Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
1
PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DAN KEPUTUSAN KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN DAN NILAI PERUSAHAAN Heni Triwulan
[email protected] Wahidahwati
[email protected] Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this study is to test whether the constitutional ownership, managerial ownership, board size, funding decisions and investment decisions and dividend policy affect the value of the company. The results of this study show that: (1) Institutional Ownership positive effect on dividend policy ; (2) Managerial ownership has a positive effect on dividend policy ; (3) The size of the board of commissioners has no effect on dividend policy ; (4) The funding decision does not affect the dividend policy ; (5) The investment decision positive effect on dividend policy ; (6) Institutional Ownership positive effect on the value of firms ; (7) Managerial ownership negatively affect the value of the company ; (8) Size commissioners positive effect on firm value ; (9) The decision of funding has a positive effect on firm value ; (10) The investment decision does not affect the value of the company ; (11) Devidend policy has no effect on firm value. Key words : institutional ownership , Managerial Ownership , funding decisions , investment decisions , dividend policy , the value of the company . ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh corporate governance dan keputusan keuangan terhadap kebijakan deviden dan nilai perusahaan. Analisis data menggunakan analisis jalur dengan variabel intervening adalah kebijakan deviden. Kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut : (1)Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden; (2) Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden ; (3)Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kebijakan deviden ; (4) Keputusan pendanaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan deviden ; (5) Keputusan investasi berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden ; (6) Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaaan ; (7) Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan ; (8) Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan ; (9) Keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan ; (10) Keputusan investasi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan ; (11) Kebijakan deviden tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kata-kata Kunci : kepemilikan institusional, Kepemilikan Manajerial, keputusan pendanaan, keputusan investasi, kebijakan deviden, nilai perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
2
PENDAHULUAN Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah mengoptimalkan nilai perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya (Wright dan Ferris, 1997). Optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan (Fama dan French, 1998). Meningkatkan nilai perusahaan dapat menarik nilai investor (khususnya capital gain dan dividen) untuk menanamkan modalnya. Dalam hal ini manajer harus memutuskan apakah laba yang diperoleh selama satu periode akan dibagikan seluruhnya atau hanya sebagian yang dibagikan sebagai dividen dan sisanya ditahan perusahaan atau biasa disebut laba ditahan (retained earning). Dividen dapat digunakan untuk mengurangi equity agency cost yang timbul dari adanya perbedaan kepentingan di dalam perusahaan(Haruman,2008). Perbedaan kepentingan yang dimaksud adalah perbedaan kepentingan antara manajer sebagai pengelola perusahaan (agent) dengan pemegang saham sebagai pemilik (owners). Tidak jarang pihak manajemen perusahaan mempunyai tujuan lain yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama perusahaan. Perbedaan kepentingan inilah yang menyebabkan timbul konflik biasa disebut sebagai konflik keagenan (agency conflict). Perbedaan tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan dari manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan menyebabkan akan menambah biaya bagi perusahan sehingga penurunan keuntungan perusahaan dan dividen yang akan diterima pemegang saham. Pengaruh dari konflik antara pemilik (owners) ini akan menyebabkan penurunan nilai perusahaan, kerugian inilah merupakan agency cost equity bagi perusahaan (Haruman 2008). Corporate governance merupakan kunci sukses suatu perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang. Corporate governance diyakini menjadi salah satu penyebab krisis ekonomi di beberapa Negara di Asia Timur, termasuk Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi di kawasan Asia Tenggara dan negara lain terjadi bukan hanya akibat faktor ekonomi makro namun juga karena lemahnya corporate governance yang ada di negara-negara tersebut, seperti lemahnya hukum, standar akuntansi dan pemeriksaan keuangan yang belum mapan, pasar modal yang masih under-regulated, terabaikannya hak minoritas dan lemahnya pengawasan komisaris (Kusumawati dan Riyanto, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah kepemilikan konstitusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, keputusan pendanaan dan keputusan investasi berpengaruh terhadap kebijakan deviden. Selain itu penelitian ini juga menguji apakah kepemilikan konstitusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, keputusan pendanaan dan keputusan investasi dan kebijakan deviden berpengaruh terhadap nilai perusahaan. TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan.Teori Keagenan mendasarkan hubungan kontraktual antar anggota-anggota dalam perusahaan, dan para pihak yang paling berperan dalam hubungan kontraktual tersebut adalah prinspal dan agen. Prinsipal adalah pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prinsipal, sedangkan agen adalah pihak yang diberi amanat oleh prinsipal
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
3
untuk menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan oleh prinsipal kepadanya(Scott, 2003). Agency problem potensial terjadi dalam perusahaan yang manajernya memilki kurang dari seratus persen saham perusahaan. Pemilik sekaligus manajer pada perusahaan perseorangan selalu bertindak memaksimumkan kemakmuran mereka dan meminimumkan pengeluaran yang tidak diperlukan, tetapi apabila pemilik perusahaan menjual sebagian saham kepada investor lain, maka muncul agency problem. Agency problem pada perusahaan besar sangat potensial terjadi karena proporsi kepemilikan perusahaan oleh manajer relatif kecil, sehingga manajer bukan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham tetapi memperbesar skala perusahaan dengan cara ekspansi atau membeli perusahaan lain (Sartono, 2001). Teori Good Corporate Governance Syakhroza (2003) menyatakan teori corporate governance dapat diformulasikan dalam model-model corporate governance yang bersifat mainstream seperti finance model (agency theory), stewardship model (stewardship theory), stakeholders model (stakeholders theory) atau political model (political theory) serta myopic market model. Agency theory mengasumsikan bahwa manajer akan bertindak secara oportunistik dengan mengambil keuntungan pribadi sebelum memenuhi kepentingan pemegang saham. Teori Agensi ini timbul karena adanya perkembangan ilmu manajemen modern yang menggeser teori klasik, yaitu adanya aturan yang memisahkan pemilik perusahaan (principal) dengan para pengelola perusahaan (agent). Ketika perusahaan berkembang menjadi besar, apalagi pemegang saham semakin tersebar, semakin banyak agency cost yang terjadi dan pemilik semakin tidak dapat melakukan kontrol yang efektif terhadap manajer yang mengelola perusahaan. Potensi konflik kepentingan bisa terjadi di antara pihak-pihak yang berhubungan seperti antara pemegang saham dengan manajer perusahaan (agency costs of equity) atau antara pemegang saham dengan kreditur (agency costs of debt). Stewardship model mengasumsikan bahwa manajer adalah pelayan perusahaan yang baik dan rajin bekerja untuk mencapai tingkat laba dan tingkat pengembalian modal yang tinggi bagi pemegang saham. Manajer dapat memotivasi dirinya sendiri serta bekerja dengan inisiatif sendiri dan penuh tanggung jawab. Berdasarkan teori ini, keberadaan dewan komisaris yang berperan sebagai pengawas direksi mungkin menjadi tidak efektif. Tujuan perusahaan dalam hal ini adalah menciptakan nilai bagi seluruh stakeholders dengan menciptakan barang dan jasa. Dalam model ini corporate governance merupakan sistem yang dirancang untuk memungkinkan dilakukan check and balance mechanism untuk menjamin terpeliharanya keseimbangan internal dan eksternal organisasi. Political model menyatakan bahwa alokasi kekuasaan dalam perusahaan, previlage, atau alokasi laba di antara pemilik, manajer dan stakeholders lainnya ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan politis. Dalam hal ini pemerintah dapat berperan penting dalam menentukan alokasi tersebut. Alokasi kekuasaan dalam teori corporate governance juga harus dilihat dari perspektif budaya, sehingga dapat dikatakan tidak ada satu model corporate governance yang dapat digunakan sekaligus untuk beberapa negara, bahkan oleh beberapa perusahaan dalam satu negara. Myopic market model menyatakan bahwa pasar sudah efisien, yaitu informasi yang tersedia di pasar sudah lengkap dan sempurna, serta tidak ada informasi yang tidak simetris sehingga kinerja perusahaan tercermin sepenuhnya pada harga pasar. Pasar dapat berfungsi sebagai mekanisme kontrol yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
4
efektif terhadap perilaku perusahaan. Walaupun pada kenyataannya informasi di pasar cenderung terdistorsi karena belum bekerjanya pasar secara efisien. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Pada April 1988, Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) sebagai salah satu lembaga yang mempunyai inisiatif mempromosikan konsep corporate governance telah mengeluarkan seperangkat prinsip GCG yang dikembangkan seuniversal mungkin. Prinsip-prinsip corporate governance menurut OECD yang pertama adalah perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham. Hak-hak meliputi hak dasar pemegang saham, yaitu hak untuk : menjamin keamanan metode pendaftaran kepemilikan, mengalihkan atau memindahkan saham yang dimilikinya, memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara berkala dan teratur, ikut berperan dan memberikan suara dalam RUPS, memilih anggota dewan komisaris dan direksi, memperoleh pembagian keuntungan perusahaan. Kedua, persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham.Prinsip ini mensyaratkan adnya perlakuan yang sama atassaham-saham yang berada dalam satu kelas, melarang praktik-praktik insider trading dan self dealing, dan mengharuskan anggota dewan komisaris untuk melakukan keterbukaan, jika menemukan transaksi-transaksi yang mengandung conflict of interest. Ketiga,peranan stakeholder yang terkait dengan perusahaan. Kerangka corporate governance harus memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholder, seperti ditentukan dalam undang-undang, dan mendorong kerjasama yang aktif antara perusahaan dengan stakeholders tersebut dalam rangka menciptakan kesejahteraan, lapangan kerja, dan kesinambungan usaha Keempat, keterbukaan dan transparansi. Kerangka corporate governance harus menjamin adanya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap permasalahan yang berkaitan dengan perusahaan. Pengungkapan ini meliputi informasi mengenai keadaan keuangan, kinerja perusahaan, kepemilikan dan pengelolaan. Disamping itu, informasi yang diungkapkan harus disusun, diaudit dan di sajikan sesuai dengan standar yang berkualitas tinggi. Manajemen juga diharuskan meminta auditor eksternal melakukan audit yang bersifat independen atas laporan keuangan Kelima, Akuntabilitas dewan komisaris (board of directors). Kerangka corporate governance harus menjamin adnya pedoman strategis perusahaan, pemantauan yang efektif terhadap manajemen yang dilakukan oleh dewan komisaris, dan akuntabilitas dewan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham. Prinsip ini juga memuat kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki oleh dewan komisaris beserta kewajiban-kewajiban profesionalnya kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya. Struktur Corporate Governance Struktur GCG meliputi organ-organ utama yaitu pemegang saham, dewan direksi (mewakili manajemen) dan dewan komisaris, yang memiliki kekuatan mempengaruhi arah perusahaan. Struktur yang menggambarkan berjalannya prinsipprinsip GCG diantaranya pengaturan ukuran dan komposisi dewan komisaris, serta komposisi kepemilikan saham yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi keputusan penetapan kebijakan dan arah perusahaan. Kepemilikan Institusional. Pengukuran struktur kepemilikan institusional ini mengacu pada Wahyudi dan Prasetyaning (2006), menyatakan bahwa struktur kepemilikan instutisional diukur sesuai dengan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan kepemilikan oleh blockholder.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
5
Kepemilikan Manajerial. Kepemilikan manajerial dapat mengurangi masalah agensi karena kinerja manajer akan lebih baik seiring dengan peningkatan kepemilikan saham dalam perusahaan tersebut. Manajer akan berusaha lebih giat untuk memperbaiki kinerja perusahaan, yang akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan dan meningkatkan kekayaannya sendiri. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa seiring meningkatnya kepemilikan manajerial akan menyelaraskan kepentingan manajer dengan kepentingan pemegang saham. Anggota Dewan Komisaris. Jiraporn dan Ning (2011) menyatakan bahwa dewan komisaris adalah suatu mekanisme corporate governance yang penting. Oleh karenanya,pengembangan dari konflik keagenan mungkin dipengaruhi oleh komposisi darianggota dewan komisaris. Perusahaan dengan hak-hak pemegang saham yang lemahmungkin tidak terlalu menderita biaya keagenan apabila mereka mempunyai dewankomisaris yang kuat. Kekuatan dari dewan komisaris adalah lebih ditunjukkan dengankomposisi keanggotaan dari dewan komisarias yang bersifat independen. Definisi Keputusan Pendanaan Menurut Kasmir (2010:6) keputusan pendanaan merupakan keputusan yang berkaitan dengan jumlah dana yang disediakan perusahaan, baik yang bersifat utang atau modal sendiri. Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal antara lain (Martono & Harjito, 2001:5), keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi dan penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal optimum. Weston dan Copeland (2008 : 87) mengatakan struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham.Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa struktur modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau panduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan. Teori Sturktur Modal Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, kalau keputusan investasi dan kebijakan dividen dipegang konstan. Jika utang meningkat, maka kemungkinan bangkrut akan semakin meningkat. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka manajer akan terhukum, misal reputasi dia akan hancur dan tidak bias dipercaya menjadi manajer lagi. Karena itu, perusahaan meningkatkan utang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan dimasa mendatang. Karena cukup yakin, maka manajer perusahaan tersebut berani menggunakan utang yang lebih besar. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik. Demikian utang merupakan signal positif. Definisi Keputusan Investasi Keputusan investasi adalah keputusan investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa mendatang. investasi pada asset finansial berupa deposito, sertifikat, saham, obligasi, opsi, dan warrant.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
6
Investasi diartikan sebagai penanaman modal perusahaan. Penanaman modal dapat dilakukan pada aktiva riil ataupun aktiva finansial. Aktiva riil merupakan aktiva yang bersifat fisik seperti gedung , tanah dan bangunan. Sedangkan aktiva finansial berupa surat-surat berharga. Aktiva – aktiva yang dimiliki perusahaan akan digunakan dalam operasinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan perusahaan mengelola aktiva sangat menentukan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang diinginkan. Price Earning Ratio Price earning ratio mengukur bagaimana investor menilai prospek pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, dan tercermin pada harga saham yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba yang diperoleh perusahaan. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Price earning ratio adalah ratio yang menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah laba perusahaan. Dalam penelitian ini akan menggunakan Price Earning Ratio (PER) untuk mengetahui berapa besar peranan Price Earning Ratio (PER) digunakan untuk mengetahui pengaruh terhadap kebijakan deviden dan nilai perusahaan. Kebijakan Dividen Sartono (2001), mendefinisikan kebijakan deviden sebagai: "Keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden atau akan ditahan dalam retained earnings guna membiayai investasi di masa datang".Dari definisi diatas, dapat kita lihat bahwa kebijakan deviden dipengaruhi dua kepentingan yang saling bertolak belakang, yaitu kepentingan pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan untuk melakukan reinvestasi dengan menahan laba. Dari sisi pemegang saham, dividen merupakan salah satu motivator untuk menanamkan dana di pasar modal. Pemegang saham lebih memilih dividen yang berupa kas dibandingkan dengan capital gain. Sedangkan dari sisi perusahaan, kebijakan dividen sangat penting, karena jika perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan mengurangi laba yang ditahan perusahaan, dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan sebagai tujuan utama dari keputusan manajerial dengan mempertimbangkan resiko dan waktu yang terkait dengan perkiraan laba per saham untuk memaksimalkan harga saham biasa perusahaan. Memaksimumkan nilai perusahaan ini digunakan sebagai pengukur keberhasilan perusahaan karena dengan meningkatnya nilai perusahaan berarti meningkatnya kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham. Nilai perusahaan pada penelitan ini menggunakan Tobin’s Q. Tobin’s Q merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kesempatan investasi badan usaha. Nilai Tobin’s Q diukur dengan menggunakan rasio nilai pasar ekuitas ditambah dengan nilai buku total utang dan dibagi dengan nilai buku total asset.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
7
Tobin’s Q dirumuskan sebagai berikut : Tobin’s Q = Tot.Utang +(H.Pasar x Tot.Saham) Tot. Aset Keterangan : Tot.Utang = Total Utang H.Pasar = Harga Pasar Tot. Saham = Total Saham Tot. Aset = Total Aset Pengembangan Hipotesis Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Devidend Imam dan Mahmood (2007) dapat menyimpulkan bahwa perusahaanperusahaan dengan kepemilikan institusional (institutional ownership) yang tinggi dan perusahaan-perusahaan dengan kepemilikan yang terkonsentrasi, mereka membayar dividen yang diukur dividend payout ratio, tinggi. H1 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Dividen Ikbal et.al (2011) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan deviden. Ini membuktikan bahwa pemegang saham yang sekaligus sebagai pengelola perusahaan cenderung memilih kompensasi berupa gaji dan bonus atau insentif jangka panjanglainnya dibandingkan dengan dividen. H2 :
Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan deviden
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Kebijakan Devidend Penelitian yang dilakukan Barclay dan Holderness (1991) menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang secara signifikan meningkatkan dividen reguler mereka adalah lebih memungkinkan untuk memiliki suatu proporsi yang lebih besar dari anggota independen pada dewan komisaris mereka sebesar 0,016, dan lebih besar blockholdings dari luar sebesar 0,026, dan adalah kurang memungkinkan untuk mengadopsi antitakeover charter amendments daripada perusahaan-perusahaan yang mengumumkan suatu dividen khusus. H3 :
Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden
Pengaruh Keputusan Pendanaan terhadap Kebijakan Deviden Menurut Hasnawati (2005) Keputusan pendanaan didefinisikan sebagai keputusan yang menyangkut komposisi pendanaan yang dipilih oleh perusahaan. Keputusan pendanaan dalam penelitian ini dikonfirmasikan melalui Debt to Equity Ratio (DER). H4 :
Keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden
Keputusan Investasi terhadap Kebijakan Deviden Tingkat pertumbuhan yang tinggi di asosiasikan dengan penurunan dividen (Rozeff, 1982). Perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang tinggi diharapkan memiliki kesempatan investasi yang tinggi. Untuk meningkatkan pertumbuhan penjualan, perusahaan memerlukan dana yang besar yang dibiayai dari sumber internal. Penurunan pembayaran dividen menyebabkan perusahaan memiliki sumber dana internal untuk keperluan investasi. Dalam kaitannya dengan kebijakan dividen, Ismiyanti dan Hanafi (2004) menyatakan bahwa pengaruh keputusan investasi terhadap kebijakan dividen adalah negatif. H5 : Keputusan investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan deviden
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
8
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan Shleifer dan Vishny (1986) berpendapat bahwa tingkat kepemilikan institusional dalam proporsi yang cukup besar akan mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Dasar argumentasi ini adalah semakin besar tingkat kepemilikan saham oleh institusi, maka akan semakin efektif pula mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen. H6 :
Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan Menurut Collin,et al. 2009 semakin besar kepemilikan manajerial, maka semakin besar informasi yang dimiliki oleh manajemen yang sekaligus bertindak sebagai pemilik perusahaan, hal ini memberikan efek positif bagi nilai perusahaan. H7 :
Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Nilai Perusahaan Belkhir (2008) menemukan bukti yang bertentangan dengan prediksi teori yang menyatakan bahwa boards of directors yang lebih kecil adalah lebih efektif, tetapi ternyata kenaikkan jumlah anggota dewan pada perusahaan-perusahaan perbankan tidak menurunkan kinerja. Sebaliknya, bukti yang ditemukan adalah bahwa terdapat kecenderungan adanya suatu hubungan positif antara board size dan performance, yang diukur dengan Tobin’s Q dan return on assets. H8 :
Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
Pengaruh Keputusan Pendanaan terhadap Nilai Perusahaan Fama dan French (1998) menemukan bahwa investasi yang dihasilkan dari leverage memiliki informasi yang positif tentang perusahaan di masa yang akan datang, selanjutnya berdampak positif terhadap nilai perusahaan. H9 : Keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan Pengaruh Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan Hasil penelitian Lihan (2010) menunjukan bahwa keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Keputusan investasi tersebut adalah keputusan yang mencerminkan kesempatan investasi di masa yang akan datang (investment opportunity), yaitu melalui pengenalan produk baru atau perluasan produk lama, penggantian peralatan atau gedung, penelitian dan pengembangan, serta eksplorasi. H10 : Keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan Pengaruh Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan Fama dan French (1998) menemukan bahwa investasi yang dihasilkan dari kebijakan dividen memiliki informasi yang positif tentang perusahaan di masa yang akan datang, selanjutnya berdampak positif terhadap nilai perusahaan. H11 : Kebijakan deviden berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2012. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sample yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah (1) Jumlah Perusahaan yang tercatat di BEI sampai tahun 2012; (2) Perusahaan yang membagikan dividen, dan dividen yang diumumkan adalah dividen kas selama tahun 2008 – 2012.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
9
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Eksogen a. Kepemilikan Institusional (KI) Kepemilikan institusional diukur sesuai dengan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dan kepemilikan oleh blockholder (Wahyudi, 2006). Variabel kepemilikan institusional merupakan variabel eksogen karena variabel ini mempengaruhi kebijakan deviden dan nilai perusahaan. b. Kepemilikan Manajerial (KM) Kepemilikan manajerial merupakan variabel yang menggambarkan besarnya kepemilikan saham oleh manajemen (dewan komisaris dan dewan direksi dinyatakan dalam satuan prosentase (Ikbal, 2011). Variabel kepemilikan manajerial merupakan variabel eksogen karena variabel ini mempengaruhi kebijakan deviden dan nilai perusahaan. c. Ukuran Dewan Komisaris (UK) Beiner et al. (2003) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris adalah merupakan jumlah anggota dewan komisaris perusahaan. Sejalan dengan itu, Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2004) menyatakan bahwa dewan komisaris bertanggung jawab dan berwenang mengawasi tindakan manajemen, dan memberikan nasehat kepada manajemen jika dipandang perlu oleh dewan komisaris. Ukuran dewan komisaris akan ditentukan dengan menggunakan indikator jumlah anggota dewan komisaris suatu perusahaan. d. Keputusan Pendanaan(KD) Keputusan pendanaan didefinisikan sebagai keputusan yang menyangkut komposisi pendanaan yang dipilih oleh perusahaan. Keputusan pendanaan dalam penelitian ini dikonfirmasikan melalui Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini menunjukkan perbandingan antara pembiayaan dan pendanaan melalui hutang dengan pendanaan melalui ekuitas (Lihan, 2010). e. Keputusan Investasi(KInv) Keputusan investasi didefinisikan sebagai kombinasi antara aktiva yang dimiliki dan pilihan investasi di masa yang akan datang dengan net present value positif. Proksi keputusan investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Price Earning Ratio (PER). PER menunjukkan perbandingan antara closing price denganlaba per lembar saham (earning per share) (Lihan, 2010). Variabel Intervening Variabel intervening merupakan variabel yang dipengaruhi sekaligus mempengaruhi variabel lainnya. Pada penelitian ini variabel intervening terdiri dari kebijakan deviden. Kebijakan dividen merupakan kebijakan dividen dalam menyalurkan hak pemegang saham berupa dividen, kebijakan dividen dikonfirmasikan melalui dividend payout ratio (Lihan, 2010). Variabel Endogen Variabel endogen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel eksogen dan intervening. Pada penelitian ini variabel endogen terdiri dari nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan variabel dependen yang diukur dengan menggunakan Tobin’s Q yang dihitung dengan menggunakan rumus :
Tobins ' Q = Keterangan : Tot.Utg = Total Utang H.Pasar = Harga Pasar
Tot .Utg + (H .Pasar × Tot .Saham ) Tot . Aset
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
10
Tot.Saham= Total Saham Tot.Aset = Total Aset Pengujian Hipotesis Analisis Jalur Pada penelitian ini menggunakan analisis jalur, analisis jalur adalah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung.
Gambar 1 Diagram Jalur PKdev PNP ε
Kebijakan Deviden Nilai Perusahaan = = Error pada setiap variabel endogen =
Persamaan analisis jalur : Kdev = PKDevKI KI + PKDevKM KM + PKDevUK UK + PKDevKD KD + PKDevKinv Kinv + ε1 NP
= PNPKI KI + PNPKM KM + PNPUK UK + PNPKD KD + PNPKinv Kinv + PNPKdev Κdev + ε2
Untuk pengujian hipotesis akan dibantu dengan menggunakan program Software SPSS for windows release 21.0. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh secara langsung dari variabel eksogen ke variabel endogen atau dari variabel intervening ke variabel endogen. Untuk mengetahui apakah pengaruh tersebut signifikan atau tidak, dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat probabilitas error dengan taraf signifikan (α= 5%). Untuk menghitung pengaruh tidak langsung dilakukan dengan mengalikan nilai koefisien yang mempunyai pengaruh langsung pada jalur yang dilewati antara variabel eskogen, intervening dan endogen. Apabila hasil koefisien pengaruh tidak langsung tersebut lebih besar dari nilai koefisien yang memiliki hubungan langsung, maka variabel independen tersebut merupakan variabel mediasi yang lebih efektif dalam mempengaruhi variabel dependen melalui variabel lain daripada secara langsung.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
11
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik a. b. c.
d.
Uji Normalitas, dengan melihat grafik normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal menggunakan Kolmogorov Smirnov Z. Uji Multikolinearitas, Jika ada tolerance lebih dari 10% atau VIF kurang dari 10 maka dikatakan tidak ada multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas, Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah menggunakan uji Glejser. Uji Autokorelasi, Diketahui N = 192 dan jumlah variabel bebas = 5 berdasarkan tabel Durbin Watson diketahui bahwa dL = 1,718 dan dU = 1,820. Berdasarkan nilai tersebut dapat dihitung nilai 4-dL = 2,282 dan 4-dU = 2,180. Berdasarkan hasil SPSS ternyata dW tes sebesar 2,058 berarti berada di daerah tidak ada autokorelasi
Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis 1,2,3,4 dan 5
Persamaan analisi jalur 1 digunakan untuk menjawab hipotesis 1,2,3,4 dan 5, serta untuk mengetahui apakah variabel eksogen berpengaruh terhadap kebijakan deviden. Tabel 1 Analisis Jalur Persamaan 1
Kdev
(Constant)
= PKDevKI KI + PKDevKM KM + PKDevUK UK + PKDevKD KD + PKDevKinv Kinv + ε1
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 11,198 7,681
KI ,267 ,085 KM ,511 ,224 UK ,186 ,672 KD -1,020 ,757 Kinv ,110 ,014 Dependent Variable: Kebijakan Deviden ( Kdev)
,214 ,159 ,017 -,083 ,497
t 1,458 3,134 2,285 ,277 -1,347 8,071
Collinearity Statistics Sig. Tolerance VIF ,147 ,002 ,023 ,782 ,180 ,000
,807 ,785 ,971 ,989 ,997
1,240 1,274 1,029 1,011 1,003
Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden diterima. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden ditolak. Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden ditolak. Keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden ditolak. Keputusan investasi berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden diterima. Kepemilikan institusional merupakan pihak yang paling berpengaruh terhadap dalam pengambilan keputusan karena sifatnya sebagai pemilik saham mayoritas, dan merupakan pihak yang memberi kontrol terhadap manajemen dalam kebijakan keuangan perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan institusional, maka akan semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dan hal ini dapat mendorong manajer untuk meningkatkan pembayaran dividen (Brealey,et al., 2007 dan Tandelilin dan Wilberforce, 2002). Kepemilikan manajerial dapat mengurangi masalah agensi karena kinerja manajer akan lebih baik seiring dengan peningkatan kepemilikan saham dalam perusahaan tersebut. Manajer akan berusaha lebih giat untuk memperbaiki kinerja
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
12
perusahaan dengan cara memperbaiki kebijakan pembayaran dividen sebagai alat monitoring dan bonding bagi manajemen. Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap kebijakan deviden tidak signifikan,karena dewan komisaris yang ukurannya besar kurang efektif dibandingkan dengan dewan komisaris yang ukurannya kecil. Keputusan pendanaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan deviden karena keputusan pendanaan jangka panjang akan membawa dampak pada struktur modal (capital struktur) perusahaan. Jadi keputusan pendanaan berkaitan dengan proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau panduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan. Pengujian Hipotesis 6,7,8,9,10 dan 11 Tabel 2 Analisa Jalur 2 NP= PNPKI KI + PNPKM KM + PNPUK UK + PNPKD KD + PNPKinv Kinv + PNPKdev Κdev + ε2
Model
1 Constant KI KM UK KD Kinv Kdev a.
Stndardize Unstandardized d Coefficients Coefficients B Std. Error Beta ,972 ,103 -,007 -0,14 ,029 ,054 ,000 ,000
,001 ,003 ,009 ,010 ,000 ,000
-,420 -,326 ,191 ,329 ,040 ,038
T 9,429
Sig. ,000
-6,232 -4,788 3,123 5,431 ,631 ,591
,000 ,000 ,002 ,000 ,529 ,555
Collinearity Statistics Toleranc VIF ,795 ,777 ,967 ,985 ,894 ,865
1,258 1,287 1,034 1,016 1,119 1,156
Dependent Variabel: Nilai Perusahaan (NP) Tobin’s Q
Berdasarkan hasil regresi diatas kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada tingkat signifikasi 5%. Berdasarkan hasil analisis jalur menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung hasil Jennings (2001) yang menyatakan kepemilikan institusional memberikan pengaruh yang lemah terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil analisis jalur menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung hasil Fuerst dan Kang (2000) yang menemukan hubungan yang tidak signifikan antara kepemilikan manajerial dengan nilai pasar setelah mengendalikan kinerja perusahaan. Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung hail penelitian Belkhir(2008) yang menyatakan jumlah anggota dewan pada perusahaan-perusahaan perbankan mempengaruhi kinerja perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
13
Analisis jalur menunjukkan bahwa pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan signfikan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Lihan (2010). Apabila pendanaan didanai melalui hutang, maka peningkatan nilai peusahaan terjadi akibat efek tax deductible, yaitu perusahaan yang memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, yang dapat memberikan manfaat bagi pemegang saham. Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa pengaruh keputusan investasi berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Lihan (2010). Keputusan investasi tidak dapat mempengaruhi nilai perusahaan karena tidak mempu menciptakan profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan, sehingga keputusan investasi yang dilakukan tidak mampu meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan hasil analisis jalur menunjukkan bahwa pengaruh kebijakan deviden berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Lihan (2010), namun mendukung hasil penelitan Wahyudi dan Pawestri (2006). Hasil penelitian ini sesuai dengan Teori ketidakrelevanan dividen yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan, karena nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba serta resiko bisnisnya, dengan kata lain, nilai suatu perusahaan tergantung semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan bagaimana pendapatan tersebut dibagi di antara dividen dan laba yang ditahan (atau pertumbuhan). Hasil Pengaruh Tidak Langsung Jalur Tidak Langsung No. Jalur 1. Kepemilikan institusional → kebijakan deviden → nilai perusahaan 2. Kepemilikan manajerial → kebijakan deviden → nilai perusahaan 3. Ukuran dewan komisaris → kebijakan deviden → nilai perusahaan 4. Keputusan pendanaan → kebijakan deviden → nilai perusahaan 5. Keputusan investasi → kebijakan deviden → nilai perusahaan
Koefisien Tidak Langsung 0,214 x 0,038 = 0,008 0,159 x 0,038 = 0,006 0,017 x 0,038 = 0,0006 0,083 x 0,038 = 0,003 0,497 x 0,038 = 0,0189
Pengaruh tidak langsung kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan deviden sebesar 0,0081 (0,214 x 0,038) lebih kecil pengaruh langsung kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan sebesar 0,420 (tanda negatif menunjukkan pengaruhnya berkebalikan arah). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dapat mempengaruhi secara langsung terhadap nilai perusahaan tanpa harus melalui kebijakan deviden. Untuk meningkatkan nilai perusahaan, kepemilikan institusional sebagai pihak yang berperan sebagai pengambil keputusan, tidak harus selalu mengontrol manajer dalam menentukan kebijakan deviden, namun dapat secara langsung kepemilikan institusinal dapat digunakan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
14
Pen ngaruh tidak langsung kepemilikaan manajeriaal terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan deviiden sebesarr 0,006 (0,159 x 0,038) leebih kecil peengaruh lang gsung kepemilika an manajeriial terhadap p nilai perrusahaan seebesar 0,326 6 (tanda negatif n menunjukk kan pengaruhnya berkeb balikan arah). Kepemilikaan manajeriaal dapat diaraahkan secara lan ngsung untu uk mengura angi masalah h agensi deengan meniingkatkan kinerja k perusahaan n dengan meningkatkan m n nilai peru usahaan tan npa harus melalui m perb baikan kebijakan deviden d terleebih dahulu,, karena keb bijakan devid den yang dillakukan oleh h para manajer tid dak mempen ngaruhi nilai perusahaan.. Pen ngaruh tidak k langsung ukuran dew wan komisarris terhadap nilai perusahaan melalui keb bijakan deviiden sebesar 0,00064 (0,0017 x 0,038) lebih l kecil peengaruh lang gsung ukuran dew wan komisaaris terhadap p nilai perussahaan sebessar 0,191. Hasil H penelitiaan ini menunjukk kan bahwa ukuran u dewan komisaris dapat secaraa langusng meningkatkan m n nilai perusahaan n, tidak haru us melalui kebijakan k dev viden, karen na tugas inti dewan kom misaris antara lain n menjamin pelaksanaan n strategi perusahaan untuk u memaaksimumkan n nilai perusahaan n. Pen ngaruh tidaak langsun ng ukuran keputusan pendanaan n terhadap nilai perusahaan n melalui kebijakan k deeviden sebeesar -0,0031 (-0,083 x 0,038) 0 lebih kecil pengaruh langsung uk kuran keputtusan pendaanaan terhad dap nilai peerusahaan seebesar 0,329. Haasil penelitian n ini menunjjukkan kepu utusan pendaanaan dapat digunakan secara s langsung untuk u menin ngkatkan niilai perusahaaan, karena keputusan pendanaan tidak dapat digu unakan untu uk menentuk kan kebijakaan deviden dan kebijak kan deviden tidak dapat mem mpengaruhi nilai n perusah haan. Pengaruh tidak t langsung ukuran keputusan k in nvestasi terhaadap nilai peerusahaan melalui m kebijakan deviden d seb besar 0,019 (00,497 x 0,0388) lebih keciil pengaruh langsung ukuran keputusan investasi terrhadap nilai perusahaan p sebesar 0,0199. Pen ngaruh kepu utusan investasi tidak berpengaruh h terhadap nilai perusaahaan, namun ko oefisien langsung kepu utusan inveestasi masih h lebih bessar dibandin ngkan pengaruh tidak t langsu ung melalui kebijakan deeviden. Hasiil penelitian ini menunju ukkan keputusan investasi tid dak dapat mempengaru m uhi nilai peru usahaan kareena tidak mempu m menciptaka an profit yaang maksimu um atau keu untungan ya ang diharap pkan. Namun jika dibandingk kan keputussan investassi dengan memperhatik m an kebijakan n deviden, justru pengaruny ya lebih kecil terhadap nillai perusahaan.
Gambar 4.55. Hasil Analisis Jalur len ngkap
Gambar 2 Hasil Analiisis Jalur Len ngkap
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
15
SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden; (2) Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden; (3) Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kebijakan deviden. Dewan komisaris sebagai organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melakukan Good Corporate Governance. Namun dewan komisaris tidak boleh turut campur dalam mengambil keputusan operasional; (4) Keputusan pendanaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan deviden. Keputusan pendaaan yang dipilih oleh perusahaan tidak memberikan sinyal positif bagi investor dalam pembagian deviden; (5) Keputusan investasi berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden; (6) Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaaan; (7) Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan; (8) Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan; (9) Keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan; (10) Keputusan investasi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Keputusan investasi yang tidak mencerminkan kesempatan investasi di masa yang akan datang tidak dapat mempengaruhi nilai perusahaan; (11) Kebijakan deviden tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba atau pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan bagaimana pendapatan tersebut dibagi di antara dividen dan laba yang ditahan. Keterbatasan Penelitian ini menggunakan PER (Price Earning Ratio) untuk memproksikan keputusan investasi. PER memiliki kelemahan, yaitu rasio ini memerlukan penaksiran masa depan yang tidak pasti, sehingga penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan proksi lain dalam keputusan investasi, seperti Total Assets Growth, Market to Book Assets Ratio, Ratio Capital Expenditure to BVA, dan Current Assets to Total Assets. Penelitian ini menggunakan faktor internal perusahaan sebagai variabel independen yang mempengaruhi nilai perusahaan, yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen. Nilai perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal perusahaan, seperti tingkat suku bunga, tingkat inflasi, kurs mata uang, dan situasi sosial politik. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan faktor eksternal perusahaan sebagai variabel independen yang mempengaruhi nilai perusahaan dengan model penelitian yang memadai. DAFTAR PUSTAKA Allen F., A. Bernardo, dan I. Welch, 2000, A theory of dividends based on tax clienteles, Journal of Finance, Vol. 55: pp. 2499-2536. Bae, C, 2004, Corporate Governance and Market Valuation in China.” Journal of Comparative Economics 32 : 599–616. Barclay, M. dan C.G Holderness, 1991, Negotiated block trades and corporate Control, Journal of Finance, Vol. 46: pp. 861-878. Belkhir,M,2008, Board of Directors’ Size and Performance in the Banking Industry, JEL Classification Beiner,S. And Drobert,W. 2003, Is Board Size an Independent Corporate Governance Mechanism, JEL Classification: G12, G34, G38
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
16
Chen, C.R. dan T.L. Steiner, 1999, Managerial Ownership and Agency Conflicts: A Nonlinear Simultaneous Equation Analysis of Managerial Ownership, Risk Taking, Debt Policy, and Dividend Policy, The Financial Review; Feb 1999; p. 119 - 136. Clay, D.G., 2002, Institutional Ownership and Firm Value, Working Paper Series. Collins, M.C.; A.S. Dutta; dan J.W. Wansley, 2009, Managerial Ownership and Dividend Policy In The U.S. Banking Industry, Journal of Business and Economics Research; Oct 2009; p.33-38. Crutchley, E. Claire, R.H.M Jensen, S.J Jahera, J.E Raymond, 1999, Agency Problems and The Simultaneity of Financial Decision Making The Role of Institutional Ownership, International Review of Financial Analysis; 8:2, pp. 177-197. Fama dan K. R. French, 1998, Taxes, Financing Decision, and Firm Value, The Journal of Finance LIII (June 3): 819-843. FCGI. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Jilid I. FCGI, Edisi ke-3. (2001). Fuerst, O. dan H. Kang. 2000. Corporate Governance Expected Operating Performance, and Pricing, Working Papers; Yale School of Management, pp. 1-138. Ghozali, I, 2009, Aplikasi Analisis multivariate dengan program SPSS, Edisi II, Penerbit Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Halim, A, 2003, Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat Han, K.C., S.H. Lee, dan D.Y. Suk, 1999, Institutional Shareholders and Dividends, Journal of Financial and Strategic Decision, Spring, Vol. 12: pp. 53-62. Harto, P, 2005, Kebijakan Diversifikasi Perusahaan Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja: Studi Empiris Pada Perusahaan Publik Di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo. Haruman, T. 2008. “Pengaruh Keputusan Keuangan dan Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEJ)”. The first PPM National Conference on Management Research. Sekolah Tinggi Manajemen PPM. Universitas Widyatama Bandung. Hasnawati, S, 2005, Implikasi Keputusan Investasi, Pendanaan, dan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta. Usahawan: No. 09/Th XXXIX. September 2005: 33-41. Hartono,J. 2005, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, BPFE, Yogyakarta. Ikbal,Muhammad. Sutrisno. Djamhuri,Ali 2011, Pengaruh Profitabilitas dan Kepemilikan Insider Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Utang dan Kebijakan Deviden Sebagai Variabel Intervening (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia) Imam,O. Mahmood,J 2007 ,Firm Performance and Corporate Governance Through Ownership Structure: Evidence from Bangladesh Stock Market,International Review of Business Research Papers Vol.3 No.4 October 2007 Pp 88-110 Ismiyanti, F dan M.M Hanafi, 2004, Strukur Kepemilikan, Risiko, dan Kebijakan Keuangan: Analisis Persamaan Simultan, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.19, No.2. Jiapron,P and Ning, 2011 Dividend Payouts and Corporate Governance Quality: An Empirical Investigation, The Financial Review 46 (2011) 251–279 Jennings, W.W., E. Further, 2001, on Institutional Ownership and Corporate Value, Working Paper, JEL Classification G32 G34 G2, US Air Force Academy. Jensen, C. Michael and H.W. Meckling, 1976, Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure.” Journal of Financial Economics 3:4 (October 1976): 305-360. Kasmir, 2010, Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
17
Kowalewski, Oskar, S. Ivan dan T. Oleksandra, 2007, Corporate Governance and Dividend Policy in Poland, JEL Classification Codes: G30, G32, G35. Kusumawati, dan Riyanto Bambang. 2005. Corporate Governance dan Kinerja : Analisis Pengaruh Complience Reporting dan Struktur Dewan Terhadap Kinerja. Artikel yang Dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi 8 Solo tangal 15-16 September 2005. Lee, S, 2008, Ownership Structure and Financial Performance: Evidence from Panel Data of South Korea, Working Paper, No: 2008-17. University of Utah. Lihan, 2010, Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan, Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto. Lindenberg,E dan R. Stephen, 2006, Tobin’s Q Ratio an Industrial Organization, Journal of Business, hal 1-32. M.H. Mamduh, 2008. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Mahadwartha, Putu dan J. Hartono, 2002, Uji Teori Keagenan Dalam Hubungan Interdependensi Antara Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen, , Simposium Nasional Akuntansi V, Ikatan Akuntansi Indonesia, p.635-647. Martono, dan Harjito, D.Agus, 2001., Manajemen Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Yogyakarta: Penerbit Ekonisia Fakultas Ekonomi UI. Mitton, T. 2004. Corporate Governance and Dividen Payout in Emerging Markets. Available on-line at www.ssrn.com Myers, Brealey, & Marcus, 2004, Fundamental of Corporate Finance 4th edition. New York. Mc.Graw Hill. Pradnyani, N.L.P.S dan I.Astika, 2013,”Good Corporate Governance Sebagai Prediktor Kinerja Keuangan dan Implikasinya Pada Kebijakan Deviden”. Regar, M.H ,2001, Pembahasan Kritis Aspek Manajemen dan Akuntansi UU Perseroan Terbatas, Quantum, Jakarta. Rozeff, M., 1982, Beta and Agency Cost as Determinants of Payout Ratio, Journal of Financial Research, Fall 1982, 249-259. Sartono, A, 2001, Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi, Edisi 4 cetakan kedua, BPFE UGM Yogyakarta. Sarwono, J. 2006. Analisa Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS., Penerbit ANDI, Yogyakarta Scott, W.R, 2003, Financial Accounting Theory, Second Edition, Prentice-Hall, Scarborough, Ontario, Canada. Shleifer, Andrei, dan Vishny, 1986, Large Shareholders and Corporate Control, Journal of Political Economy, Vol. 94: pp. 461-488. Suprayitno, 2004, Komitmen Menegakkan Good Corporate Governance, The Indonesian Institute for Corporate Governace. Suratman, A, 2000, Peranan Akuntan Pada GCG, Media Akuntansi, No.7/TH.1/Maret 200. Sudana M, 2011, Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan Praktek, Jakarta : Penerbit Erlangga. Syakhroza, A, 2003, Theory of Good Corporate Governance, Majalah Usahawan Indonesia, No. 08, Vol XXXII, pp 1925. Utama, S, dan C. Afriani, 2005, Praktek Corporate Governance dan Penciptaan Nilai Perusahaan: Studi Empiris di BEJ, Managemen Usahawan Indonesia, No. 8 Tahun XXXIV. Tandelilin, E, dan T. Wilberforce, 2002, Can Debt and Dividend Policies Substitute Insider Ownership in Controlling Equity Agency Conflict?. Gadjah Mada International Journal of Business, January, Vol. 1, No. 1: pp. 31–43. Van Horne, W, 2005, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 12 (2012)
18
Wahyudi, U, Pawestri dan H. Prasetyaning, 2006, Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi 9.KAKPM 17. Walsh, C, 2003, Key Management:Rasio-Rasio Manajemen Penting Penggerak dan Pengendali Bisnis. Edisi Tiga, Penerjemah Shalahuddin Haikal, Jakarta : Erlangga. Weston, J.F dan Copeland, 2008, Dasar–Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta : Erlangga Wright, P., dan S. P. Ferris. 1997. Agency Conflict dan Corporate Strategy: The Effect of Divestment on Corporate Value. Strategic Management Journal 18: 77- 83. Zhang, H, 2008, Corporate Governance and Dividend Policy: A Comparison of Chinese Firms Listed in Hong Kong and in the Mainland, China Economic Review 19 (2008): 437–459.