Seminar Nasional Sains dan Teknik 2012 (SAINSTEK 2012) Kupang, 13 Nopember 2012
PENGEMBANGAN MODEL PENYIMPANAN ENERGI MATAHARI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF MENUNJANG PROSES PEMBUATAN GARAM LAUT Syahrul Bahari 1), Agustinus Laka 2), Rosmiati 3). 1,2).
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Kupang. .3).JurusanAkuntansi Politeknik Negeri Kupang. Jalan. Adi Sucipto,PO.Box 139 Penfui- Kupang, Kode Pos: 85361, Telp. : (0380)-881246. Fax : (0380) -881246 E-mai:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian telah dikembangkan di Politeknik Negeri Kupang secara bertahap dengan metode penelitian tindakan langsung (action research).Penelitian bertujuan untuk mendapatkan sistem penyimpan energi matahari yang dapat dipertahankan temperaturnya dan disimpan dalam suatu wadah.Tahapan penelitian dilakukan dengan mengembangkan model wadah penyimpan energi mahahari dengan kolektor dari bahan alam dan logam sebagai wahana penampung energi matahari, dan melakukan perbandingan kolektor diantara bahan batu koral, dan beberapa bahan kimia (Na2SO4, NaCl, KNO2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolektor batu koral hanya dapat menaikkan temparatur (T) dalam ruang wadah mencapai 94ºC dengan kelembaban (RH) 41%, sedangkan pada Na2SO4= T 98ºC, RH 87 %; NaCl= T 88ºC, RH 70%; KNO2= T 82º, C RH 70%. Penyimpanan energi panas selama lebih kurang 17 jam dengan temperatur terendah bahan kimia rata-rata 40ºC, sedangkan batu koral hanya bisa mencapai 34ºC. Wadah penyimpan energi matahari dalam keadaan kosong tanpa kolektor mencapai temperaturnya 110 ºC dengan kelembaban 42%, namun penyimpanan selama 17 jam hanya mencapai 30ºC. Penambahan bahan kolektor berpengaruh terhadap lama penyimpanan energi panas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap penambahan bahan kolektor yang digunakan terjadi perubahan temperatur, namun tidak dapat mencapai temperatur maksimun bila dibandingkan wadah dalam keadaan kosong, hal tersebut bisa diakibatkan pengaruh uap cair. Kata Kunci: Model, Energi Matahari, Garam Laut kali lipat bila dibandingkan dengan Negara Arab Saudi dan Libya, sehingga cadangan minyak terus menipis. Muftisary (2011), mengatakan bahwa cadangan minyak bumi di Indonesia hanya berkisar empat milliar barel, sedangkan produksi rata-rata satu juta barel per hari. Sementara, energi matahari begitu banyak terbuang percuma, dan hanya sedikit saja yang dapat dimanfaatkan seperti listrik tenaga surya, kompor surya dan sebagainya. Dengan demikian, Indonesia bakal kehabisan cadangan minyak bumi sehingga diperlukan pengembangan energi baru terbarukan. Banyak permasalahan sumber daya alam yang belum terkelola, sehingga perlu dikembangkan suatu pemikiran lebih lanjut tentang pemanfaatan energi matahari, seperti penyimpanan energi matahari. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menyimpan energi matahari dalam suatu wadah tertutup dengan menggunakan beberapa cara dan metode sehingga dapat tersimpan dalam waktu yang lama. Syahrul (2010), telah menggunakan kolektor dengan bahan-bahan terdiri dari air, batu-batuan sebagai bahan dasar yang dimasukkan dalam suatu wadah sehingga dapat meningkatkan temperatur mencapai 106ºC. Pada penelitian berikutnya, menggunakan media kimia sebagai bahan kolektor seperti sulfat, clorit, nitrat, glorit, dan hidrat. Kemudian Rus (2011), telah menemukan dan
1. PENDAHULUAN Suatu penelitian telah dilaksanakan dan terus dikembangkan secara bertahap pada model penyimpanan energi matahari di Politeknik Negeri Kupang. Energi matahari yang terbuang percuma kurang dimanfaatkan dengan alasan teknologinya mahal. Padahal energi dapat dirubah dari bentuk satu ke bentuk lain, artinya energi matahari dapat disimpan dalam bentuk lain. Sebagai daerah tropis, Indonesia merupakan negara yang mempunyai matahari yang bersinar sepanjang masa dari waktu ke waktu, terutama kawasan timur seperti Nusa Tenggara Timur yang mempunyai hujan hanya berkisar 3 bulan dan selebihnya merupakan kemarau panjang. Namun demikian energi matahari tersebut belum dikembangkan secara optimal sebagai pengganti bahan bakar minyak bumi yang ramah lingkungan. Kebutuhan bahan bakar minyak bumi terus meningkat dari tahun ke tahun akibat bertambahnya kendaraan bermotor. Data tahun 2010 menyebutkan bahwa, jumlah kendaraan bermotor di Indonesaia mencapai 50.824.128 unit, dan tentunya membutuhkan bahan bakar minyak yang tidak sedikit sehingga diperlukan energi alternatif sebagai penggati bahan bakar minyak. (Liakindo, 2011). Indonesia dikenal negara yang paling besar tingkat pengurasan cadangan minyak bumi delapan
T-82
Seminar Nasional Sains dan Teknik 2012 (SAINSTEK 2012) Kupang, 13 Nopember 2012
mengembangkan aplikasi baru dari nanotube karbon, Hasil penelitian ini juga mengemukakan bahwa sebagai pendekatan inovatif untuk menyimpan energi matahari dapat digunakan kapan dibutuhkan, menyimpan panas dalam wadah sangat terisolasimemiliki keuntungan yang signifikan, karena pada prinsipnya bahan kimia dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama, tanpa kehilangan energi yang tersimpan. Selanjutnya, Baoqi (2010) melaporkan bahwa manfaat zeolit sintesis untuk menyimpan energi telah berhasil dilakukan dan dalam penelitian ini menggunakan zeolit alam sebagai penyimpan energi matahari. Sementara, Sulistiyanti dan Sri Ratna (2006), melaporkan bahwa kotak penyimpan panas menggunakan jerami, kapuk dan sekam atau bahan sejenis yang dapat menghambat keluar panas dalam wadah. Disisi lain, diketahui bahwa intensitas panas matahari dipengaruhi keadaan cuaca, artinya bila cuaca mendung maka energi yang masuk kedalam wadah akan berkurang. Intensitas tertinggi panas energi matahari terjadi pada siang hari pada jam 12.00, sedangkan terendah pagi hari. Panas dapat disimpan dengan menggunakan pipa-pipa aluminium dihubungkan ke tangki penyimpan, dimana suhu air di dalam tangki akan bertambah ketika panas mulai mengalir (Wibowo. RA., 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Gradya dan Pikra (2010), menyebutkan semakin tebal isolasi yang digunakan maka rugi-rugi panas yang dihasilkan akan semakin kecil dan semakin lama waktu penyimpanan panas. Yuliarto (2010), menjelaskan bahwa energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari sebenarnya hanya diterima oleh permukaan bumi sebesar 69 persen dari total energi pancaran matahari. Suplai energi matahari dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sangat luar biasa besarnya yaitu mencapai 3 x 1024 joule pertahun, energi ini setara dengan 2 x 1017 Watt. Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia saat ini. Dengan kata lain, dengan menutup 0,1 persen saja permukaan bumi dengan divais solar sel yang memiliki efisiensi 10 persen sudah mampu untuk menutupi kebutuhan energi di seluruh dunia saat ini. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahan-bahan kolektor yang dapat menyimpan energi matahari dalam waktu lama terutama mengenai perubahan temperatur, tekanan dan kelembaban dalam wadah. Diharapkan informasi hasil penelitian ini bisa bermanfaat untuk mengembangkan energi baru terbarukan dan menjadi isu utama pemanfaatan energi matahari sebagai energi alternatif.
secara eksperimental. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pendekatan rancang bangun wadah sebagai tempat penyimpan energi matahari. Tahap kedua melakukan uji kolektor dengan pengambilan data temperatur, tekanan dan kelembaban. Diagram alir proses tahap penelitian ditunjukkan pada Gambar 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran secara langsung melalui uji eksperimental. Setiap data akan dicatat sesuai dengan data yang diinginkan. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan secara terbuka yang sifatnya fleksibel langsung pada objek penelitian. Pengambilan data primer dilakukan melalui pengukuran langsung dari alat prototip yang telah dibuat dengan mencatat fenomena-fenomena yang sedang diteliti, sedangkan data sekunder, dilakukan dengan mengumpulan data dari literatur dan jurnal yang terkait. Adapun tahapan dalam pengumpulan data primer sebagai berikut: - Tahap persiapan Wadah penyimpanan energi matahari diletakkan diruang pada ruang terbuka, penutup wadah dibuka dibiarkan selama 12 jam dan kemudian ditutup kembali pada malam hari. -
Tahap Penambahan Bahan-Bahan Kolektor Memasukkan bahan-bahan kolektor secara bertahap, mulai bahan kolektor batu koral dan bahan kimia (Na2SO4, NaCl, KNO2), masing-masing ditambah mulai 1-20 kg untuk batu koral dan masingmasing 500 ml untuk bahan kolektor Na2SO4, NaCl, KNO2.c). - Tahap pengamatan Pangamatan dilakukan selama 8 jam selama tiga hari berturut-tuurut dalam satu kelompok bahan dan kemudian wadah ditutup selama 17 jam atau sampai jam 8.00 pagi. Data yang terukur dikelompokkan berdasarkan waktu 3 tiga hari. Tidak ada interval waktu pengamatan selama pengujian tiap bahan kolektor. Variabel penelitian Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: perubahan temperatur dan tekanan selang waktu tiap satu jam selama 8 jam dan penyimpanan selama 17 jam. Sedangkan sub variabel: (a) temperatur, tekanan dan kelembaban setiap penambahan berat bahan; (b) temperatur dan kelembaban selama penyimpanan 17 jam. Analisa Data Analisa data, baik data primer dan data sekunder dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif, dengan melakukan pengukuran terhadap keberadaan suatu variabel dengan menggunakan instrumen
2.METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan langsung (action research)
T-83
Seminar Nasional Sains dan Teknik 2012 (SAINSTEK 2012) Kupang, 13 Nopember 2012
penelitian, dan mencari hubungan satu variabel dengan variabel lainnya berdasarkan grafik. Kemudian hasil analisis diaplikasikan secara eksperimen. Data – data yang terkumpul dianalisis sesuai kelompok data yang didapat, dan analisis sesuai metode pra-eksperimen dan tindakan yang sudah ditentukan dengan memperhatikan penyebab terjadinya gangguan pada sistem. Analisis data, baik yang primer maupun yang sekunder dianalisis sesuai dengan kelompok data dengan menggunakan metode deskriptif yang mampu mengungkapkan gejala-gejala perpindahan panas dari hasil eksperimen secara sistimatis dan sebenarnya. Artinya mempunyai keterkaitan hubungan gejala yang satu dengan gejala lain dan keadaan perubahan temperatur yang mempengaruhi komplesitas sesuai katagori.
dibuat. Pengujian dilakukan terhadap beberapa model kenaikan temperatur, tekanan dan kelembaban tiap jam selama 8 jam. Dalam usaha penghematan energi dan penyediaaan energi yang ramah lingkungan, pemanfaatan energi matahari perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius, ketersediaan energi matahari di daerah tropis khususnya Indonesia wilayah timur cukup melimpah, namun bagaimana supaya dapat bermamfaat secara efektif, efisien, dan ekonomis. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan pembuatan model dan instalasinya. Perancangan Tahapan kegiatan yang telah dilakukan dapat dilaporkan sebagai berikut: Perancangan 1. Wadah penyimpan energi matahari direncanakan dan dibuat sesuai hasil perencanaan. Wadah dibuat secara berlapis sebagai isolator sebanyak 3 (tiga) lapisan yaitu lapisan 1 sekam padi, lapisan 2 serbuk kayu dan lapisan 3 bagian lapisan dalam dengan menggunakan isolasi pasir koral. Lapisan isolator wadah penyimpan energi matahari ditunjukkan pada Gambar 2.
Mulai
Rancangan
Kontruksi/alat
Uji alat/komposisi kolektor Unjuk Kerja Sistem Gambar 2 Lapisan Isolator Wadah
Data Uji Sampel
Perancangan 2. Perencanaan dan pembuatan yang dimaksud adalah perancangan kolektor, artinya sebagai tempat bahan-bahan penyimpanan panas yang direncanakan diantaranya; batu koral yang berwarna hitam dan keras masing-masing sebesar ukuran genggaman tangan, air bening dan garam cair termasuk natrium sulfat (Na2SO4), natrium clorat (NaCl) dan kalium nitrat (KNO2). Perbandingan rancangan kolektor disesuaikan bahan yang digunakan dan dapat disatukan dalam kolektor, artinya dapat ditambah setiap bahan. Rancanga kolektor dan hasil kontruksi kolektor ditunjukkan pada Gambar 3.
Update Data Tidak Konvergen
Ya Simulasi/Analisis Selesai
Gambar 1 Diagram Alir Proses Tahap Penelitian
3. HASIL DAN DISKUSI Hasil pengujian metode eksperimen yang digunakan dalam perencanaan dan pembuatan wadah penyimpanan energi matahari, membandingkan perubahan temperatur,tekanan dan kelembaban untuk mengetahui tingkat kehandalan dari sistem yang
Gambar 3. Kontruksi Kolektor Energi Matahari
T-84
Seminar Nasional Sains dan Teknik 2012 (SAINSTEK 2012) Kupang, 13 Nopember 2012
Bahan kolektor yang digunakan terdiri dari: (1) batu koral yang berwarna hitam dan keras; (2) air yang digunakan merupakan air bening tanpa warna; (3) garam cair yang merupakan reaksi antara sodium sulfat dan potasium nitrat, kedua bahan tersebut direaksikan dengan menggunakan air sadah. Bahan kolektor-kolektor tersebut dimasukkan ke dalam wadah kolektor dengan kapasitas 8000 mm2, masingmasing 10 buah. Pengukuran dilakukan 7 kali dari tiga jenis kolektor mulai jam 9.00 – 15.00 karena pada waktu tersebut intensitas sinar matahari sangat tinggi dengan berdasarkan hasil penelitian tahap satu dan tahap kedua. Semua kolektor dimasukkan kedalam wadah penyimpan energi matahari sebagai laboratorium uji, selanjutnya diukur temperatur ruangan, tekanan dan kelembaban.
kondisi tanpa bahan kolektor menunjukkan hasil yang dicapai maksimum. Artinya tidak mendapatkan efek dari bahan-bahan kolektor, yang dibuktikan adanya kelembaban yang sangat rendah. Pengujian 2. Pengujian dengan menggunakan bahan-bahan kolektor. Deskripsi pengujian perbandingan metode eksperimen dengan tambahan bahan kolektor, menggunakan beberapa pengujian ditunjukkan pada Gambar 5, 6, 7 dan 8.
1200 1000 800 600 400 200 0
Hasil Pengujian Pengujian dilakukan masing-masing 3 hari berturut-turut masing-masing keadaan cuaca cerah. Data hasil pengujian sebelum dan sesudah pemasukkan kolektor-kolektor disajikan pada Gambar 4 s/d Gambar 8. Pengujian 1. Uji model wadah penyimpan energi matahari tanpa kolektor. Deskripsi pengujian perbandingan metode eksperimen tanpa tambahan kolektor, artinya wadah dalam keadaan kosong mendapatkan nilai optimal tanpa dipengaruhi bahanbahan kolektor yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 4.
T (˚C)
P (m.bar)
RH (%)
Gambar 5 Bahan Kolektor Batu Koral
Kolektor batu koral menunjukkan bahwa terjadi penurunan temperatur 16˚C pada jam yang sama (pukul 14.00) dengan kelembaban 51(%). Hal ini sesuai dengan teori yang membuktikan bahwa penurunan temperatur akan terjadi karena adanya kenaikan kelembaban. Artinya setiap penurunan temperatur diiringi kenaikan kelembaban, sedangkan tekanan berpengaruh terhadap lamanya penerimaan panas dalam ruang wadah penyimpanan, hal tersebut dibuktikan dengan stabilnya angka perubahan. Hasil analisis lain membuktikan bahwa pada saat penambahan bahan kolektor batu koral terjadi peningkatan temperatur di pagi hari yang meningkat sampai 4˚C selama penyimpanan 16 jam bila dibandingkan dengan wadah tanpa kolektor.
1200 1000 800 600 400 200 0
T (˚C)
P (m.bar)
1200 1000 800 600 400 200 0
RH (%)
Gambar 4 Wadah Tanpa Bahan Kolektor
Pada pengujian wadah tanpa bahan-bahan kolektor, diperoleh hasil yang ditunjukkan Gambar 4. Hasil pengujian menunjukkan bahwa wadah dalam keadaan kosong terjadi kenaikan terjadi temperatur secara beraturan, artinya kenaikan temperatur dari titik awal terus meningkat sampai titik tertinggi pada jam 13.00 – 14.00, yaitu 110˚C dan menurun secara teratur. Kelembaban terjadi perubahan pada temperatur 92˚C sebesar 40(%), hal ini diakibatkan oleh pengaruh cuaca luar (berawan) atau kecepatan angin meningkat, sedangkan tekanan tidak berpengaruh secara segnifikan perubahannya. Dengan demikian, dapat dianalisis bahwa pada saat
T (˚C)
P (m.bar)
RH (%)
Gambar 6. Bahan kolektor Natrium Sulfat (Na2SO4).
Selanjutnya, dengan adanya penambahan 500 ml Na2SO4 terjadi peningkatan penyimpanan temperatur sampai 8˚C dibandingkan pada wadah tanpa kolektor dan jika dibandingkan dengan kolektor batu koral hanya mencapai 4˚C. Berdasarkan kondisi ini
T-85
Seminar Nasional Sains dan Teknik 2012 (SAINSTEK 2012) Kupang, 13 Nopember 2012
membuktikan bahwa adanya peningkatan kelembaban pada temperatur tinggi, bisa diakibatkan oleh kandungan air menjadi uap dalam kotak kolektor sehingga terkontaminasi menjadi butir-butir air didalam ruangan wadah penyimpan. Selanjutnya, tekanan terlihat bahwa ada dua bagian perubahan antara sebelum dan sesudah jam 12.00 siang, yakni perubahan tersebut hanya satu angka saja. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa natrium sulfat (Na2SO4) dapat menaikkan temperatur sampai 10˚C didalam wadah penyimpan energi matahari dan kelembaban dipertahankan sampai 87%, sedangkan temperatur tertinggi hanya dapat mencapai 98˚C disebabkan kerena mengandung uap zat cair meningkat.
Rata-rata ketiga bahan kimia yang digunakan pada pengujian dalam penelitian ini temperatur penyimpanan dapat katagorikan sama dan tidak ada pengaruh yang berarti. Bila terjadi penambahan bahan kimia, maka akan terjadi penurunan temperatur maksimun serta kenaikan kelembaban. Hal ini disebabkan karena pengaruh kandungan uap air dalam dalam wadah, sedangkan tekanannya tidak berpengaruh. Hasil analisis menunjukkan bahwa bahan kolektor yang digunakan bahan kimia dari variabel menunjukkan dapat digunakan sebagai bahan penyimpan energi matahari sebagai bahan kolektor wadah penyimpan enegri matahari. Hal tersebut dibuktikan dengan lamanya masa penyimpanan temperatur dengan ketentuan dapat digabungkan keempat media kolektor tersebut. Semakin lama penyimpanan temperatur, maka semakin baik kolektor yang digunakan. Kolektor yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sesuatu bahan yang dapat menyerap dan menyimpan panas (temperatur). Maria Telkas (2004), mengatakan dalam penelitiannya bahwa teknologi garam glauber dapat menyimpan panas. Penyimpanan panas adalah masalah mendasar dalam desain surya. Batu bata dan sejenisnya memiliki sekitar 0,2 cal./gram/˚C kapasitas panas. Campuran yang berbeda dari garam glauber, memiliki sekitar 50 sampai 80 cal. / gram selama perubahan fasa. Air 1 cal. / gram / ˚ C. Dalam hal ini memiliki keuntungan dari 50 sampai 80 kali penyimpanan panas dengan garam glauber bila dibandingkan dengan batu bata. Garam yang digunakan adalah natrium sulfat deca-hidrat (NaSO4 + H2O - garam Glaubers). Sistem pemanas air tenaga matahari mempunyai dua bagian-bagian utama: satu kolektor dan satu tangki penyimpan matahari. Secara umum, collectoris satu tipis, rata, kotak segi-empat dengan satu penutup transparan menjulang di atas . Matahari memanaskan satu plat peredam dalam kolektor, dan ini memanaskan air melalui tabung di dalam kolektor. Air dipanaskan dan dimasukkan dengan dipompa atau secara gravitasi ke tangki penyimpan. Alat pemanas air matahari bisa menggunakan sekitar dua per tiga lebih sedikit energi dibandingkan dengan metoda lain. Energi matahari dapat dikumpulkan dengan menggunakan kaca pengumpul dan kolektor – kolektor. Setiap penambahan bahan kolektor akan terjadi peningkatan temperatur dan tekanan. Temperatur dan tekanan tersebut dapat dimanfaatkan untuk menguapkan air dan dapat digunakan untuk pembangkit energi. Dua hal yang sangat penting, yang mempengaruhi desain penyimpanan panas adaah kerugian panas dan kerapatan energi tersimpan terpadu. Jumlah kerugian panas tergantung dari luas permukaan penyimpan dan baiknya isolasi panas yang dipakai dikelilingi wadah penyimpan atau
1500 1000 500 0
T (˚C)
P (m.bar)
RH (%)
Gambar 7 Bahan Kolektor Natrium Clorat (NaCl)
Selanjutnya, untuk penambahan zat kimia NaCl sebanyak 500 ml dengan penyimpanan temperatur sama dengan bahan kolektor Natrium Sulfa, diperoleh perubahan temperatur yang terjadi di pagi hari sampai pada pukul 14.00 hanya mencapai 80˚C saja. Sedangkan tekanan bergerak secara konstan 1044 mbar dibawah jam 12.00 siang dan diatasnya 1045 mbar, yang berarti tidak terjadi perubahan terhadap tekanan bila dibandingkan dengan percobaan sebelumnya. Dengan demikian dapat diketahui, bahwa bahan kolektor menggunakan natrium clorat terjadi penurunan temperatur maksimum sebesar 22˚C, artinya bahan tersebut hanya dapat digunakan sebagai penyimpanan temperatur, dan hanya mampu bertahan sampai 16 jam saja sehingga tidak dapat digunakan untuk menaikkan temperatur maksimum.
1200 1000 800 600 400 200 0
T (˚C)
P (m.bar)
RH (%)
Gambar 8. Bahan Kolektor Kalium Nitrat (KNO2)
T-86
Seminar Nasional Sains dan Teknik 2012 (SAINSTEK 2012) Kupang, 13 Nopember 2012
dalam penelitian ini disebut kotak penyimpan energi matahari.
kolektor dari pelat alumenium seharusnya dari kaca.
4.SIMPULAN
5.PENGHARGAAN DAN TERIMAKASIH Ucapan terima kasih kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat DIKTI atas dukungan pendanaan hibah penelitian multi tahun dengan nomor kontrak : 09/PL23.PPK.RM/KU/2012 tanggal 09 maret 2012. Ucapan terima kasih kepada Direktur, Ketua / seluruh staf Jurusan Teknik Mesin, staf keuangan dan UP2M Politeknik Negeri Kupang.
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wadah tanpa menambahkan bahan bahan kolektor ke dalam wadah terjadi kenaikan temperatur sangat berarti mencapai 110˚C, hal ini disebabkan karena adanya kelembaban yang rendah 40%, dan dalam wadah tidak terjadi bintik-bintik uap zat cair karena udara kering sehingga temperatur meningkat. 2. Batu koral dapat menaikkan temperatur dalam kotak kolektor hal ini dibuktikan pada penelitian tahap pertama mencapai 106˚C, dengan pengeluran panas yang lama sehingga temperatur dapat dipertahankan. Selain itu, terdapat beberapa faktor penyebab diantaranya: kotak kolektor tertutup oleh bahan alumenium; energi matahari langsung difokuskan pada kolektor; batu koral tidak mengandung zat cair sehingga tidak melepaskan uap cair dalam ruangan wadah. 3. Bahan natrium sulfat menunjukkan bahwa terjadi peningkatan temperatur, namun demikian kelembaban meningkat pula mencapai 70% pada temperatur 98˚C. Meningkatnya kelembaban bisa diakibatkan kotak kolektor ada kebocoran sehingga mengeluarkan uap cair dalam ruang wadah, terindikasi ada bintik-bintik cairan pada kaca kolektor wadah. 4. Penambahan bahan kimia lainnnya seperti natrium clorat (NaCl) dan kalium nitrat (KNO2) tidak berpengaruh terhadap peningkatan temperatur, tetapi kelembabannya terjadi peningkatan. Sedangkan tekanan dapat dikatakan hampir rata-rata sama kenaikan hanya beberapa titik saja, artinya belum ada penngaruh yang besar terhadap perubahan temperatur dan kelembaban. 5. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan temperatur dan kelembaban yakni: belum tersedia jalur pelepasan uap air dalam wadah penyimpan dan kotak kolektor; belum ada kolektor pengumpul cahaya matahari; kaca kolektor terlalu tebal 5 mm seharusnya dibawah 3 mm; dasar wadah penyimpan tidak dilapisi batu koral; belum adanya pantulan cahaya dari dalam wadah penyimpan energi matahari yang dapat menuju satu titik cahaya, sehingga sinar datang akan menuju pada satu titik kolektor; penutup
DAFTAR PUSTAKA
Dracker, R. Rifflemann,K. Intergrated Thermal Strorage. Solar millinium LLC, Barkley. 2008, http://www.Fao.org. Baoqi. Pemanfaatan Zeolit Alam untuk Penyimpanan Energi Surya. Jilin University. Changkhu. (Online). diakses 18 juli 2010. http://www.telimek.Lipi.go.id. Gradya, Pikra. Analisis Rugi-Rugi Panas pada Tangki Penyimpan Panas Tenaga Matahari. Jurnal Mekatronika,vol 1 No.1. (Online). diakses 18 juli 2010. http://www.energi.Lipi.go.id . Wibowo. RA (2006).ondol (online) diakses 10 Juli 2007. http://www.JurnalTeknik. Sumardi, Komar. Ngaliyaintyas. Uji Performansi Alat Pengering Energi Surya Tipe M D K3 pada Pengeringan Kerupuk. Malang. Brawijaya link. jurnal teknik: (online).. diakses 18 juli 2007. Liakindo. Kendaraan Bermotor Indonesia. Viranus.com (Online). 2011. Muftisary. Konsumsi Minyak Indonesia lebih dari Studi. Replika. Jakarta. 2011. Rus, D,. Modified Carbon Nenotube Can Strore Solar Energy. Minews. Cambridge. 2011. Sulistianti, Sri Ratna (2006). Pembuatan Kotak Penyimpan Panas untuk Masyarkat Tobong Bata Kelurahan Raja Basa Bandar Lampung (online), (http://www.Wikipedia.org. diakses 7 juli 2007 Suryawan. Rekayasa Sistem Termal, Perkembangan dan Aplikasinya dalam Bidang Teknik Mesin. Makalah disajikan dalam pengukuhan guru besar FTUI. Jakarta. 2005. Yulianto.B . Energi Surya; Artenatif Sumber Energi Masa Depan di Indonesia> artikel iptek-bidang energi dan sumber daya alam ( online).( http//www.Berita iptek. Diakses 8 juli 2007. Wu,B,Readdy. Never Ionic Liquid Thernes Strorage for Solar Thermal Electrik Power System. Proceeding of solar foum.Washington.DC. 2001.
T-87