PENGARUH SILIKA (SiO2) DALAM AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PEMBUATAN BATU BATA TANPA PEMBAKARAN 1 Nurhaeri Zulkaiddah, 2Tri Harianto, 2H.M Iskandar Maricar 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin 2 Dosen Pengajar Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Email:
[email protected] ABSTRAK Batu bata merupakan salah satu bahan bangunan yang terbuat dari tanah liat dan melalui proses pembakaran. Proses pembakaran dapat menimbulkan polusi udara yang dapat meningkatkan kerusakan ozon. Perlunya dibuat alternatif pembuatan batu bata tanpa melalui proses pembakaran. Abu ampas tebu dan abu sekam padi merupakan limbah akhir dari produksi suatu industri yang diketahui memiliki kandungan silika yang tinggi. Batu bata dibuat dengan memanfaatkan limbah abu sekam padi dan abu ampas tebu dengan campuran semen sebagai perekat dan dicampur dengan tanah liat tanpa melalui proses pembakaran. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengatahui nilai kuat tekan tertinggi pada batu bata tanpa pembakaran dengan pemanfaatan limbah abu sekam dan abu ampas tebu. Ada 3 jenis campuran yang dibuat dengan proporsi variasi campuran 30% bahan additif, 60% tanah liat, dan semen sebanyak 10%. Variasi komposisi antara abu sekam padi dan abu ampas tebu dibuat dengan menggunakan perbandingan C1 30%:0%; C2 15%:15%; C3 0%:30%. Cetakan benda uji berukuran panjang 5 cm, lebar 5 cm, dan tinggi 5 cm. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 7, 14, dan 28 hari. Hasil pengujian kuat tekan tertinggi berada pada umur 28 hari sebesar 27.903 kg/cm2 pada C2. Hasil uji kuat tekan batu bata tanpa pembakaran selanjutnya dibandingkan dengan hasil pengujian batu bata konvensional guna mengetahui perbedaan nilai kuat tekan. Adapun hasil uji kuat tekan batu bata konvensinal sebesar 23.61 kg/cm2 dengan perbedaan nilai sebesar 4,29 kg/cm2 . Kata kunci : Batu bata tanpa pembakaran, Abu sekam padi, Abu ampas tebu ABSTRACT ABSTRACT: Brick is one of building material made of clay and through the combustion process. The combustion process can give rise to air pollution can increase the ozone damage. The need for the alternative of brick making was made without going through the process of burning. Ash dregs of sugar cane and rice husk ash is the final waste from the production of an industry that is known to have high silica content. The bricks made by making use of rice husk ash waste and ash dregs cane with a mixture of cement as adhesive and mixed with the clay without going through the process of burning. This research was conducted with the aim to find out the value of a strong press highest on brick without burning with utilization of waste pulp husk ash grey and cane. There are 3 types of blends made with mixed variations of proportion 30% material additives, 60% clay, and cement as much as 10%. Variations in composition between the rice husk ash and ash dregs of sugar cane is made by using the comparison of C1 30%: 0%; C2 15%: 15%; C3 0%: 30%. Prints a test object length 5 cm, width 5 cm and height 5 cm. press the strong Testing done at the age of 7, 14, and 28 days. The test results are on the highest press powerful age 28 days amounted to 27,903 kg/cm2 at C2. Test results strong press brick without burning next compared to conventional brick test results in order to find out the difference between the strong press. As for the results of the test of a strong press in conventional bricks of 23.61 kg/cm2 with a difference value of 4.29 kg/cm2. Keywords : Brick without burning, Rice husk ash, Ash dregs of Sugar 1. PENDAHULUAN Pada bidang konstruksi, batu bata biasa dipakai sebagai penyangga atau pemikul beban yang ada diatasnya seperti pada konstruksi perumahan dan fondasi ataupun sebagai dinding pembatas dan estetika pada konstruksi gedung tanpa memikul beban diatasnya. Pemanfaatan bahan limbah yang ramah lingkungan juga perlu dipertimbangkan sebagai
bahan campuran batu bata. Untuk itu, peneliti mencoba menggunakan bahan pencampur yang salah satunya adalah abu sekam padi dan abu ampas tebu untuk jenis batu bata dengan pembakaran. Sedangkan, untuk batu bata tanpa melewati proses pengeringan dan pembakaran maka diperlukan semen Portland sebagai bahan tambahan untuk batu bata tanpa pembakaran.
Proses pembakaran pada batu bata tentu mengakibatkan adanya pencemaran udara. Banyaknya industri kecil pembuat batu bata yang berada dekat dari tempat tinggal penduduk yang akan merasakan dampak dari pencemaran udara tersebut. Di Indonesia banyak industri batu bata konvensioanl, tidak memperhatikan dampak dari pembakaran batu bata. Untuk itu diperlukan suatu solusi agar industri tersebut mampu membuat batu bata tanpa pembakaran dengan kualitas tinggi.
tanpa pembakaran dilakukan pengujian setelah benda uji berumur 7, 14, dan 28 hari. Sedangkan yang melewati proses pembakaran dilakukan pengujian setelah benda uji melewati proses pembakaran. Setelah dilakukan pengujian terhadap benda uji maka dilakukan pengolahan data dan analisis untuk membandingkan hasil uji batu bata tanpa pembakaran dengan batu bata dengan pembakaran. Dari hasil perbandingan maka dapat diketahui nilai minimum dan maksimum yang kemudian dijadikan sebagai kesimpulan penelitian.
2. METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimetal yang dilanjutkan dengan pengujian benda uji dilaboratorium untuk menganalisis pengaruh silika terhadap kuat tekan batu bata tanpa pembakaran. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan sejak adanya surat penugasan No. 5255 / UN4.8.1/PP.36/2016 hingga tersusunnya tugas akhir. Kegiatan penelitian ini dilakukan di : 1. Laboratorium Science Building FMIPA Universitas Hasanuddin untuk menguji kandungan silika (SiO2) pada abu sekam padi dan abu ampas tebu. 2. Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin untuk uji karakteristik material bahan. 3. Laboratorium Struktur Dan Bahan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin untuk pembuatan benda uji dan pengujian kuat tekan sampel batu bata. Bagan Alir Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan penelitian yang dibuat dalam suatu kerangka prosedur penelitian. Penelitian ini diawali dengan kegiatan pengumpulan teoriteori mengenai batu bata mulai dari karakteristik bahan, pembuatan benda uji, pemeliharaan, hingga pengujian. Benda uji dibuat dalam dua jenis perlakuan yaitu tanpa pembakaran dan dengan pembakaran. Untuk pengujian dengan perlakuan
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh melalui pengujian meliputi persiapan bahan campuran, pengujian karakteristik lempung dan bahan tambahan campuran batu bata, pembuatan benda uji dan uji kuat tekan . Dari pengujian kuat tekan batu bata dengan bahan tambahan abu ampas tebu dan abu sekam padi diperoleh hasil berupa nilai kuat tekan tertinggi dan terendah. Dari hasil tersebut dapat dilihat pengaruh silika terhadap campuran batu bata tanpa pembakaran maupun dengan pembakaran. Sebelum dilakukan pembuatan benda uji terlebih dahulu dilakukan pengujian material bahan dan uji kandungan silika pada bahan tambahan. Adapun persentase tambahan campuran batu bata yaitu 30% abu
sekam, 15% abu sekam + 15% abu ampas tebu, dan 30% abu ampas tebu. Untuk batu bata tanpa pembakaran dilakukan penambahan semen 10% dan lempung yang digunakan sebanyak 60%. Sedangkan untuk batu bata dengan pembakaran menggunakan lembung sebanyak 70%. Karakteristik Material Pentingnya dilakukan uji karakteristik material yaitu untuk mengetahui jenis material yang digunakan dengan karakteristik tertentu dan akan menghasilkan kuat tekan dengan nilai tertentu pula. Hal ini bisa menjadi acuan untuk pemilihan material selanjutnya. a) Lempung Berdasarkan pelaksanaan pemeriksaan sifat fisik tanah di laboratorium, diperoleh hasil pemeriksaan karakteristik yang meliputi berat jenis, kadar air, berat volume, dan batas-batas atterberg (batas plastis, cair, dan susut) dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 1. Hasil Pengujian Karakteristik Lempung N
Karakteristik Agregat
1
Berat Jenis
ASTM-D4643
2,74
2
Kadar Air
ASTM-D4643
20.53%
3
Berat Isi Batas-batas Atterberg Batas Plastis
ASTM-D4643
1,82gr/cm3
4
Standar Pengujian
Hasil Pengujian
ASTM-D424-59
20.53%
Batas Cair
ASTM-D423-66
33.58%
Batas Susut
ASTM-D427-64
17.99%
Hasil rangkuman pengujian karakteristik lempung yang telah dilakukan pengujiannya dilaboratorium seperti data yang diperoleh diatas menunjukkan bahwa jenis tanah yang berasal dari Kelurahan Bontomanai Kecamtan Bontomarannu Kabupaten Gowa merupakan tanah lempung yang memenuhi spesifikasi untuk pembuatan batu bata. b) Abu Sekam dan Abu Ampas Tebu Berdasarkan hasil pengujian berat jenis yang dilakukan di laboratorium mekanika tanah menghasilkan nilai berat jenis abu ampas tebu yaitu 0.710 , sedangkan untuk berat jenis abu sekam yaitu 0.477. Kandungan Bahan Aditif Ampas tebu yang berasal dari Pabrik Gula Takalar dan Abu Sekam yang berasal dari pabrik beras di Maros akan dilakukan pengujian
kandungan silika terlebih dahulu sebelum digunakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh silika dalam ampas tebu dan abu sekam berpengaruh terhadap kuat tekan benda uji . a. Abu Ampas Tebu Untuk mendapatkan zat-zat yang terkandung dalam ampas tebu Pabrik Gula Takalar dilakukan pengujian. Pengujian kandungan abu ampas tebu dilakukan dengan metode fisika adapun hasil pegujian dapat dilihat pada tabel Tabel 2. Komponen Kimia Dalam Ampas Tebu N
Massa (mg)
Ketebalan ( mm)
Komposisi Kimia
Kadar dalam sludge (%)
1
SiO2
56.54
2
Fe2O3
28.42
CaO2
3.95
4
K2O
3.63
5
MnO
3.53
3
500000
3.77
Dari hasil pengujian tersebut diperoleh hasil pengujian kadar silica (SiO2) yang terkandung dalam abu ampas tebu memiliki kandungan sebesar 56.54 % dan merupakan komposisi kimia terbesar dalam abu ampas tebu. b. Abu Sekam Padi Dengan metode yang sama untuk mengetahui kandungan abu sekam, maka dapat diperoleh hasil pengujian pada tabel berikut Tabel 3. Komponen Kimia Dalam Abu Sekam N
Massa (mg)
Ketebalan (mm)
Komposisi Kimia
Kadar dalam sludge (%)
1
SiO2
93.5
2
K2O
3.57
P2O5
1.98
4
CaO
0.39
5
Fe2O3
0.331
3
300000
2.26
Dari hasil pengujian tersebut diperoleh hasil pengujian kadar silica (SiO2) yang terkandung dalam abu ampas tebu memiliki kandungan sebesar 93.5 % dan merupakan komposisi kimia terbesar dalam abu sekam. Kuat Tekan Batu Bata Tanpa Pembakaran Pengujian kuat tekan dilakukan dengan uji kubus berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari masing-masing sebanyak 3 buah setiap campuran dengan kadar
22 20 18 16
20.24
19.14
17.66
30% abu sekam 15% abu sekam + 30% abu ampas 15% abu ampas tebu tebu
Kadar Campuran (%)
Kuat Tekan (kg/cm2)
Gambar 2. Grafik nilai kuat tekan hari ke-7 Dari grafik tersebut terlihat bahwa hasil pengujian kuat tekan batu-bata pada masingmasing campuran diperoleh kuat tekan pada tertinggi pada campuran 15% abu ampas tebu + 15 % abu sekam padi yaitu 20.24 kg/cm2, kemudian terendah pada campuran 30 % abu ampas tebu sebesar 17.66 kg/cm2 serta kuat tekan pada campuran 30 % abu sek a padi sebesar 19.14 kg/cm2. Jika dibandingkan dengan penambahan campuran abu sekam dengan ampas tebu, jelas terlihat bahwa penambahan abu sekam memiliki kuat tekan lebih tinggi dibandingkan penambahan campuran abu ampas tebu. b) Hari ke-14 Hasil pengujian kuat tekan benda uji batu bata tanpa pembakaran hari ke-14 dapat dilihat pada grafik berikut 25 20 15 10 5 0
20.48
23.57
18.27
30% abu sekam 15% abu sekam 30% abu ampas + 15% abu tebu ampas tebu
Kadar Campuran (%)
Gambar 3. Grafik nilai kuat tekan hari ke-14 Dari grafik tersebut terlihat bahwa hasil pengujian kuat tekan batu-bata pada masingmasing campuran diperoleh kuat tekan pada tertinggi pada campuran 15% abu ampas tebu + 15 % abu sekam padi yaitu 23.57 kg/cm2, kemudian terendah pada campuran 30 % abu ampas tebu sebesar 18.27 kg/cm2 serta kuat tekan pada campuran 30 % abu seka padi sebesar 20.48 kg/cm2. Jika dibandingkan dengan penambahan campuran abu sekam dengan abu ampas tebu, jelas terlihat bahwa penambahan abu sekam memiliki kuat tekan lebih tinggi dibandingkan penambahan campuran abu ampas tebu. c) Hari Ke-28 Hasil pengujian kuat tekan benda uji batu bata tanpa pembakaran hari ke-28 dapat dilihat pada grafik berikut Kuat Tekan (kg/cm2)
Kuat Tekan (kg/cm2)
penambahan campuran 30% abu sekan, 15% abu sekam + 15% abu ampas tebu, dan 30% abu ampas tebu. Dari 3 macam campuran batu-bata yang diuji dengan masing-masing diuji pada hari ke 7,14 dan 28. Masing-masing campuran dibuat 3 sampel pada setiap hari pengujiannya. Jadi banyak sampel yang diuji untuk batu-bata tanpa pembakaran adalah sebanyak 27 buah sampel. Dan dari hasil pengujian didapatkan data yang diperoleh dan kemudian di ambil rata-rata dari 3 sampel setiap hari pengujiannya. a) Hari ke-7 Hasil pengujian kuat tekan benda uji batu bata tanpa pembakaran hari ke-7 dapat dilihat pada grafik berikut
30 20 10 0
25.82
27.90
21.38
30% abu sekam 15% abu sekam + 30% abu ampas 15% abu ampas tebu tebu (%) Kadar Campuran
Gambar 4. Grafik nilai kuat tekan hari ke-28 Dari grafik tersebut terlihat bahwa hasil pengujian kuat tekan batu-bata pada masingmasing campuran diperoleh kuat tekan pada tertinggi pada campuran 15% abu ampas tebu + 15 % abu sekam padi yaitu 27.90 kg/cm2, kemudian terendah pada campuran 30 % abu ampas tebu sebesar 21.38 kg/cm2 serta kuat tekan pada campuran 30 % abu seka padi sebesar 25.82 kg/cm2 . Sama dengan hasil pengujian hari ke-7 dan ke-14 dapat dilihat campuran abu sekam memiliki nilai kuat tekan lebih tinggi dibandingkan dengan campuran abu ampas tebu. Kuat Tekan Batu Bata Dengan Pembakaran Berbeda dengan batu bata tanpa pembakaran, batu bata dengan pembakaran ini dilakukan dengan proses pembakaran secara tradisional. Setelah dilakukan pemeliharaan pada benda uji, benda uji tersebut dibawa ke industry batu bata untuk dilakukan pembakaran sebelum dilakukan pengujian kuat tekan. Untuk kuat tekan batu bata dengan pembakaran dilakukan dengan uji kubus berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm pada hari setelah batu bata telah melewati proses pembakaran.
Kuat Tekan (kg/cm2)
15 10 5 0
11.335
10.17
9.17
30% abu sekam 15% abu sekam + 30% abu ampas 15% abu ampas tebu tebu Kadar Campuran (%)
Gambar 5. Grafik nilai kuat tekan batu bata dengan pembakaran Dari nilai rata-rata kuat tekan setiap campuran dapat dilihat berdasarkan grafik diatas yang menunjukkan adanya perbedaan kuat tekan setiap campuran. Pada batu bata pembakaran nilai kuat tekan tertinggi berada pada campuran dengan penambahan 30% abu sekam dengan nilai 11.335 kg/cm2. Sedangkan nilai kuat tekan terendah berada pada campuran dengan penambahan 30% abu ampas tebu dengan nilai 9.174 kg/cm2. Berdasarkan dari data tersebut dapat diketahui bahwa silika dalam bahan tambahan pembuatan batu bata sangat berpengaruh. Terbukti bahwa kandungan silika pada abu sekam lebih tinggi dibandingkan dengan abu ampas tebu, yang kemudian akan mempengaruhi nilai kuat tekan pada campuran batu bata dengan pembakaran. Nilai kuat tekan yang didapat dari hasil uji kuat tekan sangat jauh dari nilai kuat tekan batu bata konvensional. Pengaruh Silika Dalam Ampas Tebu dan Abu Sekam Padi Sebagai Campuran Batu Bata Tanpa Pembakaran Adapun grafik pengaruh silika batu bata tanpa pembakaran terhadap umur hari dapat dilihat pada Gambar 6
Kuat Tekan (kg/cm2)
Setiap capuran memiliki 3 buah sampel untuk diuji. Batu bata dengan pembakaran ini dibuat tanpa campuran semen dengan persentase penambahan bahan campuran abu sekam dan abu ampas tebu yang sama. Pengujian kuat tekan batu bata dengan pembakaran dilakukan untuk mengetahui nilai kuat tekan antara batu bata tanpa pembakaran dengan batu bata dengan pembakaran. Hasil pengujian kuat tekan batu bata dengan pembakaran dapat dilihat pada gambar berikut;
30.0 28.0 26.0 24.0 22.0 20.0 18.0 16.0 14.0
20.24 19.14 17.66 7
23.57 20.48 18.27
14 Waktu (Hari)
27.90 25.82 21.38
28
Gambar 6. Grafik pengaruh silika terhadap kuat tekan dan umur hari batu bata tanpa pembakaran Pada grafik di atas menunjukkan pengaruh silika terhadap kuat tekan sangat berpengaruh. Ditunjukkan pada campuran 15% abu sekam + 15 % abu ampas tebu menunjukkan nilai kuat tekan paling tinggi yaitu 27.90 kg/cm2 dan pada campuran abu sekam padi 30% yaitu 25.82 kg/cm2 yang merupakan campuran dengan kandungan silika paling tinggi. Nilai kuat tekan terendah berada pada campuran abu ampas tebu dengan nilai kuat tekan 21.58 kg/cm2 yang merupakan campuran dengan nilai kandungan silika paling rendah. Adapun dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai kuat tekan tertinggi berada pada campuran 15% abu sekam + 15 % abu ampas tebu. Jika ditinjau dari hasil pengujian kandungan kimia untuk kandungan silika tertinggi berda pada kandungan abu sekam yaitu 93 %. Sedangkan yang seharusnya memiliki nilai kuat tekan tertinggi berada pada campuran 30% abu sekam. Hal tersebut dikarenakan bahwa abu ampas tebu memiliki kandungan kimia lain yang juga dimiliki oleh kandungan kimia semen yaitu Fe2O3 sehingga mempengaruhi nilai kuat tekan. Untuk ampas tebu memiliki kandungan kimia (Fe2O3) sebesar 28.42% sedangkan untuk abu sekam yaitu 0.331%. Hal inilah yang mempengaruhi dari nilai kuat tekan untuk campuran. Dari grafik tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan silika terhadap campuran maka aka menghasilkan nilai kuat tekan yang tinggi. Selain itu dari silika terhadap umur hari berbanding lurus pada kuat tekan, yaitu semakin lama umur hari semakin tinggi kuat tekan. Perbandingan Hasil Uji Kuat Tekan Antara Batu Bata Tanpa Pembakaran Dengan Batu Bata Dengan Pembakaran Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan pada masing-masing benda uji tentu menghasilkan nilai yang berbeda untuk setiap campuran maupun untuk setiap jenis metode pembuatan. Hal ini dikarenakan
kuat tekan (kg/cm2)
40.0 27.904
25.82 20.0
11.34
10.17
21.378 8.41
0.0 30 % Abu Sekam
15 % Abu Sekam + 15 % 30 % Abu Ampas Tebu Abu Ampas Tebu
Kadar Campuran (%)
Tanpa Pembakaran
Gambar 7. Grafik perbandingan kuat tekan batu bata tanpa pembakaran (umur 28 hari) dengan batu bata dengan pembakaran Berdasarkan Gambar 7 menunjukkan bahwa perbedaan antara kuat tekan batu bata tanpa pembakaran (hari ke 28) dengan batu bata dengan pembakaran yang memiliki kuat tekan tertinggi berada pada nilai kuat tekan batu bata tanpa pembakaran yaitu pada campuran 15% abu sekam + 15% abu ampas tebu dengan nilai 27.90 kg/cm2. Sedangkan untuk nilai kuat terendah berada pada campuran 30% abu ampas tebu dengan nilai 8.41 kg/cm2 dengan metode pembakaran. Sedangkan jika dirata-ratakan nilai kuat tekan tertinggi dimiliki oleh setiap campuran batu bata tanpa pembakaran pada umur 28 hari dan nilai terendah dimiliki setiap campuran batu bata dengan pembakaran. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa batu bata tanpa pembakaran memiliki nilai kuat tekan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan batu bata dengan pembakaran. Untuk grafik hubungan kuat tekan batu bata tanpa pembakaran pada umur hari ke-7, 14,
dan 28 dengan batu bata dengan pembakaran dapat dilihat pada Gambar 8. Kuat Tekan (kg/cm2)
setiap jenis pembuatan benda uji masing-masing memiliki perlakuan khusus yang berbeda. Perbandingan hasil uji kuat tekan ini bertujuan untuk melihat lebih jelas pengaruh silika dari hasil perbandingan nilai antara batu bata tanpa pembakaran dan batu bata dengan pembakaran. Dengan hasil yang telah didapat kita dapat mengetahui kualitas sampel manakah yang layak untuk digunakan dan yang tidak layak untuk digunakan. Untuk perbandingan nilai kuat tekan pada batu bata tanpa pembakaran, nilai yang akan digunakan adalah hasil pengujian untuk hari ke-28. Hal ini dikarenakan sampel dengan umur 28 hari dengan campuran semen merupakan titik penambahan pengerasan tertinggi pada campuran. Sedangkan untuk perbandingan nilai kuat tekan batu bata dengan pembakaran, akan menggunakan hasil pengujian yang dilakukan setelah metode pembakaran. Adapun grafik perbandingannya dapat dilihat pada grafik berikut
30 25 20 15 10 5 0
25.82
27.90
20.48
23.57 20.24
17.98 11.34
10.17
30% abu sekam
21.38 18.27 17.66 9.17
15% abu sekam + 30% abu ampas tebu 15% abu ampas tebu
Kadar Campuran (%) 7 Hari
14 Hari
28 Hari
Dengan pembakaran
. Gambar 8. Grafik perbandingan kuat tekan batu bata tanpa pembakaran (umur 28 hari) dengan batu bata dengan pembakaran Dapat dilihat pada grafik batu bata tanpa pembakaran memiliki nilai kuat tekan jauh dengan nilai kuat tekan batu bata dengan pembakaran sejak umur 7 hari. Hal ini membuktikan bahwa batu bata tanpa pembakaran dengan campuran semen memiliki nilai kuat tekan lebih tinggi dibandingkan dengan batu bata dengan pembakaran. Perbandingan Hasil Uji Kuat Tekan Antara Batu Bata Tanpa Pembakaran Dengan Batu Bata Konvensional Batu bata konvensional, merupakan batu bata yang tidak memiliki bahan additive apapun.Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan pada masing-masing benda uji tentu menghasilkan nilai yang berbeda untuk setiap campuran maupun untuk setiap jenis metode pembuatan. Hal ini dikarenakan setiap jenis pembuatan benda uji masing-masing memiliki perlakuan khusus yang berbeda. Perbandingan hasil uji kuat tekan ini bertujuan untuk melihat lebih jelas nilai kuat tekan dari hasil perbandingan nilai antara batu bata tanpa pembakaran dan batu bata konvensional. Dengan hasil yang telah didapat kita dapat mengetahui jenis batu bata manakah yang layak di gunakan. Untuk perbandingan nilai kuat tekan pada batu bata tanpa pembakaran, nilai yang akan digunakan adalah hasil pengujian untuk hari ke-28. Hal ini dikarenakan sampel dengan umur 28 hari dengan campuran semen merupakan titik penambahan pengerasan tertinggi pada campuran. Sedangkan untuk perbandingan nilai kuat tekan batu bata
Kuat tekan (kg/cm2)
konvensional, akan menggunakan hasil pengujian yang dilakukan dengan mengambil nilai rata-rata kuat tekan batu bata konvensional. Adapun grafik perbandingannya dapat dilihat pada gambar 50 40 30 20 10 0
39.27 25.82
30% abu sekam
27.9
21.37
23.61
15% abu 30% abu batu bata batu bata sekam + 15% ampas tebu konvensional konvensional abu ampas (press) tebu
Jenis benda uji 15% abu batu sekam bata+tanpa 15% abu pembakaran ampas tebu batu bata konvensional (press) batu bata konvensional
Berdasarkan dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa nilai kuat tekan rata-rata batu bata konvensional memiliki nilai kuat tekan lebih tinggi dibandingkan dengan batu bata tanpa pembakaran. Untuk campuran 30% abu sekam + 0% abu ampas tebu memili selisih nilai kuat tekan sebesar 13.45 kg/cm2. Dan untuk campuran 15% abu. sekam + abu ampas tebu memiliki selisih nilai kuat tekan sebesar 11,37 kg/cm2. Sedangkan untuk campuran 30% abu ampas tebu memiliki selisih nilai kuat tekan sebesar 17,9 kg/cm2. Berdasarkan dari nilai selisih terendah yaitu pada campuran 15% abu sekam + 15% abu ampas tebu yaitu dengan nilai perbandingan 27.9 kg/cm2 dan 39.27. Dengan kata lain dari hasil pengujian kuat tekan tertinggi dengan penambahan bahan additif berupa abu sekam padi dan abu ampas tebu dengan nilai tertinggi 27.9 kg/cm2 memiliki kenaikan sebesar 40% terhadap batu bata konvensional (press) sedangkan untuk batu bata konvensioanl biasa memiliki nilai 23,61 kg/cm2. Jadi antara batu bata tanpa pembakaran dengan batu bata konvensional biasa memiliki penurunan kuat tekan sebesar 15,38%. 4.PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengujian berat jenis dan kuat tekan , diperoleh kesimpulan bahwa : a) Silika pada abu sekam padi dan ampas tebu sangat berpengaruh pada kuat tekan batu
bata tanpa pembakaran. Selain itu bertambahnya umur hari benda uji menunjukkan semakin meningkatkan nilai kuat tekan pada benda uji. Terbukti dari data yang diperoleh bahwa campuran dengan abu sekam memiliki nilai kuat tekan lebih tinggi yaitu 25.824 kg/cm2 dibandingkan dengan campuran abu ampas tebu dengan nilai kuat tekan yaitu 21.380 kg/cm2. b) Nilai kuat tekan optimum berada pada campuran 15% abu sekam + 15% abu ampas tebu di hari ke-28 dengan nilai 27.903 kg/cm2. Sedangkan untuk nilai kuat tekan terendah berada pada campuran 30% abu ampas tebu dengan nilai kuat tekan 9.174 kg/cm2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka sebagai bahan pertimbangan , diajukan beberapa saran sebagai berikut : a) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi campuran yang lebih beragam dan menggunakan saringan no.200. b) Perlu dilakukan pengujian sifat mekanis terhadap benda uji bukan hanya kuat tekan untuk mengetahui efisien tidaknya batu bata secara menyeluruh. c) Penelitian selanjutnya sebaiknya jumlah benda uji diperbanyak lagi agar lebih akurat lagi data yang diperoleh. d) Perlu adanya penelitian mengenai reaksi kandungan kimia yang ada pada campuran abu sekam padi dengan abu ampas tebu. REFERENSI Abdurrohmansyah, dkk. Studi Kuat Tekan Batu Bata Menggunakan Bahan Aditif. Universitas Lampung Adha, Idhar Mahadi. 2011. Pemanfaatan Abu Sekam Padi Sebagai Pengganti Semen Pada Metoda Stabilisasi Tanah Semen. Universitas Lampung Albert cotton, Geoffrey Wilkinson.1989. Kimia Organik Dasar. Penerjemah: Yanti R. A. Koestoeri. Cetakan Pertama. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta Bali, Ika., A, Prakoso. 2002. Beton Abu Sebagai Alternatif Bahan Konstruksi Jurnal
Sains dan Teknologi EMAS. Universitas Kristen Indonesia, Jakarta Dahliana, D. dkk. 2013. Pengaruh Suhu Sintering Terhadap Karakteristik Fisis Komposit MgO-Si Berbasis Silika Sekam Padi. Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika. Effendi, Zulfan, dkk. 2015. Pembuatan Batu Bata Dengan Penambahan Fly Ash dan Semen Tanpa Proses Pembakaran. Universitas Riau, Riau Fernanda, Aldy, dkk. 2012. Studi Kekuatan Pasangan Batu Bata Pasca Pembakaran Menggunakan Bahan Aditif Zeolit. Universitas Lampung, Lampung Ganting, S.I., dkk. 2008. Karakteristik Dari Silika Sekam Padi Dari Provinsi Lampung Yang Diperoleh Dengan Metode Ekstraksi. MIPA dan Pembelajarannya, Lampung Gerry Phillip Rompas. 2013. Pengaruh Pemanfaatan Abu Ampas Tebu Sebagai Substitusi Parsial Semen Dalam Campuran Beton Ditinjau Terhadap Kuat Lentur Dan Modulus Elastis. Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi, Hanafi S, dkk. 2010. Studi Pengaruh Silika Dari Abu Ampas Tebu Terhadap Kekuatan Produk Keramik. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sebelas Maret, Surakarta Handayani, Sri. 2010. Kualitas Bata Merah Dengan Penambahan Serbuk Gergaji. Universitas Negeri Semarang, Semarang Hartono, J. M. V dan Namara, Nc. 1983. Teknologi Bahan Bangunan Bata Dan Genteng. Balai Penelitian Keramik. Bandung Haslinawati, M.M., dkk. 2011. Effect Of Temperature On Ceramic From Rice Husk Ash. International Journal Of Basic and Applied Science Isnandar, dkk. 1994. Kajian Kuat Tekan Batu Bata Cetak Pasir Kapur di Daerah Malang. Jurnal Penelitian Kependidikan, Malang Iler, R.K., 1979. The Chemistry Of Silica: Solubility, Polimerzation, Colloid and
Surface Properties, and Biochemistry. Wiley, New York Junior et al. 2003. Structural Behavior Of Load Bearing Brick Walls Of Soil Cement With The Addition Of Ground Ceramic Waste. Vol 7. Page 552-558 Kalapathy, W, dkk. 2000. A Simple Method For Production Of Pure Silica From Rice Husk Ash. Bioresource Technology Ketut Sudarsana, dkk. 2011. Karakteristik Batu Bata Tanpa Bakar Berbahan Abu Sekam Padi Dan Serbuk Batu Tabas. Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar Kurniawan, Gali. 2014. Studi Karakteristik Batu Bata Tanpa Pembakaran Berbahan Abu Sekam Padi dan Kapur Banawa. Universitas Tadulako Maya Lydya Wanti, dkk. 2012. Pemanfaatan Biozopolan Abu Sekam Padi Sebagai Fly Ash Dalam Pembuatan Semen Untuk Meningkatkan Kualitas Fisis Mortar. Universitas Hasanuddin, Makassar Muhardi, dkk. 2007. Perbaikan Karakteristik Batu Bata Lempung Dengan Penambahan Abu Terbang. Universitas Riau, Riau Mulyasmi, dkk. 2015. Pemanfaatan Abu Kulit Kakao Untuk Pembuatan Batu Bata. Universitas Bung Hatta Sumatera Barat Nada, I Made. 2011.Karakteristik Fisik Campuran Batu Bata Dengan Memanfaatakan Abu Sisa Pembakaran Kayu. Universitas Udayana, Denpasar Primayatma, I. B. G., 1993. Peranan Semen Portland Dan Agregat Lain Terhadap Campuran Tanah Liat Sebagai Bahan Batu Bata Merah Tanpa Pembakaran. Romalawati, Meiswita. 2012. Kajian Pemanfaatan Limbah Padat Biosolid Sebagai Bahan Baku Alternatif Produksi Batu Bata Tanpa Pembakaran. Universitas Veteran, Jawa Timur Sanjaya, Heru, dkk. 2014. Pengujian Batu Bata.Politeknik Negeri Bandung. Bandung Setyoko, Priyo. Pemanfaatan Silika Dalam Ampas Tebu Pabrik Gula dan Sekam
Padi Sebagai Bahan Baku Pembuatan Batu Bata Tanpa Pembakaran. 2011 Siriliuk and Yottapang. 2005. Structure Of Mesoporous MCM-41 Prepared From Rice Husk Ash. Assian Sympossium On Visualization. Changmai, Thailand SK SNI 03-6825-2002. Metode Pengujian Kekuatan Mortar Semen Portland Untuk Pekerjaan Sipil. Jakarta Pusat Somayaji, Shan. 2001. Civil Engineering Materials. Prentice Hall : New Jersey Surdia, Tata dan Shinraku Saitu. 1984. Pengetahuan Bahan Teknik. PT. Prodya Pramita, Jakarta Timang, Memed . 2016. Numerical Modelling on the Compressive and Tensile Behaviour of ECC. Universitas Hasanuddin, Makassar Tjokrodimulyo, K. 1992. Teknologi Beton. Biro Penerbit, Yogyakarta Tjokrodimulyo, K. 1992. Bahan Bangunan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Wijaksana, Budi, dkk. Pembuatan Batu Bata Tanpa Bakar Dengan Campuran Sodium Hidroksida Dan Sodium Silikat. Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya Yosi, Andre. 2010. Pemanfaatan Limbah Karbit Dan Abu Sekam Padi Untuk Pembuatan Batu Bata Tanpa Dibakar. Universitas Muhammadiya, Yogyakarta.