Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 637 (2003): 11-24
PENGGUNAAN MODEL TAPER UNTUK MENDUGA VOLUME BATANG POHON JENIS MATOA (Pometia pinnata Forst.) DI HALMAHERA, MALUKU (Using Taper Model for Estimating Tree Stem Volume of Matoa (Pometia pinnata Forst.) in Halmahera, Maluku
Oleh/By: Haruni Krisnawati Djoko Wahjono
SUMMARY The most important phases in modelling taper curve is presented. A simple cuadratic model, which has shown to be an accurate and efficient taper curve model for the whole stem, is also described. This model is based on the observation that relative diameters at relative heights along the stem do not vary very much in respect to tree size. Typically, taper equations predict diameter, d, at any point on the tree bole from diameter at breast height, D, total height, H, and the height, h, at which d occurs. Equation coefficients are estimated from measurements of 50 trees of the matoa species in the region of Halmahera, Maluku using linear statistical methods and the least squares criterion. Volume in cubic meters for any portion of the stem is obtained by integration. Kata kunci (Keywords): model taper, volume batang, matoa (taper model, stem volume, matoa)
Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 637 (2003): 11-24
I. PENDAHULUAN Dalam pengelolaan hutan salah satu tujuan yang diutamakan adalah produksi kayu. Bagian terpenting dari pohon yang dimanfaatkan kayunya adalah batang pokoknya atau biasa disebut dengan batang pohon. Pemanfaatan aktual dari batang pohon sangat bervariasi dari daerah ke daerah, dari operasi ke operasi, dan dari waktu ke waktu (Spurr, 1952). Sejalan dengan perkembangan teknologi perkayuan, limit diameter bahan baku kayu yang diperlukan oleh industri perkayuan mengalami perubahan. Pada dasarnya, semakin maju teknologi, maka semakin banyak bagian dari pohon yang dimanfaatkan, yang berarti limit diameter kayu yang dapat dimanfaatkan semakin kecil. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam pengelolaan hutan diperlukan suatu metode penduga volume kayu yang lebih luwes, dalam arti dapat digunakan untuk menduga volume batang pohon sampai diameter ujung tertentu atau ketinggian batang tertentu. Hal ini dimaksudkan agar potensi tegakan hutan yang dapat diproduksi untuk memasok industri perkayuan tertentu dapat diketahui dengan tepat. Pendugaan potensi tegakan hutan dewasa ini umumnya dilakukan dengan bantuan tabel-tabel volume yang disusun berdasarkan metode regresi dengan menggunakan persamaan hubungan antara volume dengan diameter dan tinggi pohon atau dengan menggunakan angka bentuk batang rata-rata. Metode ini tidak dapat digunakan untuk menduga volume batang pohon pada berbagai limit diameter yang diinginkan, karena volume yang dihasilkan adalah dugaan dari salah satu macam volume batang pada satu ketinggian batang tertentu saja. Dalam kaitannya dengan pendugaan volume pohon tersebut, Spurr (1952), Husch (1963), Loetsch et al (1973), Goulding dan Murray (1975), telah memperkenalkan metode alternatif untuk menduga volume batang pohon berdasarkan fungsi bentuk batang, yang lazim disebut dengan persamaan taper. Menurut pendapat Chapman dan Meyer (1949) taper pohon merupakan resultante dimensi pohon yang disebabkan oleh pertumbuhan tinggi dan diameter pohon. Selanjutnya, Husch (1963) memberikan definisi taper pohon yaitu pengurangan atau semakin mengecilnya diameter batang atau seksi batang pohon dari pangkal hingga ujungnya. Persamaan volume pohon yang disusun berdasarkan model fungsi taper akan dapat menduga volume batang pohon pada berbagai diameter ujung tertentu yang diinginkan (Bruce et al, 1968).
1
Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 637 (2003): 11-24
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menyusun suatu model persamaan penduga volume batang matoa (Pometia pinnata Forst.) yang akurat dan luwes di Maluku berdasarkan persamaan taper yang diperoleh serta menyusun tabel volume matoa pada berbagai ketinggian dan limit diameter berdasarkan model persamaan penduga volumenya. Matoa merupakan salah satu jenis pohon yang kayunya dimanfaatkan untuk industri perkayuan. Menurut Martawijaya dan Kartasujana (1977) kayu jenis ini dapat dipakai untuk bahan bangunan perumahan dan jembatan, mebel, lantai, moulding, tangkai peralatan dan olah raga, serta baik juga untuk perkapalan. Oleh karena itu mengingat kegunaan kayu matoa bagi industri perkayuan cukup besar, maka ketersediaan tabel volume matoa yang lebih akurat dan luwes sebagai perangkat pembantu dalam pendugaan volume batang pada berbagai ketinggian dan limit diameter sangat diperlukan.
II. RISALAH OBYEK PENELITIAN A. Letak Penelitian dilakukan di areal kerja HPH PT. Tunggal Agathis Indah Wood Industries (TAIWI) Unit I - Maluku, yang merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Barito Pacific Timber Group. o Menurut posisi geografis, areal penelitian terletak pada koordinat antara 128 09’ 129o03’ Bujur Timur dan antara 0o08’ - 1o05’ Lintang Utara. Berdasarkan pembagian wilayah administrasi kehutanan, areal tersebut terletak pada Kelompok Hutan Sungai Pumalanga, Resort Polisi Hutan (RPH) Patlean, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Maba/Buli, Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Halmahera Tengah, Dinas Kehutanan Propinsi Dati I Maluku. Sedangkan menurut pembagian wilayah administrasi pemerintahan, areal penelitian termasuk dalam wilayah Desa Patlean, Kecamatan Maba/Buli, Kabupaten Halmahera Tengah, Propinsi Dati I Maluku.
2
Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 637 (2003): 11-24
B. Topografi dan Jenis Tanah Konfigurasi lapangan dari areal penelitian adalah datar dan landai, dengan lereng antara 0 - 15%. Ketinggian tempat berada antara 0 - 50 meter dari permukaan laut. Jenis tanah dominan yang terdapat di lokasi penelitin termasuk dalam jenis tanah podsolik merah kuning (ultisol). C. Iklim Berdasarkan klasifikasi dari Schmidt dan Fergusson (1951), lokasi penelitian termasuk dalam tipe iklim A. Menurut data curah hujan selama 10 tahun terakhir dari Stasiun Geofisika Baabullah, Ternate, rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2180 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 15 hari/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Mei, dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus. Suhu udara rata-rata pada o siang hari adalah 26,5 C dan kelembaban relatif rata-rata tahunan adalah 84%. D. Keadaan Vegetasi Tipe hutan di areal kerja penelitian termasuk dalam tipe hutan hujan dataran rendah yang didominasi oleh jenis-jenis Nyatoh (Palaquium lobbianum Burck.), Niara (Canarium vulgare Leenh.), Matoa (Pometia pinnata Forst.), Mersawa (Anisoptera costata Korth.), Merbau (Instia bijuga O. Ktze.), Bintangur (Callophyllum soulatri Burm.f.), Binuang (Octomeles sumatrana Miq.), Bugis (Koordersiodendron pinnatum Merr.), Ketapang (Terminalia catappa L.), dan Jabon (Anthocephalus spp.). Sedangkan tumbuhan bawah didominasi oleh anakan-anakan pohon yang kondisinya cukup lebat.
III.
BAHAN DAN METODE
A. Bahan Penelitian Bahan yang dijadikan sebagai obyek dalam penelitian ini adalah 50 pohon contoh jenis Matoa (Pometia pinnata Forst.). Pemilihan pohon-pohon contoh dilaksanakan secara sengaja (purposive) dengan tujuan agar setiap kelas diameter dari kecil (diameter 20cm) sampai terbesar terwakili. Kelas diameter pohon ditentukan dengan cara mengelompokkan diameter-diameter pohon setinggi dada dengan interval kelas diameter 10cm.
3
Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 637 (2003): 11-24
B. Metode Penelitian 1. Pengukuran Pohon Contoh Pada setiap pohon contoh dilakukan pengukuran diameter setinggi dada (1,30 m di atas tanah, atau 20 cm di atas banir bagi pohon yang berbanir lebih dari 1,10 m di atas tanah) dan tinggi batang bebas cabang. Pohon-pohon contoh selanjutnya dirobohkan (ditebang), diukur tinggi tunggaknya, dan dilakukan pembagian seksi-seksi batang di sepanjang batang utama dengan panjang seksi 1 meter. Pada setiap pangkal dan ujung seksi batang dilakukan pengukuran diameter dan pengukuran tebal kulit. 2. Analisis Data a. Penghitungan volume pohon contoh Volume pohon contoh sebagai volume aktual dihitung dengan menjumlahkan volume seksi-seksi batang yang merupakan bagian dari pohon contoh yang bersangkutan. Volume tiap seksi batang dihitung dengan menggunakan rumus Smalian (Chapman dan Meyer, 1949; Husch, 1963) sebagai berikut:
Bp + Bu xL 2
Vs =
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)
n
∑ Vs
Vp =
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
i =1
dimana:
Vs Bp Bu L Vp n
: : : : : :
volume seksi batang (m3), luas bidang dasar pada pangkal seksi (m2), luas bidang dasar pada ujung seksi (m2), panjang seksi (m), volume pohon contoh (m3), jumlah seksi pada pohon contoh yang bersangkutan.
b. Plotting data Menurut pendapat Laasasenaho (1982) bahwa kurva taper dari jenis pohon yang sama tetapi berbeda ukuran dapat disusun dengan bantuan diameter dan tinggi pohon relatif, maka untuk mendapatkan gambaran bentuk kurva taper jenis Matoa dilakukan plotting data antara nilai rata-rata diameter relatif (d/D) dengan nilai ratarata tinggi pohon relatif (h/H). Diameter pohon relatif adalah perbandingan antara
4
Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 637 (2003): 11-24
diameter ujung batang (d) dengan diameter setinggi dada (D), sedangkan tinggi pohon relatif adalah perbandingan antara tinggi pohon sampai diameter ujung tertentu (h) dengan tinggi pohon bebas cabang (H). Gambaran yang diperoleh dari hasil plotting data akan memudahkan dalam menentukan bentuk umum persamaan yang akan disusun.
c. Penyusunan persamaan taper dan persamaan penduga volume pohon jenis Matoa Kurva taper yang diperoleh dari hasil plotting data kemungkinan masih sulit dipastikan bentuk persamaannya, sehingga perlu dilakukan pengujian untuk mendapatkan bentuk persamaan taper yang akurat bagi jenis yang bersangkutan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menguji beberapa persamaan yang paling mendekati bentuk kurva dari hasil plotting data, melalui prosedur regresi. Bentuk umum persamaannya adalah:
Y = f (X) dimana: Y X
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3)
: diameter batang relatif : tinggi batang relatif.
Kriteria yang dipakai sebagai dasar dalam penentuan bentuk persamaan taper yang akurat adalah nilai koefisien determinasi (R2), simpangan baku (Se), Pvalue, dan Fhitung yang diperoleh dari hasil analisis ragam (ANOVA). Berdasarkan asumsi yang menyatakan bahwa pohon merupakan benda putar sempurna yang berjari-jari tegak lurus sumbu-x dan panjang batang tegak lurus sumbu-y, maka dari persamaan taper yang diperoleh selanjutnya diintegralkan untuk mendapatkan persamaan penduga volume batang. Secara umum, integrasi untuk memperoleh volume (V) suatu benda yang diputar adalah sebagai berikut: V =π
h2
∫[
1
d ] dh 2
2
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4)
h1
Cara mengintegralkan persamaan taper untuk mendapatkan persamaan penduga volume batang ini telah dilakukan oleh Kozak et al (1969) dalam Byrne dan Reed
5
Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 637 (2003): 11-24
(1986), Demaerschalk (1972), Laasasenaho (1982), Eadkeo dan Audhya (1983), dan Wahjono (1989) pada jenis daun lebar dan daun jarum, yang hasilnya cukup akurat.
d. Pengujian keakuratan persamaan penduga volume pohon Tolok ukur yang digunakan untuk menilai keakuratan persamaan penduga volume pohon yang tersusun adalah nilai simpangan agregatif (SA) dan rataan persentase simpangan (SR). Perhitungan nilai SA dan SR didasarkan pada rumus Bruce (dalam Husch, 1963), yaitu dalam bentuk: ⎧⎪ (∑Vd − ∑Va )⎫⎪ SA = ⎨ ⎬ x100% Vd ⎪⎩ ⎪⎭ ∑ ⎧ (VId − Va ) ⎫ ∑ ⎨⎩ Vd ⎬⎭ x100% SR = N
...................................
(5)
...................................
(6)
dimana: Vd : volume pohon dugaan (berdasarkan persamaan), Va : volume pohon aktual (berdasarkan data), N : jumlah data pohon contoh. Chapman dan Meyer (1949), Spurr (1952), serta Husch (1963) menyatakan bahwa persamaan yang akan digunakan untuk menduga volume pohon sebaiknya mempunyai SA tidak melebihi 1%. Selanjutnya Spurr (1952) menyatakan pula bahwa model pendugaan volume pohon yang baik biasanya mempunyai SR kurang dari 10%.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sebaran Data
Pohon contoh yang terpilih berjumlah 50 pohon yang terbagi menjadi 1116 seksi batang. Sebaran diameter setinggi dada (dbh) pohon-pohon contoh berkisar antara 22,5 - 119,5 cm dan sebaran tinggi pohon bebas cabang berkisar antara 16,8 - 34,6 m. Secara keseluruhan, gambaran sebaran jumlah pohon contoh berdasarkan kelas dbh dan kelas tinggi bebas cabang disajikan pada Tabel 1.
6
Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 637 (2003): 11-24
Tabel (Table) 1. Sebaran pohon contoh berdasarkan diameter setinggi dada dan tinggi bebas cabang (Distribution of sample trees based on diameter at breast height and height of clear bole) Dbh (cm)
Tinggi bebas cabang (height of clear bole) - m 15 - 17,9
20 - 29,9 30 - 39,9 40 - 49,9 50 - 59,9 60 - 69,9 70 - 79,9 80 - 89,9 90 - 99,9 > 110
2
Jumlah (Total)
2
18 - 20,9
4 1 1
6
21 - 23,9
24 - 26,9
1 4 4 1
1 3 3 2 6
10
15
27 - 29,9
1 3 3 1 2 2 12
30 - 32,9
33 - 35,9
2
1 1 4
1 1
Jumlah (Total) 7 6 8 10 5 7 2 3 2 50
B. Kurva Taper
Berdasarkan plotting data antara nilai rata-rata diameter pohon relatif (d/D) dan nilai rata-rata tinggi batang relatif (h/H), diperoleh gambaran kurva taper untuk jenis pohon Matoa seperti yang terlihat pada Gambar 1. Dari gambar 1 terlihat bahwa secara visual kurva taper pohon jenis Matoa cenderung berbentuk kuadratik. Namun demikian, untuk mendapatkan kepastian mengenai bentuk persamaan taper yang tepat perlu dilakukan pengujian terhadap beberapa model persaman, yaitu: (d/D) = f (h/H) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (d/D) = f (h/H)2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (d/D) = f {(h/H), (h/H)2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (d/D)2 = f {(h/H), (h/H)2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . dimana: d D h H
: : : :
diameter ujung batang dengan kulit atau tanpa kulit (cm) diameter setinggi dada (cm) tinggi dari atas tanah sampai diameter ujung d (m) tinggi pohon bebas cabang (m).
7
(7) (8) (9) (10)
Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 637 (2003): 11-24
1.0 0.9 0.8 0.7
d/D
0.6 0.5 0.4
dob/D
0.3
dib/D
0.2 0.1 0.0 0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
h/H
Keterangan (Remarks): dob = diameter dengan kulit (diameter outside bark) dib = diameter tanpa kulit (diameter inside bark)
Gambar (Figure) 1. Kurva taper jenis Matoa berdasarkan plotting data antara nilai ratarata d/D dan h/H pohon contoh (Taper curve of Matoa based on data plotting between mean of d/D and h/H of sample trees) C. Persamaan Taper
Beberapa bentuk persamaan taper jenis Matoa (dengan dan tanpa kulit) yang diuji dalam penelitian ini - dimana diameter relatif sebagai peubah tak bebas dan tinggi relatif sebagai peubah bebas - disajikan pada Tabel 2. Hasil pengujian dari bentukbentuk persamaan tersebut yang ditunjukkan oleh oleh nilai-nilai R2, Se, Pvalue, dan Fhitung juga disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan hasil pengujian seperti yang tercantum pada Tabel 2 terlihat jelas bahwa nilai koefisien determinasi (R2) untuk semua bentuk persamaan cukup tinggi sehingga keragaman peubah tak bebasnya (d/D) dapat diterangkan oleh peubah bebasnya (h/H). Begitu pula dengan Pvalue dari semua persamaan bernilai 0,000 (kurang dari 1%), sehingga bentuk-bentuk persamaan tersebut cukup dapat diandalkan.
Tabel (Table) 2. Bentuk-bentuk persamaan taper (The taper equations)
8
Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 637 (2003): 11-24
Persamaan taper (Taper equations)
R2 (%)
Se
Pvalue
Fhitung
73,8
0,05769
0,000
3271,84
69,3
0,06240
0,000
2627,14
73,8
0,05766
0,000
1638,68
75,3
0,09023
0,000
1774,83
73,6
0,05779
0,000
3243,33
69,1
0,06248
0,000
2606,06
73,6
0,05776
0,000
1624,49
75,1
0,08848
0,000
1752,51
(calc..)
dengan kulit (outside bark) d/D = 1,00733 - 0,35525 h/H d/D = 0,92795 - 0,30794 (h/H)
2
d/D = 1,01557 - 0,39552 h/H + 0,03694 (h/H)
2
2
(d/D) = 1,03455 - 0,79901 h/H + 0,20406 (h/H)
2
tanpa kulit (inside bark) d/D = 0,98776 - 0,35430 h/H d/D = 0,90859 - 0,30709 (h/H)
2
d/D = 0,99611 - 0,39506 h/H + 0,03739 (h/H)
2
2
(d/D) = 0,99538 - 0,78223 h/H + 0,20230 (h/H)
2
Dari hasil analisis ragam (ANOVA) diperoleh bahwa nilai Fhitung dari semua persamaan lebih besar dari Ftabel pada taraf nyata 1%, yang berarti bahwa peubahpeubah bebas yang digunakan berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebasnya. Dengan demikian, persamaan-persamaan tersebut dapat digunakan secara statistik untuk menduga volume batang Matoa, baik dengan kulit maupun tanpa kulit. D. Persamaan Penduga Volume
Berdasarkan asumsi bahwa pohon merupakan benda putar sempurna (jari-jari tegak lurus sumbu-x dan panjang batang tegak lurus sumbu-y), maka persamaan taper yang diperoleh jika diintegralkan akan menghasilkan persamaan penduga volume batang seperti disajikan pada Tabel 3. Data volume dugaan yang diperoleh melalui integrasi persamaan taper selanjutnya dibandingkan dengan data volume aktual untuk mengukur besarnya simpangan agregatif (SA) dan rataan persentase simpangan (SR). Hasil perhitungan nilai SA dan SR untuk menguji tingkat keakuratan dan ketelitian hasil persamaan penduga volume yang diperoleh juga disajikan dalam Tabel 3.
9
Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 637 (2003): 11-24
Tabel (Table) 3. Persamaan-persamaan penduga volume (The equations of volume estimate) SA (%)
SR (%)
V = ¼ π D H (1,01471 h/H - 0,35786 (h/H) + 0,04207 (h/H) ) [h2 – h1]
1,8
9,3
V = ¼ π D H (0,86109 h/H - 0,19050 (h/H) + 0,01897 (h/H) ) [h2 – h1]
1,4
9,2
V = ¼ π D H (1,03138 h/H - 0,40168 (h/H) + 0,07716 (h/H) ) -
1,9
9,3
1,2
9,1
V = ¼ π D H (0,97567 h/H - 0,34996 (h/H) + 0,04184 (h/H) ) [h2 – h1]
2,5
9,4
V = ¼ π D H (0,82554 h/H - 0,18601 (h/H) + 0,01886 (h/H) ) [h2 – h1]
2,1
9,3
V = ¼ π D H (0,99224 h/H - 0,39352 (h/H) + 0,07685 (h/H) ) -
2,6
9,4
1,9
9,2
Persamaan volume (Volume equations) dengan kulit (outside bark) 2
2
2
3
3
5
2
2
4
3
5
0,00730 (h/H) + 0,00027 (h/H) [h2 – h1] V = ¼ π D H (1,03455 h/H - 0,39950 (h/H) + 0,06802 (h/H) ) [h2 – h1] 2
2
3
tanpa kulit (inside bark) 2
2
2
3
3
5
2
2
4
3
5
0,00738 (h/H) + 0,00028 (h/H) [h2 – h1] V = ¼ π D H (0,99538 h/H - 0,39112 (h/H) + 0,06743 (h/H) ) [h2 – h1] 2
2
3
Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian nilai-nilai SA dan SR terlihat bahwa keempat model persamaan penduga volume batang matoa yang diuji memiliki nilai SR kurang dari 10%. Akan tetapi nilai SA yang dihasilkan oleh keempat persamaan tersebut lebih dari 1%. Mengacu pada kriteria keakuratan persamaan penduga volume yang disarankan pada uraian sebelumnya, yaitu besarnya nilai SR tidak lebih dari 10% dan SA tidak lebih dari 1%, maka dilihat dari nilai SR-nya keempat persamaan tersebut sudah memenuhi kriteria keakuratan, tetapi berbeda halnya apabila dilihat dari nilai SA-nya. Nilai-nilai SA yang cukup besar kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan kecenderungan arah (trend) antara nilai aktual dengan nilai dugaan dalam perhitungan nilai SA, yaitu kemungkinan nilai aktual yang semakin besar sedangkan nilai dugaannya yang semakin kecil atau sebaliknya. Meskipun demikian, nilai SA yang relatif kurang baik tersebut kiranya dapat tertutupi oleh nilai SR dari persamaan tersebut. Hal ini dikarenakan nilai SR lebih mencerminkan tingkat keakuratan dan ketelitian suatu model dibandingkan
10
Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 637 (2003): 11-24
dengan nilai SA-nya. Dalam hal ini nilai SR lebih mencerminkan besarnya simpangan dugaan tiap data (individu pohon), sedangkan SA lebih mencerminkan simpangan dugaan total atau kelompok data (volume pohon dalam suatu areal). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dipilih model persamaan penduga volume pohon matoa (dengan atau tanpa kulit) yang lebih baik, yaitu persamaan yang memiliki tingkat kakuratan dan ketelitian paling tinggi. Hal ini dicerminkan dari nilai SA dan SR yang paling kecil. E. Penyusunan Tabel Volume
Persamaan taper yang terpilih sebagai dasar penyusunan tabel volume pohon matoa yaitu bentuk persamaan keempat dengan nilai R2 yang paling tinggi dibandingkan dengan persamaan lainnya, yaitu: -
Dengan kulit: (d/D)2 = 1,03455 - 0,79901 h/H + 0,20406 (h/H)2 Tanpa kulit: (d/D)2 = 0,99538 - 0,78223 h/H + 0,20230 (h/H)2
R2 = 75,3% R2 = 75,1%
Sedangkan bentuk persamaan penduga volume yang dibentuk berdasarkan integrasi persamaan taper terpilih tersebut adalah: -
Dengan kulit: V = ¼ π D2 H (1,03455 h/H - 0,39950 (h/H)2 + 0,06802 (h/H)3) [h2 – h1] (SA = 1,2% dan SR = 9,1%)
-
Tanpa kulit: V = ¼ π D2 H (0,99538 h/H - 0,39112 (h/H)2 + 0,06743 (h/H)3) [h2 – h1] (SA = 1,9% dan SR = 9,2%)
Dari persamaan penduga volume yang terpilih tersebut selanjutnya dilakukan penyusunan tabel volume pohon pada berbagai ketinggian tertentu dari permukaan tanah. Contoh tabel volume yang tersusun seperti disajikan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Contoh tabel tersebut, dapat digunakan untuk menduga nilai diameter dan volume per pohon pada ketinggian tertentu, yaitu dengan cara memasukkan nilai-nilai dbh, tinggi pohon bebas cabang dan tinggi batang dari atas tanah yang diinginkan. Kelebihan penggunaan tabel volume berdasarkan integrasi persamaan taper ini adalah, selain nilai dugaannya yang cukup akurat juga dapat digunakan untuk mengetahui nilai volume dan diameter batang pada berbagai ketinggian yang diinginkan. Dengan
11
Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 637 (2003): 11-24
demikian, tabel ini sangat penting untuk perencanaan produksi sampai pada sortimensortimen yang lebih rinci dari jenis matoa, khususnya di lokasi yang bersangkutan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1. Hasil ploting data dan pengujian beberapa bentuk persamaan regresi, menunjukkan bahwa bentuk taper pohon matoa (Pometia pinnata Forst.) cenderung mengikuti bentuk kuadratik. 2. Bentuk persamaan taper matoa yang terpilih adalah: - dengan kulit: : (d/D)2 = 1,03455 - 0,79901 h/H + 0,20406 (h/H)2 - tanpa kulit: (d/D)2 = 0,99538 - 0,78223 h/H + 0,20230 (h/H)2 masing-masing dengan nilai koefisien determinasi sebesar 75,3% dan 75,1%. 3. Persamaan penduga volume batang matoa yang diperoleh dari integrasi persamaan taper adalah: - dengan kulit: V = ¼ π D2 H (1,03455 h/H - 0,39950 (h/H)2 + 0,06802 (h/H)3) [h2 – h1] dengan nilai SA sebesar 1,2% dan SR sebesar 9,1%. - tanpa kulit: V = ¼ π D2 H (0,99538 h/H - 0,39112 (h/H)2 + 0,06743 (h/H)3) [h2 – h1] dengan nilai SA sebesar 1,9% dan SR sebesar 9,2%. 4. Model integrasi persamaan taper ini dapat digunakan untuk menduga diameter ujung batang dan volume tiap panjang batang atau pada berbagai ketinggian dari atas tanah yang diinginkan. B. Saran
Untuk dapat memberikan informasi yang lebih terinci dan akurat mengenai dugaan volume batang pohon pada berbagai limit diameter yang diinginkan atau dugaan volume batang pohon pada berbagai ketinggian dari permukaan tanah, maka perlu dilengkapi dengan tabel volume pohon yang penyusunannya didasarkan pada persamaan taper.
12
Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 637 (2003): 11-24
DAFTAR PUSTAKA Bruce, D., R. Ocurtis and C. Vancuvering. 1968. Development of a system of taper and volume tables for Red Alder. Forest. Sci. 14 (3): 339-350. Byrne, J. C. and D.D. Reed. 1986. Complex compatible taper and volume estimation systems for red and loblolly pine. Forest. Sci. 32: 423-441. Chapman, H.H. and W.H. Meyer. 1949. Forest Mensuration. Mc Graw-Hill Book Company, Inc. New York. Demaerschalk, J. P. 1972. Converting volume equation to compatible taper equations. Forest. Sci. 18 (3): 241-246. Eadkeo, K. and S.P.N. Ayudhya. 1983. A Volume estimation procedure for tropical tree species. Proceedings of Biotrop Symposium Pengelolaan Hutan Pinus. Kerjasama Pusat Litbang Hasil Hutan dan Perum Perhutani. Jakarta. Goulding, C. J and J.C. Murray. 1975. Polynomial taper equations that are compatible with tree volume equations. New Zealand Journal of Forest. Sci. 5 (3): 313-322. Husch, B. 1963. Forest Mensuration and Statistics. The Ronald Press Company. New York. Laasasenaho, J. 1982. Taper curve and volume function for pine, spruce and birch. Communicationes Instituti Forestalis Fenniae no. 108. Helsinki. Loetsch, F.F., Zohrer and K.E. Haller. 1973. Forest Inventory. BLV Verasgsellschaft. Munchen. Martawijaya, A. dan I. Kartasudjana. 1977. Ciri Umum, Sifat dan Kegunaan JenisJenis Kayu Indonesia. Publikasi Khusus No. 41. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Bogor. Spurr, S.H. 1952. Forest Inventory. The Ronald Press Company. New York. Wahjono, D. 1989. Penyusunan persamaan dan pendugaan volume batang Pinus merkusii Jungh et de Vries di KPH Bandung Utara, Perum Perhutani Unit I Jabar. Tesis Fakultas Pasca Sarjana IPB, Bogor. Tidak diterbitkan.
13
Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 637 (2003): 11-24
Lampiran (Appendix) 1. Contoh tabel volume jenis Matoa dengan kulit yang disusun berdasarkan integrasi persamaan taper di Halmahera, Maluku (Sample of volume table outside bark of Matoa which is constructed based on integration of taper equation in Halmahera, Maluku) Dbh (cm) 50
52
Tinggi batang d.a.t (stem height f.a.g) 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
20
22
du 48,9 47,0 45,1 43,2 41,4 39,6 37,9 36,3 34,7 33,2
v 0,391 0,752 1,085 1,391 1,673 1,931 2,167 2,383 2,580 2,761
du 49,1 47,3 45,6 43,9 42,2 40,6 39,0 37,5 36,0 34,5 33,2
v 0,392 0,757 1,096 1,411 1,702 1,972 2,221 2,450 2,662 2,857 3,037
50,9 48,9 46,9 45,0 43,1 41,2 39,4 37,7 36,1 34,5
0,423 0,813 1,173 1,505 1,809 2,088 2,344 2,577 2,791 2,986
51,0 49,2 47,4 45,7 43,9 42,2 40,6 39,0 37,4 35,9 34,5
0,424 0,819 1,186 1,526 1,841 2,133 2,402 2,650 2,879 3,090 3,285
Tinggi pohon bebas cabang (Height of clear bole) - m 24 26 28 30 du v du v du v du v 49,2 0,393 49,4 0,394 49,5 0,395 49,6 0,396 47,6 0,762 47,9 0,766 48,1 0,769 48,3 0,772 46,0 1,106 46,4 1,114 46,7 1,122 47,0 1,128 44,5 1,428 44,9 1,442 45,4 1,454 45,7 1,465 42,9 1,728 43,5 1,749 44,0 1,768 44,5 1,785 41,4 2,007 42,1 2,037 42,7 2,064 43,2 2,087 39,9 2,267 40,7 2,307 41,4 2,342 42,0 2,372 38,5 2,508 39,4 2,559 40,1 2,603 40,8 2,642 37,1 2,733 38,1 2,794 38,9 2,848 39,6 2,896 35,7 2,941 36,8 3,014 37,7 3,078 38,5 3,135 34,4 3,134 35,5 3,219 36,5 3,294 37,4 3,361 33,2 3,313 34,3 3,411 35,3 3,497 36,3 3,574
du 49,6 48,4 47,2 46,0 44,9 43,7 42,5 41,4 40,3 39,2 38,1 37,1
v 0,397 0,774 1,133 1,475 1,799 2,107 2,399 2,676 2,938 3,186 3,421 3,644
du 49,7 48,6 47,4 46,3 45,2 44,1 43,0 41,9 40,9 39,8 38,8 37,8
v 0,397 0,776 1,138 1,483 1,812 2,125 2,423 2,707 2,976 3,232 3,475 3,706
51,2 49,5 47,9 46,2 44,6 43,1 41,5 40,0 38,6 37,2 35,8 34,5
51,6 50,4 49,1 47,9 46,6 45,4 44,2 43,1 41,9 40,8 39,7 38,6
0,429 0,837 1,226 1,595 1,946 2,279 2,595 2,894 3,178 3,447 3,701 3,941
51,7 50,5 49,3 48,2 47,0 45,9 44,7 43,6 42,5 41,4 40,4 39,3
0,430 0,840 1,231 1,604 1,960 2,299 2,621 2,928 3,219 3,496 3,759 4,008
0,425 0,824 1,196 1,544 1,869 2,171 2,452 2,713 2,956 3,181 3,390 3,583
51,3 49,8 48,3 46,7 45,3 43,8 42,4 40,9 39,6 38,2 36,9 35,7
Keterangan (remarks): Dbh = diameter setinggi dada dengan kulit (diameter at breast height outside bark) Du = diameter batang sampai ketinggian tertentu (stem diameter at certain height) V = volume batang dugaan sampai tinggi tertentu (estimated stem volume at certain height) d.a.t = dari atas tanah (f.a.g = from above ground)
14
0,427 0,828 1,205 1,560 1,892 2,204 2,495 2,768 3,022 3,260 3,482 3,689
51,4 50,0 48,6 47,2 45,8 44,4 43,1 41,7 40,5 39,2 38,0 36,8
0,427 0,832 1,213 1,573 1,913 2,232 2,533 2,815 3,080 3,330 3,563 3,782
51,5 50,2 48,9 47,5 46,2 45,0 43,7 42,5 41,2 40,0 38,9 37,7
0,428 0,835 1,220 1,585 1,930 2,257 2,566 2,857 3,132 3,391 3,636 3,866
32
34
Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 637 (2003): 11-24
Lampiran (Appendix) 2. Contoh tabel volume jenis Matoa tanpa kulit yang disusun berdasarkan integrasi persamaan taper di Halmahera, Maluku (Sample of volume table inside bark of Matoa which is constructed based on integration of taper equation in Halmahera, Maluku) Dbh (cm) 50
52
Tinggi batang d.a.t (stem height f.a.g) 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
20
22
du 47,9 46,0 44,1 42,3 40,5 38,7 37,0 35,3 33,7 32,2
v 0,376 0,722 1,042 1,335 1,604 1,850 2,074 2,280 2,467 2,638
du 48,1 46,4 44,6 42,9 41,3 39,7 38,1 36,5 35,0 33,6 32,2
v 0,377 0,728 1,053 1,354 1,633 1,890 2,127 2,345 2,546 2,731 2,901
49,9 47,9 45,9 44,0 42,1 40,2 38,5 36,7 35,1 33,5
0,406 0,781 1,127 1,444 1,734 2,000 2,244 2,466 2,668 2,853
50,0 48,2 46,4 44,7 42,9 41,2 39,6 38,0 36,4 34,9 33,5
0,408 0,787 1,139 1,465 1,766 2,044 2,301 2,537 2,754 2,954 3,138
Tinggi pohon bebas cabang (Height of clear bole) - m 24 26 28 30 du v du v du v du v 48,3 0,378 48,4 0,379 48,5 0,380 48,6 0,381 46,7 0,732 46,9 0,736 47,1 0,739 47,3 0,742 45,1 1,062 45,4 1,071 45,7 1,078 46,0 1,084 43,5 1,371 44,0 1,385 44,4 1,397 44,8 1,407 42,0 1,657 42,6 1,679 43,1 1,697 43,5 1,713 40,5 1,924 41,2 1,954 41,8 1,980 42,3 2,002 39,0 2,172 39,8 2,211 40,5 2,245 41,1 2,275 37,5 2,402 38,4 2,451 39,2 2,494 39,9 2,532 36,1 2,615 37,1 2,675 38,0 2,728 38,7 2,774 34,8 2,813 35,8 2,884 36,7 2,947 37,5 3,003 33,5 2,996 34,6 3,079 35,6 3,152 36,4 3,217 32,2 3,165 33,4 3,260 34,4 3,344 35,3 3,419
du 48,7 47,5 46,3 45,1 43,9 42,7 41,6 40,5 39,4 38,3 37,2 36,1
v 0,381 0,744 1,089 1,417 1,727 2,022 2,301 2,566 2,816 3,052 3,276 3,487
du 48,7 47,6 46,5 45,3 44,2 43,1 42,1 41,0 39,9 38,9 37,9 36,9
v 0,382 0,746 1,094 1,425 1,740 2,040 2,325 2,596 2,853 3,097 3,328 3,548
50,2 48,5 46,9 45,2 43,6 42,1 40,5 39,0 37,6 36,2 34,8 33,5
50,6 49,4 48,1 46,9 45,7 44,4 43,3 42,1 40,9 39,8 38,7 37,6
0,413 0,805 1,178 1,532 1,868 2,187 2,489 2,775 3,046 3,301 3,543 3,772
50,7 49,5 48,3 47,2 46,0 44,9 43,7 42,6 41,5 40,5 39,4 38,4
0,413 0,807 1,183 1,541 1,882 2,206 2,515 2,808 3,086 3,350 3,600 3,837
0,409 0,792 1,149 1,482 1,793 2,081 2,349 2,598 2,829 3,042 3,240 3,424
50,3 48,8 47,2 45,7 44,3 42,8 41,4 40,0 38,6 37,3 36,0 34,7
Keterangan (remarks): Dbh = diameter setinggi dada dengan kulit (diameter at breast height outside bark) Du = diameter batang sampai ketinggian tertentu (stem diameter at certain height) V = volume batang dugaan sampai tinggi tertentu (estimated stem volume at certain height) d.a.t = dari atas tanah (f.a.g = from above ground)
15
0,410 0,796 1,158 1,498 1,816 2,113 2,391 2,651 2,893 3,119 3,330 3,526
50,4 49,0 47,6 46,2 44,8 43,4 42,1 40,8 39,5 38,2 37,0 35,8
0,411 0,799 1,165 1,511 1,836 2,141 2,428 2,698 2,950 3,187 3,409 3,617
50,5 49,2 47,9 46,5 45,2 44,0 42,7 41,5 40,2 39,0 37,9 36,7
0,412 0,802 1,172 1,522 1,853 2,165 2,460 2,739 3,001 3,248 3,480 3,699
32
34