PENGENDALIAN SUMBERDAYA IKAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PENANGKAPAN DAN PENGUMPULAN GLASS ELL (SIDAT) DI MUARA SUNGAI CIMANDIRI Oleh : Tedi Koswara, SP., MM.
I.
PENDAHULUAN Dalam Peraturan Bupati Nomor 71 Tahun 2008 pada pasal 18 ayat (3) butir (c)
dijelaskan bahwa fungsi Bidang Perikanan Tangkap pada Seksi Pengembangan Pelabuhan dan Pendaratan Ikan salah satunya adalah melakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan pelaksanaan tugas di bidang pengembangan teknologi penangkapan ikan dan pengembangan Pelabuhan dan Pendaratan Ikan, melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan tugas (butir f) , serta melaporkan hasil pelaksaan tugas (butir g). Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan Indonesia termasuk yang terbesar di dunia. Namun, potensi tersebut masih banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu diantaranya adalah potensi ikan sidat. Ikan sidat atau Anguilla sp merupakan salah satu komoditas perikanan yang belum banyak dikenal sebahagian orang. Padahal, ikan yang mirip dengan belut ini memiliki potensi luar biasa sebagai komoditas dalam negeri maupun ekspor. Saat ini, permintaan ekspor sidat terus meningkat. Harga jualnya juga mencengangkan. Ikan sidat merupakan salah satu jenis ikan yang laku di pasar internasional (Jepang, Hongkong, Belanda, Jerman, Italia dan beberapa negara lain), dengan demikian ikan ini memiliki potensi sebagai komoditas ekspor tinggi . Tidak seperti halnya di negara lain seperti Jepang dan Eropa, di Indonesia sumberdaya ikan sidat belum begitu banyak dimanfaatkan padahal ikan ini baik dalam ukuran benih maupun konsumsi jumlahnya cukup melimpah. Ikan sidat banyak ditemukan didaerah-daerah yang berbatasan langsung dengan laut dalam seperti pantai selatan jawa, pantai barat Sumatera, pantai timur Kalimantan, pantai Sulawesi, pantai kepulauan Maluku dan pantai Papua Barat.
1
II.
GAMBARAN UMUM
2.1. Kondisi Sekarang di Muara Sungai Cimandiri Potensi sumberdaya ikan sidat di Kabupaten Sukabumi cukup besar, namun pemanfaatannya belum optimal. Apabila ikan sidat telah dikenal dan dibutuhkan oleh masyarakat, maka kegiatan penangkapan ikan sidat di perairan umum akan meningkat hal itu akan mengancam kelestarian sumberdaya ikan sidat itu sendiri. Untuk mengarahkan agar kegiatan penangkapan ini tidak bersifat destruktif bahkan mengancam kelestariannya maka perlu diperkenalkan teknik penangkapan yang sederhana dan ramah lingkungan. Di samping itu juga perlu dipikirkan dari awal, upaya-upaya konservasi di lokasi-lokasi tertentu merupakan jalur ruaya reproduksi ikan sidat sehingga proses recruitment ikan tersebut tidak terganggu (foto 1)
Foto 1. Jalur ruaya reproduksi ikan Sidat di sungai Cimandiri Potensi sumberdaya ikan sidat, sebenarnya mampu memberikan manfaat yang signifikan bagi sebagian masyarakat khususnya yang berada pada daerah ruaya ikan sidat di sungaisungai atau muara sungai yang berbatasan dengan laut di Kabupaten Sukabumi melalui penciptaan lapangan usaha dan penyerapan tenaga kerja dalam kegiatan penangkapan, budidaya, pengolahan dan tataniaganya apabila diupayakan secara sungguh-sungguh dan bijaksana. Untuk itu maka perlu dilakukan upaya-upaya yang sistematis dan rasional ke arah pemanfaatannya dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian dan keberlanjutan. Namun demikian sejak tahun 2007 produksi ikan sidat hasil tangkapan di muara sungai Cimandiri sampai sekarang terus merosot tajam. Menurut Bapak Engkan, salah satu pengumpul benih sidat (glass ell) pada tahun 2008 rata-rata produksi yang di tangkap oleh nelayan di Muara Cimandiri adalah sebanyak 300-400 kg, tahun 2010 sebanyak 250 kg, 2
tahun 2011 sebanyak 220 kg dan dari data statistik dinas kelautan dan perikanan tahun 2012, hasil tangkapan glass ell adalah 140 kg. Adapun kemungkinan-kemungkinan yang menjadi penyebab menurunnya produksi benih sidat tersebut adalah perubahan lingkungan yang ektrem, seperti hilangnya hutan mangrove di muaran sungai Cimandiri, penambangan pasir dan limbah air panas PLTU yang mulai operasional sejak tahun 2012 yang lalu (foto 2a – 2d)
Foto 2 a. Hutan mangrove yang telah berubah fungsi, b. Penambangan pasir c. Bangunan PLTU di Muara Cimandiri d.Limbah air panas PLTU ke muara sungai
Kebanyakan sidat yang dipasarkan merupakan hasil tangkapan dari sungai dan muara muara sungai. Sampai saat ini jumlah pembudidaya sidat masih sangat terbatas, padahal potensi benih sidat (glass eel) di Kabupaten Sukabumi cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa antara jumlah produksi benih yang dihasilkan dari alam belum sepadan dengan pemanfaatnnya untuk pembesaran. Dengan demikian perlu diwaspadai karena kenyataan di lapangan justru permintaan ekspor terhadap benih sidat (glass eel) semakin meningkat, misalnya dengan dalih untuk penelitian
3
2.2. Penangkapan benih sidat (glass ell) Seperti dijelaskan di atas, Muara Sungai Cimandiri merupakan salah satu dari beberapa muara sungai yang ada di kabupaten Sukabumi dan mempunyai potensi perikanan perairan umum yang sangat berlimpah, terutama jenis benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor). Dalam upaya pelestarian ikan sidat dalam artian pemanfaatan secara berkelanjutan ada beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain Pembatasan ukuran sidat yang boleh ditangkap oleh masyarakat, misalnya dengan melarang menangkap sidat indukan matang gonad ; Pembatasan waktu penangkapan sidat oleh masyarakat misalnya dengan larangan menangkap pada saat musim ruaya induk sidat ke laut untuk mijah ; Pemeliharaan habitat yang digunakan sebagai jalur ruayanya, misalnya menjaga agar tidak terjadi pengendapan/penutupan atau pencemaran dibagian muara sungai dan larangan menangkap ikan menggunakan bahan berbahaya (racun dan setrum). Pengendalian penangkapan sidat dengan menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan bisa dilihat pada foto 3 berikut :
Foto 3 a-b : Penangkapan benih sidat ramah lingkungan dengan menggunakan jaring c-d : Hasil tangkapan elver dan glass ell ditampung dalam bak-bak plastik untuk selanjutnya dipasarkan atau dibudidayakan.
4
III. PEMBAHASAN Ikan sidat adalah ikan yang bersifat katadromos artinya ikan ini akan beruaya ke laut dalam ketika akan bereproduksi. Karena ikan ini tidak mungkin berkembangbiak di lokasi yang kita tebari, maka upaya penebaran ikan ini harus dilakukan secara berulang kali. Dalam hal kegiatan penebaran (stocking) ke perairan umum, perlu di awali dengan uji coba pada perairan yang luasnya terbatas (misalnya di situ) dan dikaji dampaknya terhadap populasi jenis ikan lain yang ada di perairan tersebut. Dari kajian ini diharapkan akan diperoleh informasi mengenai dampak (positif atau negatif) dari kegiatan stocking tersebut. Stocking benih ikan sidat ini nantinya diharapkan selain akan dikenali oleh masyarakat juga akan mampu meningkatkan produksi ikan sidat dari perairan umum. Budidaya sidat merupakan alternatif yang sangat menjanjikan bagi nilai tambah dan kesejahteraan bagi masyarakat, namun sebagian besar mereka tidak mengerti teknik cara membudidayakan ikan sidat yang baik. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pembudidaya ikan sidat di Indonesia khususnya di kabupaten Sukabumi adalah masalah daya saing yang ketat dengan negara produsen lainnya seperti Vietnam, Korea dan Jepang yang sudah mengembangkan teknik budidaya sidat. Anehnya, budidaya di negara-negara tersebut mendapatkan benih ikan sidat dari Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan sudah memproteksi ekspor benih ikan sidat dengan alasan guna melindungi spesies dan untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri. Namun penyelundupan benih sidat mampu lolos dari Indonesia Berdasarkan SK Mentan No. 179/Kpts/Um/3/1982 sidat termasuk jenis ikan yang dilarang untuk diekspor bila ukuran diameter tubuhnya kurang dari 5 mm. Bila mengacu pada peraturan di atas maka sidat pada tahap glass eel tidak diperbolehkan untuk di ekspor. Sekarang ini Larangan tentang ekspor benih sidat telah diatur oleh suatu Peraturan Menteri (Permen) Kelautan dan Perikanan no 19/Men/2012 tentang larangan ekspor sidat dengan alasan apapun kecuali sidat dewasa di atas 150 gram per ekor, pada kenyataannya benih sidat masih tetap diselundupkan dengan harga puluhan juta rupiah per kg ke luar negeri. Sangat disayangkan pemerintah berencana akan merubah permen KP no 19/Men/2012 ini menjadi suatu Permen baru yang akan memperbolehkan perdagangan ekspor benih sidat. Menurut Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Prof. Dr. Rokhmin Dahuri, produksi ikan sidat dunia hasil budidaya mencapai 270 ribu ton per tahun pada 2012, namun hasil tangkapan sidat dunia di alam terus mengalami penurunan, dimana data FAO 5
menyebut pada tahun 1994 hasil tangkapan total mencapai 18.600 ton dan pada tahun 2000 tinggal 12.700 ton. Penyebabnya selain 'over fishing' karena sangat digemari, khususnya di Jepang, juga karena siklus reproduksi sidat amat rumit, ditambah lagi penurunan kualitas lingkungan dan perkembangan fungsi sungai yang memotong siklus hidup sidat dari benih menjadi dewasa. 3.1. Kesimpulan dan Saran Potensi sumberdaya ikan sidat yang cukup besar namun pemanfaatannya belum optimal sebenarnya mampu memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat. Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pemanfaatan sumberdaya ikan sidat adalah sebagai berikut : a.
Inventarisasi Potensi Sumberdaya Ikan Sidat di Kabupaten Sukabumi Data tentang penyebaran dan potensi ikan sidat perlu dikumpulkan dan dianalisis, Apabila data dihimpun, akan tampak di lokasi-lokasi mana saja yang masih harus dilakukan inventarisasi dan informasi apa saja yang masih harus dikumpulkan sehingga datanya dapat dipetakan. Kegiatan inventarisasi ini harus dilakukan hingga dihasilkannya suatu “peta distribusi dan potensi ikan sidat di kabupaten Sukabumi”. Melalui peta tersebut pengguna dapat mengetahui dengan mudah mengenai penyebaran jenis, kelimpahan dan stadia ikan sidat yang ada di kabupaten Sukabumi.
b.
Sosialisasi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Sidat Kepada Masyarakat Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia belum mengenal bentuk / rupa ikan sidat dan mencicipi rasanya. Agar ikan sidat dapat dikenal dan dapat diterima sebagai ikan konsumsi oleh masyarakat secara luas maka harus ada usaha-usaha penebaran ikan sidat di daerah-daerah yang secara alami tidak mungkin akan didapatkan ikan sidat. Benih ikan sidat yang ditebar di suatu perairan (sungai, rawa dan danau) akan tumbuh dan ketika suatu saat tertangkap oleh pemancing atau penangkap ikan, maka mereka akan berusaha untuk mengenalinya (mengenal / mengetahui nama jenisnya) dan akan mencoba untuk mengkonsumsinya
c.
Pengembangan Teknik Budidaya Sidat Sejalan dengan upaya sosialisasi ikan sidat kepada masyarakat, upaya pengenalan teknik budidaya perlu dilakukan. Teknik budidaya sidat yang perlu diperkenalkan kepada masyarakat (petani ikan) adalah teknik budidaya yang sederhana yang tidak membutuhkan banyak modal. Agar biaya produksi pada budidaya ikan sidat relatif rendah maka petani perlu diberi informasi yang memadai mengenai pakan sidat 6
d.
Dengan semakin kritisnya ketersediaan benih sidat Jepang dan Eropa, investor asing mulai melirik benih sidat tropis dari Indonesia khususnya jenis Anguilla bicolor bicolor yang ada di kabupaten Sukabumi. Selain potensinya masih besar, bentuk dan rasanya hampir mirip dengan Anguilla javonica yaitu jenis sidat yang paling disukai oleh masyarakat Jepang dan Eropa yang keberadaannya sudah sangat langka. Oleh karena itu, benih sidat yang ada di perairan Indonesia khususnya di kabupaten Sukabumi sudah seharusnya dilindungi dengan aturan yang ketat.
.
:
7