April 2016 PENGEMBANGAN JURUS TUNGGAL PENCAK SILAT UNTUK USIA 9 sd 12 tahun Oleh: Dr. Johansyah Lubis, M.Pd 1 (University of state Jakarta) Abstract This study aims to: (1) develop a model of a single moment for ages 9-12 years, (2) determine the effectiveness of the development of a single moment of Pencak Silat. This study is a research and development is done in 5 steps by adapting the research and development according to Sugiyono model consists of: needs assessment, analysis of product development, variations of exercises to develop proper stance models, designing and testing products, and revise product. Validate the contents of the product is carried out by several experts in coaching martial arts moves, child development and learning of motion. Tryout products involved 20 athletes bebera college students to the fundamentals of martial arts in Jakarta. The use of experiments involving 30 elementary school student athletes from Jakarta. Data collection instruments such as interview guides general, field studies, validation and observation sheet for the model, assessment rubrics, and the ability of a single moment. The result of this study is a model of a single moment of martial arts for elementary school students aged 9 -12 years. According to experts, the art of martial arts trainer (stance), and the test results, it can be concluded that the model of a single moment for primary school students aged 9-12 is more effective to improve the basic stance on age. Keywords: development, single Kick, Pencak Silat, aged 9-12 years Pendahuluan Pencak Silat adalah cabang olahraga beladiri yang berasal dari Indonesia, yang sampai saat ini terus mengalami perkembangan, baik dari segi organisasi maupun dalam peraturan pertandingan. Diakomodirnya peraturan pertandingan usia pra-remaja usia 9-13 tahun, menandakan PB IPSI terus mengatisipasi minat masyarakat akan pertandingan Pencak silat. Kesiapan PB IPSI ini harus didukung terhadap oleh perkembangan yang ada dengan tidak melupakan prinsip-prinsip pertumbuhan dan perkembangan anak. Jurus tunggal yang dipertandingakan saat ini adalah jurus baku, istilah Baku memberi pengertian bahwa jurus tersebut merupakan satu bentuk Penulis adalah pengajar di Universitas Nasional Jakarta dan saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Pembinaan Prestasi KONI Pusat
1
1
April 2016 keterampilan yang kompleks yang terdiri dari berbagai macam gerak dan jurus, baik tangan kosong maupun senjata. Sedangkan di dalam jurus tunggal jurus baku itu terdiri dari 7 jurus tangan kosong, 3 jurus senjata golok dan 4 jurus senjata tongkat, dengan waktu penampilan 3 menit. Sama gerakannya dengan usia remaja dan dewasa. Anak usia pra remaja adalah usia anak SD yang berkisar antara 6 – 12 tahun menurut Seifert dan Haffung memiliki tiga jenis perkembangan :1) Perkembangan fisik ; 2) Perkembangan Kognitif; 3) Perkembangan Psikososial; Perkembangan Fisik menurut sumantri (2005) adalah hal tersebut mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan tulang. Pada usia 10 tahun baik laki-laki maupun perempuan tinggi dan berat badannya bertambah kurang lebih 3,5 kg. Namun setelah usia remaja yaitu 12 -13 tahun anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada lakilaki.mBerdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana pengembangan jurus tunggal untuk cabang olahraga pencak silat usia 9 – 12 tahun?
Landasan Teori Pengembangan model merupakan rangkaian proses yang berkelanjutan yang berkaitan dengan model sebelumnya, evaluasi atlet saat ini, dan fondasi keilmuan yang sangat kuat. Salah satu penelitian yang relevan dan dapat selalu digunakan yaitu penelitian
dan
pengembangan
(research
and
development).
Penelitian
dan
Pengembangan merupakan penelitian yang tidak digunakan untuk menguji teori. Apa yang dihasilkan diuji dilapangan kemudian direvisi sampai hasilnya memuaskan. Menurut Sugiyo (2009) penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Kemudian menurut Sukmadinata (2005) dan Dwiyogo (2004) dikatakan penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan. juga memberikan pendapat bahwa penelitian pengembangan merupakan penelitian yang berorientasi untuk menghasilkan atau mengembangkan produk, misalnya mengembangkan model sekolah olahraga, mengembangkan kurikulum pendidikan jasmani, mengembangkan strategi/ metode 2
April 2016 pembelajaran
olahraga,
mengembangkan
media
pembelajaran
olaharaga,
mengembangkan buku teks pembelajaran olahraga dan sebagainya. Dalam hal ini penelitian yang akan dikembangkan adalah pengembangan model latihan jurus tunggal. Penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2009), adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut yang terdiri dari sepuluh langkah antara lain: (1) Potensi dan masalah, (2)Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi produk, (8) Uji coba pemakaian, (9) Revisi produk, (10) Produksi massal
Konsep Model yang Dikembangkan Jurus tunggal merupakan satu bentuk keterampilan yang kompleks yang terdiri dari berbagai macam gerak dan jurus, baik tangan kosong maupun senjata. Dalam buku peraturan di sebutkan bahwa: Kategori tunggal adalah pertandingan pencak silat yang menampilkan seorang pesilat memperagakan kemahirannya dalam jurus baku tunggal secara benar, tepat dan mantap, penuh penjiwaan dengan tangan kosong dan bersenjata. Sedangkan di dalam jurus tunggal jurus baku itu terdiri dari 7 jurus tangan kosong, 3 jurus senjata golok dan 4 jurus senjata tongkat, dengan waktu penampilan 3 menit. Dalam pertandingan katagori tunggal, seorang pesilat menampilkan jurus tunggal baik tangan kosong, senjata golok dan toya harus dengan urutan gerak atau jurus dengan benar selama 3 menit.
Karakteristik Anak Sekolah Dasar Siswa
sekolah
dasar
merupakan
kelompok
anak
yang
berusia
7-12
tahun.Secara fisik anak laki-laki cenderung lebih baik daripada anak perempuan. Antara keduanya secara fisik belum begitu tampak perbedaan otot- otot tubuh yang menonjol. Karakteristik peserta didik usia 6-12 tahun menurut Nursidik Kurniawan (2005), sebagai berikut. a) Senang bermain; b) Senang bergerak. c) Senang bekerja dalam kelompok; d) Senang merasakan atau melakukan atau memperagakan sesuatu secara langsung. Perkembangannya pada usia 6-12 tahuan menurut Syamsu Yusuf (2006: 178-184) adalah: a) Perkembangan intelektual; b) Perkembangan bahasa: c)
3
April 2016 Perkembangan social: d) Perkembangan emosi: e) Perkembangan moral: f) Perkembangan keagamaan; g) Perkembangan motorik Pengembangan jurus tunggal pencak silat untuk usia 9-12 tahun, disusun berdasarkan perkembangan usia sekolah dasar atau pra-remaja, Sehingga didapat analisa otot yang dominan pada teknik jurus tunggal yang dilakukan. Dari hasil analisa tersebut maka dapat dihasilkan rancangan jurus tunggal yang akan dikembangkan seperti gerak lokomotor dan non lokomotor, sedangkan gerak manipulatif di hilangkan.
Metodologi Penelitian Tujuan penelitian dan pengembangan jurus tunggal untuk cabang olahraga pencak silat, secara khusus memiliki beberapa tujuan antara lain: Mengembangkan jurus tunggal untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar pada usia 9 – 12 tahun. Tujuan akhir dari penelitian pengembangan ini adalah menghasilkan produk berupa jurus tunggal usia pra-remaja 9-12 tahun yang dibuat dalam bentuk buku pedoman yang berisikan gerakan jurus tunggal untuk cabang olahraga pencak silat, Tempat penelitian ini dilaksanakan di Padepokan TMII dan Sekolah SD antara lain: SD SD, Waktu Penelitian ini direncanakan selama 4 (dua) bulan yaitu pada bulan Agustus-Nopember 2014. Sasaran dalam penelitian pengembangan jurus tunggal untuk usia sekolah dasar atau pra-remaja usia 9-12 tahun. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode Research & Development (R&D) untuk mengembangkan dan memvalidasi produk berupa jurus tunggal untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar SD. Menurut Sugiyono (2009; 407) penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Metode penelitian dan pengembangan yang digunakan dari sugiyono yang memiliki langkah-langkah sebagai berikut: Potensi dan masalah
Pengum pulan data
Desain Produk
Validasi desain
Revisi Desain
Gambar 1. Langkah-langkah Model Research and Development Produksi masal
Revisi Produk
Ujicoba Pemakai an
Revisi Produk
Uji Coba Produk
4
April 2016 Sumber: Sugiyono. Metode Penelitian dan Pengambangan (1) potensi masalah (kajian pustaka, pengamatan subyek, persiapan laporan pokok persoalan) (2) pengumpulan data (3) desain produk (4) validasi desain (5) Melakukan revisi terhadap produk (6) Melakukan uji produk. (7) Melakukan revisi produk (berdasarkan saran-saran dan hasil uji coba). (8) ujicoba pemakaian (9) revisi produk (10) Produk masal (membuat laporan mengenai produk). Pengambilan keputusan terhadap analisis data tersebut dilakukan dengan melihat nilai koofisien reliabilitas hasil perhitungan. Apabila koofisien reliabilitas hitung lebih lebih besar koofisien reliabilitas tabel maka item tersebut dianggap reliabel, begitu juga sebaliknya apabila koofisien reliabilitas. hitung lebih kecil dari koofisien reliabilitas tabel maka item tersebut dianggap tidak reliablel. Hasil penghitungan derajat reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1 Hasil Penghitungan Derajat Reliabilitas No Instrumen Tes r. hitung r. Korelasi Keterangan 1 Kemampuan 0.867 r.hitung>r.tabel Instrument tes Kebenaran Gerak reliable 2 Kemampuan 0.982 r.hitung>r.tabel Instrument tes kemantapan gerak reliable Ket: r. tabel 5% = 0.456 berdasarkan tabel 1. Maka instrument tes yang disusun dinyatakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. Dengan r hitung yang mendekati nilai koefisien korelasi 1.0. Semakin tinggi koefesien korelasi maka berarti konsistensi antara hasil pengenaan antara dua tes itu semakin baik dan hasil ukur kedua tes dikatakan semakin reliable. 1) Uji Coba Pemakaian Uji coba pemakaian, bertujuan untuk mengetahui kekurangan atau hambatan yang muncul selama proses pelaksanaan jurus tunggal di beberapa tempat yang berbeda serta subjek yang berbeda. 2) Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis data deskriptif kualitatif dilakukan pada hasil observasi analisis kebutuhan untuk memperjelas masalah yang ada sehingga memperkuat latar belakang penelitian dan pada data saran perbaikan dari para validator dan observer untuk diambil kesimpulan sebagai bahan revisi. 5
April 2016 Rentangan skor pada angket validasi produk ada lima, yaitu: (1) skor 1 untuk penilaian sangat tidak sesuai, (2) skor 2 untuk penilaian tidak sesuai, (3) skor 3 untuk penilaian cukup sesuai, (4) skor 4 untuk penilaian sesuai, dan (5) skor 5 untuk penilaian sangat sesuai. variasi jurus tunggal yang disusun dianggap layak untuk diujicobakan uji coba produk maupun uji coba pemakaian apabila secara kuantitatif. Rumus untuk menghitung hasil validasi oleh ahli untuk produk yang dikembangkan adalah sebagai berikut: 1) Rumus untuk mengolah data secara keseluruhan ahli. P = ΣX
x
100 %
ΣXi
Keterangan: P = Persentase hasil validitas ahli Σ X = Jumlah keseluruhan jawaban ahli Σ Xi = Jumlah keseluruhan skor maksimal 100% = Konstanta Berdasarkan kriteria penilian di atas, diperoleh standar kualitas draf jurus tunggal dengan rincian sebagai berikut: a) Draf variasi jurus tunggal yang dikembangkan dinyatakan valid dan digunakan apabila rata-rata skor yang diperoleh ≥ 60%. b) Draf variasi jurus tunggal yang dikembangkan dinyatakan tidak valid dan tidak digunakan/ disempurnakan apabila rata-rata skor yang diperoleh ≤ 60%. Rentangan skor pada angket observasi pada uji coba produk maupun uji coba pemakaian ada lima, yaitu: (1) skor 1 untuk penilaian sangat tidak sesuai, (2) skor 2 untuk penilaian tidak sesuai, (3) skor 3 untuk penilaian cukup sesuai, (4) skor 4 untuk penilaian sesuai, dan (5) skor 5 untuk penilaian sangat sesuai. variasi jurus tunggal yang disusun dianggap layak untuk diujicobakan uji coba produk maupun uji coba pemakaian apabila secara kuantitatif. Penghitungan skor menurut Saifuddun Azwar (2004) mencapai standar minimal kelayakan. Norma kategorisasi yang digunakan sesuai ketentuan sebagai berikut.
6
April 2016
Tabel 2. Norma Kategorisasi Formula Kategori X < (μ-1,0σ) rendah (tidak sesuai/tidak efektif) (μ-1,0σ) ≤ X < (μ+1,0σ) sedang (cukup sesuai/cukup efektif) (μ+1,0σ) ≤ X tinggi (sesuai/efektif)
5. Merevisi Produk Dari satu kali uji coba diperoleh draf produk awal, sehingga bentuk produk masih dianggap belum final. Hasil penilaian dan saran perbaikan terhadap hasil uji coba skala besar serta catatan lapangan digunakan sebagai materi revisi produk untuk menyusun produk akhir. Produk akhir yang dihasilkan berupa jurus tunggal untuk cabang olahraga tingkat pelajar SD. Produk akhir nantinya akan dirangkum dalam bentuk buku pedoman pelaksanaan jurus tunggal untuk atlet pencak silat pelajar. Hasil Penelitian
Secara keseluruhan terdapat tiga tujuan umum yang hendak diungkap dalam studi pendahuluan atau analisis kebutuhan, yaitu: (1) seberapa mampu siswa pelajar usia 9-12 tahun menguasai jurus tunggal; (2) seberapa penting pengembangan model jurus tunggal untuk siswa pelajar 9-12 tahun; dan (3) kendala dan dukungan apakah yang dijumpai dalam pengembangan model jurus tunggal untuk usia 9-12 tahun. Berdasarkan tujuan umum tersebut maka peneliti melakukan studi pendahuluan dengan menggunakan instrumen wawancara yang mendalam (in-depth interview) kepada pelatih pencaksilat khususnya pelatih seni serta melakukan survei karena tujuan utamanya adalah melakukan persiapan teknis dengan menjajaki lebih dahulu karakteristik subyek penelitian dan tempat yang akan dilakukan penelitian dan pengembangan. Hasil studi pendahuluan atau temuan lapangan selanjutnya dideskripsikan dan dianalisis sehingga dapat diperoleh suatu rumusan hasil data yang telah dikumpulkan. Rumusan hasil ini bersifat deskriptif dan analitis, dengan mengacu kepada tujuan studi pendahuluan. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil analisis kebutuhan dan temuan lapangan yang diperoleh peneliti 7
April 2016
Tabel 2. Hasil Analisis Kebutuhan dan Temuan Lapangan No 1
2
3
4
No 5
6
Butir Pertanyaan Temuan Apa saja materi yang diberikan pelatih sudah memberikan berbagai dalam latihan jurus tunggal untuk macam latihan jurus tunggal untuk atlet pelajar usia 9-12 tahun? meningkatkan kemampuan keterampilan dasar atlet, contohnya teknik dasar serangan tangan dan tungkai Apakah latihan jurus tunggal selalu Latihan jurus tunggal diberikan setiap diberikan setiap latihan? kali latihan jurus berdasarkan urutan rangkaian jurus. Bagaimana senjata yang tersedia Senjata tunggal dan toya sangat sulit untuk kegiatan latihan jurus tunggal di peroleh dalam latihan jurus tunggal ? jika siswa yang berlatih banyak, kendala ini sulit diatasi, hanya bisa dig anti dengan kayu dan toya seadanya, sehingga penggunaannya dengan bergantian. Gerakan dan teknik dengan senjata sangat sulit bagi siswa 9-12 tahun. Bagaimana antusiasme atlet dalam Atlet merasa senang dengan jurus mengikuti latihan jurus tunggal tanggal tangan kosong, tetapi saat memasuki jurus senjata sering melakukan kesalahan mengingat faktor kesulitan cukup tinggi,
Butir Pertanyaan Temuan Upaya yang dilakukan agar atlet Selama ini pelatih sudah berupaya tertarik dalam mengikuti proses agar atlet tertarik mengikuti proses latihan teknik jurus tunggal. latihan dengan memodifikasi berbagai macam gerak dan media yang sudah ada. Apakah dibutuhkan pengembangan Secara umum pelatih sangat model lain yang dapat membutuhkan berbagai macam dipergunakan dalam latihan jurus model latihan jurus yang variatif tunggal? terutama dengan penggunaan alat sederhana dan yang sebelumnya belum pernah dilakukan. hal ini dikarenakan ketergantungan para pelatih pada model latihan yang standar menyebabkan pola latihan yang kurang variatif dan cenderung membosankan bagi atlet.
8
April 2016
Dari hasil pengamatan langsung di lapangan juga ditemukan, 1) Peneliti menemukan beberapa atlet tidak konsisten dalam gerak ketika melakukan teknik jurus tangan kosong. Hal tersebut diakibatkan atlet terlalu banyak variasi gerak yang mendekati sama, 2) Atlet masih mengalami kesulitan dalam mengontrol gerakan. Hal tersebut diakibatkan atlet belum memahami fungsi dari gerakan atau teknik ini, masih bersifat hapalan gerak saja. 3) Peneliti menemukan atlet masih mengalami kelelahan dan terjadi ketidak stabilan ketika melakukan teknik jurus tunggal silat. Hal ini terjadi pada jurus ke 5 dan seterusnya, sehingga mempengaruhi kemampuan skill siswa. 4) Dari hasil wawancara dengan atlet, ditemukan atlet sering merasa kelelahan pada posisi kuda-kuda rendah dan tidak konsistensi gerakan tangan. Berdasarkan hasil observasi tersebut dirasa perlu dilakukan pengembangan model latihan jurus tunggal sesuai dengan usia siswa 9-12 tahun. maka peneliti merasa perlu untuk mengembangkan model latihan jurus tunggal yang ada dengan tidak terlalu banyak merubah yang sudah baku, model disesuaikan dengan aturan dan ketentuan yang sudah ada. Fokus pengembangan meliputi aspek urutan gerak dan keindahan dan kemantapan gerak yang cocok untruk usia 9-12 tahun dengan memberikan petunjuk alur gerak dan manfaat gerak. Berdasarkan analisis kebutuhan tersebut, peneliti melakukan diskusi dengan pembimbing sekaligus dosen ahli pencak silat dan pelatih seni silat dan ahli biomekanika. Dari hasil diskusi diputuskan untuk melakukan pengembangan model latihan jurus tunggal untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar usia 9 -12 tahun. Model latihan jurus tunggal dipilih karena kebutuhan akan belajar jurus tunggal yang banyak, tetapai sering frustasi ketika terlalu banyaknya yang harus dikuasai. model latihan ini mengurangi penggunaan senjata golok dan toya yang merupakan gerakan manipulatif. Latihan ini juga merupakan salah satu model latihan tahanan yang Berdasarkan analisis kebutuhan dan analisis biomekanika maka peneliti mengembangkan model latihan jurus untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar 9-12 tahun. Peneliti mengharapkan produk yang dihasilkan dapat: (1) 9
April 2016 membantu meningkatkan kemampuan belajar jurus tunggal atlet, (2) menambah variasi model latihan jurus cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar, (3) memotivasi atlet untuk melakukan latihan silat, dan (4) membantu pelatih dalam meningkatkan kondisi kebugaran siswa. 1. Draf Produk Awal Draf produk awal pengembangan variasi model latihan jurus terdiri dari 7 rangkaian jurus tangan kosong yaitu digambarkan lebih detai alur gerak, nama gerak dan posisi sudut gerak dan manfaatnya. 2. Hasil Validasi Ahli (Expert Judgement) Validasi ahli atau evaluasi produk awal dilakukan untuk mengevaluasi produk awal, memberikan masukan untuk perbaikan dengan melakukan analisis konseptual yang selanjutnya dilakukan revisi dan divalidasi. Dalam penelitian ini expert judgement dilakukan untuk mendapatkan masukan tentang rancangan awal draf awal model variasi latihan jurus untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar 9-12tahun. Validasi dilakukan oleh tiga orang ahli materi yaitu (1) Tulus Pribadi, Pelatih jurus
Nasional, (2) Hendro Wardowo, Dosen Pencak silat dan (3) Eko Wahyudi ahli pencak silat (pelatih pencak silat). Validasi dilakukan untuk mendapatkan masukan tentang draf awal variasi model latihan jurus untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar yang akan dikembangkan. Evaluasi dilakukan dengan cara memperlihatkan draf rancangan variasi model latihan jurus untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar, dengan disertai lembar evaluasi untuk ahli. Lembar evaluasi berupa angket yang berisi kisi-kisi model, angket penilaian dan saran serta komentar terhadap rancangan variasi model latihan jurus untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar yang dikembangkan. Hasil evaluasi berupa nilai untuk kwalitas variasi model dan masukan serta komentar terhadap rancangan variasi model latihan JURUS untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar menggunakan skala likert 1-5. Skor dan kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) skor 5 apabila jawaban yang diberikan "sangat sesuai"; (2) skor 4 apabila jawaban yang diberikan "sesuai"; (3) skor 3 apabila jawaban yang diberikan "cukup sesuai"; (4) skor 2 apabila jawaban yang diberikan "tidak sesuai" dan skor 1 apabila jawaban yang diberikan “sangat tidak sesuai”.
10
April 2016
3. Revisi Desain Setelah mendapatkan rancangan variasi model latihan jurus untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar yang valid selanjutnya akan di uji cobakan pada kelompok yang terbatas dengan tujuan untuk mendapatkan informasi apakah variasi model latihan jurus tersebut efektif untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot atlet pencak silat tingkat pelajar. Berdasarkan data di atas kemudian dilakukan analisis uji-t amatan ulangan untuk mengetahui efektifitas variasi model latihan jurus. Sebelum melakukan analisis data uji-t amatan ulangan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dan uji homogenitas. Statistik uji yang digunakan adalah uji normalitas Lilliefors KolmogorovSmirnov dan Shapiro-Wilk dan uji homogenitas Levene. Hasil uji normalitas, uji homogenitas, dan uji-t amatan ulangan data tes awal dan tes akhir setiap tes adalah sebagai berikut. 1. Kemampuan Kebenaran Gerak Tabel 2. Hasil Analisis Uji Normalitas kemampuan kebenaran gerak Kemampuan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Kebenaran Statistik df Signifikansi Statistik df Signifikansi Gerak Tes Awal
0.153
20
0.200*
0.919
20
0.096
Tes Akhir
0.174
20
0.115
0.912
20
0.071
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi hitung (p-value) hasil uji normalitas Lilliefors Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk untuk tes awal kemantapan
gerak secara berturut-turut adalah 0.200 dan 0.096, sedangkan p-value tes akhir kemantapan gerak secara berturut-turut adalah 0.115 dan 0.071. Jadi, p-value uji normalitas untuk data tes awal dan tes akhir lebih besar dari pada 0.05, artinya kedua data berasal dari populasi yang menyebar normal.
11
April 2016
Tabel 3. Hasil Analisis Uji Homogenitas kemantapan gerak Levene df1 df2 Signifikansi Statistik kemantapan gerak
Berdasar Mean
0.019
1
38
0.892
Dari tabel 3 nampak bahwa pada data kemantapan gerak memiliki nilai signifikansi hitung sebesar 0.892. Jadi, nilai signifikansi hitung data kemantapan gerak lebih besar dari pada 0.05, artinya data tersebut memiliki varian yang homogen. Setelah diketahui bahwa data tes awal dan tes akhir kemantapan gerak
berdistribusi normal dan homogen, uji-t amatan ulangan dapat diterapkan. Analisis uji-t amatan ulangan tes kemantapan gerak adalah sebagai berikut. Tabel 4. Hasil Analisis Uji-t Amatan Ulangan Tes Kemantapan gerak Paired Differences 95% Confidence Std. Std. Mean Error Interval of the Deviation Difference Mean Lower Upper Tes Kemantapan gerak
6.900
t
2.017 0.451 5.956 7.844 15.299
df 19
Sig. (2-tailed) .000
Dari tabel 4 diketahui bahwa nilai t hitung dari uji-t amatan ulangan adalah 15.299 pada taraf signifikansi 5%, nilai ini lebih besar dari t-tabel yaitu 2,093 (t hitung = 15.299 > t tabel = 2,093). Jadi, terdapat perbedaan yang signifikan antara tes akhir dan tes awal kemantapan gerak. Dengan demikian, variasi model latihan jurus untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar efektif untuk meningkatkan kemantapan gerak pada pada atlet pencak silat tingkat pelajar.
Pembahasan
12
April 2016 Beberapa faktor pendukung yang dialami selama melakukan penelitian antara lain: 1) Proses penelitian mendapat dukungan penuh oleh insan pencak silat baik atlet maupun pelatih; 2) Pemilihan ahli yang tepat serta memiliki waktu luang untuk melakukan diskusi tetang model yang dikembangkan sangatlah membantu dalam proses pelaksanaan penelitian. Sedangakan faktor yang dianggap sebagai penghambat dalam pengembangan model ini adalah: 1) Penggunaan matras sebagai alas sangat diperlukan, terkadang dibeberapa tempat latihan agak susah mencari matras; 2) Faktor cuaca yang tidak dapat di prediksi seperti hujan terkadang menjadi halangan untuk melakukan latihan di luar ruangan. Kekuatan dan kelemahan produk atau keterbatasan penelitian antara lain sebagai berikut: 1) Variasi model latihan jurus merupakan model latihan yang baru sehingga atlet tidak merasa bosan; 2) Variasi model latihan jurus untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan dan hasil wawancara dengan pelatih, sehingga produk yang dihasilkan benar-benar merupakan kebutuhan di bidang pencak silat; 3) Variasi model latihan jurus untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar merupakan hasil dari serangkain uji coba sehingga menghasilkan variasi model yang layak dan efektif untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot atlet pencak silat; 4) Dapat di manfaatkan oleh pelatih dan siswa anak usia 9-12 tahun. Beberapa kekurangan produk variasi model latihan jurus untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar antara lain: 1) Pelaksanaan variasi model latihan jurus membutuhkan buku yang harus dimilikinya dari luar sehingga membebani pembiayaan sekolah/ club; 2) Untuk dapat berlatih sendiri diperlukan buku yang lebih menarik dengan gambar dan berwarna, perlu membuat sehingga diperlukan biaya untuk pembuatan hal tersebut.
Kesimpulan Berdasar pada hasil penelitian, maka dapat diambil suatu kesimpulan yaitu, menghasilkan draf produk berupa jurus tunggal untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar usia 9-12 tahun. yang terdiri atas 7 jurus tangan kosong. Adapun jurus tersebut adalah; (1) jurus 1 rangkaian gerak maju kedepan (2) jurus 2 rangkaian maju 13
April 2016 samping kanan (3) jurus 3 rangkaian gerak maju ke depan (4) jurus 4 rangkaian gerak maju ke samping kiri (5) jurus 5 rangkaian gerakan pada posisi di tempat (6) jurus 6 rangkaian gerakan maju kedepan dan melompat mundur ke belakang (7) jurus ke 7 rangkaian gerakan sapuan di tempat dan tending belakang. Pada akhir tahap penelitian dapat ditarik pula kesimpulan bahwa jurus tangan kosong cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar efektif untuk meningkatkan penguasaan hapalan dan makna gerakan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji coba produk dengan menggunakan metode eksperimen. Pada perhitugan hasil tes penguasaan gerakan yang dilakukan dengan uji-t amatan ulang, 100% hasil t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung > t tabel). Hal tersebut berarti bahwa ada peningkatan yang signifikan antara tes awal dan tes akhir. Artinya, penguasaan jurus tunggal untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar 9-12tahun efektif untuk meningkatkan penguasaan jurus tunggal pada atlet pencak silat tingkat pelajar 9-12tahun. Implikasi pada pengembangan model jurus tunggal dalam meningkatkan kemampuan jurus tunggal atlet tingkat pelajar. Ada beberapa implikasi dari hasil penelitian ini yang dapat dikemukakan sebagai berikut. Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan kemampuan belajar jurus tunggal atlet dengan menggunakan jurus tunggal tangan kosong untuk cabang olahraga pencak silat tingkat pelajar. Hasil penelitian ini berimplikasi pada beberapa hal di antaranya adalah pentingnya pemberian latihan yang benar dan sesuai dengan karakteristik pelajar usia 9-12 tahun.. Kedua, perlunya variasi model latihan jurus tunggal perlu dikembangan untuk gerak lokomotor dan non lokomotor. Sedangkan untuk jurus senjata di tiadakan.
14
April 2016 DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002. Azwar, Saifuddin. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004 -------. Penyususnan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004 Baker, Robert L. dan Richard E. Schutz. Instructional Product Research. New York: D. Van Nostrand Company, 1972. Banathy, Bella. Instructional System. Belmont. CA: Fearon Publisher, 1968. Bompa, Tudor O. Total Training for Young Champions, New York: Versa Press, 2000. Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010. Dwiyogo, D. Wasis. ”Langkah-langkah Penelitian Pengembangan” Disajikan dalam Lokakarya Nasional Angkata II, Metodologi Penelitian Pengembangan Bidang Pendidikan dan Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang, 2002. ------. ”Konsep Penelitian & Pengembangan”, Disajikan pada Lokakarya Metodologi Penelitian Jurusan Kepembelajaran Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Malang: Universitas Negeri Malang, 2004. Gay, L. R. Educational Research: Competencies for Analysis and Application. USA: Prentice-Hall, 1996. Husdarta, J.S. dan Nurlan Kusmaedi. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik Olahraga dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta, 2010. Lee, Kisik and Robert de Bondt. Total Archery. Samick Sports CO.,LTD 2005. Lubis, Johansyah. Panduan Praktis Penyusunan Program Latihan. Jakarta: Rajawali Pers, 2013. ______________, Panduan praktis Pencak silat. Jakarta: Rajawali Pers, 2014. Prasetyo, Zuhdan K. Research and Development Pengembangan Berbasis Penelitian,staff.uny.ac.id/KULIAH%20UMUM%20Research%20and%20Develop ment. (diakses 8 November 2013). Sajoto. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan kondisi fisik dalam olahraga. Jakarta: Dahara Prize, 1999. 15
April 2016 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2009. --------. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. 2009. Sukmadinata,Nana S. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PPs UPI dan PT Remaja Rosdakarya, 2005. Suparman, M. Atwi. Desain Instruksional Modern. Jakarta: Universitas Terbuka, 2012. Sunarto dan Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Walter, Dick, Lou Carey, James O. Carey. The Systematic Design of Instruction. Ohio: Pearson New Jersey Columbus, 2009.
16