PENGEMBANGAN KIT IPA POKOK BAHASAN CAHAYA UNTUK SISWA KELAS 5 SDN REJOWINANGUN 1 YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: Erfina Nurul Fatonah NIM: 13108241107
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017
i
PENGEMBANGAN KIT IPA POKOK BAHASAN CAHAYA UNTUK SISWA KELAS 5 SDN REJOWINANGUN 1 YOGYAKARTA Oleh: Erfina Nurul Fatonah NIM 13108241107 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan media KIT IPA pokok bahasan cahaya untuk pembelajaran di kelas 5 dan keefektifan penggunaan media KIT IPA pokok bahasan cahaya berdasarkan hasil uji coba. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangandengan menggunakan model pengembangan 4-D (Define, Design, Develop, dan Dissemination) (Thiagarajan dkk., 1974) yang kemudian dimodifikasi menjadi model 3-D (Define, Design, dan Develop). Penelitian ini dilaksanakan di SDN Rejowinangun 1 Yogyakarta dengan subjek penelitian siswa kelas 5. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data diperoleh melalui instrumen angket dan soal pretest-posttest. Hasil penelitian ini menunjukkan media KIT IPA Cahaya dinyatakan layak dan efektif digunakan dalam pembelajaran IPA Kelas 5 SDN Rejowinangun 1 Yogyakarta. Kelayakan media dapat dilihat dari: 1) hasil akhir validasi ahli materi yang termasuk dalam kategori “Sangat Baik” dengan skor rata-rata 3,82, 2) hasil akhir validasi ahli media yang termasuk kategori “Sangat Baik” dengan skor rata-rata 3,54, 3) respon guru yang menunjukkan kategori “Sangat Baik” dengan skor rata-rata 3,68, dan 4) respon siswa dalam tiga kali uji coba yang seluruhnya menunjukkan hasil “Sangat Baik” dengan rata-rata 3,91, 3,43, dan 3,09. Keefektifan produk dapat dilihat dari hasil perhitungan nilai gain.Nilai gain dari uji coba one to one sebesar 0,56,dariuji coba kelompok kecil sebesar 0,47, dan dari uji coba lapangan diperoleh nilai sebesar 0,44. Berdasarkan tiga kali uji coba tersebut dapat diketahui bahwa nilai gain yang diperoleh seluruhnya berada pada kategori sedang. Kata kunci: pengembangan KIT IPA, cahaya, siswa kelas 5.
ii
THE DEVELOPMENT OF LIGHT SCIENCE KIT FOR GRADE 5 STUDENTS OF SDN REJOWINANGUN 1 YOGYAKARTA By: Erfina Nurul Fatonah NIM 13108241107 ABSTRACT The purpose from this research are knowing the feasibility of light science kit for learning in grade 5 and determine the effectiveness use of light science kit based on data from developmental testing. This research was a research and development using 4-D development model (Define, Design, Develop, and Dissemination) (Thiagarajan et al., 1974) which was modified into a 3-D model (Define, Design, and Develop). The research was conducted in SDN Rejowinangun 1 Yogyakarta with 5th grade student for the research subjects. This research used qualitative and quantitative data. Data obtained through questionnaires and pretest-posttest questions. The results of this research indicate that the instructional science kit media of light is feasible and effective to use in 5th grade science learning at SDN Rejowinangun 1 Yogyakarta. Feasibility media can be seen from: 1) the outcome of expert validation of material included in the"Very Good" category with an average score of 3.82, 2) the final outcome of expert validation of media included in the "Very Good" category with an average score of 3.54, 3) the response of teachers that show the "Very Good" category with an average score of 3.68, and 4) the response of students in three stage of developmental testing which all shows the "Very Good" results with an average score of 3.91, 3.43, and 3.09. The effectiveness of the product can be seen from the calculation of the gain. The gain of one to one evaluation is 0.56, gain of the small group evaluation is 0.47, and gain score from field evaluation is 0.44. Based on that three evaluations, it is known that the value of the gain obtained entirely in middle category. Keywords: science KIT development, light, grade 5 students.
iii
iv
v
MOTTO
“Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Muslim).
“A person who never made a mistake never tried anything new” (Albert Einstein)
“Tidak akan ada keberuntungan tanpa kerja keras dan doa ibu” (penulis)
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dengan baik. Karya sederhana ini saya persembahkan untuk: 1. Kedua orang tua saya, Bapak Slamet Riyanto dan Ibu Yatinah, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil, kasih sayang yang tiada henti, nasihat yang menguatkan, serta motivasi agar dapat menyelesaikan studi dengan baik. Teruntuk ibu tersayang, terimakasih atas doa yang selalu didengar Allah. 2. Kedua kakak saya, Mbak Tatik dan Mbak Wiwik, yang telah memberikan dukungan dan semangat. 3. Almamater UNY sebagai tempat menimba ilmu dan pengalaman. 4. Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
yang
telah
memberikan
kepercayaan beasiswa bidikmisi sehingga dapat menyelesaikan studi tepat waktu.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya Tugas Akhir Skripsi dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Pengembangan KIT IPA Pokok Bahasan Cahaya untuk Siswa Kelas 5 SDN Rejowinangun 1 Yogyakarta” dapat disusun sesua dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Ibu Woro Sri Hastuti, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini. 2. Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd.dan Ibu Isniatun Munawaroh, M.Pd. selaku Validator instrumen penelitian TAS yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitan TAS dapat terlaksana sesuai dengan tujuan. 3. Bapak Prof. Dr. Djukri, M. S. selaku Penguji Utama, Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd selaku Sekretaris Penguji, dan Ibu Woro Sri Hastuti, M. Pd. selaku Ketua Penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini. 4. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan proposal sampai dengan selesainya TAS ini.
viii
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ........................................................................................i ABSTRAK ..........................................................................................................ii SURAT PERNYATAAN...................................................................................iii LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................iv LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................v MOTTO .............................................................................................................vi PERSEMBAHAN .............................................................................................vii KATA PENGANTAR .....................................................................................viii DAFTAR ISI.......................................................................................................x DAFTAR TABEL.............................................................................................xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................1 B. Identifikasi Masalah .........................................................................6 C. Pembatasan Masalah ........................................................................7 D. Rumusan Masalah ............................................................................7 E. Tujuan Penelitian..............................................................................8 F. Manfaat Penelitian............................................................................8 G. Spesifikasi Produk............................................................................9 H. Keunggulan Produk........................................................................13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Media Pembelajaran .............................................16 1. Pengertian Media Pembelajaran ................................................16 2. Ciri-ciri Media Pembelajaran ....................................................17 3. Klasifikasi Media Pembelajaran................................................19 4. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ...................................27 5. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran .................................30 B. Kajian Tentang KIT Ilmu Pengetahuan Alam................................33 1. Pengertian KIT IPA ..................................................................33 2. Jenis-jenis KIT IPA ...................................................................35 3. Kegunaan KIT IPA....................................................................36 C. Kajian Tentang Ilmu Pengetahuan Alam .......................................37 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ..........................................37 2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar .........39 D. Kajian Tentang Pokok Bahasan Cahaya di Sekolah Dasar ............42 1. Sifat-sifat Cahaya ......................................................................42 2. Pemanfaatan Sifat-sifat Cahaya dalam Karya Sederhana .........45 E. Karakteristik Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar ...................................46 F. Kajian Penelitian Relevan ..............................................................47 G. Kerangka Berpikir .........................................................................50
x
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian............................................................................51 B. Prosedur Penelitian.........................................................................51 1. Define (Pendefinisian).............................................................55 2. Design (Perancangan) .............................................................58 3. Develop (Pengembangan) .......................................................61 C. Uji Coba Produk.............................................................................63 1. Desain Uji Coba ......................................................................63 2. Subjek Uji Coba ......................................................................67 D. Jenis Data .......................................................................................67 E. Metode Pengumpulan Data ............................................................68 1. Angket .....................................................................................68 2. Tes ...........................................................................................71 F. Instrumen Penelitian.......................................................................72 1. Langkah-langkah Menyusun Instrumen Angket .....................73 2. Langkah-langkah Menyusun Soal Tes ....................................82 G. Analisis Data ..................................................................................87 1. Teknik Analisis Angket...........................................................88 2. Teknik Analisis Hasil Tes Siswa ............................................91 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ..............................................................................93 1. Deskripsi Hasil Tahap Pendefinisian ......................................93 2. Deskripsi Hasil Tahap Perencanaan......................................100 3. Deskripsi Hasil Tahap Pengembangan..................................107 4. Revisi Produk ........................................................................131 B. Deskripsi Hasil Pengembangan Produk .......................................139 C. Pembahasan..................................................................................143 D. Keterbatasan Penelitian ................................................................151 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan........................................................................................152 D. Saran ..............................................................................................153 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................155 LAMPIRAN....................................................................................................158
xi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. SK dan KD IPA Kelas 5 Semester 2 Berdasarkan KTSP 2006 ..........41 Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Angket untuk Ahli Materi ...................................78 Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Angket untuk Ahli Media ...................................79 Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Angket untuk Guru..............................................80 Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Angket untuk Siswa ............................................81 Tabel 6. Kisi-kisi Soal Tes ................................................................................84 Tabel 7. Pedoman Penskoran ............................................................................88 Tabel 8. Acuan Pengubahan Skor Menjadi Skala Empat .................................89 Tabel 9. Hasil Konversi Skor Skala Empat.......................................................90 Tabel 10. Kriteria Peningkatan Nilai Kogntif ...................................................92 Tabel 11. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap 1 ................................................109 Tabel 12. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap 2 ................................................111 Tabel 13. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap 3 ................................................112 Tabel 14. Hasil Validasi Ahli Media Tahap 1.................................................114 Tabel 15. Hasil Validasi Ahli Media Tahap 2.................................................117 Tabel 16. Respon Guru ...................................................................................119 Tabel 17. Hasil Uji Coba One to One .............................................................121 Tabel 18. Hasil Uji Coba Kelompok Kecil .....................................................124 Tabel 19. Hasil Uji Coba Lapangan ................................................................127 Tabel 20. Hasil Uji Gain pada Uji Coba One to One......................................129 Tabel 21. Hasil Uji Gain pada Uji Coba Kelompok Kecil..............................130 Tabel 22. Hasil Uji Gain pada Uji Coba Lapangan ........................................130 Tabel 23. Saran Ahli Materi dan Bentuk Revisi KIT IPA Cahaya .................132 Tabel 24. Saran Ahli Media dan Bentuk Revisi KIT IPA Cahaya..................137 Tabel 25. Keunggulan KIT IPA Cahaya .........................................................148
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale ....................................................20 Gambar 2. Taksonomi Menurut Kontinum Pembelajaran dari Edling .............21 Gambar 3. Kerangka Berpikir ...........................................................................50 Gambar 4. Desain Penelitian 4D.......................................................................52 Gambar 5. Desain Penelitian 3D yang Dimodifikasi dari Model 4D ...............54 Gambar 6. Tiga Tahap Evaluasi Formatif.........................................................64 Gambar 7. Langkah One to One Evaluation.....................................................65 Gambar 8. Langkah Small Group Evaluation...................................................66 Gambar 9. Langkah Field Evaluation...............................................................66 Gambar 10. Konsep Cahaya untuk Kelas 5 SD ................................................98 Gambar 11. Diagram Batang Penilaian Ahli Materi Tahap Pertama Hingga Tahap Ketiga..................................................................113 Gambar 12. Diagram Batang Penilaian Ahli Media Tahap Pertama Hingga Tahap Kedua .................................................................118 Gambar 13. Revisi Oleh Ahli Materi ..............................................................133 Gambar 14. Revisi Oleh Ahli Media...............................................................138
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Angket Penilaian Ahli Materi Tahap 1.......................................159 Lampiran 2. Angket Penilaian Ahli Materi Tahap 2.......................................164 Lampiran 3. Angket Penilaian Ahli Materi Tahap 3.......................................169 Lampiran 4. Data Mentah Perolehan Skor dari Angket Ahli Materi ..............174 Lampiran 5. Angket Penilaian Ahli Media Tahap 1 .......................................180 Lampiran 6. Angket Penilaian Ahli Media Tahap 2 .......................................184 Lampiran 7. Data Mentah Perolehan Skor dari Angket Ahli Media...............188 Lampiran 8. Angket Guru ...............................................................................191 Lampiran 9. Data Mentah Perolehan Skor dari Angket Guru.........................205 Lampiran 10. Angket Siswa pada Uji Coba One to One ................................212 Lampiran 11. Angket Siswa pada Uji Coba Kelompok Kecil ........................217 Lampiran 12. Angket Siswa pada Uji Coba Lapangan ...................................222 Lampiran 13. Soal Pretest dan Kunci Jawaban ..............................................227 Lampiran 14. Soal Posttest dan Kunci Jawaban .............................................232 Lampiran 15. Perhitungan Nilai Gain Uji Coba One to One ..........................237 Lampiran 16. Perhitungan Nilai Gain Uji Coba Kelompok Kecil ..................238 Lampiran 17. Perhitungan Nilai Gain Uji Coba Lapangan.............................239 Lampiran 18. Surat Izin Penelitian..................................................................241 Lampiran 19. Surat Keterangan Validasi Ahli................................................244 Lampiran 20. Dokumentasi Penelitian............................................................246 Lampiran 21. Design KIT IPA Cahaya...........................................................249
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang sekolah yang paling dasar bagi pendidikan formal di Indonesia. Pada pasal 17 ayat 1 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Oleh karena itu, berbagai pengetahuan baru dipelajari siswa dalam jenjang SD sebagai bekal untuk digunakan di jenjang SMP/ MTs. Pengetahuan tersebut dipelajari melalui mata pelajaran seperti Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, pendidikan agama, maupun muatan lokal. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran utama di SD. Secara singkat, Hendro Darmojo menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Samatowa, 2006: 2). IPA dapat dipandang dari segi produk, proses, dan dari segi pengembangan sikap. IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya telah tersusun dalam buku teks. IPA sebagai proses yaitu proses mendapatkan IPA itu sendiri atau tidak lain adalah metode ilmiah. Pada jenjang SD, IPA sebagai proses dapat dilakukan dengan cara
memberi kesempatan siswa untuk memperoleh pengetahuannya
sendiri melalui percobaan dan membuat kesimpulan. Sedangkan IPA sebagai pemupukan sikap dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah terhadap alam sekitar (Sulistyorini, 2007: 9-10).
1
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa IPA merupakan ilmu yang penting diajarkan di SD. Alasan mengapa IPA diajarkan di SD menurut Usman Samatowa (2006: 3) adalah dapat meningkatkan kemampuan siswa berpikir kritis dan objektif serta apabila diajarkan melalui metode percobaan maka IPA bukanlah mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka. Aktivitas percobaan dapat dilakukan di kelas dengan berbagai bantuan alat belajar atau bahkan di lingkungan sekolah. Selain aktivitas percobaan, IPA juga dapat diajarkan melalui berbagai metode lain, seperti demonstrasi, observasi, diskusi, dan lain sebagainya. Untuk menunjang proses belajar IPA, maka diperlukan perangkat pembelajaran seperti bahan ajar dan media agar pembelajaran dapat berjalan optimal. Salah satu media yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan percobaan pada pembelajaran IPA kelas tinggi adalah KIT IPA.
KIT IPA
merupakan salah satu media yang diberikan pemerintah kepada setiap Sekolah Dasar. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota Bab II pasal 2 poin b yang menyatakan bahwa “Setiap SD/MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari model kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster/carta IPA.” KIT IPA merupakan seperangkat alat/komponen yang ditempatkan dalam suatu tempat tertentu yang berfungsi sebagai media pembelajaran IPA di SD. Dalam penggunaannya, biasanya alat-alat tersebut dirakit terlebih dahulu.
2
KIT yang disediakan pemerintah untuk SD adalah KIT IPA SEQIP (Sciensce Education Quality Improvement Project). KIT IPA SEQIP terdiri dari KIT guru, KIT siswa, dan buku percobaan IPA. KIT IPA SEQIP diadakan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA dan mengembangkan kemampuan siswa terutama dalam hal mengamati, mengembangkan pendapat sendiri, mempertahankan pendapat, mengembangkan dan menguji alternatif (Tim Konsultan SEQIP). Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut, KIT IPA SEQIP tentu bukan hanya sekedar diberikan untuk sekolah namun seharusnya juga dimanfaatkan oleh guru maupun siswa dalam pembelajaran IPA. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah telah memasukkan sistem pelatihan guru dalam penggunaan KIT IPA menjadi salah satu instrumen SEQIP untuk meningkatkan mutu IPA. Sayangnya, tidak semua guru terbiasa menggunakan KIT dalam pembelajaran IPA meskipun KIT tersebut tersedia di sekolah. Hal tersebut terlihat saat peneliti melakukan observasi media di SDN Rejowinangun 1 Yogyakarta. Hasil observasi media menunjukkan bahwa media pembelajaran IPA yang terdapat di SDN Rejowinangun 1 sudah cukup lengkap. Salah satu media tersebut adalah KIT IPA. KIT IPA tersedia dalam beberapa macam diantaranya KIT bunyi, cahaya, tumbuhan, dan lain sebagainya. Bapak Sudarmanto, selaku guru kelas 5C SDN Rejowinangun 1, mengungkapkan bahwa pembelajaran di kelasnya jarang menggunakan KIT IPA. Pernyataan yang sama didapatkan peneliti saat melakukan wawancara dengan beberapa siswa kelas 5C, yang mengaku belum pernah melakukan kegiatan pembelajaran dengan KIT. Bapak Suharoyo Setiawan
3
selaku guru kelas 5A yang diwawancarai pada hari yang sama, juga menjelaskan bahwa kegiatan percobaan dengan KIT jarang dilakukan di kelasnya. Guru mengungkapkan alasan tidak digunakannya KIT tersebut dikarenakan peralatan dalam KIT yang tidak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. KIT yang menurut guru kurang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran adalah KIT Cahaya. Berdasarkan hasil observasi media, KIT Cahaya yang tersedia di sekolah memiliki 3 komponen alat yaitu kotak lampu, prisma, dan cermin datar. Dari alat-alat tersebut guru harus mencari tambahan alat lain untuk dapat melaksanakan kegiatan percobaan pada materi cahaya. Pada akhirnya guru sering tidak melaksanakan kegiatan percobaan karena keterbatasan waktu untuk mencari perlengkapan percobaan lain. Keterangan tersebut disampaikan Bapak Sudarmanto dalam wawancara tanggal tanggal 5 Oktober 2016 sekaligus mendampingi peneliti melakukan observasi media. Terbatasnya penggunaan media tentu memberi dampak pada pembelajaran IPA di kelas. Peneliti melakukan observasi pembelajaran IPA pada tanggal 11 Oktober 2016 di kelas 5A dan 5C SDN Rejowinangun 1. Di kelas 5A dan 5C guru menerangkan materi sistem peredaran darah menggunakan metode ceramah. Siswa dikelas 5A cenderung tenang dan memperhatikan guru saat menerangkan materi tersebut. Namun karena penggunaan metode mengajar yang monoton, siswa terlihat menjadi mudah bosan. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa siswa yang duduk di kursi belakang mulai berbicara dengan teman sebangkunya setelah beberapa menit pembelajaran dimulai. Sejalan dengan keadaan pembelajaran kelas 5A, di kelas 5C pun pembelajaran didominasi verbalisme.
4
Materi peredaran darah adalah materi yang tergolong abstrak bagi siswa karena siswa tidak bisa melihat organ peredaran darah secara nyata. Materi yang abstrak seharusnya didukung dengan penggunaan media pembelajaran yang relevan guna mempermudah siswa memahami materi serta manghindarkan siswa dari verbalisme. Saat observasi pembelajaran dilakukan, media yang digunakan guru di kelas terbatas pada gambar yang ada pada buku paket. Media gambar termasuk dalam media cetak. Media cetak sangat tergantung pada verbal symbols (kata-kata) yang bersifat sangat abstrak, yang pada gilirannya menuntut kemampuan abstraksi yang sangat tinggi dari siswa. Hal ini dapat menyulitkan siswa (Asyhar, 2012: 93). Verbalisme yang terjadi di kelas 5A dan 5C menuntut siswa banyak belajar melalui kata-kata dan cenderung menghafal materi sesuai buku paket atau sesuai yang disampaikan guru di depan kelas. Padahal, mata pelajaran IPA seharusnya dapat menstimulus siswa untuk mencari sendiri pengetahuannya melalui kegiatan percobaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas 5, kegiatan percobaan penting dilakukan terutama jika materi yang diajarkan memang memerlukan kegiatan tersebut. Materi kelas 5 yang menurut guru memerlukan cukup banyak kegiatan percobaan adalah materi cahaya. Kegiatan percobaan dilakukan untuk membuktikan secara konkrit pada siswa bagaimana sifat-sifat cahaya. Guru kelas 5 menyampaikan bahwa terdapat lima percobaan sifat-sifat cahaya yang sebaiknya dilakukan siswa agar lebih cepat memahami konsep yang diajarkan. Percobaan dilakukan agar siswa dapat membedakan antara satu sifat cahaya
5
dengan sifat yang lain. Selain itu, kegiatan percobaan diperlukan agar siswa dapat menghubungkan apa yang mereka amati saat percobaan dengan peristiwa di kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, seharusnya materi cahaya diajarkan menggunakan media yang mampu mendukung kegiatan percobaan siswa. Keterangan tersebut disampaikan guru saat wawancara setelah observasi pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan pokok yang ditemukan di kelas 5 SDN Rejowinangun 1 diantaranya adalah guru jarang melakukan kegiatan pembelajaran IPA dengan media KIT, komponen dalam KIT yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan pembelajaran (guru memberikan contoh KIT Cahaya), dan kurangnya waktu guru untuk mempersiapkan media di dalam kelas. Permasalahan tersebut kemudian mengakibatkan proses pembelajaran IPA hanya didominasi ceramah dan terbatas dalam melakukan kegiatan percobaan. Sesuai analisis kebutuhan pembelajaran yang dilakukan, dapat diketahui bahwa materi cahaya adalah materi yang memerlukan media untuk menunjang kegiatan percobaan siswa. Dengan mempertimbangkan permasalahan dan analisis kebutuhan pembelajaran tersebut, solusi yang dapat diberikan melalui penelitian ini adalah mengembangkan media pembelajaran KIT IPA untuk pokok bahasan cahaya.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat mengindentifikasi permasalahan yang terjadi, diantaranya adalah sebagai berikut.
6
1. Guru jarang melakukan kegiatan pembelajaran IPA dengan media KIT. 2. Komponen dalam KIT Cahaya kurang sesuai kebutuhan materi dalam pembelajaran. 3. Kurangnya waktu guru mempersiapkan media pembelajaran untuk siswa.
C. Pembatasan Masalah Batasan masalah berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas adalah peralatan dalam KIT Cahaya yang kurang sesuai kebutuhan materi dalam pembelajaran.
Oleh
karena
itu,
penelitian
ini
mengembangkan
media
pembelajaran KIT IPA pokok bahasan cahaya. Dalam satu kotak KIT ini terdapat alat-alat yang dapat digunakan untuk mengajarkan seluruh materi cahaya dan pemanfaatannya sesuai kebutuhan guru dan siswa kelas 5 SDN Rejowinangun 1. KIT IPA pokok bahasan cahaya ini didesain sederhana sehingga memudahkan guru maupun siswa saat menggunakannya. KIT yang dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat melengkapi KIT yang telah tersedia di sekolah.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana kelayakan media KIT IPA pokok bahasan cahaya untuk pembelajaran di kelas 5 SDN Rejowinangun 1 Yogyakarta?
7
2. Bagaimana keefektifan penggunaan media KIT IPA pokok bahasan cahaya untuk digunakan dalam pembelajaran di kelas 5 SDN Rejowinangun 1 Yogyakarta berdasarkan data hasil uji coba?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui kelayakan media KIT IPA pokok bahasan cahaya untuk pembelajaran di kelas 5 SDN Rejowinangun 1 Yogyakarta. 2. Mengetahui keefektifan penggunaan media KIT IPA pokok bahasan cahaya dalam pembelajaran di kelas 5 SDN Rejowinangun 1 Yogyakarta berdasarkan data hasil uji coba.
F. Manfaat Penelitian 1.
Secara Teoritis Mampu
memberikan
sumbangan
terhadap
pengembangan
Ilmu
Pengetahuan Alam terutama dalam hal pengembangan media visual.
2.
Secara Praktis
a.
Bagi siswa, pengembangan media KIT IPA pokok bahasan cahaya dapat memudahkan siswa dalam memahami materi sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya. Selain itu, media KIT IPA juga dapat mengatasi verbalisme
8
pada siswa serta menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menarik bagi siswa. b.
Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan referensi media pembelajaran IPA yang sesuai dengan karakteristik siswa. Pengembangan media KIT IPA pokok bahasan cahaya ini mudah digunakan oleh guru maupun siswa sehingga guru tidak memerlukan waktu lama untuk mempersiapkan media ini di dalam kelas.
c.
Bagi peneliti, pengembangan media dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk pengabdian yang diharapkan dapat menjadi acuan untuk terus mengembangkan media pembelajaran yang inovatif.
d.
Bagi penelitian lain, hasil pengembangan media ini dapat dijadikan rujukan untuk penelitian yang lebih lanjut atau penelitian lain yang sejenis.
G. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Media pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah KIT IPA untuk pokok bahasan cahaya. Di dalam KIT tersebut terdapat rangkaian alat untuk percobaan sifat-sifat cahaya dan contoh benda yang memanfaatkan sifatsifat cahaya. Percobaan sifat-sifat cahaya yang dapat ditunjukkan dengan KIT tersebut antara lain: 1) percobaan cahaya merambat lurus, 2) percobaan cahaya menembus benda bening, 3) percobaan pemantulan cahaya, 4) percobaan pembiasan cahaya, dan 5) percobaan cahaya dapat diuraikan. KIT IPA Cahaya ini juga menyediakan contoh atau model benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya
9
yaitu periskop, lup, dan kaleidoskop. Bahan utama dalam pembuatan KIT ini adalah impraboard, pralon, cermin, dan kaca. KIT IPA pada umumnya dilengkapi petunjuk manual meliputi cara merangkai alat, alat dan bahan yang tersedia (Kemdikbud, 2014). Begitu pula dengan KIT IPA yang dikembangkan dalam penelitian ini. Selain alat-alat, KIT IPA pokok bahasan cahaya juga dilengkapi dengan buku panduan yang termasuk komponen utama KIT. Tiga komponen utama lain dalam KIT IPA pokok bahasan cahaya ini diantaranya adalah kotak percobaan, alat-alat percobaan, dan box KIT IPA Cahaya sekaligus sebagai tempat penyimpanan alat. 1.
Kotak Percobaan Kotak percobaan ini berbentuk balok tanpa tutup yang bagian dalamnya
berfungsi untuk melakukan tiga percobaan sifat cahaya, yaitu cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda bening, dan pemantulan cahaya. Sisi luar bagian alas kotak digunakan untuk memasang papan cakram saat percobaan sifat cahaya dapat diuraikan. Sisi-sisi kotak percobaan berwarna hitam agar pengamatan siswa terfokus pada percobaan sifat cahaya yang dilakukan di dalam kotak tersebut. Alas kotak diberi 3 lubang yang digunakan untuk merangkai alat percobaan. Kotak ini juga dilengkapi dengan lampu yang berfungsi sebagai sumber cahaya saat percobaan. Dalam pengemasannya, kotak percobaan dapat digeser (disliding) menjadi bentuk yang lebih kecil.
10
2.
Alat-alat Alat percobaan yang ada dalam KIT IPA tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut. a. Sekat yang diberi lubang bagian tengah 3 buah (untuk pecobaan cahaya merambat lurus). b. Sekat kaca (yang dapat ditembus cahaya) 1 buah dan sekat hitam (yang tidak dapat ditembus cahaya) 1 buah (untuk percobaan cahaya menembus benda bening). c. Sekat dengan cermin datar 1 buah (untuk percobaan pemantulan cahaya). d. Wadah plastik dan koin 1 buah (untuk percobaan pembiasan cahaya). e. Papan cakram warna 1 buah (untuk percobaan penguraian cahaya). f. Lempengan warna (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu) berjumlah 7 buah lempengan setiap warnanya. g. Lup 1 buah (contoh alat optik). h. Periskop 1 buah (contoh alat optik). i. Kaleidoskop 2 buah (contoh alat optik). j. Objek kaleidoskop 1 buah. k. Cermin cembung 2 buah, cermin cekung 2 buah, dan cermin datar 2 buah. Poin b-d adalah sekat yang dibagian bawahnya diberi tangkai yang kemudian saat percobaan tangkai tersebut akan dimasukkan ke dalam lubang di alas kotak percobaan.
11
3.
Box KIT IPA Cahaya dan Tempat Penyimpanan Alat Box KIT IPA Cahaya merupakan bagian terluar KIT. Pada bagian bawah
box terdapat sekat-sekat yang berfungsi untuk menyimpan alat-alat percobaan. Box ini juga digunakan untuk menaruh kotak percobaan. Dengan box KIT IPA Cahaya ini, maka KIT IPA cahaya akan lebih mudah dibawa dan dipindahkan.
4.
Buku Panduan Buku panduan KIT IPA Cahaya terbagi menjadi dua jenis, yaitu buku
pegangan guru dan buku pegangan siswa. Masing-masing buku tersebut memiliki konten yang hampir sama. Secara umum, konten buku panduan KIT IPA Cahaya adalah: a) Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Tujuan Pembelajaran, b) Tata Letak Alat, c) Katalog KIT IPA Cahaya, d) Pedoman Penggunaan Alat untuk Percobaan Sifat-sifat Cahaya, dan e) Pedoman Penggunaan Contoh Benda yang Memanfaatkan Sifat Cahaya. Perbedaan antara buku pegangan guru dan siswa diantaranya: a. Pada buku pegangan guru terdapat bagian “saran untuk guru” sebelum langkah-langkah percobaan, sedangkan buku siswa langsung membahas langkah-langkah percobaan. b. Pada buku pegangan guru terdapat fungsi dari setiap alat di dalam KIT agar dapat digunakan guru sebagai sumber bacaan sebelum mengajar atau sebelum melakukan percobaan dengan siswa, sedangkan dibuku siswa tidak dicantumkan fungsi alat tersebut agar mereka dapat mencari tahu melalui diskusi dengan teman atau guru.
12
c. Pada buku pegangan guru terdapat keterkaitan setiap sifat-sifat cahaya dengan peristiwa sehari-hari, sedangkan pada buku pegangan siswa tidak dicantumkan. d. Pada buku pegangan guru terdapat bagian “mendampingi siswa berkarya” pada setiap contoh alat yang menggunakan sifat-sifat cahaya, sedangkan pada buku pegangan siswa tidak dicantumkan. Bagian tersebut dapat digunakan sebagai
referensi
guru
saat
memandu
siswa
membuat
alat
yang
memanfaatkan sifat-sifat cahaya atau dapat pula digunakan untuk mengembangkan LKS (Lembar Kerja Siswa).
H. Keunggulan Produk yang Dikembangkan KIT IPA Cahaya yang dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat melengkapi KIT yang telah didistribusikan pemerintah di sekolah. Untuk dapat melengkapi KIT yang ada, tentu KIT IPA Cahaya yang dikembangkan peneliti harus berbeda dan memiliki keunggulan dibandingkan dengan KIT yang diproduksi sebelumnya. Berikut akan dijelaskan keunggulan KIT IPA Cahaya dibandingkan dengan KIT cahaya yang telah ada. 1.
Media KIT IPA Cahaya ini dikembangkan sesuai kebutuhan dan materi di kelas 5 SDN Rejowinangun 1 sehingga dapat menghindari ketidaktepatan (mismatch) dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2.
Alat yang tersedia lengkap, multifungsi dan penggunaannya lebih praktis. KIT IPA Cahaya dapat digunakan untuk mengajarkan pokok bahasan cahaya secara utuh karena alat di dalamnya lengkap. KIT IPA Cahaya ini dikatakan
13
multifungsi karena tidak hanya dapat digunakan untuk melakukan percobaan tetapi juga dilengkapi contoh benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Guru dapat menggunakan benda tersebut untuk demonstrasi di depan kelas. Selain itu, KIT IPA Cahaya dapat dikatakan lebih praktis karena terdapat kotak percobaan yang dapat dijadikan tempat melangsungkan empat percobaan sekaligus. Pada kotak percobaan tersebut terdapat lampu dengan tombol on/off sehingga guru/siswa tidak perlu merangkai lampu dengan saklar dan kabel secara manual. Selain itu, konsep percobaan cahaya merambat lurus, menembus benda bening, dan pemantulan cahaya didesain dengan menggunakan sekat-sekat sehingga dalam melakukan tiga percobaan tersebut guru/siswa hanya perlu mengganti sekat yang ditancapkan dalam kotak percobaan saja. Percobaan cahaya terdiri dari beberapa warna juga dapat dilakukan dengan kotak percobaan tersebut yaitu dengan memutar papan cakram pada dinamo di bagian alas kotak percobaan. 3.
Desain yang sederhana dan kokoh. KIT IPA Cahaya didesain secara sederhana
sehingga
tidak
mempersulit
siswa
maupun
guru
untuk
menggunakannya. Bahan untuk membuat KIT IPA juga tahan lama (kokoh) sehingga dapat digunakan berkali-kali. 4.
Mudah dibawa dan dipindahkan. Hal tersebut dikarenakan alat-alat dalam KIT IPA Cahaya ini disusun sedemikan rupa dalam satu kotak yang tidak terlalu besar dan cukup ringan untuk dipindahkan.
5.
Mudah diduplikasi. Jika suatu alat dalam KIT IPA Cahaya rusak atau hilang, maka guru dapat menduplikasi alat tersebut karena bahan yang digunakan
14
dalam pembuatan KIT tidak sulit untuk ditemukan di lingkungan sekitar. Bahan yang diguanakan dalam pembuatan KIT diantaranya adalah impraboard, peralon, cermin, kaca, dan lain sebagainya. Bahan tersebut juga cukup terjangkau untuk dibeli.
15
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian tentang Media Pembelajaran 1.
Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman dkk., 2009: 6). Ada beberapa definisi tentang media pendidikan atau media pembelajaran. Rossi dan Breidly (Sanjaya, 2012: 163) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Gerlach dan Ely (Arsyad, 2011: 3) media secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Berdasarkan pendapat Gerlach dan Ely tersebut, guru, buku teks, dan lingkungan merupakan media. Ahli lain yang juga mengemukakan definisi tentang media adalah Gagne (Sadiman dkk., 2009: 6) yang menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Gagne dan Brigs (Arsyad, 2011: 4) secara implisit menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pelajaran. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Association of Education and Communication Technology (AECT) memberi batasan tentang media sebagai
16
segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi (Arsyad, 2011: 3). Sedangkan Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/ NEA) menyatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya (Sadiman dkk., 2009: 7). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari guru kepada siswa sehingga proses belajar dapat berjalan dengan baik. Media juga dapat diartikan alat bantu pada proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Dengan mengetahui pengertian media pembelajaran tersebut, maka dapat diketahui bahwa media memegang peranan penting dalam proses belajar siswa. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan media pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPA pokok bahasan cahaya, guna membantu kelancaran proses pembelajaran yang dilakukan di kelas 5 SDN Rejowinangun 1.
2.
Ciri-ciri Media Pembelajaran Gerlach dan Ely mengemukakan tiga ciri media yaitu: a) ciri fiksatif, b) ciri
manipulatif, dan c) ciri distributif. Ciri-ciri itu menunjukkan mengapa media digunakan dan peran media yang tidak dapat atau kurang efektif jika dilakukan guru. Ciri media tersebut dijabarkan sebagai berikut (Arsyad, 2011: 12-14). a.
Ciri Fiksatif
17
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Dengan ciri ini media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu. Ciri ini penting bagi guru karena kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat.
b. Ciri Manipulatif Dengan ciri manipulatif ini, media dapat menampilkan transformasi suatu kejadian atau objek. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Selain mempercepat suatu kejadian, media juga dapat memperlambat suatu kejadian. Media dalam bentuk rekaman video atau audio dapat diedit sehingga guru hanya menampilkan bagian-bagian yang penting saja. Ciri manipulatif media ini harus diperhatikan oleh guru karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau pemotongan bagian yang salah, maka akan terjadi pula kesalahan penafsiran siswa.
c.
Ciri Distributif Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, ia
18
dapat direproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan secara bersamaan di berbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang di suatu tempat. Konsistensi informasi dalam media juga akan terjamin. Berdasarkan ciri-ciri media yang dijelaskan di atas, KIT IPA cahaya yang akan dikembangkan dalam penelitian ini dirasa dapat memenuhi ketiga ciri media tersebut. KIT IPA cahaya memenuhi ciri fiksatif karena dapat merekonstruksi suatu peristiwa, dalam hal ini adalah menunjukkan sifat-sifat cahaya. Dengan model KIT IPA ini maka percobaan sifat-sifat cahaya dapat dilakukan setiap saat. Percobaan sifat-sifat cahaya juga tidak harus semua ditunjukkan guru dalam satu kali pertemuan, melainkan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dirancang guru. Jika sifat-sifat cahaya telah selesai disampaikan guru, maka KIT IPA yang akan dikembangkan ini dapat pula digunakan untuk menjelaskan tentang pemanfaatan sifat cahaya atau alat-alat optik. Penggunaan KIT IPA ini fleksibel atau disesuaikan kebutuhan guru dan siswa, sehingga menunjukkan bahwa media KIT IPA cahaya memenuhi ciri manipulatif. Ciri yang ketiga yaitu distributif jelas dipenuhi oleh media KIT IPA cahaya yang akan dikembangkan. Hal tersebut karena KIT IPA cahaya dapat diproduksi sejumlah kebutuhan dan dapat digunakan dalam waktu bersamaan diberbagai tempat yang berbeda.
3.
Klasifikasi Media Pembelajaran Media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat bantu guru mengajar.
Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini, Edgar Dale (Sadiman dkk., 2009: 8) mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang
19
paling konkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of experience) dari Edgar Dale. verbal
Abstrak
Simbol Visual Visual Radio Film TV Wisata Demonstrasi Partisipasi Observasi Pengalaman langsung
Konkret
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale Kerucut Pengalaman Dale di atas banyak dijadikan acuan teori penggunaan media dalam proses belajar. Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman oleh Bruner yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktoral/ gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic) (Arsyad, 2011: 7). Semakin ke atas kerucut, semakin abstrak media penyampai pesan, dan semakin ke bawah dari tingkatan kerucut maka pembelajaran akan semakin bermakna. Pada bagian pengalaman langsung, media akan melibatkan lebih banyak indera siswa sehingga memberikan kesan paling utuh mengenai informasi yang diterima. Dale (Arsyad, 2011: 10) memperkirakan
20
bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar 13%, dan melalui indera lainnya sekitar 12%. Sejalan dengan kerucut pengalaman Dale tersebut, Edling (Sadiman dkk., 2009: 23-24) menyebutkan bahwa media merupakan bagian dari enam unsur rangsangan belajar yaitu dua untuk pengalaman audio meliputi kodifikasi subjektif visual dan kodifikasi objektif audio, dua untuk pengalaman visual meliputi kodifikasi subjektif audio dan kodifikasi objektif visual, dan dua pengalaman belajar tiga dimensi meliputi pengalaman langsung dengan orang dan
Kodifikasi Subjektif (audio)
Kodifikasi objektif (visual)
Pengalaman langsung Dengan benda
Pengalaman langsung Dengan orang
Kodifikasi objektif (audio)
Kodifikasi Subjektif (visual)
pengalaman langsung dengan benda-benda.
Gambar 2. Taksonomi menurut Kontinum Pembelajaran dari Edling Selain pendapat Edling di atas, pengelompokan berbagai jenis media dapat pula dipandang dari berbagai sudut pandang. Wina Sanjaya (2012: 172) mengklasifikasikan media menurut sifatnya, kemampuan jangkauannya, dan cara
21
atau teknik penyampaiannya. Masing-masing klasifikasi akan diuraikan di bawah ini (Sanjaya, 2012: 172-173). a.
Klasifikasi Berdasarkan Sifat Media Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam:
1) Media auditif. Media auditif yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara. 2) Media visual. Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah film slide, foto, lukisan, gambar, dan lain sebagainya. 3) Media audiovisual. Media audiovisual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya video dan film. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan menarik sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.
b. Klasifikasi Berdasarkan Jangkauan Media Dilihat dari kemampuan jangkauannya media dapat dibagi ke dalam: 1) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak. Media ini contohnya seperti radio dan televisi. Dengan media tersebut siswa dapat mempelajari kejadian secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus.
22
2) Media yang mempunyai daya liput terbatas oleh ruang dan waktu.
c.
Klasifikasi berdasarkan teknik pemakaian media Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi menjad dua,
yaitu sebagai berikut. 1) Media yang diproyeksikan seperti film dan slide. Jenis media ini memerlukan alat proyeksi khusus. Tanpa ada alat proyeksi, media jenis ini tidak dapat digunakan. 2) Media yang tidak diproyeksikan. Dalam buku Instructional Technology and Media for Learning (Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar) dikemukakan bahwa media memiliki enam kategori dasar media yaitu teks, audio, visual, video, perekayasa (manipulative) benda-benda, dan orang-orang. Masing-masing kategori tersebut akan dijelaskan sebagai berikut (Smaldino dkk., 2014: 7). a.
Media Teks Teks merupakan karakter alfanumerik yang mungkin ditampilkan dalam
format buku, poster, papan tulis, layar komputer, dan sebagainya.
b. Media Audio Media audio mencakup apa saja yang bisa didengar seperti suara orang, musik, suara berisik, dan lain sebagainya.
23
c.
Media Visual Media visual adalah media yang menggunakan indera pengelihatan,
misalnya poster, gambar pada papan tulis putih, foto, kartun, dan lain-lain.
d. Media Video Media ini menampilkan gerakan, misalnya DVD, rekaman video, animasi komputer, dan lain-lain.
e.
Media Perekayasa Perekayasa (manipulative) adalah benda-benda yang bisa dilihat dan di
kelola dalam situasi belajar. Media perekayasa memiliki beberapa keuntungan yaitu realisme (menyajikan media yang nyata), minat (menimbulkan minat karena bersifat multisensorik), dan kerja sama (dapat merangsang kerja proyek kelompok kecil). Sedangkan keterbatasan perekayasa adalah biayanya cukup mahal, sulitnya penyimpanan media, dan benda perekayasa bisa dengan mudah rusak. Terdapat lima jenis perekayasa, yaitu benda aktual atau riil, model, model rakitan, perekayasa dan piranti lunak komputer, serta kit multimedia. (Smaldino dkk., 2014: 282-288). 1) Objek riil. Objek riil merupakan sebagian dari materi yang bisa diakses, menarik, dan melibatkan siswa dalam penggunaan di bidang pendidikan. Media objek riil ini dapat memberikan manfaat sebagai sarana menyajikan informasi, memancing
24
pertanyaan, dan menyediakan pengalaman konkret terkait konten yang akan dipelajari. 2) Model. Media ini merupakan representasi tiga dimensi dari objek riil. Sebuah model mungkin lebih besar, lebih kecil, atau berukuran sama dengan benda yang diwakilinya. Model biasanya menjadi bagian dari kit multimedia. 3) Model perakitan. Media ini adalah representasi yang disederhanakan dari perangkat yang rumit. 4) Perekayasa dan piranti lunak komputer. Media ini adalah media yang memadukan material pengajaran tradisional dengan piranti lunak komputer untuk menyediakan pengalaman belajar yang hebat. 5) Kit multimedia. Kit multimedia merupakan kumpulan material pengajaran yang melibatkan lebih dari satu jenis media dan disusun di seputaran satu topik tunggal. Kit sering kali meliputi objek riil, model, dan model perakitan. Beberapa kit multimedia dirancang untuk presentasi guru di ruang kelas, tetapi ada pula yang digunakan siswa secara individual maupun kelompok. Tujuan kit multimedia adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar langsung (menyentuh, mengamati, menguji coba, untuk ingin tahu, dan untuk memutuskan).
25
f.
Media Orang Contoh media ini adalah guru, siswa, atau ahli bidang studi. Orang
merupakan bagian sangat penting bagi pembelajaran. Berdasarkan uraian teori di atas, jika ditinjau susuai kerucut pengalaman Dale, siswa akan berada dalam tahap observasi atau pengalaman langsung apabila proses pembelajarannya menggunakan media KIT IPA cahaya yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Siswa berada dalam tingkatan pengalaman langsung apabila menggunakan KIT IPA cahaya secara mandiri atau berkelompok. Siswa akan berada pada tingkatan observasi apabila guru menggunakan KIT IPA cahaya untuk demonstrasi di depan kelas. Melalui media KIT IPA cahaya ini peneliti berharap pembelajaran IPA pokok bahasan cahaya dapat memberikan pengalaman konkret bagi siswa dan menghindarkan siswa dari verbalisme. Bertolak dari uraian teori tentang klasifikasi media yang disampaikan Wina Sanjaya di atas, menurut sifatnya, KIT IPA cahaya yang akan dikembangkan peneliti dapat digolongkan ke dalam media visual. Menurut kemampuan jangkauannya, media KIT IPA cahaya termasuk media yang memiliki daya liput luas. Menurut cara pemakaiannya, KIT IPA Cahaya termasuk media yang tidak diproyeksikan. Jika dilihat dari buku Instructional Technology and Media for Learning (Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar), KIT IPA cahaya dalam penelitian ini dapat digolongkan dalam kategori perekayasa. KIT IPA cahaya ini
26
merupakan media tiga dimensi yang membuat siswa dapat belajar dengan cara menyentuh, mengamati, dan menguji coba secara langsung.
4.
Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran Menurut
Azhar
Arsyad
(2011:
75-76)
kriteria
pemilihan
media
pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut. a.
Sesuai Dengan Tujuan yang Ingin Dicapai Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang
secara umum mengacu pada salah satu gabungan dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
b. Tepat untuk Mendukung Isi Pelajaran Media seharusnya tepat mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.
c.
Praktis, Luwes, dan Bertahan Kriteria ini menuntun para guru untuk memilih media yang ada, mudah
diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan di mana pun dan kapan pun, serta mudah dipindahkan dan di bawa kemana-mana.
27
d. Guru Terampil Menggunakannya Ini salah satu kriteria utama karena apa pun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.
e.
Pengelompokan Sasaran Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika
digunakan pada kelompok kecil atau perorangan.
f.
Mutu Teknis Media pembelajaran yang dipilih sebaiknya memenuhi persayaratan teknis
tertentu. Dick dan Carey (Sadiman, 2009: 86) menyebutkan bahwa ada empat faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media, diantaranya adalah sebagai berikut. a.
Ketersediaan Sumber Setempat Bila media tidak tersedia, maka guru harus mengusahakan untuk membeli
atau membuat media sendiri.
b. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Membuat/ Membeli Media Sendiri Jika membeli atau memproduksi sendiri, maka yang perlu diperhatikan adalah dana, tenaga, dan fasilitasnya.
28
c.
Menyangkut Keluwesan, Kepraktisan, dan Ketahanan Media Keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media artinya media tersebut bisa
digunakan di mana pun, kapan pun, mudah dijinjing dan dipindahkan.
d. Efektifitas Biaya Ada media yang pembuatannya mahal namun dapat digunakan dalam jangka waktu lama dan ada pula yang pembuatannya murah namun harus berganti setiap waktu. Berdasarkan pendapat ahli di atas, KIT IPA cahaya yang akan dikembangkan dalam penelitian ini setidaknya memenuhi beberapa kriteria pemilihan media, diantaranya adalah sebagai berikut. a.
Sesuai dengan Tujuan Pembelajaran yang Ingin Dicapai KIT IPA cahaya dikembangkan sesuai kebutuhan guru kelas dan
penggunaannya dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ditentukan.
b. Praktis, Luwes, dan Bertahan Lama KIT IPA cahaya yang dikembangkan didesain sedemikian rupa sehingga memiliki kemasan yang praktis, ringan, dan awet untuk digunakan.
c.
Mudah Digunakan Guru maupun siswa mudah menggunakan KIT IPA Cahaya karena
dalam KIT tersebut dilengkapi buku panduan penggunaan alat.
29
d. Dapat Digunakan untuk Berbagai Bentuk Sasaran KIT IPA Cahaya dapat digunakan guru untuk media demontrasi ( dalam suatu kelompok besar) maupun digunakan dalam kelompok kecil siswa.
e.
Kualitas Media dapat Dipertanggungjawabkan Kualitas atau mutu media dapat dipertanggungjawabkan karena KIT IPA
Cahaya melewati uji ahli maupun uji coba dalam pembelajaran.
5.
Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran Tidak semua proses pembelajaran dapat memberikan pengalaman langsung
kepada siswa. Hal tersebut dikarenakan terdapat sejumlah pengalaman yang sangat tidak mungkin dipelajari secara langsung oleh siswa, misalnya tentang kehidupan bawah laut. Oleh karena itu, media pembelajaran diperlukan sebagai alat untuk membantu guru menyampaikan informasi kepada siswa. Secara khusus, Wina Sanjaya (2012: 170-171) menjelaskan fungsi media pembelajaran yaitu sebagai berikut. a.
Menangkap Suatu Objek atau Peristiwa-peristiwa Tertentu Peristiwa penting atau objek langka dapat diabadikan dengan foto, film,
atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa itu dapat disimpan dan dapat digunakan ketika diperlukan.
30
b. Memanipulasi Keadaan, Peristiwa atau Objek Tertentu Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme. Media pembelajaran bisa membantu menampilkan objek yang terlalu kecil maupun yang terlalu besar. media juga dapat menampilkan proses gerakan yang terlalu cepat atau mempercepat gerakan yang lambat.
c.
Menambah Gairah dan Motivasi Belajar Siswa Media dapat menambah motivasi siswa sehingga perhatian terhadap materi
dapat lebih meningkat. Hamalik (Arsyad, 2011: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, serta membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Menurut Kemp dan Dayton (Arsyad, 2011: 21-23), menyebutkan dampak posotif penggunaan media yaitu sebagai berikut. a.
Penyampaian pembelajaran menjadi lebih baku. Setiap siswa yang melihat atau mendengar penyajian melalui media dapat menerima pesan yang sama.
b.
Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan.
31
c.
Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.
d.
Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat.
e.
Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan.
f.
Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana diperlukan.
g.
Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
h.
Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif, guru tidak harus mengulang ulang penjelasan isi pelajaran Sudjana dan Rivai (Arsyad, 2011: 24-25) mengemukakan manfaat media
dalam proses belajar siswa yaitu sebagai berikut. a.
Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b.
Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran
c.
Metode mengajar akan lebih bervariasi
d.
Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar karena siswa tidak hanya mendengarkan uraian guru. Encyclopedia of Educational Research (Arsyad, 2011: 25) merincikan
manfaat media pendidikan sebagai berikut. a.
Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme
32
b.
Memperbesar perhatian siswa
c.
Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.
d.
Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa
e.
Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu
f.
Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa
g.
Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar. Berdasarkan uraian teori di atas, media KIT IPA cahaya yang akan
dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi yang disampaikan guru, menghindarkan siswa dari verbalisme dan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret, serta waktu pembelajaran dapat dipersingkat karena penggunaan KIT IPA cahaya yang praktis.
B. Kajian tentang KIT Ilmu Pengetahuan Alam 1.
Pengertian KIT IPA Menurut Shadely (Pujiastuti dan Sujati, 1998: 16) KIT IPA adalah kotak
yang berisi seperangkat alat-alat IPA, baik yang berupa alat percobaan maupun alat peraga. KIT IPA dapat pula diartikan sebagai suatu kumpulan sumber belajar yang meliputi lebih dari satu jenis komponen sistem instruksional yang dikaitkan
33
dengan subjek tertentu dan direncanakan untuk digunakan sebagai satu unit pelajaran (Kardono, 2012: 25). KIT praktikum diproduksi dan dikemas dalam bentuk box yang berisi peralatan praktikum tentang materi tertentu dan dilengkapi dengan buku panduan praktikum (Hidayati Parida, 2016: 28). Berdasarkan dimensinya, KIT IPA dapat dimasukkan dalam kelompok media tiga dimensi. Hal tersebut sejalan dengan tulisan Oemar Hamalik (1986: 157) yang menyampaikan bahwa salah satu media tiga dimensi adalah lean boxes. Lean boxes ialah kotak yang mempunyai bentuk dan besar sesuai kebutuhan. Kotak ini diisi dengan item yang bertalian dengan unit pelajaran. Dalam jurnal C-MORE Science Kits as a Classroom Learning Tool (Foley dkk., 2013) disebutkan bahwa science kits contain all (or nearly all) of the equipment, supplies, and curricular materials needed to investigate a particular science topic. Hal tersebut berarti bahwa KIT Sains mengandung semua (atau hampir semua) peralatan, persediaan, dan bahan kurikuler yang diperlukan untuk menyelidiki topik ilmu tertentu. Melalui peralatan yang ada dalam satu rangkaian KIT, siswa dapat menggunakannya untuk melakukan beberapa kegiatan sekaligus. Melalui kegiatan yang dilakukan dengan KIT tersebut, siswa diharapkan dapat menghubungkan konsep yang mereka pelajari dengan peristiwa di kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa KIT IPA adalah sekumpulan alat-alat IPA yang didesain untuk mencapai tujuan tertentu serta digunakan untuk membantu kelancaran proses pembelajaran IPA. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud mengembangkan media pembelajaran KIT IPA
34
untuk pokok bahasan cahaya. KIT IPA cahaya yang dikembangkan bertujuan untuk menyediakan media pembelajaran yang praktis namun dapat memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. KIT ini berisi alat percobaan sifat-sifat cahaya dan model alat optik sederhana, serta dilengkapi buku panduan penggunaan KIT.
2.
Jenis-jenis KIT IPA PT Pudak Scientific, perusahaan pembuat alat-alat praktikum, membagi
KIT Percobaan Fisika dalam dua jenis desain dasar yaitu sebagai berikut. a. Desain KIT Interdependen 1) Merupakan desain KIT yang saling bergantung pada KIT lain dalam seri KIT tersebut untuk meminimumkan jumlah dan jenis komponen dalam seri KIT 2) Beberapa komponen pada satu KIT (komponen pendukung) digunakan pula pada percobaan KIT lain. 3) Untuk melakukan percobaan lengkap pengguna perlu memiliki keseluruhan seri KIT. b. Desain KIT Independen 1) Desain KIT yang tidak saling bergantungan dengan KIT lain pada seri tersebut. 2) Topik percobaan dapat dilakukan tanpa memerlukan komponen dari KIT lain.
Berdasarkan teori di atas, media KIT yang dikembangkan dalam penelitian ini termasuk dalam desain KIT independen. Hal tersebut dikarenakan KIT IPA cahaya yang akan dikembangkan tidak bergantung pada KIT lain dan tidak memerlukan komponen dari KIT lain saat digunakan.
35
3.
Kegunaan KIT IPA Menurut Oemar Hamalik (Pujiastuti dan Sujati, 1998: 17) menyatakan
bahwa dengan digunakannya KIT IPA dalam proses pembelajaran maka akan memberikan sumbangan positif, diantaranya: a) membantu mengembangkan pemahaman konsep-konsep IPA, b) memberi dasar berpikir yang konkret sehingga mengurangi terjadinya verbalisme, dan c) memberikan pengajaran nyata yang dapat menumbuhkan keinginan untuk melakukan pengamatan terhadap lingkungannya. Keefektifan penggunaan KIT IPA tersebut tentu berkaitan erat dengan pemahaman guru tentang bagaimana cara menggunakan KIT IPA. Dalam Panduan Pengelolaan dan Pemanfaatan Laboratorium IPA (Kemdikbud, 2014) dinyatakan bahwa cara optimal untuk memanfaatkan KIT IPA adalah meminta siswa untuk meragakan dan menjelaskan semua objek dan peristiwa yang terdapat pada KIT yang dicoba siswa tanpa menggunakan pertanyaan-pertanyaan bimbingan. Semua pertanyaan bimbingan diganti dengan prosedur berpikir dan bekerja yang harus dipahami dan dilakukan siswa. Menurut Asri Budiningsih (Pujiastuti dan Sujati, 1998: 17), KIT IPA sebagai bagian dari media pembelajaran memberi peranan penting dalam menciptakan masyarakat gemar belajar. KIT IPA sebagai media dapat memberi pengalaman belajar secara konkret sehingga dapat memberi rangsangan pada siswa untuk mempelajari hal-hal baru dan meningkatkan perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung. Penggunaan media pembelajaran konkret, seperti KIT IPA, diharapkan dapat mengurangi dominasi metode ceramah yang sering dilakukan guru. Percival dan Ellington (Pratiwi Pujiastuti dan Sujati, 1998: 18)
36
menyatakan bahwa rentang perhatian siswa akan menurun drastis apabila guru hanya menggunakan metode ceramah. Dalam waktu 50 menit, rentang perhatian siswa pada awal pembelajaran berkisar 12-15 menit. Sedangkan saat mendekati akhir pembelajaran akan turun menjadi 3-5 menit. Selain memberikan kegunaan atau manfaat untuk siswa maupun proses pembelajaran, KIT IPA juga dapat memberikan manfaat bagi guru kelas. Seperti yang disampaikan Sherman dan MacDonald (2008: 96-97) bahwa science kits increased teacher content knowledge, pedagogic content knowledge, teacher confidence, and enthusiasm for science. The kits have helped teachers feel better prepared to offer an exciting approach to science and to integrate science into other curriculum areas. Guru juga dapat memodifikasi KIT sesuai dengan kebutuhan kelasnya. Berdasarkan uraian tersebut, media KIT IPA cahaya yang dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai: a) alat bantu guru dalam menanamkan konsep cahaya pada siswa, b) memberikan pengalaman konkret pada siswa dalam mempelajari materi cahaya, dan c) meningkatkan motivasi belajar dan perhatian siswa dalam pembelajaran IPA, khususnya materi cahaya.
C. Kajian tentang Ilmu Pengetahuan Alam 1.
Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering diartikan sebagai pengetahuan tentang
alam semesta dan segala isinya. Hendro Darmojo (Samatowa, 2006: 2) mengemukakan bahwa IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif
37
tentang alam semesta dengan segala isinya. Sedangkan Nash (Samatowa, 2006: 2) menyatakan bahwa IPA merupakan suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Ahli lain, seperti Powler (Samatowa, 2006: 2), mengungkapkan bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Berdasarkan definisi IPA dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu yang mempunyai objek dan menggunakan metode ilmiah. IPA membahas tentang gejala alam berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Hakikatnya, IPA dapat dipandang dari segi produk, proses, dan dari segi pengembangan sikap (Sulistyorini, 2007: 9). IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umunya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks (Sulistyorini, 2007: 9). IPA sebagai proses yaitu proses mendapatkan IPA itu sendiri yang dapat disebut metode ilmiah. Proses mendapatkan IPA memerlukan sepuluh keterampilan dasar yaitu: observasi, klarifikasi, interpretasi, hipotesis, mengendalikan variabel, merencanakan dan melaksanakan penelitian, interfensi, aplikasi, dan komunikasi (Sulistyorini, 2007: 9-10). Sedangkan Wynne Harlen (Sulistyorini, 2007: 10) setidaknya ada sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan siswa SD, yaitu: a. b. c. d. e. f.
sikap ingin tahu, sikap ingin medapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri,
38
g. sikap tanggung jawab, h. sikap berpikir bebas, dan i. sikap kedisiplinan diri. Sikap di atas dapat dikembangkan melalui diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan lapangan saat pembelajaran IPA berlangsung.
2.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mulai diajarkan pada anak sejak Sekolah
Dasar (SD). Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi siswa SD untuk mempelajari alam sekitar secara ilmiah. Di tingkat SD/ MI, pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan serta pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Sulistyorini, 2007: 39). Keterampilan proses IPA untuk siswa didefinisikan oleh Paolo dan Marten (Samatowa, 2006: 12) diantaranya: a) mengamati, b) mencoba memahami apa yang diamati, c) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, dan d) menguji ramalan-ramalan di bawah kondisikondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah. Adanya pelajaran IPA di SD tentu memiliki tujuan. Tujuan pelajaran IPA SD menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Sulistyorini, 2007: 40) adalah sebagai berikut. a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
39
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Tidak hanya mencantumkan tujuan pelajaran IPA untuk siswa, KTSP juga mengatur ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/ MI yang meliputi aspekaspek sebagai berikut (Sulistyorini, 2007: 40). a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/ MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan (Sulistyorini, 2007: 39). Dalam KTSP, SK dan KD telah dibagi berdasarkan jenjang kelasnya dan juga disesuaikan dengan semester yang ditempuh. Berikut ini adalah SK dan KD IPA kelas 5 semester 2 berdasarkan KTSP yang berlaku (Sulistyorini, 2007: 45).
40
Tabel 1. SK dan KD IPA kelas 5 semester 2 Berdasarkan KTSP 2016 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Energi dan Perubahannya 5. Memahami hubungan antara 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta gaya, gerak dan energi melalui fungsinya percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet) 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat 6. Menerapkan sifat-sifat 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya cahaya melalui kegiatan 6.2 Membuat suatu karya/model, membuat suatu karya/model misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya Bumi dan Alam Semesta 7. Memahami perubahan yang 7.1 Mendeskripsikan proses terjadi di alam dan pembentukan tanah karena hubungannya dengan pelapukan penggunaan sumber daya 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah alam 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi 7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya 7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air 7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan 7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb) Berdasarkan uraian di atas, media KIT IPA di penelitian ini dikembangkan sesuai dengan tujuan, ruang lingkup, serta SK dan KD yang telah dipetakan dalam kurikulum. Pengembangan media KIT IPA ini juga menekankan agar siswa dapat mencari sendiri pengetahuannya melalui pengamatan atau observasi maupun melakukan sendiri berbagai percobaan menggunakan KIT tersebut.
41
D. Kajian tentang Pokok Bahasan Cahaya di Sekolah Dasar Cahaya merupakan salah satu bab dalam mata pelajaran IPA kelas 5 semester 2. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti pada guru kelas 5C SDN Rejowinangun 1 diketahui bahwa cahaya merupakan materi yang cukup abstrak bagi siswa. Materi cahaya yang terdapat dalam buku IPA Salingtemas 5 untuk SD MI kelas V (Azmiyawati dkk., 2008: 110-120) yang digunakan di SDN Rejowinangun adalah sebagai berikut. 1.
Sifat-sifat Cahaya
a.
Cahaya Merambat Lurus Cahaya memiliki arah rambatan menurut garis lurus. Tidak semua benda
dapat memancarkan cahaya. Berdasarkan dapat tidaknya memancarkan cahaya, benda dikelompokkan menjadi benda sumber cahaya dan benda gelap. Benda sumber cahaya dapat memancarkan cahaya, seperti matahari, lampu, dan nyala api. Sedangkan benda gelap adalah benda yang tidak bisa memancarkan cahaya, misalnya batu, kayu, dan kertas. Berdasarkan dapat dan tidaknya benda meneruskan cahaya, benda dibedakan menjadi benda tidak tembus cahaya dan benda tembus cahaya. Benda tidak tembus cahaya tidak dapat meneruskan cahaya yang mengenainya dan benda iki akan membentu bayangan. Contoh benda tidak tembus cahaya adalah karton, kayu, dan tembok. Sementara itu, benda yang tembus cahaya dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Contoh benda yang tembus cahaya adalah kaca.
42
b. Cahaya Dapat Dipantulkan Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur (pemantulan difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar atau tidak rata. Pada pemantulan baur, sinar pantul arahnya tidak beraturan. Sedangkan pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengilap, misalnya cermin. Pada pemantulan ini sinar pantul memiliki arah yang teratur. Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya. Berdasarkan bentuk permukaannya, ada cermin datar dan cermin lengkung. Cermin lengkung ada dua macam, yatu cermin cekung dan cermin cembung. Penjelasan masing-masing jenis cermin tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Cermin Datar Cermin datar yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya datar. Sifat cermin datar adalah: a) ukuran bayangan sama dengan ukuran benda, b) jarak bayangan sama dengan jarak benda ke cermin, c) kenampakan bayangan berlawanan dengan benda, d) bayangannya tegak, e) bayangan bersifat semua atau maya. 2) Cermin Cembung Cermin cembung adalah cermin yang permukaannya melengkung ke arah luar. Biasanya digunakan untuk spion. Bayangan cermin ini bersifat maya, tegak, diperkecil.
43
3) Cermin Cekung Cermin cekung yaitu cermin yang bidang pantulnya melengkung ke arah dalam. Biasanya digunakan sebagai reflektor pada lampu mobil dan senter. Sifat bayangan yang dibentuk tergantung pada letak benda terhadap cermin. Jika benda dekat dengan cermin cekung, bayangan bersifat tegak, maya, dan diperbesar. Jika benda jauh dari cermin cekung, bayangan benda bersifat nyata dan terbalik.
c.
Cahaya Dapat Dibiaskan Pembiasan adalah peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya setelah
melewati medium rambatan yang berbeda. Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Sebaliknya, apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal.
d. Cahaya Dapat Diuraikan Cahaya matahari yang kita lihat berwarna putih sebenarnya tersusun atas banyak cahaya berwarna. Cahaya matahari diuraikan oleh titik-titik air di awan sehingga terbentuk warna pelangi. Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya (dispersi). Dispersi merupakan penguraian cahaya putih menjadi menjadi berbagai cahaya warna.
44
2.
Pemanfaatan Sifat-sifat Cahaya dalam Karya Sederhana
a.
Periskop Periskop menerapkan sifat pemantulan cahaya. Periskop sering digunakan
dalam kapal selam.
b. Kaleidoskop Dengan kaleidoskop kita dapat melihat pola yang mengagumkan karena benda yang terdapat dalam kaleidoskop mengalami pemantulan berkali-kali.
c.
Lup Lup merupakan alat optik yang sangat sederhana. Alat ini berupa lensa
cembung yang berfungsi membantu mata untuk melihat benda-benda kecil agar nampak besar dan jelas. Berdasarkan uraian materi di atas dan melihat referensi buku IPA kelas 5 SD yang lain, pengembangan media dalam penelitian ini yang berupa KIT IPA akan difokuskan pada materi sifat-sifat cahaya dan pemanfaatan sifat cahaya. Alat-alat dalam KIT IPA dirancang untuk dapat menampilkan sifat-sifat cahaya, diantaranya cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat dibiaskan, dan cahaya dapat diuraikan. Sedangkan materi pemanfaatan cahaya akan ditunjang melalui model alat yang dapat digunakan sebagai contoh kepada anak-anak. Model yang dimasukkan dalam KIT diantaranya periskop, kaleidoskop, dan lup.
45
E. Karakteristik Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Siswa Sekolah Dasar (SD) berada pada tahap anak-anak akhir dengan kisaran usia 7-12 tahun. Menurut Piaget (Izzaty, dkk.,2013: 104) masa anak-anak akhir tergolong pada masa operasional konkret dimana anak berpikir logis terhadap objek yang konkret. Masa anak-anak akhir dibagi menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah dan kelas tinggi Sekolah Dasar. Masa kelas rendah berlangsung antara usia 6/7 tahun – 9/10 tahun, biasanya anak-anak duduk di kelas 1-3. Sedangkan masa kelas tinggi yaitu berlangsung antara usia 9/10 tahun – 12/13 tahun, biasanya anak telah duduk di kelas 4-6 (Izzaty, dkk.,2013: 114-115). Dalam penelitian ini, pengembangan media akan disesuaikan dengan karateristik siswa kelas 5 yang termasuk fase kelas tinggi. Ada pun karakteristik anak pada fase kelas tinggi adalah sebagai berikut (Izzaty, dkk.,2013: 115). 1. 2. 3. 4.
Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah. 5. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. Hendro Darmojo dan Jenny R. E. K (1993: 20) mengutarakan bahwa pada pada akhir tahap operasional konkret ini anak-anak telah dapat memahami perkalian, pembagian, subtitusi, analisis, dan sintesis. Anak-anak juga dapat berpikir abstrak yang sederhana misalnya memahami konsep berat, gaya, dan ruang. Sesuai teori yang telah dijabarkan, dapat di ambil kesimpulan bahwa pada pembelajaran di kelas, termasuk pembelajaran IPA, siswa SD masih sangat membutuhkan benda-benda konkret untuk menunjang kemampuan intelektualnya.
46
Memperhatikan karakteristik siswa SD yang tergolong operasinal konkret, media KIT IPA untuk pokok bahasan cahaya yang dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi kesempatan siswa belajar lebih konkret dan menghindarkan siswa dari verbalisme. Media ini dapat melibatkan indera siswa secara maksimal sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna. Siswa tidak hanya sekedar mengangan-angan tentang sifat-sifat cahaya maupun contoh alat optik namun mereka dapat melihatnya secara langsung melalui percobaan yang dilakukan menggunakan KIT maupun melihat model alat optik dalam KIT tersebut. Melalui percobaan dan model alat optik yang dilihat tersebut siswa kelas 5, yang termasuk dalam fase kelas tinggi yang memiliki kemampuan analisis, diharapkan mampu menghubungkan kejadian di kehidupan sehari-hari dengan materi yang sedang mereka pelajari.
F. Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian pengembangan media KIT IPA Cahaya ini mengacu pada beberapa penelitian relevan yang dahulu telah dilakukan. Penelitian relevan yang dijadikan acuan diantaranya adalah pengembangan KIT praktikum fisika berbasis Personal Desk Laboratory System, kelayakan kit praktikum sederhana sebagai media pembelajaran pada materi listrik statis, dan pengembangan C-MORE kits. Masing-masing penelitian relevan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. Pengembangan KIT Praktikum Fisika Berbasis Personal Desk Laboratory System (PDLS) untuk Meningkatkan Sikap Berpikir Kritis dan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa SMA merupakan penelitian tesis yang disusun oleh Hidayati Parida (2016). Hasil dari penelitian ini adalah produk KIT berbasis
47
PDLS dinyatakan layak dengan kategori sangat baik. Produk juga dinyatakan efektif berdasarkan hasil observasi sikap berpikir kritis dengan perolehan gain standar 0,51 (kategori sedang) serta memperoleh gain standar 0,71 (kategori tinggi) untuk kemampuan siswa memecahkan masalah. Penelitian relevan yang kedua adalah Kelayakan Kit Praktikum Sederhana sebagai Media Pembelajaran pada Materi Listrik Statis (Lailatul Ahadia, dkk., 2016). Penelitian ini bertujuan untuk
menghasilkan media kit praktikum
sederhana pada materi listrik statis yang layak berdasarkan aspek validitas, kepraktisan, dan keefektifan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kit praktikum sederhana yang dikembangkan memperoleh kriteria sangat layak berdasarkan aspek validitas ditinjau dari hasil penilaian para validator. Berdasarkan aspek kepraktisan yang dilihat dari hasil observasi guru dan observasi kegiatan siswa, kit praktikum yang dikembangkan memperoleh kriteria sangat baik. Kit praktikum sederhana pada materi listrik statis juga dinyatakan layak dari aspek keefektifan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, baik pada ranah sikap, pengetahuan, maupun ranah keterampilan. Penelitian relevan yang ketiga diambil dari Journal of Geoscience Education dengan judul C-MORE Science Kits as a Classroom Learning Tool (J. M. Foley dkk., 2013). Center for Microbial Oceanography: Research and Education (C-MORE) mengembangkan kit portabel untuk topik oseanografi. Kit ini dievaluasi melalui dua cara yaitu penilaian kualitatif dari pengalaman guru dan penilaian kuantitatif dari belajar siswa. Hasil penilaian kualitatif dari pengalaman guru menunjukkan bahwa kit mudah dipinjam dan digunakan guru, dapat
48
melibatkan siswa secara aktif saat pembelajaran, dan menciptakan pembelajaran bermakna bagi siswa. Sedangkan hasil penilaian kuantitatif dari belajar siswa menunjukkan hanya terjadi sedikit penurunan pengetahuan antara posttest 1 dan posttest 2 (posttest 2 dilakukan 2 minggu setelah posttest 1). Berdasarkan evaluasi guru dan siswa siswa tersebut, dapat disimpulkan bahwa C-MORE kits adalah alat yang efektif sebagai model untuk mendukung kurikulum yang diajarkan. Penelitian di atas menjadi acuan peneliti dalam mengembangkan KIT IPA Cahaya. Melalui tiga penelitian relevan di atas dapat diketahui bahwa KIT yang dikembangkan melalui penelitian dapat digunakan untuk mengetahui berbagai hal, diantaranya mengetahui peningkatan sikap berpikir kritis, kemampuan siswa memecahkan masalah dan peningkatan hasil belajar siswa. Masing-masing KIT yang dikembangkan dalam penelitian di atas dinyatakan layak digunakan berdasarkan penilaian validator maupun dari penilaian guru atau observasi aktivitas siswa. Dalam penelitian ini, KIT yang dikembangkan adalah KIT IPA untuk pokok bahasan cahaya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengahasilkan produk KIT IPA Cahaya yang layak dan efektif digunakan dalam pembelajaran IPA. Kelayakan KIT IPA dilihat dari hasil validasi ahli, respon guru, dan respon siswa sebagai pengguna. Keefektifan KIT diketahui dari uji gain yang dilakukan berdasarkan nilai pretest dan postest siswa selama kegiatan uji coba.
49
G. Kerangka Pikir Kerangka pikir dalam penelitian ini disajikan dalam bagan berikut ini. IPA diperoleh dan dipelajari atas dasar hands-on dan minds-on. Pembelajaran IPA seharusnya dilaksanakan dengan cara memberi kesempatan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri.
Memerlukan media untuk menunjang pembelajaran
Salah satu media yang dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran IPA adalah KIT IPA MASALAH Alat-alat dalam KIT kurang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran (tidak mencakup seluruh materi dalam satu bab, khususnya untuk KIT Cahaya)
Materi cahaya memerlukan media yang sesuai untuk mendukung kegiatan percobaan siswa SOLUSI Mengembangkan KIT IPA untuk pokok bahasan cahaya.
KIT IPA Cahaya yang dikembangkan mendapat kriteria layak dan efektif digunakan dalam pembelajaran IPA Kelas 5
KIT IPA Cahaya dapat membantu siswa memahami konsep cahaya, memberi kesempatan siswa untuk mencari pengetahuannya sendiri, dan menambah semangat siswa dalam belajar IPA. Gambar 3. Kerangka Pikir
50
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R&D). Borg dan Gall (1983: 772) menyatakan bahwa R & D is a process used to develop and validate educational products. Sejalan dengan Borg and Gall, Sugiyono (2013: 407) mengungkapkan bahwa R & D adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian dan pengembangan dapat juga didefinisikan sebagai suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2010: 164). Produk yang dihasilkan R & D tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), namun dapat pula berbentuk perangkat lunak (software). R & D menekankan produk yang berguna atau bermanfaat dalam berbagai bentuk sebagai perluasan, tambahan, dan inovasi dari bentuk-bentuk yang sudah ada (Putra, 2015: 70). Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menghasilkan produk berupa media pembelajaran yang dikemas dalam bentuk KIT IPA untuk pokok bahasan cahaya (hardware). KIT IPA ini ditujukan untuk membantu pembelajaran IPA di Kelas 5 SD Negeri Rejowinangun 1 Yogyakarta.
B. Prosedur Penelitian Dalam menghasilkan produk yang layak digunakan tentu diperlukan prosedur penelitian yang sesuai. Penelitian pengembangan ini menggunakan
51
model pengembangan 4-D. Model 4-D meliputi empat tahap yaitu Define (pendefinisian),
Design
(perancangan),
Develop
(pengembangan),
dan
Dissemination (penyebaran) (Thiagarajan dkk., 1974: 5). Jika digambarkan secara skematis, empat tahap penelitian pengembangan tersebut adalah sebagai berikut. Front-End Analysis Learner Analysis Stage 1: Define Task Analysis
Concept Analysis
Specification of Obsjectives Criterion-test Construction Media Selection
Stage 2: Design
Format Selection Initial Design Expert Appraisal
Stage 3: Develop
Developmental Testing
Validation Testing Stage 4: Packaging
Disseminate
Diffusion and Adoption
Gambar 4. Desain Penelitian 4D (Thiagarajan, dkk., 1974)
52
Model 4-D tersebut tidak seluruhnya digunakan dalam penelitian ini, melainkan dimodifikasi menjadi model 3-D yaitu tahap Define, Design, dan Develop. Tahap Disseminate tidak dilaksanakan dikarenakan terbatasnya kemampuan peneliti, baik dalam waktu, tenaga, maupun biaya, untuk menyebarluaskan produk media yang dihasilkan. Model 3-D yang dilakukan dalam penelitian ini tidak hanya menggunakan teori penelitian milik Thiagarajan dkk. (1974) melainkan dikombinasi juga dengan teori evaluasi formatif milik Dick dan Carey (1978). Teori evaluasi formatif dimasukkan dalam tahap develop (pengembangan) untuk memudahkan peneliti dalam menentukan jumlah subjek penelitian saat uji coba media dilaksanakan. Langkah dalam teori evaluasi media tersebut ada tiga, yaitu one to one evaluation, small-group evaluation, dan field evaluation. Secara skematis, model pengembangan 3-D ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
53
Analisis awal-akhir
Analisis siswa
PENDEFINISIAN
Analisis tugas
Analisis konsep
Perumusan tujuan pembelajaran Penyusunan tes kriteria Pemilihan media
PERANCANGAN
Pemilihan format Rancangan awal Validasi Ahli
Draf 1
Revisi 1 Revisi 2
One to one evaluation
Small-group evaluation
Revisi 3
Draf 3
Draf 4
PENGEMBANGAN
Draf 2
Field evaluation
Revisi 4
Media KIT IPA CAHAYA
Gambar 5. Desain Penelitian 3D yang dimodifikasi dari model 4D (Thiagarajan, dkk., 1974) dan Evaluasi Formatif (Dick dan Carey, 1978)
54
Keterangan: : langkah-langkah model 3-D : hasil langkah-langkah model 3-D berupa draf : proses pengambilan data. Masing-masing tahap yang dilakukan dalam penelitian ini (define, design, dan develop) yang ada pada skema di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Define (Pendefinisian) Thiagarajan dkk. (1974: 6) menyatakan bahwa “The purpose of this stage is to stipulate and define instructional requirements”. Hal tersebut berarti bahwa tahap pendefinisian berguna untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Thiagarajan dkk. (1974) menganalisis tahap ini dalam lima langkah sebagai berikut. a. Front-end Analysis (Analisis Awal Akhir) Analisis
awal
akhir
ini
pembelajaran
yang
kemudian
mempelajari digunakan
permasalahan untuk
dasar
menentukan
dalam langkah
pengembangan produk lebih lanjut. Dalam penelitian ini analisis awal akhir dilakukan dengan melakukan observasi pembelajaran IPA di kelas 5 SDN Rejowinangun 1, wawancara dengan guru, dan observasi media pembelajaran IPA yang tersedia di sekolah. Melalui observasi dan wawancara itu kemudian dapat diketahui permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran IPA di kelas 5. Permasalahan dasar yang ditemukan peneliti melalui observasi tersebut adalah kurangnya penggunaan media pembelajaran pada mata pelajaran IPA. Padahal, ketersediaan media pembelajaran IPA sudah cukup lengkap di sekolah,
55
salah satunya adalah KIT IPA. KIT IPA yang ada di sekolah memiliki keterbatasan yaitu tidak semua jenis KIT yang tersedia dapat digunakan untuk mengajarkan atau melakukan percobaan dalam satu bab materi secara utuh. Keterbatasan tersebut dikarenakan tidak semua KIT memiliki alat yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, misalnya KIT Cahaya. KIT Cahaya yang tersedia di sekolah berisi lampu, prisma, dan cermin datar. Alat tersebut dianggap guru tidak dapat digunakan untuk mengajarkan satu bab penuh materi cahaya, sehingga kurang sesuai dengan kebutuhan guru saat pembelajaran. Sesuai
permasalahan di atas kemudian muncul alternatif
penyelesaiannya yaitu dengan cara mengembangkan sebuah produk media KIT IPA Cahaya yang sesuai dengan kebutuhan guru maupun siswa dalam pembelajaran dan dapat mencakup percobaan untuk satu materi penuh.
b.
Learner Analysis (Analisis Siswa) Analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai
dengan desain pengembangan perangkat pembelajaran. Karakteristik itu meliputi latar belakang kemampuan akademik (pengetahuan), perkembangan kognitif, serta keterampilan-keterampilan individu atau sosial yang berkaitan dengan topik pembelajaran, media, format dan bahasa yang dipilih (Thiagarajan, dkk., 1974: 6). Penelitian ini melakukan analisis siswa melalui observasi pembelajaran, wawancara terhadap guru, serta studi pustaka yang terkait dengan karakteristik siswa SD.
56
Hasil dari analisis tersebut diketahui bahwa siswa kelas 5 SDN Rejowinangun 1 sebagian besar sangat aktif dalam pembelajaran. Akan tetapi, tidak semua siswa aktif tersebut sungguh-sungguh mengerti apa yang disampaikan guru. Di kelas 5C misalnya, beberapa siswa seringkali berteriak atau mengacungkan jari untuk menjawab pertanyaan namun jawaban mereka melenceng dari pembahasan guru. Selain itu, metode ceramah dan tanya jawab yang terus digunakan saat pembelajaran membuat beberapa siswa terlihat bosan dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Siswa yang pada dasarnya aktif tersebut akan belajar lebih antusias jika pembelajaran tidak hanya didominasi ceramah namun juga didukung dengan media yang relevan.
c.
Task Analysis (Analisis Tugas) Pada tahap ini, peneliti menganalisis tugas-tugas pokok yang harus dikuasai
siswa agar siswa dapat mencapai kompetensi minimal (Mulyatiningsih, 2012: 196). Peneliti menganalisis tugas siswa kelas 5 SDN Rejowinangun 1 dalam pembelajaran IPA melalui analisis tujuan pembelajaran yang terdapat dalam silabus yang sesuai dengan materi yang diajarkan pada saat proses pembelajaran agar kompetensi minimal yang diharapkan dapat tercapai. Kompetensi minimal tersebut dapat dilihat melalui analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar semester 2 khususnya untuk pokok bahasan cahaya.
57
d. Concepts Analysis (Analisis Konsep) Analisis konsep dilakukan untuk mengidentifikasi konsep pokok yang akan diajarkan, menyusunnya dalam bentuk hirarki, dan merinci konsep-konsep individu ke dalam hal yang kritis dan yang tidak relevan (Thiagarajan, dkk., 1974: 6). Dalam penelitian ini analisis konsep dilakukan dengan menganalisis Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan sumber belajar, baik hardware maupun software, untuk mendukung proses pengembangan KIT IPA pokok bahasan cahaya.
e.
Specifying Instructional Objectives (Perumusan Tujuan Pembelajaran) Perumusan tujuan pembelajaran dilakukan untuk menentukan indikator
pencapaian pembelajaran yang didasarkan atas analisis konsep dan analisis tugas.
Dengan menuliskan tujuan pembelajaran, peneliti dapat mengetahui
bagaimana penggunaan KIT agar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dan mengetahui seberapa besar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai.
2. Design (Perancangan) Setelah mengetahui permasalahan dasar dari tahap pertama, tahap selanjutnya adalah perancangan (design) yang dalam penelitian ini berarti perancangan media pembelajaran KIT IPA pokok bahasan cahaya. Tahap design memiliki empat langkah, diantaranya: a) penyusunan tes kriteria (criterion-test construction), b) pemilihan media (media selection) yang sesuai dengan materi dan karakteristik siswa, c) pemilihan bentuk penyajian pembelajaran (format
58
selection), berkaitan erat dengan pemilihan media pembelajaran yang terjadi pada langkah sebelumnya, dan d) membuat rancangan awal (initial design) (Thiagarajan, dkk., 1974: 7). Masing-masing langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut. a. Penyusunan Tes Kriteria (Criterion-Test Construction) Pada tahap ini penulis menyusun kriteria produk yang akan dikembangkan. Penyusunan kriteria produk media yang akan dikembangkan ini mengacu pada permasalahan yang ditemukan pada tahap define. Kriteria produk tersebut diantaranya adalah sebagai berikut. 1) Produk yang dikembangkan merupakan media pembelajaran hardware. 2) Media dapat digunakan untuk mengajarkan materi cahaya sesuai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam KTSP. 3) Media dapat digunakan untuk melakukan lima percobaan sifat-sifat cahaya dan menampilkan contoh benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. 4) Media dapat digunakan oleh guru maupun siswa. 5) Media dapat mendukung kelancaran proses pembelajaran IPA. 6) Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat media adalah bahan yang awet, mudah ditemukan, dan aman untuk siswa. 7) Media memiliki tampilan yang menarik bagi siswa. 8) Media yang dikembangkan diharapkan dapat melengkapi media yang telah tersedia di sekolah.
59
b. Pemilihan Media (Media Selection) Berdasarkan analisis materi dan karakteristik peserta didik, maka peneliti memutuskan untuk mengembangkan media KIT IPA pokok bahasan cahaya. KIT IPA yang dikemas praktis, mudah dipindahkan, dan sesuai dengan materi pembelajaran diharapkan dapat membantu kelancaran proses belajar IPA. Media hardware dipilih agar dapat dimanfaatkan guru maupun siswa secara optimal dalam pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan masih terbatasnya fasilitas sekolah yang mendukung pembelajaran menggunakan media software.
c.
Pemilihan Bentuk Penyajian Pembelajaran (Format Selection) Pemilihan bentuk penyajian pembelajaran ini disesuaikan dengan media
pembelajaran yang digunakan (Mulyatiningsih, 2012: 197). Dalam penelitian ini, media yang digunakan adalah KIT IPA untuk pokok bahasan cahaya dan pembelajaran menggunakan KIT dapat dilakukan secara klasikal maupun berkempok. Pengunaan media dapat disesuaikan dengan kebutuhan guru saat mengajarkan materi Cahaya di kelas.
d. Membuat Rancangan Awal (Initial Design) Rancangan awal ini menghasilkan draf 1, yang mencakup beberapa poin berikut ini: 1) Judul media yaitu “KIT IPA Cahaya”. Judul tersebut dipilih untuk menggambarkan materi yang akan disampaikan melalui media.
60
2) Bagian-bagian KIT IPA Cahaya. Bagian-bagian KIT IPA Cahaya secara berturut-turut dari bagian yang paling luar adalah: a) box KIT IPA Cahaya sekaligus tempat penyimpanan alat KIT, b) kotak percobaan, dan c) alat-alat percobaan. 3) Buku panduan. Buku panduan penggunaan KIT IPA cahaya berisi nama-nama alat yang terdapat dalam KIT serta cara merangkai alat-alat KIT IPA Cahaya. Draf 1 tersebut kemudian akan divalidasi oleh ahli materi dan ahli media, sebelum akhirnya digunakan dalam uji coba di SD.
3. Develop (Pengembangan) Tahap
pengembangan
adalah
tahap
untuk
menghasilkan
produk
pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: a) validasi ahli (expert appraisal), dan b) uji coba pengembangan (developmental testing) (Thiagarajan dkk., 1974). Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk menghasilkan bentuk akhir media pembelajaran setelah melalui revisi berdasarkan masukan para pakar ahli dan data hasil uji coba. Masing-masing tahap tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. Tahap validasi ahli (expert appraisal) dilakukan sebagai jaminan bahwa produk berupa media pembelajaran yang dikembangkan layak diuji cobakan pada siswa. Validasi terhadap KIT IPA Cahaya dilakukan oleh ahli materi dan ahli
61
media. Kedua ahli tersebut menilai draf 1 (hasil dari rancangan awal media) dan memberikan masukan untuk perbaikan media. Perbaikan media terus dilakukan hingga kedua validator memberikan penilaian bahwa media layak digunakan untuk uji coba. Setelah kegiatan validasi ahli dan revisi, media KIT IPA Cahaya juga mendapat respon penilaian dari guru. Respon guru diperlukan untuk dapat memperbaiki media jika diperlukan sebelum akhirnya digunakan dalam pembelajaran IPA. Respon guru dirasa penting karena guru merupakan pihak yang mengerti kebutuhan dalam pembelajaran di kelas sekaligus sebagai salah satu pengguna media. Kegiatan uji coba pengembangan (developmental testing) dalam penelitian ini mengadopsi teori evaluasi formatif dari Dick dan Carey (1978) yaitu: a) one to one evaluation (di dalamnya termasuk validasi ahli), b) small-group evaluation, dan c) field evaluation. Teori evaluasi formatif tersebut digunakan untuk memudahkan peneliti dalam menentukan jumlah subjek penelitian. Masingmasing tahap evaluasi formatif yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. One to One Evaluation One to one evaluation dilakukan terhadap dua siswa yang dianggap representatif terhadap populasi. Dua siswa itu kemudian akan memberi respon terhadap media KIT IPA Cahaya yang telah digunakan. Berdasarkan respon siswa tersebut dapat diketahui apakah media perlu melalui revisi atau perbaikan sebelum
62
digunakan uji coba selanjutnya atau tidak. Perbaikan terhadap media dalam tahap ini akan menghasilkan draf 2.
b. Small-Group Evaluation Small-group evaluation (evaluasi kelompok kecil) dilakukan untuk menguji coba draf 2. Hasil dari uji coba draf 2 tersebut digunakan untuk melakukan revisi 2 yang kemudian menghasilkan draf 3 untuk uji coba lapangan. Revisi dilakukan sesuai masukan atau saran dari siswa sebagai pengguna.
c.
Field Evaluation Uji coba lapangan terhadap media KIT IPA Cahaya dilakukan di kelas 5A
SDN Rejowinangun 1. Hasil dari uji coba lapangan tersebut kemudian digunakan untuk melakukan perbaikan produk jika diperlukan.
C. Uji Coba Produk 1. Desain Uji Coba Desain uji coba produk pada penelitian ini mengadaptasi teori evaluasi formatif yang ada dalam buku The Systemtic Design of Instruction (Dick dan Carey, 1978). Evaluasi formatif dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah one to one evaluation, tahap ke dua adalah small-group evaluation (evaluasi kelompok kecil), sedangkan tahap ke tiga adalah field evaluation (evaluasi lapangan). Secara skematis, tahap evaluasi produk dapat digambarkan sebagai berikut.
63
Draf 1
One to one evaluation (termasuk validasi ahli)
TAHAP 1
Revisi 1
Draf 2 TAHAP 2
Small-group evaluation
Revisi 2
Draf 3
Field evaluation TAHAP 3 Revisi 3
Media KIT IPA CAHAYA yang layak digunakan
Gambar 6. Tiga tahap evaluasi formatif (Dick dan Carey, 1978)
a. Tahap 1 (One to One Evaluation) Pada tahap ini peneliti melakukan uji coba terbatas pada siswa. Uji coba dilakukan pada dua siswa kelas 5C SDN Rejowinangun 1. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Dick dan Carey (1978: 159) yang berbunyi “the term one to one refers to the fact that, at this stage in the evaluation, the instructor selects two
64
or more students who are typical of the target population...”. Dua siswa yang dipilih hendaknya mewakili populasi siswa yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata dan di atas rata-rata seperti pernyataan Dick dan Carey (1978: 159) bahwa “the designer should pick at least one student from the target population who is slightly above average in general ability and at least one student who is below average...”. Hasil review digunakan untuk merevisi draf 1 yang kemudian digunakan untuk menyusun draf 2. Langkah evaluasi satu lawan satu secara skematis dapat ditunjukkan sebagai berikut (Dick dan Carey, 1978: 159-160). Jelaskan pada siswa tentang media yang dikembangkan dan minta siswa untuk memberikan respon terhadap media.
Buat siswa rileks dan bebas mengemukakan pendapat tentang media
Sajikan media dan catat waktu yang dibutuhkan untuk menyajikan media/ mempelajari media, reaksi siswa, bagian yang sulit dipahami, dll
Posttest
Pretest
Analisis informasi
Gambar 7. Langkah one to one evaluation
b. Tahap 2 (Small-Group Evaluation) Draf 2 yang dihasilkan dari revisi 1 kemudian di uji cobakan pada kelompok kecil (10 siswa) kelas 5C SDN Rejowinangun 1. Hal tersebut dilatarbelakangi teori Dick dan Carey (1978: 160) yang menyatakan: if the number of students is less than ten, then the data wich you obtain will not be representative of the target population. On the other hand, if you obtain data on many more than twenty students, you will find that you have more information than you need, and the data from additional students will
65
not provide you with a great deal of additional information for careful evaluation and analysis in small-group setting. Hasil uji coba terhadap 10 siswa tersebut kemudian di gunakan untuk melakukan revisi 2 guna menghasilkan draf 3. Langkah small-group evaluation secara skematis dapat ditunjukkan sebagai berikut (Dick dan Carey, 1978: 161162). Jelaskan bahwa media memerlukan masukan siswa
Catat waktu dan semua bentuk umpan balik
Posttest
Pretest
Sajikan media
Bagikan angket
Gambar 8. Langkah small-group evaluation
c.
Tahap 3 (field evaluation) Pada tahap ini media diujicobakan kepada seluruh siswa kelas 5A SDN
Rejowinangun 1. Langkah evaluasi lapangan (field evaluation) secara skematis adalah sebagai berikut (Dick dan Carey, 1978: 171-172). Jelaskan bahwa media memerlukan masukan siswa dan jauhkan perasaan bahwa uji coba ini menguji kemampuan siswa
Pretest
Catat semua respon yang muncul dan waktu yang diperlukan
Sajikan media
Posttest
Bagikan angket
Ringkas dan analisis data
Gambar 9. Langkah field evaluation
66
2. Subjek Uji Coba a. Uji coba terbatas Uji coba terbatas dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap one to one evaluation dan small-group evaluation. Pada tahap one to one evaluation subjek yang terlibat adalah dua siswa kelas 5C SDN Rejowinangun 1. Hal tersebut sesuai teori yang ditulis Dick dan Carey (1978: 159) bahwa pada tahap one to one evaluation dipilih dua siswa atau lebih yang dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat. Satu siswa memiliki kemampuan di bawah rata-rata, sedangkan satu siswa lain memiliki kemampuan di atas rata-rata. Tahap kedua yaitu evaluasi kelompok kecil melibatkan sepuluh siswa kelas 5C sebagai subjek penelitian. Dick dan Carey (1978: 160) menyatakan jika subjek kurang dari sepuluh
orang maka data yang diperoleh kurang dapat
menggambarkan populasi target. Sepuluh siswa yang dijadikan subjek hendaknya mewakili siswa yang kurang pandai, sedang, pandai, laki-laki, perempuan, dan berbagai latar belakang.
b. Uji coba lapangan Subjek uji coba lapangan atau evaluasi lapangan adalah seluruh siswa kelas 5A SDN Rejowinangun 1 Yogyakarta yang berjumlah 27 siswa.
D. Jenis Data Jenis data dibedakan menjadi dua macam, yaitu data kualitatif dan kuantitatif (Widoyoko, 2015: 18). Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan
67
kualitatif untuk mengetahui layak tidaknya media KIT IPA digunakan untuk siswa kelas 5 SD. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa komentar dan saran dari validator maupun respon siswa secara lisan melalui tanya jawab saat uji coba. Tidak hanya itu, data kualitatif juga digunakan saat penulis mendeskripsikan hasil observasi pembelajaran, observasi media, maupun hasil wawancara dengan guru pada tahap penelitian awal. Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dilengkapi dengan data kuantitatif sehingga diharapkan dapat menyajikan data lebih akurat. Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka-angka sebagai hasil observasi atau pengukuran (Widoyoko, 2015: 21). Dalam penelitian ini data kuantitatif digunakan untuk mengetahui rata-rata nilai siswa dalam pembelajaran IPA, sebelum dan setelah menggunakan media KIT IPA cahaya. Rata-rata nilai diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Dari hasil pretest dan posttest kemudian dilakukan perhitungan nilai gain. Tidak hanya itu, data kuantitatif juga digunakan untuk mengetahui hasil dari validasi ahli, respon guru, dan respon siswa terhadap penggunaan media KIT IPA Cahaya. Hasil validasi ahli, repon guru, dan respon siswa diperoleh dari pengisian angket.
E. Metode Pengumpulan Data 1. Angket Angket atau kuisioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna
68
(Widoyoko, 2015: 33). Menurut Sugiyono (2013: 199), kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Dalam penelitian ini, angket ditujukan untuk ahli materi, ahli media, dan siswa. Uma Sekaran (Sugiyono: 2013: 200-203) menggunakan beberapa prinsip dalam penulisan angket yaitu prinsip penulisan, pengukuran, dan penampilan fisik. Prinsip penulisan angket menyangkut beberapa aspek yaitu sebagai berikut. a. Isi dan Tujuan Pertanyaan Jika berbentuk pengukuran maka pertanyaan harus disusun dalam skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
b. Bahasa yang Digunakan Bahasa yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan bahasa responden.
c.
Tipe dan Bentuk Pertanyaan Terdapat dua tipe pertanyaan yaitu pertanyaan terbuka dan tertutup. Bentuk
pertanyaan dalam angket dapat menggunakan kalimat positif dan negatif. Pertanyaan terbuka mengharapkan responden untuk menuliskan jawaban berbentuk uraian sedangkan pertanyaan tertutup mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden memilih salah satu alternatif jawaban yang disediakan.
69
d. Pertanyaan Tidak Mendua Setiap pertanyaan dalam angket fokus pada satu permasalahan sehingga tidak menyulitkan responden saat menjawab.
e.
Tidak Menanyakan yang Sudah Lupa Setiap pertanyaan sebaiknya tidak menanyakan hal-hal yang sudah lalu atau
menuntut responden berpikir berat.
f.
Pertanyaan Tidak Menggiring Pertanyaan sebaiknya tidak menggiring ke jawaban yang baik saja atau jelek
saja.
g. Panjang pertanyaan Pertanyaan sebaiknya tidak terlalu panjang sehingga dapat membuat responden jenuh dalam mengisi Tipe angket yang digunakan peneliti adalah angket tertutup. Angket tersebut menyediakan jawaban untuk responden dalam bentuk skala Likert. Prinsip pokok skala Likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat positif sampai sangat negatif (Widoyoko, 2015: 104). Skala yang digunakan adalah skala empat dengan pilihan Sangat Baik (SB), Baik (B), Tidak Baik (TB), dan Sangat Tidak Baik (STB).
70
2. Tes Djemari menyatakan bahwa tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus pertanyaan (Widoyoko, 2015: 57). Tes yang digunakan dalam pendidikan biasanya dibedakan menjadi tes hasil belajar dan tes psikologis (Sukmadinata, 2010: 223). Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes hasil belajar yang akan mengukur kemampuan siswa sebelum dan setelah melakukan pembelajaran dengan media KIT IPA Cahaya (pretest dan posttest). Bentuk tes dilihat dari segi sistem penskorannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif mengandung pengertian bahwa siapa saja yang memeriksa lembar jawab tes akan menghasilkan skor yang sama. Sedangkan tes subjektif adalah tes yang penskorannya dipengaruhi oleh korektor (Widoyoko, 2015: 57-58). Masing-masing bentuk tes memiliki tipe soal yang berbeda. Tipe tes objektif diantaranya benar-salah, menjodohkan, dan pilihan ganda. Tes subjektif pada umumnya berbentuk uraian. Berdasarkan tingkat kebebasan siswa untuk menjawab soal, tes uraian dibedakan menjadi dua yaitu tes uraian bebas atau uraian terbuka dan tes uraian terbatas (Widoyoko, 2015: 60-83). Tes yang dilakukan dalam penelitian ini termasuk bentuk tes objektif dengan tipe soal pilihan ganda.
71
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran (Widoyoko, 2015: 51). Sugiyono (2013: 148) menuliskan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spresifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Jadi, jumlah instrumen penelitian tergantung dari jumlah jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah pengembangan KIT IPA pokok bahasan cahaya. Pengembangan tersebut dilihat dari segi kelayakan dan keefektifan penggunaan media. Uji kelayakan media dilakukan melalui validasi ahli materi, validasi ahli media, dan respon guru, dan respon siswa. Keefektifan media KIT IPA Cahaya diketahui melalui perhitungan nilai gain. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data penelitian ini adalah angket dan soal tes. Langkah-langkah menyusun instrumen non tes menurut Widoyoko (2015: 127) ada lima yaitu: menetapkan variabel yang akan diteliti, merumuskan definisi konseptual, merumuskan definisi operasional, menyusun kisi-kisi instrumen, dan menyusun butir-butir instrumen. Hal tersebut sejalan dengan Sugiyono (2013: 149) yang menuliskan bahwa cara menyusun instrumen bertolak dari variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti, kemudian menetapkan definisi operasionalnya, menentukan indikator yang akan diukur, dan selanjutnya menjabarkan indikator menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk
72
memudahkan menyusun isntrumen maka perlu digunakan matrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen. Selain
instrumen
non
tes, instrumen tes juga memiliki langkah
pengembangan. Ada sembilan langkah pengembangan tes hasil belajar menurut Djemari Mardapi (2008: 88) yaitu: menyusun spesifikasi tes, menulis soal tes, menelaah soal tes, melakukan uji coba tes, menganalisis butir soal tes, memperbaiki tes, merakit tes, melaksanakan tes, dan menafsirkan hasil tes. Penelitian ini menggunakan langkah penyusunan instrumen non tes untuk menyusun angket dan menggunakan langkah pengembangan tes untuk menyusun soal pretest dan posttest dengan modifikasi sesuai kebutuhan. Dikarenakan fokus penelitian ini mengacu pada pengembangan media bukan pengembangan soal tes, maka peneliti memodifikasi sembilan langkah pengembangan tes yang telah disebutkan di atas menjadi empat langkah yaitu: menyusun spesifikasi tes, menulis soal tes, melaksanakan tes, dan menafsirkan hasil tes. Masing-masing langkah dalam penyusunan instrumen non tes (angket) dan instrumen tes dalam penelitian ini akan dijelaskan secara lengkap sebagai berikut. 1. Langkah-langkah Menyusun Instrumen Angket Angket yang digunanakan dalam penelitian ini ada empat macam yaitu angket untuk ahli materi, ahli media, guru dan siswa. Berdasarkan teori di atas, langkah-langkah dalam menyusun angket adalah sebagai berikut. a. Menentukan Variabel Penelitian Berdasarkan judul penelitian ini, maka variabel penelitiannya adalah “pengembangan KIT IPA pokok bahasan cahaya”.
73
b. Menentukan Definisi Operasional Definisi operasional merupakan definisi yang didasarkan pada sifat-sifat yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi). Membuat definisi operasional adalah menetapkan bagaimana mengukur variabel (Widoyoko, 2015: 130). Berdasarkan variabel penelitian “pengembangan KIT IPA pokok bahasan cahaya” maka definisi operasionalnya adalah mengembangkan KIT IPA untuk pokok bahasan cahaya yang layak sesuai aspek kelayakan materi dan kelayakan media serta efektif digunakan dalam pembelajaran.
c.
Menyusun Kisi-Kisi Instrumen Angket Kisi-kisi instrumen adalah gambaran hubungan antara variabel maupun sub
variabel, indikator, dan rancangan butir-butir instrumen yang disusun dalam bentuk tabel (Widoyoko, 2015: 132). Untuk dapat menetapkan indikator di setiap variabel yang diteliti, maka peneliti harus memliki wawasan luas tentang variabel yang diteliti. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membaca buku, jurnal, penelitian sejenis, konsultasi pada ahli, maupun membaca referensi lain. Walker dan Hess (Arsyad, 2011: 175) memberikan kriteria dalam mereviu media pembelajaran yang berdasarkan pada kualitas yaitu: 1) Kualitas isi dan tujuan. Kriteria ini meliputi: a) ketepatan, b) kepentingan, c) kelengkapan, d) keseimbangan,
74
e) minat/perhatian, f) keadilan, dan g) kesesuaian dengan situasi siswa. 2) Kualitas instruksional. Kriteria ini dijabarkan menjadi poin-poin berikut: a) memberikan kesempatan belajar, b) memberikan bantuan belajar, c) kualitas motivasi, d) fleksibilitas instruksional, e) hubungan dengan program pembelajaran lain, f) kualitas sosial interaksi instruksionalnya, g) kualitas tes dan penilaiannya, h) dapat memberi dampak bagi siswa, dan i) dapat membawa dampak bagi guru dan pembelajarannya. 3) kualitas teknis. Kriteria ini terdiri dari: a) keterbacaan, b) mudah digunakan, c) kualitas tampilan/tayangan, d) kualitas penanganan jawaban, e) kualitas pengelolaan programnya, dan f) kualitas pendokumentasiannya. Pada jurnal penelitian pengembangan KIT praktikum sederhana sebagai media pembelajaran (Lailatul Ahaida, dkk., 2016) dituliskan bahwa aspek dari KIT praktikum yang perlu divalidasi diantaranya adalah sebagai berikut.
75
1) Kesesuian alat-alat pada kit praktikum dengan materi. 2) Kesesuian alat-alat pada kit praktikum dengan tujuan pembelajaran. 3) Kesesuian alat-alat pada kit praktikum dengan konsep yang akan diajarkan. 4) Kesesuian alat-alat pada kit praktikum dengan tingkat satuan pendidikan. 5) Kemudahan pengoperasian alat-alat pada kit praktikum. 6) Kemampuan alat-alat pada kit praktikum dalam membantu meningkatkan hasil belajar. 7) Kemampuan alat-alat pada kit praktikum dalam menumbuhkan rasa ingin tahu. 8) Kemudahan kit praktikum untuk disimpan. 9) Kemudahan kit praktikum untuk dipindah-pindah. 10) Kemudahan dalam memperoleh bahan-bahan pembuatan alat praktikum pada kit sederhana. 11) Kesederhanaan desain alat-alat pada kit praktikum (tidak rumit, mudah diduplikasi, dan lain-lain). Dalam jurnal yang berjudul “Kelayakan KIT Praktikum Sederhana sebagai Media Pembelajaran pada Materi Listrik Statis” (Lailatul Ahaida, dkk., 2016) tersebut juga menjelaskan bahwa syarat-syarat KIT praktikum IPA yang baik sesuai dengan kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih media ada 4 yaitu sebagai berikut. 1) Kesesuaian kit ipa dengan tujuan pembelajaran. 2) Ketepatan kit ipa untuk mendukung isi bahan pembelajaran atau materi ajar. 3) Kemudahan dalam memperoleh bahan-bahan pembuatan kit.
76
4) Guru dan siswa terampil dalam menggunakan kit ipa tersebut. Wibawa dan Mukti (1992: 71) memberikan contoh lembar evaluasi media yang isinya adalah beberapa poin berikut ini. 1) Kesesuaian dengan tujuan pengajaran. 2) Isi materi. 3) Ketetapan penyajian. 4) Kosakata. 5) Kesesuaian dengan sasaran didik (siswa). 6) Ketersediaan. 7) Efektivitasnya. 8) Kompatibilitasnya 9) Kualitas hasil (audio, visual, gerak, cetakan). 10) Kualitas buku petunjuk pelaksanaan. 11) Kualitas rangkuman. 12) Kualitas penilaian. Berdasarkan
teori dan penelitian relevan di atas, maka peneliti
mengembangkan instrumen angket sesuai kebutuhan penelitian yang terdiri dari aspek materi dan aspek media. Masing-masing aspek dikembangkan menjadi sub aspek yaitu sebagai berikut. 1) Aspek materi. Aspek ini terdiri dari sub-aspek kelayakan isi, keterkaitan dengan pembelajaran, dan kebahasaan. 2) Aspek media. Aspek ini terdiri dari sub-aspek kelayakan kit ipa cahaya dan penggunaan kit ipa Cahaya.
77
Masing-masing aspek tersebut akan dicermati oleh ahli/ pakar yaitu ahli materi dan ahli media. Ahli materi yang akan menilai aspek materi yang terdiri dari kelayakan isi, keterkaitan dengan pembelajaran, dan kebahasaan, sedangkan ahli media akan menilai aspek media yang terdiri dari penggunaan media dan aspek tampilan KIT IPA Cahaya. Selain digunakan untuk ahli materi dan media, angket juga digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap media yang dikembangkan. Siswa dan guru akan menilai aspek materi dan media sesuai dengan posisi mereka sebagai pengguna media. Berikut kisi-kisi instrumen angket untuk ahli materi, ahli media, guru dan siswa. Kisi-kisi ini kemudian akan dikembangkan menjadi butir penilaian berupa pernyataan-pernyataan untuk responden. Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Angket untuk Ahli Materi No.
Aspek
Sub-aspek
1
Materi
Kelayakan isi
Indikator
Kesesuaian materi dengan Kompetensi Dasar (KD) IPA kelas 5 semester 2 menurut kurikulum KTSP Keakuratan materi Media sebagai sarana belajar materi cahaya Keterkaitan Kesesuaian media dengan dengan proses pembelajaran pembelajaran Penggunaan media dalam pembelajaran Kebahasaan Kelugasan bahasa Penyampaian kalimat kepada siswa Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa Keruntutan alur pikir percobaan Ketepatan penggunaan istilah Jumlah Butir Instrumen
Nomor Instrumen
Jumlah Butir
1, 2
2
3, 4, 5, 6
4
7, 8
2
9, 10
2
11, 12, 13, 14 15
4 1
16, 17, 18
3
19
1
20
1
21, 22
2 22
Dimodifikasi dari Walker Hess (1984) dan Lailatul Ahaida, dkk. (2016)
78
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Angket untuk Ahli Media
No. Aspek 1
Media
Sub-aspek Kelayakan KIT IPA Cahaya
Nomor
Jumlah
Instrumen
Butir
1
1
2, 3
2
4, 5, 6, 7
4
IPA
8, 9
2
KIT
10, 11, 12
3
KIT
13
1
Indikator Kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran Ukuran KIT IPA Cahaya Desain
KIT
IPA
Cahaya Kualitas dalam
alat-alat KIT
Cahaya Penggunaan
Kemudahan
KIT IPA
penggunaan
Cahaya
IPA Cahaya Petunjuk penggunaan IPA Cahaya
Jumlah Butir Instrumen
13
Dimodifikasi dari Walker Hess (1984) dan Lailatul Ahaida, dkk. (2016)
79
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Angket untuk Guru
2
No.
Aspek
Sub-Aspek
1
Materi
Kelayakan isi
Media
Indikator
Kesesuaian materi dengan Kompetensi Dasar (KD) IPA kelas 5 semester 2 menurut kurikulum KTSP Keakuratan materi Media sebagai sarana belajar materi cahaya Keterkaitan Kesesuaian media dengan dengan proses pembelajaran pembelajaran Penggunaan media dalam pembelajaran Kebahasaan Kelugasan bahasa Penyampaian kalimat kepada siswa Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa Keruntutan alur pikir percobaan Ketepatan penggunaan istilah Kelayakan KIT Ukuran KIT IPA IPA Cahaya Cahaya Desain KIT IPA Cahaya Kualitas alat-alat dalam KIT IPA Cahaya Penggunaan Kemudahan KIT IPA penggunaan KIT IPA Cahaya Cahaya Petunjuk penggunaan KIT IPA Cahaya Jumlah butir instrume n
Nomor Instrumen 1, 2
Jumlah Butir 2
3,4,5 6,7
3 2
8,9
2
10,11,12,13
4
14 15,16,17
1 3
18
1
19
1
20, 21
2
22,23
2
24,25,26,27
4
28,29
2
30,31,32
3
33
1 33
Dimodifikasi dari Walker Hess (1984) dan Lailatul Ahaida, dkk. (2016)
80
Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Angket untuk Siswa No. Aspek 1
Sub-aspek
Materi Kelayakan isi
Keterkaitan dengan pembelajaran Kebahasaan
2
Indikator Keakuratan materi Media sebagai sarana belajar materi Cahaya Penggunaan media dalam pembelajaran
Nomor Instrumen 1 2,3
Jumlah Butir 1 2
4, 5, 6
3
Penyampaian 7,8 2 kalimat kepada siswa Kesesuaian dengan 9 1 tingkat perkembangan siswa Keruntutan alur 10 1 pikir percobaan Ketepatan 11 1 penggunaan istilah Media Kelayakan KIT Ukuran KIT IPA 12 1 IPA Cahaya Cahaya Desain KIT IPA 13, 14, 15 3 Cahaya Kualitas alat-alat 16,17 2 dalam KIT IPA Cahaya Penggunaan KIT Kemudahan 18, 19, 20 3 IPA Cahaya penggunaan KIT IPA Cahaya Kejelasan petunjuk 21 1 penggunaan KIT IPA Cahaya Manfaat KIT IPA 22 1 Cahaya Jumlah Butir Instrumen 22 Dimodifikasi dari Walker Hess (1984) dan Lailatul Ahaida, dkk. (2016)
81
2. Langkah-langkah Menyusun Soal Tes Terdapat empat langkah yang dilakukan peneliti dalam menyusun soal tes, yaitu menyusun spesifikasi tes, menulis soal tes, melaksanakan tes, dan menafsirkan hasil tes (Mardapi, 2008). a. Menyusun Spesifikasi Tes Spesifikasi tes berisi merupakan uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes, sehingga mempermudah seseorang dalam menyusun soal dan siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama (Widoyoko, 2015: 90). Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut. 1) Menentukan tujuan tes. Ditinjau dari segi tujuannya ada empat macam tes yaitu tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. Tes penempatan digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki siswa dan digunakan pula untuk menentukan seorang siswa perlu tambahan pelajaran atau tidak. Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar siswa. Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan yang diperoleh digunakan untuk memperbaiki strategi mengajar. Materi tes formatif dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran tiap pokok bahasan atau sub pokok bahasan. Tekahir, tes sumatif, digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa untuk mata pelajaran tertentu (Widoyoko, 2015: 90-91).
82
Penelitian ini menggunakan tes formatif untuk mengukur kemampuan siswa pada materi cahaya sekaligus untuk memperoleh masukan tentang keberhasilan proses pembelajaran yang menggunakan media KIT IPA Cahaya. Tes formatif dilakukan disetiap uji coba media dilaksanakan di kelas. 2) Menyusun kisi-kisi tes. Kisi-kisi atau tabel spesifikasi tes merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Empat langkah dalam menyusun kisi-kisi tes diantara: a) menulis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, b) menentukan indikator, c) membuat daftar pokok bahasan subpokok bahasan yang akan diujikan, dan d) menentukan jumlah butir soal tiap pokok bahasan dan subpokok bahasan (Widoyoko, 2015: 91-92). Kisi-kisi soal yang dibuat dalam penelitian ini didasarkan pada kategori-kategori pada dimensi proses kognitif yang ada di dalam Revisi Taksonomi Bloom. Dimensi proses kognitif tersebut diantaranya: a) mengingat (C1), b) memahami (C2), c) mengaplikasikan (C3), d) menganalisis (C4), e) mengevaluasi (C5), dan f) mencipta (C6) (Longman, 2010: 100-102). Namun, soal-soal dalam penelitian ini tidak menggunakan dimensi proses kognitif tersebut secara keseluruhan melainkan hanya menggunakan C1 hingga C3 saja. Hal itu dikarenakan media KIT IPA Cahaya yang dikembangkan peneliti menampilkan sifat-sifat cahaya dan contoh aplikasinya saja, sehingga dimensi proses kognitif yang akan diukur pun hanya mencapai kemampuan mengaplikasikan teori. Selain itu, materi yang diujikan juga tidak terlalu luas, sehingga bahan untuk membuat soal pun terbatas. Kisi-kisi soal dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
83
Tabel 6. Kisi-kisi Soal Tes Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Menerapkan 6.1 Mendeskripsi sifat-sifat kan sifat-sifat cahaya cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model
Dimensi Nomor Proses Jumlah Soal Kognitif
Menyebutkan sifat-sifat C1 1 cahaya Memberi contoh sifatsifat cahaya 2, 3, 4, C2 dalam 5 peristiwa sehari-hari Menyimpulkan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin C2 6 melalui gambar yang ditunjukkan Menunjukkan manfaat cermin bagi C3 7 kehidupan sehari-hari 6.2 Membuat Menyebutkan suatu alat yang karya/model, memanfaatkan C1 8 misalnya sifat-sifat periskop atau cahaya lensa dari Menjelaskan bahan prinsip kerja C2 9 sederhana periskop atau dengan kaleidoskop menerapkan Menggunakan sifat-sifat sifat cahaya cahaya untuk C3 10 membuat periskop sederhana Jumlah Soal (Berdasarkan KTSP (2006) dan Longman (2010))
84
1
4
1
1
1
1
1
10
3) Memilih bentuk tes. Bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan (Widoyoko, 2015: 93). Dalam penelitian ini, tujuan dilakukannya tes adalah untuk mengukur kemampuan siswa sebelum dan sesudah menggunakan media KIT IPA Cahaya, jumlah peserta tes di masing-masing uji coba secara berturut-turut adalah 2 siswa, 10 siswa, dan 27 siswa. Cakupan materi yang akan dibuat soal dalam penelitian ini terbatas pada materi sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya. Dalam penelitian ini, bentuk tes yang digunakan adalah tes objektif dengan tipe pilihan ganda. Bentuk tes objektif dipilih untuk menghindari subjektifitas peneliti saat menilai. Selain itu pemeriksaan tes objektif lebih mudah daripada tes uraian sehingga bisa dikerjakan lebih cepat (Sudjana, 2014: 53). Soal pilihan ganda yang dibuat peneliti akan didasarkan pada dimensi kognitif Revisi Taksonomi Bloom. Melalui tes ini diharapkan dapat mengukur tingkat berpikir siswa dari yang rendah hingga tinggi. 4) Menentukan panjang tes. Tes dengan tipe pilihan ganda ini dibuat dengan menyediakan empat pilihan jawaban bagi siswa. Soal dibuat tidak terlalu panjang dan tidak terlalu kompleks agar siswa tidak merasa jenuh dan tidak berpikir terlalu keras saat mengerjakan.
85
b. Menulis Soal Tes Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisikisi yang telah dibuat. Pertanyaan perlu dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simpel (Widoyoko, 2015: 94). Dalam penelitian ini, kisi-kisi yang telah ditetapkan akan digunakan untuk membuat soal pretest dan posttest untuk mengukur kemampuan siswa sebelum dan sesudah menggunakan media KIT IPA Cahaya.
c.
Melaksanakan Tes Setelah pertanyaan selesai disusun, maka langkah berikutnya adalah
melaksanakan tes. Pelaksanaan tes dilakukan sesuai waktu yang ditentukan. Peserta tes harus dipantau agar tes dikerjakan dengan jujur dan sesuai ketentuan yang ditetapkan. Namun, pengawasan tersebut tidak boleh sampai mengganggu peserta tes agar hasilnya dapat seakurat mungkin (Widoyoko, 2015: 94). Dalam penelitian ini, tes dilaksanakan saat evaluasi satu lawan satu (one to one), evaluasi kelompok kecil, dan evaluasi lapangan. Masing-masing hasil tes tersebut kemudian digunakan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran menggunakan KIT IPA Cahaya berhasil atau tidak.
d. Menafsirkan Hasil Tes Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai yaitu rendah, menengah, atau tinggi
86
(Widoyoko, 2015: 96). Penilaian hanya dapat dijalankan apabila telah jelas skala dan acuan yang digunakan. Skala adalah satuan yang digunakan dalam penilaian. Dalam penilaian hasil belajar, skala yang dapat digunakan diantaranya skala 0-10, 0-100, 0-4, A-E, dan sebagainya. Sedangkan acuan terdiri dari penilaian acuan patokan (PAP) dan penilaian acuan norma (PAN). PAP adalah penilaian yang mengubah skor menjadi nilai berdasarkan skor maksimum yang menjadi acuan. PAN adalah penilaian yang didasarkan pada kedudukan relatif skor siswa diantara kelompoknya. Skor yang sama dapat menimbulkan keputusan penilaian yang berbeda jika acuan penilaian yang digunakan juga berbeda (Purwanto, 2010: 205207). Dalam penelitian ini skala yang digunakan adalah 0-10. Masing-masing soal akan diberi skor 1. Acuan nilai tidak diperhatikan oleh peneliti karena fokus analisis adalah melihat nilai gain dari hasil pretest dan posttest siswa. Pengembangan media KIT IPA Cahaya ini dianggap efektif digunakan dalam pembelajaran apabila nilai gain yang diperoleh setidaknya berada pada kategori sedang.
G. Analisis Data Sugiyono (2013: 207) menuliskan bahwa: analisis data adalah kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
87
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak data diperoleh dari hasil penelitian. Analisis data tersebut digunakan untuk mengetahui kelayakan KIT IPA Cahaya. Teknik analisis angket dan hasil tes siswa dijelaskan sebagai berikut. 1. Teknik Analisis Angket Angket yang dianalisis dalam menentukan layak tidaknya KIT IPA Cahaya diantaranya angket ahli materi, ahli media, angket respon guru dan respon siswa. Angket dalam penelitian ini menggunakan skala Likert dengan empat pilihan untuk mengukur sikap siswa, yaitu Sangat Baik (SB), Baik (B), Kurang (K), dan Sangat Kurang (SK) (Mardapi, 2008: 122). Langkah-langkah analisis angket selengkapnya adalah sebagai berikut. a. Mengubah Data Kualitatif Menjadi Data Kuantitatif Mengubah data kualitatif menjadi data kuantitaif dapat menggunakan pedoman tabel berikut. Tabel 7. Pedoman Penskoran Data Kualitatif
Skor
Sangat Baik
4
Baik
3
Kurang
2
Sangat Kurang
1
(Mardapi, 2008: 122)
b. Menghitung Rata-Rata Skor Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata skor tiap aspek dengan rumus sebagai berikut.
88
Keterangan: X = rata-rata skor tiap aspek ΣX = jumlah skor tiap aspek n = jumlah indikator yang dinilai
c.
Mengubah Skor Menjadi Data Kualitatif Mengubah skor rata-rata menjadi data kualitatif dengan kriteria sebagai
berikut. Tabel 8. Acuan Pengubahan Skor Menjadi Skala Empat No.
Skor Siswa
Kategori Sikap atau Minat
1
X ≥ X + 1.SBx
Sangat Baik
2
X + 1.SBx > X ≥ X
Baik
3
X > X ≥ X – 1.SBx
Kurang
4
X < X – 1.SBx
Sangat Kurang
(Mardapi, 2008: 123) Keterangan: X
= rerata skor keseluruhan siswa dalam satu kelas = (skor maksimal + skor minimal)
SBx
= simpangan baku skor keseluruhan = (skor maksimal – skor minimal)
X
= skor yang didapat
89
Berdasarkan tabel 8 di atas, maka didapatkan konversi nilai skala empat sebagai berikut. Tabel 9. Hasil Konversi Skor Skala Empat No.
Skor Siswa
Kategori
1
X ≥ X + 1.SBx
X ≥ 3,00
Sangat Baik
2
X + 1.SBx > X ≥ X
3,00 > X ≥ 2,50
Baik
3
X > X ≥ X – 1.SBx
2,50 > X ≥ 2,00
Kurang
4
X < X – 1.SBx
X < 2,00
Sangat Kurang
Keterangan: X
= rerata skor keseluruhan siswa dalam satu kelas = (skor maksimal + skor minimal) = (4 + 1) = 2,50
SBx
= simpangan baku skor keseluruhan = (skor maksimal – skor minimal) = (4 - 1) = 0,50
X
= skor yang didapat
KIT IPA Cahaya dikatakan layak digunakan apabila perolehan skor penilaian termasuk kategori Baik. Apabila skor yang diperoleh belum memenuhi kriteria Baik, maka KIT IPA Cahaya akan direvisi.
90
2. Teknik Analisis Hasil Tes Siswa Tes objektif dilakukan pada siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan media KIT IPA Cahaya (pretest dan posttest). Skor terhadap jawaban benar dalam tes objektif, khususnya jenis pilihan ganda, dihitung dengan aturan berikut (Sudjana, 2014: 54).
Keterangan: Sk = skor yang diperoleh B = jawaban yang benar S = jawaban yang salah O = kemungkinan jawaban atau option Berdasarkan rumus di atas maka dapat diketahui nilai masing-masing siswa. Untuk mengetahui besar peningkatan kemampuan siswa setelah pretest dan posttest, maka peneliti melakukan uji gain. Uji gain menggunakan rumus gain ternormalisasi dapat digunakan untuk melihat apakah media pembelajaran KIT IPA Cahaya efektif digunakan saat pembelajaran atau tidak. Meltzer (2002) menyatakan rumus uji gain adalah sebagai berikut. g= Keterangan : g = besarnya nilai gain Setelah mengetahui nilai gain, langkah selanjutnya adalah menentukan kriteria peningkatan nilai kognitif berdasarkan kriteria berikut.
91
Tabel 10. Kriteria Peningkatan Nilai Kognitif Batasan
Kategori
g ≥ 0,7
Tinggi
0.7 > g ≥ 0.3
Sedang
g < 0.3
Rendah (Hake, 1998: 2)
Batasan penelitian dikatakan berhasil adalah jika perolehan gain hasil analisis pretest dan posttest sekurang-kurangnya termasuk kategori sedang. Ini berarti apabila gain yang diperoleh lebih dari atau sama dengan 0,3 maka penelitian pengembangan ini dikatakan berhasil dan media KIT IPA Cahaya terbukti dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran.
92
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development) media pembelajaran KIT IPA Cahaya untuk siswa kelas 5 SDN Rejowinangun 1 Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan model pengembangan 4-D milik Thiagarajan, Semmel, dan Semmel yang terdiri dari define, design, develop, dan disseminate serta mengadopsi teori evaluasi formatif milik Dick dan Carey yang terdiri dari one to one evaluation, small group evaluation, dan field evaluation. Model pengembangan 4-D tidak seluruhnya digunakan dalam penelitian ini, melainkan hanya digunakan sampai develop saja. Tahap disseminate tidak dilakukan karena keterbatasan peneliti dalam hal waktu dan biaya. Teori evaluasi formatif Dick dan Carey dimasukkan dalam tahap develop untuk memudahkan peneliti dalam menentukan jumlah subjek penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan media KIT IPA Cahaya yang layak dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran IPA kelas 5 Sekolah Dasar. Kelayakan tersebut dapat dilihat dari respon ahli, guru, dan siswa. Sedangkan keefektifan media dilihat dari analisis nilai pretest dan posttest siswa. Deskripsi setiap langakah pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Deskripsi Hasil Tahap Pendefinisian
a.
Front-End Analysis (Analisis Awal Akhir) Analisis awal akhir bertujuan untuk melihat langsung keadaan sekolah,
proses pembelajaran, dan potensi yang dapat dikembangkan sebagai dasar
93
penetapan dalam pemecahan masalah. Data dari tahap ini dikumpulkan melalui kegiatan observasi pembelajaran IPA kelas 5, observasi media pembelajaran yang tersedia di sekolah, dan wawancara dengan guru kelas 5 SDN Rejowinangun 1. Data yang diperoleh dari hasil observasi pembelajaran adalah pembelajaran IPA dilakukan dengan cara yang konvensional, didominasi ceramah guru yang banyak menuntut siswa untuk menghafal, dan tidak melibatkan penggunaan media yang mendukung berjalannya pembelajaran IPA. Padahal, siswa kelas 5 di SDN Rejowinangun 1 cenderung aktif saat pembelajaran, baik aktif menjawab pertanyaan guru maupun memperagakan sesuatu yang guru instruksikan. Seharusnya, keaktifan siswa tersebut dapat disalurkan melalui eksperimen untuk mencari pengetahuannya sendiri dan berlatih berdiskusi dengan teman sebaya terkait materi IPA yang diajarkan. Melakukan eksperimen dalam IPA dapat dilakukan dengan memanfaatkan media KIT IPA yang difasilitasi oleh pemerintah untuk sekolah. Observasi ketersediaan media di sekolah dan wawancara guru menunjukkan bahwa media di sekolah sudah cukup lengkap, diantaranya KIT IPA, peraga rangka manusia dan berbagai organ tubuh, poster, kerangka bangun ruang, dan lain sebagainya. KIT IPA yang tersedia di sekolah terdiri dari berbagai macam KIT seperti KIT cahaya, tumbuhan, mineral dan lain-lain. Akan tetapi, media tersebut tidak dapat digunakan secara maksimal. Guru menyampaikan bahwa media yang terdapat di sekolah telah banyak yang hilang komponennya. KIT IPA misalnya, tidak selalu bisa digunakan dalam pembelajaran IPA karena banyak komponen yang hilang akibat tidak disiplinnya pengguna. Oleh karena itu,
94
pembelajaran dengan KIT IPA dirasa cukup menyita waktu karena sebelum menggunakan harus mengecek terlebih dahulu peralatan yang akan digunakan. Jenis KIT tertentu juga tidak memungkinkan guru untuk melakukan eksperimen satu bab materi secara utuh, misalnya KIT cahaya. Guru menyampaikan bahwa percobaan cahaya akhirnya tidak dilakukan dengan KIT namun hanya menggunakan peralatan seadanya yang disiapkan guru. Jika waktu guru terbatas dalam mempersiapkan media, siswa akhirnya belajar dengan mengandalkan ceramah dari guru. Akibatnya, verbalisme masih menjadi bagian utama dalam pembelajaran IPA di kelas 5. Perlunya media dalam pembelajaran IPA untuk menghindarkan siswa dari verbalisme membuat peneliti tertarik untuk mengembangkan media untuk mendukung pembelajaran IPA. Media yang dikembangkan adalah KIT IPA Cahaya. Media KIT IPA Cahaya tersebut diharapkan dapat melengkapi atau menyempurnakan KIT cahaya yang ada di sekolah. KIT IPA Cahaya yang dikembangkan peneliti didesain sesuai materi cahaya di kelas 5 SDN Rejowinangun 1. Hal tersebut dilakukan agar media dapat sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa. Selain itu, KIT yang dikembangkan didesain untuk mengajarkan seluruh percobaan sifat cahaya serta contoh alat yang memanfaatkan sifat cahaya.
b. Learner Analysis (Analisis Siswa) Analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan desain pengembangan perangkat pembelajaran. Karakteristik itu meliputi
95
latar belakang kemampuan akademik (pengetahuan), perkembangan kognitif, serta keterampilan-keterampilan individu atau sosial yang berkaitan dengan topik pembelajaran, media, format dan bahasa yang dipilih (Thiagarajan, dkk., 1974: 6). Penelitian ini melakukan analisis siswa melalui observasi pembelajaran serta wawancara terhadap guru dan siswa. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa siswa kelas 5 SDN Rejowinangun 1 memiliki tingkat kemampuan akedemik yang berbeda. Dalam satu kelas, presentase antara siswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah di setiap kelas berbeda-beda. Di kelas 5C, presentase siswa dengan kemampuan akademik rendah lebih besar jika dibanding siswa dengan kemampuan akademik tinggi. Di kelas 5A jumlah siswa berkemempuan akademik tinggi dan rendah hampir sama. Hal tersebut diketahui melalui wawancara dengan guru. Keaktifan siswa di dalam pembelajaran pun berbeda-beda, meskipun secara umum dapat dilihat bahwa siswa kelas 5 SDN Rejowinangun 1 termasuk siswa yang berani menyampaikan pendapatnya saat pembelajaran. Siswa kelas 5 memiliki gaya belajar yang heterogen. Gaya belajar yang berbeda tersebut tentu mempengaruhi penggunaan media dalam pembelajaran. Saat dilakukan wawancara, siswa mengaku bahwa sebenarnya mereka kurang menyukai jika pembelajaran IPA hanya dilakukan dengan mendengarkan ceramah guru. Beberapa siswa menyampaikan lebih suka jika didukung media visual, seperti gambar. Sebagian yang lain menyatakan lebih suka melakukan kegiatan seperti percobaan atau eksperimen tertentu saat pembelajaran IPA, sedangkan sebagian kecil siswa mengaku menyukai belajar melalui video. Peneliti
96
menganalisis keinginan siswa tersebut seluruhnya mengarah pada pembelajaran yang lebih bermakna dibanding hanya mendengar ceramah saja. Media pembelajaran yang dapat mendukung pembelajaran bermakna merupakan media yang banyak melibatkan indera siswa. Oleh karena itu, media yang dikembangkan dalam penelitian ini merupakan media perekayasa yaitu KIT IPA Cahaya yang diharapkan mampu memnfasilitasi siswa memperoleh pembelajaran yang bermakna.
c.
Task Analysis (Analisis Tugas) Pada tahap ini, peneliti menganalisis tugas-tugas pokok yang harus dikuasai
siswa agar siswa dapat mencapai kompetensi minimal (Mulyatiningsih, 2012: 196). Kompetensi minimal yang harus dikuasai siswa dapat dilihat melalui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada di dalam kurikulum KTSP. Berdasarkan kompetensi minimal yang ada dalam kurikulum tersebut, salah satu materi yang harus dikuasai siswa kelas 5 pada semester 2 adalah materi sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya. Media KIT IPA Cahaya berisi alat-alat untuk melakukan 5 percobaan sifatsifat cahaya dan 3 contoh alat yang memanfaatkan sifat cahaya. Percobaan sifatsifat cahaya ini dilakukan agar siswa dapat mencari sendiri pengetahuannya maupun membuktikan sifat-sifat cahaya jika sebelumnya telah dijelaskan guru. Setelah melakukan percobaan, siswa diharapkan mampu mendeskripsikan sifatsifat cahaya dengan benar.
97
Selain alat untuk percobaan, KIT IPA Cahaya juga dilengkapi contoh benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Contoh benda tersebut adalah periskop, kaleidoskop, dan lup. Alat itu dapat digunakan guru untuk memberikan contoh benda konkret yang memanfaatkan sifat cahaya kepada siswa. Setelah melihat contoh benda, siswa kemudian dapat membuat suatu karya atau model yang menerapkan sifat-sifat cahaya.
d. Concepts Analysis (Analisis Konsep) Analisis konsep dilakukan untuk mengidentifikasi konsep pokok yang akan diajarkan dan menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan secara rasional. Dalam penelitian ini analisis konsep dilakukan dengan menganalisis Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan sumber belajar untuk mendukung proses pengembangan KIT IPA pokok bahasan cahaya. Hasil analisis konsep jika disajikan dalam bentuk bagan adalah sebagai berikut. Sifat-sifat Cahaya dan Pemanfaatannya
Semua contoh alat terdapat dalam KIT IPA Cahaya
Semua tercakup dalam percobaan sifat-sifat cahaya menggunakan KIT IPA Cahaya
Gambar 10. Konsep Cahaya untuk Kelas 5 SD
98
Lup
Kaleidoskop
Periskop
Dapat dibiaskan
Dapat dipantulkan
Menembus benda bening
Merambat lurus
Dapat diuraikan
Pemanfaatan Sifat-Sifat Cahaya dalam Karya Sederhana
Sifat-sifat Cahaya
e.
Specifying Instructional Objectives (Perumusan Tujuan Pembelajaran) Perumusan tujuan pembelajaran dilakukan berdasarkan analisis konsep dan
analisis tugas. Perumusan tujuan pembelajaran hendaknya menggunakan kata kerja operasional agar perubahan perilaku siswa yang diharapkan setelah belajar menggunakan KIT IPA Cahaya dapat diukur secara jelas. Tujuan pembelajaran merupakan penjabaran dari indikator. Sedangkan indikator merupakan penjabaran dari Kompetensi Dasar (KD) dan Standar Kompetensi (SK) dalam kurikulum. SK, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran yang dapat dicapai dengan belajar melalui KIT IPA Cahaya adalah sebagai berikut. 1) Standar Kompetensi 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model 2) Kompetensi Dasar 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya 6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya 3) Indikator a) Menyebutkan sifat-sifat cahaya. b) Menjelaskan peristiwa sehari-hari yang menunjukkan sifat-sifat cahaya. c) Membuat karya/ model yang menerapkan sifat-sifat cahaya.
99
4) Tujuan pembelajaran a) Setelah melakukan lima percobaan sifat-sifat cahaya menggunakan KIT IPA Cahaya, siswa mampu menyebutkan sifat-sifat cahaya dengan benar. b) Setelah melakukan percobaan sifat-sifat cahaya menggunakan KIT IPA Cahaya dan mendengarkan penjelasan guru, siswa mampu menjelaskan peristiwa sehari-sehari yang berkaitan dengan sifat cahaya dengan benar. c) Setelah melihat contoh model periskop, kaleidoskop, dan lup yang ada dalam KIT IPA Cahaya, siswa mampu membuat karya/ model yang menerapkan sifat-sifat cahaya dengan benar.
2.
Deskripsi Hasil Tahap Perencanaan
a.
Penyusunan Tes Kriteria (Criterion-Test Construction) Pada tahap ini peneliti membuat kriteria produk yang akan dikembangkan.
Kriteria produk yang akan dikembangkan berikut ini memperhatikan temuan permasalahan pada tahap define serta memperhatikan karakterisitik siswa. 1) Produk yang dikembangkan merupakan media pembelajaran hardware. Media hardware dipilih karena saat observasi pembelajaran diketahui bahwa fasilitas sekolah yang mendukung untuk media software masih terbatas. Selain itu, terdapat guru kelas yang memiliki keterbatasan jika menggunakan media yang disalurkan melalui proyektor.
100
2) Media dapat digunakan untuk mengajarkan materi cahaya sesuai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ada dalam KTSP. Materi cahaya dipilih berdasarkan arahan dari guru. Guru mengungkapkan bahwa dalam materi cahaya terdapat banyak percobaan yang dapat dilakukan siswa. Ketersediaan media untuk materi tersebut akan sangat membantu guru dalam melakukan setiap percobaan dan menghindarkan siswa dari verbalisme. 3) Media dapat digunakan untuk melakukan percobaan sifat-sifat cahaya dan menampilkan contoh benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Media yang dikembangkan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan kelas 5 SDN Rejowinangun 1 Yogyakarta. Materi cahaya yang diajarkan di kelas tersebut adalah sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya. 4) Media dapat digunakan oleh guru maupun siswa. Dalam proses pembelajaran, seringkali guru ingin menerapkan pendekatan teacher centered maupun student centered. Media yang dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru dalam menjalankan dua pendekatan tersebut. Jadi, media akan dibuat dengan desain yang sederhana agar siswa maupun guru dapat menggunakannya dengan mudah. 5) Media dapat mendukung kelancaran proses pembelajaran IPA. Seperti yang sudah dikemukakan dalam bab sebelumnya, pembelajaran IPA di kelas 5 SDN Rejowinangun 1 masih didominasi dengan verbalisme. Padahal, pembelajaran IPA seharusnya memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Melalui media yang dikembangkan ini, peneliti berharap siswa dapat terlibat secara aktif dalam penggunaan media
101
sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan dan menghindarkan siswa dari verbalisme. 6) Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat media adalah bahan yang awet, mudah ditemukan, dan aman untuk siswa. Dalam pembuatan media ini, peneliti akan memilih bahan yang mudah ditemukan guru maupun siswa sehingga ketika terjadi kerusakan alat, guru maupun siswa dapat mudah mengganti alat tersebut. Bahan yang digunakan juga dilih yang tidak mudah rusak dan aman sehingga siswa dapat leluasa menggunakannya. 7) Media memiliki tampilan yang menarik bagi siswa. Tampilan media tentu harus dibuat menarik bagi siswa agar siswa merasa terdorong untuk ikut aktif menggunakan media tersebut. Tampilan yang menarik dapat dlihat dari pemilihan warna, bentuk, maupun macam-macam alat yang disediakan. 8) Media yang dikembangkan diharapkan dapat melengkapi media yang telah tersedia di sekolah. Setiap Sekolah Dasar tentu memiliki kumpulan media yang dapat menunjang pembelajaran, baik itu berasal dari pemerintah atau pun hasil kreativitas guru. Namun, perlu disadari bahwa tidak semua media dari pemerintah dapat sesuai dengan kebutuhan guru dan materi yang diajarkan di kelas. Selain itu, tidak semua guru memiliki waktu untuk membuat kreasi media bagi siswanya. Oleh karena itu, pengembangan media ini diharapkan dapat menjadi pelengkap
102
dari media yang telah tersedia di sekolah sehingga dapat memperbanyak pilihan media yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran IPA.
b. Pemilihan Media (Media Selection) Berdasarkan karakteristik media yang diperlukan di sekolah yang dijelaskan di atas, maka media yang dipilih untuk dikembangkan adalah KIT IPA Cahaya. Media tersebut dipilih agar dapat menghindarkan siswa dari verbalisme dan memfasilitasi siswa mendapatkan pembelajaran IPA yang bermakna. Media KIT IPA Cahaya dikembangkan dengan memperhatikan aspek materi dan aspek media. Aspek materi terdiri dari sub-aspek kelayakan isi, keterkaitan dengan pembelajaran, dan kebahasaan. Sedangkan aspek media terdiri dari sub-aspek kelayakan KIT IPA Cahaya dan penggunaan KIT IPA Cahaya. masing-masing sub-aspek tersebut kemudian dikembangkan menjadi indikator instrumen angket. Dari indikator tersebut kemudian peneliti mengembangkan butir-butir pernyataan yang akan dinilai oleh ahli materi dan ahli media.
c.
Pemilihan Bentuk Penyajian Pembelajaran (Format Selection) Penyajian media KIT IPA Cahaya dalam pembelajaran IPA dapat
disesuaikan dengan kebutuhan guru dalam mengajarkan materi cahaya. KIT IPA Cahaya yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat digunakan dengan pendekatan student centered maupun teacher centered. Ketika digunakan dalam pendekatan student centered, KIT IPA Cahaya dapat membantu siswa menemukan
sendiri
pengetahuannya
103
melalui
percobaan-percobaan
yang
dilakukan. Metode yang dapat digunakan untuk mendukung siswa mencari pengetahuannya sendiri adalah melalui eksperimen secara berkelompok. Ketika digunakan untuk pendekatan teacher centered, maka KIT IPA Cahaya dapat digunakan untuk demonstrasi guru di depan kelas. Dengan demikian, guru dapat menghindari dominasi metode ceramah saat pembelajaran dan menghindarkan siswa dari verbalisme. Untuk dapat mendukung dua metode yang dapat digunakan guru saat pembelajaran dengan KIT IPA Cahaya tersebut, KIT IPA Cahaya dilengkapi dengan buku panduan pegangan guru dan buku panduan pegangan siswa. Dalam buku panduan guru tersebut telah dijelaskan bagaimana menggunakan KIT IPA Cahaya dengan metode demonstrasi maupun eksperimen. Selain itu, buku panduan pegangan guru juga dapat digunakan sebagai sumber pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
d. Membuat Rancangan Awal (Initial Design) KIT IPA Cahaya terdiri dari beberapa bagian, yaitu box KIT, kotak percobaan, alat-alat, dan buku panduan pengangan guru serta buku panduan pegangan siswa. Masing-masing bagian tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut. 1) Box KIT Box ini terbuat dari impraboard warna kuning. Impraboard dipilih menjadi bahan utama pembuatan kotak karena kokoh dan awet. Box KIT terdiri dari kotak menempatkan alat dan tutup box. Di bagian tutup box terdapat daftar alat yang ada
104
di dalam KIT. Sedangkan di bagian alas kotak dilengkapi dengan sekat-sekat. Ukuran sekat disesuaikan dengan ukuran alat yang akan ditempatkan di sekat tersebut. Masing-masing sekat diberi nomor sesuai nomor pada daftar alat agar memudahkan siswa maupun guru saat mencari atau mengembalikan alat ke dalam KIT. 2) Kotak percobaan Kotak percobaan merupakan tempat dilangsungkannya percobaan yang ada di dalam KIT IPA Cahaya. Kotak percobaan ini memiliki sifat multifungsi karena dapat digunakan untuk lebih dari 1 percobaan yaitu digunakan untuk 4 percobaan dari 5 percobaan yang ada dalam KIT IPA Cahaya. Kotak ini terbuat dari impraboard hitam. Warna hitam dipilih agar berkas cahaya saat percobaan terlihat lebih jelas. Kotak percobaan ini dilengkapi dengan LED 5 watt, dinamo, 3 lubang untuk menancapkan sekat, dan tombol on/off. LED digunakan sebagai sumber cahaya saat percobaan cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda bening, dan cahaya dapat dipantulkan. Dinamo digunakan untuk memutar papan cakram saat percobaan cahaya terdiri dari beberapa warna. Sedangkan 3 lubang pada dasar kotak digunakan untuk menancapkan sekat berlubang, sekat hitam, sekat kaca, dan sekat cermin untuk 3 jenis percobaan. Tombol on/off yang ada pada kotak berjumlah 2 buah yaitu tombol warna merah dan hijau. Tombol merah merupakan tombol on/off untuk lampu, sedangkan tombol hijau adalah tombol on/off untuk dinamo.
105
3) Alat-alat Alat-alat yang ada di dalam KIT IPA Cahaya berjumlah 14 macam alat. 14 macam alat tersebut terdiri dari 3 sekat belubang, 1 sekat hitam, 1 sekat kaca, 1 sekat cermin, 1 wadah plastik, 1 papan cakram, 49 lempengan warna yang terdiri dari mejikuhibiniu, 2 cermin datar, 2 cermin cembung, 2 cermin cekung, 1 periskop, 2 keleidoskop, 1 objek kaleidoskop, dan 1 lup. 4) Buku panduan Buku panduan KIT IPA Cahaya terdiri dari buku panduan pegangan guru dan buku panduan pegangan siswa. Buku ini dicetak berukuran A4 dengan background, gambar, maupun tulisan berwarna agar menarik untuk siswa. Isi dari buku panduan pegangan guru dan siswa adalah: a) Buku panduan pegangan guru, berisi SK, KD, Tujuan pembelajaran, tata letak alat, katalog alat, “saran untuk guru”, cara penggunaan alat untuk setiap perocobaan sifat cahaya, penjelasan penggunaan contoh benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya, dan “mendampingi siswa berkarya” di setiap bahasan contoh alat yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Pada bagian “saran untuk guru” terdapat arahan dalam menggunakan KIT IPA Cahaya untuk metode demonstrasi maupun eksperimen kelompok. Sedangkan pada bagian “mendampingi siswa berkarya” terdapat arahan untuk guru dalam membimbing siswa membuat contoh benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Arahan tersebut termasuk alat dan bahan yang dibutuhkan guru dalam mengembangkan LKS.
106
b) Buku panduan pegangan siswa, berisi tujuan pembelajaran, cara penggunaan KIT IPA Cahaya, tata letak alat, katalog alat, cara penggunaan alat untuk setiap percobaan sifat cahaya, dan cara menggunakan contoh benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Bahasa yang digunakan dalam buku panduan siswa ini tentu lebih sederhana dari buku panduan pegangan guru. Hal tersebut dilakukan agar siswa tidak bingung jika harus menggunakan KIT IPA Cahaya tanpa dampingan dari guru maupun pengembang.
3.
Deskripsi Hasil Tahap Pengembangan Tahap pengembangan media KIT IPA Cahaya terbagi menjadi dua langkah
yaitu validasi ahli dan uji coba pengembangan. Validasi ahli dilakukan dengan meminta penilaian terhadap media KIT IPA Cahaya dari ahli materi dan ahli media. Penilaian ahli tersebut kemudian menjadi dasar perbaikan media agar layak digunakan untuk uji coba pengembangan. Uji coba pengembangan dibagi menjadi tiga tahap yaitu one to one evaluation, small group evaluation, dan field evaluation. Masing-masing tahap pengembangan tersebut akan menghasilkan data yang dapat digunakan untuk melihat kelayakan media KIT IPA Cahaya untuk pembelajaran di kelas 5 SD. Data dari masing-masing tahap tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. a.
Data Validasi Ahli Materi Validasi oleh ahli materi dilakukan untuk melihat segi kelayakan isi,
keterkaitan media dengan pembelajaran, dan kebahasaan. Pada bagian kelayakan
107
isi, ahli materi akan menilai apakah materi yang diajarkan melalui media telah sesuai dengan Kompetensi Dasar dalam kurikulum, apakah materi yang disampaikan melalui media telah akurat, dan apakah media dapat menjadi sarana belajar materi cahaya bagi siswa. Pada bagian keterkaitan dengan pembelajaran, ahli materi akan menilai apakah media yang dikembangkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan atau tidak dan bagaimana penggunaan media dalam proses pembelajaran. Pada bagian kebahasaan, ahli media akan menilai penggunaan bahasa secara tertulis yang terdapat dalam media KIT IPA Cahaya, khusunya dalam buku panduan. Hal-hal yang dinilai pada bagian kebahasaan adalah kelugasan bahasa, cara penyampaian kepada siswa, kesesuaian bahasa yang digunakan dengan tingkat perkembangan siswa, keruntutan dalam menyampaikan alur pikir percobaan, dan ketepatan penggunaan istilah dalam KIT. Ahli materi yang menjadi validator media KIT IPA Cahaya adalah Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd., dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Validasi ahli materi dilakukan tiga tahap. Tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 31 Januari 2017 di kampus II FIP UNY. Ahli materi memberikan penilaian dan masukan untuk memperbaiki media KIT IPA Cahaya. Adapun hasil validasi ahli materi tahap pertama adalah sebagai berikut.
108
Tabel 11. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap 1 Indikator
Skor
Ratarata
Kriteria
Sub-aspek Kelayakan Isi Kesesuaian materi dengan Kompetensi Dasar (KD) IPA kelas 5 semester 2 menurut 7 3,5 Sangat Baik kurikulum KTSP Keakuratan materi 11 2,75 Baik Media sebagai sarana belajar materi Cahaya 6 3 Sangat Baik Sub-aspek Keterkaitan dengan Pembelajaran Kesesuaian media dengan proses 7 3,5 Sangat Baik pembelajaran Penggunaan media dalam pembelajaran 13 3,25 Sangat Baik Sub-aspek Kebahasaan Kelugasan bahasa 2 2 Kurang Penyampaian kalimat kepada siswa 7 2,33 Kurang Kesesuaian dengan tingkat perkembangan 3 3 Sangat Baik siswa Keruntutan alur pikir percobaan 2 2 Kurang Ketepatan penggunaan istilah 4 2 Kurang 62 Jumlah 2,82 Baik Rata-rata keseluruhan indikator Keterangan: rata-rata untuk setiap indikator diperoleh dari jumlah skor setiap indikator dibagi dengan jumlah butir penilaan untuk satu indikator tersebut. Skor untuk tiap butir penilaian dapat dilihat pada bagian lampiran. Hasil penilaian ahli materi pada tahap pertama diperoleh jumlah skor 62 dengan rata-rata 2,82. Berdasarkan pedoman konversi data kuantitatif ke kualitatif, maka produk media KIT IPA Cahaya yang dikembangkan termasuk dalam kategori baik. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa indikator yang mendapat kriteria kurang sehingga perlu dilakukan perbaikan. Indikator yang mendapat kriteria kurang diantaranya adalah kelugasan bahasa, penyampaian kalimat kepada siswa, keruntutan alur pikir percobaan, dan ketepatan penggunaan istilah. Indikator tersebut memperoleh kriteria kurang disebabkan karena beberapa alasan berikut.
109
1) Masih terdapat kalimat yang terlalu panjang dalam buku panduan sehingga tidak efektif jika dibaca oleh siswa. 2) Beberapa kalimat belum menggunakan istilah yang konsisten. 3) Keterbacaan pesan secara tertulis bagi siswa masih kurang. Pesan secara tertulis akan lebih mudah dipahami jika didukung dengan penggunaan gambar. Alasan di atas menjadi dasar peneliti dalam melakukan revisi produk yang pertama. Tidak hanya berdasarkan alasan di atas saja, perbaikan produk juga dilakukan berdasarkan beberapa saran ahli materi berikut ini. 1) Rujukan pada buku panduan jangan hanya dari buku IPA SD. 2) Beri keterangan pada buku panduan KIT, bahwa alat-alat yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya yang ada di dalam KIT hanya digunakan untuk memberi contoh pada siswa, kegiatan selanjutnya siswa dapat menduplikat alat tersebut. 3) Buku panduan KIT IPA harus menjelaskan posisi percobaan dalam pembelajaran 4) Asumsi penggunaan alat yang berkaitan dengan lingkungan harus ditambahkan dalam buku panduan 5) Buku panduan KIT IPA sebaiknya tidak hanya digunakan untuk siswa tapi juga untuk guru. Perbaikan produk berdasarkan hasil penilaian dan saran ahli materi di atas dapat dilihat pada bagian revisi produk. Setelah melakukan revisi pertama, validasi tahap kedua dilakukan pada tanggal 17 Februari 2017. Penilaian terhadap
110
produk difokuskan pada buku panduan KIT IPA Cahaya yang pada validasi pertama mendapat banyak masukan perbaikan. Hasil penilaian ahli materi tahap kedua adalah sebagai berikut. Tabel 12. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap 2 Indikator
Skor
Ratarata
Sub-aspek Kelayakan Isi Kesesuaian materi dengan Kompetensi Dasar (KD) IPA kelas 5 semester 2 menurut kurikulum 8 4 KTSP Keakuratan materi 15 3,75 Media sebagai sarana belajar materi Cahaya 7 3,5 Sub-aspek Keterkaitan dengan Pembelajaran Kesesuaian media dengan proses pembelajaran 8 4 Penggunaan media dalam pembelajaran 14 3,5 Sub-aspek Kebahasaan Kelugasan bahasa 2 2 Penyampaian kalimat kepada siswa 8 2,67 Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa 3 3 Keruntutan alur pikir percobaan 3 3 Ketepatan penggunaan istilah 5 2,5 73 Jumlah 3,32 Rata-rata keseluruhan indikator
Kriteria
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Kurang Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik
Keterangan: rata-rata untuk setiap indikator diperoleh dari jumlah skor setiap indikator dibagi dengan butir penilaan untuk satu indikator tersebut. Skor untuk tiap butir penilaian dapat dilihat pada bagian lampiran. Hasil validasi tahap kedua diperoleh skor 73 dengan rata-rata 3,32. Berdasarkan pedoman konversi data kuantitatif ke kualitatif, maka produk KIT IPA Cahaya sudah termasuk kategori sangat baik. Akan tetapi, masih terdapat beberapa satu indikator yang memperoleh kriteria kurang yaitu kelugasan bahasa. Ahli materi menyampaikan bahwa kalimat yang digunakan masih harus diperbaiki lagi agar buku panduan KIT IPA Cahaya benar-benar dapat membimbing siswa secara jelas dalam melakukan percobaan. Oleh karena itu, peneliti melakukan
111
perbaikan produk atau revisi kedua. Revisi produk yang kedua tersebut didasarkan pada beberapa saran dari ahli materi berikut ini. 1) Perhatikan penggunaan gambar dalam buku panduan. Pilih gambar dengan kualitas yang baik ketika akan digunakan dalam buku panduan, baik buku panduan pegangan guru maupun siswa. Gambar kotak percobaan harus dibuat lebih terang agar bagian-bagian kotak terlihat jelas. 2) Tambahkan nomor alat pada bagian katalog 3) Penggunaan kalimat jangan terlalu panjang dan posisikan rata kiri 4) Tunjukkan tombol on/ off dalam kotak percobaan 5) Penggunaan kata harus konsisten Saran dari ahli materi tersebut kemudian digunakan untuk melakukan revisi kedua. Setelah revisi kedua selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan validasi ketiga pada tanggal 24 Februari 2017. Ahli materi memberikan penilaian sebagai berikut. Tabel 13. Hasil Validasi Ahli Materi Tahap 3 Indikator
Skor
Ratarata
Sub-aspek Kelayakan Isi Kesesuaian materi dengan Kompetensi Dasar (KD) IPA 8 4 kelas 5 semester 2 menurut kurikulum KTSP Keakuratan materi 15 3,75 Media sebagai sarana belajar materi Cahaya 8 4 Sub-aspek Keterkaitan dengan Pembelajaran Kesesuaian media dengan proses pembelajaran 8 4 Penggunaan media dalam pembelajaran 15 3,75 Sub-aspek Kebahasaan Kelugasan bahasa 3 3 Penyampaian kalimat kepada siswa 11 3,67 Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa 4 4 Keruntutan alur pikir percobaan 4 4 Ketepatan penggunaan istilah 8 4 84 Jumlah 3,82 Rata-rata keseluruhan indikator
112
Kriteria
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Keterangan: rata-rata untuk setiap indikator diperoleh dari jumlah skor setiap indikator dibagi dengan butir penilaan untuk satu indikator tersebut. Skor untuk tiap butir penilaian dapat dilihat pada bagian lampiran. Hasil penilaian ahli materi pada validasi ketiga menjadi tahap terakhir validasi media KIT IPA Cahaya untuk aspek materi. Skor yang diperoleh mencapai 84 dengan rata-rata 3,82. Sesuai pedoman konversi data kuantitatif ke kualitatif, maka media KIT IPA Cahaya sudah termasuk kategori sangat baik. Pada validasi terakhir ini seluruh indikator memperoleh kriteria sangat baik sehingga dari segi aspek materi tidak lagi memerlukan revisi produk. Untuk mengetahui perolehan rata-rata di setiap validasi dengan ahli materi, berikut ini disajikan diagram hasil penilaian ahli materi dari tahap pertama hingga tahap ketiga. Validasi oleh Ahli Materi 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Gambar 11. Diagram Batang Penilaian Ahli Materi Tahap Pertama Hingga Tahap Ketiga
113
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa perolehan skor rata-rata hasil validasi aspek materi mengalami peningkatan dalam setiap tahap. Besar peningkatan tersebut konstan dari tahap pertama ke tahap kedua maupun dari tahap kedua ke tahap ketiga, yaitu sebesar 0,5. Dari hasil validasi tersebut akhirnya dihasilkan produk media KIT IPA Cahaya yang layak digunakan siswa kelas 5 SD dilihat dari aspek materi.
b. Data Validasi Ahli Media Validasi yang dilakukan ahli media ini menilai kelayakan KIT IPA Cahaya dari aspek media. Ahli media dalam pengembangan KIT IPA Cahaya ini adalah Ibu Isniatun Munawaroh, M.Pd., dosen dari jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Validasi oleh ahli media dilakukan sebanyak dua tahap. Tahap pertama dilakukan tanggal 1 Februari 2017 di ruang dosen jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Adapun hasil validasi tahap pertama adalah sebagai berikut. Tabel 14. Hasil Validasi Ahli Media Tahap 1 Ratarata Sub-aspek Kelayakan KIT IPA Cahaya Ukuran KIT IPA Cahaya 6 3 Desain KIT IPA Cahaya 8 2 Kualitas alat-alat dalam KIT IPA Cahaya 6 3 Sub-aspek Penggunaan KIT IPA Cahaya Kemudahan penggunaan KIT IPA Cahaya 9 3 Petunjuk penggunaan 2 2 31 Jumlah 2,58 Rata-rata keseluruhan indikator Indikator
Skor
114
Kriteria Sangat Baik Kurang Sangat Baik Sangat Baik Kurang Baik
Keterangan: rata-rata untuk setiap indikator diperoleh dari jumlah skor setiap indikator dibagi dengan jumlah butir penilaan untuk satu indikator tersebut. Skor untuk tiap butir penilaian dapat dilihat pada bagian lampiran. Pada tahap pertama validasi oleh ahli media, KIT IPA Cahaya memperoleh skor 31 dengan rata-rata 2,58. Sesuai pedoman konversi data kuantitatif ke kualitatif, KIT IPA Cahaya termasuk dalam kategori baik. Pada tahap pertama validasi ini, masih terdapat beberapa indikator yang mendapatkan kriteria kurang. Indikator yang memperoleh kriteria kurang adalah desain KIT IPA Cahaya dan petunjuk penggunaan. Desain KIT IPA Cahaya mendapat kriteria kurang karena warna box KIT terlihat kaku, belum terdapat peta tata letak alat dalam buku panduan, desain kotak percobaan perlu diperbaiki, dan desain buku panduan sebaiknya diseragamkan dengan warna KIT. Sedangkan petunjuk penggunaan memperoleh kriteria kurang karena kalimat yang digunakan dalam buku panduan kurang komunikatif jika digunakan untuk siswa. Beberapa alasan tersebut dan saran lain dari ahli media menjadi acuan peneliti dalam melakukan revisi pertama. Saran dari ahli media untuk memperbaiki produk adalah sebagai berikut. 1) Beri nomor pada sekat berlubang agar hasil percobaan selalu konstan. 2) Buat layar kotak percobaan menjadi lebih tinggi agar berkas cahaya tertangkap semua oleh layar. 3) Tambahkan keterangan pada buku panduan jika penggunaan alat memerlukan kondisi khusus. 4) Warna KIT terlalu kaku sehingga perlu mempelajari psikologi warna untuk menentukan warna KIT.
115
5) Tambahkan foto tata letak alat dalam buku panduan sebelum bagian katalog. 6) Letak alat dalam KIT sebaiknya disesuaikan dengan nomor urut alat tersebut. 7) Gunakan kalimat yang tidak kaku dalam buku panduan. 8) Tambahkan tujuan pembelajaran dalam buku panduan. 9) Warna desain buku panduan disesuaikan dengan warna KIT. 10) Ukuran buku panduan sebaiknya diperbesar karena tidak mengganggu penempatan dalam KIT. Selain memberi masukan untuk perbaikan produk, ahli media juga memberi masukan agar angket penilaian media ditambah dengan butir kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran. Butir kesesuaian dengan tujuan pembelajaran tersebut ditambahkan karena sebuah media selalu berkaitan dengan proses pembelajaran. Sebuah media yang digunakan harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai setelah pembelajaran. Hal tersebut disampaikan oleh ahli media bersamaan dengan validasi KIT IPA Cahaya yang pertama. Setelah revisi selesai dilakukan, validasi oleh ahli media dilakukan kembali pada tanggal 14 Februari 2017. Hasil validasi tahap kedua tersebut adalah sebagai berikut.
116
Tabel 15. Hasil Validasi Ahli Media Tahap 2 Ratarata Sub-aspek Kelayakan KIT IPA Cahaya KIT IPA Cahaya dengan 4 4 Indikator
Skor
Kriteria
Kesesuaian Sangat Baik pembelajaran Ukuran KIT IPA Cahaya 6 3 Desain KIT IPA Cahaya 14 3,5 Kurang Kualitas alat-alat dalam KIT IPA Cahaya 8 4 Sangat Baik Sub-aspek Penggunaan KIT IPA Cahaya Kemudahan penggunaan KIT IPA Cahaya 10 3,33 Sangat Baik Petunjuk penggunaan 4 4 Kurang 46 Jumlah 3,54 Baik Rata-rata keseluruhan indikator Keterangan: rata-rata untuk setiap indikator diperoleh dari jumlah skor setiap indikator dibagi dengan butir penilaan untuk satu indikator tersebut. Skor untuk tiap butir penilaian dapat dilihat pada bagian lampiran. Hasil penilaian ahli media tahap pertama diperoleh skor 46 dengan rata-rata 3,54. Media KIT IPA Cahaya dalam penilaian tahap dua ini termasuk dalam kategori sangat baik menurut pedoman konversi data kuantitatif ke kualitatif. Penilaian tahap dua ini menjadi penilaian aspek media yang terakhir karena sudah tidak ada indikator yang memperoleh kriteria kurang dari ahli media. Perolehan rata-rata tahap pertama dan kedua dari ahli media dapat dilihat melalui diagram batang berikut.
117
Validasi oleh Ahli Media 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Tahap 1
Tahap 2
Gambar 12. Diagram Batang Penilaian Ahli Media Tahap Pertama Hingga Tahap Kedua Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa penilaian ahli media mengalami peningkatan tajam pada tahap pertama ke tahap kedua. Peningkatan tersebut sebesar 0,96. Hasil akhir validasi oleh ahli media ini menunjukkan bahwa KIT IPA Cahaya telah layak digunakan untuk uji coba pada pembelajaran IPA kelas 5.
c.
Data Angket Respon Guru Selain divalidasi oleh ahli materi dan ahli media, KIT IPA Cahaya yang
dikembangkan juga mendapat respon dari guru kelas. Respon guru diperlukan karena media KIT IPA Cahaya selain ditujukan untuk siswa, diharapkan dapat digunakan pula oleh guru untuk mendukung proses pembelajaran IPA. Respon yang diberikan oleh guru ini dilihat dari aspek materi maupun aspek media. Guru kelas yang memberikan respon terhadap media adalah Bapak Suharoyo Setiawan,
118
S. Th. selaku guru kelas 5A dan Bapak Sudarmanto, S.Pd. selaku guru kelas 5C SDN Rejowinangun 1 Yogyakarta. Berikut ini adalah respon guru yang diberikan melalui angket. Tabel 16. Respon Guru Skor
Indikator
Ratarata
R1 R2 Aspek Materi Sub-aspek Kelayakan Isi Kesesuaian materi dengan Kompetensi Dasar (KD) IPA kelas 5 semester 2 7 8 3,75 menurut kurikulum KTSP Keakuratan materi 10 10 3,33 Media sebagai sarana belajar materi Cahaya 7 8 3,75 Sub-aspek Keterkaitan dengan Pembelajaran Kesesuaian media dengan proses 8 8 4 pembelajaran Penggunaan media dalam pembelajaran 13 15 3,5 Sub-aspek Kebahasaan Kelugasan bahasa 4 4 4 Penyampaian kalimat kepada siswa 10 10 3,33 Kesesuaian dengan tingkat perkembangan 3 4 3,5 siswa Keruntutan alur pikir percobaan 3 4 3,5 Ketepatan penggunaan istilah 8 8 4 Aspek Media Sub-aspek Kelayakan KIT IPA Cahaya Ukuran KIT IPA Cahaya 7 7 3,5 Desain KIT IPA Cahaya 13 16 3,5 Kualitas alat-alat dalam KIT IPA Cahaya 7 8 3,75 Sub-aspek Penggunaan KIT IPA Cahaya Kemudahan penggunaan KIT IPA Cahaya 11 12 3,83 Petunjuk penggunaan 4 4 4 55,24 Jumlah rata-rata 3,68 Rata-rata keseluruhan indikator
Kriteria
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Keterangan: rata-rata untuk setiap indikator diperoleh dari jumlah skor setiap indikator dari dua responden (guru) dibagi dengan jumlah butir penilaan dalam
119
satu indikator tersebut. Skor untuk tiap butir penilaian dapat dilihat pada bagian lampiran. Berdasarkan perhitungan, diperoleh rata-rata 3,68 yang jika dikonversi dalam data kualitatif berarti masuk kategori sangat baik. Semua indikator angket mendapat kriteria sangat baik dari guru. Jadi, media KIT IPA Cahaya dapat digunakan dalam uji coba tanpa melalui proses revisi.
d.
Data Hasil Uji Coba One to One Uji coba one to one dilakukan pada tanggal 25 Februari 2017. Uji coba ini
diikuti 2 siswa, 1 siswa mewakili siswa dengan kemampuan di atas rata-rata sedangkan 1 siswa lain mewakili siswa dengan kemampuan di bawah rata-rata. Siswa diminta menggunakan KIT IPA Cahaya untuk melakukan percobaan sifatsifat cahaya dengan bantuan dari peneliti. Setelah belajar menggunakan KIT IPA Cahaya, peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa terkait media yang dikembangkan. Salah satu siswa menyampaikan bahwa media KIT IPA Cahaya sangat menarik dan menambah semangat belajar IPA. Namun, satu siswa lain kurang mampu menyampaikan pendapatnya pada peneliti. Agar setiap siswa dapat menyampaikan apa yang mereka rasakan saat menggunakan media, maka peneliti memberikan angket pada siswa. Dengan angket tersebut diharapkan data yang terkumpul dapat lebih akurat dalam mengukur kelayakan media KIT IPA Cahaya. Respon siswa dalam angket yang dibagikan dapat dilihat sebagai berikut.
120
Tabel 17. Hasil Uji Coba One to One No. 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Responden Ratarata R1 R2 KIT IPA Cahaya ini memberikan 4 4 4 contoh-contoh sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya KIT IPA Cahaya membuat materi yang 4 4 4 disampaikan guru menjadi lebih menarik bagi saya KIT IPA Cahaya ini mendorong saya 4 4 4 untuk berdiskusi dengan teman-teman atau bertanya pada guru jika ada informasi yang belum saya pahami Saya ikut menggunakan KIT IPA 4 4 4 Cahaya ini dalam pembelajaran, baik menggunakannya secara kelompok maupun mandiri Belajar menggunakan KIT IPA Cahaya 4 4 4 ini membuat saya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengenai sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya Saya lebih mudah memahami materi 4 4 4 sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya saat belajar menggunakan KIT IPA Cahaya Saya dapat memahami setiap kata/ 3 4 3,5 kalimat yang terdapat dalam KIT IPA Cahaya Belajar menggunakan KIT IPA Cahaya 4 3 3,5 ini membuat saya berani mengutarakan gagasan, menyangkal maupun menyetujui gagasan orang lain, bertanya tentang hal yang ingin saya ketahui, dan membandingkan satu peristiwa dengan peristiwa lain. Bahasa yang digunakan dalam KIT IPA 3 4 3,5 Cahaya ini mudah saya pahami Pernyataan
121
Kriteria Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik Sangat Baik
Sangat Baik
No 10
11 12 13
Responden Ratarata R1 R2 Langkah-langkah percobaan telah 4 4 4 disajikan secara runtut dalam buku panduan KIT IPA Cahaya Saya mudah mengingat istilah-istilah 3 4 3,5 yang digunakan dalam KIT IPA Cahaya Ukuran KIT IPA Cahaya ini pas (tidak 4 4 4 terlalu besar dan tidak terlalu kecil) Saya tertarik saat melihat tampilan 4 4 4 (bentuk dan warna) KIT IPA Cahaya ini Pertanyaan
14
Alat-alat dalam KIT IPA Cahaya ini memiliki bentuk yang sederhana (tidak rumit) 15 Saya merasa tertarik membaca buku panduan KIT IPA Cahaya 16 Alat-alat dalam KIT IPA Cahaya ini awet digunakan berkali-kali 17 KIT IPA Cahaya menggunakan bahanbahan yang aman bagi saya sebagai pengguna 18 Saya dapat merangkai percobaan menggunaan alat-alat dalam KIT IPA Cahaya ini dengan mudah 19 KIT IPA Cahaya mudah untuk saya simpan 20 KIT IPA Cahaya mudah untuk saya pindahkan 21 Uraian petunjuk untuk masing-masing percobaan sangat jelas sehingga saya tidak kesulitan dalam melakukan percobaan menggunakan KIT IPA Cahaya 22 KIT IPA Cahaya membuat semangat belajar saya meningkat Total skor Rata-rata
122
Kriteria Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
4
4
4
Sangat Baik
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
4
4
4
Sangat Baik
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
4
4
4
81 3,86
83 3,95
82 3,91
Sangat Baik Sangat Baik
Jumlah rata-rata skor total dari dua siswa sebagai responden mencapai 82 dengan rata-rata 3,91. Berdasarkan pedoman konversi data kuantitatif ke kualitatif, maka produk media KIT IPA Cahaya termasuk kategori sangat baik. Butir penilaian yang terdapat dalam angket mendapatkan kriteria baik dan sangat baik dari siswa sehingga tidak diperlukan revisi pada produk KIT IPA Cahaya. Saat dilakukan uji coba one to one, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa. Siswa tampak begitu antusias melakukan setiap percobaan dengan KIT IPA Cahaya. Siswa mengaku belum pernah belajar menggunakan KIT IPA sebelumnya sehingga mereka merasa KIT IPA Cahaya membuat mereka lebih mudah memahami materi cahaya.
e.
Data Hasil Uji Coba Kelompok Kecil Uji coba kelompok kecil dilaksanakan tanggal 7 Maret 2017. Uji coba ini
melibatkan 10 siswa kelas 5 yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. 5 orang siswa yang terdiri dari 4 perempuan dan satu laki-laki mewakili siswa dengan kemampuan tinggi, sedangkan 5 orang siswa lain yang terdiri dari 2 perempuan dan 3 laki-laki mewakili siswa dengan kemampuan rendah. Siswa yang telah dipilih tersebut kemudian diberi kesempatan untuk menggunakan KIT IPA Cahaya secara berkelompok. Masing-masing siswa kemudian mengisi angket respon siswa terhadap media KIT IPA Cahaya. Respon siswa secara rinci adalah sebagai berikut.
123
Tabel 18. Hasil Uji Coba Kelompok Kecil
No. 1
2
3
4
5
6
7 8
9 10
Pernyataan KIT IPA Cahaya ini memberikan contohcontoh sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya KIT IPA Cahaya membuat materi yang disampaikan guru menjadi lebih menarik bagi saya KIT IPA Cahaya ini mendorong saya untuk berdiskusi dengan teman-teman atau bertanya pada guru jika ada informasi yang belum saya pahami Saya ikut menggunakan KIT IPA Cahaya ini dalam pembelajaran, baik menggunakannya secara kelompok maupun mandiri Belajar menggunakan KIT IPA Cahaya ini membuat saya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengenai sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya Saya lebih mudah memahami materi sifatsifat cahaya dan pemanfaatannya saat belajar menggunakan KIT IPA Cahaya Saya dapat memahami setiap kata/ kalimat yang terdapat dalam KIT IPA Cahaya Belajar menggunakan KIT IPA Cahaya ini membuat saya berani mengutarakan gagasan, menyangkal maupun menyetujui gagasan orang lain, bertanya tentang hal yang ingin saya ketahui, dan membandingkan satu peristiwa dengan peristiwa lain. Bahasa yang digunakan dalam KIT IPA Cahaya ini mudah saya pahami Langkah-langkah percobaan telah disajikan secara runtut dalam buku panduan KIT IPA Cahaya
124
Jumlah Skor
Ratarata
Kriteria
40
4
Sangat Baik
32
3,2
Sangat Baik
38
3,8
Sangat Baik
31
3,1
Sangat Baik
38
3,8
Sangat Baik
36
3,6
Sangat Baik
31
3,1
Sangat Baik
36
3,6
Sangat Baik
33
3,3
Sangat Baik
35
3,5
Sangat Baik
No
Pertanyaan
11
Saya mudah mengingat istilah-istilah yang digunakan dalam KIT IPA Cahaya Ukuran KIT IPA Cahaya ini pas (tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil) Saya tertarik saat melihat tampilan (bentuk dan warna) KIT IPA Cahaya ini Alat-alat dalam KIT IPA Cahaya ini memiliki bentuk yang sederhana (tidak rumit) Saya merasa tertarik membaca buku panduan KIT IPA Cahaya Alat-alat dalam KIT IPA Cahaya ini awet digunakan berkali-kali KIT IPA Cahaya menggunakan bahanbahan yang aman bagi saya sebagai pengguna Saya dapat merangkai percobaan menggunaan alat-alat dalam KIT IPA Cahaya ini dengan mudah KIT IPA Cahaya mudah untuk saya simpan
12 13 14
15 16 17
18
19 20 21
22
KIT IPA Cahaya mudah untuk saya pindahkan Uraian petunjuk untuk masing-masing percobaan sangat jelas sehingga saya tidak kesulitan dalam melakukan percobaan menggunakan KIT IPA Cahaya KIT IPA Cahaya membuat semangat belajar saya meningkat
Total Rata-rata
Jumlah Skor
Ratarata
Kriteria
34
3,4
Sangat Baik
29
2,9
Baik
34
3,4
Sangat Baik
34
3,4
Sangat Baik
36
3,6
31
3,1
35
3,5
Sangat Baik
36
3,6
Sangat Baik
32
3,2
35
3,5
31
3,1
Sangat Baik
36
3,6
Sangat Baik
Sangat Baik Sangat Baik
Sangat Baik Sangat Baik
75,3
Sangat Baik Jumlah skor rata-rata yang diperoleh dalam uji coba kelompok kecil adalah 3,43
75,3 dengan rata-rata 3,43. Jika dikonversi sesuai pedoman konversi data kuantitatif ke kualitatif, maka produk KIT IPA Cahaya termasuk kategori sangat
125
baik. Seluruh butir pernyataan dalam angket memperoleh kriteria sangat baik dari siswa sehingga produk KIT IPA Cahaya tidak memerlukan revisi. Berdasarkan pengamatan selama uji coba kelompok kecil, dapat diketahui bahwa siswa sangat antusias dalam menggunakan KIT IPA Cahaya. Hal tersebut dilihat dari siswa yang aktif melakukan percobaan hingga keluar kelas agar hasil pengamatan lebih jelas. Dalam uji coba kelompok kecil ini, siswa dibagi dalam 3 kelompok. Masing-masing kelompok menggunakan KIT IPA Cahaya secara bergantian. Kelompok yang selanjutnya akan menggunakan KIT IPA Cahaya terlihat tidak sabar dan sangat bersemangat untuk memulai percobaan.
f.
Data Hasil Uji Coba Lapangan Uji coba lapangan dilakukan pada tanggal 13 Maret 2017 di kelas 5A SDN
Rejowinangun 1. Jumlah siswa yang terlibat dalam uji coba ini adalah 27 siswa. Jumlah siswa sebenarnya adalah 28 akan tetapi satu siswa tidak masuk sehingga tidak bisa mengikuti pembelajaran. Sebelum menggunakan KIT IPA Cahaya, siswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil. Masing-masing kelompok berjumlah 5-6 siswa, dan masing-masing siswa dalam kelompok akan bertanggung jawab untuk mencatat hasil pengamatan satu percobaan sifat-sifat cahaya. Pembagian tugas tersebut dilakukan agar percobaan lebih cepat dilakukan mengingat waktu pembelajaran yang terbatas dan KIT IPA Cahaya yang tersedia hanya satu box. Setelah belajar menggunakan KIT IPA Cahaya, setiap siswa mengisi angket untuk memberikan respon terhadap media yang baru saja mereka gunakan. Respon siswa secara rinci adalah sebagai berikut.
126
Tabel 19. Hasil Uji Coba Lapangan
No. 1
2
3
4
5
6
7 8
9 10
Pernyataan KIT IPA Cahaya ini memberikan contohcontoh sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya KIT IPA Cahaya membuat materi yang disampaikan guru menjadi lebih menarik bagi saya KIT IPA Cahaya ini mendorong saya untuk berdiskusi dengan teman-teman atau bertanya pada guru jika ada informasi yang belum saya pahami Saya ikut menggunakan KIT IPA Cahaya ini dalam pembelajaran, baik menggunakannya secara kelompok maupun mandiri Belajar menggunakan KIT IPA Cahaya ini membuat saya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengenai sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya Saya lebih mudah memahami materi sifatsifat cahaya dan pemanfaatannya saat belajar menggunakan KIT IPA Cahaya Saya dapat memahami setiap kata/ kalimat yang terdapat dalam KIT IPA Cahaya Belajar menggunakan KIT IPA Cahaya ini membuat saya berani mengutarakan gagasan, menyangkal maupun menyetujui gagasan orang lain, bertanya tentang hal yang ingin saya ketahui, dan membandingkan satu peristiwa dengan peristiwa lain. Bahasa yang digunakan dalam KIT IPA Cahaya ini mudah saya pahami Langkah-langkah percobaan telah disajikan secara runtut dalam buku panduan KIT IPA Cahaya
127
Jumlah Skor
Ratarata
Kriteria
96
3,55
Sangat Baik
87
3,22
Sangat Baik
89
3,3
Sangat Baik
84
3,11
Sangat Baik
90
3,33
Sangat Baik
88
3,26
Sangat Baik
80
2,96
Baik
80
2,96
Baik
81
3
Sangat Baik
87
3,22
Sangat Baik
No.
Pernyataan
11
Saya mudah mengingat istilah-istilah yang digunakan dalam KIT IPA Cahaya Ukuran KIT IPA Cahaya ini pas (tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil) Saya tertarik saat melihat tampilan (bentuk dan warna) KIT IPA Cahaya ini Alat-alat dalam KIT IPA Cahaya ini memiliki bentuk yang sederhana (tidak rumit) Saya merasa tertarik membaca buku panduan KIT IPA Cahaya Alat-alat dalam KIT IPA Cahaya ini awet digunakan berkali-kali KIT IPA Cahaya menggunakan bahanbahan yang aman bagi saya sebagai pengguna Saya dapat merangkai percobaan menggunaan alat-alat dalam KIT IPA Cahaya ini dengan mudah KIT IPA Cahaya mudah untuk saya simpan KIT IPA Cahaya mudah untuk saya pindahkan Uraian petunjuk untuk masing-masing percobaan sangat jelas sehingga saya tidak kesulitan dalam melakukan percobaan menggunakan KIT IPA Cahaya KIT IPA Cahaya membuat semangat belajar saya meningkat Total
12 13 14
15 16 17
18
19 20 21
22
Jumlah Skor
Ratarata
Kriteria
84
3,11
Sangat Baik
77
2,85
Baik
83
3,07
Sangat Baik
79
2,93
Baik
82
3,04
Sangat Baik
79
2,89
Baik
81
3
Sangat Baik
82
3,04
Sangat Baik
77
2,85
81
3
80
2,96
Baik
91
3,37
Sangat Baik
Baik Sangat Baik
68,02
Sangat Baik Jumlah total rata-rata yang diperoleh dalam uji coba lapangan adalah 68,02 Rata-rata
3,09
dengan rata-rata keseluruhan mencapai 3,09. Jika dikonversi sesuai pedoman konversi data kuantitatif ke kualitatif, maka produk KIT IPA Cahaya termasuk kategori sangat baik sehingga tidak diperlukan revisi terhadap produk. Namun,
128
beberapa siswa memberi masukan pada peneliti agar memperbanyak jumlah KIT IPA Cahaya maupun alat-alat yang ada di dalamnya. Siswa menyampaikan bahwa pembelajaran akan lebih menyenangkan jika masing-masing kelompok dapat melakukan setiap percobaan dengan KIT IPA Cahaya tersebut. Masukan beberapa siswa tidak dapat dipenuhi peneliti karena keterbatasan waktu dan biaya dalam memperbanyak KIT IPA Cahaya maupun peralatan di dalamnya. Namun, hal tersebut dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya dalam pengembangan media ini atau media sejenis.
g.
Keefektifan Penggunaan Media KIT IPA Cahaya dalam Pembelajaran Keefektifan penggunaan KIT IPA Cahaya dapat dilihat melalui perhitungan
nilai gain. Perhitungan dalam penelitian ini mengacu pada rumus gain yang dikemukakan Meltzer (2002). Berikut perhitungan nilai gain pada setiap uji coba yang dilakukan. Tabel 20. Hasil Uji Gain pada Uji Coba One to One No. Nama Nilai Pretest Nilai Posttest 1.
DNC
3,33
6
2.
YP
4,67
8,67
4
7,33
Rata-rata Gain
0,56
Pada uji coba one to one diperoleh nilai gain sebesar 0,56. Jika dikonversi sesuai tabel pedoman peningkatan nilai kognitif maka nilai gain pada uji coba ini termasuk kategori sedang. Nilai pretest kedua siswa meningkat setelah melakukan pembelajaran dengan media KIT IPA Cahaya.
129
Tabel 21. Hasil Uji Gain pada Uji Coba Kelompok Kecil No. Nama 1. DDP 2. GYP 3. KDU 4. KA 5. LD 6. MDS 7. NTA 8. ONPR 9. RFI 10. RTE Rata-rata Gain
Nilai Pretest Nilai Posttest 3,33 6 7,33 8,67 4,33 7,33 6 8,67 6 7,33 4,67 7,33 3,33 6 4,67 7,33 4,67 6 7,33 10 5,16 7,47 0,47
Pada uji coba kelompok kecil diperoleh nilai gain sebesar 0,47. Jika dikonversi sesuai tabel pedoman peningkatan nilai kognitif maka nilai gain pada uji coba ini termasuk kategori sedang. Dalam uji coba ini, nilai pretest seluruh siswa mengalami peningkatan setelah pembelajaran dengan KIT IPA Cahaya. Tabel 22. Hasil Uji Gain pada Uji Coba Lapangan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Nama YF AF DS ADFA AFM AYD AGP AS ANAR ARS ABS AND AMU BWN BAH BFW DFS DF DNPR FSP FNA F LAR JYAM YA RT FIYSP Rata-rata Gain
Nilai Pretest Nilai Posttest 4,67 4,67 6 7,33 2 4,67 4,67 7,33 6 7,33 2 4,67 6 7,33 3,33 4,67 2 6 3,33 6 6 10 7,33 8,67 6 8,67 7,33 10 2 4,67 3,33 7,33 4,67 7 6 7,33 4,67 7,33 2 6 6 8,67 3,33 6 3,33 6 6 8,67 6 8,67 8,67 7,33 4,67 7,33 4,72 7,02 0,44
130
Pada uji coba lapangan, diperoleh nilai gain sebesar 0,44. Jika dikonversi sesuai tabel pedoman peningkatan nilai kognitif maka nilai gain pada uji coba ini termasuk kategori sedang. Nilai gain pada uji coba lapangan lebih rendah dibandingkan dengan uji coba kelompok kecil. Hal tersebut dikarenakan tidak semua siswa mengalami peningkatan nilai setelah pembelajaran dengan KIT IPA Cahaya. Satu siswa pada uji coba lapangan ini tidak mengalami peningkatan nilai (konstan). Kondisi kelas saat uji coba berlangsung juga dapat mempengaruhi peningkatan nilai siswa. Saat
uji coba lapangan, siswa sangat sulit dikelola
sehingga kondisi kelas menjadi tidak kondusif. Beberapa siswa yang sulit diingatkan guru menggunakan alat optik untuk bermain-main saat guru menjelaskan tentang percobaan sifat-sifat cahaya. Tidak hanya itu, faktor jam pelajaran IPA yang berada di jam ke 7-8 membuat siswa sulit untuk berkonsentrasi dalam waktu yang lama. Hal-hal tersebut adalah kendala saat dilakukan uji coba lapangan.
4.
Revisi Produk
a.
Revisi oleh Ahli Materi Revisi yang dilakukan berdasarkan saran dari ahli materi terhadap KIT IPA
Cahaya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
131
Tabel 23. Saran Ahli Materi dan Bentuk Revisi KIT IPA Cahaya No. Saran Ahli Materi 1. Rujukan pada buku panduan jangan hanya dari buku IPA SD. 2. Beri keterangan pada buku panduan KIT, bahwa alat-alat yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya yang ada di dalam KIT hanya digunakan untuk memberi contoh pada siswa, kegiatan selanjutnya siswa dapat menduplikat alat tersebut. 3. Buku panduan KIT IPA harus menjelaskan posisi percobaan dalam pembelajaran
4.
Asumsi penggunaan alat yang berkaitan dengan lingkungan harus ditambahkan dalam buku panduan 5. Buku panduan KIT IPA sebaiknya tidak hanya digunakan untuk siswa tapi juga untuk guru. 6. Perhatikan penggunaan gambar dalam buku panduan. Pilih gambar dengan kualitas yang baik ketika akan digunakan dalam buku panduan, baik buku panduan pegangan guru maupun siswa. Gambar kotak percobaan harus dibuat lebih terang agar bagianbagian kotak terlihat jelas. 7. Tambahkan nomor alat pada bagian katalog 8. Penggunaan kalimat jangan terlalu panjang dan posisikan rata kiri 9. Tunjukkan tombol on/ off lampu dan dinamo pada kotak percobaan 10. Penggunaan kata harus konsisten
132
Bentuk Revisi Menambah rujukan untuk buku panduan Menambahkan bagian “Mendampingi Siswa Berkarya” pada buku panduan KIT IPA Cahaya pegangan guru. Bagian tersebut berisi arahan untuk guru dalam membimbing siswa membuat karya berupa benda-benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Menambahkan bagian “Saran untuk Guru” pada buku panduan KIT IPA Cahaya pegangan guru. Bagian tersebut terletak sebelum penjelasan pengguanaan alat-alat dalam KIT IPA Cahaya. “Saran untuk Guru” berisi penggunaan KIT IPA Cahaya dalam pembelajaran dengan metode demonstrasi dan eksperimen. Menambahkan keterangan asumsi penggunaan alat pada setiap percobaan sifat-sifat cahaya. Membuat buku panduan KIT IPA Cahaya pegangan siswa dan pegangan guru. Mengubah gambar dengan kualitas tinggi dan mengubah gambar kotak percobaan menjadi lebih jelas.
Menambahkan nomor alat pada katalog. Mengubah kalimat yang terlalu panjang dan memposisikan rata kiri. Menunjukkan tombol on/off lampu dan dinamo pada kotak percobaan. Menjaga konsistensi kata.
Revisi yang dilakukan peneliti dapat dilihat melalui gambar sesudah dan sebelum revisi berikut ini.
Sesudah
Sebelum Gambar 13. Revisi oleh Ahli Materi
Sesudah
Sebelum Gambar 13. Revisi oleh Ahli Materi
133
Sesudah Keterangan: sebelum revisi tidak terdapat bagian “Saran untuk Guru” Gambar 13. Revisi oleh Ahli Materi
Sesudah
Sebelum
Keterangan: sebelum revisi tidak dicantumkan kondisi lingkungan saat percobaan Gambar 13. Revisi oleh Ahli Materi
134
Sesudah
Sebelum
Gambar 13. Revisi oleh Ahli Materi
Sesudah
Sebelum Gambar 13. Revisi oleh Ahli Materi
135
Sesudah
Sebelum Gambar 13. Revisi oleh Ahli Materi
Sesudah
Sebelum Gambar 13. Revisi oleh Ahli Materi
136
Semua revisi ahli materi ditujukan untuk perbaikan buku panduan KIT IPA Cahaya agar buku panduan tersebut dapat menjadi sumber yang jelas untuk guru maupun siswa dalam menggunakan KIT IPA Cahaya.
b. Revisi oleh Ahli Media Revisi yang dilakukan peneliti berdasarkan masukan ahli media terhadap KIT IPA Cahaya adalah sebagai berikut. Tabel 24. Saran Ahli Media dan Bentuk Revisi KIT IPA Cahaya No. Saran Ahli Media 1. Beri nomor pada sekat berlubang agar hasil percobaan selalu konstan. 2. Buat layar kotak percobaan menjadi lebih tinggi agar berkas cahaya tertangkap semua oleh layar. 3. Tambahkan keterangan pada buku panduan jika penggunaan alat memerlukan kondisi khusus. 4. Warna KIT terlalu kaku sehingga perlu mempelajari psikologi warna untuk menentukan warna KIT. 5. Tambahkan foto tata letak alat dalam buku panduan sebelum bagian katalog. 6. Letak alat dalam KIT sebaiknya disesuaikan dengan nomor urut alat tersebut. 7. Gunakan kalimat yang tidak kaku dalam buku panduan. 8. 9. 10.
Tambahkan tujuan pembelajaran dalam buku panduan. Warna desain buku panduan disesuaikan dengan warna KIT. Ukuran buku panduan sebaiknya diperbesar karena tidak mengganggu penempatan dalam KIT.
137
Bentuk Revisi Memberi nomor pada sekat berlubang. Membuat layar kotak menjadi lebih tinggi
percobaan
Menambahkan asumsi penggunaan alat dalam buku panduan (sama dengan masukan ahli materi). Mengubah warna kotak KIT. Kotak awal berwarna merah diubah menjadi kuning sebagai simbol cahaya. Menambahkan foto tata letak alat sebelum bagian katalog Menyesuaikan nomor alat
letak
alat
dengan
Mengubah kalimat menjadi lebih mudah dimengerti siswa (dalam buku panduan pegangan siswa). Menambahkan tujuan pembelajaran dalam buku panduan Mengubah desain buku panduan. Memperbesar ukuran buku panduan. Buku panduan awal berukuran A5 diubah menjadi A4.
Perubahan produk KIT IPA Cahaya sebelum dan sesudah revisi dapat dilihat melalui gambar berikut ini.
Sesudah
Sebelum Gambar 14. Revisi oleh Ahli Media
Sesudah
Sebelum Gambar 14. Revisi oleh Ahli Media
Sesudah
Sebelum Gambar 14. Revisi oleh Ahli Media
138
B. Deskripsi Hasil Pengembangan Produk Produk media KIT IPA Cahaya dikembangkan melalui beberapa tahap. Tahap pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada desain pengembangan 4-D (Define, Design, Develop, dan Dissemination) Thiagarajan dkk.(1974) yang diadaptasi menjadi model 3-D (Define, Design, dan Develop). Tahap define (pendefinisian) dilakukan melalui kegiatan analisis awal-akhir, analisis karakteristik siswa, analisis tugas, analisis konsep, dan menentukan tujuan pembelajaran. Tujuan dari tahap define adalah untuk mengetahui pemasalahan yang terjadi dalam pembelajaran IPA sehingga kemudian dapat dijadikan acuan untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut. Hasil tahap pertama ini diperoleh dari penelitian pendahuluan. Penelitian pendahuluan dilakukan dengan observasi pembelajaran IPA kelas 5, observasi ketersediaan media, serta wawancara dengan guru kelas terkait berbagai kendala dalam proses pembelajaran IPA. Tahap kedua adalah design (perancangan) yang terbagi menjadi empat bagian yaitu penyusunan kriteria media yang akan dikembangakan, pemilihan media, pemilihan format, dan rancangan awal produk. Pengembangan produk dalam penelitian ini memperhatikan aspek materi dan aspek media. Pada tahap ini dihasilkan rancangan awal produk berupa seperangkat alat-alat untuk percobaan sifat-sifat cahaya, tiga alat optik, dan buku panduan penggunaan alat. Rancangan awal produk tersebut adalah bagian-bagian KIT IPA Cahaya yang kemudian akan divalidasi oleh ahli pada tahap selanjutnya.
139
Tahap ketiga adalah develop (pengembangan) yang terdiri dari validasi ahli, uji coba one to one, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Validasi ahli dilakukan dengan melibatkan ahli materi dan ahli media. Validasi dengan ahli materi dilakukan tiga tahap sedangkan validasi dengan ahli media dilakukan dua tahap. Hasil akhir dari kedua validasi tersebut termasuk kriteria“Sangat Baik” sehingga produk KIT IPA Cahaya dapat digunakan untuk uji coba dalam pembelajaran. Namun, sebelum produk digunakan untuk uji coba, produk KIT IPA Cahaya terlebih dahulu ditunjukkan pada guru kelas. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui respon guru terhadap media yang dikembangkan. Tanggapan guru diperlukan karena media KIT IPA Cahaya diharapkan dapat digunakan tidak hanya oleh siswa tetapi juga dapat digunakan guru secara klasikal dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan angket yang diberikan pada dua guru kelas 5, diperoleh hasil “Sangat Baik” sehingga KIT IPA Cahaya yang dikembangkan dapat digunakan untuk ujicoba tanpa revisi. Uji coba dilakukan melalui tiga tahap yaitu uji coba one to one, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Hasil uji coba yang diperoleh dari ketiga tahap tersebut termasuk dalam kriteria “Sangat Baik”. Dengan demikian, media KIT IPA Cahaya sudah layak digunakan pada pembelajaran IPA tanpa melalui proses revisi. Berdasarkan pengamatan selama proses uji coba dapat diketahui bahwa siswa sangat antusias belajar dengan KIT IPA Cahaya yang dikembangkan. Mereka sangat bersemangat melakukan setiap percobaan sifat-sifat cahaya. Beberapa siswa bahkan bertanya bagaimana cara membuat alat seperti dalam KIT
140
yang mereka gunakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa tertarik dengan media KIT IPA Cahaya yang mereka gunakan. Melalui serangkaian validasi hingga uji coba yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dihasilkan KIT IPA Cahaya yang berisi alat-alat untuk melakukan lima percobaan sifat-sifat cahaya dan tiga contoh alat yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Berikut ini adalah daftar alat dan kegunaannya dalam percobaan. 1.
Kotak percobaan digunakan untuk percobaan cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan, dan cahaya terdiri dari berbagai warna.
2.
Sekat berlubang digunakan untuk percobaan cahaya merambat lurus.
3.
Sekat hitam dan sekat kaca digunakan untuk percobaan cahaya menembus benda bening
4.
Sekat cermin digunakan untuk percobaan cahaya dapat dipantulkan
5.
Wadah plastik digunakan untuk percobaan cahaya dapat dibiaskan
6.
Papan cakram dan lempengan warna digunakan untuk percobaan cahaya terdiri dari berbagai warna.
7.
Cermin datar, cermin cembung, dan cermin cekung digunakan untuk melihat bayangan yang terbentuk melalui cermin.
8.
Periskop, kaleidoskop, dan lup adalah contoh benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya.
141
KIT IPA Cahaya juga dilengkapi buku panduan pegangan guru dan siswa. Buku panduan tersebut mempermudah siswa maupun guru dalam menggunakan KIT IPA Cahaya dalam pembelajaran. KIT IPA Cahaya yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat dikategorikan sebagai media perekayasa. Menurut Sharon dkk. (2014: 7) media perekayasa (manipulative) adalah benda-benda yang bisa dilihat dan di kelola dalam situasi belajar. Sebagai media perekayasa, KIT IPA Cahaya memiliki keuntungan yaitu dapat menyajikan benda yang nyata untuk siswa, menimbulkan minat siswa untuk belajar karena multisensorik, dan dapat meningkatkan kemampuan bekerjasama dalam sebuah kelompok. KIT IPA Cahaya menyajikan benda nyata untuk siswa melalui berbagai alat yang dapat digunakan untuk melangsungkan percobaan sifat-sifat cahaya. Selain itu, KIT IPA Cahaya juga menyediakan contoh benda yang memanfaatkan sifatsifat cahaya. Melalui contoh benda tersebut siswa diharapkan dapat membuat karya sederhana yang menyerupai contoh benda yang disajikan di dalam KIT. Belajar menggunakan benda-benda nyata yang ada di dalam KIT IPA Cahaya dapat memberikan pengalaman belajar yang konkret bagi siswa. Hal tersebut sejalan dengan teori Piaget yang menyatakan bahwa anak usia SD termasuk pada masa operasional konkret yang berarti mereka akan belajar secara optimal jika menggunakan benda-benda konkret atau nyata. Penggunaan KIT IPA Cahaya dalam pembelajaran tidak hanya melibatkan satu indera siswa. Indera pandang, indera dengar maupun indera lainnya terlibat dalam proses pembelajaran menggunakan KIT IPA Cahaya. Sesuai dengan teori
142
pada kerucut Dale bahwa semakin banyak indera siswa yang terlibat dalam suatu pembelajaran maka semakin utuh pesan yang diterima siswa dalam proses pembelajaran tersebut. KIT IPA Cahaya juga dapat meningkatkan kemampuan bekerjasama dalam kelompok. Kemampuan bekerjasama merupakan salah satu sikap ilmiah yang harus dikembangkan siswa. Wynne Harlen (Sulistyorini, 2007: 10) menuliskan bahwa sikap kerjasama merupakan satu dari sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan siswa SD.
C. Pembahasan Penelitian pengembangan didefinisikan sebagai suatu metode untuk mengembangkan suatu produk, baik yang sudah ada atau pun yang belum ada, melalui suatu proses yang sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan. Pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengembangkan KIT IPA Cahaya untuk siswa kelas 5 Sekolah Dasar. KIT IPA merupakan media yang telah disediakan pemerintah untuk setiap jenjang pendidikan, termasuk Sekolah Dasar. Akan tetapi, jenis KIT IPA Cahaya dirasa kurang memenuhi kebutuhan guru maupun siswa dalam pembelajaran sehingga diperlukan pengembangan. Oleh karena itu, pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini bukan untuk menggantikan KIT yang sudah tersedia, akan tetapi untuk melengkapi atau menyempurnakan KIT yang telah ada di sekolah. Pengembangan KIT IPA Cahaya dilakukan peneliti karena ditemukannya permasalahan bahwa KIT Cahaya yang tersedia di sekolah tidak dapat mencakup
143
keseluruhan percobaan pada materi cahaya. Alat-alat yang terdapat dalam KIT Cahaya di sekolah berisi lampu, prisma, dan cermin datar. Menurut guru, alat-alat tersebut belum mencakup seluruh materi cahaya yang seharusnya diajarkan. Dalam penelitian ini, KIT IPA Cahaya dikembangkan untuk dapat mencakup seluruh materi cahaya yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Tidak hanya untuk melakukan percobaan sifat-sifat cahaya, KIT IPA Cahaya juga dilengkapi contoh benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Dengan melihat benda konkret tersebut siswa kemudian dapat diarahkan untuk membuat karya yang menyerupai benda tersebut. Contoh benda yang memanfaatkan sifat cahaya juga dapat digunakan guru untuk menunjukkan secara konkret pada siswa bagaimana sifat cahaya dimanfaatkan untuk membuat suatu benda yang bemanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah penelitian pengembangan ini menggunakan model 4-D milik Thiagarajan, dkk. (1974) yang diadaptasi menjadi model 3-D (Define, Design, dan Develop). Tahap ke empat (Dissemination) tidak dilaksanakan karena keterbatasan peneliti dalam hal waktu dan biaya. Tahap Define, Design, dan Develop tersebut pada akhirnya akan menghasilkan suatu produk media KIT IPA Cahaya yang layak digunakan. Dalam jurnal yang berjudul “Kelayakan KIT Praktikum Sederhana sebagai Media Pembelajaran pada Materi Listrik Statis” (Lailatul Ahaida, dkk., 2016) dijelaskan bahwa syarat-syarat KIT praktikum IPA yang baik ada empat, yaitu kesesuaian kit ipa dengan tujuan pembelajaran, ketepatan kit ipa untuk mendukung isi bahan pembelajaran atau materi ajar, kemudahan dalam
144
memperoleh bahan-bahan pembuatan kit, serta guru dan siswa terampil dalam menggunakan kit ipa tersebut. Dengan mempertimbangkan syarat-syarat tersebut, peneliti membagi aspek pengembangan media menjadi dua yaitu aspek materi dan aspek media. Aspek materi mencakup kelayakan isi, keterkaitan dengan pembelajaran, dan kebahasaan. Sedangkan aspek media mencakup kelayakan KIT IPA Cahaya dan penggunaan KIT IPA Cahaya. Dengan demikian, syarat pertama dan kedua KIT praktikum IPA yang baik akan masuk dalam aspek materi dan dua syarat KIT praktikum IPA yang baik lainnya masuk dalam aspek media. Masingmasing aspek yang akan dinilai dalam media KIT IPA Cahaya tersebut dikembangkan
menjadi
sub-aspek
dan
indikator
yang
kemudian
akan
dikembangkan lagi menjadi butir-butir penilaian dalam angket. Pengembangan dua aspek tersebut adalah hasil dari modifikasi kriteria dalam mereviu media pembelajaran (Walker Hess, 1984) dan butir yang perlu divalidasi dari KIT praktikum (Lailatul Ahaida, dkk., 2016). KIT IPA Cahaya divalidasi melalui dua ahli yaitu ahli materi dan ahli media. Ahli materi memvalidasi produk dalam tiga tahap. Tahap pertama validasi ahli materi diperoleh rata-rata 2,82 dengan kategori baik, tahap kedua diperoleh rata-rata 3,32 dengan kriteria sangat baik, dan tahap ketiga diperoleh rata-rata 3,82 dengan kategori sangat baik. Revisi yang dilakukan peneliti pada proses validasi dengan ahli materi difokuskan untuk memperbaiki buku panduan KIT IPA Cahaya. Alat-alat yang terdapat dalam KIT tidak mengalami perubahan karena dianggap sudah cukup awet jika digunakan siswa.
145
Revisi buku panduan dilakukan dengan membuat buku panduan KIT IPA Cahaya yang awalnya hanya satu buah menjadi dua buah, yaitu buku panduan pegangan guru dan buku panduan pengangan siswa. Buku panduan tersebut dibuat menjadi pegangan guru dan siswa agar dapat memfasilitasi guru dalam melaksanakan pendekatan student centered maupun teacher centered. Ketika siswa diberi kesempatan untuk mencari sendiri pengetahuannya, maka siswa dapat menggunakan buku panduan pegangan siswa. Namun, ketika guru ingin menggunakan KIT IPA Cahaya sebagai alat demonstrasi maka guru dapat menggunakan buku pegangan guru untuk mengetahui penggunaan KIT tersebut. Selain itu, buku panduan pegangan guru dapat dijadikan acuan untuk pembuatan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Validasi produk oleh ahli media dilakukan dua tahap. Pada tahap pertama diperoleh rata-rata 2,58 dengan kategori baik. Terdapat banyak komponen KIT yang harus diperbaiki berdasarkan saran ahli media saat validasi pertama. Komponen KIT yang diperbaiki diantaranya adalah perubahan warna box KIT yang awalnya merah menjadi kuning, pemberian nomor pada sekat berlubang, membesarkan layar pada kotak percobaan, dan perubahan pada desain dan isi buku panduan. Setelah revisi pertama selesai dilakukan, maka dilakukan validasi kedua dengan ahli media. Validasi kedua tersebut memperoleh rata-rata 3,54 dengan kriteria sangat baik. Pada validasi ini, ahli media tidak lagi memberi saran perbaikan sehingga media KIT IPA Cahaya telah layak digunakan untuk uji coba tanpa revisi.
146
Uji coba media KIT IPA Cahaya dalam pembelajaran IPA kelas 5 dilakukan melalui tiga tahap yaitu uji coba one to one, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Uji coba one to one memperoleh rata-rata 3,91, uji coba kelompok kecil memperoleh rata-rata 3,43, dan uji coba lapangan memperoleh rata-rata 3,09. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa media KIT IPA Cahaya memperoleh kriteria “Sangat Baik” di setiap uji coba. Hal tersebut menunjukkan respon yang baik dari siswa sebagai pengguna media. Respon baik tersebut juga dapat diamati selama proses pembelajaran menggunakan KIT IPA Cahaya. Siswa terlihat sangat antusias dalam melakukan setiap percobaan. Siswa juga sangat tertarik saat mencoba menggunakan alat optik yang tersedia dalam KIT IPA Cahaya. Pelaksanaan
pembelajaran
menggunakan
KIT
IPA
Cahaya
dapat
memberikan pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan serta pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa. Keterampilan proses yang terlihat melalui kegiatan pembelajaran dengan KIT IPA Cahaya adalah keterampilan mengamati, melakukan percobaan (eksperimen), dan komunikasi. Sedangkan sikap ilmiah yang dapat dikembangkan siswa diantaranya sikap ingin tahu, ingin mendapatkan sesuatu yang baru, dan kerjasama. Hal tersebut sejalan dengan Rita Eka Izzaty, dkk. (2013: 115) yang menyatakan bahwa anak kelas tinggi memiliki rasa ingin tahu, ingin belajar, dan realistis. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa media KIT IPA Cahaya yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat melengkapi KIT yang tersedia di sekolah dan menjadi media yang efektif digunakan pada proses pembelajaran. Keefektifan tersebut terlihat dari perhitungan nilai gain yang
147
diperoleh dari hasil analisis pretest dan posttest siswa selama kegiatan uji coba. Nilai gain pada uji coba one to one adalah 0,56, nilai gain pada uji coba kelompok adalah 0,47, dan nilai gain pada uji coba lapangan adalah 0,44. Ketiga nilai gain yang diperoleh dalam penelitian ini berada pada kategori sedang. Pengembangan media KIT IPA Cahaya merupakan satu langkah inovasi yang dilakukan untuk melengkapi media KIT yang tersedia di sekolah. Dalam proses pengembangan, tentu produk yang dihasilkan diharapkan dapat memiliki keunggulan di bandingkan produk sejenis yang telah ada. Berdasarkan hasil validasi dan uji coba, maka dapat diketahui bahwa keunggulan produk KIT IPA Cahaya dibanding dengan KIT Cahaya yang ada di sekolah adalah sebagai berikut. Tabel 25. Keunggulan KIT IPA Cahaya No.
KIT IPA Cahaya yang Dikembangkan
1
KIT IPA Cahaya ini dikembangkan sesuai kebutuhan dan materi di kelas 5 SDN Rejowinangun 1 sehingga dapat menghindari ketidaktepatan (mismatch) dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan Alat yang tersedia lengkap, multifungsi dan penggunaannya lebih praktis. Mudah diduplikasi.
2.
KIT Cahaya yang Terdapat di Sekolah KIT tidak dirancang untuk suatu sekolah melainkan untuk umum, sehingga tidak bisa menyesuaikan kebutuhan guru di sekolah tertentu.
Jenis alat yang tersedia sangat terbatas. 3. Alat yang ada dalam KIT dari pemerintah sulit diduplikasi guru/siswa. 4. Memiliki buku panduan pegangan guru Buku panduan KIT tidak dan siswa. dikhususkan untuk guru atau siswa. Alat yang tersedia dalam KIT IPA Cahaya yang dikembangkan lebih lengkap, multifungsi dan penggunaannya lebih praktis. KIT yang dikembangkan
148
dalam penelitian ini dikatakan lebih lengkap karena jenis alat yang tersedia di dalamnya lebih beragam dari pada alat yang ada dalam KIT yang telah tersedia. KIT IPA Cahaya dapat digunakan untuk mengajarkan pokok bahasan cahaya secara utuh. KIT IPA Cahaya ini juga dikatakan multifungsi karena tidak hanya dapat digunakan untuk melakukan percobaan tetapi juga dilengkapi contoh benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Guru dapat menggunakan benda tersebut untuk demonstrasi di depan kelas. Selain itu, KIT IPA Cahaya dikatakan lebih praktis karena terdapat kotak percobaan yang dapat dijadikan tempat melangsungkan empat percobaan sekaligus. Pada kotak percobaan tersebut terdapat lampu dengan tombol on/off sehingga guru/siswa tidak perlu merangkai lampu dengan saklar dan kabel secara manual. Selain itu, konsep percobaan cahaya merambat lurus, menembus benda bening, dan pemantulan cahaya didesain dengan menggunakan sekat-sekat sehingga dalam melakukan tiga percobaan tersebut guru/siswa hanya perlu mengganti sekat yang ditancapkan dalam kotak percobaan saja. Percobaan cahaya terdiri dari beberapa warna juga dapat dilakukan dengan kotak percobaan tersebut yaitu dengan memutar papan cakram pada dinamo di bagian alas kotak percobaan. Jenis alat yang tersedia dalam KIT Cahaya yang ada di sekolah diantaranya adalah lampu, prisma, dan cermin datar. Alat-alat itu dapat digunakan guru untuk melakukan percobaan penguraian cahaya, pembiasan cahaya, dan pemantulan cahaya. Percobaan yang dilakukan melalui KIT tersebut dianggap kurang mencakup seluruh materi cahaya yang diajarkan guru pada siswa di SDN
149
Rejowinangun 1. KIT Cahaya yang telah ada juga tidak dilengkapi contoh benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. KIT IPA Cahaya yang dikembangkan dalam penelitian ini mudah diduplikasi. Jika suatu alat dalam KIT IPA Cahaya rusak atau hilang, maka guru dapat menduplikasi alat tersebut karena bahan yang digunakan dalam pembuatan KIT tidak sulit untuk ditemukan di lingkungan sekitar. Bahan yang digunakan dalam pembuatan KIT diantaranya adalah impraboard, peralon, cermin, kaca, dan lain sebagainya. Bahan tersebut juga cukup terjangkau jika dibeli. Berbeda dengan KIT yang dikembangkan dalam penelitian ini, KIT yang tersedia di sekolah tidak mudah diduplikasi. Jika terjadi kerusakan alat dalam KIT maka guru akan cenderung mendiamkan saja. Hal tersebut dikarenakan bahan yang digunakan sulit didapat di lingkungan terdekat guru maupun siswa. KIT IPA Cahaya dilengkapi buku panduan untuk pegangan guru dan siswa. Buku panduan didesain dengan menarik dan dicetak berwarna sehingga dapat menambah minat baca siswa. Buku panduan disusun khusus untuk membahas percobaan sifat-sifat cahaya dan contoh pemanfaatannya sehingga bahasan dalam buku lebih fokus. KIT yang telah tersedia di sekolah pun memiliki buku panduan. Akan tetapi, desain buku, tulisan, maupun bahasa yang digunakan dalam buku panduan cukup kaku jika digunakan untuk siswa. Buku panduan lebih ditujukan untuk digunakan oleh guru saja. Selain itu, satu buku panduan yang ada tidak untuk satu topik materi tertentu melainkan gabungan dari beberapa materi berbeda.
150
D. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah terbatasnya jumlah media KIT IPA Cahaya untuk uji coba lapangan. KIT IPA Cahaya seharusnya digunakan untuk satu kelompok kecil siswa. Namun, saat uji coba lapangan KIT IPA Cahaya digunakan untuk 5 kelompok kecil. Agar setiap kelompok dapat melakukan lima percobaan dalam waktu yang telah disediakan, maka solusi yang dilakukan adalah pembagian tugas untuk masing-masing anggota kelompok. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab pada satu percobaan sifat-sifat cahaya. Kemudian setiap kelompok akan berdiskusi tentang hasil pengamatan yang mereka lakukan saat menggunakan KIT IPA Cahaya.
151
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Simpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Produk media KIT IPA Cahaya layak digunakan dalam pembelajaran IPA Kelas 5 SDN Rejowinangun 1 Yogyakarta. Kelayakan tersebut dapat dilihat dari hasil validasi media, respon guru, dan respon siswa. Validasi media dilakukan dengan melibatkan dua ahli yaitu ahli materi dan ahli media. Hasil akhir validasi dengan ahli materi memperoleh rata-rata 3,82 yang masuk dalam kriteria “Sangat Baik”. Hasil akhir validasi dengan ahli media menunjukkan rata-rata 3,54 yang berarti masuk dalam kriteria “Sangat Baik”. Respon guru dilihat dari hasil perhitungan skor rata-rata pada angket yaitu 3,68 yang berarti “Sangat Baik”. Respon siswa yang dilihat dari pengisian angket dalam tiga kali uji coba seluruhnya menunjukkan hasil “Sangat Baik” dengan rata-rata 3,91, 3,43, dan 3,09. Keunggulan KIT IPA Cahaya dibandingkan dengan KIT yang telah tersedia di sekolah diantaranya adalah sesuai dengan materi dan kebutuhan di SDN Rejowinangun 1, alat yang tersedia lengkap, multifungsi dan penggunaannya lebih praktis, mudah dan murah jika diduplikasi, serta dilengkapi buku panduan KIT IPA Cahaya pegangan guru dan siswa.
2.
Produk KIT IPA Cahaya efektif digunakan dalam pembelajaran IPA Kelas 5 SDN Rejowinangun 1 pada materi cahaya sesuai dengan hasil uji coba. Keefektifan penggunaan media dalam pembelajaran diketahui melalui uji
152
nilai gain di setiap uji coba. Dalam penelitian ini, telah ditetapkan bahwa media KIT IPA Cahaya terbukti efektif digunakan dalam pembelajaran jika diperoleh nilai gain lebih dari atau sama dengan 0,3. Uji gain tersebut dilakukan berdasarkan nilai pretest dan posttest siswa. Nilai gain dari uji coba one to one adalah 0,56 yang berarti masuk dalam kategori sedang. Nilai gain pada uji coba kelompok kecil adalah 0,47 yang berarti masuk dalam kategori sedang, dan pada uji coba lapangan diperoleh nilai gain 0,44 yang berarti termasuk kategori sedang.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka saran yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut. 1.
Bagi guru, media KIT IPA Cahaya diharapkan dapat digunakan dalam proses pembelajaran materi cahaya sehingga dapat menciptakan pembelajaran bermakna bagi siswa.
2.
Bagi sekolah, media KIT IPA Cahaya diharapkan dapat menjadi pelengkap dari KIT yang sudah ada di sekolah sehingga dapat mengatasi kekurangan atau kerusakan alat pada KIT yang sebelumnya ada.
3.
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mengembangkan media KIT IPA Cahaya ini agar dapat mencapai nilai gain kategori tinggi (penelitian ini mencapai nilai gain kategori sedang) sehingga keefektifan penggunaan media dalam pembelajaran dapat meningkat. Peneliti selanjutnya juga dapat mengukur perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa
153
setelah belajar menggunakan KIT IPA Cahaya. Selain itu, peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan berbagai model KIT yang inovatif untuk materi IPA lain sehingga dapat menyempurnakan media yang ada di sekolah maupun dapat memperkaya referensi media bagi guru. 4.
Bagi siswa, dalam menggunakan alat-alat percobaan diharapkan memiliki sikap yang lebih bertanggung jawab. Selama uji coba, peneliti sering menemukan siswa yang menggunakan alat dalam KIT IPA Cahaya untuk mainan dan tidak dikembalikan pada tempat semula. Memupuk sikap bertanggung jawab ini sebaiknya terus ditekankan oleh guru dalam pembelajaran, khususnya saat menggunakan media.
154
DAFTAR PUSTAKA Ahaida, L., Widodo, W., & Ismono. (2016). “Kelayakan KIT Praktikum Sederhana sebagai Media Pembelajaran pada Materi Listrik Statis”. EJournal UNESA Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada Asyhar, R. (2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Azmiyawati, C., Omegawati, W. H, & Kusumawati, R. (2008). IPA Salingtemas untuk Kelas 5 SD/ MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Borg, W. R. D & Meredith D. G. (1983). Educational Research. USA: Longman Inc. Darmojo, H. & Jenny R. E. K. (1993). Pendidikan IPA 2. Jakarta: Depdikbud Dick, W. & Carey, L. (1978). The Systematic Design of Instruction. USA: Scott, Foresman and Company Foley, J. M., Bruno, B. C., Tolman, R. T., Kagami, R. S., Hsia, M. H., Mayer, B., & Inazu, J. K. (2013). “C-MORE Science Kits as a Classroom Learning Tool”. Journal of Geoscience Education 61, 256–267. Hake, R. R. (1998). “Interactive-engagement methods in introductory mechanics courses”. Journal of Physics Education Research. Hamalik, O. (1986). Media Pendidikan. Bandung: Percetakan Alumni Hidayati Parida. (2016). Pengembangan KIT Praktikum Fisika Berbasis Personal Desk Laboratory System untuk Meningkatkan Sikap Berpikir Kritis dan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa SMA. Tesis magister, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Izzaty, R. E. et al. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press Kardono. (2012). Keefektifan Pembelajaran Menggunakan KIT IPA dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi untuk Meningkatkan Minat Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa SMP N 1 Minggir. Tesis magister, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
155
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2010). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Panduan Pengelolaan dan Pemanfaatan Laboratorium IPA. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. Longman, A.W. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Penerjemah: Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mardapi, D. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes Nontes. Yogyakarta : Mitra Cendikia Meltzer, D. E. (2002). The relationship between mathematics preparation and conceptual learning gains in physics: A possible ‘‘hidden variable’’ in diagnostic pretest scores. American Journal Physics. 70, 12; 1259-1267. Diambil pada tanggal 20 Maret 2017, dari people.physics.tamu.edu/toback/TeachingArticle/Meltzer_AJP.pdf Mulyatiningsih, E. (2012). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta Pudak Scientific. Sistem Percobaan Fisika. Jakarta: PT Pudak Scientific Pujiastuti, P. & Sujati. (1998). Tingkat Pemahaman Mahasiswa D II PGSD tentang Penggunaan KIT IPA Sekolah Dasar. Laporan Penelitian Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. Purwanto. (2010). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Rositawaty, S. & Muharam, A. (2008). Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 5: untuk Kelas V SD/ MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Sadiman, A. S., et al. (2009). Media Pendidikan, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Pustekkom Dikbud dan Raja Grafindo Persada Samatowa, U. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Sanjaya, W. (2012). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
156
Sherman, A. & MacDonald, A. L. (2008). The Use of Science Kits in the Professional Development of Rural Elementary School Teachers. Science Education Review, 91-105 Smaldino, S. E., Lowther, D. L, & Russel, J. D. (2014). Instructional Technology & Media for Learning (Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar). (Terjemahan Arif Rahman). Jakarta: Kencana (Edisi Asli diterbitkan oleh Pearson Education Inc.) Sudjana, N. (2014). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Sukmadinata, N. S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sulistyorini, S. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana Team Konsultan SEQIP. Informasi Tentang SEQIP Thiagarajan, S., Semmel, D. S., & Semmel, M. I. (1974). Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children: A Sourcebook. Indiana: Center for Innovation in Teaching the Handicapped-Indiana University Bloomington. Wibawa, B. & Mukti, F. (1992). Media Pengajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Widoyoko, E. P. (2015). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
157
LAMPIRAN
158
Lampiran 1. Angket Penilaian Ahli Materi Tahap 1
159
160
161
162
163
Lampiran 2. Angket Penilaian Ahli Materi Tahap 2
164
165
166
167
168
Lampiran 3. Angket Penilaian Ahli Materi Tahap 3
169
170
171
172
173
Lampiran 4. Data Mentah Perolehan Skor dari Angket Ahli Materi Indikator
Butir Penilaian
VALIDASI TAHAP 1 Sub-aspek Kelayakan Isi Kesesuaian materi dengan Kompetensi Dasar 1. Kesesuaian materi yang diajarkan melalui KIT IPA Cahaya (KD) IPA kelas 5 semester 2 menurut dengan KD kurikulum KTSP 2. Kedalaman materi yang disajikan melalui media KIT IPA Cahaya menurut KD dalam kurikulum Keakuratan materi 3. Keakuratan konsep sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya yang diajarkan dengan media KIT IPA Cahaya 4. Ketepatan urutan konsep yang disajikan 5. Kebenaran contoh sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya yang disajikan melalui media KIT IPA Cahaya 6. Keakuratan acuan pustaka Media sebagai sarana belajar materi cahaya 7. Kemenarikan materi Cahaya bagi siswa saat diajarkan menggunakan media KIT IPA Cahaya 8. Kemampuan media untuk mendorong siswa mencari informasi lebih jauh tentang materi Cahaya Sub-aspek Keterkaitan dengan Pembelajaran Kesesuaian media dengan proses 9. Kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran pembelajaran 10. Kesesuaian media untuk proses belajar IPA Penggunaan media dalam pembelajaran 11. Keruntutan penyajian media dalam proses pembelajaran 12. Keterlibatan siswa dalam penggunaan media
174
4
Skor 3 2
√
Kriteria
√
Sangat Baik Baik
√
Baik
√ √
Baik Baik √
√
Kurang Baik
√
Baik
√ √ √ √
1
Sangat Baik Baik Baik Sangat
Kelugasan bahasa Penyampaian kalimat pada siswa
Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa Keruntutan alur pikir percobaan Ketepatan penggunaan istilah
13. Kemampuan media menumbuhkan rasa ingin tahu siswa saat digunakan dalam pembelajaran 14. Keberfungsian media untuk meningkatkan hasil belajar siswa setelah melalui proses pembelajaran menggunakan media KIT IPA Cahaya Sub-aspek Kebahasaan 15. Keefektifan kalimat yang digunakan dalam media (tidak berbelit-belit) 16. Ketepatan struktur kalimat yang digunakan dalam media 17. Keterbacaan pesan yang disampaikan secara tertulis dalam media 18. Kemampuan kalimat dalam media untuk mendorong siswa berpikir kritis 19. Kesesuaian bahasa yang digunakan dalam media dengan perkembangan intelektual siswa 20. Keruntutan langkah-langkah percobaan yang disajikan 21. Ketepatan istilah yang digunakan 22. Konsistensi penggunaan istilah
Jumlah Jumlah Total Rata-rata
Kesesuaian materi dengan Kompetensi Dasar (KD) IPA kelas 5 semester 2 menurut
√
Baik Baik
√
Baik
175
√
Kurang
√ √
Kurang Kurang
√
Baik
√
Baik
12 36 62 2,82 VALIDASI TAHAP 2 Sub-aspek Kelayakan Isi 1. Kesesuaian materi yang diajarkan melalui KIT IPA Cahaya dengan KD
√
√ √ √ 14
Kurang Kurang Kurang
Baik
Sangat Baik
kurikulum KTSP
2. Kedalaman materi yang disajikan melalui media KIT IPA Cahaya menurut KD dalam kurikulum 3. Keakuratan konsep sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya yang diajarkan dengan media KIT IPA Cahaya 4. Ketepatan urutan konsep yang disajikan
√
5. Kebenaran contoh sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya yang disajikan melalui media KIT IPA Cahaya 6. Keakuratan acuan pustaka Media sebagai sarana belajar materi cahaya 7. Kemenarikan materi Cahaya bagi siswa saat diajarkan menggunakan media KIT IPA Cahaya 8. Kemampuan media untuk mendorong siswa mencari informasi lebih jauh tentang materi Cahaya Sub-aspek Keterkaitan dengan Pembelajaran Kesesuaian media dengan proses 9. Kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran pembelajaran 10. Kesesuaian media untuk proses belajar IPA
√
Keakuratan materi
Penggunaan media dalam pembelajaran
11. Keruntutan penyajian media dalam proses pembelajaran 12. Keterlibatan siswa dalam penggunaan media 13. Kemampuan media menumbuhkan rasa ingin tahu siswa saat digunakan dalam pembelajaran 14. Keberfungsian media untuk meningkatkan hasil belajar siswa setelah melalui proses pembelajaran menggunakan media KIT IPA Cahaya Sub-aspek Kebahasaan
176
√ √
√ √ √
√ √ √ √ √ √
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Baik
Sangat Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik
Kelugasan bahasa Penyampaian kalimat pada siswa
Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa Keruntutan alur pikir percobaan Ketepatan penggunaan istilah
15. Keefektifan kalimat yang digunakan dalam media (tidak berbelit-belit) 16. Ketepatan struktur kalimat yang digunakan dalam media 17. Keterbacaan pesan yang disampaikan secara tertulis dalam media 18. Kemampuan kalimat dalam media untuk mendorong siswa berpikir kritis 19. Kesesuaian bahasa yang digunakan dalam media dengan perkembangan intelektual siswa 20. Keruntutan langkah-langkah percobaan yang disajikan 21. Ketepatan istilah yang digunakan 22. Konsistensi penggunaan istilah
Jumlah Jumlah Total Rata-rata
√
Kurang
√ √
Kurang Baik
√
Baik
√
Baik
√ √
Baik Baik Kurang
40 27 73 3,32
Kesesuaian materi dengan Kompetensi Dasar (KD) IPA kelas 5 semester 2 menurut kurikulum KTSP
1.
Keakuratan materi
3.
2.
4.
VALIDASI TAHAP 3 Sub-aspek Kelayakan Isi Kesesuaian materi yang diajarkan melalui KIT IPA Cahaya dengan KD Kedalaman materi yang disajikan melalui media KIT IPA Cahaya menurut KD dalam kurikulum Keakuratan konsep sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya yang diajarkan dengan media KIT IPA Cahaya Ketepatan urutan konsep yang disajikan
177
√ √ √ √
√ 6
Sangat Baik
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
5. Kebenaran contoh sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya yang disajikan melalui media KIT IPA Cahaya 6. Keakuratan acuan pustaka Media sebagai sarana belajar materi cahaya 7. Kemenarikan materi Cahaya bagi siswa saat diajarkan menggunakan media KIT IPA Cahaya 8. Kemampuan media untuk mendorong siswa mencari informasi lebih jauh tentang materi Cahaya Sub-aspek Keterkaitan dengan Pembelajaran Kesesuaian media dengan proses 9. Kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran pembelajaran 10. Kesesuaian media untuk proses belajar IPA Penggunaan media dalam pembelajaran
Kelugasan bahasa Penyampaian kalimat pada siswa
11. Keruntutan penyajian media dalam proses pembelajaran 12. Keterlibatan siswa dalam penggunaan media 13. Kemampuan media menumbuhkan rasa ingin tahu siswa saat digunakan dalam pembelajaran 14. Keberfungsian media untuk meningkatkan hasil belajar siswa setelah melalui proses pembelajaran menggunakan media KIT IPA Cahaya Sub-aspek Kebahasaan 15. Keefektifan kalimat yang digunakan dalam media (tidak berbelit-belit) 16. Ketepatan struktur kalimat yang digunakan dalam media 17. Keterbacaan pesan yang disampaikan secara tertulis dalam media
178
√ √ √ √
√ √ √ √ √ √
√
Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
√
Baik
√
Baik Sangat Baik
√
Kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa Keruntutan alur pikir percobaan
18. Kemampuan kalimat dalam media untuk mendorong siswa berpikir kritis 19. Kesesuaian bahasa yang digunakan dalam media dengan perkembangan intelektual siswa 20. Keruntutan langkah-langkah percobaan yang disajikan
Ketepatan penggunaan istilah
21. Ketepatan istilah yang digunakan
√
22. Konsistensi penggunaan istilah
√
Jumlah Jumlah Total Rata-rata
√ √
72 12 84 3,82
179
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Sangat Baik
Lampiran 5. Angket Penilaian Ahli Media Tahap 1
180
181
182
183
Lampiran 6. Angket Penilaian Ahli Media Tahap 2
184
185
186
187
Lampiran 7. Data Mentah Perolehan Skor dari Angket Ahli Media Indikator
Ukuran KIT IPA Cahaya
Desain KIT IPA Cahaya
Kualitas alat-alat dalam KIT IPA Cahaya
Kemudahan penggunaan KIT IPA Cahaya
Butir Penilaian VALIDASI TAHAP 1 Sub-aspek Kelayakan KIT IPA Cahaya 1. Kesesuaian ukuran KIT IPA Cahaya untuk digunakan guru maupun siswa 2. Keseimbangan ukuran komponen-komponen KIT IPA Cahaya 3. Kemenarikan tampilan (bentuk dan warna) KIT IPA Cahaya 4. Tata letak alat-alat percobaan dalam KIT IPA Cahaya 5. Kesederhanaan desain alat dalam KIT IPA Cahaya untuk digunakan guru maupun siswa 6. Kemenarikan desain buku panduan KIT IPA Cahaya 7. Keawetan alat-alat yang ada dalam KIT IPA Cahaya 8. Keamanan bahan yang digunakan untuk membuat KIT IPA Cahaya Sub-aspek Penggunaan KIT IPA Cahaya 9. Kemudahan pengoperasian alat-alat dalam KIT IPA Cahaya 10. Kemudahan KIT IPA Cahaya untuk disimpan 11. Kemudahan KIT IPA Cahaya untuk dipindahkan
188
Pilihan Jawaban 4 3 2 1
Kriteria
√
Baik
√
Baik √
Kurang
√ √
Kurang Kurang
√ √ √
Kurang Baik Baik
√
Baik
√ √
Baik Baik
Petunjuk penggunaan Jumlah Total Rata-rata
Kesesuaian KIT IPA Cahaya dengan pembelajaran Ukuran KIT IPA Cahaya
Desain KIT IPA Cahaya
12. Kejelasan petunjuk penggunaan dalam buku panduan 21 31 2,58 VALIDASI TAHAP 2 Sub-aspek Kelayakan KIT IPA Cahaya 1. Kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran
9. Keamanan bahan yang digunakan untuk membuat KIT IPA √ Cahaya
189
√
Sangat Baik Baik
√
Baik
√
Sangat Baik Sangat Baik Baik
√
6. Kesederhanaan desain alat dalam KIT IPA Cahaya untuk digunakan guru maupun siswa 7. Kemenarikan desain buku panduan KIT IPA Cahaya 8. Keawetan alat-alat yang ada dalam KIT IPA Cahaya √
Kurang
Baik
√
2. Kesesuaian ukuran KIT IPA Cahaya untuk digunakan guru maupun siswa 3. Keseimbangan ukuran komponen-komponen KIT IPA Cahaya 4. Kemenarikan tampilan (bentuk dan warna) KIT IPA Cahaya √ 5. Tata letak alat-alat percobaan dalam KIT IPA Cahaya
Kualitas alat-alat dalam KIT IPA Cahaya
√ 10
√
Baik Sangat Baik Sangat Baik
Kemudahan penggunaan KIT IPA Cahaya
Sub-aspek Penggunaan KIT IPA Cahaya 10. Kemudahan pengoperasian alat-alat dalam KIT IPA Cahaya 11. Kemudahan KIT IPA Cahaya untuk disimpan
Petunjuk penggunaan
12. Kemudahan KIT IPA Cahaya untuk dipindahkan 13. Kejelasan petunjuk penggunaan dalam buku panduan
Jumlah Total Rata-rata
√ √ √ √ 28 18 46 3, 54
190
Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik
Sangat Baik
Lampiran 8. Angket Guru
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
Lampiran 9. Data Mentah Perolehan Skor dari Angket Guru Indikator
Butir Penilaian
4
Skor 3 2 1
Kriteria
√
Baik
√
Sangat Baik Baik
√
Sangat Baik Baik
√
Baik
RESPONDEN 1 Aspek Media Sub-aspek Kelayakan Isi Kesesuaian materi dengan Kompetensi 1. Kesesuaian materi yang diajarkan melalui KIT IPA Cahaya Dasar (KD) IPA kelas 5 semester 2 menurut dengan KD kurikulum KTSP 2. Kedalaman materi yang disajikan melalui media KIT IPA Cahaya menurut KD dalam kurikulum Keakuratan materi
3. Keakuratan konsep sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya yang diajarkan dengan media KIT IPA Cahaya 4. Ketepatan urutan konsep yang disajikan
Media sebagai sarana belajar materi Cahaya
5. Kebenaran contoh sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya yang disajikan melalui media KIT IPA Cahaya 6. Kemenarikan materi Cahaya bagi siswa saat diajarkan menggunakan media KIT IPA Cahaya 7. Kemampuan media untuk mendorong siswa mencari informasi lebih jauh tentang materi Cahaya
√
√
√
Sangat Baik
√
Sangat Baik Sangat
Sub-aspek Keterkaitan dengan Pembelajaran Kesesuaian pembelajaran
media
dengan
proses 8. Kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran 9. Kesesuaian media untuk proses belajar IPA
205
√
Penggunaan media dalam pembelajaran
10. Keruntutan penyajian media dalam proses pembelajaran 11. Keterlibatan siswa dalam penggunaan media 12. Kemampuan media menumbuhkan rasa ingin tahu siswa saat digunakan dalam pembelajaran 13. Keberfungsian media KIT IPA Cahaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa setelah melalui proses pembelajaran menggunakan media tersebut
√ √ √
Baik Baik Baik Baik
√
Sangat Baik
√ √ √
Sangat Baik Baik Baik
√
Sangat Baik Baik
Sub-aspek Kebahasaan Kelugasan bahasa
14. Keefektifan kalimat yang digunakan dalam media (tidak berbelit-belit)
Penyampaian kalimat kepada siswa
15. Ketepatan struktur kalimat yang digunakan dalam media 16. Keterbacaan pesan yang disampaikan secara tertulis dalam media 17. Kemampuan kalimat dalam media untuk mendorong siswa berpikir kritis
Kesesuaian dengan tingkat perkembangan 18. Kesesuaian bahasa yang digunakan dalam media dengan siswa perkembangan intelektual siswa Keruntutan alur pikir percobaan 19. Keruntutan langkah-langkah percobaan yang disajikan Ketepatan penggunaan istilah 20. Ketepatan istilah yang digunakan 21. Konsistensi penggunaan istilah
√
√ √ √ 40 33 73
Jumlah Total
206
Baik Sangat Baik Sangat Baik
Rata-rata
3,48
Sangat Baik
Aspek Media Sub-aspek Kelayakan KIT IPA Cahaya Ukuran KIT IPA Cahaya
Desain KIT IPA Cahaya
22. Kesesuaian ukuran KIT IPA Cahaya untuk digunakan guru maupun siswa 23. Keseimbangan ukuran komponen-komponen KIT IPA Cahaya 24. Kemenarikan tampilan (bentuk dan warna) KIT IPA Cahaya
√
25. Tata letak alat-alat percobaan dalam KIT IPA Cahaya
√
26. Kesederhanaan desain alat dalam KIT IPA Cahaya untuk digunakan guru maupun siswa 27. Kemenarikan desain buku panduan KIT IPA Cahaya Kualitas alat-alat dalam KIT IPA Cahaya 28. Keawetan alat-alat yang ada dalam KIT IPA Cahaya 29. Keamanan bahan yang digunakan untuk membuat KIT IPA Cahaya
√
Baik
√
Baik
√ √
Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik
√ √
Baik Sangat Baik
Sub-aspek Penggunaan KIT IPA Cahaya Kemudahan Cahaya
penggunaan
Petunjuk penggunaan
KIT
IPA 30. Kemudahan pengoperasian alat-alat dalam KIT IPA Cahaya
√
31. Kemudahan KIT IPA Cahaya untuk disimpan 32. Kemudahan KIT IPA Cahaya untuk dipindahkan
√
33. Kejelasan petunjuk penggunaan dalam buku panduan
√
207
√
Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat
Baik 24 18 42 3,5
Jumlah Total Rata-rata
Sangat Baik
RESPONDEN 2 Aspek Media Sub-aspek Kelayakan Isi Kesesuaian materi dengan Kompetensi 1. Kesesuaian materi yang diajarkan melalui KIT IPA Cahaya Dasar (KD) IPA kelas 5 semester 2 menurut dengan KD kurikulum KTSP 2. Kedalaman materi yang disajikan melalui media KIT IPA Cahaya menurut KD dalam kurikulum Keakuratan materi
3. Keakuratan konsep sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya yang diajarkan dengan media KIT IPA Cahaya 4. Ketepatan urutan konsep yang disajikan
Media sebagai sarana belajar materi Cahaya
5. Kebenaran contoh sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya yang disajikan melalui media KIT IPA Cahaya 6. Kemenarikan materi Cahaya bagi siswa saat diajarkan menggunakan media KIT IPA Cahaya 7. Kemampuan media untuk mendorong siswa mencari informasi lebih jauh tentang materi Cahaya
√
√
Sangat Baik Sangat Baik Baik
√
Sangat Baik Baik
√
√
√ √
Sangat Baik Sangat Baik
Sub-aspek Keterkaitan dengan Pembelajaran Kesesuaian pembelajaran
media
dengan
proses 8. Kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran
208
√
Sangat Baik
9. Kesesuaian media untuk proses belajar IPA Penggunaan media dalam pembelajaran
10. Keruntutan penyajian media dalam proses pembelajaran 11. Keterlibatan siswa dalam penggunaan media 12. Kemampuan media menumbuhkan rasa ingin tahu siswa saat digunakan dalam pembelajaran 13. Keberfungsian media KIT IPA Cahaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa setelah melalui proses pembelajaran menggunakan media tersebut
√ √ √ √ √
Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Sub-aspek Kebahasaan Kelugasan bahasa
14. Keefektifan kalimat yang digunakan dalam media (tidak berbelit-belit)
Penyampaian kalimat kepada siswa
15. Ketepatan struktur kalimat yang digunakan dalam media 16. Keterbacaan pesan yang disampaikan secara tertulis dalam media 17. Kemampuan kalimat dalam media untuk mendorong siswa berpikir kritis
√ √ √ √
Kesesuaian dengan tingkat perkembangan 18. Kesesuaian bahasa yang digunakan dalam media dengan siswa perkembangan intelektual siswa
√
Keruntutan alur pikir percobaan
19. Keruntutan langkah-langkah percobaan yang disajikan
√
Ketepatan penggunaan istilah
20. Ketepatan istilah yang digunakan
√
21. Konsistensi penggunaan istilah
√
209
Sangat Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat
Baik 64 15 79 3,76
Jumlah Total Rata-rata
Sangat Baik
Aspek Media Sub-aspek Kelayakan KIT IPA Cahaya Ukuran KIT IPA Cahaya
Desain KIT IPA Cahaya
22. Kesesuaian ukuran KIT IPA Cahaya untuk digunakan guru maupun siswa 23. Keseimbangan ukuran komponen-komponen KIT IPA Cahaya 24. Kemenarikan tampilan (bentuk dan warna) KIT IPA Cahaya
√
25. Tata letak alat-alat percobaan dalam KIT IPA Cahaya
√
26. Kesederhanaan desain alat dalam KIT IPA Cahaya untuk digunakan guru maupun siswa
√
√ √
27. Kemenarikan desain buku panduan KIT IPA Cahaya
√
Kualitas alat-alat dalam KIT IPA Cahaya 28. Keawetan alat-alat yang ada dalam KIT IPA Cahaya
√
29. Keamanan bahan yang digunakan untuk membuat KIT IPA Cahaya
210
√
Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Sub-aspek Penggunaan KIT IPA Cahaya Kemudahan Cahaya
penggunaan
KIT
IPA 30. Kemudahan pengoperasian alat-alat dalam KIT IPA Cahaya 31. Kemudahan KIT IPA Cahaya untuk disimpan\ 32. Kemudahan KIT IPA Cahaya untuk dipindahkan
Petunjuk penggunaan
33. Kejelasan petunjuk penggunaan dalam buku panduan
√ √ √ √ 44 3 47 3,91
Jumlah Total Rata-rata
211
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Sangat Baik
Lampiran 10. Angket Siswa pada Uji Coba One to One
212
213
214
215
216
Lampiran 11. Angket Siswa pada Uji Coba Kelompok Kecil
217
218
219
220
221
Lampiran 12. Angket Uji Coba Lapangan
222
223
224
225
226
Lampiran 13. Soal Pretest dan Kunci Jawaban Soal Pretest SIFAT-SIFAT CAHAYA DAN PEMANFAATANNYA Nama : ................................................... Nomor : ...................................................
Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan menyilang huruf a, b, c, atau d! 1.
Salah satu sifat cahaya adalah.... a. dapat dihilangkan b. dapat diuraikan c. menembus semua benda d. hanya berwarna putih
2.
Contoh peristiwa yang yang membuktikan bahwa cahaya merambat lurus adalah.... a. memantulnya cahaya pada cermin datar b. cahaya matahari dapat menembus benda bening c. cahaya matahari yang melewati celah genting d. terbentuknya pelangi pada saat hujan
3.
Peristiwa berikut yang menunjukkan penguraian cahaya adalah.... a. pensil terlihat patah saat di dalam gelas berisi air b. terjadinya pelangi setelah hujan c. berkas cahaya yang melewati celah genting d. cahaya dapat menembus kaca mobil
227
4.
Kita dapat melihat benda yang berada dibalik kaca adalah contoh peristiwa.... a. cahaya menembus benda bening b. cahaya dapat merambat lurus c. cahaya dapat dibiaskan d. cahaya dapat dipantulkan
5.
Contoh peristiwa sehari-hari yang menunjukkan sifat cahaya dapat dibiaskan adalah.... a. adanya warna pelangi dalam gelembung sabun b. munculnya bayangan saat senter disorotkan pada benda padat c. terjadinya hujan setelah cuaca panas terik d. pensil terlihat patah saat di dalam gelas berisi air
6.
Perhatikan gambar di bawah ini!
Berdasarkan gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa sifat bayangan cermin datar adalah.... a. maya, tegak, dan diperkecil b. maya, tegak, dan diperbesar c. maya, tegak, dan sama besar d. nyata, terbalik, dan sama besar
228
7.
Cermin cembung dapat dimanfaatkan untuk membuat.... karena.... a. senter, karena dapat mengumpulkan cahaya dan membuat cahaya lebih terang b. periskop, karena memiliki bayangan yang bersifat maya, terbalik dan lebih kecil c. kaleidoskop, karena dapat membuat pola-pola yang indah dari objek yang kita lihat d. spion kendaraan, karena dapat membuat pengendara melihat lingkungan dengan jangkauan yang lebih luas
8.
Perhatikan benda di bawah ini! A. Kaleidoskop C. Periskop B. Setrika
D. Cermin datar
Benda di atas yang memanfaatkan sifat cahaya dapat dipantulkan adalah.... a. A dan B b. A dan C c. B dan C d. B dan D 9.
Periskop pada kapal selam dapat digunakan untuk melihat permukaan laut karena memiliki prinsip kerja.... a. memantulkan cahaya yang berasal dari permukaan laut melalui cermin dalam periskop menuju mata b. memantulkan cahaya melalui lensa objektif dan lensa okuler membentuk bayangan yang bersifat maya, diperbesar, dan terbalik
229
c. memantulkan cahaya berkali-kali sehingga terbentuk pola-pola yang menakjubkan dari objek yang dilihat d. menguraikan cahaya dari permukaan laut sehingga pengamat dapat melihat keadaan di daratan 10. Saat kamu mengamati periskop dalam KIT IPA Cahaya, kamu akan menemukan dua cermin datar yang dipasang dalam sambungan peralon membentuk sudut 45 derajat. Hal tersebut dilakukan agar.... a. cahaya dapat diuraikan dari satu cermin ke cermin yang lain b. cahaya dapat dibiaskan dari satu cermin ke cermin yang lain c. cahaya dapat dipantulkan dari satu cermin ke cermin yang lain d. cahaya dapat diteruskan dari satu cermin ke cermin yang lain
----------selamat mengerjakan----------
230
Kunci Jawaban Soal Pretest 1. B 2. C 3. B 4. A 5. D 6. C 7. D 8. B 9. A 10. C
231
Lampiran 14. Soal Posttest dan Kunci Jawaban Soal Posttest SIFAT-SIFAT CAHAYA DAN PEMANFAATANNYA Nama : ................................................... Nomor : ...................................................
Pilihlah salah satu jawaban dengan menyilang huruf a, b, c, atau d! 1.
Berikut ini yang bukan termasuk sifat cahaya adalah.... a. dapat dibiaskan b. merambat lurus c. dapat diuraikan d. menembus semua benda
2.
Rambatan cahaya terlihat saat melewati celah-celah genting. Peristiwa tersebut menunjukkan sifat cahaya.... a. dapat merambat lurus b. dapat dibiaskan c. dapat diuraikan d. dapat dipantulkan
3.
Kejadian berikut yang memperlihatkan sifat cahaya dapat menembus benda bening adalah.... a. sungai yang terlihat lebih dangkal dari keadaan sesungguhnya b. munculnya warna pelangi pada gelembung sabun c. benda yang berada di balik kaca dapat terlihat
232
d. terjadinya hujan setelah cuaca panas terik 4.
Contoh peristiwa yang menunjukkan cahaya merambat melalui dua medium yang berbeda kerapatannya adalah.... a. pensil yang terlihat patah saat dimasukkan dalam gelas berisi air b. sorot cahaya senter dapat menembus kaca jendela rumah c. rambatan cahaya yang melewati celah-celah genting rumah d. kita dapat melihat bayangan yang sama besar pada cermin datar
5.
Cahaya putih dapat diuraikan menjadi warna-warna lain. Sifat ini dapat terlihat melalui peristiwa.... a. fatamorgana di siang hari yang sangat panas b. adanya bintang jatuh di malam hari c. munculnya kilat sebelum suara petir d. adanya warna pelangi pada gelembung sabun
6.
Perhatikan gambar berikut!
Cermin cekung sering digunakan untuk.... Hal itu dikarenakan cermin cekung memiliki sifat.... a. reflektor senter; menyebarkan cahaya b. reflektor senter; mengumpulkan cahaya c. reflektor senter; memutus cahaya d. pelapis lampu senter; menguraikan cahaya
233
7.
Di rumah Rani terdapat dua cermin yang sama besar, yang satu cermin datar dan satu yang lain adalah cermin cembung. Jika Rani ingin merapikan seragamnya sebelum berangkat sekolah sebaiknya Rani berdiri di.... a. depan cermin cembung b. samping cermin cembung c. depan cermin datar d. samping cermin datar
8.
1. Kaleidoskop
3. Periskop
2. Baterai
4. Lup
Benda-benda di atas yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya adalah.... a. 1, 2, 3 b. 1, 3, 4 c. 1, 2, 4 d. 2, 3, 4 9.
Kaleidoskop dapat menghasilkan aneka macam pola yang mengagumkan terhadap objek yang diamati karena.... a. benda yang diamati dengan kaleidoskop membias berkali-kali b. cermin datar pada kaleidoskop melakukan penguraian berkali-kali c. benda yang diamati dengan kaleidoskop jumlahnya semakin banyak d. cermin datar pada kaleidoskop memantulkan cahaya berkali-kali
234
10. Ketika kamu membuat periskop, alasan mengapa kamu memasang dua cermin datar, di sudut atas dan di sudut bawah, adalah.... a. agar cahaya dapat dibiaskan dari satu cermin ke satu cermin yang lain sehingga pemantulan tersebut sampai pada mata pengamat b. agar cahaya dapat berbelok dari satu cermin ke satu cermin yang lain sehingga pemantulan tersebut sampai pada mata pengamat c. agar cahaya dapat memantul dari satu cermin ke satu cermin yang lain sehingga pemantulan tersebut sampai pada mata pengamat d. agar cermin tersebut dapat digunakan untuk perambatan cahaya sehingga cahaya sampai pada mata pengamat
----------selamat mengerjakan------------
235
Kunci Jawaban Soal Posttest 1. D 2. A 3. C 4. A 5. D 6. B 7. C 8. B 9. D 10. C
236
Lampiran 15. Perhitungan Nilai Gain Uji Coba One to One
Jawaban Benar Jawaban Salah No Nama Siswa
Nilai
Jawaban Benar Jawaban Salah
Nilai
Pretest
Pretest
Pretest
Posttest
Posttest
Posttest
1
DNC
5
5
3,333333333
7
3
6
2
YP
6
4
4,666666667
9
1
8,666666667
4
Rata-rata Nilai Maksimum
10
Gain
0,555555556
0
10
237
7,333333333 10
0
10
Lampiran 16. Perhitungan Nilai Gain Uji Coba Kelompok Kecil
Jawaban Benar Jawaban Salah No. Nama Siswa
Nilai
Jawaban Benar Jawaban Salah
Nilai
Pretest
Pretest
Pretest
Posttest
Posttest
Posttest
1
DDP
5
5
3,333333333
7
3
6
2
GYM
8
2
7,333333333
9
1
8,666666667
3
KDU
5
2
4,333333333
8
2
7,333333333
4
KA
7
3
6
9
1
8,666666667
5
LD
7
3
6
8
2
7,333333333
6
MDS
6
4
4,666666667
8
2
7,333333333
7
NTA
5
5
3,333333333
7
3
6
8
ONPR
6
4
4,666666667
8
2
7,333333333
9
RFI
6
4
4,666666667
7
3
6
10
RTE
8
2
7,333333333
10
0
10
5,166666667
Rata-rata Nilai Maksimum
10
Gain
0,475862069
0
10
238
7,466666667 10
0
10
Lampiran 17. Perhitungan Nilai Gain Uji Coba Lapangan
Jawaban Benar Jawaban Salah No. Nama Siswa
Nilai
Jawaban Benar Jawaban Salah
Nilai
Pretest
Pretest
Pretest
Posttest
Posttest
Posttes
1
YF
6
4
4,666666667
6
4
4,666666667
2
AF
7
3
6
8
2
7,333333333
3
DS
4
6
2
6
4
4,666666667
4
ADFA
6
4
4,666666667
8
2
7,333333333
5
AFM
7
3
6
8
2
7,333333333
6
AAD
4
6
2
6
4
4,666666667
7
AGP
7
3
6
8
2
7,333333333
8
AS
5
5
3,333333333
6
4
4,666666667
9
ANAR
4
6
2
7
3
6
10
ARS
5
5
3,333333333
7
3
6
11
ABS
7
3
6
10
0
10
12
AND
8
2
7,333333333
9
1
8,666666667
13
AMU
7
3
6
9
1
8,666666667
14
BWN
8
2
7,333333333
10
0
10
239
15
BAH
4
6
2
6
4
4,666666667
16
BFW
5
5
3,333333333
8
2
7,333333333
17
DFS
6
4
4,666666667
8
3
7
18
DF
7
3
6
8
2
7,333333333
19
DNPR
6
4
4,666666667
8
2
7,333333333
20
FSP
4
6
2
7
3
6
21
FNA
7
3
6
9
1
8,666666667
22
F
5
5
3,333333333
7
3
6
23
LAR
5
5
3,333333333
7
3
6
24
JYAM
7
3
6
9
1
8,666666667
25
YA
7
3
6
9
1
8,666666667
26
RT
9
1
8,666666667
8
2
7,333333333
27
FIYSP
6
4
4,666666667
8
2
7,333333333
4,716049383
Rata-rata Nilai Maksimum
10
Gain
0,436915888
0
10
240
7,024691358 10
0
10
Lampiran 18. Surat Izin Penelitian
241
242
243
Lampiran 19. Surat Keterangan Validasi Ahli
244
245
Lampiran 20. Dokumentasi Penelitian
(Uji Coba One to One)
(Uji Coba One to One)
(Uji Coba One to One)
246
(Uji Coba Kelompok Kecil)
(Uji Coba Kelompok Kecil)
(Uji Coba Kelompok Kecil)
247
(Uji Coba Lapangan)
(Uji Coba Lapangan)
248
Lampiran 21. Design Media KIT IPA Cahaya
(Design box KIT)
(Design kotak percobaan saat berbentuk kotak memanjang)
249
(Design kotak percobaan saat berbentuk kecil)
(Design kotak percobaan dari samping)
(Design Sekat Percobaan)
250
(Design sekat percobaan)
251