Pengelolaan Program Kursus .... (Linda Rismawanti)
223
PENGELOLAAN PROGRAM KURSUS TATA RIAS DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA COSMETOLOGY PROGRAM MANAGEMENT COURSES IN THE LEARNING ACTIVITIES GALLERY (LAG) KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh:
Lindha Rismawanti, Pendidikan Luar Sekolah
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) pengelolaan program kursus tata rias di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bantul; 2) keberhasilan pengelolaan program kursus tata rias di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bantul; 3) faktor pendukung dan penghambat pengelolaan program kursus tata rias di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik purposive. Subjek penelitian ini adalah ketua penyelenggara, tutor dan warga belajar. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan melalui tahap reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pengelolaan program kursus tata rias di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bantul meliputi enam tahap, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian dan pengembangan. 2) Bentuk keberhasilan pengelolaan program kursus tata rias di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bantul dilihat dari ketercapaian tujuan program yaitu kemampuan, keterampilan serta ilmu pengetahuan peserta bertambah setelah mengikuti program, peserta dapat meningkatkan mata pencaharian dibidang rias pengantin, melestarikan budaya jawa, peserta kursus dapat mengetahui pakem gaya rias pengantin dan langkah-langkah rias pengantin sesuai pedoman yang berlaku. Peserta kursus tahun 2015 yang dapat membuka usaha mandiri 6 orang, dan 5 orang lainnya dapat bekerja dengan orang lain. 3) faktor pendukung terlaksananya program kursus tata rias di Sanggar Kegiatan belajar (SKB) Bantul adalah ruang, baju dan aksesoris yang memadai, narasumber yang sudah berkompeten dan profesional, materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta, serta antusias dari warga belajar dalam mengikuti kegiatan. Sedangkan faktor penghambat program tersebut meliputi dana, alat untuk merias kurang memadai, tidak tersedianya model untuk dirias, serta ada beberapa peserta yang terlambat saat mengikuti kegiatan kursus.
Kata kunci: pengelolaan program, kursus tata rias Abstract
This study aimed to describe: 1) the program management courses in cosmetology Learning Activities Gallery (LAG) Bantul; 2) successful management of courses cosmetology program at Learning Activities Gallery (LAG) Bantul; 3) the enabling and inhibiting factors of cosmetology program management courses in Learning Activities Gallery (LAG) Bantul. Research that uses descriptive qualitative approach. Selection of subjects study was done by using purposive technique. The subjects of this research students are chief organizers, educator and residents learn. Techniques of data collection is done by using observation, interviews, and documentation. Data analysis was performed through a phase of a data reduction, data display, and conclusion. The validity test of research data is done by using triangulation. The results showed that: 1) the management program cosmetology courses in Learning Activities Gallery (LAG) Bantul includes six stages, including planning, organizing, mobilization, training, assessment and development. 2) the success of the program management course cosmetology in Learning Activities Gallery (LAG) Bantul seen from the achievement of program objectives including the ability, skills and knowledge of participants increased after the program, participants can improve the livelihood of the field of bridal, preserve Javanese culture, course participants can find grip style bridal and bridal measures according to the guidelines and regulations. 2015 course participants are able to be self-6, and 5 others can work with others. 3) factors supporting the implementation of the program courses cosmetology at Learning Activities Gallery (LAG) Bantul is a space, clothes and accessories are adequate, speakers who are already competent and professional, learning materials appropriate to the
224
Jurnal Elektronik Mahasiswa PLS Vol 5, No. 7 Tahun 2016
needs of participants, as well as the enthusiasm of the learners in follow the activities. While the inhibiting factors include the following program funds, tool to apply makeup inadequate, unavailability of models for makeup and there are some participants who are late while following the course activities. Key word : program management, cosmetology courses
Pengelolaan
PENDAHULUAN Menurut Simamora (1995: 287) dalam
serangkaian
program
kegiatan
merupakan merencanakan,
Mustofa (2012: 4) mengartikan pelatihan sebagai
mengorganisasikan,
serangkaian aktivitas yang dirancang untuk
mengendalikan
meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan,
upaya dalam mengatur dan mendayagunakan
pengalaman ataupun perubahan sikap seorang
sumber daya manusia, sarana dan prasarana
individu. Baik dari segi implementasi maupun
secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
relevansinya program kecakapan hidup (life skill)
organisasi yang telah ditetapkan (Sudjana, 2004:
penting dalam menghadapi persaingan global.
17).
Pelatihan merupakan bagian pendidikan yang
menyangkut
proses
belajar
untuk
dan
Sanggar merupakan
menggerakkan, mengembangkan
Kegiatan
unit
pelaksana
Belajar teknis
segala
(SKB) Dinas
memperoleh dan menigkatkan keterampilan di
Pendidikan Kabupaten/Kota di bidang pendidikan
luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam
luar sekolah (nonformal). Sanggar kegiatan
waktu
dengan
belajar (SKB) Bantul memiliki beberapa program
menggunakan metode yang lebih mengutamakan
yang dikembangkan yang berorientasi pada
praktik dari pada teori (Instruksi Presiden No.15
pemberdayaan
tahun 1974 dalam Mustofa, 2012: 4).
program kursus tata rias seperti yang tengah
yang
relatif
singkat,
dan
Kursus tata rias merupakan salah satu
masyarakat,
salah
satunya
dikembangkan SKB.
disamping
Salah satu program unggulan di SKB
memberdayakan seseorang atau masyarakat juga
Bantul yang memiliki pengelolaan program yang
bertujuan membekali keterampilan yang nantinya
baik adalah program kursus tata rias. Pada
dapat dipergunakan untuk menciptakan peluang
program kursus tata rias di SKB Bantul, peserta
usaha mandiri. Di dalam kehidupan masyarakat,
didik atau warga belajar dibekali pengetahuan
baik dalam kondisi masyarakat desa maupun
keterampilan tata rias pengantin, sehingga di
kota, dalam keadaan perekonomian yang biasa
dorong menjadi masyarakat berdaya yang gemar
maupun yang maju, pernikahan itu selalu ada. Hal
merias baik untuk kepentingan pribadi maupun
ini memberikan sebuah peluang yang cukup besar
melayani kebutuhan masyarakat. Kursus tata rias
bagi masyarakat untuk berwirausaha dibidang tata
tersebut berdiri sejak tahun 1997, dan dapat
rias. Agar tujuan program dapat dicapai secara
dikatakan program yang sudah cukup berhasil.
optimal dan maksimal membutuhkan pengelolaan
Program
yang serius.
diselenggarakan sesuai kebutuhan masyarakat
program
pelatihan
yang
kursus
tata
rias
SKB
Bantul
Pengelolaan Program Kursus .... (Linda Rismawanti)
dengan
menggunakan
metode
pembelajaran
225
Waktu dan Tempat Penelitian
ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan praktik.
Penelitian ini dilakukan di lembaga Sanggar
Pengelolaan program kursus tata rias
Kegiatan Belajar (SKB) Bantul yang terletak di
memiliki kelebihan pada metode pembelajaran
Jalan Imogiri Barat Km.7, Bangungharjo, Sewon,
serta evaluasi yang dilakukan. Disamping itu,
Bantul, DIY. Waktu penelitian dimulai dari bulan
dalam pembelajaran program tersebut lebih
Juli hingga September 2015.
ditekankan
pada
praktiknya.
Yakni
20%
pemberian teori dan 80% praktik, sehingga lebih
Subjek Penelitian Subjek penelitian merupakan sumber data
banyak melakukan praktik dari pada teori. Pengelolaan yang efektif dan efisien pada program kursus tata rias sangat diperlukan agar kebutuhan warga belajar terpenuhi. Pengelolaan yang baik akan menjadi tolak ukur keberhasilan lembaga dalam memberikan layanan pendidikan
Program kursus tata rias diharapkan dapat menciptakan sumber daya manusia yang mandiri, berfikiran
maju
permasalahan
dan
kreatif.
Pengelolaan yang baik berdasarkan fungsi-fungsi manajemen akan sangat berpengaruh terhadap
yang
akan
diteliti.
Teknik
pengambilan sumber data atau subjek penelitian menggunakan
teknik
purposive.
Sugiyono
(2014:301) menyatakan bahwa penentuan sumber data
yang berkualitas dan profesional.
profesional,
yang dapat memberikan informasi terkait dengan
pada
data
orang
yang
diwawancarai
dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 5 orang, yang terdiri dari 1 orang ketua penyelenggara program, 2 orang tutor program kursus tata rias, dan 3 orang warga belajar program kursus tata rias.
keberhasilan program. Berdasarkan pemaparan di atas, maka
Prosedur Penelitian
dalam penelitian ini peneliti membahas tentang
Penelitian dilakukan dengan observasi
permasalahan “Pengelolaan Program Kursus Tata
awal mengenai pengelolaan program kursus tata
Rias
(SKB)
rias yang berjalan di SKB Bantul guna menyusun
Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta”.
proposal penelitian. Selanjutnya, setelah proposal
di
Sanggar
Kegiatan
Belajar
selesai peneliti membuat instrumen penelitian. METODE PENELITIAN
Kemudian peneliti mengambil data dan informasi
Jenis Penelitian
ke lapangan, selanjutnya dimulailah pelaksanaan
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan
deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang
dengan
dapat memberikan gambaran lengkap mengenai
dokumentasi. Data penelitian diperoleh melalui
pengelolaan program kursus tata rias di Sanggar
teknik pengumpulan data yang digunakan disertai
Kegiatan Belajar (SKB) Bantul, mulai dari
dengan pedoman penelitian. Pengolahan data
perencanaan hingga evaluasi dan juga faktor-
dilakukan sejak awal pengambilan data hingga
faktor yang mempengaruhi keberhasilan program
akhir pengumpulan data. Hasil olahan data
tersebut.
disajikan ke dalam hasil penelitian.
teknik
wawancara,
observasi,
dan
226
Jurnal Elektronik Mahasiswa PLS Vol 5, No. 7 Tahun 2016
metode
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi
dokumentasi.
(2009:240)
Menurut
dokumen
merupakan
Sugiyono catatan
instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu
peristiwa yang sudah berlalu. Adapun dokumen-
sendiri (Sugiyono, 2014:305). Instrumen dalam
dokumen yang ada di SKB Bantul terkait dengan
penelitian ini adalah peneliti sendiri yang
pengelolaan program kursus tata rias, yakni
selanjutnya dibantu dengan alat pengumpul data,
pengorganisasian,
yaitu
pengembangan, serta keberhasilan program.
pedoman
wawancara,
observasi,
dan
dokumentasi. Pedoman-pedoman tersebut akan
Menurut
Nasution
dalam
Sugiyono
evaluasi,
Teknik Analisis Data
Bogdan dan Biklen dalam Lexy Moleong
digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data terkait dengan permasalahan yang akan diteliti.
penggerakan,
(2005:248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
(2009:226) observasi adalah ilmu pengetahuan.
mengorganisasikan
Sama halnya dengan Marshall dalam Sugiyono
menjadi
(2014:310)
“through
mensintesiskannya, mencari, dan menemukan
observation, the researcher learn about behavior
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
and the meaning attached to those behavior”.
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
Melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku
diceritakan pada orang lain. Penelitian ini
dan makna perilaku tersebut. Dalam penelitian
mengacu pada model analisis data Miles and
ini, peneliti mengamati lokasi penelitian, keadaan
Huberman.
atau situasi lokasi penelitian, profil lembaga,
meliputi reduksi data, display data, dan penarikan
kondisi pengelola, tutor, warga belajar, serta
kesimpulan.
pengelolaan program kursus tata rias.
Aktivitas analisis data yang dilakukan dalam
menyatakan
bahwa
Metode pengumpulan data lain yang
kesatuan
data, yang
Komponen
memilah-milahnya dapat
dalam
dikelola,
analisis
data
penelitian pengelolaan program kursus tata rias
terstruktur.
yaitu mereduksi temuan data yang diperoleh yang
Menurut Moleong (2005:190) bahwa wawancara
dilakukan dengan cara memilih data yang
terstruktur
diperlukan
digunakan
adalah
adalah
wawancara
wawancara
yang
sesuai
dengan
fokus
penelitian.
pewawancaranya menetapkan sendiri masalah
Selanjutnya, menyajikan hasil temuan data yang
dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.
sudah direduksi dan terakhir menarik kesimpulan
Metode wawancara digunakan untuk memperkuat
terkait dengan fokus penelitian yaitu pengelolaan
hasil observasi. Wawancara yang dilakukan
program kursus tata rias Sanggar Kegiatan
dalam penelitian ini terkait dengan pengelolaan
Belajar
program
Yogyakarta.
tata
rias,
faktor
pendukung
dan
(SKB)
Bantul
Daerah
Istimewa
penghambat beserta keberhasilan program kursus tata rias yang dilihat dari ketercapaian tujuan program dan juga kebermanfaatan program. Selain itu, metode pengumpulan data lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai pengelolaan program kursus tata rias di
Pengelolaan Program Kursus .... (Linda Rismawanti)
227
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bantul Daerah
pembelajaran. Pengembangan program kursus
Istimewa Yogyakarta yaitu:
tata rias yaitu berkaitan dengan perbaikan
Hasil Penelitian
program dimasa yang akan datang, yakni
1. Pengelolaan program kursus tata rias di SKB
dilihat dari evaluasi program.
Bantul
meliputi
yaitu
2. Bentuk keberhasilan pengelolaan program
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
kursus tata rias di SKB Bantul dilihat dari
pembinaan, penilaian dan pengembangan.
ketercapaian
Tahap perencanaan dalam program kursus tata
bertambahnya kemampuan, keterampilan serta
rias
identifikasi
ilmu pengetahuan peserta setelah mengikuti
kebutuhan yang disesuaikan dengan potensi
program, peserta dapat meningkatkan mata
lokal
pencaharian
SKB
enam
Bantul
dan
tahap,
meliputi
kebutuhan
Mengidentifikasi
sasaran
program
dibidang
rias
diantaranya
pengantin,
dengan
melestarikan budaya jawa, peserta kursus
menentukan syarat yang harus dipenuhi untuk
dapat mengetahui pakem gaya rias pengantin
menjadi peserta. Pelaksanaan program kursus
dan langkah-langkah rias pengantin sesuai
tata rias SKB Bantul dilakukan 3 (tiga) kali
pedoman yang berlaku. Peserta kursus sering
seminggu.
program
mengikuti lomba dan mendapatkan juara,
tersebut meliputi materi umum, inti dan
ditetapkannya SKB sebagai TUK (Tempat Uji
penunjang, sedangkan penyusunan kurikulum
Kompetensi) oleh LSK (Lembaga Sertifikasi
mengacu pada kurikulum rias pengantin dari
Kompetensi), mendapat juara III TUK tahun
pusat yakni Dirjen PAUDNI. Metode yang
2011. Peserta kursus tahun 2015 yang dapat
digunakan adalah ceramah, tanya jawab (20%)
membuka usaha mandiri 6 orang, dan 5 orang
dan praktik (80%) dengan media pembelajaran
lainnya dapat bekerja dengan orang lain.
Materi
calon
masyarakat.
tujuan
pembelajaran
berupa buku diklat, papan tulis serta bahan dan
3. Faktor pendukung pengelolaan program kursus
alat merias. Dalam hal pengorganisasian,
tata rias SKB Bantul yaitu ruang, baju dan
struktur kepengurusan program kursus tata rias
aksesoris yang memadai, narasumber yang
di SKB Bantul terdiri dari penanggung jawab,
sudah berkompeten dan profesional, materi
ketua, sekretaris, bendahara dan narasumber.
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
Penggerakan atau motivasi dilakukan dengan
peserta, serta antusias dari warga belajar dalam
pendekatan komunikasi supaya warga belajar
mengikuti
aktif dalam mengikuti program kursus tata
pengelolaan program kursus tata rias SKB
rias. Bentuk pembinaan program kursus tata
Bantul
rias yakni dengan adanya paguyuban rias
(makeup) kurang memadai, tidak tersedianya
pengantin pandan wangi sebagai wadah untuk
model untuk dirias, serta ada beberapa peserta
saling bertukar pikiran serta sebagai sarana
yang terlambat saat mengikuti kegiatan kursus.
silahturahmi. Terdapat 2 jenis evaluasi dalam program kursus tata rias yaitu evaluasi proses pembelajaran
dan
hasil
akhir
program
kegiatan.
adalah
dana,
Faktor
alat
penghambat
untuk
merias
Pembahasan
Berdasarkan
hasil
penelitian,
terdapat beberapa pokok pembahasan, yaitu:
maka
228
Jurnal Elektronik Mahasiswa PLS Vol 5, No. 7 Tahun 2016
1. Pengelolaan program kursus tata rias di
program terdiri dari 2 orang, jumlah peserta
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bantul
didik yang mengikuti program minimal 10
meliputi enam tahapan yaitu perencanaan,
orang, dana program kursus
pengorganisasian, penggerakan, pembinaan,
anggaran pendapatan dan belanja negara,
penilaian dan pengembangan. Hal tersebut
pemerintah,
sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen yang
masyarakat. Untuk struktur kepengurusan
dikemukakan oleh Sudjana (2004, 52-56),
program kursus tata rias di SKB Bantul terdiri
yaitu terdiri dari enam fungsi yang berurutan
dari penanggung jawab, ketua, sekretaris,
yaitu:
bendahara dan narasumber. Penggerakan atau
perencanaan,
penggerakan,
pengorganisasian,
pembinaan,
penilaian,
dan
motivasi
P2PNFI,
dilakukan
yaitu dari
serta
dengan
swadaya
pendekatan
pengembangan. Kegiatan yang dilakukan pada
komunikasi supaya warga belajar aktif dalam
tahap
identifikasi
mengikuti program kursus tata rias. Bentuk
kebutuhan yang disesuaikan dengan potensi
pembinaan program kursus tata rias yakni
lokal
dengan adanya paguyuban rias pengantin
perencanaan
dan
meliputi
kebutuhan
Mengidentifikasi
calon
masyarakat. dengan
pandan wangi. Menurut Sudjana (2004),
menentukan syarat yang harus dipenuhi untuk
pembinaan adalah upaya untuk memelihara
menjadi peserta. Pelaksanaan program kursus
efisiensi
tata rias SKB Bantul dilakukan 3 (tiga) kali
dengan yang telah direncanakan dalam upaya
seminggu.
program
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
tersebut meliputi materi umum, inti dan
Paguyuban rias pengantin pandan wangi
penunjang, sedangkan penyusunan kurikulum
sebagai wadah untuk saling bertukar pikiran
mengacu pada kurikulum rias pengantin dari
tentang kesulitan yang dialami saat merias,
pusat yakni Dirjen PAUDNI. Metode yang
model tata rias yang baru, info seminar dan
digunakan adalah ceramah, tanya jawab (20%)
pekerjaan serta sebagai sarana silahturahmi.
dan praktik (80%) dengan media pembelajaran
Anderson (1978) dalam Sudjana (2004: 254-
berupa buku diklat, papan tulis serta bahan dan
259) merumuskan tujuan penilaian yaitu
alat
memberikan
Materi
merias.
sasaran
pembelajaran
Tahap
selanjutnya
dalam
dan
efektivitas
masukan
kegiatan
untuk
sesuai
perencanaan
pengelolaan program yaitu pengorganisasian.
program, memberi masukan untuk keputusan
Pengorganisasian
tentang
merupakan
kegiatan
kelanjautan,
perluasan
dan
mengidentifikasi dan memadukan sumber-
penghentian program, memberikan masukan
sumber yang diperlukan ke dalam kegiatan
untuk
yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan
program, memperoleh informasi tentang faktor
yang telah ditetapkan. Sumber-sumber itu
pendukung dan penghambat serta memberi
meliputi tenaga manusia, fasilitas, alat-alat,
masukan untuk memahami landasan keilmuan
dan biaya yang tersedia atau yang dapat
bagi penilaian. AS Horbnby (Fakhrudin,
disediakan
Fasilitas
2011, p.1) mendefinisikan evaluasi adalah to
pembelajaran sudah cukup baik, narasumber
find out, decide the ammount or value yang
(Sudjana,
2004).
keputusan
tentang
memodifikasi
Pengelolaan Program Kursus .... (Linda Rismawanti)
artinya suatu upaya untuk menentukan nilai
Bantul
dan jumlah. Terdapat 2 jenis evaluasi dalam
(makeup) kurang memadai, tidak tersedianya
program kursus tata rias yaitu evaluasi proses
model untuk dirias, serta ada beberapa peserta
pembelajaran
yang terlambat saat mengikuti kegiatan kursus.
pembelajaran. pengembangan
dan
hasil
Menurut adalah
akhir
program
Sudjana
(2004),
perluasan
dan
peningkatan kegiatan yang telah dan/atau sedang dilakukan. Pengembangan program kursus tata rias yaitu berkaitan dengan perbaikan program dimasa yang akan datang, yakni dilihat dari evaluasi program. 2. Bentuk keberhasilan pengelolaan program kursus tata rias di SKB Bantul dilihat dari ketercapaian
tujuan
program
diantaranya
bertambahnya kemampuan, keterampilan serta ilmu pengetahuan peserta setelah mengikuti program, peserta dapat meningkatkan mata pencaharian
dibidang
rias
pengantin,
melestarikan budaya jawa, peserta kursus dapat mengetahui pakem gaya rias pengantin dan langkah-langkah rias pengantin sesuai pedoman yang berlaku. Peserta kursus sering mengikuti lomba dan mendapatkan juara, ditetapkannya SKB sebagai TUK (Tempat Uji Kompetensi) oleh LSK (Lembaga Sertifikasi Kompetensi), mendapat juara III TUK tahun 2011. Peserta kursus tahun 2015 yang dapat membuka usaha mandiri 6 orang, dan 5 orang lainnya dapat bekerja dengan orang lain. 3. Faktor pendukung pengelolaan program kursus tata rias SKB Bantul yaitu ruang, baju dan aksesoris yang memadai, narasumber yang sudah berkompeten dan profesional, materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta, serta antusias dari warga belajar dalam mengikuti
kegiatan.
Faktor
penghambat
pengelolaan program kursus tata rias SKB
adalah
dana,
alat
untuk
229
merias
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu pengelolaan program kursus tata rias di SKB Bantul meliputi enam
tahapan.
Adapun
tahapan
tersebut
mencakup tahap perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
pembinaan,
penilaian,
dan
pengembangan. Keberhasilan program kursus tata rias di SKB Bantul dilihat dari ketercapaian tujuan program,
yakni
bertambahnya
pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan warga belajar dalam hal tata rias pengantin. Di samping itu, warga belajar sering mengikuti lomba-lomba dan mendapatkan ditetapkan
juara
sehingga
SKB
sebagai
TUK
(Tempat
Bantul Uji
Kompetensi) oleh LSK (Lembaga Sertifikasi Kompetensi) mendapat juara III tahun 2011. Peserta kursus tahun 2015 yang dapat membuka usaha mandiri 6 orang, dan 5 orang lainnya dapat bekerja dengan orang lain. Dalam pelaksanaanya, terdapat faktor pendukung
dan
penghambat
terlaksananya
program kursus tata rias. Faktor pendukung pelaksanaan program tata rias yaitu ruang, baju dan aksesoris yang memadai, narasumber yang sudah berkompeten dan profesional, materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta, serta antusias dari warga belajar dalam mengikuti
kegiatan.
Sedangkan
faktor
230
Jurnal Elektronik Mahasiswa PLS Vol 5, No. 7 Tahun 2016
penghambat program tersebut adalah dana, alat untuk merias (makeup) kurang memadai, tidak tersedianya model
untuk
dirias,
serta ada
beberapa peserta yang terlambat saat mengikuti kegiatan kursus. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan, maka dapat diajukan beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai saran, yakni pengelolaan program kursus tata rias akan berjalan lebih baik apabila di dalam pelaksanaannya, tutor penting memberikan materi tentang
berwirausaha.
Ketepatan
sarana prasarana pembelajaran program tata rias perlu
diperhatikan
sehingga
dapat
menunjang terlaksananya program kursus tata rias dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Corbin, Juliet & Anselm Strauss. (2007). Dasardasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. D,
Meleong, Lexy. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Santoso Tien. (2010). Tata Rias dan Busana Pengantin Seluruh Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
waktu
pembelajaran program kursus tata rias serta
juga
Kamil Mustofa. (2012). Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta.
Sudjana. (2004). Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production.
Ernie Tisnawati Sule & Kurniawan Saefullah. (2005). Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wibowo, (2007). Manajemen Perubahan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Arnady, M., & Prasetyo, I. (2016). Evaluasi Program Kecakapan Hidup di Sanggar Kegiatan Belajar Bantul, Yogyakarta. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 3(1), 60-74. doi:http://dx.doi.org/10.21831/jppm.v3i1.63 03 Widodo, W. (2015). Pengelolaan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) pada Era Otonomi Daerah. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 2(1), 94-106. doi:http://dx.doi.org/10.21831/jppm.v2i1.48 46