Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol2. No.1 (27-34)
PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA Nur Masyittah Irmi, Adlim, Ratu Fazlia Inda Rahmayani Prodi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111 *Corresponding Author:
[email protected]
Abstrak Telah dilakukan penelitian untuk mengembangkan penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing sebagai alternatif pedoman kegiatan praktikum Kimia Dasar II bagi mahasiswa Pendidikan Kimia. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Research and Development (R&D) dengan model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation). Pada tahap analysis dilakukan analisis kebutuhan terhadap penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing. Tahap desain dan development dilakukan proses perancangan dan pengembangan produk penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang kemudian divalidasi oleh 2 validator ahli. Hasil validasi produk penuntun praktikum yang dikembangkan diinterpretasikan sebagai katagori valid dan layak digunakan tanpa revisi dengan persentase 82,78%. Tahapan implementation dilakukan uji coba terhadap produk yang dikembangkan. Pada tahap akhir evaluation dilakukan penilaian terhadap produk yang dikembangkan dengan angket tanggapan dosen, asisten serta mahasiswa praktikan. Hasil penilaian angket respon dosen, asisten, dan mahasiswa praktikan dikatagorikan baik dengan persentase masing-masing 84,28%, 86,43% dan 87,14%. Kata kunci : penuntun praktikum, Kimia Dasar, inkuiri terbimbing.
Abstract Has done a research appropriate for developing guided inquiry laboratory manual as an alternative manual for practical General Chemistry II to Chemistry Education college students. The design for study was Research and Development (R&D) with ADDIE (which stands for Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation) type. Analysis necessity for guided inquiry laboratory manual was conducted in the analysis stage. In the design and development stages, designing and developing a product which is a guided inquiry laboratory manual was made and then validated by 2 proficient validators. Validation result was valid and suitable to use without revise with average positive share 82,78%. In the implementation stage, trial run for product made was held. Evaluation an end stage of ADDIE is used for evaluating product made using questionnaires given to instructors, laboratory assistants and college student. Questionnaires which has been done answer by instructors, laboratory assistants and college student showed positive results with each percentage 84,28%, 86,43% and 87,14%. Keywords: laboratory manual, General Chemistry, guided inqury.
Pendahuluan Kimia sebagai cabang ilmu sains memiliki karakteristik berlandaskan eksperimen. Dalam mempelajari kimia, untuk memahami konsep dan teori dibutuhkan praktikum sebagai pengalaman langsung. Rustaman dalam Rahmawati (2014) menyatakan bahwa melalui praktikum siswa mendapat pengalaman langsung dan mengembangkan sikap ilmiah sehingga hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatannya. Hal ini didukung Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, salah satu butir menyebutkan bahwa pembelajaran kimia seharusnya dapat membuat siswa melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Maka sudah seharusnya kegiatan pembelajaran kimia didukung dengan metode eksperimen. 27
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol2. No.1 (27-34) Purnamasari dalam Maharani (2013) menyatakan bahwa pada pembelajaran dengan metode praktikum dibutuhkan suatu penuntun praktikum. Penuntun praktikum tersebut bertujuan untuk menuntun siswa dalam melakukan praktikum dan membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penuntun praktikum disusun dan ditulis oleh sekelompok staf pengajar yang menangani praktikum tersebut dan mengikuti kaidah tulisan ilmiah. Hasil observasi selama mengikuti perkuliahan, praktikum yang dilakukan di Laboratorium Pendidikan Kimia FKIP Unsyiah berpedoman pada Penuntun Praktikum yang disediakan pihak laboratorium. Penuntun praktikum tersebut merupakan jenis praktikum konvensional yang memuat tujuan praktikum, ringkasan teori, alat dan bahan yang digunakan, prosedur kerja dan beberapa pertanyaan. Penuntun yang digunakan dari tahun ke tahun selalu sama dan hampir tidak mengalami pembaharuan ataupun penambahan informasi. Hal ini menyebabkan sebagian praktikan “mengcopy-paste” laporan hasil pelaksanaan kegiatan praktikum dari senior. Berdasarkan hasil wawancara tertulis mengunakan angket analisis kebutuhan pada dosen pengasuh mata kuliah Kimia Dasar II, asisten laboratorium dan mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah Praktikum Kimia dasar II, diperlukan penambahan dan perubahan pada penuntun praktikum yang sudah ada khususnya Penuntun Praktikum Kimia Dasar II untuk menambah motivasi mahasiswa dalam kegiatan praktikum. Perubahan diperlukan pada isi materi serta prosedur kerja untuk mengoptimalkan pemahaman mahasiswa terhadap teori berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan. Berdasarkan masalah tersebut, pengembangan penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing diharapkan dapat memotifasi mahasiswa untuk lebih aktif, kreatif dan kritis dalam kegiatan praktikum sehingga meningkatkan hasil belajar baik teori maupun praktikum khusunya pada mata kuliah Praktikum Kimia Dasar II. Collette (1989) menyatakan bahwa inkuiri merupakan proses mencari dan bertanya untuk mengetahui dan memahami pengetahuan dengan bertanya dan mencari informasi. Menurut Sani dalam Wigati (2016) inkuiri merupakan investigasi tentang ide, pertanyaan, atau permasalahan. Investigasi yang dilakukan dapat berupa kegiatan laboratorium atau aktivitas lainya yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi. Lebih lanjut, Majid (2014) menyatakan bahwa pendekatan inkuiri berorientasi pada pengembangan intelektual dengan prinsip interaksi, bertanya, belajar untuk berpikir serta keterbukaan. Pada pelaksanaannya siswa diarahkan untuk menemukan ide dan informasi melalui usaha sendiri dengan bantuan guru sebagai fasilitator dan motivator. Berdasarkan NSES (National Science Education Standards) dalam Banarjee (2010), pembelajaran inkuiri diharapkan menjadi metode pengajaran untuk melatih kemampuan saintifik dan memotivasi siswa untuk mendapat lebih banyak ilmu pengetahuan. Majid (2014) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran inkuiri terdiri dari enam tahapan, yaitu: 1) Orientasi, yaitu tahapan awal dimana guru mengkondisikan agar siswa siap mengikuti pembelajaran dengan merangsang dan mengajak siswa berpikir untuk memecahkan masalah. 2) Merumuskan masalah, yaitu tahapan dimana siswa berpikir untuk merumuskan masalah dengan pertanyaan yang bersifat kontekstual. 3) Merumuskan hipotesis, yaitu tahapan dimana siswa diharapkan membuat jawaban sementara yang rasional dan logis dari pertanyaan yang ada untuk diuji kebenarannya. 4) Mengumpulkan data, yaitu tahapan dimana guru harus memotivasi siswa sehingga mampu berfikir secara kritis dan analitis untuk menemukan informasi berupa data yang relevan untuk menguji kebenaran hipotesis. 5) Menguji hipotesis, yaitu tahapan dimana siswa menganalisis data yang telah terkumpul untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. 6) Merumuskan kesimpulan, yaitu tahap akhir dimana siswa menarik kesimpulan dengan mendeskripsikan temuan pada pengujian hipotesis sesuai data yang relevan sehingga dapat menjawab permasalahan yang dipertanyakan. Kessler (2007) yang menyatakan bahwa kegiatan inkuiri dapat divariasikan sesuai kebutuhan, pengalaman dan kemampuan dasar siswa, waktu dan sumber daya yang tersedia, serta konsep yang diajarkan. Hal ini didukung dengan pernyataan Fay dalam Scott (2014) menjabarkan empat tingkatan pada kegiatan praktikum inkuiri. Level-0 merupakan 28
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol2. No.1 (27-34) kegiatan praktikum konvensional berbasis konfirmasi dimana hasil praktikum sudah diketahui secara umum. Level-1 merupakan kegiatan praktikum inkuiri terstruktur dimana praktikan dapat memperkirakan hasil praktikum berdasarkan teori yang telah tersedia. Kegiatan inkuiri terbimbing ditunjukkan pada level-2 dan level-3 menunjukkan inkuiri bebas. Pada kegiatan praktikum inkuiri terbimbing siswa ditugaskan untuk merancang prosedur kegiatan untuk menemukan solusi atas permasalahan yang diberikan oleh guru sementara inkuiri terbuka kegiatan siswa lebih bebas dimana siswa harus mengidentifikasi permasalahan yang akan dipecahkan dari topik umum pembelajaran. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan suatu pendekatan pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan yang cukup luas bagi siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah. Pada pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Pada pelaksanaannya, inkuiri terbimbing memerlukan peranan guru dalam mengemukakan masalah, memberikan pengarahan mengenai pemecahan dan membimbing siswa dalam hal mencatat data. inkuiri terbimbing merupakan kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif. Penelitian yang dilakukan Ariesta (2011) mengenai pengembangan perangkat perkuliahan kegiatan laboratorium Fisika Dasar II berbasis inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kerja ilmiah mahasiswa Pendidikan Fisika semester 2 dalam penyusunan laporan serta rata-rata hasil belajar mahasiswa dari pertemuan pertama hingga keempat terus meningkat. Lebih lanjut berdasarkan penelitian dari Katchevich (2013) mengenai perbandingan aktivitas dari 116 siswa kelas XI dan XII dari 5 sekolah di Israel dalam memberi tanggapan selama kegitan praktikum berbasis inkuiri dan praktikum berbasis konfirmasi, ternyata selama kegiatan praktikum berbasis inkuiri siswa lebih aktif berargumentasi memberi tanggapan terutama pada kegiatan perumusan hipotesis, analisis data dan menarik kesimpulan. Penelitian relevan lainnya yang dilakukan oleh Pratiwi (2015) yaitu pengembangan LKS Praktikum berbasis inkuiri terbimbing sebagai media pembelajaran pada pokok bahasan larutan penyangga di kelas XI SMA N 1 Boyolali dan SMA N 1 Teras. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terhadap permasalahan yang ada serta hasil penelitian relevan yang telah diuraikan, dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada mata kuliah Kimia Dasar II submateri reaksi redoks dan elektrolisis. Pemilihan materi didasarkan pada tingkat kesulitan materi yang cukup rumit namun praktikumnya dapat dilakukan dengan sederhana. Selain itu materi tersebut berkelanjutan pada mata kuliah lainnya seperti Kimia Analitik dan Kimia Anorganik. Diharapkan melalui praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dilakukan dapat meningkatkan pemahaman siswa khususnya pada materi reaksi redoks dan elektrokimia yang juga banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengembangan Penuntun Praktikum Kimia Dasar II Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Reaksi Redoks Dan Elektrokimia”.
Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian dengan pendekatan kualitatif jenis R&D (Research and Development) tipe ADDIE (analysis, design, development, implementation, and evaluation). Penelitian ini berfokus pada pengembangan penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing serta tanggapan dosen, asisten laboratorium dan mahasiswa praktikan yang menggunakan penuntun praktikum yang dikembangkan.
Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket analisis kebutuhan, lembar validasi penuntun praktikum, angket tanggapan dosen, asisten dan mahasiswa serta lembar
29
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol2. No.1 (27-34) validasi angket tanggapan dosen, asisten dan mahasiswa serta lembar kegiatan penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data awal berupa analisis kebutuhan didapat melalui angket analisis kebutuhan. Pengumpulan data utama untuk mengetahui kelayakan penuntun praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan didapatkan dari lembar validasi penuntun praktikum serta angket respon dosen, asisten, dan mahasiswa praktikan. Lembar validasi penuntun praktikum dan angket respon dosen, asisten, serta mahasiswa praktikan berisi beberapa butir pertanyaan yang berkaitan dengan desain, bahasa, isi materi dan manfaat penggunaan penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan. Setiap pertanyaan memiliki 5 alternatif pilihan jawaban yaitu ‘sangat baik’, ‘baik’, ‘cukup baik’, ‘tidak baik’ dan ‘sangat tidak baik’ yang kemudian dikonversikan dengan nilai angka 5, 4, 3, 2, dan 1. Selanjutnya Keseluruhan jawaban diolah untuk mengetahui kelayakan penggunaan penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan. Hasil penilaian dihitung dengan menggunakan rumus persentase sesuai Puspitaningtyas (2013), yaitu: Jumlah skor yang diperoleh P(%) = x 100 % Jumlah skor total
Kriteria kelayakan instrumen dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Kriteria Kelayakan Instrumen Persentase Tingkat Kevalidan 85-100 Sangat Valid 70-84 Valid 55-69 Cukup Valid 50-54 Kurang Valid 0-49 Sangat Kurang Valid
Keterangan Tidak Revisi Tidak Revisi Tidak Revisi Revisi Revisi
Untuk angket tanggapan respon dosen, asisten, serta mahasiswa praktikan, kriteria penilaian dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Persentase 90-100 70-90 40-70 20-40 0-20
Penilaian Sangat baik Baik Cukup Tidak baik Sangat tidak baik
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Menurut Pribadi (2011), analisis kebutuhan dibutuhkan untuk menentukan kompetensi yang dibutuhkan siswa (praktikan) untuk meningkatkan kinerja dan atau prestasi belajarnya. Analisis kebutuhan terhadap penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing dilakukan melalui wawancara tertulis menggunakan angket analisis kebutuhan. Angket diberikan kepada pada dosen pengasuh mata kuliah Kimia Dasar II dan beberapa asisten laboratorium serta mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah Praktikum Kimia dasar II. Berdasarkan hasil wawancara melalui angket analisis kebutuhan 10 dari 12 responden menyatakan bahwa penuntun yang tersedia belum sepenuhnya mengakomodasi keterampilan proses sains. Kemudian 6 dari 12 responden menyatakan bahwa penuntun tidak memberi kesempatan untuk merubah/mengembangkan prosedur sesuai keperluan kegiatan praktikum dan hasil dari kegiatan praktikum sudah dapat diperkirakan dari awal. Lebih lanjut ke-12 responden setuju jika ada penuntun lain (berbasis inkuiri terbimbing) 30
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol2. No.1 (27-34) yang akan digunakan untuk alternatif pedoman kegiatan praktikum. Penggunaan penuntun praktikum Kimia dasar II berbasis inkuiri terbimbing pada materi reaksi redoks dan elektrokimia diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan kreativitas praktikan dalam kegiatan praktikum sehingga praktikan lebih memahami materi pembelajaran khususnya pada praktikum Kimia Dasar II submateri reaksi redoks dan elektrokimia. Desain dan Pengembangan Pada tahap desain atau perancangan dilakukan perumusan tujuan pengembangan penuntun praktikum, perumusan materi serta pembuatan rancangan awal penuntun praktikum. Selanjutnya pada tahap pengembangan yang merupakan tahapan ketiga dilakukan perbaikan dan modifikasi pada rancangan awal penuntun praktikum yang telah didesain. Adapun tujuan pengembangan penuntun praktikum Kimia Dasar II berbasis inkuiri terbimbing untuk memaksimalkan motivasi dan kreatifitas praktikan dalam kegiatan praktikum sehingga praktikan pemahaman konsep praktikan terhadap materi pembelajaran khususnya untuk submateri dari penuntun praktikum yang dikembangkan. Karena pengembangan penuntun praktikum Kimia Dasar II dilakukan hanya pada materi reaksi redoks dan elektrolisis menjadi reaksi redoks dan elektrokimia. Maka submateri yang disajikan meliputi reaksi redoks, sel volta, sel elektrolisis dan korosi. Rancangan awal penuntun praktikum pratikum berbasis inkuiri yang didesain terdiri dari ringkasan materi mengenai reaksi redoks dan elektrolisis serta 3 lembar kegiatan praktikum meliputi reaksi redoks, reaksi redoks spontan dan elektrolisis. Lembar kegiatan praktikum reaksi redoks dan reaksi redoks spontan merupakan alternatif pilihan yang dibuat untuk dikonsultasikan pada dosen pembimbing. Setiap lembar kegiatan praktikum terdiri dari pertanyaan penyelidikan, kolom kosong untuk hipotesis, alat dan bahan, kolom kosong untuk prosedur kerja, tabel pengamatan serta pertanyaan. Setelah lembar kegiatan praktikum terdapat kolom kosong untuk kesimpulan serta pertanyaan tugas yang harus diisi oleh praktikan. Hasil rancangan dikonsultasikan pada dosen pembimbing untuk mendapatkan saran dan perbaikan yang selanjutnya direvisi. Berdasarkan hasil konsultasi rancangan awal yang dibuat pada dosen pembimbing selanjutnya dilakukan revisi sesuai saran yang diberikan. Pada setiap bagian pertanyaan penyelidikan, hipotesis, alat dan bahan, prosedur kerja, tabel pengamatan serta pertanyaan diberikan instruksi bagaimana praktikan mengisi kolom tersebut. Kemudian ditambahkan judul serta tujuan praktikum pada setiap lembar kegitan praktikum. Alternatif lembar kegiatan reaksi redoks dan reaksi redoks spontan pada rancangan awal keduanya digunakan untuk subjudul lembar kegiatan praktikum yang berlainan. Kemudian dilakukan penambahan subjudul lembar kegiatan praktikum korosi logam. Untuk bagian awal pada ringkasan materi dilakukan penambahan materi elektrokimia serta sel volta tidak hanya reaksi redoks dan elektrolisis. Pada bagian akhir disediakan kolom kosong untuk kesimpulan akhir tanpa adanya tambahan pertanyaan tugas. Hasil revisi selanjutnya kembali dikonsultasikan pada dosen pembimbing untuk mendapatkan saran perbaikan lebih lanjut. Produk akhir penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan terdiri dari bagian awal berupa ringkasan materi reaksi redoks dan elektrokimia. Selanjutnya terdapat 4 lembar kegiatan praktikum submateri reaksi redoks, reaksi elektrolisis, korosi dan sel volta. Masing-masing lembar kegiatan terdiri dari judul praktikum, tujuan praktikum, pertanyaan penyelidikan, hipotesis, alat dan bahan, prosedur kerja, tabel pengamatan serta beberapa pertanyaan. Setelah lembar kegiatan praktikum, pada bagian akhir disediakan kolom kesimpulan akhir. Produk akhir yang telah dikembangkan kemudian divalidasi oleh 2 orang validator ahli. Validasi yang dilakukan meliputi kelengkapan dan kelayakan isi materi, tata bahasa serta tampilan penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan. Hasil validasi ditunjukkan pada grafik di Gambar 1 berikut :
31
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol2. No.1 (27-34) HASIL VALIDASI PENUNTUN PRAKTIKUM
persentase
83,4 83,2 83 82,8 82,6 82,4 82,2 82 81,8 81,6 validator 1
validator 2
rerata
Gambar 1. Grafik Persentase Hasil Validasi Penuntun Praktikum Dari Gambar 1, dapat dilihat bahwa rerata hasil validasi penuntun praktikum sebesar 82,8%. Berdasarkan Tabel 1, dapat dikatakan bahwa penuntun praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan valid dan layak digunakan sebagai instrumen penelitian tanpa revisi. Implementasi Pada tahapan implementasi, dilakukan uji coba terhadap penuntun praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan untuk melihat tanggapan mahasiswa praktikan, asisten laboratorium serta dosen terhadap produk penuntun yang dikembangkan. Uji coba yang dilakukan merupakan proses uji coba skala kecil dimana responden terdiri dari 16 mahasiswa praktikan dan 4 asisten laboratorium yang membimbing. Tahap implementasi ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan Kimia FKIP Unsyiah pada tanggal 7 September 2016. Menurut Pribadi (2011) tahapan implementasi bertujuan untuk membimbing siswa mencapai kompetensi, menjamin terjadinya pemecahan masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran serta memastikan siswa telah memiliki kompetensi yang diharapkan pada akhir pembelajaran. Ketercapaian kompetensi yang diharapkan dapat dilihat dari hasil lembar kegiatan pelaksanaan praktikum yang diselesaikan oleh mahasiswa praktikan. Berdasarkan hasil keseluruhan lembar kegiatan praktikum yang telah diisi oleh praktikan selama melaksanakan kegiatan praktikum, dapat dikatakan bahwa praktikan telah memenuhi kompetensi yang diharapkan setelah melakukan kegiatan praktikum dengan menggunakan penuntun praktikum berbasis inkuiri yang telah dikembangkan. Maka tujuan implementasi yang diinginkan telah tercapai. Evaluasi Berdasarkan Pribadi (2011), evaluasi dapat diartikan sebagai proses penilaian terhadap program pembelajaran. Kegiatan evaluasi dilakukan untuk melihat apakah penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan dapat membantu proses pembelajaran seperti yang diharapkan. Evaluasi dilakukan dengan melakukan wawancara tertulis melalui angket yang diberikan kepada mahasiswa praktikan yang mengikuti kegiatan praktikum menggunakan penuntun praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan, asisten laboratorium yang membantu mendamping praktikan saat kegiatan praktikum tersebut serta dosen yang pernah mengampu mata kuliah Kimia Dasar II. Berikut ditampilkan gambar grafik yang menunjukkan persentase rerata hasil angket tanggapan dosen, asisten, dan mahasiswa pada Gambar 2:
rerata persentase
HASIL ANGKET TANGGAPAN DOSEN, ASISTEN DAN PRAKTIKAN 88 87 86 85 84 83 82 dosen
asisten
mahaiswa
Gambar 2. Grafik Rerata Persentase Hasil Angket Tanggapan Dosen, Asisten dan Praktikan 32
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol2. No.1 (27-34) Gambar 2 menunjukkan hasil angket respon dosen terhadap penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan memiliki persentase 84,28% yang dapat diinterpretasikan berdasarkan Tabel 2 sebagai katagori baik. Hasil angket respon asisten dan mahasiwa terhadap penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan masing-masing memiliki persentase 86,43% dan 87,14% juga diinterpretasikan sebagai katagori baik.
Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian pengembangan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: 1) Pengembangan penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing dapat dilakukan melalui penelitian pengembangan model ADDIE. 2) Kelayakan produk penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan berdasarkan hasil validasi tim ahli sebesar 82,78% diinterpretasikan sebagai katagori valid dan layak digunakan tanpa revisi. 3) Respon positif dosen, asisten laboratorium dan mahasiswa praktikan terhadap produk penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan masing-masing sebesar 84,28%, 86,43%, dan 87,14% menginterpretasikan katagori baik.
Saran Berdasarkan hasil penelitian pengembangan penuntun berbasis inkuiri terbimbing yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran yaitu: 1) Pengembangan penuntun praktikum berbasis inkuiri terbimbing sebaiknya dibuat tampilan yang lebih menarik agar praktikan lebih termotivasi dalam kegiatan praktikum. 2) Pada penuntun praktikum yang dikembangkan bagian lembar kegiatan praktikum submateri reaksi redoks (bagian A), pada bagian pertanyaan penyelidikan sebaiknya jangan disebutkan laju perubahan warna dan pada bagian tabel pengamatan harusnya ada zat lain selain reduktor dan oksidator yang digunakan sehingga mahasiswa harus menentukan mana zat reduktor dan oksidator. 3) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pengembangan penuntun praktikum berbasis inkuiri yang lebih lengkap untuk 1 judul praktikum agar praktikan lebih kreatif dan meningkatkan pemahaman konsep praktikan.
Referensi Ariesta, R., dan Supartono. 2011. Pengembangan Perangkat Perkuliahan Kegiatan Laboratorium Fisika Dasar II Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Kerja Ilmiah Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 7: 62-68. Banarjee, A. 2010. Teaching Science Using Guided Inquiry as the Central Theme: A Professional Development Model for High School Science Teachers. FALL. 19(2). Collette, A. T., dan Chiappetta, E. L. 1989. Science Instruction in the Middle and Secondary Schools, Second Edition. United States: Merril Publishing Company. Majid, A. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Katchevich, D., Hofstein, A., Naaman, R. M. 2013. Argumentation in the Chemistry Laboratory: Inquiry and Confirmatory Experiments. Res Sci Educ. 43:317–345. Kessler, J. H., dan Galvan, P. M. 2007. Inquiry in Action: Investigating Matter Through Inquiry Third Edition. Amerika: American Chemical Society. Pratiwi, D. M., Saputro, S., Nugroho, A. 2015. Pengembangan LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Pokok Bahasan Larutan Penyangga Kelas XI IPA SMA. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK). 4(2):32-37. Pribadi, B. A. 2011. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT Dian Rakyat.
33
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol2. No.1 (27-34) Puspitaningtyas, A., Parlan., dan Sukarianingsih, D. 2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Dalam Model Pembelajaran Thing Pair Share Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMAN 10 Malang pada Pokok Bahasaan Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp). Diakses dari: http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/kimia/article/view/28434 pada 20 April 2016. Rahmawati, R., Haryani, S., dan Kasmui. 2014. Penerapan Praktikum Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. 8(2):1390-1397. Scott, P.S. 2014. From Verification to Guided-Inquiry: What Happens When a Chemistry Laboratory Curriculum Changes?. Tesis. Allendale: Grand Valley State University. Wigati, A. A. 2016. Pengaruh Penggunaan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Suhu Dan Kalor Terhadap Minat Dan Hasil Belajar. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
34