PENGGUNAAN BATU KARANG, TANAH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT DALAM PEMBUATAN BETON K-175 UNTUK BANGUNAN SEDERHANA Mekar Ria Pangaribuan1, Narlis Nasir 1
2
Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Ratu Samban / Arga Makmur Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Prof. Dr. Hazairin, S.H/ Kota Bengkulu Alamat Korespondensi : Jalan Jenderal Sudirman No 87 Arga Makmur E-mail: 1)
[email protected]
Abstrak Material pembentuk beton K.175 pada penelitian ini adalah menggunakan material dari potensi Pulau Enggano salah satu pulau terluar di Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Pada penelitian ditahun pertama, setelah dilakukan try and error didapatkanlah proporsi/komposisi bahan untuk 1m3 beton yaitu kebutuhan: Semen: 303,57 kg, Air : 170 liter, Agregat halus/ tanah Enggano: 707,14 kg, dan Agregat kasar/ split karang 2/3 : 2,85 kg. Adapun tujuan penelitian ditahun kedua ini adalah: 1) Membuat aplikasi penggunaan desain beton yang didapatkan di tahun pertama dengan menggunakan bahan batu karang sebagai agregat kasar, tanah sebagai bahan agregat halus dan air di Enggano dengan mutu beton K175, dalam bentuk tugu beton di Dermaga Laut Pulau Enggano. Hasil penelitian adalah desain tugu beton dengan tinggi 300 cm lebar 160 cm, dan melakukan pengamatan bagaimana kekuatan terhadap daya retak, cuaca yang ekstrim di Pulau Enggano dan tingkat kekroposan betonnya. Hasil perhitungan kotak kubikasi mutu K.175 dengan material potensi setempat, didapatkan ukuran berat dan volume dari material adalah a) semen 1 zak = 40 dm 3, b) 28 kg air = 0,028 m3, c) 116,47 kg pasir = 0,0865 m30,0865 m3 dan 142,35 kg split 2/3 batu karang = 0,169 m3, dengan asumsi dilapangan adalah 1 ember berisi 28 liter air, 1 zak semen, 2 kotak pasir ukuran lebar atas 45 cm, lebar bawah 45 cm, tebal kotak 30 cm, dengan tinggi 30,35 cm, dan 3 kotak split batu karang 2/3 ukuran lebar atas 45 cm, lebar bawah 45 cm, tebal kotak 30 cm, dengan tinggi 39,53 cm. Perawatan beton yang perlu dilakukan adalah sebaiknya pasir/tanah yang dipergunakan dipesan sebulan/dua bulan sebelum pembangunan, untuk menghilangkan kadar garam yang dikandungnya, besi dan semen dipesan lewat kapal laut jauh sebelum pembangunan dimulai, dan dilakukan perhitungan kebutuhan material yang tepat, karena sangat sulit untuk memastikan supply bahan ada di Pulau Enggano. Untuk semen sebaiknya dipergunakan tipe I, untuk menghindari semen menjadi bongkahan, dikarenakan cuaca di Pulau Enggano sangat ekstrim, dan angin laut yang sangat kencang, serta untuk air gunakan air sumur, jangan air hujan. Kata Kunci: Pulau Enggano, split karang 2/3, tugu beton, dan kotak adukan. 1. PENDAHULUAN Pada penelitian ditahun pertama melalui pembuatan kubus beton yang diuji dengan kuat tekan beton K-175, setelah dilakukan try and error dengan menggunakan material tanah, dan split karang 2/3, air yang semua berasal dari Pulau Enggano dan perekat semen tiga roda, maka didapatkanlah proporsi/komposisi bahan untuk 1m3 beton yaitu kebutuhan: Semen: 303,57 kg, Air: 170 liter, Agregat halus/ tanah Enggano: 707,14 kg, dan Agregat kasar/ split karang 2/3 : 2,85 kg. Setelah dilakukan pengujian kuat tekan beton terhadap kubus yang telah dibuat sesuai proporsi/komposisi diatas, dengan umur 7, 14 dan 28 hari didapatkanlah kekuatan beton (Benda Uji 1 untuk T.28 hari:
416
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
290,073 kg/cm2, Benda Uji 2 untuk T.28 hari: 203,17 kg/cm 2, Benda Uji 3 untuk T.28 hari: 177,773 kg/cm2) yang diinginkan yaitu K.175. Dengan komposisi yang telah ada, akan dilanjutkan penelitian ditahun kedua guna aplikasi beton yang terbuat dalam bentuk pembangunan gapura selamat datang di Dermaga Laut Pulau Enggano. Penelitian juga akan menggunakan material lain yang ada di Pulau Enggano seperti batu kapur sebagai pengganti semen dan adanya bambu sebagai pengganti tulangan. Juga akan dilakukan perhitungan analisa manajemen supply chain sehingga diketahui dengan pasti berapa kesanggupan Pulau Enggano untuk mensuplai dirinya dalam bentuk pembangunan dengan menggunakan material yang dimilikinya. Pulau Enggano memiliki batu karang yang cukup banyak dan tanah yang mengandung batu karang, apakah material tersebut dapat digunakan sebagai pengganti agregat kasar dan agregat halus dalam bahan pembentuk beton. Hal ini tentunya harus dilakukan di analisis penelitian tentang bahan bangunan dan beton, sehingga masyarakat Enggano bisa melaksankan pembangunan dnegan biaya yang sehemat mungkin. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1) Membuat aplikasi penggunaan desain beton yang didapatkan di tahun pertama dengan menggunakan bahan batu karang sebagai agregat kasar, tanah sebagai bahan agregat halus dan air di Enggano dengan mutu beton K-175, dalam bentuk tugu selamat datang di Pulau Enggano, dan 2) Melakukan supply chain kebutuhan pelaksanaan pembangunan di Pulau Enggano dan kemampuan Pulau Enggano mensuplai dirinya untuk melakukan pembangunan secara terus menerus. Beton pada umumnya di gunakan untuk konstruksi rumah, gedung, jembatan, jalan, dan lainlain. Karakteristik beton yang beredar, memiliki densitas sebesar 2,0-2,5 gr/Cm , dan kuat tekan 350 Mpa. Beton ini tergolong beton cukup berat untuk satu panel berukuran 240 X 60 X 6 Cm, dengan bobot sekitar 100-125 Kg. Oleh karena itu untuk mengangkat ataupun instalasi memerlukan tenaga lebih dari satu orang atau alat berat sebagai media pembantu. Beton dengan perekat semen di samping berat, mempunyai kelemahan seperti pengerasan cukup lama, tidak tahan terhadap lumut atau kelembaban tinggi dan menyebabkan beton cepat rapuh. Menurut SNI 03-1974-1990, kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilka oleh kuat tekan beton. Kuat tekan beton karateristik adalah kuat tekan beton hancur pada umur 28 hari, dimana dari sejumlah besar hasil pemeriksaan kuat tekan, kemungkinan adanya kekuatan yang disyatarkan (f’c) adalah kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencanaan struktur (benda uji silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm) dipakai dalam percobaan struktur beton, dinyatakan dalam kg/cm3. Kualitas beton dinyatakan oleh tiga faktor yaitu pengerjaan (workability), kekuatan (strenght), dan ketahanan (durability). Kuat tekan beton merupakan besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan benda uji hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu dengan menggunakan mesin kuat tekan beton. Secara umum komposisi beton terdiri atas : a) Agregat Kasar + agregat halus ( 60%-80% ), b) Semen ( 7%-15% ), c) Air ( 14 %- 21 % ), dan d) Udara ( 1%-8% ). Beton terbuat dari perpaduan dari 3 macam bahan penyusun pokok ditambah dengan air (sebagai pelincir dan pengaktif daya ikat semen) yang biasa disebut dengan material dalam pelaksanaan pembangunan. Dalam dunia proyek konstruksi, rantai pasok dapat diartikan sebagai suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan hubungan dari organisasi-organisasi atau perusahaan-perusahaan dalam kaitannya terhadap perubahan suatu material dasar, barang atau jasa menjadi sebuah barang jadi berupa bangunan konstruksi seperti gedung, jalan, jembatan dan lainnya bagi pelanggan. (Sumber : Taylor and Bjornsson, 1999). Ada sebuah konsep dalam manajemen rantai pasokan yang dinamakan supplier partnership atau strategic alliance atau sering disebut dengan kemitraan. Adapun pelaku dalam industri pada umumnya meliputi supplier yang dapat terdiri dari pemasok bahan baku, atau pemasok komponen dan suku cadangnya, atau pemasok barang setengah jadi (subassembly supplier), produsen produk dan jasa, distributor dan diakhiri dengan konsumen akhir (end consumen). Setiap pelaku-pelaku tersebut dihubungkan pada sebuah rantai kerjasama dalam mendukung aktivitas industri, sehingga
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
417
menghasilkan sebuah produk atau jasa yang dapat dinikmati konsumen akhir. Rantai aktivitas tersebut di namakan rantai pasokan.
2. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu penelitian untuk mendapatkan data-data akurat yang dilakukan di laboratorium melalui suatu percobaan atau eksperimen dengan menggunakan sampel yang diuji untuk diolah dan mendapatkan suatu rumus atau teori yang baru. Desain penelitian lanjutan ini adalah bagaimana perhitungan dan bagaimana mensupply kebutuhan semen, tanah/pasir Enggano, split karang 2/3, air Enggano dan semen, untuk dapat menghasilkan beton dengan kekuatan K-175 kg/cm2. Rancangan penelitian meliputi: tempat dan waktu penelitian di Pulau Enggano sebagai tempat dibuatnya tugu beton hasil penelitian tahun pertama. Bahan penelitian adalah terdiri dari besi diameter 12 mm (5 batang), besi diameter 8 mm (4 batang), kawat beton (5 kg), tanah/pasir (6 m3), batu karang (3 m3), semen portland (25 saz), multiplek 9 mm (2 lbr), kayu kelas III (1 m3), paku (10 kg), dan cat tembok (10 kg). Kemudain melakukan pembuatan tugu beton dengan menggunakan bahan konstruksi batu karang, tanah/pasir, dan air dari Enggano yang sudah diteliti di tahun sebelumnya. Pengamatan yang di Lakukan: a) Mengadakan observasi lapangan bagaimanakah potensi daerah seperti karang, tanah/pasir, dan air yang dimiliki Pulau Enggano, b) Melakukan pembangunan tugu beton dengan desain beton hasil penelitian di tahun pertama menggunakan material setempat, dan c) Analisa manajemen pembangunan di Pulau Enggano dengan metode Supply Chain sehingga didapatkan bagaimanakah potensi Pulau Enggano untuk pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Teknik analisis data yang dilakukan adalah setelah mendapatkan hasil pengujian laboratorium untuk agregat kasar (split karang 2/3), agregat halus (tanah/pasir Pulau Enggano), perencanaan campuran beton (mix desaign), Melakukan desain tugu beton sebagai aplikasi beton yang telah di buat di tahun pertama dengan lokasi di Pulau Enggano menggunakan material setempat kemudian melakukan perhitungan pembuatan kotak beton sebagai perbandingan komposisi material untuk kebutuhan beton per m 3nya, melakukan analisa manajemen pembangunan di Pulau Enggano dengan metode Supply Chain. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Umum Penelitian Pulau Enggano adalah salah satu pulau terluar di Indonesia, secara administratif berada di Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu. Pulau terletak di zona perairan Samudra Hindia pada posisi antara 102,050 BT dan 5,170 sampai 5,310 LS. Sebagai sebuah kecamatan tersendiri, Enggano secara administratif terdiri dari 3 pulau kecil yaitu: Pulau Dua, Pulau Bangkai, dan Pulau Merbau. Kecamatan Enggano terbagi dalam 6 Desa yaitu Desa Kahyapu, Desa Kaana, Desa Malakoni, Desa Apoho, Desa Meok, dan Desa Banjar Sari. Adapun jumlah penduduk di pulau ini sekitar 3.008 jiwa (tahun 2015), yang tersebar di 6 desa tersebut. Pulau Enggano merupakan pulau terluar Indonesia yang berada di pesisir Bengkulu dan langsung menghadap Samudera Hindia. Secara administratif, pulau seluas 400,6 kilometer 2 ini berada di Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu. Mungkin sebagian orang tak mengetahui dimana letak pulau Enggano. Pulau Enggano merupakan salah satu dari 31 pulau terluar yang dimiliki oleh Indonesia dan berhadapan langsung dengan samudera hindia serta berbatasan langsung dengan India. Dengan luasan datar yakni 39.568,74 Ha dan panjang garis pantai yaitu 126,71 Km. Pulau Enggano memiliki enam suku yakni Kaitora, Kahrubi, Karuba, Kauno, Kahwa dan Kamay. Kamay merupakan penghargaan untuk suku pendatang. Dan suku kaamay paling banyak terdapat di Desa Banjarsari.
418
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Pasir Enggano merupakan pasir pantai yang tersebar sepanjang Pulau dengan warna kuning seperti warna tanah, dari enam desa di Pulau Enggano ijin untuk pengambilan pasir sangat ketat, khususnya di dekat lokasi dua dermaga yaitu Desa Kayapuh dan Desa Malakoni, sangat dilarang keras untuk diambil. Ijin untuk pengelolaan tambang pasir di Desa Kana yang diambil dari lahan pribadi. Asumsi jika hanya untuk kebutuhan pasir sekitar 12 M 3 untuk satu rumah masyarakat di Pulau Enggano, volume tersebut masih bisa terpenuhi. Begitu juga karang, yang terhampar luas disepanjang pantai Enggano, terbawa arus ombak, membentuk timbunan disepanjang pantai, masih dapat mencukupi keperluan bahan bangunan di Pulau Enggano, karena di Pulau Enggano tidak tersedia batu pecah/split. Setelah dilakukan try dan error dengan menggunakan material tanah, dan split karang 2/3, air yang semua berasal dari Pulau Enggano dan perekat semen tiga roda, maka didapatkanlah proporsi/komposisi bahan untuk 1m3 beton yaitu kebutuhan: a) Semen : 303,57 kg, b) Air: 170 liter, c) Agregat halus/ tanah Enggano: 707,14 kg, dan d) Agregat kasar/ split karang 2/3 : 2,85 kg. Sedangkan untuk pembuatan kubus beton didapakan 9 buah kubus ukuran (15 x 15 x 15 )cm, dengan kebutuhan material sebagai berikut: - Volume kubus = (0,15 x 0,15 x 0,15) = 0,0304 m3 - Semen = 0,0304 x 303,57 = 9,220 kg - Air = 0,0304 x 170 = 5,168 liter - Pasir = 0,0304 x 707,14 = 21,497 kg - Karang = 0,0304 x 864,28 = 26,274 kg Setelah dilakukan pengujian kuat tekan beton terhadap kubus yang telah dibuat, dengan umur 7, 14 dan 28 hari didapatkanlah rekapitulasi kuat tekan yang dialami oleh beton uji sebagai berikut: 1) Benda Uji 1 untuk T.28 hari : 290,073 kg/cm2, 2) Benda Uji 2 untuk T.28 hari: 203,17 kg/cm2, dan c) Benda Uji 3 untuk T.28 hari: 177,773 kg/cm 2. Aplikasi dari desain diatas dibuatlah desain tugu beton dengann 28 liter air, semen tiga roda 1 saz, kebutuhan volume pasir 0,04325 M3, tinggi adukan pasir adalah 30,35 cm, volume batu karang 0,056 M3, dan tinggi kotak adukan batu karang= 39,53 cm. Kebutuhan besi yang diperlukan adalah 4 batang besi Ø 12 cm. Perhitungan pelat besi adalah 10 potong besi Ø 8 cm dan 5 batang Ø 8 cm. Untuk tapak tutup atas, kebutuhan besi adalah 1,6 batang besi, sedangkan untuk tapak tutup bawah dibutuhkan 2 batang besi. Desain tersebut diaplikasikan dalam bentuk pembangunan tugu Pulau Enggano yang dibuat seperti tiang kapal, dengan tinggi 300 cm, dan lebar 160 cm. Kegiatan ini dapat dilanjutkan untuk membuktikan bahwa tugu yang terbangun, struktur betonnya jika diletakan di Pulau Enggano bagaimana kekuatan terhadap daya retak, cuaca yang ekstrim di Pulau Enggano dan tingkat kekroposan betonnya.
Gambar 1. Rumah Adat Enggano
Gambar 2. Tugu Beton Hasil Penelitian
5.2. Kolom Beton Rumah Masyarakat Yang Keropos Penduduk Desa Kahyapu Di Pulau Enggano bukan merupakan masyarakat asli lagi, mereka merupakan keturunan dari transmigrasi yang berasal dari daerah Jawa Barat, atau Suku Sunda, Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
419
hanya dikarenakan kurang adanya adaptasi dengan kampung halaman, hampir semua keturunan tidak mengenal lagi bahasa Sunda, keseharian mereka menggunakan Bahasa Indonesia, dan tidak pernah mengunjungi kampung halamannya. Untuk pembangunan rumah, selama ini masyarakat menggunakan kayu sebagai bahan utama. Tetapi setelah ada peraturan dari pemerintah, untuk meminimalisir penggunaan kayu demi mempertahankan konservasi lahan, maka masyarakat mulai menggunakan campuran beton dari karang, pasir, air di Pulau Enggano, dengan mendatangkan semen dan besi dari Kota Bengkulu. Pencampuran komposisi perbandingan adukan yang kurang tepat, menyebabkan adanya kekroposan pada pekerjaan beron yang dapat dilihat pada gambar 3, untuk bahan bangunan bata dapat dibuat sendiri dengan menggunakan tanah liat dicampur tanah kapur yang dijemur tanpa adanya proses pembakaran. Kekroposan terjadi bisa disebabkan oleh kurangnya penggunaan semen, karena didatangkan dari Kota Bengkulu dengan menggunakan kapal 10 jam, tentunya harga material seperti semen dan besi sangat mahal, belum lagi faktor kadar asam dari air laut membuat besi mudah berkarat (korosi) serta dapat mengurangi kekuatan yang ada pada beton. Adapun hal-hal yang dapat diperhatikan pada pembuatan beton pada rumah masyarakat adalah sebagai berikut: 1. Sebaiknya pasir/tanah yang akan dipergunakan dipesan sebulan/dua bulan sebelum pembangunan, untuk menghilangkan kadar garam yang dikandungnya. 2. Sebaiknya pasir/tanah yang akan dipergunakan dipesan sebulan/dua bulan sebelum pembangunan, untuk menghilangkan kadar garam yang dikandungnya. Gambar 3. Korosi pada Kolom Rumah 3. Batu karang untuk pondasi dipergunakan yang berukuran besar-besar, dan sebaiknya di ambil, dijemur disinar matahari sebulan/ dua bulan sebelum dipergunakan, dan untuk corcoran pada kolom beton, dapat dipergunakan karang jari, di daerah Desa kahyapu terkenal dengan nama koral, dan juga sebaiknya dipecahkan menjadi split karang 2/3, dicuci terlebih dahulu, dan dijemur sebulan hingga kadar air laut berkurang. 4. Besi dan semen yang dipergunakan dipesan lewat kapal laut jauh sebelum pembangunan dimulai, dan benar-benar dilakukan perhitungan kebutuhan material, karena sangat sulit untuk memastikan kapal berangkat yang bergantung dengan cuaca. Perlu juga diperhatikan pemakaian semen yang tipe I yang dipilih, untuk menghindari semen menjadi bongkahan, dikarenakan cuaca di Pulau Enggano sangat ekstrim, dan angin laut yang sangat kencang. 5. Untuk air gunakan air sumur, jangan air hujan. Air sumur di Pulau Enggano sudah dibawa ke Laboratorium Kesehatan Provinsi Bengkulu dan layak untuk minum serta untuk digunakan sebagai pelarut pada semen dengan kadar asam yang dibawah ambang batas yang diizinkan. 5.3. Pengelolaan Jaringan Rantai Pasok (Supply Chain Management) di Pulau Enggano 4. KESIMPULAN 1. Pelaksanaan beton di lapangan dengan mutu K.175 yang menggunakan material potensi setempat, yaitu ukuran berat dan volume dari material adalah a) semen 1 zak = 40 dm3, b) 28 kg air = 0,028 m3, c) 116,47 kg pasir = 0,0865 m3 dan 142,35 kg split 2/3 batu karang = 0,169 m3.
420
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
2. Ukuran yang didapatkan diatas, diasumsikan dilapangan adalah 1 ember berisi 28 liter air, 1 zak semen, 2 kotak pasir ukuran lebar atas 45 cm, lebar bawah 45 cm, tebal kotak 30 cm, dengan tinggi 30,35 cm, dan 3 kotak split batu karang 2/3 ukuran lebar atas 45 cm, lebar bawah 45 cm, tebal kotak 30 cm, dengan tinggi 39,53 cm. 3. Sebaiknya pasir/tanah yang akan dipergunakan dipesan sebulan/dua bulan sebelum pembangunan, untuk menghilangkan kandungan kadar garam yang menjadi penyebab korosi. 4. Batu karang untuk pondasi dipergunakan yang berukuran besar, dan sebaiknya di pesan jauh sebelum pembangunan, terlebih dahulu dijemur disinar matahari sebulan/ dua bulan sebelum dipergunakan, dan untuk adukan pada kolom beton, digunakan karang jari, di daerah Desa Kahyapu disebut dengan nama koral, dan juga sebaiknya dipecahkan menjadi split karang 2/3, dicuci terlebih dahulu, dan dijemur hingga kadar air laut berkurang. DAFTAR PUSTAKA [1]
[2] [3] [4]
[5]
[6] [7]
[8]
[9]
[10]
[11] [12]
[13]
Anonim. Syarat mutu agregat untuk beton. http://www.umpalangkaraya.ac.id/dosen/anwarmuda/wpcontent/uploads/2015/05/Syarat-Mutu-agregat-untuk-beton.pdf Dipohusodo, Istimawan. 1996. Struktur Beton Bertulang. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. HR. Sinaga, 2002. Teknologi Beton. Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi Bandung, Bandung. Heinz FrickCh. Koesmartadi. 1995. Ilmu Bahan Bangunan Ekploitasi, Pembuatan, Penggunaan dan Pembuangan. Cetakan ke 7. Penerbit Kansius (Anggota IKAPI), Yogyakarta I Nyoman Widana Negara1 Dan Tjokorde Gede Suwarsa Putra1. 2010. Potensi Batu Kapur Nusa Penida Sebagai Agregat Perkerasan Jalan. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. Vol. 14, No. 1, Januari 2014. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana J. Thambah Sembiring Gurki. 2010. Beton Bertulang Edisi Revisi. Cetakan ke 3. Penerbit Rekayasa Sains, Bandung Mekar Ria, Herdiansyah. 2013. Pengaruh Batu Cadas (Batu Trass) sebagai bahan pembentuk beton terhadap kuat tekan beton. Jurnal Inersia ISSN 2086-9045 yang dikelola Fakultas Teknik Prodi Teknik Sipil Unib, Volume 5 No 2 bulan Oktober 2013 Mekar Ria, Amri Jumanto. 2014. Uji Kelayakan Sumber Air Dengan Memperhatikan Fasilitas Pendukung Pada Usaha Kemasan Air Galon Sebagai Sumber Air Minum Di Rumah Tangga (Studi Kasus Di Kota Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara. Jurnal Inersia ISSN 2086-9045 yang dikelola Fakultas Teknik Prodi Teknik Sipil Unib. Volume 6 No 1 Edisi April 2014 Mekar Ria. 2010. Kajian Penyediaan Infrastruktur Pedesaan Melalui Program PNPM dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Wacana Teknologi (Jurnal Bidang Ilmu Teknologi) ISSN 2087-5401, Edisi Januari-Desember 2010, Volume 1 No 1 : 44 – 57 Mekar Ria. 2014. Uji Kelayakan Sumber Air Dengan Memperhatikan Fasilitas Pendukung Pada Usaha Kemasan Air Galon Sebagai Sumber Air Minum Di Rumah Tangga (Studi Kasus Di Kota Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara). Jurnal Inersia ISSN 20869045 , Volume 6 No 1 Edisi April 2014. Jurnal Inersia dengan Penerbit Fakultas Teknik Prodi Teknik Sipil Universitas Bengkulu. Bengkulu Murdock, LJ. 1999. Bahan dan Praktek Beton. Erlangga, Jakarta. Majid. 2001. Kajian Kuat Desak beton dengan Menggunakan Trass Alam sebagai Bahan Subsitusi Semen (Cemen Replacment). Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammdyah Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan) Nazir, Moh. 2002. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
421
[14] R. Sagel, P.Kole, Gideon Kesuma. 1993. Pedoman Pengerjaan Beton Berdasarkan SKSNI T-15-1991-03 Seri 2. Penerbit Erlangga, Jakarta [15] Reini D. Wirahadikusukamah, Susilawati. 2006. Pola Supply Chain pada Proyek Konstruksi Bangunan Gedung. Jurnal Teknik Sipil. Vol. 15 No 5 Juli 2006: 107-122. [16] Putera Kumarayasa Mudita. 2015. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Waktu Tunggu Pengadaan Material Konstruksi Pada Proyek Gedung DI Kabupaten Bandung. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar. [17] Sis Wastari. 2002. Evaluasi Mutu Beton. Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi Bandung, Bandung [18] Sis Wastari. 2002. Pengujian Beton untuk Konstruksi Bangunan. Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi Bandung, Bandung. [19] Silvy Iskandar Tjipto. 2014. Analisis Kinerja Pemasok Pada Manajemen Rantai Pasokan Perusahaan Jasa Konstruksi. Jurnal Manajemen. [20] Zainal AZ. 2009. Menghitung Anggaran Biaya Bangunan. Cetakan ke-8. Penerbit Gramedia, Jakarta [21] Zaidir, 2014. Diktat Penuntun Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi Laboratorium Material Dan Struktur Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas, Padang.
422
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
