PENGGUNAAN MULTIMEDIA PADA PEMBELAJARAN SEJARAH (Suatu Penelitian di SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango)
Ahmed Doda, Joni Apriyanto*, Sutrisno Mohamad** Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Ahmed Doda. NIM 231408003. Penggunaan Multimedia pada Pembelajaran Sejarah Suatu Penelitian di SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Skripsi.2013. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) tampilan fisik multimedia yang digunakan dalam pembelajaran sejarah, (2) aplikasi multimedia dalam materi ajar sejarah, (3) implikasi multimedia bagi siswa dalam pembelajaran sejarah, dan (4) kesan siswa terhadap proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan multimedia di SMP Negeri 1 Tapa. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, yaitu memberikan gambaran secara rinci mengenai masalah yang berhubungan dengan penggunaan multimedia pada pembelajaran sejarah di SMP Negeri 1 Tapa, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Data penelitian ini diperoleh melalui berbagai sumber, antara lain informan atau narasumber (kepala sekolah, kepala tata usaha, para guru sejarah dan siswa kelas VIII.4 yang berjumlah sembilan belas orang), dokumen tertulis (latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan RPP), dan tempat kejadian (kegiatan pembelajaran IPS - Sejarah melalui penggunaan Multimedia). Berdasarkan analisis data diperoleh hasil sebagai berikut. Pertama, tampilan fisik multimedia yang digunakan dalam pembelajaran sudah memadai untuk digunakan sebagai multimedia pembelajaran IPS-Sejarah. Kedua, aplikasi multimedia dalam materi ajar sejarah, dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep sejarah. Ketiga, implikasi multimedia bagi siswa dalam pembelajaran sejarah dapat membantu daya ingat, memudahkan memahami materi sejarah, meningkatkan minat belajar, serta meningkatkan hasil belajar, menjadikan kegiatan pembelajaran IPS-Sejarah menjadi menarik, serta membantu siswa lebih mengenal teknologi informasi. Keempat, kesan terhadap proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan multimedia adalah menjadikan mereka aktif selama pembelajaran, mengubah situasi pembelajaran menjadi menyenangkan, memotivasi siswa untuk belajar, meningkatkan konsentrasi dan perhatian belajar sejarah, serta menjadikan pembelajaran sejarah menjadi menarik. Kata Kunci : Multimedia, Pembelajaran Sejarah.
PENDAHULUAN Belajar merupakan suatu proses yang mengacu pada perubahan dalam diri seseorang. Perubahan tersebut sebagai hasil dari proses belajar dan dapat diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tingkah laku. Belajar merupakan suatu proses perubahan pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor siswa. Dalam proses belajar terdapat berbagai yang mempengaruhi, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern berasal dari dalam diri siswa yang mencakup motivasi, minat, keinginan, dan kecakapan belajar, sedangkan faktor ekstern diantaranya guru dengan segala strateginya. Guru merupakan faktor utama dalam melakukan berbagai inovasi pembelajaran, terutama dalam hal pengelolaan kelas yang baik dan pemilihan strategi pembelajaran yang tepat. Kedua hal tersebut sangat menentukan tercapainya proses pembelajaran yang ideal, sehingga siswa mudah memahami materi yang nantinya disampaikan. Proses pembelajaran yang ideal perlu dilaksanakan oleh guru dalam usaha membelajarkan siswa, terlebih dengan dukungan kemajuan di bidang teknologi pendidikan dewasa ini, maka sudah saatnya bagi guru sejarah untuk mengembangkan potensi atau kemampuan dirinya, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa dapat meningkat, khususnya pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)-Sejarah di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Realitas yang terjadi di lapangan memberikan kesan bahwa kondisi pembelajaran IPS-Sejarah pada jenjang SMP sangat memprihatinkan. Ini sangat dirasakan ketika menjalankan tugas sebagai calon guru dalam kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di salah satu SMP terkenal di Kota Gorontalo pada tahun 2011. Hal yang paling mengejutkan adalah ketika sebagian siswa di sekolah tersebut menganggap bahwa belajar sejarah itu tidak menyenangkan dan tidak menarik. Bahkan mereka mengatakan bahwa belajar sejarah hanyalah menghafal angka-angka tahun, nama-nama tokoh, peristiwa-peristiwa lama, dan benda-benda kuno yang kusam. Hal lain yang diperoleh di lapangan adalah ketika dilakukan wawancara kepada tiga orang guru IPS di SMP Negeri 1 Tapa, Kabupaten Bone Bolango,
Provinsi Gorontalo, tepatnya pada tanggal 17 Maret 2012. Mereka menyatakan bahwa minat dan motivasi siswa belajar sejarah di sekolah itu sangat rendah. Ketika proses belajar-mengajar berlangsung, hampir sebagian siswa bersikap kurang aktif dan kurang perhatian terhadap materi yang disampaikan. Akibatnya, nilai hasil belajar mereka pada pelajaran sejarah menjadi rendah. Hal di atas disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, pelajaran sejarah dianggap sebagai pembelajaran yang ketinggalan zaman, membosankan sebab banyak berhubungan dengan konsep dan cerita. Kedua, sajian materinya seringkali dilakukan secara monoton dan penguasaan materinya membutuhkan kemampuan menghafal. Ketiga, pembelajaran sejarah sebagai produk masa lampau yang dalam penyajiannya tidak relevan dengan konteks sosial siswa masa kini. Keempat, kurangnya perhatian pemerintah dalam menempatkan pelajaran sejarah secara proporsional, terutama berhubungan dengan alokasi waktu. Kondisi pembelajaran IPS-Sejarah di SMP Negeri 1 Tapa pun demikian. Dari hasil wawancara dengan delapan orang siswa kelas VIII, tepatnya hari Sabtu, tanggal 24 Maret 2012 mendapatkan informasi bahwa mereka kurang tertarik dan kurang berminat untuk belajar sejarah sebab banyak konsep, tokoh dan peristiwa sejarah tertentu dalam buku paket yang harus dihapal. Para siswa tersebut menambahkan bahwa kebanyakan guru IPS-Sejarah hanya bercerita dan menjelaskan peristiwa tertentu secara berulang-ulang. Temuan
yang
diperoleh
pada
pra-penelitian
di
atas
sangat
memperihatinkan. Jika kondisi tersebut dibiarkan berlarut-larut, maka tentunya akan berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran IPS-Sejarah di masa yang akan datang. Masalah yang dihadapi para guru tersebut serta kesan yang disampaikan oleh sebagian siswa menurut dugaan disebabkan ketidaktepatan strategi pembelajaran yang digunakan guru. Kecenderungan pendekatan pembelajaran yang digunakan hanya berorientasi pada guru (teacher-center) turut pula mempengaruhi partisipasi, keaktifan dan motivasi belajar siswa. Guru tentunya memiliki peran yang sangat penting pada pembelajaran IPS-Sejarah. Oleh karena itu, selain mengembangkan pembelajaran yang berfokus pada kemajuan siswa, ia juga merancang pembelajaran yang aktif, inovatif, dan
menyenangkan bagi siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengembangkan atau menggunakan media pembelajaran yang ada secara proporsional yang dapat menunjang penyajian konsep, fakta, atau peristiwa sejarah. berdasarkan observasi yang di lakukan terhadap salah satu guru yang mengajarkan materi sejarah di kelas VIII.4 nampak ia tidak menggunakan media pembelajaran. Padahal, secara teoretis dan praktis, media sangat membantu guru dalam menyajikan konsep, fakta, atau peristiwa sejarah, memudahkan siswa memahami materi ajar, serta mempengaruhi minat dan motivasi belajar siswa. Ironisnya, ketersediaan sarana pembelajaran multimedia di sekolah itu cukup menunjang, seperti LCD, VCD, komputer/laptop, gambar, tape-recorder, dan sebagainya. Akan tetapi media-media tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik. Mempertimbangkan temuan observasi di atas, maka digunakanlah multimedia dalam pembelajaran sejarah pada penelitian ini. Pemilihan multimedia tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertama, multimedia dapat memperlancar interaksi antara guru dan siswa sehingga kegiatan pembelajaran IPSSejarah akan menjadi lebih efektif, efesien, dan menyenangkan. Kedua, multimedia dapat memberikan pengalaman belajar yang baru dan menyenangkan bagi siswa karena berhubungan dengan perkembangan teknologi dewasa ini. Ketiga, multimedia dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa. Keempat, multimedia diasumsikan dapat memudahkan siswa untuk memahami konsep-konsep pelajaran sejarah. Penggunaan multimedia dalam pembelajaran diharapkan memperoleh tanggapan balik dari para responden terutama berhubungan dengan empat hal, yaitu: (1) tampilan fisik multimedia, (2) aplikasi multimedia dalam materi ajar sejarah, (3) implikasi multimedia bagi siswa dalam pembelajaran sejarah, serta (4) kesan terhadap proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan multimedia. Penelitian ini menggunakan beberapa konsep teori, yakni teori hakekat media pembelajaran, hakekat multimedia, hakekat pembelajaran sejarah dan teori penggunaan multimedia pada pembelajaran sejarah di SMP. Adapun deskripsi teori yang telah disebutkan di atas adalah sebagai berikut.
Pertama teori tentang hakekat media pembelajaran. Secara etimologi, kata ‘media’ berasal dari bahasa Latin ‘medius’, bermakna perantara atau pengantar (Solihatin dan Raharjo, 2008: 22). Istilah media sangat populer dalam bidang komunikasi. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Hal ini ditegaskan oleh Hamalik (2008: 9-10) bahwa media mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Secara leksiografi, arti media dalam American Heritage Electronic Dictionary (dalam Ariani dan Haryanto, 2010: 1) bermakna alat untuk menyalurkan dan menyajikan informasi. Jadi, subyek mutimedia adalah informasi yang bisa dipresentasikan. Presentasi informasi tersebut dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan. Secara konseptual, Sadiman, dkk. (2009: 6) mendefinisikan media sebagai perantara atau pengantar pesan dari seorang pengirim ke penerima pesan. Dengan kata lain, eksistensi media pembelajaran di dalam kelas merupakan penghubung antara guru dan siswa serta antarsiswa sehingga terjadi proses belajar-mengajar. Rossi dan Breidle (dalam Sanjaya, 2008: 163) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan, sepeti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Akan tetapi, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Hal ini ditegaskan oleh Gerlach dan Ely (dalam Sanjaya, 2008: 163) bahwa media itu meliputi, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menurut mereka, arti media bukan hanya terbatas pada alat perantara seperti TV, radio, slide, bahan cetakan, tetapi juga orang (sebagai sumber belajar) dan berbagai kegiatan (diskusi, seminar, karyawisata, simulasi, dan sebagainya) yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan keterampilan. Asyhar (2011: 7) mengutip beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian media sebagai berikut.
a.
Media merupakan komponen dari lingkungan belajar yang membantu siswa untuk belajar (Gagne, 1970).
b.
Media adalah sarana fisik yang digunakan untuk mengirim atau menyampaikan pesan kepada para siswa dengan maksud untuk merangsang belajar (Briggs, 1977).
c.
Media merupakan teknologi pembawa pesan atau informasi yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran (Widodo and Jasmadi, 2009).
Selanjutnya, Munadi (2010: 148) memberikan batasan media dalam konteks komunikasi sebagai bahasa. Menurutnya, media dalam konteks tersebut adalah multibahasa, yakni ada bahasa yang mudah dipahami oleh indera pendengaran, penglihatan, penciuman, dan peraba, dan lain sebagainya. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan keseluruhan alat bantu mengajar yang digunakan guru untuk menyampaikan suatu pesan yang memungkinkan dapat memberikan pengaruh terhadap lingkungan belajar sehingga siswa dapat belajar secara efektif dan efesien selama pembelajaran. Media dihadirkan guru dalam menjalankan kegiatan pembelajaran di kelas dimaksudkan agar informasi yang disampaikan kepada siswa mudah diterima. Kedua tentang multimedia, Istilah multimedia muncul pertama kali di awal tahun 1990 melalui media masa. Istilah ini dipakai untuk menyatukan teknologi digital dan analog di bidang hiburan, publikasi, komunikasi, penjualan, iklan serta komersial. Secara etimologis, multimedia berasal dari kata ‘multi’ (bahasa Latin berarti banyak, bermacam-macam), dan ‘medium’ (bahasa Latin yang berarti sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan atau membawa sesuatu) (Asyhar, 2011: 75). Mayer, Richard (2009: 3) mendefinisikan multimedia sebagai presentasi materi dengan menggunakan kata-kata sekaligus gambar-gambar. Yang dimaksud dengan ‘kata’ tersebut, yaitu materinya disajikan dalam bentuk verbal, misalnya dengan menggunakan teks kata-kata yang tercetak atau terucapkan. Sedangkan istilah ‘gambar’ mengacu pada materi yang disajikan dalam bentuk gambar, baik
berbentuk grafik statis (ilustrasi, gambar, foto dan peta) atau grafik dinamis (animasi dan video). Arsyad (2009: 170) berpendapat bahwa istilah multimedia merupakan kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara, dan video. Dari pendapat tersebut, konsep multimedia dapat mencakup salah satu jenis dari kombinasi media yang telah disebutkan atau perpaduan atau kombinasi dua atau lebih jenis media dengan menekankan pada kendali komputer sebagai penggerak keseluruhan gabungan media tersebut. Ariani (2010: 10-11) mengutip pendapat Turban, dkk. (2002), Robin dan Linda (2001), Hofstetter (2001), Wahono (2007), Zeembry (2008) tentang pengertian dari multimedia secara berturut-turut sebagai berikut. a. Kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output berupa audio (suara, musik), animasi, video, teks, grafik dan gambar. b. Alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif dengan mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan video. c. Pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, video dengan menggunakan alat yang memungkinkan pemakai berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi. d. Perpaduan antara teks, grafik, sound, animasi, dan video untuk menyampaikan pesan kepada publik. e. Kombinasi dari data teks, audio, gambar, animasi, video, dan interaksi untuk menyimpan dan menampilkan data-data multimedia. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa multimedia identik dengan beragam media yang digunakan untuk melakukan presentasi dengan menggabungkan teks, grafik, animasi, audio dan video melalui bantuan komputer. Menurut Mayer, Richard (2009: 7) membagi multimedia dalam tiga konsep yang didasarkan pada alat-alat yang digunakan untuk mengirimkan pesan instruksional (yakni, media pengirimnya), format-format representasional yang digunakan
untuk
menyajikan
pesan
instruksional
(yakni,
mode-mode
presentasinya), dan modalitas sensori (indrawi) yang digunakan siswa untuk menerima pesan instruksional (yakni, pancaindera). Konsep pertama, multimedia berarti penyajian materi dengan menggunakan dua atau lebih alat pengiriman. Fokusnya adalah pada sistem fisik yang digunakan untuk mengirimkan pesannya, misalnya, layar komputer, amplified speakers, proyektor, video recorder, papan tulis, serta kotak suara manusia. Singkat kata, konsep ini lebih menitikberatkan pada teknologi daripada siswa yang sedang belajar. Konsep kedua, multimedia berarti presentase materi dengan menggunakan dua atau lebih model. Fokusnya adalah pada cara penyampaian materi serta penggunaan kata dan gambar. Pada multimedia berbasis komputer, materi bisa disajikan secara verbal sebagai narasi atau teks on-screen dan secara pictorial sebagai grafik statis atau animasi. Konsep ini lebih menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered teaching). Konsep ketiga, yaitu modalitas sensori. Pada konsep ini, multimedia berarti dua atau lebih sistem sensor (alat indera) yang dilibatkan dalam diri siswa, dan bukan terfokus pada kode-kode yang digunakan untuk merepresentasikan pengetahuan dalam sistem pemrosesan informasi. Konsep modalitas sensori lebih fokus ke alat penerima inderawi yang digunakan untuk menangkap informasi atau materi. Secara umum, manfaat media atau multimedia dalam pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Secara lebih khusus, manfaat multimedia dapat diuraikan berikut ini. Ariani dan Haryanto (2010: 26) menyatakan bahwa manfaat multimedia, yaitu (a) proses belajar-mengajar jelas lebih menarik dan lebih interaktif, (b) jumlah waktu mengajar (ceramah) dapat dikurangi, (c) kualitas belajar siswa dapat lebih termotivasi, (d) kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan kapanpun dan di manapun, serta (e) sikap dan perhatian belajar siswa dapat ditingkatkan dan dipusatkan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa penggunaan multimedia sangat tepat dihadirkan dalam pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sebab multimedia memiliki berbagai fasilitas yang dapat digunakan guru untuk menyajikan materi pelajaran kepada siswa di kelas. Penggunaan multimedia pembelajaran yang dipilih dan digunakan secara tepat dan baik akan memberi manfaat yang sangat besar bagi para guru dan siswa. Ketiga tentang hakekat pembelajaran sejarah, Pengertian pembelajaran sangat erat kaitannya dengan istilah mengajar dan belajar. Sagala (2010: 61-62) berpendapat pembelajaran adalah proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan siswa dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak, yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Jadi, hal terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar. Konsep pembelajaran menurut Sanjaya (2008: 104) merupakan usaha siswa untuk mempelajari bahan pelajaran, akibat perlakuan guru. Corey (dalam Sagala, 2010: 61) adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Pembelajaran adalah pengetahuan yang disadari atau yang disengaja tentang kaidah bahasa yang tidak secara khusus mengarah pada kefasihan atau kelancaran percakapan dan pengetahuan tersebut diperoleh dari pengajaran formal (Nunan, 1999: 9). Lain halnya dengan Maples dan Webster (dalam Smith, 2009: 31) yang mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Degeng (dalam Wena 2009: 2) mendefinisikan pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa. Hal yang sama diungkapkan oleh Isjoni
(2010: 11) bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya guru untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Tujuannya adalah mewujudkan efesiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru yang dilakukan melalui proses kegiatan pada situasi atau lingkungan tertentu sehingga terjadi perubahan sikap, kemampuan, dan keterampilan pada diri siswa. Secara konseptual, Soewarso (2000: 26) mendefinisikan sejarah sebagai suatu biografi. Setiap manusia mempunyai biografi, begitu pula manusia pada masa lampau, tetapi yang dipelajari hanyalah biografi manusia yang mempunyai peranan penting yang tercatat dalam sejarah. Kehidupan orang-orang yang memegang peranan penting itulah yang akan ditiru oleh generasi sekarang. Ali (dalam Taupan, 2007: 4-5) mengemukakan tiga batasan sejarah sebagai (a) perubahan, kejadian dan peristiwa dalam kenyataan sekitar kita, (b) cerita tentang perubahan, kejadian, dan peristiwa yang merupakan realitas, dan (c) ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan, kejadian dan peristiwa yang merupakan realitas tersebut. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan sosial yang berhubungan dengan perubahan, kejadian dan peristiwa nyata yang dialami oleh manusia dan terjadi pada masa lampau. Secara garis besar tujuan yang diharapkan dari penulisan ini adalah : Pertama, mengetahui tampilan fisik multimedia yang digunakan dalam pembelajaran sejarah. Kedua, Mengetahui aplikasi multimedia dalam materi ajar sejarah di SMP Negeri 1 Tapa. Ketiga, mengetahui implikasi multimedia bagi siswa dalam pembelajaran sejarah. Keempat, mengetahui kesan siswa terhadap proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan multimedia.
METODE PENULISAN Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran secara rinci mengenai masalah yang berhubungan dengan penggunaan multimedia pada pembelajaran sejarah di SMP Negeri 1 Tapa, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal. HASIL DAN PEMBAHASAN Media pembelajaran adalah faktor penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya IPS-sejarah di SMP. Oleh karena media pembelajaran memiliki banyak macam atau ragam, maka guru sejarah sebaiknya memilih secara cermat media yang akan digunakan. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, upaya pembaharuan dalam bidang pendidikan di Indonesia terus diupayakan. Hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif terhadap pembelajaran sejarah dengan menggunakan multimedia. Multimedia pada penelitian ini dibatasi pada gambar dan animasi, rekaman, video, serta program powerpoint dengan menggunakan fasilitas komputer atau laptop. Alasan peneliti menggunakan multimedia pada pembelajaran IPS-Sejarah di SMP Negeri 1 Tapa didasarkan atas beberapa problematika yang ada di sekolah tersebut, yaitu (1) siswa memiliki antusias, motivasi, sikap, dan minat sangat rendah, (2) siswa terkesan jenuh karena menghapal banyak konsep, tokoh dan peristiwa sejarah, (3) fasilitas multimedia di sekolah tersedia, akan tetapi belum dimanfaatkan secara optimal dalam proses pembelajaran IPS-sejarah. Penggunaan multimedia dalam pembelajaran IPS-Sejarah yang secara sengaja dan kreatif dirancang untuk membantu memecahkan problematika di atas dan diharapkan merupakan salah satu alternatif yang dapat memberikan manfaat positif dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran di SMP Negeri 1 Tapa. Dikatakan sengaja, karena peneliti menghadirkan materi pelajaran sejarah melalui
multimedia di dalam kelas yang sebelumnya belum pernah digunakan dapat proses pembelajaran IPS-Sejarah. Dikatakan kreatif, karena peneliti merancang sendiri materi ajar yang akan disajikan dengan memperhatikan KD yang sedang atau sementara diajarkan, menyiapkan media-media yang dibutuhkan, mendesain presentasi pembelajaran yang berisi materi gambar, animasi, rekaman, video, dalam program powerpoint dengan bantuan fasilitas laptop, LCD, dan layar (screen). Peneliti melaksanaan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran
yang telah di siapkan sebelumnya. Melalui pelaksanaan
pembelajaran yang telah dijalankan, kemudian peneliti mengharapkan balikan dari para responden (dalam hal ini siswa kelas VIII.4 SMP Negeri 1 Tapa) dalam bentuk wawancara di akhir pembelajaran. Ada empat indikator yang menjadi fokus wawancara, yaitu (1) tampilan fisik multimedia yang digunakan dalam pembelajaran sejarah, (2) aplikasi multimedia dalam materi ajar sejarah, (3) implikasi multimedia bagi siswa dalam pembelajaran sejarah, dan (4) kesan siswa terhadap proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan multimedia. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan paparan yang dikemukakan pada bab sebelumnya maka peneliti mengemukakan beberapa simpulan sebagai berikut. 1. Tampilan teks, kualitas gambar, animasi, tampilan warna slide, kualitas suara atau musik, serta tampilan huruf sudah memadai untuk digunakan sebagai multimedia pembelajaran IPS-Sejarah di SMP Negeri 1 Tapa, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. 2. Keseluruhan penggunaan multimedia, penyajian materi pelajaran melalui powerpoint, aplikasi gambar dan foto dalam membantu pertanyaan guru, penggunaan video, dan tampilan animasi dapat membantu siswa SMP Negeri
1 Tapa untuk memahami konsep-konsep sejarah bahkan efektif dibandingkan dengan sajian melalui buku paket. 3. Keseluruhan penggunaan multimedia dapat membantu siswa SMP Negeri 1 Tapa mengenal teknologi informasi, membantu daya ingat, menjadikan kegiatan pembelajaran IPS-Sejarah menjadi menarik, memudahkan siswa memahami materi sejarah, meningkatkan minat belajar, serta meningkatkan hasil belajar. 4. Keseluruhan penggunaan multimedia menjadikan siswa SMP Negeri 1 Tapa aktif dalam belajar, menjadikan situasi pembelajaran menjadi menyenangkan, meningkatkan motivasi belajar, pembelajaran menjadi menarik serta meningkatkan konsentrasi dan perhatian menjadi meningkat dan terfokus dalam belajar sejarah. Saran Berdasarkan paparan yang dikemukakan pada bab sebelumnya maka peneliti mengemukakan beberapa simpulan sebagai berikut. 1. Tampilan teks, kualitas gambar, animasi, tampilan warna slide, kualitas suara atau musik, serta tampilan huruf sudah memadai untuk digunakan sebagai multimedia pembelajaran IPS-Sejarah di SMP Negeri 1 Tapa, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. 2. Keseluruhan penggunaan multimedia, penyajian materi pelajaran melalui powerpoint, aplikasi gambar dan foto dalam membantu pertanyaan guru, penggunaan video, dan tampilan animasi dapat membantu siswa SMP Negeri 1 Tapa untuk memahami konsep-konsep sejarah bahkan efektif dibandingkan dengan sajian melalui buku paket. 3. Keseluruhan penggunaan multimedia dapat membantu siswa SMP Negeri 1 Tapa mengenal teknologi informasi, membantu daya ingat, menjadikan kegiatan pembelajaran IPS-Sejarah menjadi menarik, memudahkan siswa memahami materi sejarah, meningkatkan minat belajar, serta meningkatkan hasil belajar. 4. Keseluruhan penggunaan multimedia menjadikan siswa SMP Negeri 1 Tapa aktif dalam belajar, menjadikan situasi pembelajaran menjadi menyenangkan,
meningkatkan motivasi belajar, pembelajaran menjadi menarik serta meningkatkan konsentrasi dan perhatian menjadi meningkat dan terfokus dalam belajar sejarah.
DAFTAR RUJUKAN Anderson, Ronald H. 1994. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran.
Terjemahan oleh Yusufhadi Miarso, dkk. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada. Ariani, Niken dan Haryanto, Dany. 2010. Pembelajaran Multi Media di Sekolah: Pedoman Pembelajaran Inspiratif, Konstruktif, dan Prospektif. Jakarta: Prestasi Pustaka Publishers. Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pres. Asyhar, H. Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press. Depdiknas. 2007. Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Depdiknas. -------------. 2009. Panduan Implementasi Standar Penilaian pada KTSP di Sekolah. Jakarta: Depdiknas. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara. Isjoni. 2010. Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta. Kochhar, S. K. 2008. Pembelajaran Sejarah. Jakarta: Grasindo. Mayer, Richard. 2009. Multimedia Learning: Prinsip dan Aplikasi. Terjemahan oleh Teguh Wahyu Utomo. USA: McGraw-Hill, Inc. Munadi, Yudhi. 2010. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press. Priyono, Andreas. 2004. Minat Siswa Belajar Sejarah Menurun. Online: http://www.suaramerdeka.com/harian/0409/03/kot18.htm, September 2012.
diakses
6