e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU, TANGGUNG JAWAB PROFESI, INTEGRITAS, DAN OBJEKTIVITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris Pada Inspektorat di Bali) 1Ni
Made Nita Widiani, 1Ni Luh Gede Erni Sulindawati, 2Nyoman Trisna Herawati Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected], }@undiksha.ac.id Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris pengaruh tekanan anggaran waktu, tanggung jawab profesi, integritas, dan objektivitas terhadap kualitas audit. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner dan diukur dengan menggunakan skala likert. Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan proportional sampling. Populasi penelitian ini adalah auditor Inspektorat Pemerintah Kabupaten Bangli, Inspektorat Pemerintah Kabupaten Klungkung, dan Inspektorat Pemerintah Provinsi Bali. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah wajib auditor yang ada pada Inspektorat Pemerintah Kabupaten Bangli, Inspektorat Pemerintah Kabupaten Klungkung, dan Inspektorat Pemerintah Provinsi Bali yang berjumlah 42 orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS 24.0 for Windows. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial tekanan anggaran waktu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan tanggung jawab profesi, integritas, dan objektivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Kata kunci: tekanan anggaran waktu, tanggung jawab profesi, integritas, objektivitas, kualitas audit.
Abstract The purpose of this study was to empirically prove the effect of pressure of time budget, professional responsibility, integrity, and objectivity on audit quality. This research was a quantitative research using primary data obtained from the questionnaires and measured by using Likert scale. The sample selection method in this study was proportional sampling. The population of this study were the inspectorate auditors of the governments of Bangli Regency, Klungkung Regency, and Bali Province. The samples used in this study were the mandatory auditors on the inspectorate of the Governments of Bangli Regency, Klungkung Regency, and Bali Province which amounted to 42 people. The data analysis technique used was multiple linear regression analysis using SPSS 24.0 for Windows. The result of this study showed that partially the pressure of time budget had a negative and significant effect on audit quality, while professional responsibility, integrity, and objectivity had a positive and significant effect on audit quality.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Keywords: pressure of time budget, professional responsibility, integrity, objectivity, audit quality.
PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009 dinyatakan bahwa inspektorat bertugas untuk menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai unit/satuan kerja sebagai bagian yang integral dalam organisasi pemerintah daerah. Inspektorat sebagai salah satu fungsi vital dalam pemerintahan daerah mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas lain yang diberikan kepala daerah sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal. Dengan adanya pengawasan inspektorat terhadap pemerintah daerah diharapkan pengelolaan anggaran pemerintah daerah dapat mencapai tujuan tanpa adanya penyimpangan-penyimpangan anggaran. Kualitas audit inspektorat dapat dilihat dari hasil pemeriksaan auditor eksternal pemerintah, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) atas penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Fakta menunjukkan bahwa terdapat permasalahan pada kualitas audit inspektorat karena dari hasil pemeriksaan BPK RI atas 704 LKPD seluruh Indonesia yang dilaporkan pada tahun 2015 ditemukan 2.175 kasus kelemahan. BPK RI juga menemukan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan sebanyak 6.558 kasus, yang meliputi kerugian, potensi kerugian, kekurangan penerimaan, penyimpangan administrasi, ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan sehingga menyebabkan kerugian 11,49 triliun rupiah. Hasil pemeriksaan BPK RI atas 704 LKPD seluruh Indonesia yang dilaporkan pada tahun 2015 menunjukkan bahwa terdapat permasalahan pada kualitas audit inspektorat. Padahal, seharusnya temuan kelemahan dan ketidakpatuhan tersebut dapat ditemukan oleh inspektorat sebelum diperiksa oleh BPK RI. Kualitas audit inspektorat juga dapat dilihat dari opini BPK RI atas penyajian
laporan keuangan pemerintah. Opini BPK secara bertingkat terdiri dari Tidak Wajar (TW), Tidak Memberikan Pendapat (TMP), Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan yang terbaik adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Perkembangan opini BPK RI terhadap LKPD pada pemerintah daerah yang ada di Bali. Berdasarkan data perbandingan opini BPK RI Perwakilan Provinsi Bali terhadap 10 pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota di Provinsi Bali ditunjukkan bahwa hingga tahun anggaran 2015 hanya Kabupaten Bangli yang belum pernah tercatat mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten Bangli memiliki kualitas audit inspektorat yang paling rendah dibandingkan dengan pemerintah kabupaten lainnya. Fungsi pengawasan yang dilakukan inspektorat belum berjalan maksimal juga ditunjukkan berita Balipost pada tanggal 19 Februari 2013 pada kasus temuan BPK RI Perwakilan Provinsi Bali yang telah dilaporkan ke DPRD bahwa proyek di Pemerintah Provinsi Bali pada Tahun 2013 merugikan kas daerah sebesar 13,8 Miliyar. BPK RI Perwakilan Provinsi Bali mencurigai adanya penggelembungan harga satuan pada proyek-proyek Pemerintah Provinsi Bali. Permasalahan ini menunjukkan bahwa masih terdapat kelemahan kualitas audit inspektorat Provinsi Bali dalam melakukan tugas pemeriksaan terhadap laporan keuangan pada proyek-proyek Pemerintah Provinsi Bali. Permasalahan lainnya yang menunjukkan fungsi pengawasan yang dilakukan inspektorat belum berjalan maksimal terjadi pada Kabupaten Klungkung. Hal ini dibuktikan dengan opini BPK RI Perwakilan Provinsi Bali terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Klungkung yang diserahkan oleh Kepala Perwakilan BPK Perwakilan Provinsi Bali, Arman Syifa kepada Ketua DPRD Kabupaten Klungkung, I Wayan Baru dan Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta, BPK
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) memberikan Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Klungkung untuk Tahun Anggaran 2014. Kemudian, dalam pemerintahan Kabupaten Klungkung menurut hasil investigasi BPK tahun 2014 terdapat dalam penerapan standar akuntansi pemerintah, yaitu ada beberapa aset tetap dalam SKPD yang belum dilaporkan serta kepemilikan aset pemerintah daerah yang tidak jelas dan juga terdapat penatausahaan aset tetap Pemerintah Kabupaten Klungkung yang tidak tertib. Adanya peran auditor internal/peran inspektorat selaku pengawas intern pemerintah seharusnya dapat membantu pemerintah daerah dalam menyiapkan laporan keuangan pemerintah yang berkualitas. Inspektorat melakukan review terhadap laporan keuangannya. Proses review atas laporan keuangan menentukan apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan sesuai ketentuan yang berlaku. Masukan yang diberikan inspektorat dalam proses review ini akan menuntun terwujudnya laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan sehingga meningkatkan kualitas laporan keuangan daerah. Namun, pada kenyataan selama ini masih terdapat permasalahan pada kualitas audit inspektorat. Menurut McNamara dan Liyanarachchi (2008), penurunan kualitas audit disebabkan karena tekanan anggaran waktu (time budget pressure). Tekanan anggaran waktu adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dan anggaran yang sangat ketat dan kaku (Sososutikno, 2003). Anggaran waktu yang ketat sering menyebabkan auditor meninggalkan bagian program audit penting dan akibatnya menyebabkan penurunan kualitas audit. Kelley et al. (dalam Fitria, 2016) mendukung pendapat tersebut dengan menyatakan bahwa penurunan kualitas audit telah ditemukan akibat ketatnya time budget. Ketika tekanan anggaran waktu semakin bertambah tinggi dan melewati tingkat yang dapat dikerjakan, tekanan anggaran waktu akan memberikan
pengaruh yang negatif. Tekanan anggaran waktu yang ketat akan meningkatkan tingkat stres auditor, karena auditor harus melakukan pekerjaan audit dengan waktu yang ketat bahkan dalam anggaran waktu tidak dapat menyelesaikan audit dengan prosedur audit yang seharusnya. Penghentian prosedur audit, keterlambatan atau tidak tepat waktu audit, penggantian proses audit dan pengumpulan bukti yang tidak cukup akan berdampak terhadap penurunan kualitas audit (Simanjuntak, 2008). Pada hubungan tekanan anggaran waktu dengan kualitas audit, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Fonda (2014), yang menunjukkan bahwa tekanan anggaran waktu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit. Jika tekanan anggaran waktu semakin tinggi, maka kualitas audit semakin rendah. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis pertama: H1: tekanan anggaran waktu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit. Kualitas audit yang baik dapat dicapai jika auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002) ada beberapa prinsip yang harus dipatuhi auditor independen, yaitu: tanggung jawab profesi, integritas, dan objektivitas. Tanggung jawab adalah kewajiban pihak pemegang amanah untuk menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo, 2002). Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi auditor dicerminkan dalam lima dimensi, yaitu: (1) pengabdian pada profesi; (2) kewajiban sosial; (3) kemandirian; (4) kepercayaan pada profesi; dan (5) hubungan dengan rekan seprofesi (Syahrir, 2002). Auditor yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Untuk memenuhi perannya auditor membutuhkan akuntabilitas yang besar.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) pada Kongres VIII memutuskan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia, yang kemudian dijabarkan dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik IAI. Dalam kongres tersebut IAI menyatakan pengakuan tanggung jawab profesi kepada publik, pemakai jasa akuntan dan rekan. Prinsip-prinsip ini memandu dalam pemenuhan tanggung jawab profesional dan sebagai landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini menuntut komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan mengorbankan keuntungan pribadi. Salah satu prinsip tersebut adalah prinsip tanggung jawab. Kualitas audit dapat ditingkatkan dengan menjalankan proses audit berdasarkan standar auditing yang berlaku. Standar auditing merupakan ukuran kualitas pelaksanaan auditing yang berarti auditor menggunakan standar auditing sebagai pedoman dalam pelaksanaan audit dan dalam laporannya. Hal ini menunjukkan diperlukan tanggung jawab auditor agar pelaksanaan auditing sesuai dengan standar auditing. Pada hubungan tanggung jawab profesi dengan kualitas audit, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Harjanto (2014), yang menunjukkan bahwa tanggung jawab profesi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Jika tanggung jawab profesi semakin tinggi, maka kualitas audit juga semakin tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis kedua: H2: tanggung jawab profesi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Selain tanggung jawab profesi auditor, integritas juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit. Integritas merupakan keseluruhan nilai-nilai kejujuran, keseimbangan, memberi kembali, dedikasi, kredibilitas dan berbagai hal pengabdian diri pada nilai-nilai kemanusiaan dalam hidup (Sulaiman, 2010). Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip (Sunarto, 2003). Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil
pemeriksaannya. Kualitas hasil pemeriksaan merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam menilai kinerja auditor internal. Integritas merupakan kualitas yang menjadikan timbulnya kepercayaan masyarakat dan tatanan nilai tertinggi bagi anggota profesi dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan auditor untuk jujur dalam segala hal pada batasan objek pemeriksaan. Pelayanan kepada masyarakat dan kepercayaan dari masyarakat tidak dapat dikalahkan demi kepentingan dan keuntungan pribadi (Mabruri dan Winarna, 2010). Pada hubungan integritas dengan kualitas audit, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Harjanto (2014), yang menunjukkan bahwa integritas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Jika integritas semakin tinggi, maka kualitas audit juga semakin tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis ketiga: H3: integritas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Objektivitas auditor juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit. Jika semakin tinggi objektivitas auditor, maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaan (Mabruri dan Winarna, 2010). Kualitas hasil pemeriksaan merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam menilai kinerja auditor internal. Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi objektivitas dan dapat mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa objektivitas auditor tidak dapat dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan (Sukriah, et al., 2009). Standar umum dalam Standar Audit APIP menyatakan bahwa dengan prinsip objektivitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan bersikap adil dan tidak memihak. Semakin tinggi objektivitas auditor, maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Pada hubungan objektivitas dengan kualitas audit, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Yusup (2014), yang menunjukkan bahwa
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) objektivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Jika objektivitas semakin tinggi, maka kualitas audit juga semakin tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis keempat: H4: objektivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Dengan demikian, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit; (2) untuk mengetahui pengaruh tanggung jawab profesi terhadap kualitas audit; (3) untuk mengetahui pengaruh integritas terhadap kualitas audit; dan (4) untuk mengetahui pengaruh objektivitas terhadap kualitas audit. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada Inspektorat Pemerintah Kabupaten Bangli, Inspektorat Pemerintah Kabupaten Klungkung, dan Inspektorat Pemerintah Provinsi Bali. Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Variabel bebas penelitian ini adalah tekanan anggaran waktu, tanggung jawab profesi, integritas, dan objektivitas. Sedangkan, variabel terikat penelitian ini adalah kualitas audit. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor Inspektorat Pemerintah Kabupaten Bangli, Inspektorat Pemerintah Kabupaten Klungkung, dan Inspektorat Pemerintah Provinsi Bali. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang ada pada Inspektorat Pemerintah Kabupaten Bangli, Inspektorat Pemerintah Kabupaten Klungkung, dan Inspektorat Pemerintah Provinsi Bali yang berjumlah 42 orang Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuesioner. Skala yang digunakan dalam penyusunan kuesioner penelitian ini adalah skala likert. Skala likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur, sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013). Setiap pernyataan disediakan 5 (lima) alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N),
tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) uji kualitas data meliputi uji validitas dan uji reliabilitas instrumen; dan (2) analisis regresi linier berganda dengan uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Hasil uji validitas instrumen menunjukkan bahwa nilai rhitung untuk semua item lebih besar dari rtabel = 0,304 sehingga seluruh item kuesioner tekanan anggaran waktu, tanggung jawab profesi, integritas, dan objektivitas terhadap kualitas audit dinyatakan valid. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel memiliki Alpha Cronbach lebih besar dari 0,70. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kuesioner tekanan anggaran waktu, tanggung jawab profesi, integritas, dan objektivitas terhadap kualitas audit adalah reliabel. Hasil uji normalitas data menggunakan statistik KolmogiorovSmirnov menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,066. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Berdasarkan kriteria uji normalitas, data berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data tekanan anggaran waktu, tanggung jawab profesi, integritas, objektivitas, dan kualitas audit berdistribusi normal. Hasil pengujian multikolinieritas mengunakan Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan nilai VIF dari masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1. Berdasarkan nilai VIF dan tolerance, korelasi di antara variabel bebas dapat dikatakan mempunyai korelasi yang lemah. Dengan demikian tidak terjadi multikolinearitas pada model regresi linier. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser menunjukkan bahwa nilai signifikansi antara variabel bebas dengan absolut residual lebih besar dari 0,05.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Dengan demikian, tidak terjadi heteroskedastisitas. Karena hasil uji normalitas data menunjukkan data berdistribusi normal, antara variabel bebas tidak terdapat gejala multikolinearitas, dan model regresi yang digunakan tidak terdapat gejala heteroskedastisitas, maka pengujian hipotesis dengan analisis regresi linier berganda dapat dilanjutkan. Pada penelitian ini diajukan 4 (empat) hipotesis. Uji hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil uji t mengenai pengaruh tekanan anggaran waktu, tanggung jawab profesi, integritas, objektivitas terhadap kualitas audit secara parsial dapat diinterpretasikan sebagai berikut. 1. Variabel tekanan anggaran waktu memiliki koefisien regresi -0,373 dengan nilai signifikansi 0,035. Nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05, maka tekanan anggaran waktu berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan, nilai koefisien regresi yang negatif menunjukkan bahwa tekanan anggaran waktu berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Jadi, tekanan anggaran waktu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit. 2. Variabel tanggung jawab profesi memiliki koefisien regresi 0,214 dengan nilai signifikansi 0,003. Nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05, maka tanggung jawab profesi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan, nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa tanggung jawab profesi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Jadi, tanggung jawab profesi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. 3. Variabel integritas memiliki koefisien regresi 0,157 dengan nilai signifikansi 0,038. Nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05, maka integritas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan, nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa integritas berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Jadi, integritas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.
4. Variabel objektivitas memiliki koefisien regresi 0,210 dengan nilai signifikansi 0,011. Nilai signifikansi lebih kecil dari α = 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa objektivitas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan, nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa objektivitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Jadi, objektivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. PEMBAHASAN Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Kualitas Audit Hasil pengujian hipotesis pertama mengenai pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit menunjukkan nilai koefisien regresi -0,373 dengan nilai signifikansi uji t sebesar 0,035. Oleh karena itu, hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan anggaran waktu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit. Jika tekanan anggaran waktu semakin tinggi, maka kualitas audit semakin rendah. Menurut McNamara dan Liyanarachchi (2008), penurunan kualitas audit disebabkan karena tekanan anggaran waktu (time budget pressure). Tekanan anggaran waktu adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dan anggaran yang sangat ketat dan kaku (Sososutikno, 2003). Anggaran waktu merupakan estimasi waktu yang ditetapkan manager audit untuk melaksanakan suatu program audit. Penetapan anggaran waktu sendiri sebenarnya memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah sebagai metode yang efisien untuk menyusun jadwal staf, sebagai petunjuk yang penting untuk area audit yang berbeda, sebagai perangsang bagi staf auditor untuk mendapatkan kinerja yang efisien, dan sebagai alat untuk menentukan tagihan bagi klien. Anggaran waktu apabila digunakan secara tepat dapat memiliki sejumlah manfaat, yaitu sebagai metode yang efisien untuk menjadwal staf, memberikan pedoman
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) kepentingan relatif tentang berbagai bidang audit, memberikan insentif kepada staf audit untuk bekerja secara efisien, dan bertindak sebagai alat untuk menentukan honor audit. Anggaran waktu yang ketat sering menyebabkan auditor meninggalkan bagian program audit penting dan akibatnya menyebabkan penurunan kualitas audit. Kelley et al. (dalam Fitria, 2016) mendukung pendapat tersebut dengan menyatakan bahwa penurunan kualitas audit telah ditemukan akibat ketatnya time budget. Ketika tekanan anggaran waktu semakin bertambah tinggi dan melewati tingkat yang dapat dikerjakan, tekanan anggaran waktu akan memberikan pengaruh yang negatif. Tekanan anggaran waktu yang ketat akan meningkatkan tingkat stres auditor, karena auditor harus melakukan pekerjaan audit dengan waktu yang ketat bahkan dalam anggaran waktu tidak dapat menyelesaikan audit dengan prosedur audit yang seharusnya. Penghentian prosedur audit, keterlambatan atau tidak tepat waktu audit, penggantian proses audit dan pengumpulan bukti yang tidak cukup akan berdampak terhadap penurunan kualitas audit (Simanjuntak, 2008). Jadi, berkaitan dengan perilaku pengurangan kualitas audit, anggaran waktu yang ditetapkan secara ketat diduga dapat mendorong auditor untuk melakukan perilaku pengurangan kualitas audit. Pemberian insentif dan penilaian kinerja yang dilakukan berdasarkan tingkat pencapaian anggaran waktu membuat auditor menjadikan pencapaian anggaran waktu sebagai prioritas utama dalam pelaksanaan program audit. Ketika auditor dihadapkan dengan tingkat pekerjaan yang tinggi sedangkan tingkat anggaran waktu yang diberikan rendah, auditor cenderung akan melakukan Perilaku Pengurangan Kualitas Audit seperti mengurangi jumlah sampel, tidak melaksanakan sebagian prosedur audit dan menerima penjelasan klien yang meragukan. Penelitian sebelumnya yang mendukung penelitian ini dilakukan oleh Fonda (2014) melalui penelitiannya menyatakan bahwa secara parsial tekanan anggaran waktu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian lainnya yang mendukung
dilakukan oleh Pramudianti (2016), yang menyatakan bahwa tekanan anggaran waktu berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku pengurangan kualitas audit. Pengaruh Tanggung Jawab Profesi Terhadap Kualitas Audit Hasil pengujian hipotesis kedua mengenai pengaruh tanggung jawab profesi terhadap kualitas audit menunjukkan nilai koefisien regresi 0,214 dengan nilai signifikansi uji t sebesar 0,003. Oleh karena itu, hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab profesi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Jika tanggung jawab profesi semakin tinggi, maka kualitas audit juga semakin tinggi. Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi auditor dicerminkan dalam lima dimensi, yaitu: (1) pengabdian pada profesi; (2) kewajiban sosial; (3) kemandirian; (4) kepercayaan pada profesi; dan (5) hubungan dengan rekan seprofesi (Syahrir, 2002). Auditor yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Untuk memenuhi perannya auditor membutuhkan tanggung jawab yang besar. Kualitas audit yang baik dapat dicapai jika auditor dalam menjalankan tugasnya harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002) ada beberapa prinsip yang harus dipatuhi auditor, salah satunya adalah tanggung jawab profesi. Tanggung jawab adalah kewajiban pihak pemegang amanah untuk menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo, 2002). Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) pada Kongres VIII memutuskan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia, yang kemudian dijabarkan dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik IAI. Dalam kongres tersebut IAI menyatakan pengakuan tanggung jawab profesi kepada publik, pemakai jasa akuntan dan rekan. Prinsip-prinsip ini memandu dalam
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) pemenuhan tanggung jawab profesional dan sebagai landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini menuntut komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan mengorbankan keuntungan pribadi. Salah satu prinsip tersebut adalah prinsip tanggung jawab. Prinsip tanggung jawab profesi sangat penting bagi auditor dalam kualitas audit. Dua alasan mengapa konsep tanggung jawab profesi penting dalam audit, yaitu: (1) sebagian pemakai informasi akuntansi tidak dapat memahami informasi akuntansi dengan mudah, maka pengungkapan data penting harus dipisahkan dari data yang tidak penting, karena pengungkapan data penting yang bersamaan dengan data tidak penting cenderung menyesatkan pemakai laporan keuangan; dan (2) proses pemeriksaan akuntansi dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat jaminan yang layak mengenai kewajaran penyajian laporan keuangan pada suatu waktu tertentu. Dalam kualitas audit, auditor harus juga mempertimbangkan dengan materialitas pada tingkat laporan keuangan karena salah saji yang mungkin tidak material secara individu dapat bersifat material terhadap laporan keuangan bila digabungkan dengan saldo akun yang lain. Pertimbangan materialitas pada saat perencanaan audit mungkin berbeda dengan pertimbangan materialitas pada saat evaluasi laporan keuangan karena (1) keadaan yang melingkupi berubah; dan (2) adanya informasi tambahan selama proses audit (Mulyadi, 2002). Pertimbangan materialitas bukanlah pertimbangan yang dibuat tanpa dasar tertentu. Pertimbangan materialitas merupakan pertimbangan profesional yang dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang meletakkan kepercayaan pada laporan keuangan. Konsep materialitas dalam audit mendasari penerapan standar auditing yang berlaku. Standar auditing merupakan ukuran kualitas pelaksanaan auditing yang berarti auditor menggunakan standar auditing sebagai pedoman dalam pelaksanaan audit dan dalam laporannya. Hal ini menunjukkan diperlukan tanggung jawab auditor agar pelaksanaan auditing sesuai dengan standar auditing. Kualitas
audit dapat ditingkatkan dengan menjalankan proses audit berdasarkan standar auditing yang berlaku. Hal ini menunjukkan diperlukan tanggung jawab auditor agar pelaksanaan auditing sesuai dengan standar auditing. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harjanto (2014) melalui penelitiannya menyatakan bahwa secara parsial akuntabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian lainnya yang mendukung dilakukan oleh Arianti (2014), yang menyatakan bahwa akuntabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Audit Hasil pengujian hipotesis ketiga mengenai pengaruh integritas terhadap kualitas audit menunjukkan nilai koefisien regresi 0,157 dengan nilai signifikansi uji t sebesar 0,038. Oleh karena itu, hipotesis ketiga dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa integritas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Jika integritas semakin tinggi, maka kualitas audit juga semakin tinggi. Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi auditor dicerminkan dalam lima dimensi, yaitu: (1) pengabdian pada profesi; (2) kewajiban sosial; (3) kemandirian; (4) kepercayaan pada profesi; dan (5) hubungan dengan rekan seprofesi (Syahrir, 2002). Auditor yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Untuk memenuhi perannya auditor membutuhkan integritas yang baik. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI ) pada Kongres VIII memutuskan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia, yang kemudian dijabarkan dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik IAI. Dalam kongres tersebut IAI menyatakan pengakuan tanggung jawab profesi kepada publik, pemakai jasa akuntan dan rekan. Prinsip-prinsip ini memandu dalam pemenuhan tanggung jawab profesional dan sebagai landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini menuntut komitmen untuk berperilaku
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) terhormat, bahkan dengan mengorbankan keuntungan pribadi. Salah satu prinsip tersebut adalah prinsip integritas. Prinsip integritas mengakui integritas sebagai kualitas yang dibutuhkan untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik. Integritas merupakan keseluruhan nilai-nilai kejujuran, keseimbangan, memberi kembali, dedikasi, kredibilitas dan berbagai hal pengabdian diri pada nilai-nilai kemanusiaan dalam hidup (Sulaiman, 2010). Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip (Sunarto, 2003). Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya. Kualitas hasil pemeriksaan merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam menilai kinerja auditor internal. Integritas merupakan kualitas yang menjadikan timbulnya kepercayaan masyarakat dan tatanan nilai tertinggi bagi anggota profesi dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan auditor untuk jujur dalam segala hal pada batasan objek pemeriksaan. Pelayanan kepada masyarakat dan kepercayaan dari masyarakat tidak dapat dikalahkan demi kepentingan dan keuntungan pribadi (Mabruri dan Winarna, 2010). Prinsip integritas sangat penting bagi auditor dalam mempertimbangkan materialitas. Pertimbangan materialitas bukanlah pertimbangan yang dibuat tanpa dasar tertentu. Pertimbangan materialitas merupakan pertimbangan profesional yang dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang meletakkan kepercayaan pada laporan keuangan. Konsep materialitas dalam audit mendasari penerapan standar auditing yang berlaku. Standar auditing merupakan ukuran kualitas pelaksanaan auditing yang berarti auditor menggunakan standar auditing sebagai pedoman dalam pelaksanaan audit dan dalam laporannya. Hal ini menunjukkan diperlukan integritas auditor agar pelaksanaan auditing sesuai dengan standar auditing. Hasil pnelitian ini mendukung pernyataan yang dikemukakan oleh
Harjanto (2014) melalui penelitiannya menyatakan bahwa secara parsial integritas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian lainnya yang mendukung dilakukan oleh Prihartini (2015), yang menyatakan bahwa integritas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat integritas yang dimiliki oleh seorang auditor, maka semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan. Pengaruh Objektivitas Terhadap Kualitas Audit Hasil pengujian hipotesis keempat mengenai pengaruh objektivitas terhadap kualitas audit menunjukkan nilai koefisien regresi 0,210 dengan nilai signifikansi uji t sebesar 0,011. Oleh karena itu, hipotesis keempat dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa objektivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Jika objektivitas semakin tinggi, maka kualitas audit juga semakin tinggi. Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi auditor dicerminkan dalam lima dimensi, yaitu: (1) pengabdian pada profesi; (2) kewajiban sosial; (3) kemandirian; (4) kepercayaan pada profesi; dan (5) hubungan dengan rekan seprofesi (Syahrir, 2002). Auditor yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Untuk memenuhi perannya auditor membutuhkan objektivitas yang tinggi. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI ) pada Kongres VIII memutuskan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia, yang kemudian dijabarkan dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik IAI. Dalam kongres tersebut IAI menyatakan pengakuan tanggung jawab profesi kepada publik, pemakai jasa akuntan dan rekan. Prinsip-prinsip ini memandu dalam pemenuhan tanggung jawab profesional dan sebagai landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini menuntut komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan mengorbankan keuntungan pribadi. Salah satu prinsip tersebut adalah prinsip objektivitas.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Objektivitas auditor merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Jika semakin tinggi objektivitas auditor, maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaan (Mabruri dan Winarna, 2010). Kualitas hasil pemeriksaan merupakan salah satu indikator yang digunakan menilai kinerja auditor. Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi objektivitas dan dapat mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa objektivitas auditor tidak dapat dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan (Sukriah, et al., 2009). Obyektivitas artinya para auditor harus tidak kompromi dalam memberikan pertimbangan profesionalnya karena adanya bias, konflik kepentingan atau karena adanya pengaruh dari orang lain yang tidak semestinya (Arens et al., 2011). Hal ini mengharuskan auditor untuk menjaga perilaku yang netral ketika menjalankan audit, menginterpretasikan bukti audit dan melaporkan laporan keuangan yang merupakan hasil dari penelaahan yang mereka lakukan. Prinsip objektivitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur, bersikap adil dan tidak memihak. Semakin tinggi tingkat objektivitas auditor, maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yusup (2014) melalui penelitiannya menyatakan bahwa secara parsial objektivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian lainnya yang mendukung dilakukan oleh Wardana (2016), yang menyatakan bahwa objektivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut (1) tekanan anggaran waktu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit, yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang negatif -0,373 dengan nilai signifikansi uji t 0,035 lebih kecil dari α = 0,05; (2) tanggung jawab profesi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang positif 0,214 dengan nilai signifikansi uji t 0,003 lebih kecil dari α = 0,05; (3) integritas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang positif 0,157 dengan nilai signifikansi uji t 0,038 lebih kecil dari α = 0,05; dan (4) objektivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang positif 0,210 dengan nilai signifikansi uji t 0,011 lebih kecil dari α = 0,05. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut (1) bagi lembaga inspektorat diperhatikan menyangkut tekanan anggaran waktu, tanggung jawab profesi, integritas, dan objektivitas agar selalu menekankan kualitas audit dalam menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh satuan kerja sebagai bagian yang integral dalam organisasi pemerintah daerah; dan (2) keterbatasan penelitian ini variabel independen yang digunakan hanya 4 variabel, yaitu tekanan anggaran waktu, tanggung jawab profesi, integritas, dan objektivitas sehingga bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel lain yang mempengaruhi kualitas audit. DAFTAR PUSTAKA Alvin, A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley, dan Amir Abadi Jusuf. 2011. Audit dan Jasa Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia). Jakarta: Salemba Empat. Arianti, Komang Pariardi. 2014. Pengaruh Integritas, Obyektivitas, dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit di Pemerintah Daerah (Studi Pada Inspektorat Kabupaten Buleleng). Skripsi. Jurusan Akuntansi Program S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pendidikan Ganesha. Fitria, Marisa. Pengaruh Time Budget Pressure, Due Professional Care Dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Dengan Perilaku Disfungsional Auditor Sebagai Moderator (Study Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Pekanbaru Dan Medan). JOM Fekon, Vol. 3, No. 1, Hal: 118-132. Fonda, Ausella Jean. 2014. Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu, Tipe Kepribadian Auditor, Independensi Dan Kompetensi Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor KAP di Semarang). Skripsi. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang. Harjanto, Atta Putra. 2014. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Objektivitas, Akuntabilitas Dan Integritas Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi. Skripsi. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro. Mabruri, H. dan Winarna, J. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah. Di sampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIII, Tanggal 13-14 Oktober 2010 di Purwokerto. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Penerbit Andi. McNamara, S. M., dan Liyanarachchi, G. A. 2008. Time Budget pressure and Auditor Dysfunctional Behavior Within An Occupational Stress Model. Accountancy Business and the Public Interest, Vol. 7, No. 1, Hal: 1-43. Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat. Pramudianti, Astri. 2016. Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu, Prosedur Review, Kontrol Kualitas dan Karakteristik Personal Auditor Terhadap Perilaku Pengurangan Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta Dan Solo). Jurnal Nominal, VOL. 5, No. 2, Hal: 29-41.
Prihartini, Kadek Ayu. 2015. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Obyektivitas, Integritas Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit Di Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada 5 Kantor Inspektorat Provinsi Bali). Skripsi. Jurusan Akuntansi Program S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pendidikan Ganesha. Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Manajemen II. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Simanjuntak, Piter. 2008. Pengaruh Time Budget Pressure Dan Resiko Kesalahan Terhadap Penurunan Kualitas Audit (Reduced Audit Qaulity) (Studi Empiris Pada Auditor KAP Di Jakarta). Tesis. Universitas Diponegoro Semarang. Sososutikno, Christina. 2003. Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku Disfungsional serta Pengaruhnya terhadap Kualitas Audit. Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VI di Surabaya. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta. Sukriah, I., Akram, dan Inapty, B. A. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Simposium Nasional Akuntansi XII, Tanggal 4-6 November di Palembang. Sulaiman, Agus Suryo. 2010. The Quantum Success. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sunarto. 2003. Perilaku Jakarta: Amus.
Organisasi.
Syahrir. 2002. Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Akuntan Publik dengan Kinerja, Kepuasan Kerja, Komitmen, dan Kegiatan Berpindah. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.
e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017) Wardana, Made Aris. 2016. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional, Objektivitas, Integritas dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit. EJurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 14, No. 2, Hal: 948976. Yusuf, M. 2014. Pengaruh Kompetensi, Objektivitas, dan Integritas Auditor terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. Skripsi. Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang.