84 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif Edisi XVII, Nomor 1, Tahun 2016
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DASAR PENGELASAN UNTUK SISWA JURUSAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK PIRI SLEMAN DEVELOPMENT OF LEARNING MULTIMEDIA WELDING FOR STUDENTS SMK PIRI SLEMAN Oleh: Ardian Prima Yudha dan Sudiyanto Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif FT UNY
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan multimedia pembelajaran Teknik Dasar Pengelasan, (2) mengetahui kelayakan multimedia pembelajaran Teknik Dasar pengelasan, (3) mengetahui pengaruh multimedia pembelajaran Teknik Dasar Pengelasan terhadap hasil belajar siswa Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMK Piri Sleman. Metode pengembangan media mengacu pada metode yang dikembangkan Luther pada tahun 1994. Hasil penelitian pengembangan media pembelajaran Teknik Dasar Pengelasan melalui beberapa tahap, yaitu (1) Concept, (2) Design, (3) Material Collecting, (4) Assembly, (5) Testing, (6) Distribution. Berdasarkan penilaian dari ahli media, ahli materi, guru, uji coba skala kecil dan uji coba skala besar media pembelajaran dikatakan layak digunakan. Nilai rata-rata pre-test dan post-test kelas kontrol adalah 62,86 dan 74,03, dengan presentase ketuntasan 75,86, sedangkan nilai rata-rata pre test dan post test kelas eksperimen adalah 62,57 dan 77,39 dengan presentase ketuntasan 89,28%. Berdasarkan hasil tersebut media pembelajaran Teknik Dasar Pengelasan mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar siswa di kelas. Kata kunci: pengembangan multimedia, teknik dasar pengelasan. Abstract
This study aims to: (1) develop learning multimedia Basic Techniques Welding, (2) determine the feasibility of multimedia learning Basic Techniques Welding, (3) the effect of multimedia learning Basic Welding Technique on student learning outcomes Light Vehicle Engineering Department of SMK Piri Sleman. Methods of media development refers to a method developed by Luther in 1994. The results of the research development of instructional media Basic Welding Technique through several stages, namely (1) Concept (2) Design, (3) Material Collecting, (4) Assembly, (5) testing, (6) Distribution. Based on the assessment of media experts, subject matter experts, teachers, small scale trials and large-scale testing of instructional media is said to be worth using. The average value of the pre-test and post-test control group was 62.86 and 74.03, with the percentage of completeness 75.86, while the average value of pre test and post test experimental group was 62.57 and 77.39 with completeness percentage of 89.28%. Based on these results instructional media Basic Welding Technique has a better influence on student learning outcomes in the classroom. Keywords: multimedia development, basic welding technique
PENDAHULUAN
Salah satu aspek kehidupan yang tidak akan lepas
Di era globalisasi ini, persaingan dalam
dari persaingan dalam era globalisasi ini adalah
aspek-aspek kehidupan akan terasa semakin ketat.
sektor dunia kerja. Maka dari itu dibutuhkan
Pengembangan Multimedia Interaktif .... (Ardian Prima Yudha) 85
kemampuan
sumber
daya
manusia
yang
menampilkan animasi, gambar, audio, dan visual
berkualitas agar mampu bersaing dengan negara
yang sesuai dengan materi yang disampaikan.
lain dan tidak tergilas oleh era globalisasi.
Salah satu media yang dapat menjadi solusi yaitu
Dalam usaha untuk meningkatkan kualitas
dengan multimedia pembelajaran.
sumber daya manusia tidak akan pernah lepas
Seorang guru dapat mempelajari berbagai
dari peran pendidikan dalam menghasilkan
software
lulusan.Dengan
belajar
pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
mengajar atau pembelajaran maka akan dapat
siswanya. Salah satu software yang dapat
meningkatkan kualitas lulusan. Salah satu cara
membuat
untuk memperbaiki proses belajar mengajar
gambar, suara dan sebagainya adalah Adobe
adalah dengan penggunaan media pembelajaran
Flash.
yang sesuai dengan kebutuhan. Seiring dengan
(perangkat lunak) yang tidak hanya mampu
perkembangan teknologi dalam pembelajaran,
menciptakan animasi yang menarik, tapi juga
penggunaan
belajar
lebih interaktif, sehingga wajar saja apabila
mengajar pun semakin bervariasi. Salah satu
Adobe Flash dapat menjadi salah satu solusi yang
media
layak diperhitungkan.
memperbaiki
media
pada
pembelajaran
proses
kegiatan
yang
paling
sering
untuk
berbagai
Adobe
membuat
media
Flash
multimedia
seperti
merupakan
animasi,
software
digunakan oleh seorang guru adalah media
Selain itu pemilihan media yang tepat juga
elektronik seperti laptop dan proyektor. Akan
sangat memberikan peranan dalam pembelajaran.
tetapi
dapat
Dahulu
yang
adalah orang yang paling tahu, sehingga menjadi
belum
banyak
mengembangkan
guru
media
yang
pembelajaran
interaktif dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
anggapan
bahwa
fasilitator/pengajar
sumber utama dan mutlak dalam proses belajar.
Menurut penelitian De porter dalam
Akan tetapi, saat ini pengajar bukanlah satu-
Priyanto Hidayatullah dkk (2011 : 3), manusia
satunya sumber belajar. Itu semua dapat terjadi
dapat menyerap suatu materi sebanyak 70% dari
akibat perkembangan media informasi disekitar
apa yang dikerjakan, 50% dari apa yang didengar
kita. Siswa dapat lebih dahulu mengakses
dan dilihat (audio visual), sedangkan dari yang
informasi dari media massa seperti surat kabar,
dilihatnya hanya 30%, dari yang didengarnya
televisi, bahkan internet. Akan tetapi, dalam
hanya 20%, dan dari yang dibaca hanya
proses pembelajaran tetap diperlukan sentuhan
10%. Berdasarkan
manusiawi. Teknologi tidak dapat menggantikan
penelitian
tersebut,
maka
experiental learning harus tetap diutamakan
peran
dalam kegiatan belajar mengajar. Namun, ada
berkembang,
kalanya
menyampaikan pesan yang harus digugu dan
dimana
kegiatan
belajar
mengajar
dihadapkan pada suatu materi yang membutuhkan waktu terlalu
lama
atau
media/alat
manusia.
Bagaimanapun
pengajar
tetap
teknologi berperan
ditiru.
bantu
Media memang tidak dapat menggantikan
pengajaran yang kurang praktis. Pada situasi
pengajar, namun sikap tidak peduli terhadap
inilah diperlukan media pembelajaran yang dapat
perkembangan, bukanlah sikap yang tepat karena
86 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif Edisi XVII, Nomor 1, Tahun 2016
keduanya saling menunjang dan melengkapi.
mengembangkan diri secara berkelanjutan dan
Lingkungan terus berkembang terhadap kualitas
unggul dalam bidang kehliannya.
pengajar yang semakin meningkat, persaingan
Untuk mencapai tujuan tersebut bukanlah
kompetensi pengajar semakin ketat. Selama ini
hal yang mudah. Perlu kerja keras, semangat dan
media pembelajaran yang dipakai alat peraga
kerja sama dari semua pihak yang ada di sekolah.
dalam memahami unsur-unsur dan pengukuran
Sebagai salah satu indikator keberhasilan dalam
tabung, kerucut dan bola adalah karton. Akan
kegiatan belajar mengajar di kelas adalah dengan
tetapi seiring dengan perkembangan teknologi,
melihat
media pembelajaran tersebut sudah tidak terlalu
keberhasilan belajar siswa. Di SMK Piri Sleman,
diminati oleh siswa. Apalagi untuk mata pelajaran
siswa dapat dikatakan tuntas belajar apabila telah
produktif dalam Sekolah Menengah Kejuruan
mencapai skor minimal dari kriteria ketuntasan
(SMK)
merupakan
minimal (KKM) yaitu 75. Sedangkan suatu kelas
penerapan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
disebut telah tuntas belajar apabila kelas tersebut
Untuk
terdapat minimal 80% siswa yang telah mencapai
yang
itu
sebagian
diperlukan
besar
media
pembelajaran
berbasis multimedia yang mampu menjangkau seluruh komponen dalam pelajaran di SMK. Sekolah
batas
minimal
nilai KKM. Pembentukan logam dasar merupakan salah satu mata pelajaran yang harus ditempuh
merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan
peserta didik jurusan Teknik Kendaraan Ringan.
yang dibangun atau didirikan untuk menghasilkan
Pada mata pelajaran pembentukan dasar terdapat
lulusan
dengan
dua kompetensi yang harus dicapai peserta didik
menjadi
yaitu melakukan pengelasan menggunakan las
pondasi untuk seluruh SMK di Indonesia, salah
busur elektroda terbungkus, dan melakukan
satunya SMK Piri Sleman. SMK Piri Sleman
pengelasan dengan las oksi asetilen. Dari dua
adalah salah satu sekolah kejuruan yang ada di
kompetensi
Kabupaten Sleman Yogyakarta. Tepatnya terletak
mendapatkan hasil belajar minimal sama dengan
di Jalan Kaliurang KM 7,8 Yogyakarta. SMK Piri
nilai KKM agar dikatakan tuntas belajar.
siap
keterampilannya.
Kejuruan
nilai
(SMK)
agar
Menengah
ketercapaian
bekerja
Tujuan
sesuai
tersebut
tersebut
siswa
harus
mampu
Sleman memiliki 3 kompetensi keahlian antara
Berdasarkan nilai ulangan harian untuk
lain : Teknik Kendaraan Ringan, Teknik Sepeda
kompetensi mengelas dengan las busur elektroda
Motor, Teknik Permesinan. Dari ke-3 kompetensi
terbungkus masih terdapat 52% siswa (15 dari 29
keahlian tersebut Teknik Kendaraan Ringan
siswa) di kelas X TKR A dan 47% siswa (14 dari
adalah keahlian yang memiliki jumlah siswa
30 siswa) di kelas X TKR B yang ulangan
paling banyak. Dengan jumlah siswa yang paling
hariannya
banyak kompetensi keahlian Teknik Kendaraan
kompetensi melakukan pengelasan dengan las
Ringan dituntut
tamatan
oksi-asetilen masih terdapat 58% (17 dari 29)
menjadi tenaga kerja yang tingkat menengah
siswa di kelas X TKR A dan 60% (18 dari 30)
yang yang siap kerja, siap mandiri, dan siap
siswa di kelas X TKR B yang nilai ulangan
mampu
mencetak
belum
tuntas.
Sedangkan
pada
Pengembangan Multimedia Interaktif .... (Ardian Prima Yudha) 87
hariannya masih belum tuntas. Data di atas
belajar peserta didik dirumah. Karena beberapa
menunjukan terdapat permasalahan dalam proses
peserta didik ada yang mempunyai perangkat
belajar mengajar.
komputer/laptop di rumah, sedangkan untuk
Berdasarkan hasil wawancara, peserta
didik
yang
didik mengalami kesulitan dalam memahami
komputer/laptop
dapat
materi-materi dalam teori pengelasan dasar.
komputer apabila sedang tidak digunakan. Akan
Beberapa materi yang biasanya sulit dipahami
tetapi powerpoint yang diberikan guru materinya
siswa adalah tentang prinsip las busur elektroda
kurang lengkap dan kurang menarik karena tidak
terbungkus,
asetilen,
terdapat video terkait materi dan animasi. Selain
perlengkapan las busur listrik, dan perlengkapan
itu peserta didik dapat membaca sumber belajar
las oksi asetilen. Terlebih lagi terkadang guru
yang terdapat di perpustakaan, akan tetapi banyak
menjelaskan materi terlalu cepat dan peserta didik
siswa yang tidak mau melakukannya.
prinsip
las
oksi
peserta
kurang berani untuk menanyakan materi yang belum dipahami.
tidak
mempunyai
memanfaatkan
lab.
Penggunaan multimedia sebagai sumber belajar memang sangat membantu peserta didik
Saat kegiatan belajar mengajar di kelas
dalam memahami setiap materi. Karena pada
pada teori teknik pengelasan diketahui peran guru
multimedia pembelajaran tidak hanya menyajikan
sangat mendominasi di dalam kelas. Guru
teks dan gambar, tetapi juga dapat menampilkan
menjelaskan
video dan animasi. Akan tetapi masih banyak
materi
menampilkan proyektor.
di
depan
powerpoint
Akan
menggunakan
yang
belum
mampu
memaksimalkan
teknologi yang ada untuk membuat multimedia
ditampilkan oleh guru tidak dilengkapi dengan
pembelajaran yang menarik. Karena keterbatasan
animasi dan video. Sehingga terkesan media
tersebut
pembelajaran tersebut kurang menarik bagi
powerpoint yang masih sederhana tanpa adanya
peserta
animasi atau video dan menggunakan metode
Hal
powerpoint
guru
yang
didik.
tetapi
dengan
tersebut
mengakibatkan
berbagai respon negatif dari peserta didik, seperti mengobrol masalah lain dengan teman sebangku,
guru
lebih
sering
menggunakan
ceramah dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan teknologi yang semakin maju
bermain gadget, mengantuk, bahkan sampai
memungkinkan
tertidur. Hal tersebut diperkirakan yang menjadi
pembelajaran dengan menggabungkan unsur teks,
penyebab kurangnya pemahaman siswa terhadap
gambar, animasi, suara dan video dalam satu
materi yang disampaikan dan berakibat pada
program. Untuk mengembangkan multimedia
tidak tercapainya nilai KKM siswa.
pembelajaran yang menarik memerlukan software
Untuk mengatasi pemahaman siswa yang
untuk
membuat
multimedia
yang pendukung yang dapat membuat animasi
kurang, guru biasanya memerintahkan siswa
sesuai dengan keinginan,
untuk mencatat materi yang disampaikan atau
interaktif dan lain-lain. Salah satu software yang
memberikan bentuk soft file dari presentasi yang
memungkinkan
disampaikan saat pembelajaran untuk sumber
untuk
membuat
membuat
tombol
multimedia
88 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif Edisi XVII, Nomor 1, Tahun 2016
pembelajaran yang menarik dengan membuat
upaya menjadikan pembelajaran lebih interaktif
animasi secara langsung adalah Adobe Flash.
dan menjadikan peserta didik lebih tertarik
Dengan menggunakan software Adobe
dengan materi yang diajarkan.
Flash kita dapat membuat media pembelajaran
Sehingga penelitian ini bertujuan untuk
yang lebih menarik. Karena dapat memuat unsur-
mengembangkan media pembelajaran teknik
unsur seperti teks, gambar, animasi, video.
dasar pengelasan, untuk mengetahui kelayakan
Dengan memasukkan semua unsur tersebut dalam
media pembelajaran teknik dasar pengelasan dan
sebuah media pembelajaran maka peserta didik
untuk mengetahui pengaruh media pembelajaran
akan
dan
terhadap hasil belajar siswa kelas X TKR di SMK
memudahkan pemahaman materi. Multimedia
Piri Sleman. Manfaat penelitian ini bagi sekolah
pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan
adalah sebagai media pembelajaran interaktif
minat siswa untuk belajar sehingga diharapkan
guna meningkatkan efektifitas pembelajaran di
dapat meningkatkan jumlah peserta didik yang
kelas
mencapai nilai KKM.
kelulusan. Sedangkan bagi guru sebagai alat
lebih
tertarik
untuk
belajar
Dari hasil observasi di SMK Piri Sleman, peneliti
menyimpulkan
perlu
yang
tentunya
terkait
dengan
mutu
bantu dalam menyampaikan materi teknik dasar
adanya
pengelasan. Dan bagi siswa sebagai sarana belajar
pengembangan media pembelajaran yang telah
mandiri dan memperjelas pemahaman siswa
ada menjadi multimedia pembelajaran interaktif
terhadap materi pembelajaran.
pada teori pengelasan dasar. Dengan media pembelajaran interaktif ini diharapkan akan membantu siswa memudahkan memahami materi
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian
teknik dasar pengelasan. Selain itu dengan media pembelajaran interaktif diharapkan akan menarik
dan
perhatian dan antusias siswa untuk belajar teori
development (R&D).
teknik dasar pengelasan baik dalam kelas maupun kegiatan belajar mandiri di luar kelas. Dan apabila beberapa hal di atas dapat terlaksana dengan
baik
maka
kemungkinan
dengan
menggunakan media ini pada kegiatan belajar
pengembangan
atau
research
and
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – September 2016. Berlokasi di SMK Piri Sleman yang beralamatkan di Jl. Kaliurang KM 7,1 Yogyakarta.
mengajar, dapat meningkatkan prestasi belajar Subjek Penelitian
siswa. Berdasarkan pemikiran di atas peneliti
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
bermaksud mengembangkan media pembelajaran
kelas X Teknik Kendaraan Ringan di SMK Piri
pada kompetensi teknik dasar pengelasan berbasis
Sleman,
Adobe Flash untuk siswa kelas X jurusan Teknik
pengelasan diajarkan pada siswa kela X Teknik
Kendaraan Ringan SMK Piri Sleman sebagai
Kendaraan Ringan. Untuk subyek pengujian skala
karena
pembelajaran
teknik
dasar
Pengembangan Multimedia Interaktif .... (Ardian Prima Yudha) 89
kecil diambil dari kelas X KR A sejumlah 10
dikembangkan. Bahan pendukung seperti gambar,
siswa yang diambil secara acak. Sedangkan untuk
video, dan audio.
subyek pengujian skala luas melibatkan seluruh
Langkah
selanjutnya
mengumpulkan
yaitu
materi
assembly.
siswa dari kelas X KR B. Sementara untuk uji
Setelah
dan
bahan
pemakaian melibatkan seluruh siswa kelas X KR
pendukung kemudian memadukan semua bahan
A sebagai kelas kontrol dan X KR B sebagai
dengan flowchart dan storyboard yang telah
kelas eksperimen.
disusun. Sehingga akan menghasilkan sebuah produk awal multimedia pembelajaran interaktif
Prosedur Pengembangan
teknik dasar pengelasan.
Penelitian ini menggunakan prosedur
Pada tahap selanjutnya yaitu testing,
yang dikembangkan Luther (Ariesto Hadi Sutopo,
dilakukan pengujian terhadap media yang telah
2003 : 32) yang melaui beberapa tahapan yaitu,
dikembangkan. Pada tahap ini melibatkan ahli
concept, design, material collecting, assembly,
dan peserta didik sebgai pengguna. Beberapa ahli
testing, dan distribution.
dilibatkan dalam uji coba ini untuk memvalidasi
Pada langkah pertama yaitu concept
media yang telah dikembangkan. Sehingga
dilakukan identifikasi terhadap sasaran produk
diharapkan
akan
pengembangan yaitu peserta didik, merumuskan
komentar
terhadap
tujuan,
dikembangkan
dan
menganalisis
kondisi
sekolah.
mendapatkan media
sehingga
saran
dan
yang media
telah dapat
Identifikasi peserta didik dilakukan dengan
dikembangkan menjadi lebih baik sebelum
menganalisis kebutuhan dan karakteristik peserta
diujicobakan
didik. Merumuskan tujuan dilakukan untuk
melibatkan ahli media dan ahli materi. Uji coba
menentukan
dikembangkan
selanjutnya dilakukan kepada peserta didik. Pada
digunakan untuk mengajar atau sumber belajar.
tahap uji coba ini dilakukan uji coba skala kecil,
Menganalisis kondisi sekolah dilakukan untuk
uji coba skala besar, dan uji coba pemakaian.
media
yang
mengetahui pembelajaran teori teknik dasar pengelasan,
dan
sarana
yang
mendukung
pembelajaran.
Langkah
pada
langkah
dilakukan perancangan diagram alir
siswa.
terakhir
Uji
yaitu
kepada
ahli
distribution,
karena produk yang dikembangkan merupakan bentuk
Selanjutnya
ke
software
sehingga
design
pendistribusian
media
flashdisk, atau jaringan internet.
menggunakan
pada
tahap
CD/DVD,
(flowchart) dan stroyboard. Flowchart disusun untuk menuntun pengguna media pembelajaran
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan
saat sedang dioperasikan. Storyboard merupakan
Data
desain kasar tampilan media pembelajaran Langkah
material
diperoleh adalah verbal dan non verbal (numerik).
dilakukan
Data verbal diperoleh dari saran dan komentar
pengumpulan materi dan bahan pendukung untuk
terhadap media pembelajaran, sedangkan data
collecting.
membuat
selanjutnya
Pada
media
langkah
yaitu
Pada penelitian ini jenis data yang
ini
pembelajaran
yang
90 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif Edisi XVII, Nomor 1, Tahun 2016
numerik diperoleh dari penilaian terhadap media
Keterangan:
pembelajaran.
X : Skor aktual
Intrumen
penelitian
berupa
Xi : rerata skor ideal
angket/kuesioner dan soal pretest dan posttest.
1
𝑋𝑖 = 2x (skor maksimal ideal+skor minimal ideal)
Teknik Analisis Data Jenis data penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif, data dianalisis
SBi : Simpangan baku ideal
secara statistik deskriptif. Data kualitatif berupa komentar dan saran perbaikan produk dari ahli
1
SBi = 6 x (skor maksimal ideal-skor minimal ideal)
materi dan ahli media, kemudian dianalisis dan dideskripsikan secara deskriptif kualitatif untuk merevisi produk yang akan dikembangkan. Kemudian data kuantitatif didapat dari skor penilaian ahli materi, ahli media, dan skor hasil angket. Data dari responden yang terkumpul melalui
angket
dianalisis
dengan
statistik
deskriptif dengan kriteria sebagai berikut: 𝑋=
𝑋 𝑛
Tabel 2. Konversi data kuantitatif ke data kualitatif No
Rentang skor kuantitatif
Kategori Kulitatif
1
3,4 <𝑋
Sangat Layak
2
2,8 <𝑋 ≤ 3,4
Layak
3
2,2 <𝑋 ≤ 2,8
Cukup Layak
4
1,6 <𝑋 ≤ 2,2
Kurang Layak
5
𝑋 ≤ 1,6
Sangat Kurang Layak
Keterangan :
Keterangan :
X
: Skor rata-rata
Skor maksimal : 4
: Jumlah skor
Xi : (4 + 1) = 2,5
X
Skor minimal : 1
1
1
SB: 6 (4 - 1) = 0,5
2
n
: Jumlah penilai
Untuk data kuantitatif yang telah dihitung
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
rata-ratanya kemudian di konversi menjadi nilai
Pengembangan multimedia pembelajaran
kualitatif berskala 5 dengan skala Likert pada
teknik dasar pengelasan dikembangkan dengan
acuan tabel konversi nilai yang diadopsi dari
menggunakan model pengembangan Luther yang
Sukarjo (2006, 52-53) berikut ini
terdiri dari 5 tahap, yaitu (1) Concept, (2)
Tabel 1. KonversiSkor Menjadi Nilai Skala 5
MaterialCollecting, (3) Assembly, (4) Testing, (5) Distribution.
Produk
akhir
multimedia
No
Rentang skor kuantitatif
Nilai
1
(𝑋𝑖 + 1,80 SBi) <𝑋
A
pembelajaran berupaa software yang dikemas
2
(𝑋𝑖 + 0,60 SBi) < 𝑋 ≤ (𝑋𝑖 + 1,80 SBi)
B
dalam bentuk CD dengan kapasitas 306 MB.
3
(𝑋𝑖 - 0,60 SBi) <𝑋 ≤ (𝑋𝑖 + 0,60 SBi)
C
4
(𝑋𝑖 - 1,80 SBi) <𝑋 ≤ (𝑋𝑖 - 0,60 SBi)
D
teknik
5
𝑋 ≤ (𝑋𝑖 - 1,80 SBi)
E
penilaian dan validasi oleh ahli media, ahli
Kelayakan dasar
multimedia
pembelajaran
pengelasan dilakukan
melalui
materi, dan guru. Tabel berikut merupakan
Pengembangan Multimedia Interaktif .... (Ardian Prima Yudha) 91
penilaian media oleh ahli medi, ahli materi dan
f.
guru mapel:
Memperbaiki tombol-tombol yang belum berfungsi
Ahli materi
Tabel. 3. Data Tabel Penilaian Ahli Validator
Rerata skor
Kategori
Ahli materi
3,3
Layak
Ahli media
3,2
Layak
Guru
3,8
Sangat Layak
Berdasarkan tabel 2 menunjukan penilaian
a.
Melengkapi materi yang disajikan
b.
Materi cacat pengelasan tambahkan gambar yang relevan
c.
Cakupan materi lebih diperdalam
d.
Buat animasi yang lebih interaktif
e.
Menambah gambar rangkaian pada jenis polaritas mesin las DC
multimedia pembelajaran teknik dasar pengelasan oleh ahli media memperoleh rerata skor total
Tabel 4. Data penilaian uji coba skala kecil dan
sebesar 3,3 yang berarti masuk kategori layak.
besar
Penilaian. Penilaian media pembelajaran oleh ahli materi mendapatkan rerata skor total sebesar 3,2
Uji Coba
Rerata Skor
Kategori
yang berarti masuk kategori layak. Sedangkan
Skala kecil
3,3
Layak
penilaian media pembelajaran oleh guru mapel
Skala besar
3,2
Layak
mendapatkan rerata skor 3,8 yang berarti masuk kategori
sangat
layak.
Sehingga
keseluruhan berdasarkan penilaian dari ahli dan guru media pembelajaran teknik dasar pengelasan
Berdasarkan uji validasi juga diperoleh komentar dan saran dari ahli media dan ahli materi yang kemudian dilakukan tindak lanjut berupa perbaikan media pembelajaran. Saran dan
penilaian media pembelajaran pada uji coba skala besar mendapatkan rerata skor total sebesar 3,2 yang berarti masuk kategori layak. Sehingga berdasarkan
coba
oleh
peserta
didik
multimedia pembelajaran teknik
Berdasarkan uji coba oleh peserta didik
Menghilangkan animasi pada judul media
juga diperoleh beberapa saran dan komentar.
pembelajaran Menambahkan nama sekolah, jurusan, dan kelas/semester pada menu SK-KD Menu
uji
dasar pengelasan layak untuk digunakan.
Ahli media
c.
coba skala kecil mendapatkan rerata skor total 3,3
menunjukan
komentar tersebut adalah sebagai berikut.
b.
pembelajaran teknik dasar pengelasan pada uji
yang berarti masuk kategori layak. Sedangkan
dikategorikan layak untuk digunakan.
a.
Berdasarkan tabel 4 penilaian multimedia
secara
petunjuk
hanya
berisi
peunjuk
d.
Memindahkan tombol next/prev pada media
e.
Memelankan pembelaran
backsound
a.
Video yang ditampilkan kurang jelas
b.
Backsound jumlahnya ditambah Berdasarkan seluruh penilaian yang telah
penggunaan tombol media
suara
Berikut saran dan komentar dari peserta didik
media
dilakukan oleh ahli media, ahli materi, guru, iji coba skala kecil dan uji coba skala besar diperoleh rata-rata yang masuk dalam kategori layak. Hal tersebut menunjukan multimedia
92 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif Edisi XVII, Nomor 1, Tahun 2016
pembelajaran teknik dasar pengelasan layak
materi mendapatkan skor rerata keseluruhan
digunakan untuk pembelajaran.
adalah 3,2 (layak), dan penilaian dari guru mapel medapatkan rerata skor keseluruhan 3,8 (sangat
Tabel 5. Rerata Nilai Pretest dan Postest
layak). Berdasarkan uji coba dari peserta didik
Kelas
Kelas
kontrol
eksperimen
Jumlah siswa
29
28
Rerata pretest
62,86
62,57
Rerata postest
74,03
77,39
75,86%
89,28%
Presentase kelulusan
pada uji coba skala kecil mendapatkan rerata skor keseluruhan 3,3 (layak) dan pada uji coba skala luas mendapatkan skor 3,2 (layak). Hasil belajar untuk kelas kontrol (X KR A) diperoleh rata-rata nilaipre test 62,86 dan ratarata nilai post test 74,03 dengan presentase
Berdasarkan tabel 5 rerata nilai postest
ketuntasan 75,86%, sedangkan rata-rata nilai pre
kelas eksperimen yaitu 77,89% dengan presentase
test untuk kelas eksperimen (X KR B) 62,57 dan
kelulusan
tinggi
rata-rata nilai post test adalah 77,39 dengan
dibandingkan rerata nilai postest kelas kontrol
presentase ketuntasan 89,28%. Dari data tersebut
yaitu 74,03 dengan presentase kelulusan sebesar
dapat dikatakan kelas yang menggunakan media
75,86%. Hal tersebut menunjukan kelas yang
pembelajaran Teknik Dasar Pengelasan lebih baik
menggunakan multimedia pembelajaran teknik
dari pada kelas yang tidak menggunakannya.
sebesar
89,28%
lebih
dasar pengelasan mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan kelas
yang tidak
Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh selama
menggunakan multimedia pembelajaran.
melakukan penelitian maka dalam penelitian ini ada
SIMPULAN DAN SARAN
beberapa
saran,
yaitu
bagi
peneliti
selanjutanya sebaiknya menambahkan animasi Simpulan
dan narasi audio pada materi las busur elektroda
Untuk
mengembangkan
media
terbungkus, memprdalam kembali setiap materi
pembelajaran Teknik Dasar Pengelasan sebagai
yang disajikan dalam
sarana pembelajaran siswa kelas X jurusan
memperbaiki tampilan visual media agar lebih
Teknik Kendaraan Ringan di SMK Piri Sleman
baik, perlu adanya fasilitas pembaharuan soal
melalui
evaluasi.
tahapan-tahapan
berdasarkan
model
pengembangan Luther. Tahapan-tahapan yang digunakan
dalam
pengembangan
media
pembelajaran yaitu concept, design, material collecting, assembly, testing, dan distribution. Kelayakan
media
pembelajaran
berdasarkan penilaian ahli media skor rerata keseluruhan adalah 3,3 (layak), penilaian ahli
media pembelajaran,
Pengembangan Multimedia Interaktif .... (Ardian Prima Yudha) 93
.
DAFTAR PUSTAKA Ariesto
Hadi
Sutopo.
(2003).
Multimedia
Interaktif Dengan Flash. Yogyakarta : Graha Ilmu Priyanto, dkk. (2011). Animasi Pendidikan Menggunakan
Flash.
Bandung:
Informatika Bandung Sukarjo. (2006). Kumpulan Materi Evaluasi. Yogyakarta : UNY Sugiyono. (2013) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfa Beta