PENGARUH SELF CARE TERHADAP STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT SISWA TUNANETRA DI SLB-A YKAB SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk dipublikasikan pada jurnal ilmiah Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun oleh : Fauziah RachmaWati J 52010 0027
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
PENGARUH SELF CARE TERHADAP STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT SISWA TUNANETRA DI SLB-A YKAB SURAKARTA
Fauziah Rachma, Edi Karyadi, Sartari Entin Yuletnawati INTISARI Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu tindakan untuk membersihkan gigi dan mulut untuk mencegah penyakit gigi dan mulut. Siswa dengan kebutuhan khusus memiliki tingkat kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut yang lebih rendah jika dibandingkan dengan siswa normal. Tingkat pengetahuan tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut yang rendah pada siswa berkebutuhan khusus, khususnya tunanetra mendukung tingginya angka karies, kalkulus, dan debris. Saat ini dibutuhkan adanya pendidikan tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada siswa tunanetra. Salah satu upaya untuk meningkatkan kebersihan gigi dan mulut diperlukan pelatihan self care. Self care merupakan suatu proses dalam diri seseorang agar berfungsi secara efektif dalam menjaga kesehatannya. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh self care dalam meningkatkan kebersihan gigi dan mulut di SLB-A YKAB Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional analitik, dengan menggunakan one group pretest dan posttest untuk mempelajari pengaruh self care terhadap status kebersihan gigi dan mulut siswa tunanetra di SLB-A YKAB Surakarta Analisis statistik uji Paired sample T test diperoleh nilai P = 0,000 (p < 0,05) yang artinya self care berpengaruh secara signifikan terhadap kebersihan gigi dan mulut pada siswa tunanetra di SLB-A YKAB dengan tingkat kepercayaan 95%. Terdapat perbedaan sangat bermakna antara OHI-S sebelum dan sesudah diberikan perlakuan self care pada siswa tunanetra di SLB-A YKAB Surakara.
Kata Kunci : Self Care, Kebersihan gigi dan mulut, Tunanetra
THE EFFECT OF SELF CARE ON THE HYGIENEOF THE BLIND STUDENTS OF SLB-A YKAB SURAKARTA
Fauziah Rachma, Edi Karyadi, Sartari Entin Yuletnawati
ABSTRACT Background : Oral hygiene was an action of cleaning teeth and mouth to prevent teeth and mouth disease. Student with special need had lower level of health and oral hygiene compared to the normal ones. The knowledge of how to protected oral hygiene was lower on students with special need, especially the blinds, supporting the rates of carries, calculus, and debris. Nowadays, the education about the importance of protected oral hygiene was needed for the blind students. One of the efforts to increase oral hygiene was self care training. Self care was a process within one self so that they could take care of their own health. Objective : This study aimed to determine the effect of self care in improving oral hygiene in SLB-A YKAB Surakarta. Methods : This study was an observational analytic study with one group pretest posttest design to learn the effect of self care on the oral hygiene status of blind students in SLB-A YKAB Surakarta Results : The Statistic analysis stated on Paired sample T test p=0,000 (p<0,05) which meant self care affected significantly the oral hygiene of the blind students of SLB-A YKAB by 95% statistic. Conclusion : There are very distinctive self care affects on the increasing oral hygiene of blind students in SLB-A YKAB Surakarta
Key words: Self Care, Oral Hygiene, Blind.
PENDAHULUAN Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Perawatan gigi dan mulut secara keseluruhan yaitu diawali dari kebersihan gigi dan mulut pada setiap individu (4). Prevalensi nasional penyakit gigi dan mulut di Indonesia sebesar 23,4% dan tersebar di sembilanbelas provinsi. Provinsi Jawa Tengah sebesar 43,1% dan khususnya di Kota Surakarta sebesar 37,6% (6). Salah satu indikator kesehatan gigi dan mulut adalah tingkat kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dapat dilihat secara klinis dari ada tidaknya depositdeposit organik, seperti pelikel, materi alba, debris, kalkulus, dan plak gigi. Plak merupakan deposit lunak yang membentuk lapisan biofilm dan melekat pada permukaan gigi dan gusi serta permukaan jaringan keras lainnya dalam rongga mulut (19). Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu tindakan untuk membersihkan gigi dan gusi untuk mencegah penyakit gigi dan mulut (2). Penyakit karies gigi disebabkan oleh derajat kebersihan gigi dan mulut yang masih rendah dan merupakan penyakit terbesar pada sebagian penduduk Indonesia. Upaya kesehatan gigi dan mulut perlu ditinjau dari aspek lingkungan serta kesadaran siswa terhadap derajat kebersihan gigi dan mulut. Faktor lingkungan, distribusi penduduk dan perilaku siswa terhadap kebersihan gigi dan mulut merupakan faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan upaya kesehatan gigi dan mulut(19). Indikator derajat kebersihan gigi dan mulut yang di Indonesia memiliki status derajat kebersihan gigi dan mulut dengan rata-rata OHI-S <1,2 (7). Indikator kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) didapatkan dari menjumlahkan angka debris indeks dan kalkulus indeks. Indeks OHI-S adalah keadaan kebersihan gigi dan mulut dari responden yang dinilai dari adanya sisa makanan (debris) dan kalkulus (karang gigi) pada permukaan gigi (14). Salah satu upaya untuk meningkatkan kebersihan gigi dan mulut diperlukan pelatihan self care. Self care merupakan suatu proses dalam diri seseorang agar berfungsi secara efektif dalam menjaga kesehatannya. Self care meliputi pencegahan dini terhadap penyakit dan juga mengobati penyakit dalam sistem perawatan kesehatan. Inti self care adalah kontrol, tanggungjawab, kebebasan, pilihan yang luas dan kualitas hidup yang lebih baik. Self care bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan mengenai perawatan kesehatan (8). Istilah dan konsep siswa dengan pendidikan berkebutuhan khusus, berkembang dalam paradigma baru, yaitu pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi setiap siswa dipandang mempunyai kebutuhan-kebutuhan khusus baik bersifat permanen maupun temporer. Kebutuhan permanen adalah kebutuhan menetap
secara terus–menerus yang dialami oleh siswa misalnya siswa tunanetra. Kebutuhan temporer merupakan kebutuhan bersifat sementara yang dipengaruhi lingkungan dan pendidikan (18). Akibat dari ketunanetraan menimbulkan tiga macam keterbatasan yaitu keterbatasan dalam tingkat dan variasi pengalaman, keterbatasan dalam kemampuan menemukan sesuatu, dan keterbatasan berinteraksi dengan lingkungan (17). Siswa dengan kebutuhan khusus memiliki tingkat kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut yang lebih rendah jika dibandingkan dengan siswa normal. Tingkat pengetahuan tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut yang rendah pada siswa berkebutuhan khusus, khususnya tunanetra mendukung tingginya angka karies, kalkulus, dan debris. Saat ini dibutuhkan adanya pendidikan tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada siswa tunanetra (11). Berdasarkan observasi di SLB-A YKAB Surakarta, ditemukan bahwa kondisi kesehatan gigi dan mulut siswa masih buruk. Pengetahuan dan kepedulian yang kurang terhadap kesehatan gigi dan mulut merupakan penyebab utama disamping keterbatasan siswa tunanetra itu sendiri. SLB-A YKAB Surakarta sampai saat ini sama sekali belum tersentuh tenaga kesehatan gigi, oleh karena itu perlu diadakan penyuluhan dengan metode pelatihan dan perawatan yang baru untuk menunjang kesehatan gigi dan mulut siswa di SLB-A YKAB Surakarta. Berdasarkan surat Al-Baqarah ayat 193 dijelaskan tentang kewajiban manusia untuk senantiasa melakukan kebaikan dimanapun, kapanpun, kepada siapapun tanpa terkecuali. Khususnya dalam penelitian ini dilakukan pelatihan kepada siswa tunanetra agar dapat mandiri dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya. Berdasarkan pemikiran diatas penulis terdorong untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh self care terhadap status kebersihan gigi dan mulut anak tunanetra di SLB-A YKAB Surakarta, METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest and posttest desgin untuk mempelajari pengaruh self care terhadap status kebersihan gigi dan mulut siswa tunanetra di SLB-A YKAB Surakarta pada bulan Desember 2013 – bulan Januari 2014. Subyek penelitian adalah semua siswa tunanetra yang sekolah di SLB-A YKAB Surakarta. Kriteria inklusi: 1.) Siswa dengan usia 6-12 tahun yang sekolah di SLB-A YKAB Surakarta berjumlah 24 siswa 2.) Laki-laki dan perempuan Kriteria eksklusi: Siswa tunanetra tidak bersedia menjadi responden.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel Distribusi Frekuensi OHI-S Sampel Kelompok Frekuensi OHI-S (x ± SB) Sebelum 3,333 ± 0,1494 Sesudah 2,321 ± 0,1103 Keterangan : x : rata-rata indeks OHIS sebelum dan sesudah penelitian SB : simpangan baku
Berdasarkan data tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata OHI-S sebelum adalah 3,333 dan rata-rata OHI-S sesudah adalah 2,321. Simpangan baku merupakan ukuran penyebaran data dari rata-ratanya. Hasil simpangan baku pada OHI-S sebelum adalah 0,1494 dan hasil simpangan baku pada OHI-S sesudah adalah 0,1103, untuk mengetahui pengaruh self care terhadap kebersihan gigi dan mulut siswa tunanetra di SLB-A YKAB, data dianalisis menggunakan metode Saphiro-Wilk dengan syarat distribusi data normal kemudian dilanjutkan dengan uji Paired Sample test (4). Analisis inferensial adalah analisis statistik yang berfungsi untuk mengambil keputusan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data primer dengan data OHI-S yang diperoleh berupa data ordinal. Berdasarkan hasil uji normalitas yang terdapat pada lampiran 6 dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk, diperoleh distribusi data OHI-S sebelum diberikan self care sebesar 0,111 dan p sebesar 0,052 pada data OHI-S sesudah diberikan self care. Distribusi data dapat disimpulkan bahwa data memiliki sebaran normal (p>0,05). Analisa data dilanjutkan dengan uji Paired Sample test. Berdasarkan hasil uji Paired Sample test yang terdapat pada lampiran 6 menghasilkan nilai p sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara OHI-S sebelum dan sesudah diberikan perlakuan self care pada semua sampel (4). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh self care dalam meningkatkan kebersihan gigi dan mulut di SLB-A YKAB Surakarta dengan cara mengukur kebersihan gigi dan mulut terhadap self care yang terdiri dari penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan indeks OHI-S. Kebersihan gigi dan mulut dilakukan untuk mengetahui adanya debris dan kalkulus disekitar permukaan gigi dapat digunakan sebagai indikator kebersihan gigi dan mulut. Cara yang lebih sederhana sehingga memudahkan penelitian dengan menggunakan indek OHI-S (Oral Hygiene Indeks Simplified), yaitu memberikan Debris Indeks (DI) dan Calculus Indeks (CI) kepada enam permukaan gigi tertentu. Plak merupakan biofilm yang mengandung berbagai mikroorganisme, produk metabolisme bakteri, protein saliva dan partikel
makanan. Plak yang menjadi fokus utama dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut (23). Penelitian ini menggunakan metode self care yang terdiri dari penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan metode ceramah. Metode ini umum digunakan untuk siswa tunanetra. Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan sejak usia dini, karena pada usia dini siswa tunanetra mulai mengerti akan pentingnya kesehatan serta larangan yang harus dijauhi atau kebiasaan yang dapat mempengaruhi keadaan giginya (15). Hasil dari metode self care, yaitu adanya penurunan skor OHI-S sebelum dilakukan self care dan skor OHI-S sesudah dilakukan self care (20). Status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku, dan pelayanan kesehatan, keempat faktor tersebut, perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Perilaku dapat mempengaruhinya faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan serta status kesehatan gigi dan mulut secara langsung. Upaya kebersihan mulut juga dapat dipengaruhi oleh perilaku pemeliharaan kebersihan mulut. Pembentukan perilaku dapat diperoleh dari lingkungan berupa pengalaman dari kehidupan sehari-hari. Salah satu upaya untuk meningkatkan kebersihan gigi dan mulut diperlukan pelatihan self care, diantaranya adalah self care. Self care merupakan suatu proses dalam diri seseorang agar berfungsi secara efektif dalam menjaga kesehatannya (16). Sebelum melaksanakan penelitian seluruh subyek diberikan arahan dan diperkenalkan model gigi dan alat pemeriksaan, sebagian tunanetra menunjukkan respon yang cukup baik siswa tunanetra melakukan perabaan pada model gigi dan alat pemeriksaan yang digunakan. Pengarahan pada siswa tunanetra berbeda dengan siswa normal. Cara pengarahan pada siswa tunanetra harus mengkombinasikan antara indera perabaan dan indera pendengaran karena siswa tunanetra sangat bertumpu pada kedua indera tersebut dalam mengenal obyek baru. Siswa tunanetra membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan pada siswa normal untuk menyesuaikan diri dengan obyek baru tersebut. Penyuluhan yang dilakukan pada siswa tunanetra berbeda dengan penyuluhan pada siswa normal. Siswa tunanetra harus menjiwai karakter masingmasing siswa dan harus melakukan pendekatan pada masing-masing siswa sehingga siswa tunanetra lebih mudah memahami materi penyuluhan yang diberikan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa self care berpengaruh dalam meningkatkan kebersihan gigi dan mulut pada siswa tunanetra di SLB-A YKAB Surakarta. Hal ini di tunjukan dari hasil uji Paired Sample test di peroleh nilai p<0,05 yaitu p=0,000 yang berarti terdapat perbedaan OHI-S yang bermakna sebelum dan sesudah dilakukan self care.
KESIMPULAN Penelitian ini menerapkan metode perubahan perilaku dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan penerapan self care pada siswa tunanetra dengan sampel 24 siswa. Hasil analisis menunjukkan uji one group pretest posttest kebersihan gigi dan mulut yang sangat bermakna p = 0,000 (p < 0,05) sehingga dapat diambil kesimpulan terdapat pengaruh self care di SLB-A YKAB Surakarta. SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka disarankan untuk Dilakukan penelitian lebih lanjut yang mengikutsertakan peran orang tua terhadap peningkatan kebersihan gigi dan mulut siswa tunanetra, dan perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan metode self care dengan subyek yang berbeda, misalnya siswa tunagrahita, tunarungu, dan tunawicara. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terimakasih kepada drg. Edi Kariyadi, MM dan drg. Sartari Entin Yuletnawati yang telah memberikan bimbingan, serta para Dosen dan teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhamadiyah Surakarta yang telah meluangkan waktunya, terimakasih untuk keikhlasan dan ketulusannya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA 1. Abdullah, N., 2012. Bagaimana Mengajar Anak Tunanetra (di sekolah inklusi). Magistra, 8(2): h. 8-12. 2. Anitasari, S., Rahayu, N., 2005. Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi dengan Tingkat Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Dent. J, 38(2): h. 88. 3. Barmo., Steffi., Balqis., Nurhayani., 2013. Hubungan Faktor Perilaku Konsumen terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Antang Perumnas Kota Makasar. UNHAS J. Pub Health, 10 (1): h. 11-12 4. Dahlan, S., 2013. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi ke 3. Salemba Medika. Jakarta. h. 69-74. 5. Dodds, A., 2008. Rehabilitating Blind and Visually Impaired People. A Psycho App. J, 2(2): h.1-5. 6. Hastuti, S., 2010. Perbedaan Pengaruh Pedidikan Kesehatan Gigi Dalam Meningkatkan Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Pada Anak Di SDN 2 Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali. GASTER, 7(2): h. 624 – 632. 7. Kaur, M., Jogindra, V., Sukhpal, K., 2006. Self Care deficits admintted. Nursing and Midwifery Reasearch Journal, 2(1): h. 10-15. 8. Maciel, M., Priscilia, M., Sergio, D., 2009. Assessing the Oral Condition of Visually Impaired Indivuduals Attending The Paraiba Institute the Blind. Rev Odonto Cienc, 24 (4): h. 354-360. 9. Mintjelungan, C., Elita, T., Shinta, T., 2009. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Status Kesehatan Gingiva pada Penyandang Tunanetra di Panti Tunanetra Manado. Jurnal e-GiGi (eG), 20 (3): h.1-8. 10. Moslehzadeh, Kaban., 2010. Oral Hygiene Index. A Simplified Version Exists Journal, 20(2). h: 1-4. 11. Nikmah, Dhita, M., 2012. Perbandingan Antara Penyuluhan Metode Ceramah Menggunakan Flip chart dan Benda Tiruan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa Kelas IV. Global Journal, 1(2): h. 1-6. 12. Notoatmodjo, Soekidjo., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. h. 37-41. 13. Notohartojo., Indirawati, T., Frans, X., Suharyanto, H., 2010. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat DKI Jakarta. Media Litbang Kesehatan, XX. 4: h. 179-186. 14. Nurhidayat, O., Eram, T., Bambang, W., 2012. Perbandingan Media Power Point dengan Flip Chart dalam Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut. Unnes J. Pub Health, 1 (1): h. 32-35. 15. Pradita, I., Trining, W., Ranny, R., 2009. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Siswa Sekolah Dasar Di Kota (Sdn
Purwantoro 1 Malang) Dan Di Desa (Sdn Sukopuro 3 Kabupaten Malang) . Magistra, 10(1): h. 1-9. 16. Purnomo, I., Sri, L., 2004. Studi Tentang Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Siswa Smk Yapenda Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Media Litbang Kesehatan, XV. 2: h. 75-82. 17. Rudiyati, Sari., 2009. Latihan Kepekaan Dria Non-Visual bagi Anak Tunanetra. Jurnal Pendidikan Khusus, 5 (2), h. 55-67. 18. Santoso, Hargio., 2012. Cara Memahami dan Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus. Edisi ke2. Gosyen Publising. Yogyakarta. h. 1-2. 19. Saryono., 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi ke4. Yogyakarta: Mitra Cendika. h. 73-74 20. Sasea, A., Aurelia., Lampus., 2010. Gambaran Status Kebersihan Rongga Mulut dan Status Gingiva pada Siswa. Jurnal e-GiGi (eG), 1 (1): h. 52-58 21. Sintawati, Indirawati., 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Gigi dan Mulut Maryarakat DKI Jakarta Tahun 2007. Jurnal e-GiGi (eG), 8 (1). h. 860-873. 22. Sunanto, Juang., 2005. Potensi Anak Berkelainan Penglihatan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 23. Tirahiningrum, P., Yuliana., Bebby, V., 2010. Hubungan Antara Ohi-S Dengan Indeks Dmf-T Pada Siswa Kelas 5 Di Sdn Blimbing Iii Kota Malang. Puslitbang Pelayanan dan Teknologi Kesehatan, 10 (2): h. 1-5 24. Triana, Gondhoyoewono., 2007. Pengaruh Metode Bermain Terhadap Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut. Jurnal PDGI, 58(2): h. 1-3. 25. Wigati, C., Yully, M., Ria, P., 2011. Penyuluhan Kepada Guru Pembina Siswa Tunanetra dalam Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa UPT RSCN Malang. Journal Public Health., 10 (2): h.1-5