1
“PENGARUH RUANG LUAR TERHADAP TEMPERATUR EFEKTIVE RUMAH PANGGUNG MINAHASA DI MANADO” OUTDOOR SPACE IMPACT TO EFFECTIVE TEMPERATURE OF MINAHASA ELEVATED HOUSING IN MANADO Debbie A. J. Harimu Mahasiswa S-3 Program Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Hasanuddin
Abstrak: Secara keseluruhan, bentuk rumah panggung dapat menjamin ventilasi silang yang paling efisien sehingga memungkinkan kenyamanan thermal dapat tercapai secara alami. Dewasa ini banyak rumah panggung yang dikembangkan, dialihfungsikan dari fungsi rumah tinggal menjadi rumah kos. Tingginya permintaan kamar kos oleh mahasiswa baru mendorong masyarakat di sekitar kampus UNSRAT memanfaatkan 60%-100% persil tanahnya untuk dibangun rumah kos, akibatnya lingkungan menjadi padat. Di lingkungan yang padat sulit terjadi aliran angin sehingga memiliki temperatur lingkungan yang lebih hangat dibandingkan lingkungan yang tidak padat. Temperatur lingkungan luar yang tinggi dapat menaikkan temperatur dalam ruang. Fenomena ini berdampak buruk bagi mahasiswa karena temperature efektive ruang yang melewati batas temperature efektive yang nyaman akan mempengaruhi kerja otak manusia. Tujuan penelitian mengukur tingkat kenyamanan thermal di rumah panggung yang dikembangkan untuk tempat kos mahasiswa dan menemukan konsep rumah panggung pengembangan yang nyaman thermal. Jenis penelitian adalah deskriptif komparatif dilakukan dengan cara mendiskripsikan, kondisi thermalnya, desain bangunannya dan lingkungan sekitar bangunan. Metode penelitian dilakukan dengan melakukan survey dan pengukuran di 159 rumah yaitu keseluruhan unit rumah panggung di kelurahan Kleak, mengolah data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kenyamanan thermal pada rumah panggung pengembangan sangat tergantung pada desain ruang dalam dan lingkungan luarnya. Kata kunci: Rumah panggung, kenyamanan thermal, temperatur efektive, desain bangunan, lingkungan luar
I.
PENDAHULUAN Kota Manado sebagai ibu kota propinsi Sulawesi Utara memiliki
potensi yang sangat strategis, karena memiliki peluang untuk menjadi pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia (KTI) ke wilayah Asia Pasifik. Potensi ini ditunjang oleh beberapa faktor utama, yaitu secara geografis Manado terletak di ujung utara Indonesia sehingga dekat dengan kawasan Asia pasifik dan yang kedua, Manado saat ini melalui pelabuhan Bitung cenderung menjadi pusat konsolidasi barang-barang dari daerah-daerah hinterland kawasan
2
Indonesia Timur yang kaya akan hasil laut, hasil tambang, hasil hutan dan hasil pertanian. Manado juga memiliki potensi pariwisata berupa keindahan pemandangan alam, flora dan fauna yang beragam serta seni dan budaya masyarakat yang unik. Di sisi lain kota Manado memiliki latar belakang sejarah sebagai
kota tujuan untuk menuntut ilmu. Sejak tahun 1960-an
masyarakat dari Ambon, Kendari, Batak bahkan dari
Malaysia,
datang
untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi di Manado. Beberapa hal tersebut di atas menyebabkan kota Manado cenderung berkembang sebagai kota perdagangan, pariwisata dan pendidikan. Keadaan ini secara fisik ditandai dengan pesatnya pembangunan pusat-pusat perdagangan, hotel-hotel dan fasilitas-fasilitas pendidikan serta pembangunan sarana transportasi yang memudahkan akses masyarakat untuk bermobilisasi ke kota Manado. Potensi-potensi yang dimiliki kota Manado tersebut mendorong terjadinya perpindahan penduduk ke kota Manado. Kota Manado dengan luas wilayah 152, 62 km2, tahun 2007 sudah memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi mencapai 2681 jiwa/km2 dan tahun 2008 meningkat menjadi 2785 jiwa/km2 (Manado dalam Angka 2009). Tersedianya fasilitas pendidikan yang lebih memadai di kota Manado dibandingkan dengan daerah sekitarnya juga merupakan salah satu penyebab masyarakat bermigrasi Manado.
Perguruan
tinggi
yang
menjadi
pilihan
ke kota
masyarakat
untuk
melanjutkan pendidikan di kota Manado salah satunya adalah Universitas Sam Ratulangi. Hal tersebut nampak pada pertambahan jumlah calon mahasiswa setiap tahunnya yang cukup signifikan. Tahun akademik 2008/2009 menerima 5347 mahasiswa dan tahun akademik 2009/2010 menerima 6874 mahasiswa, pertambahannya mencapai 1527 mahasiswa dalam setahun. Mahasiswa-mahasiswa baru tersebut 10% yang berasal dari kota Manado, 50% berasal dari daerah-daerah di sekitar kota Manado seperti dari kepulauan Sangir Talaud, Gorontalo, Bolaang Mongondow, dan Minahasa, sedangkan 40% berasal dari luar daerah propinsi Sulawesi Utara 3
seperti dari Papua, Maluku, Kendari, Palu, dan lain-lain(UNSRAT dalam Angka 2009). Angkatan mahasiswa baru setiap tahunnya menimbulkan kebutuhan akomodasi dan sarana penunjang lainnya. Kebutuhan tersebut merupakan peluang bisnis bagi masyarakat di sekitar kampus. Pertambahan jumlah mahasiswa baru yang terus meningkat setiap tahunnya menjadikan bisnis rumah kos sebagai bisnis yang menjanjikan. Hal tersebut telah membentuk kognisi masyarakat untuk memanfaatkan 100% dari lahan rumahnya untuk dijadikan kamar kos. Renovasi rumah lama dan pembangunan rumah baru untuk bisnis rumah kos tumbuh bagaikan jamur di daerah sekitar kampus. Rumah kos termasuk jenis rumah “Home-based Enterprise” (rumah campuran). Menurut Marsoyo(1993), dalam rumah campuran, terdapat 3 aspek kegiatan: (1) aspek usaha(ekonomi), (2)aspek tempat tinggal dan (3) aspek operator(pekerja). Gilbert(1988) mengindikasikan bahwa Home-based Enterpise
(HBE)
merupakan
komponen
penting
dalam
strategi
perekonomian dan pembangunan perumahan pada masyarakat menengah ke bawah. Bila ekonomi masyarakat meningkat secara bertahap, akan memberikan dampak positif pada peningkatan kualitas rumah melalui perbaikan/perluasan rumahnya. Kelurahan Kleak adalah daerah yang berbatasan langsung dengan kampus Universitas Sam Ratulangi mengalami perkembangan cukup pesat dalam bisnis rumah kos. Terdapat 990 rumah di kelurahan Kleak dimana 95% rumah-rumah tersebut menyediakan kamar untuk disewakan kepada mahasiswa. Bentuk rumah-rumah di kelurahan kleak
terdiri dari 831
bangunan permanen, dan 164 bangunan semi permanen. Terdapat 159 rumah (90%) dari bangunan semi permanen adalah rumah panggung yang difungsikan sebagai rumah kos-kosan. Rumah panggung yang dijadikan rumah kos adalah rumah panggung produksi industri rumah tradisional Minahasa yang juga dikenal dengan istilah 4
rumah panggung khas Minahasa. Awalnya desain rumah panggung tersebut mengadopsi bentuk rumah tradisional Minahasa. Rumah tradisional berarti rumah yang mulai dari proses pemilihan lahan, pemilihan bahan, proses pembuatan, proses menempatinya, dilakukan dengan cara tertentu yang diwariskan dari generasi ke generasi turun temurun pada masyarakat pemilik rumah tradisional tersebut. Bentuk rumah tradisional tercipta setelah melalui proses penyesuaian dengan lingkungan alam dan iklim dimana rumah tersebut berada selama bertahun-tahun. Demikian halnya dengan bentuk rumah tradisional Minahasa merupakan hasil penyesuaian selama bertahuntahun dengan iklim dan lingkungan tradisional Minahasa
alam di Minahasa. Bentuk rumah
sangat responsible terhadap kondisi alam dan iklim
setempat dimana rumah tradisional MInahasa berada. Namun dalam perkambangannya kini rumah panggung khas Minahasa
yang diproduksi
saat ini tidak lagi mengadopsi keseluruhan bentuk tradisional. Bentuk telah dikembangkan namun tetap mempertahankan beberapa ciri khas agar kesan Minahasanya tetap lestari. Ciri khas yang dipertahankan antara lain, bentuk panggung, tangga kembar di depan rumah atau tangga yang berpasangan di depan dan di belakang rumah, sedangkan pola ruang, jumlah ruang, tinggi ruang dan material yang digunakan telah disesuaikan dengan selera, kebutuhan dan daya beli masyarakat saat ini. Rumah panggung khas Minahasa juga memiliki keistimewaan lain yaitu dibuat dengan sistem kockdown bongkar pasang sehingga proses pembangunan atau perakitan bangunannya hanya membutuhkan 3-7 hari, jika ingin dipindahkan ke lokasi yang lain, bangunan dapat dibongkar dan dirakit kembali. Rumah panggung khas Minahasa hingga saat ini sangat diminati masyarakat karena bentuknya yang simple dan flexibel dalam penataan ruang serta mudah dibongkar-pasang.
Seperti yang telah diungkapkan
sebelumnya bahwa rumah panggung banyak dibeli masyarakat untuk dijadikan rumah kos, biasanya pemilik telah memiliki rumah batu di 5
kapling/persilnya dan rumah panggung sebagai rumah tambahan untuk berbisnis kamar kos. Besarnya permintaan kamar kos untuk akomodasi mahasiswa
baru
menyebabkan
rumah
panggung
khas
Minahasa
dikembangkan lagi secara swadaya oleh masyarakat. Kolong rumah diberi sekat-sekat
dinding
agar
dapat
dijadikan
kamar-kamar
kos.
Akibat
pengembangan-pengembangan tersebut , luas persil 10x15 m2 dan 20 x 15 m2 daerah terbangunnya building coverage menjadi
60-100 % dari luas
persil tanahnya. Hal ini menyebabkan kelurahan kleak menjadi lingkungan berkepadatan tinggi dengan jarak antar bangunan <4m. Aliran udara/angin sulit terjadi di lingkungan dengan kepadatan bangunan tinggi, temperatur udara di lingkungan tersebut akan menjadi lebih panas. Kondisi ini diperparah dengan kurangnya ruang terbuka hijau pribadi
dan ruang terbuka hijau
umum di lingkungan perumahan kelurahan kleak. Temperatur lingkungan luar yang tinggi dapat meningkatkan temperatur dalam ruang kamar-kamar kos yang dihuni oleh mahasiswa, yang menurut Lippsmeier(1994) situasi “terlalu panas” dapat berpengaruh langsung pada otak, fungsi otak menjadi tidak maksimal, kemampuan kerja menurun dan seseorang menjadi lebih emosional.
Fenomena ini dapat berdampak buruk bagi mahasiswa yang
sedang menuntut ilmu. Mahasiswa sebagai calon intelektual
akan
menentukan nasib bangsa ini di masa yang akan datang, kinerjanya dalam belajar dapat terganggu karena hunian mereka tidak sehat dan tidak nyaman thermal. Di sisi lain kenyamanan thermal secara alami penting sebagai upaya menghemat penggunaan energi listrik. Oleh sebab itu, dipandang perlu untuk mengangkat kasus ini menjadi satu permasalahan yang urgen untuk diteliti. Berdasarkan latar belakang tersebut maka disusunlah rumusan permasalahan
penelitian
ini
sebagai
berikut:
1)Bagaimana
tingkat
kenyamanan thermal ditinjau terhadap desain ruang dalam di kamar kos rumah
panggung
yang
telah
dikembangkan
secara
swadaya
oleh
masyarakat?; 2) Bagaimana tingkat kenyamanan thermal ditinjau terhadap 6
lingkungan ruang luar
di kamar kos rumah panggung
yang telah
dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat?; 3) Bagaimana persepsi penghuni
terhadap
kenyamanan
thermal
dalam
kamar
4)Bagaimana konsep kenyamanan thermal di kamar kos
kos-nya?;
pengembangan
rumah panggung ? II.
TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan
fenomena
pengembangan
swadaya
masyarakat
terhadap rumah panggung yang difungsikan sebagai rumah kos-kosan maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Mendeskripsikan dan menganalisis kenyamanan thermal ditinjau terhadap desain ruang dalam di kamar kos rumah
panggung
yang
telah
dikembangkan
secara
swadaya
oleh
masyarakat; 2) Mendeskripsikan dan menganalisis kenyamanan thermal ditinjau terhadap ruang luar di kamar kos rumah panggung
yang telah
dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat; 3) Mendeskripsikan dan menganalisis kenyamanan thermal ditinjau persepsi penghuni kamar kos; 4) Mengembangkan
konsep
kenyamanan
thermal
di
kamar
kos
pada
pengembangan rumah panggung. III.
TINJAUAN LITERATUR
A. Kenyamanan Thermal Kenyamanan thermal didefinisikan oleh Franger(1972) sebagai kondisi seseorang yang mengekspresikan rasa nyaman terhadap lingkungan thermalnya. Teori Franger(1972) menyatakan bahwa kenyamanan thermal merupakan fungsi dari 4 faktor iklim (climate factors) dan 2 faktor individu (individual factors). Empat faktor iklim tersebut adalah: (1)temperatur udara(oC), (2)temperatur radiasi (oC), (3)kelembaban udara (%), dan (4)kecepatan angin (m/s). Dua faktor individu adalah (1)aktivitas (met) dan (2)pakaian(clo). Lechner(2001) menyatakan bahwa lingkungan yang nyaman secara thermal dipengaruhi oleh 4 kondisi lingkungan dan mekanisme hilangnya panas dari tubuh manusia. Empat kondisi lingkungan tersebut 7
adalah 1) temperatur udara ; 2) kelembaban relatif; 3) kecepatan udara; 4) mean radiant temperatur (MRT).
Semua kondisi tersebut mempengaruhi
panas badan manusia secara bersamaan. Menurut Surjamanto(2000), Frick dan Mulyani(2005), kenyamanan thermal merupakan faktor alam yang mempengaruhi manusia secara langsung. Faktor-faktor alam yang dominan tersebut adalah:(1)temperatur udara; (2)kelembaban udara dan (3)gerakan angin. Pendapat Satwiko(2008) menyebutkan terdapat 6 faktor kenyamanan thermal
yaitu
(1)temperatur
udara
(T);
(2)pergerakan
angin
(V);
(3)kelembaban udara (RH); (4)rata-rata temperatur permukaan ruang (MRT); (5)aktivitas manusia, (met); (6)pakaian (Clo). Selain faktor-faktor tersebut, kenyamanan thermal juga dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi setiap individu(Humphreys, 1992; Sastra dan Marlina, 2006). Kemampuan adaptasi setiap individu dipengaruhi oleh jenis kelamin, jenis aktivitasnya, usia daerah asal/ras seseorang & latar belakang budayanya (Karyono,1999). Pendapat Satwiko(2008), bertentangan dengan pendapat Karyono(1999), menurutnya ditemukan bukti
dari hasil penelitian terakhir tidak
bahwa ras manusia mempengaruhi penilaian akan
kenyamanan. Manusia mempunyai kemampuan adaptasi terhadap kondisi iklim (aklimatisasi) dengan baik. Normalnya seseorang yang datang pada lingkungan iklim yang berbeda dapat menyesuaikan diri dalam waktu 2 minggu. Lebih lanjut menurut Satwiko(2008), jenis kelamin perempuan pada umumnya menyukai lingkungan yang 1oC lebih hangat dari pada laki-laki sedangkan orang berusia lanjut lebih suka lingkungan yang lebih hangat dan tidak berangin. Dari uraian tentang kenyamanan thermal dapat disimpulkan bahwa kenyamanan thermal itu adalah kondisi yang dirasakan oleh manusia terhadap kondisi lingkungannya, dimana rasa nyaman tersebut dapat tercipta dan
diciptakan
Berdasarkan
dengan
pendapat
mengkondisikan dari
lingkungan
Franger(1972),
disekitarnya.
Mangunwijaya(1986), 8
Lippmeier(1999), Humphreys(1992), Surjamanto(2000), Lechner(2001), Frick dan Mulyani(2005), Sastra dan Marlina(2006), Satwiko(2008), disimpulkan bahwa terdapat 2 faktor yang mempengaruhi kenyamanan yaitu faktor iklim(physical environment) dan faktor individu(non physical environment). Faktor iklim (physical environment) terdiri dari (1)temperatur udara (T); (2)pergerakan angin (V); (3)kelembaban udara (RH); faktor individu(non physical
environment)
yaitu
(5)aktivitas
manusia,
(met);
dan
(6)pakaian(Clo). B. Kenyamanan Thermal ditinjau dari Faktor Desain Arsitektur dan Lingkungannya Kenyamanan
thermal
merupakan
suatu
kondisi
thermal
yang
dirasakan oleh tubuh manusia, bukan oleh benda, binatang dan arsitektur, tetapi dikondisikan oleh lingkungan dan benda-benda di sekitar arsitekturnya. Untuk mengkondisikan lingkungan agar mencapai kenyamanan secara maksimal dapat dilakukan secara alami dan tidak alami atau secara mekanik(menggunakan alat seperti kipas angin atau mesin air condition). Prinsip pemberdayaan
utama potensi
kenyamanan lingkungan
thermal untuk
secara
proses
alami
pendinginan
adalah atau
penyegaran udara. Frick dan Suskiyanto(2007) mengemukakan ada 2 jenis proses penyegaran yaitu pendinginan udara pasif dan pendinginan udara aktif. Pendinginan udara pasif dapat dicapai dengan tiga cara, yaitu: (1)perlindungan terhadap matahari dengan tanaman peneduh, perlindungan terhadap matahari yang tetap dan perlindungan terhadap matahari yang bergerak; (2)pemilihan bahan bangunan bertime-lag panjang. Sistem penyegaran udara secara pasif dicapai dengan; (a)penataan masa bangunan dan penataan vegetasi; (b)pelindung matahari “tetap” dan (c)pelindung matahari “bergerak”. Pendinginan udara secara aktif dicapai dengan cross ventilation.
9
Menurut Lechner(2001), terdapat 3 strata pendekatan rancangan yang harus dilakukan untuk mendapatkan temperatur yang nyaman dengan cara berkelanjutan yaitu: (1)sistem penghindaran panas yaitu meminimalisasi panas dalam bangunan dengan strategi-strategi meliputi penggunaan bayangan, orientasi, warna, vegetasi, penyekatan, memasukkan cahaya siang yang sesuai dan mengendalikan sumber-sumber panas internal; (2)sistem pendinginan pasif, dalam sistem ini bukan saja meminimalisasikan panas tetapi juga dengan penggunaan ventilasi; (3)penggunaan peralatan mekanik, penggunaan peralatan ini hanya dilakukan jika kedua proses pendinginan yang telah disebutkan tadi masih kurang maksimal, tetapi dengan konsekwensi penggunaan peralatan mekanik akan menggunakan energi(Lechner, 2001). Lebih lanjut Lechner(2001) menyebutkan bahwa desain tapak dan ruang luar sangat mempengaruhi sistem pendinginan dan penyegaran udara secara alami. Penempatan bangunan yang tepat terhadap matahari dan angin serta bentuk dengan konstruksi serta pilihan bahan yang sesuai, maka temperatur ruangan dapat diturunkan menjadi nyaman tanpa menggunakan peralatan mekanik. Perbedaan temperatur yang kecil saja terhadap temperatur luar atau pergerakan udara yang lambat pun sudah dapat menciptakan perasaan nyaman
bagi
manusia
yang
sedang
berada
di
dalam
ruangan
(Lippsmeier,1994). Lebih lanjut Lippsmeier menambahkan aspek-aspek desain bangunan dan lingkungan yang dapat mempengaruhi iklim interior adalah: (1)orientasi bangunan; (2)ventilasi silang; (3)perlindungan matahari; (4)pengurangan kelembaban; (5) pengisolasian panas dan (6)vegetasi. Hal
tersebut
ditambahkan
oleh
Santoso(1993)
bahwa
untuk
menciptakan ruang dengan tingkat kenyamanan yang optimal harus memperhatikan veriabel-veriabel rancangan yaitu: (1)orientasi bangunan; (2)luasan ruang dan kebutuhan ruang; (3)tinggi langit-langit; (4)luas bukaan; (4) tipe insulasi pada atap dan dinding; (5) kemampuan insulasi atap dan 10
dinding; (6) sistem pembayangan radiasi matahari dan ; (7) kemampuan serap panas atap dan dinding. Egan(1975) mengemukakan desain fisik bangunan dan ruang luar untuk daerah berikilm tropis lembab terlihat pada gambar 1
Gambar 1. Bangunan dan ruang luar untuk daerah berikilm tropis lembab. (Egan, 1975) Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa kenyamanan thermal dapat dicapai dengan mengkondisikan/mendesain ruang dalam dan ruang luarnya. Desain ruang dalam yaitu; 1)volume ruang yaitu luas dan tinggi ruang, 2)bukaan
pada
dinding
ruang
mencakup
luas
dan
letak
bukaan,
3)perlindungan terhadap ruang, dan4) material dinding ruang. Ruang luar yaitu 1)orientasi bangunan terhadap matahari dan angin, 2)jarak antar bangunan, 3)ruang terbuka hijau. Berdasarkan tinjauan pustaka disusunlah hipotesis pengarah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Kenyamanan thermal di kamar kos rumah panggung yang telah dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat sangat tergantung pada desain ruang dalamnya –dimensi, penataan ruang, bukaan, perlindungan ruang dan material-.
11
2) Kenyamanan thermal di kamar kos rumah panggung yang telah dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat sangat tergantung pada desain ruang luarnya –orientasi bangunan, ruang terbuka hijau dan jarak antar bangunan-. 3) Kenyamanan thermal di kamar kos rumah panggung yang telah dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat sangat tergantung pada faktor –aktivitas, pakaian, persepsi. penghuninya.
12
IV.
METODE PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis yang akan dibuktikan
maka penelitian ini adalah penelitian deskriptif-komparatif.
A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di kelurahan Kleak, kecamatan Malalayang, kota Manado, Sulawesi Utara. Kelurahan kleak merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan kawasan pendidikan kampus Universitas Sam Ratulangi (gambar 2).
Gambar 2. Peta Kelurahan Kleak
B. Sumber Data Sumber data kuantitatif diperoleh dari:
1)Hasil pengukuran di objek
penelitian dengan menggunakan alat khusus; 2)Kantor Kelurahan Kleak yaitu data demografi; 3)Hasil penelitian yang pernah dilakukan Sumber data kualitatif diperoleh dari : 1) hasil wawancara terbuka; 2) instansi pemerintah daerah setempat berupa peta-peta, fungsi kawasan, kebijakan-kebijakan
pemerintah
seperti
SNI
03-6759-2002,
Nomor
13
8/PERMEN/ 2007, Undang-undang RI No.28 tahun 2007, Peraturan menteri PU Nomor 29/PRT/2006 tanggal 1 Desember 2006 3) foto dan 4)Literatur dan website yang berhubungan dengan lingkup penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data di lapangan melalui metode observasi sistematik. Pengukuran terhadap temperatur udara dalam ruang, kelembaban udara
dalam
ruang,
kecepatan
menggunakan peralatan khusus,
angin
dalam
ruang,
luas
ruangan
jadwal waktu dan setting ruangan yang
telah ditentukan. Pengukuran dilakukan secara bersamaan selama 1 bulan. Pencatatan data temperatur, kelembaban dan kecepatan angin dilakukan selama 24 jam. Teknik perekaman dilakukan dengan teknik pemotretan, sketsa,
pencatatan dan pengamatan untuk mendapatkan data fisik
bangunan.
D. Teknik Analisia Data Untuk tujuan penelitian 1 dan 2 teknik analisis yang digunakan adalah analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif. Untuk tujuan penelitian 3 dan 4 digunakan analisa potensi dan kendala yaitu untuk melihat potensi strength, kendala weakness, selanjutnya dapat disimpulkan gagasan konsepnya. Simulasi numerik dengan menggunakan program computer, untuk memvisualisasikan unit analisia yang dibuat “ model” sehingga nampak karakter gerakan udara di dalam bangunan. Hasil visualisasi dari simulasi dapat dijadikan masukan yang memperkuat konsep yang disusun.
E. Objek Penelitian Objek penelitian adalah keseluruhan rumah panggung (159 rumah) yang
telah
dikembangkan
secara
swadaya
oleh
masyarakat
untuk
difungsikan sebagai rumah kos.
G. Instrumen Penelitian
14
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur jarak dimensi ruang dan bukaan menggunakan meteran, temperatur udara dan kelembaban udara menggunakan In and Out Thermo-Hygrometer Corona model GL 89 buatan Cina, kecepatan angin menggunakan electronic anemometer Intell Safe buatan Cina. Alat untuk menentukan arah mata angin/orientasi menggunakan directional kompas. Alat perekan menggunakan kamera video/foto.
Gambar 3 . Alat Ukur yang digunakan dalam penelitian. V.
HASIL PENELITIAN YANG DIHARAPKAN
1.
Tingkat kenyamanan thermal di kamar kos rumah panggung yang telah dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat
2.
Konsep dan model desain pengembangan rumah panggung yang nyaman thermal
VI.
KESIMPULAN Kenyamanan thermal di kamar
rumah panggung yang akan
dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat sangat tergantung pada desain ruang dalam, desain ruang luar.
DAFTAR PUSTAKA 1. Arjanggi Dipo, 2001, Pola dan Karakteristik Aliran Udara Alami dalam Ruang, Kilas, Jurnal Arsitektur FTUI Volume 3 No 2/2001 2. Asikin,D. Pangarsa W. 2000. Studi Pemakaian Ruang Private pada Hunian (Studi kasus Desa Pengrajin Batu Alam di Gamping Kabupaten Tulungagung), Jurnal Teknik Vol VII No.1 April 2000 3. Aynsley R M, Melbourne W, Vickery B J.1977, Architectural Aerodynamics, Applied Science Publisher, London
15
4. Awbi H B 1991, Ventilation of Buildings E & FN Spon-Chapman & Hall, London 5. AGENDA 21 INDONESIA Strategi Nasional Untuk Pembangunan Berkelanjutan , Menteri Negara Lingkungan Hidup RI, Maret 1997 6. Badan Standarisasi Nasional, BSN Tata Cara Perencanaan Konservasi Energi pada Bangunan Gedung, SNI 03-6759-2002 7. Boutet Terry. 1987. Controling Air Movement, A Manual for Arschitect and Builders, 8. Brown, 1990, Matahari Angin dan Cahaya, Intermata, Bandung 9. Budihardjo, E. 1986. Arsitek Bicara Tentang Arsitektur Indonesia. Alumni. Bandung 10. -----------------. 1997. Arsitektur Sebagai Warisan Budaya . Djambatan. Jakarta. 11. -----------------. 1998. Percikan Masalah Arsitektur Perumahan Perkotaan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta 12. Bustari 2000. Perubahan Pola Perumahan dan Permukiman Nelayan Akibat Pengaruh Pariwisata di Sabang-Aceh, UPT ITS, Surabaya 13. Dyah Anggraeni, 2000, Pengukuran Temperatur Efektif Pada gedung Biru, Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Budi Luhur, Universitas Budi Luhur, Jakarta 14. Egan, David M, 1999 Konsep-Konsep Dalam Kenyamanan Thermal, Alin Bahasa Rosalia, Kelompok Sain dan Teknologi Arsitektur Jurusan Arsitektur Universitas merdeka Malang 15. Fanger, P.O 1970 Thermal Comfort, Analysis and Application in Environmental Engineering, Danish Technical Press. Copenhagen. 16. Faudy 2000. Perubahan Rumah Tradisional Aceh sebagai Tempat Tinggal; Suatu Dimensi Transisi yang Dinamis. UPT ITS, Surabaya 17. Frick, 1984. Rumah Sederhana. Kanisius.Yogyakarta 18. -------, 1996. Arsitektur dan Lingkungan. Kanisius.Yogyakarta. 19. -------,Stiawan. 2002. Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan Utilitas Bangunan Cara Perlengkapan Gedung-Ilmu Konstruksi Bangunan 2 . Kanisius.Yogyakarta. 20. -------,Stiawan. 2002. Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan Cara Membangun Kerangka Gedung-Ilmu Konstruksi Bangunan 2 . Kanisius.Yogyakarta. 21. ---------Widmer Petra, 2006, Membangun, membentuk, menghuni Pengatar arsitektur Seri pengetahuan lingkungan-manusia-bangunan 1, Kanisius. Yogyakarta 22. ------- Mulyani. 2007. Arsitektur Ekologis- Seri Eko arsitektur 1. Kanisius.Yogyakarta. 23. -------- Mulyani. 2007. Arsitektur Ekologis- Seri Eko arsitektur 2. Kanisius.Yogyakarta
16
24. --------Ardiyanto, Darmawan, 2008, Ilmu Fisika Bangunan, Seri Konstruksi Arsitektur 8, Kanisius, Yogyakarta. 25. Golany, 1995, Ethic and Urban Design, Jhon Willey and Sons, New York. 26. Graafland, N. 1898. Minahasa Masa Lalu Dan Masa Kini. De Minahasa, Haar Verleden en Haar Tegenwoordige toestans. De Erven F. Bohn. Haarlem 27. Harimu,Debbie AJ. 2003 Perubahan Wujud Fisik Rumah Tradisional Minahasa. Tesis Program Pasca Sarjana Unhas 28. Harimu, Wunas, 2005 Perubahan Wujud Fisik Rumah Tradisional Minahasa Jurnal Teknik Volume XIII April 2006 29. Hindarto, 2007. Inspirasi Rumah Sehat di Perkotaan. Andi. Yogyakarta 30. Joo-Hwa Bay, Boon-Lay Ong, 2006 Tropical Sustainable Architecture Social and Environmental Dimensions.Architectural Press. Oxford. 31. Joni. 2000. Perubahan Rumah Etnis Kleng Aceh Pidie Studi Kasus Kampong Dayah Kleng, UPT ITS, Surabaya 32. Juhana, 2001. Arsitektur dalam Masyarakat. Bendera.Semarang 33. Karyono, 1999, Arsitektur Kemapanan, pendidikan Kenyamanan dan Penghematan Energi, Ctur Libra Optima. Jakarta 34. ---------------2000, Report on Thermal Comfort and Building Energy Studies in Jakarta-Indonesia, Building and Environment 35(2000) 77-90 35. ---------------Wonohardjo, Soelami, Hendradjit, 2005 Report on Thermal Comfort Study In Bnadung, Indonesia, to be publish. 36. Koppelman,1990, Standart Perencanaan Tapak, Penerbit Erlangga. Jakarta 37. Lechner.2001 Heating, Cooling, Lighting Metode Desain Untuk Arsitektur, Rajagrafindo Persada. Jakarta. 38. Liddament, 1996, A Guide to Energy Efficient Ventilation, Air Infiltration Ventilation Centre AIVC, Univerity of Warwick Science Park UK 39. Lippsmeier, 1994.. Bangunan Tropis. Erlangga. Jakarta 40. Mangunwijaya. 1988. Pengantar Fisika Bangunan, Djambatan. Yogyakarta 41. Maslow, 1943, Theory of Human Motivation, Harper & Row, New Tork 42. Mamengko, R. 2002. Etnik Minahasa Dalam Akselerasi Perubahan. Telaah Historis Teologis Antropologis. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta 43. Mardalis, 1989, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Griya Kreasi. Jakarta 44. Mayer, E, 1993. Objective Criteria for thermal Comfort, Building and environment, Vol. 28.No 4,pp339-403. 45. Mediastika, 2005, Menuju Rumah Ideal Nyaman dan Sehat, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta 46. Meijs, 1983. Membangun Fisika Bangunan, Penerbit Erlangga, Jakarta
17
47. Nugroho. 2003. Studi Perubahan Spasial Rumah Tinggal Menjadi Rumah Pondokan Mahasiswa di Yogyakarta,Teknosains 16B(1) Januari 2003 .Yogyakarta. 48. Oliver, P. 1989 Dwellings The House Across the World, Phaidon Oxford. 49. Pangarsa, 2006 Merah Putih Arsitektur Nusantara Andi, Yogyakarta 50. Pearlmutter, D and Etzion, J 1993 Student Housing at Sede Boqer. A Geometric response to Deser Condition. The Journal of Architecture and Planning Research. Vol 10, No 3 pp 243-160 51. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat, Nomor 8/PERMEN/ No. 2007 tentang Pembangunan Perumahan Swadaya. Kementrian Negara Perumahan rakyat RI 52. PP RI No. 36 tahun, 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 53. Undang-undang RI No.28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 54. Peraturan menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/2006 tanggal 1 Desember 2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung 55. Prianto Eddy, 2004, Alternatif Disain Arsitektur Daerah Tropis Lembab Dengan Pendekatan Kenyamanan Thermal, Jurnal Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan-Universitas Kristen Petra, http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/ 56. Prijotomo. 2004. Arsitektur Nusantara Menuju Keniscayaan. Wastu Lanas Grafika.Surabaya 57. Rapoport, 1969, House Form Culture. Prentice Hallinc, Englewood Cliffs; NJ 58. Sabaruddin. 2008. Membangun Rumah Sederhana Sehat Tahan Gempa, Griya Kreasi. Jakarta 59. Samadhi,2004, Perilaku dan Pola Ruang, LPPM ITN Malang ISBN 97998346-0-0 60. Sangkertadi, Rumagit, 1999, Mengevaluasi Penghawaan Alami Sebuah Rumah Tropis Dua lantai Dengan Menggunakan Teknik Simulasi Numerik, Dimensi Teknik Arsitektur Vol 27. No 1 Juli 1999: 56-63 61. Santosa, 1999 Konsep Insulasi Thermal Pada Hunian Daerah Berkepadatan Tinggi; Sebuah Kajian Untuk Perbaikan Pengaturan Bangunan, Penelitian Starter Grant, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Sebelas Perguruan Tinggi ADB-LOAN No 1253-INO 62. -------------2001, Lingkungan Tropis Berkepadatan Tinggi Lakslitas, Tradisi dan Modernitas, Manusia dan Lingkungan Vol VII No 1 April 2001, hal 314, Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 63. Sastra, Marlina. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Andi. Jakarta 64. Satwiko, 2009. Fisika Bangunan,Andi Offset. Yogyakarta
18
65. Satwiko Prasasto, 2005, Arsitektur Sadar Energi, Pemanfaatan Komputer dan Internet untuk merancang Bangunan Ramah Lingkungan, Andi Yogyakarta. 66. Saud, 1999.Industri Rumah Tradisional Di Desa Woloan Satu. Depdikbud Dirjen Kebudayaan. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Balai Kajian sejarah dan Nilai Tradisional Manado 67. Septianti 2000. Rumah sebagai Tempat Tinggal dan Tempat Bekerja : Pola Pemanfaatan Ruang pada Usaha Rumah Tangga( Studi Kasus di Banyu Urip Surabaya), UPT ITS, Surabaya 68. Sujatmiko, Hendradjit, Soegijanto, 2000, Menuju Penyusunan dan Penerapan Standart Kenyamanan Thermal Adaptif di Indonesia, Puslitbang Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta 69. Surjamanto. 2000. Iklim dan Arsitektur. ITB. Bandung 70. Supriyanto, 2000. Perubahan Fisik Rumah Tinggal Dengan adanya Usaha yang Bertumpu pada Rumah Tangga di Kampung Sekarbela,Mataram UPT ITS, Surabaya 71. Silas J. dkk 2000. Rumah Produktif Dalam Dimensi Tradisional Dan Pemberdayaan, UPT ITS, Surabaya. 72. Sorensen, K.G.I. 1982. The House in East and Southeast Asia Antropological and Architectural Aspects. Curson Press. Scandinavian. 73. Supit, B. 1986. Minahasa Dari Amanat Watu Pinawetengan Sampai Gelora Minawanua, Sinar Harapan, Jakarta. 74. Sugiyono, 2006, Statistika Untuk penelitian, Alfabeta,Bandung 75. Singarimbun, 1989, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Yogyakarta 76. Spiegel, 1996, Statistika, Erlangga, Jakarta 77. Syamsidar. 1991. Arsitektur Tradisional Daerah Sulawesi Utara. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Kebudayaan Dan Nilai Tradisional. Proyek Inventarisasi Dan Pembinaan Nilai – Nilai Budaya. 78. Tantular, 2009, Rumah Irit Energi, Erlangga. Jakarta 79. Thohir, 1985. Butir-Butir Tata Lingkungan Sebagai Masukan Untuk Arsitektur Lansekap dan Pembangunan Berwawasan Lingkungan, Bina Aksara, Jakarta. 80. Trisutomo.1997. Kinerja Kualitas Perumahan Kota di Ujung Pandang HiTch ISSN 0852-4173 . J 05/Thn III Sept – Des ;2-10 81. Turan, Mate. 1990. Vernacular Architecture, Paradigms of Environmental Response. Kegan paul Ltd, London 82. Turang, J. dkk. 1997. Profil Kebudayaan Minahasa, Majelis Kebudayaan Minahasa, Tomohon. 83. Turner, 1976, Housing By People, Morion Boyars Publisher Ltd. London, Great Britain 84. Watuseke, F.S. 1968. Sedjarah Minahasa. Percetakan Negara. Manado.
19
85. Watuseke, F.S. 1995. Profil Rumah Adat Minahasa dan maknanya Percetakan Negara. Manado. 86. Wunas, 2007. Perepektif Penataan Kota dengan Konsep Permukiman Ekologis. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Universitas Hasanuddin 87. Widja 2000. Eksistensi Rumah Bali Menyikapi Terjangan Globalisasi di Desa adat Mengwi, Badung Bali, UPT ITS, Surabaya 88. Waterson, 1990, The Living House An Antropology of Architecture in SoutEast Asia. Graphics, Singapore 89. Zuraida 2000. Dampak Perkembangan Desa Terhadap perkembangan Fisik Rumah Masyarakat Dukuh Watu Ulo, Desa Sumberejo, Ambulu, Jember, UPT ITS, Surabaya
20