Vol. 1, No. 1, November 2009
ISSN : 2085-8817
DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP TERJADINYA KAVITASI PADA SUDU POMPA SENTRIFUGAL Jenny Delly Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Haluoleo, Kendari
Abstrak Kavitasi merupakan fenomena perubahan phase uap dari zat cair pada fluida yang mengalir. Perubahan tersebut dapat diakibatkan turunnya tekanan maupun naiknya temperatur. Kavitasi dapat terjadi di suction pompa, sudu pompa maupun di pipa. Indikasi kavitasi adalah timbulnya gelembung-gelembung uap, suara bising maupun vibrasi. Efek kavitasi pada pompa adalah turunnya unjuk kerja (performance). Akibat lanjutan kavitasi pada casing dan sudu menimbulkan lubang-lubang (pitting) pada dinding casing maupun permukaan sudu. Pada penelitian ini divariasikan temperature fluida yang diduga berpengaruh terhadap terjadinya kavitasi pada sudu pompa sentrifugal. Untuk mengetahui terjadinya kavitasi parameter yang digunakan untuk mengamati adalah angka Thoma (p), visualisai dengan Gambar yang terdeteksi. Semakin tinggi temperatur, maka semakin besar kemungkinan terjadinya kavitasi pada sudu. Hal ini juga terjadi dengan semakin turunnya tekanan hisap. Intensitas kavitasi dapat dilihat dengan perubahan distribusi tekanan arah radial, angka kavitasi (p ), visualisasi dengan Gambar.
Abstract Cavitation is a phenomenon of the change to vapor phase from liquid in liquid flow. The change can be resulted from the reduced pressure and also raised temperature. Cavitation can be happened in pump suction, pump impeller and also in pipe. Cavitation indications include the formation of vapor bubbles, noise and vibration. Cavitation effects on pumps are decreasing of work performance, casing and impeller pump pitting. The research was performed using a centrifugal pump with following variations : suction pressure, temperature, capacity and impeller rotation. These variations are conjectimed having effects on cavitations in a centrifugal pump impeller. Methods used to indicate cavitations are Tahoma number (σp), visualization with picture.. Keywords: centrifugal pump, impeller, cavitations, cavitations number, visualization, vibration.
1. PENDAHULUAN Dalam dunia industri, perhotelan, pertanian, maupun rumah tangga, pompa merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam hal pendistribusian cairan (terutama air). Dalam memompa cairan, pompa sentrifugal memegang peranan yang amat penting, karena paling banyak penggunaannya. Karena banyaknya penggunaan tersebut, maka dibutuhkan pompa sentrifugal yang unjuk kerjanya memadai. Unjuk kerja pompa sentrifugal ditandai dengan besarnya efisiensi, head, dan kapasitas pompa tersebut apabila digunakan dengan daya yang sama.
Gambar 1. Penggunaan Pompa sentrifugal pada bidang penanggulangan banjir
21
Vol. 1, No. 1, November 2009
ISSN : 2085-8817
DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Pada Gambar 1 adalah contoh penggunaan pompa sentrifugal dalam bidang penanggulangan banjir yang sering terjadi di Surabaya. Untuk memperbaiki unjuk kerja tersebut, maka dibutuhkan penelitian dan kajian yang mendalam untuk mendapatkan karakteristik pompa sentrifugal yang diinginkan. Penelitian ini dikhususkan untuk mempelajari variasi tekanan sepanjang arah radial pada impeller akibat adanya kavitasi. Karena dalam prakteknya kavitasi merupakan masalah utama yang terjadi pada pompa sentrifugal yang mengakibatkan turunnya unjuk kerja pompa tersebut. Gelembung-gelembung uap dapat terjadi pada zat cair yang sedang mengalir, baik didalam pompa maupun di dalam pipa. Pada pompa sentrifugal penurunan tekanan sampai tekanan terendah terjadi pada sisi hisap. Bila penurunan tekanan ini sampai dibawah tekanan uap jenuhnya maka akan menyebabkan terbentuknya gelembung-gelembung uap, lalu berkembang dan bergerak mengikuti aliran zat cair sampai ke daerah tekanan yang lebih tinggi, selanjutnya gelembung uap tersebut akan pecah akibat tekanan sekelilingnya. Proses inilah yang disebut kavitasi.
cavitasi (Soyama, 1992). Kerusakan ini bisa terjadi pada sudu (blade) maupun pada casing. Pada Gambar 3 adalah salah satu contoh kerusakan sudu yang disebabkan oleh terjadinya kavitasi. Disamping terjadi kerusakan mekanis, pompa sentrifugal juga akan mengalami penurunan head, kapasitas maupun efisiensinya apabila cavitasi terjadi pada sudu. Walaupun telah banyak penelitian yang berkaitan dengan timbulnya dan proses terjadinya kavitasi, tetapi penelitian yang secara khusus membahas kavitasi pada sudu pompa sentrifugal belum banyak dilakukan. Beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian kavitasi pada sudu antara lain Gultom (2001), Taufik (2003). Friedrichs dan Kosyna (2002), Bakir dkk (2003), mendapatkan hubungan angka kavitasi (σ) dengan koefisien head (ψ) pada pompa sentrifugal Angka kavitasi Thoma (P) di temukan oleh Thoma pada tahun 1931 (Taufiq 2003), yang pada mulanya digunakan untuk mengetahui proses kavitasi yang terjadi pada turbin. Besaran ini menunjukkan perbandingan antara beda tekanan suction dan tekanan uap jenuh pada temperatur cairan terhadap kuadrat kecepatan cairan tersebut. Angka kavitasi (p) ini diekspresikan sebagai: p s pvp (1) p 1 v 2 dimana : p ps pvp v∞
Gambar 2 Kerusakan sudu pompa akibatkavitasi Pompa sentrifugal yang dioperasikan dalam kondisi kavitasi akan menimbulkan suara bising yang diakibatkan gelembung-gelembung uap pecah secara kontinyu karena tekanan sekelilingnya. Getaran berintensitas tinggi akan muncul ketika gelembung udara pecah mengenai casing pompa. Fenomena kavitasi yang terjadi dalam sudu pompa sentrifugal akan menyebabkan kerusakan–kerusakan mekanis yaitu dengan terjadinya lubang-lubang yang disebut erosi
22
: Angka kavitasi Thoma : Tekanan pada saction (N/m2) : Tekanan uap jenuh pada temperatur cairan tersebut (N/m2) : Massa jenis cairan (kg/m3) : Kecepatan Freestream
Bilangan ini merupakan parameter untuk menunjukkan kapan saat terjadinya kavitasi (cavitation inception). Parameter ini mempunyai nilai yang berbeda-beda untuk setiap jenis cairan, karena setiap cairan mempunyai kemampuan yang berbeda untuk melarutkan beberapa gas. U-M water test (Michigan of University Test) menetapkan bahwa air murni (H2O) akan mengalami kavitasi pada saat angka kavitasi p = 0,008 dan untuk air raksa (Hg) akan mengalamai kavitasi saat p mencapai –0,002. Electric de France Test menganalisa pengaruh gas yang terlarut dalam pada cairan terhadap p. Pada cairan yang mengandung 2,33% gas-gas yang terlarut seperti Argon dan Helium akan mengalami kavitasi untuk p mencapai 0,18 (Gultom 2001 dan Taufik 2003). Pada pompa sentrifugal, angka kavitasi dirumuskan tersendiri oleh Franz dkk (1996) dan Friedrichs (2002) dengan persamaan yang lebih mudah untuk dipahami. Yaitu dengan persamaan:
Vol. 1, No. 1, November 2009
ISSN : 2085-8817
DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin
i
2( p i p v ) u1
(2)
dimana: i pi pv
: angka kavitasi pompa : tekanan pada titik i (N/m2) : tekanan uap jenuh fluida (N/m2) : massa jenis fluida (kg/m3)
u1
: kecepatan peripherial masuk (m/s)
langsung dari manometer yang terpasang. Tekanan uap jenuh merupakan tekanan uap yang paling tinggi yang dapat dicapai oleh fluida tersebut pada suhu tertentu. Kavitasi terjadi bila head tekanan di dekat sudu inlet lebih kecil dari pada head tekanan uap jenuhnya. Pa,Ta
Mekanisme aliran fluida didalam pompa sentrifugal mengikuti persamaan Euler’s (Euler’s equation) sepanjang streamline dan tegak lurus (normal) terhadap streamline yang diekspresikan pada Gambar 4.
Ps,Ts
Gambar 4. Perhitungan NPSH pada instalasipompa. y
g
n
s
Dari skema Gambar 5 dapat dituliskan persamaan sebagai berikut: 2 2 pa Va p v Z a s s Z s H ls 2g 2g
R2
R
(5)
R
2
1
+
x
Gambar 3. Aliran sepanjang dan tegak lurus stream line.
1 p V V s s (3)
1 p V 2 n R
ps p v a s Z s H ls 2g (6) 2
H s Ha
vs H z H ls 2g
(7) Dimana Hs : tekanan statik yang dibaca pada pressure gage dan sisa energi dalam bentuk head kecepatan. Total Head pada sisi hisap adalah:
(4)
H hisap H s Dari persamaan 3 dan 4 menunjukkan terjadinya peningkatan tekanan fluida dari R1 menuju R2. Fluida yang masuk ke dalam pompa dengan arah axial dibelokkan secara tegak lurus mengikuti lengkung sudu. Hal ini mengakibatkan efek percepatan fluida kearah gaya putar dengan putaran sudu dan terkumpul di volute/diffuser yang kemudian fluida meninggalkan pompa. Daerah discharge dari pompa mengumpulkan fluida yang akan meninggalkan impeller. Fenomena kavitasi berkaitan dengan tinggi tekanan hisap (suction head) pompa. Tinggi tekanan hisap (Hsv) merupakan tinggi tekan total ekuivalen pada sumbu pompa yang telah dikurangi dengan tekanan uap jenuhnya. Tinggi tekan total ekuivalen didasarkan pada tekanan statis yang ada di suction dan kecepatan aliran pada daerah tersebut. Tekanan statis dapat dibaca
v hisap
2
2g
(8) dimana: v s vhisap Jika persamaan (7) digabung dengan persamaan (8) akan dihasilkan: Hhisap= Ha –Hz - Hls (9) Hhisap – Hvp = Ha Hz – Hvp – Hls (10) Jadi,Hsv = Ha Hz – Hvp – Hls (11) dimana : Hsv : net positive suction head Ha : tinggi tekan akibat tekanan absolut pada permukaan cairan dimana pompa melakukan penghisapan. Hal ini merupakan tekanan atmosfer bila tangki tersebut terbuka, atau merupakan tekanan absolut bila pompa mengisap dari tanki yang tertutup.
23
Vol. 1, No. 1, November 2009
ISSN : 2085-8817
DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Hz :ketinggian yang di ukur dari sumbu impeler baik diatas pompa maupun dibawah pompa. Hvp : head yang diakibatkan oleh tekanan uap cairan pada temperatur cairan. Hls : head yang hilang akibat gesekan, akibat gesekan antara permukaan cairan sampai masuk pada flens hisap pompa.
Bak Penampungan
Flow Meter
Valve 2
Pompa Vakum Preser gage 3
Valve 1
Ada dua definisi dari NPSH, yaitu NPSH yang tersedia (NPSHA) dan NPSH yang dibutuhkan pompa NPSHR. NPSHA didasarkan pada kondisi-kondisi cairan yang akan dipompa, lokasi pompa dan sebagainya. Sedang NPSHR diperoleh dari pabrik pompa yang bersangkutan. NPSHA harus sama atau lebih besar dari NPSHR untuk menghindari adanya kavitasi.
Vibrasi diukur dengan memakai tranduser yang dihubungkan dengan data logger untuk dianalisa. Gambar 5 adalah sketsa untuk menghitung head pompa.
Preser gage 1
2. Metode Penelitian
Untuk menghindari terjadinya kavitasi sewaktu mencatat data tekanan tiap variasi, maka dilakukan identifikasi range terjadinya kavitasi. Adapun range yang teridentifikasi adalah: 1. Pengujian pada temperatur 30oC dan 45oC tekanan hisap minimum -15 cmHg, kapasitas 100% dan putaran 1400 rpm. 2. Pengujian pada temperatur 60oC tekanan hisap minimum -10 cmHg, kapasitas 100% dan putaran 1400 rpm.
Level Air
Metode penelitian merupakan penjelasan mengenai langkah-langkah pengujian, peralatan yang digunakan dan prosedur penelitian yang meliputi: Instalasi penelitian Persiapan alar ukur Prosedur penelitian
Preser gage 2
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
Tangki Hisap
Termo Meter
Pompa sentrifugal
P9 P10 P11 P12 P13 P14
Heater
Gambar 5. Gambar Instalasi Penelitian
Dengan adanya range tersebut, maka kavitasi dapat terhindar, selama pengambilan data tekanan meskipun beberapa variasi dilakukan. Pompa uji menghisap air dari tangki hisap, yang juga berfungsi sebagai tangki vakum. Selanjutnya distribusi tekanan sepanjang sudu arah dicatat. Valve-1 berfungsi sebagai pengatur kapasitas kemudian air ditampung dalam tandon air sebagai cadangan dan penyuplai tangki hisap. Pada dinding hisap pompa dipasang tube yang dihubungkan dengan manometer U air raksa. Antara tandon air dengan tangki vakum diberi valve-2 (pengatur) supaya tekanan vakum yang diinginkan tercapai. Setelah pengujian secara kuantitatif selesai dilanjutkan dengan pengujian visualisasi, yaitu visualisasi foto dan vibrasi. Visualisai dengan foto dilakukan dengan mengamati sisi hisap yang terbuat dari bahan transparan kemudian diambil Gambar kavitasi pada sudu dengan memakai kamera digital.
24
Gambar 6. Definisi dari koordinat pompa Head pompa dihitung dengan persamaan
Head pd ps gH
(12)
Dimana: pd = tekanan discharge (N/m2) ps = tekanan hisap (N/m2) ρ = massa jenis air (kg/m3) H = tinggi manometer discharge terhadap referensi (m) Variasi yang dilakukan pada penelitian ini antara lain: Temperature hisap (oC) 30, 45, 60
Vol. 1, No. 1, November 2009
ISSN : 2085-8817
DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Satu set alat pengukur kavitasi dengan spesifikasi: 2. Motor Penggerak Pompa 3. Pompa Sentrifugal 4. Pompa vakum 5. Heater 6. Alat ukur tekanan sepanjang sudu arah radial 7. Kamera digital untuk memvisualisasi kavitasi 8. Kontrol temperatur otomatis 9. Alat ukur tekanan pada tangki hisap 10. Flow meter doppler.
3. Hasil dan Pembahasan Temperatur berpengaruh terhadap besar tekanan uap fluida yang menyebabkan angka kavitasi bervariasi akibat perubahan temperatur. Perngaruh temperatur terhadap angka kavitasi diperlihatkan pada Gambar 8. berikut: 22 21 an g ka kavit asi ( σ )
20 19 18 tekanan hisap 0 cmHg
17
tekanan hisap -5 cmHg
16
tekanan hisap -10 cmHg 15
tekanan hisap -15 cmHg
14 25
30
35
40
45
50
55
60
65
Gambar 8. Pola Aliran Fluida pada Sudu Tekanan Hisap -22 cmHg putaran 1000 rpm Temperatur 30oC Kenaikan temperatur fluida juga berpengaruh terhadap viskositasnya. Vikositas air akan menurun jika temperatur air dinaikkan. Viskositas fluida yang rendah akibat efek pemanasan menyebabkan kavitasi mudah terjadi, karena fase pembentukan uapnya semakin cepat. Viskositas semakin rendah cenderung menaikkan intensitas, hal ini dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar 10. Pada temperatur rendah intensitas kavitasi lebih kecil disebabkan viskositas lebih besar. Viskositas rendah juga mendorong tegangan permukaan menjadi lebih kecil yang menyebabkan fluida semakin mudah pecah dan mendorong terjadinya intensitas kavitasi yang lebih besar.
tem peratur oC
Gambar 7. Pengaruh temperatur terhadap angka kavitasi. Pada Gambar 8. menunjukkan hubungan antara temperatur terhadap angka kavitasi. Angka kavitasi semakin rendah jika temperatur naik. Hal ini disebabkan oleh kenaikan tekanan uap jenuh fluida. Walaupun pengaruh temperatur tidak berpengaruh signifikan terhadap disitribusi tekanan sepanjang sudu arah radial, akan tetapi temperatur sangat berpengaruh terhadap nilai angka kavitai. Visualisasi Aliran Fluida Variasi Temperatur Kenaikan temperatur mempengaruhi densitas dan tekanan uap jenuh fluida. Semakin tinggi temperatur fluida, harga densitasnya semakin menurun akan tetapi tekanan uap jenuhnya meningkat. Seperti yang telah dibahas bahwa kenaikan densitas tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan tekanan kearah radial, sehingga yang memegang pengaruh terhadap kavitasi adalah kenaikan tekanan uap jenuhnya. Pada Gambar dibawah ini memperlihatkan pengaruh kenaikan temperatur terhadap intensitas kavitasi.
Gambar 9. Pola Aliran Fluida pada Sudu Tekanan Hisap -22 cmHg putaran 1000 rpm Temperatur 45oC Effek viskositas terhadap proses perkembangan gelembung adalah kekentalan yang lebih besar akan menghasilkan penguapan diameter cavity lebih besar pula dan mengurangi kecepatan pertambahan gelembungnya. Sehingga gelembung yang terjadi pada temperatur yang lebih tinggi menyebabkan ukuran
25
Vol. 1, No. 1, November 2009
ISSN : 2085-8817
DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin gelembung lebih kecil yang disebabkan turunnya viskositas fluida. Sangat sulit menentukan energi yang dikeluarkan akibat kekentalan didalam fluida yang mempunyai tegangan permukaan, sebab kekuatan kekentalan adalah tidak hanya merupakan fungsi dari kekentalan itu saja tapi juga fungsi dari kecepatan alirannya. Kehilangan energi sangat tergantung pada kecepatan pertumbuhan gelembung, mengempisnya gelembung, dan kekentalan spesifik fluidanya. Seperti hasil penelitian Keller (1992), bahwa kenaikan kekentalan menaikkan susceptibility cavitation (Seff) yang mengakibatkan angka kavitasi semakin besar yang menyebabkan intensitas kavitasi semakin besar. Sehingga walaupun kenaikan temperatur tidak dominan menaikkan distribusi tekanan sudu arah radial, akan tetapi kenaikan temperatur justru meningkatkan intensitas kavitasi seperti yang terjadi pada Gambar 8 dan Gambar 9.
drastis, dan berarti pompa tidak mampu lagi menaikkan tekanan dan mengalirkan fluida. Dari Gambar 10 angka kavitasi yang didapat pada penelitian ini nilainya lebih besar dibandingkan dari hasil penelitian yang dilakukan Friedrichs dan Kosyna (2002). Hal ini disebabkan oleh perbedaan alat ukur yang digunakan dan karakteristik pomapa yang digunakan. Pada penelitian ini alat ukur tekanan tidak mampu membaca tekanan fasa campuran air dan gelembung uap yang menyebabkan tekanan tidak bisa terbaca sewaktu terjadi kavitasi. Disamping itu alat ukur kapasitas juga menjadi kendala utama, karena alat ukur dalam penelitian ini hanya mampu membaca kecepatan fluida yang lebih besar dari kecepatan 0,25 m/s. Walaupun demikian trend kurva hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Medvitz dkk (2002) dan Friedrichs dan Kosyna (2002).
Pengaruh Kavitasi Terhadap Karakteristik Pompa Kavitasi pada pompa ditandai dengan harga angka kavitasi. Semakin kecil angka kavitasi, akan semakin mudah terjadi kavitasi. Angka kavitasi juga menunjukkan intensitas kavitasi, semakin kecil angka kavitasi maka intensitas kavitasi semakin besar. Disamping terjadinya kavitasi dan intensitas kavitasi, angka kavitasi juga berpengaruh terhadap head koefisien. Head koefisien merupakan angka tak berdimensi yang menyatakan kemampuan pompa untuk merubah energinya (energi mekanik) menjadi head pompa.
4. Kesimpulan dan Saran
0,8
h e a d k o e f is i e n ( ψ )
0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0,0 10
12
14
16
18
20
22
Dari hasil eksperimen dan analisa yang dilakukan pada pompa uji, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Perubahan temperatur fluida pada range 30oC-60oC tidak berpengaruh signifikan terhadap distribusi tekanan sudu arah radial. 2. Pada temperatur 30oC angka kavitasi minimum nilainya 12,086 yang terjadi pada putaran 1400 rpm, tekanan hisap -15 cmHg. Dan pada temperatur 60oC angka kavitasi minimum nilainya 13,068 yang terjadi pada putaran 1400 rpm dan tekanan hisap 10 cmHg. 3. Secara visual kavitasi ditandai dengan terbentuknya gelembung uap yang nampak bervarna putih, dan terbentuk mulai dari sisi hisap. Gelembung uap yang terjadi akan semakin besar fraksinya jika putaran dinaikkan dari 1000 rpm menjadi 1400rpm, tekanan diturunkan dari -20 cmHg menjadi -25 cmHg dan temperatur dinaikkan dari 30oC menjadi 60oC cmHg.
24
angka kavitasi (σ)
Daftar Acuan Gambar 10. Grafik hubungan antara angka kavitasi dengan head koefisien.
Gambar 10 menunjukkan hubungan antara angka kavitasi dengan head koefisien, dan terlihat bahwa semakin rendah angka kavitasi semakin rendah pula head koefisien. Head koefisien akan turun semakin drastis untuk angka kavitasi dibawah angka 13 yang disebabkan mulainya terjadi kavitasi pada angka kavitasi tersebut. Untuk angka kavitasi yang lebih rendah lagi kavitasi intensitasnya meningkat yang mengakibatkan head coeffiecient menjadi turun secara
26
[1] Fox, R. W., and McDonald, A.T. [1998], Introduction to Fluid Mechanics, 5th edition, John Wiley & Sons, Inc., New York. [2] Franz, R., Acosta, J., Brenne, C.E., and Coughey, T.K. [1996], The Rotordinamic Force on a Centrifugal Pump Impeller in the Presence of Cavitation, California Institute of Technologi, Pasadena, CA. pp. 205-211. [3] Friedrichs, J. and Kosyna, G. [2002], Rotating Cavitation in a Centrifugal Pump Impeller of Low Specific Speed, Journal of Fluids engineering, vol 124, pp 356-362.
Vol. 1, No. 1, November 2009
ISSN : 2085-8817
DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin [4] Gultom, D. [2001], Study Eksperimen Pengaruh Tekanan dan Temperartur pada Kavitasi, Tugas Akhir, Teknik Mesin ITS. [5] Keller, A.P. [1992], Cavitation Inception-New Scaling Laws, Developed By Consideration of Parameter of Influence Generally Blurring Experimental Results, Proceedings of the Institution of Mechanical Engineers, Cambridge. [6] Kim, B.C. [1998], Effects of Cavitation and Plate Thickness on Small Diameter Ratio Orifice Meters, Journal of Flow Meas. Instrum, vol 8 No.2, pp. 8592, Elsevier Science Ltd, Great Britain. [7] Kimura, et al. [1995], Hydrodynamic Characteristic of a butterfly valve-Prediction of Pressure loss characteristics, ISA Transactions, No.34 pp. 319 – 326, Elsevier Science B.V. [8] Medvitz, R.B., dkk. [2002], Performance Analysis of Cavitating Flow in Centrifugal Pumps Using Multiphase CFD, Juornal of Fluids Engineering, vol. 124, pp. 377-383. [9] Rahmeyer, William,J. [1982], Cavitation Noise From Butterfly Valves, Journal of Nuclear Engineering and Design, No.72, pp. 297-301, North-Holland Publishing Company.
[10] Rahmeyer, William, J., and Chain, F. [2005], Calibration and Verification of Cavitation Testing Facilities using An Orifice, available at: www.engineering.usu.edu/cee/ downloaded on: 217-2005. [11] Soyama, H., Kato, H., and Oba, R. [1992], Prediction of Erotion Cavitation at Impeler Centrifugal Pump, Proceedings of the Institution of Mechanical Engineers, Robinson College, Cambridge. [12] Tanaka, T. and Tsukamoto, H. [1999], Transient Phenomena at Opening/Closure of Discharge Valve, Journal of Fluids Engineering, vol. 121, pp. 841-849. [13] Tanaka, T. and Tsukamoto, H. [1999], Transient Phenomena at Pump Startup/Shutdown. Journal of Fluids Engineering, vol. 121, pp. 850-859. [14] Taufiq, M.S. [2003], Studi Eksperimen Kavitasi Pada Impeler Pompa Sentrifugal, Tugas Akhir Teknik Mesin, ITS. [15] Yuli, T.S. [2003], Studi Eksperimen Identifikasi Kavitasi Pada Elbow 90o Berdasarkan Spektrum Getaran dan Tingkat Kebisingan, Tugas Akhir Teknik Mesin, ITS.
27
Vol. 1, No. 1, November 2009
ISSN : 2085-8817
DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin
28