dari kondisi diam hingga kecepatan tunak. Kecepatan yang dihasilkan motor DC pada simulai pengaturan merupakan respon dari signal PWM hasil pengolahan kotrol logika kabur. Signal PWM yang dihasilkan kontrol logika kabur seperti tampak pada Gambar 4.19.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Masukan Nilai PWM 250
Input PWM (maks 225)
200
150
100
50
0
0
1
0.5
2.5
2
1.5 waktu (detik)
3
Gambar 4.19. Input PWM PWM yang diberikan mengalami penyesuaian atau setting hingga t = ± 0.5 detik atau hingga waktu tunak. Setelah mencapai kecepatan referensi, besarnya PWM relatif konstan. Input PWM yang diberikan berdasar pengaturan logika kabur dengan masukan error dan delta error seperti tampak pada Gambar 4.20. Nilai Delta Error
Nilai Error 20
10
0 15
delta error (rad/s)
error (rad/s)
-10
-20
-30
10
5
-40 0
-50
-60
-5
0
0.05
0.1
0.15
0.3 0.25 0.2 waktu (detik)
0.35
0.45
0.4
0.5
0
0.05
(a)
0.1
0.15
0.3 0.25 0.2 waktu (detik)
0.35
0.4
0.45
0.5
(b)
Gambar 4.20. Nilai Input Kontrol Logika Kabur (a) Error (b) DError
Dari Input yang diberikan menghasilkan penalaran kontrol logika kabur seperti tampak pada Gambar 4.21.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Penambahan Nilai PWM 15
delta PWM
10
5
0
-5
0
0.05
0.1
0.15
0.3 0.25 0.2 waktu (detik)
0.35
0.4
0.45
0.5
Gambar 4.21. Delta PWM Proses pengaturan dan pengambilan keputusan pada kecepatan referensi 50 rad/s. Pada permulaan penyalaan, motor DC tidak bergerak (kecepatan terbaca 0 rad/s) dan tidak mengalami percepatan. Berdasarkan data kecepatan yang terbaca kemudian dirubah dalam fungsi keanggotaan input berupa Error negatif besar (NB) dan dError nol (Z). Dengan menggunakan aturan dasar didapatkan Output penambahan nilai PWM atau DPWM positif besar (PB). Untuk pengaturan, fungsi kebahasaan Output diterjemahkan dalam nilai diskrit mengikuti fungsi keanggotaan yang telah tersusun. Pengaturan dikerjakan dalam fungsi kebahasaan dan pengambilan keputusan berdasar aturan dasar yang terbentuk. Pada saat motor mulai bergerak dError besar tetapi Error masih sangat besar maka Out PS. Pada saat Error kecil dan dError sudah cukup besar (PB) maka Out Z agar saat mendekati nilai referensi tidak mengalami percepatan yang berlebih. Setelah Error hampir Z dan dError PB maka Out NS karena sudah mendekati atau hampir sesuai dengan nilai referensi tetapi masih mengalami percepatan sehingga nilai PWM dikurangi. Karena laju pengurangan nilai kurang dibanding percepatan sehingga terjdi overshoot. Pada kondisi ini Error PS dan dError PS sehingga harus dikurangi nilai PWMnya lagi. Penalaran terus terjadi demikian hingga akhirnya kecepatan mencapai nilai referensi yang diinginkan. Kontrol kecepatan motor DC dengan menggunakan kontrol logika kabur tidak hanya dapat digunakan untuk pengaturan saat starting saja akan tetapi juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bagus saat ada perubahan nilai referensi kecepatan seperti ditunjukkan pada Gambar 4.22. Respon Kecepatan Motor DC 80 70
kecepatan (rad/s)
60 50 40 30 20 10 0
0
0.5
1
1.5
2
3 2.5 waktu (detik)
3.5
4
4.5
5
Gambar 4.22. Motor DC dipercepat
Motor DC diberi referensi kecepatan yang bertingkat dipercepat dengan nilai sebesar 10 rad/s, 20 rad/s, 30 rad/s, 60 rad/s, 72 rad/s. Terlihat pada gambar respon kecepatan yang diberikan motor dengan pengaturan kontrol logika kabur cepat dengan tingkat penyimpangan relatif kecil. Kontrol logika kabur juga dapat digunakan untuk mengatur motor dengan nilai kecepatan referensi diperkecil seperti tampak pada Gambar 4.23. Respon Kecepatan Motor DC 80 70
kecepatan (rad/s)
60 50 40 30 20 10 0
0
0.5
1
1.5
2
3 2.5 waktu (detik)
3.5
4
Gambar 4.23. Motor DC diperlambat
commit to user
4.5
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Motor DC diberi referensi kecepatan yang bertingkat diperlambat dengan nilai sebesar 72, 50, 30, 8, dan 5 rad/s. Terlihat pada gambar respon kecepatan yang diberikan motor dengan pengaturan kontrol logika kabur cepat dengan tingkat penyimpangan relatif kecil.
4.2.4. Perbandingan Respon kecepatan
Dalam pembahasan perbandingan respon kecepatan hanya dibatasi pada saat starting saja. Untuk membandingkan antara kontrol logika kabur dan pengaturan biasa pada simulasi motor DC maka parameter tetap adalah kecepatan respon yang dicapai. Kecepatan referensi yang digunakan adalah 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, 60, dan 70 rad/s. A. Pengaturan motor DC dengan kecepatan atur sebesar 50 rad/s Pengaturan motor DC tanpa kontrol dilakukan dengan memberikan Input PWM konstan. Hasil respon kecepatan motor DC seperti tampak pada Gambar 4.24. Respon Kecepatan Motor DC 60 X: 1.004 Y: 49.9
kecepatan (rad/s)
50
40
30
20
10
0
0
0.5
1
1.5
2
3 2.5 waktu (detik)
3.5
4
4.5
5
Gambar 4.24. Respon kecepatan pengaturan biasa (w = 50 rad/s)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari Gambar 4.24 diketahui bahwa motor DC tanpa kontrol untuk mencapai nilai referensi atau kecepatan 50 rad/s membutuhkan waktu 1.004 detik. Respon Kecepatan Motor DC 60
50
kecepatan (rad/s)
X: 0.1215 Y: 49.9
40
30
20
10
0
0
1
0.5
1.5 waktu (detik)
2
2.5
3
Gambar 4.25. Respon kecepatan kontrol logika kabur (w = 50 rad/s) Dari Gambar 4.25 diketahui bahwa motor DC dengan kontrol logika kabur untuk mencapai nlai referensi atau kecepatan 50 rad/s membutuhkan waktu 0.1215 detik. Apabila grafik respon kecepatan Motor DC tanpa kontrol logika kabur dan Motor DC dengan kontrol logika kabur disatukan dalam satu gambar seperti tampak pada Gambar 4.26. Respon Kecepatan Motor DC 60
kecepatan (rad/s)
50
40
kontrol logika kabur tanpa kontrol 30
Logika Kabur
20
10
0
0
0.5
1
1.5 waktu (detik)
2
2.5
Gambar 4.26. Perbandingan respon kecepatan (tanpa kontrol-kontrol logika kabur)
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Dari Gambar 4.26 sangat jelas perbandingan kecepatan respon yang diberikan motor DC dengan kontrol logika kabur. Respon kecepatan dengan pengaturan kontrol logika kabur lebih cepat mencapai kondisi tunak dibandingkan dengan tanpa kontrol. Untuk beberapa nilai kecepatan referensi dapat dilihat seperti tampak pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Perbandingan simulasi respon waktu naik motor DC kecepatan referensi
20 25 30 35 40 45 50 55 60
waktu naik (detik) tanpa kontrol kontrol logika kabur logika kabur 1.0960 0.0951 1.0600 0.0728 1.0440 0.0772 1.0200 0.0807 1.0090 0.0845 1.0060 0.0997 1.0040 0.1217 0.9844 0.1552 0.9840 0.3819 Rata-rata penghematan
hemat
(detik) 1.0009 0.9872 0.9668 0.9393 0.9245 0.9063 0.8823 0.8292 0.6021
% 91% 93% 93% 92% 92% 90% 88% 84% 61% 87%
Waktu naik adalah waktu yang dibutuhkan hingga kecepatan mencapai kecepatan referensi. Dari Tabel 4.7 diketahui rata-rata penghematan yang dapat diberikan sebesar 87% dengan penghematan terbesar 93% dan terkecil 61%. Apabila tabel dimasukkan dalam grafik seperti tampak pada Gambar 4.27.
Waktu naik motor DC waktu naik (detik)
1.20
Motor DC tanpa kontrol
1.00
Logika Kabur
0.80
Motor DC kontrol logika kabur
0.60 0.40 0.20 0.00 0
20 40 60 kecepatan referensi (rad/s)
80
Gambar 4.27. Perbandingan waktu naik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari Gambar 4.27 terlihat perbandingan waktu naik dari motor DC dengan kontrol logika kabur dan tanpa kontrol logika kabur, menunjukkan waktu yang digunakan motor DC untuk mencapai nilai kecepatan referensi lebih cepat jika menggunakan kontrol logika kabur. Tabel 4.8. Perbandingan simulasi respon waktu tunak motor DC kecepatan referensi 20 25 30 35 40 45 50 55 60
waktu tunak (detik) kontrol tanpa control logika kabur logika kabur 1.0960 0.3381 1.0600 0.3711 1.0440 0.3531 1.0200 0.3294 1.0090 0.3373 1.0060 0.3461 1.0040 0.2414 0.9844 0.3334 0.9840 0.3819 Rata-rata penghematan
hemat
(detik) 0.7579 0.6889 0.6909 0.6906 0.6717 0.6599 0.7626 0.6510 0.6021
% 69% 65% 66% 68% 67% 66% 76% 66% 61% 67%
Waktu tunak adalah waktu yang dibutuhkan motor DC menghasilkan respon kecepatan sampai pada kondisi tunak tanpa penyimpangan. Dari tabel diketahui rata-rata penghematan yang dapat diberikan sebesar 67% dengan penghematan terbesar 76% dan terkecil 61%. Penghematan
waktu
tunak
menunjukkan
keunggulan
dengan
menggunakan kontrol logika kabur dibandingkan tanpa kontrol logika kabur pada saat penyalaan awal. Apabila Tabel 4.8 dimasukkan dalam grafik akan tampak seperti pada Gambar 4.28.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Perbandingan Waktu Tunak
1.20
waktu naik (detik)
1.00
Motor DC tanpa kontrol
0.80
Logika Kabur
0.60
Motor DC kontrol logika kabur
0.40 0.20 0.00 0
20
40
60
80
kecepatan referensi (rad/s)
Gambar 4.28. Perbandingan waktu tunak
Dari Gambar 4.28 terlihat bahwa motor DC dengan kontrol logika kabur mempunyai relatif sama untuk kecepatan referensi rendah hingga tinggi. Selain memiliki keuntungan, kontrol logika kabur juga memiliki kekurangan. Kekurangan dari respon pengaturan kontrol logika kabur adalah adanya kelebihan nilai respon dari nilai referensi yang diinginkan atau overshoot. Selain itu juga terjadinya penyimpangan akibat penyesuaian oleh kontrol dari kondisi overshoot. Nilai overshoot dan penyimpangan yang terjadi untuk masing-masing kecepatan referensi seperti tampak pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Karakteristik starting motor DC dengan logika kabur
kecepatan waktu referensi naik (rad/s) (detik) 20 0.095 25 0.073 30 0.077 35 0.081 40 0.085 45 0.100 50 0.122 55 0.155 60 0.382
waktu tunak (detik) 0.3381 0.3711 0.3531 0.3294 0.3373 0.3461 0.2414 0.3334 0.3819
penyimpangan
Overshoot
rad/s 22.49 2.49 30.43 5.43 35.37 5.37 40.38 5.38 45.27 5.27 48.18 3.18 51.59 1.59 55.37 0.37 0 0 Rata-rata overshoot
commit to user
% 12.45 21.72 17.90 15.37 13.18 7.07 3.18 0.67 0.00
10.17
rad/s 19.3 0.70 24.61 0.39 29.46 0.54 34.2 0.80 39.29 0.71 44.42 0.58 49.69 0.31 53.79 1.21 0 0.00 Rata-rata penyimpangan
% 3.50 1.56 1.80 2.29 1.78 1.29 0.62 2.20 0.00
1.67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari Tabel 4.9 diketahui overshoot terbesar terjadi pada kecepatan referensi 21% dari dan nilai terkecil adalah 0.6%. Rata-rata overshoot yang terjadi adalah 10.17 dari nilai kecepatan referensi. Sedangkan penyimpangan yang terjadi relatif hampir sama untuk seluruh nilai referensi dengan rata-rata 1.67%. Apabila data overshoot dan penyimpangan pada tabel dimasukkan dalam gambar akan tampak seperti pada Gambar 4.29.
Persentase Penyimpangan persentase (%)
25 20
% overshoot
15 10
% penyimpangan
5 0 0
20
40 60 kecepatan referensi (rad/s)
80
Gambar 4.29. Persentase penyimpangan
Dari Gambar 4.29 dapat kita lihat bahwa pada kecepatan referensi rendah nilai overshoot reltif tinggi, nilai overshoot semakin kecil dengan menaikkan kecepatan referensi. Untuk nilai penyimpangan relatif sebanding untuk setiap nilai kecepepatan referensi.
4.2.5. Perbandingan Konsumsi Energi Untuk mengetahui baik tidaknya pengaturan harus dibandingkan konsumsi energi yang digunakan untuk mencapai nilai kecepatan referensi yang diinginkan. Konsumsi energi pada waktu naik dan waktu tunak seperti tampak pada Tabel 4.10.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Tabel 4.10. Konsumsi energi pada kondisi waktu naik Waktu naik Efisiensi tanpa kontrol kontrol logika kabur logika kabur Joule % Waktu Energi Waktu Energi 1.0960 996.5 0.0951 157.7 838.8 84.17 1.0600 1087 0.0728 155.8 931.2 85.67 1.0440 1179 0.0772 179.1 999.9 84.81 1.0200 1252 0.0807 197.8 1054.2 84.20 1.0090 1329 0.0845 218.8 1110.2 83.54 1.0060 1411 0.0997 235.5 1175.5 83.31 1.0040 1488 0.1217 308.8 1179.2 79.25 0.9844 1540 0.1552 378.8 1161.2 75.40 0.9840 1613 0.3819 730.7 882.3 54.70 Rata-rata efisiensi 79.45
Kecepatan Referensi (rad/s)
20 25 30 35 40 45 50 55 60
Dari Tabel 4.10 diketahui bahwa penghematan penggunaan energi listrik untuk setiap kecepatan referensi reltif sebanding dengan nilai yang kecil pada kecepatan referensi tinggi. Jika tabel dimasukkan dalam bentuk gambar grafik seperti tampak pada Gambar 4.30.
Konsumsi Energi Waktu Naik
Konsumsi energi (Joule)
2000 1500
Motor DC tanpa Kontrol
1000
Logika Kabur
500 0 0
20 40 60 kecepatan referensi (rad/s)
80
Motor DC kontrol Logika kabur
Gambar 4.30 konsumsi energi pada waktu naik
Konsumsi energi untuk pengaturan motor DC tanpa menggunakan kontrol kabur mengalami kenaikan secara linear sebanding dengan kenaikan nilai referensi keccepatan. Untuk pengaturan motor DC dengan logika kabur cenderung tetap dengan kenaikan yang sedikit dan menjadi sangat besar saat referensi kecepatan 60 rad/s.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.11. Konsumsi energi pada kondisi waktu tunak Kecepatan Referensi (rad/s)
20 25 30 35 40 45 50 55 60
Waktu tunak Efisiensi tanpa kontrol kontrol logika kabur logika kabur Joule % Waktu Energi Waktu Energi 1.0960 996.5 0.3381 338.2 658.3 66.06 1.0600 1087 0.3711 394.1 692.9 63.74 1.0440 1179 0.3531 423 756 64.12 1.0200 1252 0.3294 439.1 812.9 64.93 1.0090 1329 0.3373 492.6 836.4 62.93 1.0060 1411 0.3461 559.5 851.5 60.35 1.0040 1488 0.2414 465.8 1022.2 68.70 0.9844 1540 0.3334 378.8 1161.2 75.40 0.9840 1613 0.3819 730.7 882.3 54.70 Rata-rata efisiensi 64.55
Dari Tabel 4.11 diketahui bahwa penghematan penggunaan energi listrik untuk setiap kecepatan referensi reltif sebanding dengan nilai yang kecil pada kecepatan referensi tinggi. Jika tabel dimasukkan dalam bentuk gambar grafik seperti tampak pada Gambar 4.31.
konsumsi energi waktu tunak
Konsumsi energi (Joule)
2000 1500
Motor DC Tanpa kontrol
1000
Logika Kabur
500
Motor DC kontrol logika kabur
0 0
20 40 60 kecepatan referensi (rad/s)
80
Gambar 4.31. konsumsi energi waktu tunak Konsumsi energi untuk pengaturan motor DC tanpa menggunakan kontrol logika kabur mengalami kenaikan secara linear sebanding dengan kenaikan nilai referensi keccepatan. Untuk pengaturan motor DC dengan logika kabur cenderung tetap dengan kenaikan yang sedikit dan menjadi sangat besar saat referensi kecepatan 60 rad/s.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
4.2.6. Perbandingan konsumsi energi per jarak tempuh
Perbandingan konsumsi energi terhadap jarak tempuh dihitung untuk mengetahui efisiensi kontrol logika kabur pada jarak tertentu. Perbandingan dilakukan pada saat tidak ada perubahan kecepatan untuk motor DC dengan kontrol logika kabur dan tanpa control logika kabur atau sudah pada kondisi tunak. Untuk penjelasannya adalah sebagai contoh pada kecepatan referensi 45 rad/s. Karakteristik pengaturan arus terhadap jarak tempuh ditunjukkan seperti tampak pada gambar. Pengambilan data dilakukan mulai dari kondisi motor diam hingga kecepatan tunak. Respon kecepatan dan pengaturan logika kabur seperti yang telah dijelaskan pada 3.2.4 mengenai simulasi Pengaturan Motor DC kontrol logika kabur Arus Listrik Tiap Jarak 100 90
Kontrol Logika Kabur Tanpa kontrol
80
Logika Kabur
Arus (Ampere)
70 60 50 X: 5.014 Y: 31.89
40 30 20 10 0
0
1
2
3
6 5 4 Jarak Tempuh (m)
7
8
9
10
Gambar 4.32. Penggunaan Arus listrik per_jarak tempuh
Dari Gambar 4.32 terlihat bahwa arus yang digunakan motor DC dengan pengaturan kontrol logika kabur mengalami pengaturan hingga jarak tertentu. Pada saat kondisi pengaturan, arus yang digunakan motor dengan kontrol logika kabur berbeda pada motor tanpa kontrol. Pada jarak tempuh teretentu kedua pengaturan menggunakan arus yang sama sehingga untuk membandingkan konsumsi energi yang digunakan untuk menggerakkan motor DC adalah dari keadaan diam hingga mencapai jarak saat arus yang digunakan sama (terlihat kedua grafik saling berhimpitan). Pada Gambar 4.32 terlihat kedua grafik saling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berhimpitan setelah menempuh jarak 5 m. Untuk perbandingan konsumsi energi listrik pada jarak tertentu seperti pada tabel diberikan data dengan kecepatan referensi bervariasi. Tabel 4.12. Konsumsi Energi per-Jarak Tempuh Kecepatan Referensi (rad/s)
Jarak tunak (m)
20 25 30 35 40 45 50 55 60
2 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5
Konsumsi Energi (Joule) Efisiensi tanpa kontrol kontrol Joule % logika kabur logika kabur 587 448 139 31.06 712 533 180 33.73 764 588 176 29.86 797 627 170 27.02 844 693 151 21.75 882 762 120 15.73 910 821 89 10.89 953 879 74 8.41 977 933 44 4.72 Rata-rata efisiensi 20.35
Darti Tabel 4.12 dapat kita lihat jarak tempuh motor setelah mencapai kondisi tunak. Pada jarak tersebut kemudian diambil data konsumsi energi dan dibandingkan antara motor DC dengan kontrol logika kabur dan tanpa kontrol. Selisih yang didapatkan dari perbandingan dihitung besar persentase terhadap energi listrik yang dipakai pada motor DC tanpa control logika kabur. Dari Tabel 4.12 terlihat besarnya konsumsi energi listrik motor DC dengan kecepatan referensi 20 rad/s membutuhkan waktu 2 menit untuk mencapai keadaan tunak. Konsumsi energi pada motor DC tanpa control logika kabur sebesar 587 J, sedangkan motor DC dengan kontrol logika kabur 448 J. Penghematan dengan menggunakan kontrol logika kabur pada kecepatan referensi 20 rad/s adalah139 J atau 31.06%. Dengan naiknya nilai kecepatan referensi menurunkan nilai persen penghematan sehingga pada kecepatan referensi 60 rad/s hanya terjadi penghematan 4 % dengan rata-rata penghematan keseluruhan 20.35%. Apabila data perbandingan konsumsi energi pada tabel dimasukkan dalam gambar akan tampak seperti Gambar 4.33 dan Gambar 4.34.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Penggunaan Energi per-Jarak Tempuh Konsumsi Energi (Joule)
1200 1000 800
tanpa kontrol
600 400
kontrol logika kabur
200 0
40 60 20 kecepatan referensi (rad/s)
0
80
Gambar 4.33. Perbandingan konsumsi energi per-jarak tempuh tunak
Dari Gambar 4.33 terlihat perbandingan konsumsi motor DC tanpa kontrol logika kabur dan motor DC dengan kontrol logika kabur hingga keadaan tunak.
Pada jarak yang sama, kontrol logika kabur menghabiskan lebih sedikit energi listrik dibanding tanpa kontrol. Besarnya penghematan semakin kecil pada referensi kecepatan semakin besar seperti tampak pada gambar dimana kedua kurva cenderung saling berhimpit
Efisiensi Energi per-Jarak Tempuh efisienesi (%)
40 30 20 10 0 0
20
40
60
80
kecepatan referensi (rad/s)
Gambar 4.34. Efisiensi penggunaan energi per-jarak tempuh
Semakin besar nilai kecepatan referensi menjadikan efisiensi semakin mengecil. Dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan kontrol logika kabur akan memberikan penghematan penggunaan energi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4.3.
digilib.uns.ac.id
Penerapan Kontrol pada mobil listrik Penelitian penggunaan kontrol logika kabur pada mobil listrik dilakukan
dengan pengaturan motor DC sebagai penggeraknya. Setelah analisa pengaturan motor DC dengan menggunakan perangkat lunak dilanjutkan dengan menerapkan pengaturan pada mobil listrik yang sesungguhnya. Penerapan kontrol logika kabur melalui langkah sebagai berikut.
4.3.1. Pembuatan program Pengaturan kontrol logika kabur menggunakan ATmega16 dengan memanfaatkan arsitektur yang dimiliki. Program pengaturan kontrol logika kabur melalui algoritma sebagaimana tampak pada Gambar 4.35.
Gambar 4.35. Diagram alir algoritma pemrograman
4.3.2. Perbandingan Pengaturan Motor DC Untuk mengetahui hubungan pengaturan motor DC simulasi dan nyata, dilakukan dengan memberikan nilai masukan PWM tetap hingga motor
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
memberikan respon kecepatan tunak. Untuk membandingkan dengan motor DC yang sesungguhnya dibuat tabel untuk membandingkan dan mengatahui hubungan karakteristik simulasi motor DC dengan motor DC nyata. Tabel perbandingan seperti tampak pada Tabel 4.13. Data yang didapatkan dari motor nyata berupa kecepatan putar dengan satuan rpm, data yang didapatkan dari simulasi berupa kecepatan sudut dengan satuan rad/s. Untuk dapat dibandingkan maka dihitung konversinya. Perbandingan
dihitung pada kecepatan putar satuan rpm untuk
melihat kesebandingan yang lebih jelas. Tabel 4.13. Respon kecepatan dengan PWM PWM
36.71 45.53 54.33 63.97 82.68 97.06 109.41 125.29 134.12 150.00
Nyata
rpm 85 128 162 203 289 343 389 444 475 520
rad/s 8.70 12.78 16.45 21.27 30.28 35.94 40.75 46.52 49.76 54.48
Simulasi Error rpm rad/s rpm 111.49 11.68 26.49 147.37 15.44 19.37 181.74 19.04 19.74 218.01 22.84 15.01 284.35 29.79 4.65 332.36 34.82 10.64 371.97 38.97 17.03 420.84 44.09 23.16 447.18 46.85 27.82 493.19 51.67 26.81 Rata-rata Error
% 24% 13% 11% 7% 2% 3% 5% 6% 6% 5% 8%
Pengujian dilakukan untuk memperlihatkan respon kecepatan motor terhadap masukan PWM. Dari tabel diketahui data dari masing-masing respon kecepatan motor DC menggunakan simulasi maupun nyata. Dari data pada Tabel 4.7 diketahui error terbesar 24% dan terkecil 2% dengan rata-rata error 8%. Error yang kecil dari perbandingan menunjukkan kedua sistem mempunyai karakteristik yang sama. Jika perbandingan respon kecepatan Tabel 4.13 dimasukkan dalam grafik akan tampak seperti pada Gambar 4.36 sehingga perbandingan antara pengaturan motor DC simulasi dan nyata tampak lebih jelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Respon Kecepatan Motor DC Kecepatan putar (rpm)
600 500 400 300
Motor DC Nyata
200
Motor DC Simulasi
100 0 0
20
40
60
80
100
120
140
160
Input PWM (maks 225)
Gambar 4.36. Perbandingan respon kecepatan terhadap Input PWM
Grafik perbandingan respon kecepatan motor DC Gambar 4.36 menunjukkan dengan nilai input PWM yang sama menghasilkan respon kecepatan yang hampir sama. Pada Input PWM kecil respon kecepatan Motor DC simulasi lebih tinggi dibanding motor DC nyata. Pada Input PWM bernilai sekitar 80 menunjukkan kesebandingan respon kecepatan. Pada Input PWM besar respon Motor DC simulasi lebih rendah dibanding motor DC nyata. Dari data dan gambar perbandinga simulasi dapat diambil kesimpulan bahwa motor DC simulasi dan nyata mempunyai karakteristik yang sama. Selisih nilai respon kecepatan terhadap masukan PWM atau error pada Tabel 4.13 apabila dimasukkan pada grafik seperti pada Gambar 4.37.
Nilai Error Nyata-Simulasi Motor DC persen Error (%)
25 20 15 10 5 0 0
20
40
60
80
100
120
140
160
Input PWM (maks 225)
Gambar 4.37. Persen Error respon kecepatan motor DC Nyata-Simulasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Dari gambar grafik diatas dapat diketahui bahwa error yang terjadi cenderung menurun dengan penambahan nilai PWM dan mencapai nilai terkecil pada PWM 80 dan nilainya kembali naik untuk nilai PWM berikutnya.
Tabel 4.14. Perbandingan waktu tunak motor DC (pengujian nyata) Motor DC tanpa kontrol logika kabur waktu kecepatan referensi tempuh (rpm) (detik 270 8.80 285 9.40 305 10.43 320 10.78 343 11.53 366 11.71 380 11.82 400 12.11 420 12.40
Motor DC Penghematan kontrol Logika Kabur kecepatan waktu (detik) (%) referensi tempuh (rpm) (detik) 270 7.01 1.79 20% 285 7.22 2.18 23% 305 7.50 2.93 28% 320 7.55 3.23 30% 343 7.63 3.91 34% 366 7.70 4.01 34% 380 7.79 4.03 34% 400 7.93 4.18 35% 420 8.07 4.33 35% Rata – rata penghematan 30%
Dari Tabel 4.14 dapat diketahui waktu yang diperlukan hingga mencapai kecepatan referensi, motor DC tanpa kontrol logika kabur membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan motor DC dengan kontrol logika kabur. Apabila Tabel
waktu tunak (detik)
4.14 dibuat dalam grafik akan tampak seperti pada Gambar 4.38.
Perbandingan Waktu Tunak
13.00 12.00 11.00 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00
Motor DC tanpa kontrol Logika Kabur
Motor DC kontrol Logika Kabur 250
300 350 400 kecepatan referensi (RPM)
450
Gambar 4.38. Perbandingan Waktu naik motor DC
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.38 menunjukkan grafik perbandingan waktu yang diperlukan dengan kontrol logika kabur dan tanpa kontrol logika kabur untuk mencapai kecepatan referensi. Dari Gambar 4.38 terlihat motor DC dengan kontrol logika kabur memerlukan waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan tanpa kontrol logika kabur. Hal ini ditunjukkan dengan grafik waktu tunak kontrol logika kabur yang berada dibawah grafik waktu tunak tanpa kontrol logika kabur. Artinya Energi yang diperlukan pada kotrol logika kabur lebih kecil dibandingkan dengan kontrol konvensional. Ini membuktikan bahwa kontrol logika kabur dapat penghasilkan
penghematan
konsumsi
energi
yang
digunakan,
dengan
penghematan sampai dengan 30% pada saat start. Besarnya penghematan yang diberikan kontrol logika kabur simulasi dan nyata memiliki perbedaan disebabkan karena, pada simulasi sistem penggerak motor DC dianggap ideal sehingga variabel yang mempengaruhi respon kecepatan seperti adanya gaya gesek udara, rugi-rugi mekanis tidak diikutkan dalam perhitungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
BAB V PENUTUP 4.4.
Kesimpulan Dari data dan analisa yang sudah dilakukan maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut: 1. Simulasi motor DC memiliki karakteristik yang sama dengan kenyataan karena respon kecepatan terhadap masukan signal PWM adalah identik. Rata-rata error respon kecepatan motor DC simulasi dengan input sama dibanding motor DC nyata adalah sebesar 8%. 2. Kontrol logika kabur memberikan respon lebih cepat untuk mencapai nilai referensi. Penghematan waktu untuk mencapai kecepatan referensi pengaturan dengan kontrol logika kabur rata – rata sebesar 67% (pada simulasi) dan 30% (pada nyata). Penghematan penggunaan energi hingga kecepatan tunak dengan kontrol logika kabur rata - rata 64.55%. Penghematan energi listrik untuk mencapai jarak yang sama pada saat start dengan kontrol logika kabur sebesar 20.35%.
4.5.
Saran Setelah melakukan penelitian maka ada beberapa saran yang bisa dipakai
untuk penelitian selanjutnya: 1. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik motor DC sebagai dasar penentuan keanggotaan maupun aturan dasar. 2. Penambahan parameter penelitian agar kinerja kontrol logika kabur terbukti lebih menyeluruh dengan beberapa parameter.
commit to user