Ke Daftar Isi Prosiding Seminar Tduw/ogi serta Fasi/itas Nuklir
dan Kesdamatan
Serpong, 9-10 Februari 1993 PRSG, PPTKR - BATAN
PLTN
PENGARUH REAGEN PENGETSA DAN WAKTU TERHADAP GAMBAR STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN LOGAM AIMg2 DAN AIMgSi Oleh Eric Johncri, Sigit Pusat Elemen Bakar Nuklir - Badan Tenaga Atom Nasional
ABSTRAK Salah satu kegiatan penting dari sejumlah karakterisasi bahan adalah uji struktur mikroskopik yang dilakukan setelah pengerjaan proses etsa ("etching"). Keberhasilan penampilan fotografi pada medan mikroskop dengan kontras yang tajam diantara butir kristal serta batas butir tergantung dari ketepatan reagen serta waktu dan proses pengetsaan. Pada penelitian ini telah dipelajari pengaruh reagen serta parameter proses pengetsaan terhadap paduan logam AIMg2 dan AIMgSi yaI}g biasa dipakaisebagai kelongsong elemen bakar Reaktor Serba Guna Serpong melalui metoda "swab etching" (usap) dan penetesan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa komposisi larutan pengetsa yang terdiri dari campuran asam khlorida, asam fluorida dan air masing-masing sebanyak20 ml, waktu etsa 35 detik, baik untuk metoda usap maupun metoda penetesan memberikan hasil foto struktur mikro relatif baik.
ABSTRACT Microscopic structure examination after etching process is one of the important activity in material caracterisation. The good photographic appereance on microscope field is showed by sharp contrast between grains and grain boundaries. This result depend on correct reagent, etching time and etching process. In this paper, the influence of reagent and etching process parameters for AIMg2 and AIMgSi which are used for cladding material of fuel element for Multi Purpose Reactor at Serpong by swab etching and drop method were investigated. The experiments showed that the composition of etch ant which consist of chloride acide, fluoride acide and waterof 20 ml volume respectively, etching time of 35 seconds for both methods gave a good relatively results.
I.PENDAHULUAN Paduan logam aluminium mempunyai perananyang penting dalam reaktorriset. Dengan keunggulan beberapa karakter yang dipunyai seperti tampang serapan netron rendah, sifat mekanik, fisik dan kimia yang memadai serta penanganan yang mudah, maka aluminium telah dipili,h sebagai bahan pembungkus (kelongsong) elemen bakar (I). Berbagai jenis paduan logam AI yang dapat digunakan misalnya AIMgSi dan AIMg2• Jenis yang terakhir ini dipakai pad a Reaktor Serba Guna G.A.Siwabessy (RSG-GAS) BAT AN Serpong. Menurut perhitungan yang dilakukan, cukup banyak gagalan AIM~ yang diperoleh dari lnstalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor Riset, sehingga perlu diusahakan suatu penelitian untuk memanfaatkan kembali gagalan AIMg2, seperti telah dilakukan PAND IT (2). Setelah gaga Ian AIMg2 dapat diolah kembali, maka hasil tersebut perlu diuji kembali tentang sifat mekanik, fisik, kimia, metalografi dan struktur mikroskopiknya, agar dipcroleh karakteristik yang memenuhi
296
persyaratan. Dalam penel itian ini khusus akan dibahas mengenai uji struktur mikroskopik yang dilakukan sesudah pengerjaan etsa ("etching") dari paduan logam AIMg2 dan AIMgSi. Hasil penampilan foto yang baik yaitu apabila diperoleh gambar dengan kontras yang tajam di antara butir kristal dan batas butir. Faktor-faktor yang berpengaruh adalah ketepatan reagen, waktu serta metoda proses pengetsaan yaitu "Swab Etching" dan Penetesan. Penelitian ini perlu dilakukan mengingat bahwa dalam praktek pelaksanaan etsa sering terjadi kegagalan-kegagalan sehingga tidak didapatkan hasil seperti yang diinginkan karena berbagai kondisi yang tidak tepat. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mencari reagen yang tepat untuk proses etsa paduan logam aluminium AIMg2 dan AIMgSi. Proses Eisa ("Etchin!!") Proses etsa dengan menggunakan bahan kimia merupakan salah satu teknik untukn1endapatkan struktur mikro yang kontras antara butir dan batas butir.
..
.
--
1.20f?OE.f12
'":"',:,
-:
~. ,."
, ., ."
- . :.2090'1=--12
~
6,9168E--13
8,1370E--13 6,6420E--13
-.
mal at
Pusat
GJ @W
I rrad iasl Rabbit Posisl Irradiasl System Syster:n Posisl Elemen Beryllium Bakar Kendali
[2]
~
1,4704E--14
8,9277E--13
7,6298£-13
~ 7,8214E-13 7,9221E--13 7,2076£-13 5,7607E-13 9,2910£--13
Blok Reflektor 7,1285E--13
Beryllium
IP1 IP2
2.0689E--14
IP3
1,8606E--14
IP4
1,8866E-14
CIP1 8,,/90r£-I-13 ICIP4 8.5571E-13
1,2CrJOE-12
Gambar
.1...
1.9422E--14
Pemetaan Flur.:5 Neutron Termal (n/cm2.dtk) Teras TWC bellsj 2 x 4 x 15 gram FP M dan 72 gram Ir-192 untuk daya 30 MW
Prosiding Seminar Telaw/ogi dan Keselamalan serla Fasi/ilas Nuk/ir
Serpong, 9-10 Februari 1993 PRSG, PPTKR - BAIAN
PLTN
Disini reagen pengetsa bereaksi dengan permukaan logam. perusakan lapisan permukaan dari logam secara kimia hingga lapisan batas butir terbuka dan dapat diamati strukturmikro yang membentuk logam tersebut. Apabila proses etsa dengan cara ini tidak memberikan hasil yang memuaskan, misalnya reagen pengetsa meninggalkan residu yang sulit dibersihkan, maka ada altematif lain yaitu proses etsa secara fisik yang menggunakan fenomena fisika untuk memperoleh strukturmikro yang kontras. Sebagai contoh adalah etsa termal pada suhu tinggi dim ana atom-atom meninggalkan permukaan logam yang dietsa. Jenis proses etsa lain adalah etsa secara elektrokimia yang di dalamnya terjadi peristiwa reduksi dan oksidasi. Logam yang bersinggungan dengan larutan pengetsa mempunyai kecenderungan terionisasi dengan melepaskan elektron sehingga dapatdiukurpotensialnya. Unsur-unsur logain mempunyai daya gabung listrikyang berbeda-beda dan dapat bereaksi dengan asam sambil mengeluarkan~, misalnya AI, Mg,Mn,Zn,Cr,Ni,Fe. Unsur-unsur logam lain seperti Sn, Cu, Ag, Pt memerlukan zat pengoksidasi. Dengan adanya perbedaan potensial dari unsur logam terse but, maka laju pelarutan pada permukaan juga berlainan sehingga dapat membentuk struktur mikro yang kontras. Proscs ctsa dcn!!an bahan klmla Ada dua metoda pada proses etsa dengan bahan kimia yaitu metoda "Swab Etching" dan metoda Penetesan yang dipelajari dalam penelitian ini. Perbedaan kedua cara tersebut yaitu: pada metoda "swab" reagen pengetsa dioleskan pada permukaan, sedangkan pada metoda penetesan, reagen pengetsa diteteskan pada permukaan logam sambil benda kerjanya digoyang-goyang. ' Setelah proses etsa selesai dilakukan, maka dilanjutkan dengan pengamatan struktur mikro untuk mengetahui perubahan bentuk butir, distribusi butirserta perubahan lain yang mungkin terjadi. Pengamatan terse but dilakukan dengan mikroskop melalui pembesaran lensa optik dan polarisasi. Hasil akhir berupa foto struktur mikro yang dapat dievaluasi.
II. METODAffATA
KERJA
A. Bahan 1. Gagalan AlMgSi dan AlMg2 diperoleh dari IPEBRRPEBN 2. Asam khlorida 3. Asam nitrat 4. Asam fluorida 5. Alkohol 6. Resin B. Alat 1. Alat potong listrik
297
2. 3. 4. 5. 6.
Mikroskop optik Alat poles Pengukur waktu ("stop watch") Amplas Pasta alumina
C. Cara Kcria 1. PcnvlaDan samDcl. - Pemotongan: Logam dipotong-potong menjadi ukuran (1 x2) cm dengan tujuan untuk mempermudahpengerjaan "mounting"lalu dibersihkan dari bekas pernotongan. \ : Dimaksudkan untuk membersihkan lemakdan kotoran lain yang melekatpada permukaan logam lalu dikeringkan. - "Mounting" : Sam pel dimasukkan kedalam resin yang ditempatkan dalam suatu cetakan untuk mempermudah pengerjaandanmenjamin kerataan dan posisi permukaan sam pel. - "Grinding" : Menghaluskan dan meratakan permukaan sampel hingga menjadi halus menggtinakan amplas sampai tingkat ("grade") 1200. Setiap penggantian tingkat amplas, sampel diputar 90° searah jarum jam. - Pemolesan : Sampel dipoles dengan pasta alumina at au pasta "diamond" dengan ukuran 15 mikron sampai 5 mikron. Hal inidimaksudkan agar diperoleh permukaan yang betul-betul bersih, licin, bening tanpa goresan apabila dilihat dibawah mikroskop. - Pembersihan dan Pengeringan : Sampel dibersihkan, dicuci dengan air lalu alkohol agar butir-butir air pada pori-pori dapat keluar dari permukaan. Kemudian dilakukan pengeringan dengan udara panas supaya sam pel benar-benar kering dari bahan pembersih. Sampel siap dietsa.
- Pencucian
2. Rca!!cn DCn!!ctsa. Reagen yang dipakai dalam percobaan macam yaitu : Reagen A : Campuran HCI (d = 1,19) HN03 ( d = 1,40 HF (40%) Reagen B : Campuran HCI (d = 1,19) HN03 ( d = 1,40 HF (40%) Air (akuades) Reagen C: Campuran
ini ada 3 = 75 ml ) = 25 ml = 5 ml = 20 ml ) = 20 ml = 5 ml =20ml
HCI (d = 1,19) = 20 ml HF (40%) = 20 ml Air (aquades) = 20 ml
Prosiding Seminar Teknologi dan Keselamalan sala FasiJjlas Nuklir
PLTN
Sa pong, 9-10 Februari 1993 PRSG, PPTKR - BATAN
3. Waktu DCn!!Crjaan ctsa. Waktu pengetsaan untukkedua metoda ditcntukan berdasarkan informasi dari pustaka 3 yang untuk selanjutnya divariasi sebagai berikut : a. Untuk reagen A: 35, 55 dan 80 detik. b. Untuk reagen B: 70, 110 dan 160 detik. c. Untuk reagen C: 20, 35 dan 46 detik. 4. Proses etsa. a. Metoda "Swab Etching". - Reagen A dioleskan pada sampel AlMg2 dan AlMgSi selama waktu35, 55 dan 80 detik, kemudian dicucildibersihkan dengan air, alkohol dan dikeringkan. - Sampel yang sudah kering diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran tertentU: kemudian dibuat foto struktur mikronya untuk dianalisis - Percobaan diulangi untuk reagen B dan reagen C dengan waktu etsa masing-masing seperti pada no. 3b dan 3c. b. Metoda Pemolesan. - Reagen A diteteskan pada pcrmukaan sampel AlM~ dan AlMgSi, kemudian digerakkan (digoyang-goyang) selama 35, 55 dan 80 detik, kemudian dicucildibersihkan dengan air, alko hol dan dikeringkan. - Proses dan percobaan selanjutnya sarna dengan yang tertera pada metoda "Swab Etching" .5. Fotoe:rafi Setelah sampel selesai dietsa, sampel dilihatdengan mikroskop optikdandibuat fotonya untukdianalisisdan dievaluasi.
(a)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil-hasil percobaan ditampilkan dalam bentuk gambar fotografi mikroskopik. Untuk membandingkan dengan logam yang telah dietsa, maka terlebih dulu dilakukan pembuatan foto permukaan dari AIMg2 dan AlMgSi seperti terlihat pada Gambar 1. Kedua foto ini belum memberikan informasi cukup mengenai jenis fasa, orientasi butir serta batas butir. Yang tampak hanyalah cacat permukaan berupa garis dalam berbagai arah dan distribusi titik-titikhitam dengan ukuran berbeda. Observasi lain terhadap permukaan ditunjukkan dengan adanya kekasaran atau ketidakberaturan yang timbul sebagai akibatpengerjaan selama fabrikasi seperti pencetakan, ekstrusi, pengerjaan akhir atau pengerjaan dingin. Hal ini dapat disebabkan pula oleh perbedaan komposisi pada permukaan. Dalam kaitan dengan fabrikasi elemenjenis pelat, AlMg2 mengalami pengerjaan canai ding in sedangkan AIMgSi hanya pengerjaan mekanik di luar canai ding in tidak mengakibatkan deformasi yang berarti. Pengerj aan ding in pada AlMg2 menyebabkan densitas dislokasi lebih besar, demikian pula peluang terjadinya kekosong-an ("vacancy") (4); Penggabungan "vacancy" pada lokasi tertentu menyebabkan terbentuknya lubang yang relatifbcsarseperti tampak pada permukaan AIMg2 yang mempunyai derajat deformasi lebih tinggi daripada AIMgSi. Diduga hal ini yang menyebabkan perbedaan kontras antar kedua foto di atas. Gambar-gambar berikut ini menunjukkan keadaan permukaan logam paduan AlMg2 dan AlMgSi setelah dietsa dengan berbagai reagen pengetsa, metoda dan waktu etsa. Variabel-variabel ini telah dijelaskan pada bab (metodaltata kerja). Karena temp at terbatas maka tidak semua gambar disajikan, mclainkan dipilih yang dapat memberikan informasi perbedaan pengaruh reagen dan metoda etsa.
II
(b) Gambar 1. Foto Struktur mikro AlMg2 (a) dan AlMgSi (b) sebelum dietsa
298
Prosiding Seminar Te/aw/ogi dan Ke:se:lamatan PLTN serta Fasi/itas Nuk/ir
Serpong, 9-10 Februari 1993 PRSG, PPTKR -BATAN
A. Pcn!!aruh waktu etsa Baik dengan menggunakan metoda "swab etching" maupun penetesan untuk kedua jenis logam paduan AIMg2 dan AIMgSi, waktu etsa yang relatifmemberikan hasil yang baik adalah sebagai berikut : - Reagen A: 80 detik. - Reagen B : 160 detik. - Reagen C: 35 detik. Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar 2, yaitu struktur mikro logam paduan AIMg2 yang dietsa secara "Swab Etching" selama 35 detik dan 80 detik, dengan reagen A. Tampak bahwa daerah batas butir belum terlihat denganjelas, hal ini disebabkan lamanya waktu pengetsaan belum tepat. Gambar2a menunjuukkan waktu etsa terlalu cepat (singkat) 35 detik. Pada gambar 2b, terlihat bahwa daerah batas antar butir semakin jelas, hal ini karena waktu etsa cukup sehingga reaksi antara reagen dan logamnya tepat (bereaksi sempuma), sehingga pengupasan butir sempuma yaitu pada pengetsaan dengan reagen A. Apabila waktuetsa lebih lama maka terjadi kelebihan reaksi yang menyebabkan permukaan logam terbakar akibat panas yang dihasilkan interaksi antara reagen dan logam, yang dapat dilihat di bawah mikroskop. Hasil fotografinya akan terlihat gelap karena sinaryang datang dari alat potret diserap oleh permukaan logam yang terbakar(Gambar 2c).
B. Pcn!!aruh Rea!!cn Pcn!!etsa Pengetsaan sebenamya merupakan proses korosi terkontrol yang ditimbulkan oleh aksi elektronikdiantara luasan permukaan yang mempunyai potensial berlainan. Mekanisme pengetsaan dapat diterangkan sebagai berikut : Pada logam murni atau paduan berfasa
I
299
tunggal seperti paduan aluminium terdapat perbedaan potensial diantara : - butir-butir dengan onentasi berbeda - batas-batas butir dan butir "interior" - fasa pengotor dan matriks - gradien konsentrasi Perbedaan potensial ini digunakan untuk mengontrol pelarutan atom-atom pada sa at proses etsa sedang berlangsung. Struktur mikro akan diperlihatkan berdasarkan pada pelarutan selektif dari atom-atom itu sendiri. Pelarutan ini dimulai dari permukaan dan diteruskan sampai ke bagian dalam. Karena ada perbedaan laju pelarutan, maka struktur mikro yang berada pada bahan dapat tampil sebagaimanaterlihatdalamfotografi. Selama terjadi proses etsa, atom-atom logam (M) pada permukaan anoda ditransfer ke larutan (reagen) pengetsa. Sebelumnya atom tersebut diserap (diabsorpsi) oleh permukaan logam sebagai berikut (5,6) : \
Mad =====> Maqn+ + n e' Ion logam Mn+membentuk ikatan dengan molekul air berkat benturan gaya-gaya dipol ion sehingga ion logam tersebut berada dalam bentuk terhidrasi (Mat). Akhimya kation-kation dilepaskan dari permukaan ke dalam larutan setelah hidrasi berlangsung sempurna. Logam yang telah dietsa tidak selalu bereaksi dengan reagen untuk membentuk hidrat, namun dapat pula membentuk ikatan komplek atau senyawa yang tidak larut sebagai endapan pada permukaan logam. Fenomena diatas diduga dapat menerangkan hasil fotografi mikroskopik dan logam paduan AIM~ dan AIMgSi setelah mengalami pengetsaan.
Prosidillg Semjllar Teknologi dall Keselamatall PLTN serta Fasilitas Nuklir
Serpollg, 9-10 Februari 1993 PRSG, PPTKR - BATAN
Hal ini terjadi pula pada proses denganmetoda penetcsan (Gambar 4).
(a)
pengetsaan
(b)
Gambar 3. Struktur mikro AIM~ yang dietsa dengan reagen B (a) dan reagen C (b) secara "swab etching". (Reagen A lihat Gambar 2b). Pembesaran 100 X.
Tampak bahwa rcagen C menghasilkan [oto lebih kontras jelas dan menampakkan daerah batas butir lebih baik dari reagen B dan A (Gambar diatas) Hasil [otografi yang kurang jelas karena log am dietsa oleh reagen A,B dapat juga disebabkan oleh adanya asam kuat HCI dan HNO) dalam jumlah yang relati[ banyak sehingga terjadi interaksi dengan logam dan terbentuknya pengotor logam lainnya yangterkumpul pada permukaan dan menutupi butir dan batas butir.
Dari gambar 3 dan 4 di atas, temyata regen C memberikan hasil [oto relatifterbaik dim ana batas butir dan butirannya sendiri dapat dibedakan dengan jelas. Adanya bentuk-bentuk lonjong disebabkan oleh perlakuan canai dingin terhadap material.
(a)
(b)
(c)
Gambar 4. Struktur mikro AlMg2 yang diets a dengan reagen A (a), B (b), C (c) Dengan metoda penetesan ..
300
Prosiding Seminar T elawlogi dan Keselamatan serta Fasilitas Nuklir
PLTN
Serpong, 9-10 Februari 1993 PRSG, PPTKR - BArAN
2. Pcnl!ctsaan AIMI!SI Pada waktu pengetsaan beriangsung diperkirakan bahwa potensial kimia antara butir dan batas butir tidak terialu berbeda sehingga menimbulkan kesulitan pada penampilan strulctur mikro yang kontras. Pengaruh reagen pengetsa pada logam paduan AlMgSi temyata mirip dengan AlMgz. Seperti terlihat pada Gambar 5, reagen C memberikan hasil fotografi relatifbaik bila dibandingkan dengan reagen lainnya. Hal ini dapat disebabkan reagen C hanya mengandung asam kuat HCl dalam jumlah relatif sedikit (sebanding dengan HF dan air) dan HF berfungsi aktif melarutkan Si sehingga kenampakan permukaan logam menjadi lebih jelas, ("swab etching").
pada metoda penetesan, setelah reagen diteteskan kemudian logamnya digoyang-goyang menyebabkan reaksi berlangsung kontinyu dan merata pada daerah tetesan.
IV. KESIMPULAN 1. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa reagen pengetsa yang tepat untuk AlMgz dan AlMgSi yaitu campuran HCl, HF dan air pada perbandingan 1: 1 : 1 dengan waktu etsa 35 detik. Dengan ditemukannya reagen pengetsa yangtepat ini,maka untukselanjutnya disarankan menggunakan reagen tersebut sebagai larutan pengetsa paduan logam aluminium, sehingga kesulitan-kesulitan yang timbul pada proses etsa karena belum ditemukannya reagen yang tepat dapat diatasi.
(a)
(b)
(c)
Gambar 5. Strulctur mikro AlMgSi yang dietsa dengan raegen A (a), B (b), C (c) secara "swab etching". Dengan metoda penetesan, ternyata reagen C juga memberikan gambar foto relatif baik di antara reagen yanglain (Gambar 6). Jika antara metoda "swab etching" dan penetesandibandingkan, maka akan terlihat bahwa etsa secara penetesan memberikan hasil foto lebihjelas dan kontras (Gambar 5 & 6 ). Yang menjadi dasar perbedaan disini adalah metodanya, dimana pada "swab etching" reagen dioleskan pada permukaan logam sehingga menyebabkan reaksi antara logam dan reagen terputus-putus. Sedangkan
301
2. Metoda penetesan memberikan hasil foto lebih jelas, kontras dan menampilkan butirdandaerah batas butir lebih baik dari pada "swab etching", terutama pada AlMgSi. 3. Faktor penting yangjuga mempengaruhi keberhasilan "etching" (pengetsaan) adalah konsentrasi campuran reagen, karena besamya konsentrasi reagen ini ber kaitan langsung dengan waktu/lamanya proses etsa.
Prosidillg Semillar TdalOlogi dall Kesdamalall serla Fasililas Nuklir
PLTN
Serpollg, 9-10 Februari 1993 PRSG, PPTKR - BATAN
(a)
(b)
(c)
Gambar 6. Struktur mikro AlMgSi yang dietsa yang dietsa dengan reagen A (a), B (b), C (c) dengan metodapenetesan. V. DAFTAR PUSTAKA. 1. BENJAMIN, M, "Nuclear Reactor Material and Applications", New York, 1983.
hal. 290-295,
Van Nostrand
Reinhold, Coy.,
2. PANDIT,I, "Studi Perbandingan Sifat Mekanis Peleburan Kembali "Scrap" AlMg2 Sebagai Bahan Kelongsong Elemen Bakar RSG-GAS, Thesis, IT-VI, Jakarta, 1989. \
3. PETZOW, G, "Metallographic
Etching",
hal. 24-40, American Society For Metals, Ohio, 1978.
4. MUCHLIS, B., "Statiscal Method of Grain Size Measurements and Its Interpretation on Various Type ofZircaloy4 after Heat Treatment", Final ReportofIAEA-RC No. INS 17328/6024 RB, 1992. 5. GEORGE F. V ANDER VOORT, "Metallography
Principles and Practice", pp. 166-178, 1984.
6. SCHATT, W., WORCH, H., "The Development of Metallography 14, pp. 685-690,1969.
302
Structures
by Solution",
Neue Huette, vol.
Prosiding Seminar Telawlogi dall Keselamatan serta Fasilitas Nuklir
PLTN
Serpong, 9-10 Februari 1993 PRSG, PPTKR -BATAN
DISKUSI Penanya Apa dasarnya pengambilanselangwaktu cara swap dan ataupun tetcs ?
35-55-80, selangwaktunya
± 20dctik. Sudah adakah standarmctoda
etching
ERIC Dasa r pcnga mbilan wa ktu di atas ka rena tela h dilakuka n peng-etsa -an anta ra 20-86 dt denga n sela ng 2 deti k 20,22,24 dst. Dari hasil di atas diambil pendekatan yang paling baik hasil fotografinya pada kondisi perlatan/operasi yangsama untuk reagen A diambil 35" - 55" dan 80". Dasar ini juga yang diterapkan untuk reagcn B dan C. Standard waktu untuk metoda tidak ada, tetapi ada standar waktu untuk bcberapa rcagen dipakai untuk bcrbagai logam. Misal: Reagen Kelter's waktunya bebcrapa dctiksampai 4 menit. Sctclah dicoba pakai ternyata hasilnya masih belum mcmbcrikan fotografi kontras dan batas butir balum dapat dibcdakan .. . Dilakukan penclitian ini dcngan memakai campuran lain dengan cara Trial and Error. Sehingga didapatkan hasil yang baik. \
TRIWlKANTORO 1. Dari komposisi larutan pcng-ctcha, hno3 dibuat konstan, mcngapa ? 2. Bcrapa konsentrasi masing-masing larutan ? Mcngapa tidak dipakai konsentrasi yang bcrvariasi ?
ERIC JR 1. HNO) tidak konstan HNO) [1.40] HCL [1.19] HF [40 %] a. Karena kalau konsentrasi masing-masing larutan bcrvariasi tcntunya akan didapat konsentrasi dari campuran rcagcn yang elbih jauh bcrbeda karcna pengenceran ataupun pemekatan. b. Mcngingat asam-asam yang dipakai tennasuk asam kuat, maka dengan konsentrasi yang sama dcngan komposisi campuran yang divariasikan dengan sendirinya konsentrasi masing-masing lantas akan bcrubah. c. Diharapkan dari konsentrasi yangsama campuran mana menghasilkan gambar fotografi yang Icbih kontras, dapat diamati batas butir distribusi dan lainnya yang berhubungan dengan masalah mctalografi .
•
303
Ke Daftar Isi