Indri Astuti, Pengembangan Model Pembelajaran Konseling ...
Pengembangan Model Pembelajaran Konseling Kelompok dengan Pendekatan Konstruktivistik Indri Astuti* Abstract: This research is aimed to observe the development to instructional model of group counceling using a constructivist approach. The methodology of the research is employing Borg and Gall combined with the instructional design by Dick and Carey. The steps of the research include (1) preliminary research; (2) planning model development; (3) validation, evaluation and revision of model. The concept of instructional constructivistic group counseling is intergrated between Gladding’s group counseling namely (1) beginning, (2) transition, (3) activity, (4) and termintion. Cognan’s (1) grouping, (2) situations, (3) intergrating, (4) questioning, (5) exhibition and reflection. This output of the research include instructional materials and student work sheet, group counseling guide and video of constructivistic group counseling. Keywords: research and development, model learning, counseling group, counstructivistic Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan model pembelajaran konseling kelompok dengan pendekatan konstruktivistik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Borg dan Gall yang dikombinasikan dengan tahapan desain instruksional dari Dick dan Carey. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan adalah (1) Penelitian Pendahuluan; (2) Perencanaan Pengembangan Model; (3) Validasi, Evaluasi, dan Revisi Model. Konsep pembelajaran konseling kelompok konstruktivistik integrasi antara tahapan konselling kelompok menurut Gladding yaitu: (1) pembentukan, (2) peralihan, (3) kegiatan, (4) pengakhiran, dan komponen pembelajaran konstruktivistik dari komponen konstruktivistik menurut Cognan yaitu: (1) pengelompokan, (2) situasi, (3) pengkaitan, (4) pertanyaan, (5) eksibisi dan (6) refleksi. Hasil penelitian dan pengembangan model berupa produk (1) Bahan Ajar dan Lembar Kerja peserta didik, (2) Panduan Pelaksanaan Konseling Kelompok dan Vidio Konseling Kelompok Konstruktivistik. Hasil validasi para ahli dan uji coba menunjukkan bahwa model tersebut layak digunakan dalam proses pembelajaran Konseling Kelompok untuk meningkatkan hasil belajar. Kata kunci: penelitian dan pengembangan, model pembelajaran, konseling kelompok, konstruktivistik PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 6. Menyebutkan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidik merupakan tenaga profesional
*
yang merencanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik di Perguruan Tinggi. Menyimak undang-undang tersebut konselor adalah pendidik. Tugas konselor/guru pembimbing sebagai pendidik adalah merencanakan proses pembelajaran, menilai hasil proses pembelajaran seperti guru, dosen dan pendidik lainnya. (Prayitno, 2008:13) Artinya, konselor/guru
Indri Astuti, Trainer Bidang PAUD Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat
.
1
1_indriAstuti.indd 1
07/11/2016 11:26:09
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 1 April 2016
pembimbing/ pendidik melaksanakan layanan konseling kelompok sebagai profesi yang bermartabat dan bermandat. Bermartabat membelajarkan peserta didik mengentaskan permasalahannya dan bertanggung jawab secara pribadi atas keputusan yang diambilnya. Bermandat profesi konseling mendapatkan pengakuan dari instansi terkait. Didukung pendapat Ki Hajar Dewantara (1977:25), bahwa dengan budi pekerti manusia mampu berdiri sendiri sebagai insan merdeka akan membentuk manusia yang beradab. Pembelajaran harus memberikan tempat proses pemberdayaan diri, mulai dari pengembangan potensi diri secara optimal, sehingga peserta didik memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (ABKIN, 2013:5-6) Mengindikasikan konselor/pendidik dalam tugasnya meIaksanakan layanan konseling kelompok dengan kegiatan membelajarkan peserta didik atau sasaran layanan dalam suasana belajar dalam bentuk layanan konseling. Kualitas pendidikan merupakan aspek penting yang harus selalu diperhatikan dalam penyelenggraan pendidikan. Melalui Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 yang diperbarui dengan PP No 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan dalam implementasinya menggunakan kurikulum sebagai acuan proses pembelajaran di sekolah. Perkembangan kurikulum pendidikan di Indonesia mengalami perubahan sejak kurikulum 2006 secara bertahap berganti kurikulum 2013. Implementasinya untuk layanan konseling kelompok berganti konsentrasi dari layanan bimbingan dan konseling menjadi layanan responsif. Begitu juga terjadi pada kurikulum di perguruan tinggi, berdasarkan pasal 97 tahun 2012 menyatakan bahwa kurikulum perguruan tinggi dikembangkan dan dilaksanakan berbasis kompetensi (KBK) berubah sesuai dengan Perpres RI 8 tahun 2012. Kurikulum perguruan tinggi mengacu pada kerangka kualifikasi nasional Indonesia (KKNI) tahun 2014. Sesuai dengan KKNI, maka capaian pembelajaran mata kuliah konseling kelompok adalah mengembangkan kemampuan spiritual, emosional dan intelektual. Pembelajaran berpusat pada peserta didik dan evaluasi sesuai dengan kemampuan yang
akan dicapai yaitu spiritual, emosional dan intelektual. Untuk itu seharusnya dosen menyusun rancangan pembelajaran yang sistemik dan sistematis, sehingga perumusan tujuan pembelajaran, penggunaan metode dan pemilihan evaluasi berkesinambungan sesuai KKNI. Fakta di lapangan rancangan pembelajaran yang disusun dosen belum sistemik dan sistematis. Pembelajaran menjadi belum efektif. Tujuan pembelajaran hanya terfokus pada kemampuan intelektual, dan metode pembelajaran berpusat pada dosen, evaluasi mengungkap kemampuan intektual saja. Hasil belajar mata kuliah konseling kelompok lebih dari separo (120 orang dari 182 orang) mendapatkan nilai rata-rata (67,44/ kategori C). Mata kuliah konseling kelompok merupakan prasarat semester lima mata kuliah micro konseling/PPL, semester enam PPL di sekolah, seminar proposal dan skripsi. Untuk itu, desain pembelajaran konseling kelompok perlu diperbaiki dengan pendekatan konstruktivistik untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP-PGRI Pontianak. Menurut Gagnon dan Collay (2001:7), desain sistem pembelajaran konstruktivistik ada enam komponen penting dalam pembelajaran konstruktivistik yaitu: (1) situations), (2) (gruopings), (3) bridges, (4) questions, (5) exhibits , (6) reflections. Komponen ini menggambarkan secara komprehensif tentang maksud dan tujuan dilaksanakannya aktivitas pembelajaran. Berikut ini diskripsi komponen pembelajaran konstruktivistik: (1) Situasi juga tergambar tugas-tugas yang perlu diselesaikan oleh peserta didik agar mereka memiliki makna dari pengalaman belajar yang telah dilalui, (2) Pengelompokkan (gruopings). Komponen pengelompokan dalam aktivitas pembelajaran memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan interaksi dengan teman sejawat. Pengelompokkan sangat bergantung pada situasi atau pengalaman belajar yang ingin dilalui oleh peserta didik. Pengelompokkan dapat dilakukan secara acak atau random atau didasarkan pada kriteria tertentu (porposive). (3) Pengkaitan (bridges). Komponen pengkaitan dilakukan untuk menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik dengan pengetahuan yang baru.
2
1_indriAstuti.indd 2
07/11/2016 11:26:09
Indri Astuti, Pengembangan Model Pembelajaran Konseling ...
Bentuk-bentuk kegiatan pengkaitan sangat bervariasi, misalnya melalui pemecahan masalah atau melalui diskusi topik-topik yang spesifik. (4) Pertanyaan (questions) Pengajuan pertanyaan merupakan hal penting dalam aktivitas pem- belajaran. Pertanyaan akan memunculkan gagasan asli yang merupakan inti dari pendekatan pembelajaran konstruktivistik. Munculnya gagasan- gagasan yang bersifat orisinal peserta didik dapat membangun pengetahuan dalam dirinya. (5) Eksibisi (exhibits). Komponen eksibisi dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivistik memberi kesempatan pada peserta didik untuk dapat menunjukkan hasil belajar setelah mengikuti suatu pengalaman belajar. (6) Refleksi (reflektions). Komponen ini pada dasarnya memberikan kesempatan kepada pendidik dan peserta didik untuk berpikir kritis tentang pengalaman belajar yang telah mereka tempuh baik personal maupun kolektif. Refleksi juga memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir tentang aplikasi dari pengetahuan yang telah mereka miliki. Menurut Woolfolk (2007:347), pendekatan konstruktivistik yaitu, “pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan memberi makna terhadap informasi atau peristiwa yang dialami.” Artinya, dalam mempelajari ilmu pengetahuan peserta didik tidak hanya bersifat pasif, tetapi senantiasa mencari dan menggali pengetahuan baru. Esensi pandangan konstruktivisme dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) Belajar sebagai proses membangun gagasan dari pada sekedar proses memperoleh pengetahuan, (2) Pembelajaran merupakan proses pembangunan pengetahuan berdasarkan interpretasi peserta didik secara personal, (3) belajar merupakan proses aktif peserta didik dari pada hanya sekedar mengkomunikasikan pengetahuan, (4) pembelajaran berlangsung secara kolaboratif. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka disarikan proses belajar yang berlandaskan teori belajar konstruktivisme dilakukan dengan memfasilitasi peserta didik memperoleh pengalaman belajar tentang pengetahuan yang sedang dipelajari. Sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif, efisien dan menyenangkan. Pengembangan gagasan peserta didik akan terfasilitasi dan mengkomunikasikan gagasannya sebagai produk pengetahuannya sendiri, sehingga pembelajaran berpusat pada peserta didik. Sedangkan pembelajaran yang
didominasi pendidik, yaitu dengan memberikan informasi yang harus dihafal, bertentangan dengan pandangan belajar konstruktivisme. Untuk itu, pembelajaran konseling kelompok perlu didesain agar peserta didik dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Komponan konseling kelompok, menurut Corey dikelompokkan menjadi enam tahap yaitu: (1) tahap pembentukan (2) tahap orientasi; (3) tahap transisi; (4) tahap kerja; (5) tahap konsolidasi dan (6) tindak lanjut. Sementara Yacobs dan Masson (2012:13) mengelompokkan tahap proses konseling kelompok menjadi tiga tahap, yakni: (1) tahap permulaan; (2) tahap kerja, (3) tahap penutupan. Gladding (2004: 12), 1) tahap awal (beginning); (2) tahap transisi (transition); (3) tahap kegiatan (working) dan (4) tahap pengakhiran (termination) . Mencermati tahapan-tahapan konseling kelompok yang dikemukakan oleh para ahli, mempunyai kesamaan tahapan inti yaitu empat tahap di antaranya(1) tahap pembentukan atau tahap awal, (2) tahap peralihan atau tahap transisi, (3) tahap kegiatan atau tahap inti dan (4) tahap pengakhiran atau tahap penutup. Keempat tahapan ini merupakan satu kesatuan yang sistemik dan sistematis. Keberhasilan tahap pembentukan akan menentukan keberhasilan tahapan berikutnya. Untuk itu tujuan penelitian ini adalah untuk merancang model pembelajaran konseling kelompok dengan pendekatan konstruktivistik dan efektifitas model pembelajaran konseling kelompok kontruktivistik pada Program Studi Bimbigan dan Konseling STKIP-PGRI Pontianak. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendididkan (STKIP- PGRI) Pontianak. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2013 – Desember 2013. Pada studi pendahuluan peneliti menggunakan respon peserta didik yang telah mengikuti mata kuliah konseling kelompok dan daftar penilaian nilai akhir (DPNA) hasil belajar peserta didik yang telah mengikuti mata kuliah konseling kelompok. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development) dari Borg and Gall untuk tahapan penelitiannya dan pengembangannya mengikuti tahapan Dick dan Carey. Dalam bidang pendidikan,
3
1_indriAstuti.indd 3
07/11/2016 11:26:10
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 1 April 2016
R and D diarahkan pada pengembangan produk yang efektif bagi keperluan pembelajaran dan merupakan penelitian terapan. Untuk perbaikan (what works better) daripada kemengapaan (why), dan mementingkan kegunaannya dalam pendidikan (Gall, dkk, 2007: 186 – 187). Model Dick dan Carey memiliki tahapantahapan sebagai berikut (1) mengidentifikasi dan Revisi. langkah 4:analisis Uji coba tujuan Evaluasi pembelajaran; (2) Meliputi melaksanakan pem- lapangan belajaran; mengidentifikasi tingkah awal.(3) Langkah 5: Revisi ptoduk hasil uji laku dan (4) merumuskan coba karakteristik awal. Langkah siswa; lima: Revisi produk hasil uji tujuan performansi; (5) mengembangkan butir coba awal. Langkah enam: Uji coba lanjutan dan tes dan acuan patokan; (6) mengembangkan strategievaluasi. pembelajaran; (7) mengembangkan materi pengumpulan data yang dipembelajaran; Prosedur (8) mendesain dan melaksanakan evaluasigunakan formatif; (9) penelitian merevisi bahan pembelajaran, dalam pendahuluan adalah : 1) (10) mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif. observasi, 2) angket, 3) wawancara, dan 4) studi Penelitian ini sampai pada 8 yaitu evaluasi dokumentasi. Pada tahap uji coba peneliti Formatif. Berikut ini langkah-langkah penelitian: menggunakan angket, wawancara, dan observasi. (1) Tahap Pra Pengembangan: langkah satu: penelitian pendahuluan dengan analisis adalah kebutuhan Analisis data yang digunakan adalah dan studi literatur. Langkah dua; melakukan kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif perencanaan model pembelajaran. Langkah ketiga: dilakukan melalui penafsiran secara langsung untuk Pengembangan draf model, pengembangan draf kesimpulan. Datadraf kuantitatif dilakukan bahan menyusun ajar dan pengembangan evaluasi. (2) proses uji Model: coba untuk melihat Tahap dalam Pengembangan Validasi ahi persentase desain pembelajaran, ahli materi, ahliPada media dan dosen respon subjek uji coba. uji coba lapangan pengampu mata kuliah. Lanjut revisi draf model dilakukan analisis data kuantitatif untuk melihat berdasarkan masukan para ahli. (3) Tahap Uji Coba efektivitas penggunaan model terhadap penguasaan Evaluasi dan Revisi. Meliputi langkah 4: Uji coba materi konstruktivistik lapangan awal. pembelajaran Langkah 5: Revisi ptoduk hasildengan uji coba awal. Langkah lima: Revisi produk hasil mencari selisih antara hasil pre test dan postujitest. coba awal. cobadilakukan lanjutan dengan dan ProsesLangkah analisis enam: secara Uji statistik evaluasi. uji-t untuk mengetahui efektivitas model Prosedur pengumpulan data yang di- gunakan pembelajaran konseling kelompok dalam penelitian pendahuluan adalah : 1)konstruktivistik observasi, terhadap hasil belajar sesudah dilakukannya proses 2) angket, 3) wawancara, dan 4) studi dokumentasi. Pada pembelajaran. tahap uji coba peneliti menggunakan angket, wawancara, danpengembangan observasi. Analisis yang(1) Tahapan modeldata terdapat digunakan adalah adalah kualitatif dan kuantitatif. model konseptual, (2) model prosedural, dan (3) Analisis data kualitatif dilakukan melalui penafsiran model fisikal. Model konseptual adalah model yang secara langsung untuk menyusun kesimpulan. Data kuantitatif dilakukan uji coba untuk bersifat analitis, dalam yang proses menyebutkan komponenmelihatkomponen persentase respon subjek uji coba. Pada uji produk, menganalisis komponen secara coba lapangan dilakukan analisis data kuantitatif rinci dan menunjukkan hubungan antar komponen untuk melihat efektivitas penggunaan model terhadap yang akan dikembangkan. Modelkonstruktivistik prosedural adalah penguasaan materi pembelajaran bersifat deskriptif, menunjukkan denganmodel mencariyang selisih antara hasil pre test dan post test. Proses secara dilakukan langkah analisis yang harus diikutistatistik untuk menghasilkan
4
dengan uji-t untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran konseling kelompok konstruktivistik terhadap hasil belajar sesudah dilakukannya proses pembelajaran. Tahapan pengembangan model terdapat (1) model konseptual, (2) model prosedural, dan (3) model fisikal. Model konseptual adalah model yang bersifat analitis, yang menyebutkan komponen2008: 8-9). Modelmenganalisis fisikal adalahkomponen model dalam komponen produk, secara rinci danfisik. menunjukkan hubungan antar komponen bentuk yang akanPENELITIAN dikembangkan. Model prosedural adalah HASIL DAN PEMBAHASAN model yang bersifat deskriptif, menunjukkan Hasil penelitian meliputi hasil dari (1) langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan Pengembangan model, (2) Kebijakan Kelayakan model, dan produk. (Pusat Penelitian dan Inovasi (3) Efektivitas model. Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan, 2008: 8-9). Model fisikal adalah model dalam 1. Pengembangan Model bentuk fisik. Pada pengembangan model, hasil penelitian dibagi:PENELITIAN (a) hasil penelitian pendahuluan; (b) model HASIL DAN PEMBAHASAN awal; (c) model konseptual; dan (d) model Hasil penelitian meliputi hasil final. dari
(1) Tabel 1. Hasilmodel, Pendapat Responden dalam Pengembangan (2) Kelayakan model, dan Penelitian (3) Efektivitas model. Pendahuluan No
Indikator
1
Pengertian Capaian Pembelajaran
2
Penyajian Materi Pembelajaran Konseling Kelompok
3
Metode Pembelajaran
4
Ketersediaan Perangkat Pembelajaran
5
Evaluasi Pembelajaran
Hasil Penelitian Pemahaman masih kurang tentang pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik, tujuan pembelajaran dan tagihan mata kuliah kurang dipahami. (29,35 %) Materi pembelajaran konstruktivistik kurang dipahami oleh responden diantaranya dinamika kelompok, struktur kelompok, tahapan konseling kelompok dan pendektaan kelompok. penyajian materi kurang sistematis.(25.5 %) Pembelajaran masih berpusat pada dosen. Ceramah masih mendominasi (10,5%) Responden memerlukan bahan- Bahan pembelajaran berupa bahan ajar, panduan konseling kelompok dan lembar kerja untuk praktik konseling kelompok. (20,15) Evaluasi kognitif belum ada refleksi diakhir pembelajaran (15,40)
Tabel 1. Hasil Pendapat Responden dalam Penelitian Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan Pendahuluan
produk. (Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi
bahwa
dosen
sudah
mengenal
pembelajaran
Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan,
konstruktivistik. Namun, dosen masih perlu diberi
5 1_indriAstuti.indd 4
07/11/2016 11:26:10
Indri Astuti, Pengembangan Model Pembelajaran Konseling ...
1. Pengembangan Model Pada pengembangan model, hasil penelitian dibagi: (a) hasil penelitian pendahuluan; (b) model pemahaman tentang perancangan pembelajaran awal; (c) model konseptual; dan (d) model final. Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa dosen dosensudah sudah mengenal mengenal pembelajaran pembelajaran konstruktivistik. konstruktivistik. Namun, Namun,dosen dosenmasih masihperlu perlu diberi diberi pemahaman pemahaman tentang tentang pemahaman tentang perancangan pembelajaran perancangan pembelajaran konstruktivistik yang perancangan pembelajaran konstruktivistik yang Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa sistemik dan sistematis. sistemik dan sistematis. tabel pembelajaran 1 dapat disimpulkan bahwa dosenBerdasarkan sudah mengenal konstruktivistik. Pedalaman hasilpembelajaran kuesioner dilengkapi dengan dosen sudah mengenal konstruktivistik. Namun, dosen masih perlu diberi pemahaman tentang Namun, dosen masih perlu diberi pemahaman wawancara dengan peserta didik. Berikut tentang adalah perancangan pembelajaran pembelajaran konstruktivistik konstruktivistik yang yang perancangan rangkuman hasil wawancara. sistemik sistemikdan dansistematis. sistematis. Pedalaman hasil kuesioner dilengkapi Tabel 2. Hasil Wawancara Peserta Didikdengan Pedalaman hasil dengan kuesioner dilengkapi dengan wawancara dengan peserta didik. Berikut adalah No Indikator Penelitian wawancara dengan pesertaHasil didik. Berikut adalah rangkuman hasil wawancara. 1 Capaian Deskripsi masih umum, rangkuman hasil wawancara. Pembelajaran menyampaikan Tabel 2. Hasil Wawancarabelum dengan Peserta Didik
Tabel 2. Hasil Wawancara dengan Peserta Didik tagihan mata kuliah dan capaianHasil pembelajaran Penelitianuntuk lulusan mata kuliah konseling 1 Capaian Deskripsi masih umum, kelompok. Pembelajaran belum menyampaikan 2 Penyajian materi Perancangan pembelajaran tagihan tidak mata kuliah dan Pembelajaran disusun dilakukan capaian pembelajaran untuk refleksi, revisi dan evaluasi. lulusan mata kuliah konseling 3 Metode Peserta didik belum kelompok. pembelajaran dioptimalkan 2 Penyajian materi Perancangan pembelajaran mengembangkan gagasan, Pembelajaran disusun tidak dilakukan masih berpusat pada refleksi, revisi dan evaluasi. aktivitas dosen. 3 Metode Peserta didik belum 4 Ketersediaan Perangkat bahan-bahan pembelajaran dioptimalkan Perangkat pembelajaran belum tersedia mengembangkan gagasan, Pembelajaran berupa panduan pelaksanaan masih berpusat pada konseling kelompok, bahan aktivitas dosen. ajar dilengkapi lembar 4 Ketersediaan Perangkat bahan-bahan kegiatan peserta didik. Perangkat pembelajaran belum tersedia 5 Evaluasi Mengukur kompetensi Pembelajaran berupa panduan pelaksanaan Pembelajaran intelektual, bentuk tes konseling kelompok, bahan uraian. ajar dilengkapi lembar kegiatan peserta didik. No
5
Indikator
Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan
Evaluasi bahwa Pembelajaran pembelajaran
Mengukur kompetensi berpusat bentuk pada tesdosen. intelektual, uraian. Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran konseling
kelompok masih kurang. belum menyusun Berdasarkan TabelTabel 2 Dosen dapat bahwa Berdasarkan 2 disimpulkan dapat disimpulkan rancangan pembelajaran semester dengan sistemik pembelajaran berpusat pada dosen. Aktivitas bahwa pembelajaran berpusat pada dosen. peserta didik Pelaksanaan dalam pembelajaran dan sistematis. pembelajarankonseling belum Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran konseling kelompok masih kurang. Dosen belum menyusun menggunakan pendekatan konstruktivstik. Penilaian kelompok masih kurang. Dosen belum menyusun aspek kognitif belum mengukur praktik konseling rancangan pembelajaran semester dengan sistemik dan sistematis. Pelaksanaan pembelajaran belum menggunakan pendekatan konstruktivstik. Penilaian aspek kognitif belum mengukur praktik konseling
1_indriAstuti.indd 5
rancangan pembelajaran semester dengan sistemik dan sistematis. Pelaksanaan pembelajaran belum menggunakan pendekatan konstruktivstik. Penilaian konstruktivistik yang sistemik dan sistematis. aspek kognitif belum mengukur praktik konseling kelompok. Untuk itu diperlukan seperangkat kelompok. Untuk itu diperlukan seperangkat pembelajaran yang yang dapat dapat mempermudah mempermudah peserta pembelajaran didik didik dalam dalam belajar. belajar. konstruktivistik yang dengan sistemikdosen dan dirangkum sistematis. Hasil wawancara Hasil wawancara dengan dosen dirangkum seperti terdapatUntuk pada tabel kelompok. itu3. diperlukan seperangkat seperti terdapat pada tabel 3. pembelajaran yang dapat mempermudah peserta Tabel 3. Hasil Wawancara dengan Dosen Tabel 3. Hasil Wawancara dengan Dosen didik dalam belajar. No
Indikator Hasil Penelitian Hasil wawancara dengan dosen dirangkum 1 Capaian Dosen sudah mengetahui seperti terdapat pada tabel 3. Pembelajaran pembelajaran Tabel 3. Hasil Wawancara dengan Dosen konstruktivistik. Namun, belum optimal dilakukan No Indikator Hasil Penelitian dalam pembelajaran 1 Capaian Dosen sudah mengetahui konseling kelompok, Pembelajaran pembelajaran 2 Penyajian Materi Dosen sudah dapat membuat konstruktivistik. Namun, Konseling RKP, tetapi belum membuat belum optimal dilakukan Kelompok rancangan yang dalam pembelajaran 3 Metode Pembelajaran masih banyak konseling kelompok, Pembelajaran berpusat pada dosen. 2 Penyajian Materi Dosen sudah dapat membuat 4 Belum dan membuat Konseling RKP,tersedia tetapi belum Ketersediaan membutuhkan perangkat Perangkat Kelompok rancangan yang pembelajaran yang dapat 3 Pembelajaran Metode Pembelajaran masih banyak mempermudah peserta Pembelajaran berpusat pada dosen. didik belajar. 4 Belum tersedia dan Ketersediaan 5 Evaluasi Penilaian ketuntasan belajar membutuhkan perangkat Perangkat belum dipahami. pembelajaran yang dapat Pembelajaran mempermudah peserta didik Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan belajar.
Berdasarkan tabel 3belum dapat disimpulkan bahwa dosen masih memahami bahwa secara 5 Evaluasi Penilaian ketuntasan belajar dosen masih belum memahami secara maksimal maksimal tentang pembelajaran konstruktivistik. belum dipahami. tentang pembelajaran konstruktivistik. Dosen juga Dosen juga belum membuat rancangan pembelajaran belum membuat rancangan secara Berdasarkan tabel 3pembelajaran dapat disimpulkan sistemik dan sistematis. Oleh karena itu, masih secara sistemik dan sistematis. Oleh karena itu, bahwa dosen masihpembelajaran belum memahami secara memerlukan perangkat yang dapat masih memerlukan perangkat pembelajaran yang maksimal tentang mempermudah pesertapembelajaran didik belajar. konstruktivistik. dapatHasil mempermudah peserta didik belajar. kusioner dan dilengkapi Dosen juga belum membuatwawancara rancangan pembelajaran dengan Hasil observasi pembelajaran di kelas. Data kusioner dan wawancara dilengkapi secara sistemik dan sistematis. itu, pembelajaran di kelas terdiri atasOleh (1) karena kegiatan dengan observasi pembelajaran di kelas. Data masih memerlukan perangkat yang pembukaan, (2) kegiatan inti, (3)pembelajaran kegiatan penutup. pembelajaran di pembelajaran kelas terdiri atas (1)dirangkum kegiatan Hasil observasi dapat dapat mempermudah peserta didik belajar. pada tabel berikut. pembukaan, (2) kegiatan inti, (3) kegiatan penutup. Hasil kusioner dan wawancara dilengkapi Hasil observasi pembelajaran dapat dirangkum dengan observasi pembelajaran di kelas. Data pada tabel berikut. pembelajaran di kelas terdiri atas (1) kegiatan pembukaan, (2) kegiatan inti, (3) kegiatan penutup.
5
Hasil observasi pembelajaran dapat dirangkum pada tabel berikut.
6
07/11/2016 11:26:11
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 1 April 2016
Tabel 4. Pembelajaran Tabel 4.Hasil HasilObservasi Observasi Pembelajaran
Aspek
Hasil Penelitian
Kegiatan Pembukaan
Penyampaian diskripsi mata kuliah secara umum. Capaian pembelajaran tidak disampaiakn dengan jelas, sehingga peserta didik tidak tau arah mata kuliah.
Kegiatan Inti
Dosen masih banyak mendominasi dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran kurang berpusat pada siswa..
Kegiatan Penutup
Belum ada kegiatan merangkum dan refleksi. Tidak ada penugasan untuk peserta didik. Pembelajaran diakhiri dengan doa.
Berdasarkan
tabel
4
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran masih tampak Berdasarkan tabel 4 tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran masih menyenangkan tampak monoton. monoton. Pembelajaran kurang dan Pembelajaran kurang menyenangkan dan belum belum membuat didik aktif membangun membuat peserta peserta didik aktif membangun gagasan. gagasan. Masih terdapat dan hambatan Masih terdapat kesulitankesulitan dan hambatan ketika kegiatan kegiatan pengungkapan masalah dan pembahasan ketika pengungkapan masalah dan masalah kegiatan. Pada kegiatan penutup dosen pembahasan masalahkegiatan kegiatan. Pada kegiatan belum mengadakan refleksi. penutup dosen belum mengadakan kegiatan b. Model awal refleksi. Model awal yang secara konseptual b. Model awal berdasarkan model pembelajaran dikembangkan konstruktivistik Gagnon dan Collay (2001:7). Model awal yang secara konseptual Model awal terdiri dari komponen masukan dikembangkan pembelajaran meliputi tujuan berdasarkan pembelajaran,model karakteristik peserta didik dan karaktristik mata kuliah konseling kelompok. konstruktivistik Gagnon dan Collay (2001:7). Sedangkan komponen proses meliputi bahan ajar, Model awal terdiri dari komponen masukan enam indikator pembelajaran konstruktivistik masuk meliputi tujuanstrategi pembelajaran, karakteristik peserta dalam unsur pembelajaran dan evaluasi kompetensi dan keterampilan. awal didik dan kognitif karaktristik mata kuliah Model konseling konseptual yang dikembangkan di antaranya bahan Sedangkan komponen prosesdidik meliputi kelompok. ajar, panduan dan lembar kerja peserta untuk bahan ajar, enam indikator pembelajaran praktik konselingkelompok.. Model Konseptual Model ini merupakan hasil revisi model konstruktivistik masuk dalam unsur dari strategi awal yang telah mengalami validasi dari desain ahli pembelajaran dan evaluasi dan teknologi pendidikan, ahli kompetensi materi, dankognitif ahli media. Ahli desain teknologi keterampilan. Modelpendidikan awal memvalidasi konseptual kaitan yang antara Bahan ajar dan Buku panduan, serta Lembar dikembangkan di antaranya bahan ajar, panduan kerja peserta didik praktik konseling kelompok dan lembar kerjaAhli peserta didik untuk praktik konstruktivistik. materi memvalidasi dari konselingkelompok.. Model Konseptual
6
1_indriAstuti.indd 6
kelayakan Model materi, inipenyajian materi, merupakan hasilkebahasaan, revisi dari dan grafika. Bentuk fisiknya berupa pembuatan model awal yang telah mengalami validasi dari rencana pembelajaran semester (RPS). Ahli media desain ahli teknologi pendidikan, ahli materi, ahli memvalidasi secara khusus tata tulis, desain dan grafis baik coverAhli maupun isi bahan ajar, panduan dan media. desain teknologi pendidikan lembar kerja praktik konseling kelompok dan contoh memvalidasi kaitan antarakelompok. Bahan ajar dan Buku CD pembelajaran konseling panduan, serta Lembar kerja peserta didik praktik c. Model Draf Akhir konseling kelompok konstruktivistik. Ahli materi Model draf akhir pembelajaran konseling memvalidasi dari kelayakan materi, penyajianmodel materi, kelompok konstruktivistik menampilan kebahasaan, danterdiri grafika. fisiknya berupa secara utuh yang atas Bentuk (1) model konseptual; (2) model prosedural, (3) model fisikal. pembuatan rencana dan pembelajaran semester (RPS).
Ahli media memvalidasi secara khusus tata tulis, desain grafis baik cover maupun isi bahan ajar, panduan
dan
lembar
kerja
praktik
konseling
kelompok dan contoh CD pembelajaran konseling kelompok. c. Model Draf Akhir Model draf akhir pembelajaran konseling kelompok
konstruktivistik
menampilan
model
secara utuh yang terdiri atas (1) model konseptual; (2) model prosedural, dan (3) model fisikal. Gambar 1. Model Utuh Pembelajaran Konseling Kelompok Konstruktivistik
2. Kelayakan Model Kelayakan model dirumuskan berdasarkan uji coba pakar, yang terdiri atas desain ahli teknologi pendidikan, ahli materi, dan ahli media. Hasil validasi para pakar adalah sebagai berikut. Berdasarkan tabel 5 tersebut dapat dijelaskan bahwa masih diperlukan perbaikan pada rancangan model konseptual agar sesuai dengan konsep konstruktivistik. Hasil kelayakan dari ahli materi Gambaradalah 1. Model Konselingdari rata-rata baik.Utuh Hal Pembelajaran yang harus diperbaiki Kelompok kegrafikan adalah hirarkiKonstruktivistik penggunaan font huruf pada teks pada setiap gambar yang ada dalam 2. Kelayakan Model bahan ajar. Masukan dari para ahli digunakan sebagai Kelayakan model dirumuskan berdasarkan bahan untuk memperbaiki model, sehingga didapat uji coba pakar, yang terdiri atas desain ahli model draf final yang akan diuji coba ke peserta didik. teknologi pendidikan, ahli materi, dan ahli media. Hasil validasi para pakar adalah sebagai berikut. 7
07/11/2016 11:26:12
Indri Astuti, Pengembangan Model Pembelajaran Konseling ...
Tabel 5. Hasil Validasi Ahli
Tabel 5. Hasil Validasi Ahli Ahli Ahli Desain Teknologi Pendidikan
Ahli Materi
Ahli Media
Hasil Validasi Relevansi rancangan model konseptual dengan kebutuhan di lapangan dinilai baik . Penerapan konsep baik. Yang masih harus diperbaiki adalah rancangan model konseptual berdasarkan konstruktivistik. Hasil validasi memberikan skor rata-rata 4,1 (b ik) Hasil validasi ahli materi skor ratarata 3, 75 (baik) sehingga produk liti di t k b ik Skor rata-rata di atas 3,81(baik) namun masih ada hal-hal yang harus diperbaiki terutama pada konsistensi penggunaan font huruf dan kejelasan ilustrasi gambar dengan penggnaan warna serta teks.
Berdasarkan
tabel
5
tersebut
dapat
dijelaskan bahwa masih diperlukan perbaikan pada 3. Efektivitas Model rancangan modelefektivitas konseptualmodel agar sesuai Gambaran akan dengan terlihat
dari dan Hasil kebermanfaatan konsepkebergunaan konstruktivistik. kelayakan darimodel ahli yang dikembangkan. Adapun kebergunaan dan materi rata-rata adalah baik. Hal yang harus kebermanfaatan model dapat dilihat dari (1) respon diperbaiki dari kegrafikan hirarki subjek uji coba dan (2) hasil belajaradalah yang diperoleh subjek uji coba. subjekteks uji pada coba setiap dapat penggunaan font Respon huruf pada dilihat (a) Uji One to One; (2) Uji Kelompok Kecil, gambar yang ada dalam bahan ajar. Masukan dari (3) Uji Kelompok lapangan. para ahli digunakan sebagai bahan untuk a. Uji One to One memperbaiki model, sehingga didapat model draf
Hasil pendapat subjek uji coba one to one final yang akan diuji coba ke peserta didik. adalah menggunakan tiga orang peserta didik dari tiga kelas masing-masing 3. Efektivitas Modelsatu orang dengan kemampuan GambaranHasilnya efektivitassebagai modelberikut: akan terlihat yang berbeda. semua peserta didik tertarik pada produk karenamodel keberadaan dari kebergunaan dan kebermanfaatan yang secara fisik bahan ajar, panduan dan lembar kerja dikembangkan. dan praktik konseling Adapun kelompok kebergunaan terutama tampilan kebermanfaatan model dilihat (1) peserta respon gambar dan warna yangdapat menarik; duadari orang didik menyatakan ada(2) gambar tidak jelas karena subjek uji coba dan hasil yang belajar yang diperoleh tidak ada teks, seorang peserta didik menyatakan ada subjek uji subjek karena uji coba dapat kegiatan yangcoba. tidakRespon bisa dilakukan tidak ada keterangan teks dan gambar. dilihat (a) Uji One to One; (2) Uji Kelompok Kecil, Masukan darilapangan. uji one to one itu digunakan (3) Uji Kelompok untuk bahan revisi produk. Produk yang sudah direvisi kemudian a. Uji One to One diuji coba pada uji coba kelompok kecil. Hasil pendapat subjek uji coba one to one adalah menggunakan tiga orang peserta didik dari
1_indriAstuti.indd 7
b. Uji Kelompok Kecil tiga kelas masing-masing satu orang dengan Hasil uji kelompok kecil adalah dari 9 kemampuan yang berbeda. Hasilnya sebagai orang di ambli dari tiga kelas yang berbeda. berikut: peserta didikdikenakan tertarik pada produk Uji coba semua kelompok kecil 9 peserta didik ambilfisik daribahan tiga ajar, kelaspanduan yang karena keberadaan di secara berbeda dan representatif untuk populasi sarana dan sebenarnya lembar kerja praktik konseling kelompok yang yaitu 3 orang kemampuannya tampilan gambar warna yang menarik; diterutama atas rata-rata dan 3danorang mempunyai kemampuan rata-ratadidik serta 3 orangadadibawah dua orang peserta menyatakan gambar rata-rata. Masukan yang diperoleh pada bahan ajar yang tidak(91,67%), jelas karena tidak ada teks, seorang sistematika kompetensi (87,50%), materi peserta didik menyatakan ada kegiatan yangatkan tidak (87,18%), evaluasi (86,81%). Mengisyar bahan ajar sesuai kebutuhan didikteks untuk bisa dilakukan karena tidak adapeserta keterangan dan pembelajaran konseling kelompok. Namun masih gambar. ada perbaikan tentang gambar, konsistensi huruf dan peletakan pewarnaan. Sedangkan Masukanteks dariserta uji one to one itu digunakan praktik kelompok, pembentukan untuk konseling bahan revisi produk. tahap Produk yang sudah (85%), tahapkonseling peralihankelompok (88,89%),dengan tahap unsur kegiatan pelaksanaan visi, direvisi kemudian diuji coba pada uji coba (85%) tahap pengakhiran (84,89%). Menunjukkan misi, dan tujuan, dan prosedur pelaksanaan serta bahwa peserta kelompok kecil.didik telah memahami indikator evaluasi. di setiap tahapan konseling kelompok. Saran b. Ujialir Kelompok bagan praktik Kecil konseling kelompok dilengkapi Masukan dari uji coba kelompok kecil panduanHasil pelaksanaan konselingkecil kelompok uji kelompok adalahdengan dari 9 digunakan sebagai bahan revisi produk. Produk unsur visi, misi, tujuan, dan prosedur pelaksanaan orangsudah di ambli dari tiga kelas yang berbeda. Uji yang serta evaluasi.direvisi akan diuji coba pada uji coba cobaMasukan kelompokdari kecilujidikenakan 9 pesertakecil didik coba kelompok lapangan. digunakan sebagaitigabahan revisi produk. Produk ambil dari yang berbeda dan c.di Uji Coba Kelompok kelas Lapangan. yang sudah direvisi akan diuji coba pada uji coba representatif untuk populasi sarana yang sebenarnya lapangan.Uji coba kelompok besar dilakukan dengan yaitu 3 orang kemampuannya di atas rata-rata dan observasi pembelajaran selama 7 kali pembelajaran. c. Uji Coba Kelompok Lapangan. 3 orang mempunyai kemampuan rata-rata serta 3 KelasUji uji coba coba adalah kelasbesar A pagidilakukan (23 ) dan dengan B Pagi kelompok orang dibawah rata-rata. Masukan yang diperoleh (26) dan pembelajaran A Siang (21) peserta didik. Indikator observasi selama 7 kali pembelajaran. pada uji bahan ajar sistematika (91,67%), kompetensi Kelas coba adalah kelas A pagi (23 ) dan uji B tanggapan subjek uji coba sama dengan Pagi (26) dan A Siang (21) peserta didik. Indikator (87,50%), materi (87,18%), evaluasi (86,81%). kelompok kecil. cobadengan kelompok tanggapan subjek Sedangkan uji coba uji sama uji Mengisyar atkan bahan ajar sesuai kebutuhan kelompok kecil.pre Sedangkan ujitest coba kelompok besar dilakukan test dan pos untuk melihat peserta didikpreuntuk pembelajaran konseling besar dilakukan test dan pos test untuk melihat efektivitas model dari hasil belajar peserta didik. efektivitas darimasih hasil belajar peserta didik. kelompok.model Namun ada perbaikan tentang berikut ini ini rangkuman rangkuman hasil hasil pre pre dan dan pos pos hasil hasil berikut gambar, konsistensi huruf dan peletakan teks serta belajar belajar konseling konseling kelompok. kelompok. pewarnaan. Sedangkan praktik konseling Tabel 6. Hasil Pretes dan Postes Tabel 6. Hasil tahap Pretes dan Postes pembentukan (85%), tahap kelompok,
PEMBAHA
Pe
pada KKN
Pelaksanaan
kendala, y
pembelajara
Oleh karen diperlukan membantu baik.
M
dikembangk
yang meng
model prose
Se
Kelas (88,89%), Pre Testahap kegiatan Post Tes (85%) Selisih peralihan dan tahap A Pagi
66,41
81,52
15,11
B Pagi
67,60
81,54
13,94
pengakhiran (84,89%). Menunjukkan bahwa peserta
kan
didik telah memahami indikator tahapan A siang 68,10 81,55 di setiap 13,45
konstruktivi
konseling kelompok. Saran bagan alir praktik Berdasrkan tabel 6 dapat disimpulkan konseling kelompok dilengkapi panduan bahwa produk tersebut dapat meningkatkan hasil 78 belajar peserta didik sehingga layak digunakan dalam proses pembelajaran. Berikut ini ditampilkan dalam betuk grafik
berd
bahwa kom situations), questions,
tahapan-tah (2004: 7),
tahap tran
07/11/2016 11:26:13
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 18, No. 1 April 2016
an unsur visi,
sanaan serta
Berdasrkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa produk tersebut dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik sehingga layak digunakan dalam proses pembelajaran. Berikut ini ditampilkan dalam betuk grafik
ompok kecil
duk. Produk
ada uji coba
ukan dengan
embelajaran. dan B Pagi
k. Indikator
dengan uji
a kelompok
ntuk melihat
(2004: 7), meliputi tahap awal (beginning); (2) tahap transisi (transition); (3) tahap kegiatan (working) dan (4) tahap pengakhiran (termination). Model yang menunjukkan pembelajaran terintegrasi dengan memperhatikan keterampilan, pengetahuan, dan sikap. Secara prosedural, model pembelajaran pada penelitian ini dikembangkan berdasarkan model Dick dan Carey. Model tersebut merupakan salah satu model prosedural yang menyarankan penerapan desain pembelajaran agar disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus ditempuh secara berurutan. Salah satu kelebihan dari model Dick dan Carey adalah adanya tahapan evaluasi formatif dan revisi pada setiap langkah. Model fisikal yang dihasilkan adalah produk berupa Buku bahan ajar, Panduan konseling kelompok, Buku latihan kerja peserta didik untuk praktik konseling kelompok. Setelah mengalami validasi dan uji coba lapangan, diperoleh hasil bahwa model secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran konseling kelompok.
eserta didik.
KESIMPULAN
n pos hasil
Kesimpulan penelitian ini sebagai berikut. (1) Rancangan model pembelajaran konseling kelompok dengan pendekatan konstruktivistik dikembangkan berdasarkan model konseptual, model prosedural, dan model fisikal. (2) Efektivitas pembelajaran konseling kelompok konstruktivistik model fisikal terdiri atas bahan ajar, panduan konseling kelompok, latihan kerja peserta didik. Berikut ini hasil respon peserta didik terhadap bahan hajar menunjukkan kelas A Pagi memberikan respon baik terhadap bahan ajar dengan rata-rata (86,89 %). Artinya bahan ajar menarik mudah dipahami dengan bahasa sederhana dan sesuai kebutuhan peserta didik. Bahan ajar disusun sesuai dengan kompetensi mata kuliah. Selanjutnya Kelas B Pagi memberikan respon baik dengan rata-rata (89,19 %), artinya bahan ajar menarik dan efektif untuk digunakan dalam mata kuliah konseling kelompok. Sistematika bahan ajar mempermudah peserta didik dalam menggunakannya, dengan rata- rata (90,06). Sementara Kelas B Siang memberikan respon dengan rata-rata (91,19), artinya bahan ajar sangat menarik dan efektif untuk digunakan, dengan tampilan gambar dan bagan yang sangat membantu peserta didik. Uraian materi sangat sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan mudah dipahami, dengan
PEMBAHASAN PEMBAHASAN Pembelajaran konstruktivistik diterapkan Selisih 15,11 13,94 13,45
disimpulkan katkan hasil digunakan
etuk grafik
konstruktivistik pada Pembelajaran KKNI dan kurikulum di Satuan diterapkan pendidikan. pada KKNI dan kurikulum di Satuan pendidikan. Pelaksanaan pembelajaran masih terdapat banyak Pelaksanaan pembelajaran masih terdapat banyak kendala, yaitu yaitu ketidakjelasan ketidakjelasan pada pada perancangan perancangan kendala, pembelajaran, pembelajaran, proses proses pembelajaran, pembelajaran, dan dan penilaian. penilaian. Oleh karena itu, pembelajaran tidak efektif dan Oleh karena itu, pembelajaran tidak efektif dan diperlukan sebuah model pembelajaran yang dapat diperlukan sebuah model pembelajaran dapat membantu terlaksanakan pembelajaranyang dengan baik. membantu terlaksanakan pembelajaran dengan Model pembelajaran konstruktivistik yang baik. dikembangkan pada penelitian ini adalah model konstruktivistik Model pada pembelajaran yang mengacu (1) model konseptual, yang (2) model prosedural, dan (3) model fisikal. dikembangkan pada penelitian ini adalah model Secara konseptual, model dikembangyang berdasarkan mengacu padateori (1) model (2) kan model konseptual, pembelajaran konstruktivistik dari dan Collay (2001:7), model prosedural, danGagnon (3) model fisikal. bahwa komponen pembelajaran ada yaitu Secara konseptual, model enam dikembang(1) situations), (2) (gruopings), (3) bridges, (4) kan berdasarkan model pembelajaran questions, (5) exhibits,teori (6) reflections. Sedangkan tahapan-tahapan konseling kelompok dari Gladding konstruktivistik dari Gagnon dan Collay (2001:7),
bahwa komponen pembelajaran ada enam yaitu (1)
8
situations),
(2)
(gruopings),
(3)
bridges,
(4) 9
1_indriAstuti.indd 8
07/11/2016 11:26:13
Indri Astuti, Pengembangan Model Pembelajaran Konseling ...
rangkuman, dan latihan. Berdasarkan temuan dari ketiga kelas yang memberikan respon dengan ratarata-rata sangat baik, maka mengindikasikan bahan ajar efisien dan menarik dengan sistematika sesuai konsep dasar dan praktik konseing kelompok, materi yang memadai dan dilengkapi dengan evaluasi dan reflleksi. Respon Dosen terhadap Pembelajaran Konseling Kelompok Konstruktivistik hasilnya untuk kejelasan rancangan model pembelajaran (83,34%) menyatakan sangat jelas dan (16,67 %) menyatakan jelas. Untuk kejelasan setiap tahapan model menyatakan (83,33 %) sangat jelas dengan tahapan penggunaan model, sementara (16,66%) menyatakan jelas dan masih ada yang belum dipahami yaitu tentang penggunaan bagan alir konseling kelompok. Selanjutnya strategi penilaian pembelajaran yang akan dilaksanakan ada (66,63%) menyatakan sangat sesuai dengan karakteristik konseling kelompok. selebihnya (33,34%) masih ada bagian yang belum sesuai sehingga memerlukan penjelasan. Adapun bentuk penilaian yang memerlukan penjelasan adalah penilaian praktik konseling kelompok. Keyakinan untuk melaksanakan model menunjukan (83,33%) menunjukkan yakin dapat melaksanakan dan selebihnya (16,66%) berusaha untuk mencobanya. Kesulitan belum ditemukan karena belum melaksanakan. Komentarnya pembelajaran akan menarik dan menantang, peserta didik akan termotivasi untuk belajar mandiri.
Gagnon Jr. George W. & Collay Michelle, Designing for Learning Six in Costructivist Classrooms. California: Corein Press, Inc,2001. Gladding, Samuel T. Counseling A Comprehensive Profession. Columbus, Ohio: Upper Saddle River. New Yersey, 2004. Jacobs, ED E. et al. Group Counseling : Strategi and Skills. California: Brook/Cole Publishing Company, 2012. Panduan Umum Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Semarang: ABKIN, 2013. Prayitno, Mengatasi Krisis Identitas ProfesiKonselor. Padang: FKIP,2013. Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan, Metode Penelitian Pengembangan, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Walter Dick, Lou Carey, dan James O Carey, The Systemic Design of Instruction. Boston: Pearson. 2005. Wolfoofolk, Anita. Educational Psychology. Boston: Person Educational Inc,2007.
DAFTAR RUJUKAN Anita Wolfolk, Educatioan Pyscology. Pearson, Inc. 2007. Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern. Jakarta: Erlangga. 2012. Borg, Wolter R. & Meredith D. Gall. Educational Research An Introduction, 7th ed. Boston: Pearson Education Inc, 2003. Corey Gerald, Marianne Schneider Corey, dan Gerald Corey, Group Prosess and Practice. Australia: Thomson Brooks/Cole, 2006. Dewantara, Ki Hajar. Bagian I – Pendidikan. Yogjakarta: Majelis Luhur Persatuan TamanSiswa, 1977. Elaine B. Johnson, Contextual Teaching andLearning. Bandung: Kaifa. 2009.
9
1_indriAstuti.indd 9
07/11/2016 11:26:13