Pengaruh Serat Pelepah Pisang terhadap Luka Gangren pada Kelinci (Mulyadi)
PENGARUH SERAT PELEPAH PISANG TERHADAP LUKA GANGREN PADA KELINCI (The Effect of Banana Stem Fiber on Gangrenous Wounds in Rabbits)
Mulyadi 1), Fitri Wulansari 2), Lela Maeirta Haslinda 3), Nova Rezita 4), Nurma Indah Livianinda 5), Rima Yulianasari 6) 1, 2, 3, 4, 5, 6 Program Studi DIII Keperawatan Akademi Keperawatan dr. Soedono Madiun Email:
[email protected] Abstrak Pendahuluan: Luka gangren adalah kondisi luka yang muncul ketika banyak jaringan tubuh mengalami nekrosis (mati). Untuk mencegah komplikasi luka yang lebih berat diperlukan intervensi perawatan luka yang efektif dan efisien. Metode terbaru perawatan luka yaitu menggunakan modern dressing. Namun harga beli modern dressing cukup mahal. Penelitian ini bertujuan untuk membuat inovasi sebagai pengganti modern dressing dengan serat pelepah pisang yang memiliki bentuk seperti dressing dan getahnya baik untuk luka gangren. Metode: Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif True Eksperimental dengan rancangan Pre Test-Post Test Control Group Design. Subjek penelitian adalah kelinci lokal yang diberi perlakuan sama yaitu cek gula darah, injeksi Dekstrosa 40% dan insisi luka untuk membuat kelinci dalam kondisi luka gangren. 10 ekor kelinci lokal dibagi menjadi 2 yaitu, kelompok kontrol yang mendapat perawatan luka dengan kasa basah dan kelompok perlakuan yang mendapat perawatan luka dengan serat pelepah pisang dan kasa basah. Penelitian dilakukan selama 14 hari, untuk perawatan luka dilakukan selama 5 hari. Hasil dan Analisis: Hasil penelitian didapatkan semua perubahan luka baik kedalaman, panjang luka dan warna luka post perawatan diperoleh p<0.05 maka Ha diterima. Artinya ada perubahan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Diskusi: Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh serat pelepah pisang terhadap proses penyembuhan luka gangren. Kata kunci: serat pelepah pisang, gangren, rawat luka Abstract Introduction: The wound gangren is appeared condition when many bodily tissue experience necrosis. To prevent the complication care injuries effectively and efficiently. The latest treatments that use the modern dressing but the price is quite expensive. This study aims to make innovation as a replacement for modern dressing with fiber the stem of banana who have a like dressing and the sap is good for the wound gangren. Methods: The methods used is a quantitative true experiment with the draft Pre Test-Post Test Control Group Design. The subject is the local rabbit given the treatment at the check blood sugar, injection Dexstrosa 40% and injuries to make the rabbits in the condition of gangren. 10 tail the local rabbits divided into two groups, a control group that got the care of the wound with wet splayed and a treatment group got cared with fiber the stem of bananas and wet splayed. The research was conducted for 14 days, and 5 days for treatment. Results and Analysis: The results is found all the change in the wound both the depth, long wounds and the color of the post care optained p < 0,05 then Ha accepted. It means a significant changes between the traetment groups and a control groups. Discussion: So there’s influence of fiber the stem of banana againts the wound gangren healing process. Keywords: banana stem fiber, gangrene, wound care
25
Jurnal Keperawatan Madiun Vol. 3 No. 1 Maret 2016: 25-32
dengan dressing luka gangren. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah tentang “Pengaruh Kandungan Serat Pelepah Pisang Terhadap Perawatan Luka Gangren Pada Kelinci”.
Pendahuluan Luka gangren adalah proses luka atau keadaan yang ditandai adanya jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi (Askandar, 2001). Perawatan luka gangren secara tradisonal tidak mengenal perawatan luka lembab, yang menyebabkan kasa lengket pada luka, pertumbuhan jaringan lambat dan infeksi lebih banyak. Perawatan luka gangren secara modern yaitu dengan dressing. Dressing adalah metode perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance dan secara fisik dressing ini berbentuk jaring jaring. Winter (1962) dalam Arisanty (2013) menemukan evolusi proses kelembaban pada penyembuhan luka moist wound healing. Di RSUD Dr. Sayidiman Magetan jumlah penderita gangren diabetes melitus cenderung meningkat dari tahu ke tahun. Tahun 2010 penderita gangren diabetes melitus berjumlah 10 orang, tahun 2011 berjumlah 17 orang dan tahun 2012 berjumlah 33 orang (Data Rekam Medik RSUD Dr. Sayidiman Magetan). Pada zaman penjajahan Jepang (1942-1945) obat dan balutan sangat kurang, sehingga dipergunakannya daun pisang dan pelapah pisang. Getah pisang mengandung saponin, antrakuinon, lektin, kuinon, tannin, fenol, fibroblas dan flavanoid (Priosoeryanto, 2006). Bentuk fisik yang bejaring jaring juga memberikan manfaat untuk mengangkat eksudat luka. Sehingga serat pelepah pisang bisa digunakan sebagai pengganti dressing modern yang selama ini digunakan untuk merawat luka gangren. Berdasarkan uraian diatas diduga serat pelepah pisang memiliki kandungan farmakologis yang sama
Bahan dan Metode Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Desain yang digunakan adalah true eksperimental (Pretest – Posttest Control Group Design) Dalam pelaksanaan penelitian ini jumlah sempel yaitu 10 ekor kelinci, dibagi menjadi dua kelompok, dengan rincian kelompok perlakuan berjumlah 5 ekor yang diberi perlakuan serat pelepah pisang dan kasa lembab. Kelompok kontrol berjumlah 5 ekor yang diberi kasa lembab. Dilakukan pengukuran panjang luka, kedalaman luka, waktu penyembuhan, dan warna luka pada masing masing kelompok yaitu, pada hari ke-10,11,12,13,14. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kos Jalan Imam Bonjol No. 11 Madiun. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 28 Juli 2015 sampai 10 Agustus 2015. Teknik pengumpulan data pada tahap awal kelinci dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok perlakuan berjumlah 5 ekor dan kelompok kontrol berjumlah 5 ekor. Kedua kelompok mendapat terapi yang sama yaitu injeksi D40%. Pada hari pertama dosis yang diberikan 12 cc dua kali pagi dan sore. Pada hari kedua dosis injeksi tetap tetapi pemberian ditingkatkan 3x sehari, yaitu pagi, siang sore. Pada hari ketiga, empat dan lima dosis tetap tetapi pemberian ditingkatkan 4x sehari, yaitu pagi, siang sore, malam. Pada hari keenam dilakukan insisi pada paha kiri dengan panjang 4 cm lebar 4 26
Pengaruh Serat Pelepah Pisang terhadap Luka Gangren pada Kelinci (Mulyadi)
cm dan kedalaman 0,3 cm yang dilakukan dengan teknik steril, pemberian injeksi D40% tetap diberikan dengan dosis 12 cc 4x sehari. Hari ketujuh, delapan, sembilan proses terbentuknya gangren. Hari kesembilan gangren sudah terbentuk, pemberian perlakuan pada kelompok kelinci perlakuan yaitu dengan pemberian serat pelepah pisang yang ditutup kasa lembab dan pada kelompok kelinci kontrol hanya diberikan kasa lembab. Setelah itu setiap hari sampai hari ke empat belas luka gangren yang sudah terbentuk dirawat sesuai ketentuannya dan lakukan observasi luka dengan indikator (panjang luka, warna luka, kedalaman, waktu penyembuhan). Setelah mendapat data observasi dilakukan analisa data untuk menarik kesimpulan. Setiap hari kelinci dilakukan tes gula darah dan mulai hari keenam hingga hari kesebelas diberikan injeksi D40% dengan dosis 12cc 2x sehari. Setelah dilakukan terapi selama lima hari untuk memperoleh kondisi kelinci diabetes, dengan adanya kelinci yang sakit dan semua subjek penelitian bisa melanjutkan ke tahap penelitian berikutnya. Dilakukan penyiapan instrumen penelitian (Gambar 1) dan pembuatan luka buatan dengan teknik aseptik menggunakan hand mesh untuk tiap subjek penelitian dengan panjang luka 160 milimeter dan kedalaman 3 milimeter (Gambar 2). Perawatan luka dilakukan setiap hari dengan teknik aseptik, dan dilakukan pengamatan perkembangan luka. Data yang didapatkan kemudian dibandingkan antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan dan dianalisa dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 16.
Gambar 1
Gambar 2
Hasil Tabel 1 Perkembangan Luka Gangren Kelinci Kontrol dan Perlakuan Hari Pertama dan Kelima No
Hari ke 1 perawatan
Perlakuan
Kontrol
Hari ke 5 perawatan
Perlakuan
Kontrol
1.
2.
3.
4.
5.
Hasil distribusi perubahan panjang luka gangren pre perawatan pada kelinci kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa rata-rata panjang luka pre perawatan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol hanya memiliki perbedaan rata rata sebesar 3,6 mm. Hasil distribusi perubahan panjang luka gangren post perawatan pada kelinci kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa rata-rata panjang luka post hari pertama perawatan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol hanya memiliki perbedaan rata rata sebesar 6,2 mm.
27
Jurnal Keperawatan Madiun Vol. 3 No. 1 Maret 2016: 25-32
Pada hari kedua perawatan memiliki perbedaan rata rata sebesar 10,4 mm, hari ketiga memiliki perbedaan rata rata sebesar 14,6 mm, hari keempat memiliki perbedaan rata rata sebesar 22,4mm, hari kelima memiliki perbedaan rata rata sebesar 47 mm. Hasil distribusi perubahan kedalaman luka gangren pre perawatan pada kelinci kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa rata-rata kedalaman luka pre perawatan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol hanya memiliki perbedaan rata rata sebesar 0,20 mm. Hasil distribusi perubahan kedalaman luka gangren post perawatan pada kelinci kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa rata-rata kedalaman luka post hari pertama perawatan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol hanya memiliki perbedaan rata rata sebesar 1,40 mm, hari kedua perawatan memiliki perbedaan rata rata sebesar 1,60 mm, hari ketiga memiliki perbedaan rata rata sebesar 2,40 mm, hari keempat memiliki perbedaan rata rata sebesar 3,00mm, hari kelima memiliki perbedaan rata-rata sebesar 2,80 mm. Hasil distribusi perubahan warna luka gangren pre perawatan pada kelinci kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa rata-rata warna luka pre perawatan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol tidak memiliki perbedaan nilai rata rata. Hasil distribusi perubahan warna luka gangren post perawatan pada kelinci kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa rata-rata warna luka post hari pertama perawatan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol hanya memiliki perbedaan rata rata sebesar 1,4, hari kedua perawatan memiliki perbedaan
rata rata sebesar 1,8, hari ketiga perawatan memiliki perbedaan rata rata sebesar 2,8, hari keempat perawatan memiliki perbedaan rata rata sebesar 2,6, hari kelima memiliki perbedaan rata rata sebesar. Hasil distribusi perubahan panjang luka gangren post perawatan pada kelinci kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa rata-rata panjang luka post hari pertama perawatan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol hanya memiliki perbedaan rata rata sebesar 6,2 mm. Pada hari kedua perawatan memiliki perbedaan rata rata sebesar 10,4 mm, hari ketiga memiliki perbedaan rata rata sebesar 14,6 mm, hari keempat memiliki perbedaan rata rata sebesar 22,4mm, hari kelima memiliki perbedaan rata rata sebesar 47 mm. Hasil distribusi perubahan kedalaman luka gangren pre perawatan pada kelinci kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa rata-rata kedalamn luka pre perawatan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol hanya memiliki perbedaan rata rata sebesar 0,20 mm. 200 Ratarata panjan g
150
perlakuan
100
kontrol
50 0
1
2
3
4
5
6 Hari
Grafik 1 Hasil Rata-rata Panjang Luka Gangren Berdasarkan Grafik 1 didapatkan hasil penurunan panjang luka gangren pada kelinci kelompok perlakuan lebih cepat dibandingkan kelinci kelompok kontrol.
28
Pengaruh Serat Pelepah Pisang terhadap Luka Gangren pada Kelinci (Mulyadi)
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
RataRata Kedala man
5 4 3
perlakua n
2
kontrol
1 0
1
2
3
4
5
6
Hari
Grafik 2 Hasil Rata-rata Kedalaman Luka Gangren Berdasarkan Grafik 2 didapatkan hasil perubahan kedalaman luka gangren pada kelinci kelompok perlakuan lebih cepat dibandingkan kelinci kelompok kontrol. Ratarata 10 gradas 8i 6 4 2 0
kontrol
2
3
4
5
6
Hari
Grafik 3 Hasil Rata-Rata Warna Luka Gangren Berdasarkan Grafik 3 didapatkan hasil kenaikan skala gradasi warna luka gangren pada kelinci kelompok perlakuan lebih cepat mengarah ke warna luka gangren yang menunjukkan kesembuhan dibandingkan kelinci kelompok kontrol. Pengujian Hipotesis Pengaruh serat pelepah pisang terhadap perubahan panjang luka gangren, kedalaman luka gangren dan perubahan warna luka gangren pada kelinci. Tabel 2 Uji Independent Samples Test No 1
T Panjang Pre
-2,698
-0,577 0,000 -6,395 -4,427 2,746 -7,012 -5,657 5,196 -11,332 -7,589 14,000 -15,607 -10,607 6,128 -11,892 -4,802 5,669
0,580 1,000 0,000 0,002 0,032 0,001 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,000 0,009 0,000
Tabel 2 Menunjukkan bahwa dari hasil uji panjang luka gangren dengan t sampel independent panjang luka pre perawatan dan semua panjang luka post perawatan diperoleh p < 0,05 maka Ha diterima. Artinya ada perbedaan signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Sehingga ada pengaruh serat pelepah pisang terhadap panjang luka gangren pada kelinci. Tabel 2 Menunjukkan bahwa dari hasil uji kedalaman luka gangren dengan t sampel independent kedalaman luka pre perawatan dan semua kedalaman luka post perawatan diperoleh p < 0,05 maka Ha diterima. Artinya ada perbedaan signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Sehingga ada pengaruh serat pelepah pisang terhadap kedalaman luka gangren pada kelinci Tabel 2 Menunjukkan bahwa dari hasil uji perubahan warna luka gangren dengan t sampel independent perubahan warna luka pre perawatan Ha ditolak karena p > 0,05 yaitu p=1,000 dan semua perubahan luka post perawatan diperoleh p < 0,05 maka Ha diterima. Artinya ada perbedaan signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Sehingga ada pengaruh serat pelepah
perlak uan
1
Dalam Pre Warna Pre Panjang P1 Dalam P1 Warna P1 Panjang P2 Dalam P2 Warna P2 Panjang P3 Dalam P3 Warna P3 Panjang P4 Dalam P4 Warna P4 Panjang P5 Dalam P5 Warna P5
Sig. (2tailed) 0,034
29
Jurnal Keperawatan Madiun Vol. 3 No. 1 Maret 2016: 25-32
pisang terhadap perubahan warna luka gangren pada kelinci.
Tujuan penggunaan serat pelepah pisang dalam penelitian ini adalah sebagai inovasi pengganti dressing modern yang memiliki fungsi dan kandungan menyerupai dressing modern dengan harga lebih murah dan lebih mudah didapat.
Pembahasan Pengaruh serat pelepah pisang terhadap perubahan panjang luka gangren, kedalaman luka gangren dan perubahan warna luka gangren pada kelinci. Pelepah pisang bersifat dingin pada luka (Suhardi,2014), getah pisang mengandung saponin, lektin, tannin, fenol, fibroblas dan flavanoid (Priosoeryanto, 2006). Selain itu serat pelepah pisang juga memiliki bentuk fisik yang menyerupai modern dressing. Sehingga pemberian serat pelepah pisang pada luka gangren dapat mempengaruhi kesembuhan luka gangren, karena kandungan zat saponin yang berfungsi sebagai antiseptic, zat tanin sebagai anti inflamasi dan anti oksidan, zat fibroblast yang baik untuk regenerasi kulit pada luka, zat fenol yang berfungsi sebagai senyawa antibakteri. Berdasarkan hasil uji statistik t sampel independent menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelinci kelompok perlakuan dan kelinci kelompok kontrol dengan nilai p < 0,05 pada panjang luka pre perawatan dan semua panjang luka post perawatan, dengan nilai p < 0,05 pada kedalaman luka pre perawatan dan semua kedalaman luka post perawatan, Namun hasil uji statistik t sampel independent pada warna luka pre perawatan didapat nilai p=1,000. Sedangkan semua warna luka post perawatan mengalami perubahan warna luka dengan nilai p < 0,05. Sehingga berdasarkan hasil uji di atas menunjukkan bahwa serat pelepah pisang berpengaruh tehadap tingkat kesembuhan luka gangren pada kelinci. Terbukti panjang luka, kedalaman luka, skala warna luka dapat menurun.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemakaian serat pelepah pisang untuk perawatan luka gangren pada kulit kelinci lokal didapatkan tingkat kesembuhan luka yang lebih cepat. Kandungan serat pelepah pisang berupa saponin, tanin, fibroblas, fenol dan flovanoid dapat berfungsi efektif untuk menyembuhkan luka dibuktikan dengan adanya perubahan kondisi luka kearah yang baik dari hari ke hari yang meliputi perubahan pada panjang luka, kedalaman luka, dan warna luka. Saran Beberapa saran yang perlu dipertimbangkan berdasarkan hasil penelitian ini adalah: 1. Perlu dilakukan penelitian ulang pada hewan dengan menggunakan senyawa yang dapat merusak pankreas sehingga didapatkan sampel penelitian yang benar-benar mengalami diabetes mellitus. 2. Perlu penelitian lanjutan terhadap jenis serat pelepah pisang yang digunakan untuk mengetahui kandungan serat pelepah pisang yang paling efektif untuk luka gangren. 3. Perlu penelitian lanjutan terhadap bagian serat pelepah pisang yang paling efektif. 4. Perlu ada penelitian lanjutan dengan subjek manusia yang mengalami luka gangren untuk lebih mengetahui efektivitas dari serat
30
Pengaruh Serat Pelepah Pisang terhadap Luka Gangren pada Kelinci (Mulyadi)
pelepah pisang terhadap penyembuhan luka. 5. Serat pelepah pisang dapat dipertimbangkan sebagai alternatif didalam perawatan luka terbuka untuk pasien sehari-hari.
Fakultas kedokteran Hewan. IPB. Bogor Priosoeryanto,et al, 2006. Aktifitas getah batang pohon pisang dalam proses persembuhan luka dan efek kosmetiknya pada hewan. IPB. Bogor.
Daftar Pustaka Arisanty, P.I. 2013. Manajemen Perawatan Luka: Konsep Dasar. Jakarta: EGC.
Reed, G, 1982. Outline of Microbial Taxonomy Metabolism and Genetics. In Reed. G. 1982. Prescott and Dunn’s Industrial Microbiology 4th Edition. AVI Publishing Company Inc. Westport-Conecticutt
Blaxter, L, Hughes, C, & Tight, M. 2001. How to Research. Maindenhead: Open University Press.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan ke-17. Bandung: Alfabeta.
Dewi F K. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia, Linnaeus) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar. Jurusan Biologi MIPA, Univ. Sebelas Maret. Surakarta. http://sisiliayunita.blogspot.com/ 2011/01/sejarah-keperawatanjaman-dahulu-sampai.html
Supranto, J. 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan eksperimen. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta. Suryadi. 2007. Manejemen Luka. STIKEP MUHAMADIYAH.
Myers, B.A., 2004, Wound management principles and practice, new jersey (NJ), Pearson education inc.
Susanti, D.Y. 2008. Efek Suhu Pengeringan Terhadap Kandungan Fenolik dan Kandungan Katekin Ekstrak Daun Kering Gambir. Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian.
Morison, Moya . 2004. Menejemen Luka. EGC, Jakarta. Nakasone, H. Y. 1998. Crop Production Scince in Horticultural Tropical Fruits.New York: CAB International.
Taqwim, Ali. 2011. Peran Fibroblas pada proses Penyembuhan Luka. http//dentosca.wordpress.com/20 11/04/18/peran-Fibroblas-padaproses-penyembuhan- luka/pada 31 Juli 2015.
Nursalam, 2000. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Tjokoprawiro, A. 2002. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Prasetyo, et al.2008. Aktivitas Sediaan Gel Ekstrat Batang Pohon Pisang Ambon dalam Proses Penyembuhan Luka Pada Mencit.
Tjokroprawiro, Askandar. 2001. Diabetes Mellitus; Klasifikasi
31
Jurnal Keperawatan Madiun Vol. 3 No. 1 Maret 2016: 25-32
Diagnosis dan Terapi. Jakarta: Gramedia. Waalkes, T. P, Sjoerdsma, A, Creveling, C.R., Weissbach, H, Undenfriend, S. 1985. Serotonin, Norepinephrine, and Related Compounds in Bananas. Science 127(3299) Wijayakusuma, H. 1998. Pisang berkhasiat obat Indonesia, Manfaat dan Penggunannya Rempah, rimpang, dan Umbi. Jakarta: Milenia Populer.
32