PENGARUH POSISI DAN BESAR BEBAN TERHADAP DEFLEKSI DAN REGANGAN PADA GELAGAR INDUK RANGKA JEMBATAN BETON TULANGAN BAMBU Dara Zam Chairyah, Sri Murni Dewi, Sugeng P. Budio Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan M.T. Haryono 167 Malang 65145, Jawa Timur - Indonesia E-mail:
[email protected] ABSTRAK Saat ini telah banyak penelitian yang dilakukan mengenai potensi bambu sebagai salah satu alternatif pengganti tulangan baja dimana bambu juga memiliki kuat tarik yang cukup tinggi. Oleh karena itu penulis mencoba menggunakan bambu sebagai tulangan pada jembatan beton. Untuk mengertahui pengaruh posisi beban dan besar beban terhadap defleksi dan regangan pada gelagar induk rangka jembatan beton dengan tulangan bambu dilakukan pengujian pada jembatan. Pada penelitian ini, digunakan sebuah benda uji berupa jembatan beton tulangan bambu dengan gelagar induk berupa rangka. Untuk mengetahui pengaruhnya terhadap defleksi dan regangan pada rangka, dilakukan pemasangan LVDT pada 2 titik buhul pada salah satu rangka dan dilakukan pula pemasangan strain gauge yang sebelumnya telah ditanam pada tulangan bambu pada 3 buah batang rangka. Pemberian beban dilakukan secara bertahap yaitu diawali dengan beban 50kg/m, 100kg/m kemudian 150 kg/m. Pada setiap pembebanan, beban diletakkkan secara bertahap pada 5 posisi yang telah ditentukan pada bentang jembatan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh posisi terhadap defleksi dan regangan yang terjadi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang terjadi akibat besar dan posisi beban terhadap defleksi dan regangan yang terjadi pada gelagar induk rangka jembatan beton tulangan bambu. Kata Kunci: Posisi Beban, Besar Beban, Defleksi, Regangan, Rangka PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan banyak kepulauan. Jembatan merupakan salah satu infrastruktur yang berfungsi untuk melewatkan suatu massa atau traffic yang melintasinya melewati suatu penghalang. Keberadaan jembatan sangatlah penting mengingat keadaan topografi di Indonesia yang beraneka ragam. Pembangunan jembatan sudah banyak dilakukan demi tercapainya pemerataan pembangunan di Indonesia. Beton dan baja merupakan material yang memegang peranan penting dalam pembangunan jembatan. Beton merupakan material yang memiliki kuat tekan tinggi serta tahan terhadap temperatur yang tinggi. Namun, Beton
memiliki kuat tarik yang rendah sehingga diperlukan tulangan untuk dapat menahan gaya tarik dalam memikul beban-beban yang bekerja pada suatu struktur. Tulangan baja merupakan tulangan yang banyak digunakan untuk menahan tarik pada beton. Hal ini disebabkan karena baja memiliki kekuatan tarik yang tinggi akan tetapi baja merupakan bahan tambang yang tidak dapat diperbaharui sehingga suatu saat keberadaannya akan habis. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu bahan alternatif yang dapat menggantikan posisi baja sebagai tulangan yaitu berupa bambu. Telah banyak penelitianpenelitian yang dilakukan mengenai potensi bambu sebagai tulangan pada beton. Khare (2005) yang meneliti 1
balok beton bertulang bambu dan menyimpulkan bahwa bambu sangat potensial menggantikan baja. Wonlele, dkk (2013) meneliti penggunaan bambu sebagai tulangan pada rangka batang beton dan menyimpulkan bahwa rangka batang beton bertulang bambu cukup berpotensi menggantikan rangka batang kayu. Berangkat dari hasil-hasil penelitan tersebut, penulis mencoba untuk menggunakan bambu sebagai tulangan pada jembatan. Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah: 1. Ingin mengetahui pengaruh posisi dan besarnya beban terhadap defleksi pada gelagar induk rangka jembatan beton tulangan bambu. 2. Ingin mengetahui pengaruh posisi dan besarnya beban terhadap regangan pada gelagar induk rangka jembatan beton tulangan bambu. Struktur Rangka Batang Rangka batang adalah susunan elemen linear yang membentuk segitiga atau kombinasi segitiga sehingga menjadi bentuk rangka yang tidak dapat berubah bentuk apabila diberi beban eksternal tanpa adanya perubahan bentuk pada satu atau lebih batangnya. Setiap elemen tersebut secara khas dianggap tergabung pada titik hubung sendi dimana, titiknya memperbolehkan elemen strukturnya berotasi secara bebas tetapi tidak dapat bertranslasi ke arah manapun. Gaya Batang merupakan gaya di dalam batang yang ditimbulkan oleh adanya gaya luar dengan garis kerja berhimpit dengan sumbu batangnya, dengan demikian gaya batang adalah merupakan gaya normal terpusat yang dapat berupa gaya tarik (-) atau gaya tekan (+) dan tidak disertai oleh momen dan gaya lintang. Dalam perencanaan struktur rangka batang beton komposit dengan menggunakan perhitungan bedasarkan
keadaan elastis, besarnya tegangan yang diakibatkan oleh gaya – gaya batang dibatasi oleh besarnya tegangan ijin elemen betonnya. Hal yang amat penting pada rangka batang ialah bahwa struktur tersebut hanya dibebani oleh bebanbeban terpusat. Apabila beban-beban tersebut bekerja langsung pada batang, maka akan timbul tegangan lentur pada batang tersebut, selain juga tegangan aksial tekan atau tarik yang umum ada pada rangka batang. Sebagai akibatnya, desain batang tersebut menjadi rumit, dan efesiensi keseluruhan batang menjadi berkurang. (Schodek., 1998) Tulangan Bambu Bambu merupakan bahan konstruksi yang banyak dimanfaatkan sebagai komponen bangunan. Sekitar 75 genus dan 1.250 species bambu ditemui di seluruh dunia, sedangkan di Asia terdapat 14 genus dan 120 species (Mohamed, 1992). Beberapa keunggulan yang dimilki bambu antara lain adalah mudah ditanam, pertumbuhannya cepat dan tidak memerlukan pemeliharaan khusus sehingga bambu termasuk sumber daya terbarukan. (Oka, G.M. 2005). Sebagai bahan konstruksi alami, bambu mempunyai sifat – sifat fisis dan mekanis yang khas dan sangat berbeda dengan bahan konstruksi yang lain. Oleh karena itu, dalam pemanfaatan bambu sebagai bahan konstruksi kita harus sedikit banyaknya mengetahui tentang beberapa sifat – sifat tersebut tersebut agar dalam penggunaannya dapat dikembangkan secara maksimal. Bambu termasuk zat higroskopis, artinya bambu mempunyai afinitas terhadap air, baik dalam bentuk uap maupun cairan Bambu mempunyai kemampuan mengabsorpsi atau desorpsi yang tergantung dari suhu dan kelembaban udara disekelilingnya. Menurut Liese, kandungan air dalam batang bambu bervariasi baik arah
2
ditempatkan pada struktur sehingga menghasilkan pengaruh terbesar di titik tertentu. (Hibbeler, 2002).
Garis Pengaruh Garis Pengaruh adalah diagram yang menggambarkan perubahan reaksi tumpuan atau gaya dalam struktur akibat beban satuan bergerak. Garis pengaruh ini dapat digunakan untuk mencari posisi beban akibat rangkaian beban berjalan yang memberikan efek maksimum. (Dewi,2013) Pada stuktur rangka, rangka sendi sering digunakan untuk jembatan. Rangka ini juga memikul beban bergerak. Posisi beban selain mempengaruhi reaksi tumpuan juga mempengaruhi gaya batang rangka. (Dewi, 2013) Sebuah garis pengaruh melambangkan variasi setiap reaksi , geseran, momen atau defleksi lainnya di titik tertentu, pada anggota bagian akibat gaya yang bergerak pada anggota bagian. Setelah garis ini dibuat, kita dapat menjelaskan secara sekilas di mana suatu suatu beban hidup harus
METODE PENELITIAN Pembuatan benda uji dilakukan di Laboratorium Struktur Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang sedangkan Uji pembebanan dilakukan di Jalan Raya Mojorejo RT. 02 Rw. 05 Batu. . Jumlah dan Perlakuan Benda Uji Dalam penelitian ini akan dibuat sebuah jembatan beton tulangan bambu dengan gelagar induk berupa rangka. Penulangan dan pemodelan tulangan bambu seperti pada gambar 1 berikut. Pengujian dilakukan untuk mengetahui defleksi yang terjadi pada titik A dan titik B pada rangka (Gambar 2) yaitu dengan memasang LVDT pada kedua titik tersebut dan untuk mengetahui regangan yang terjadi pada batang 1, batang 2 dan batang 3 (gambar 3) yaitu dengan memasang strain gauge pada ketiga batang tersebut.
50
memanjang maupun arah melintang. Hal itu tergantung dari umur, waktu penebangan dan jenis bambu.
21
50
34
34
21
160
Gambar 1 Penulangan dan Sambungan Rangka Jembatan Komposit Sumber: Gambar perencanaan
Gambar 2. Pemodelan Perletakan LVDT
Gambar 3. Perencanaan Pemasangan Strain Gauge 3
Pemodelan Pembebanan Pengujian ini dilakukan pada saat umur beton 28 hari sejak pengecoran. Pengujian dilakukan dengan pembacaan hasil pada LVDT dan strain gauge. Pembacaan ini dilakukan setelah dilakukan pembebanan setiap jarak 40 cm dengan 3 jenis beban (beban 50 kg/m dengan total beban 50 kg, beban
100 kg/m dengan total beban 100 kg dan beban 150 kg/m dengan total beban 150 kg). Pembebanan dilakukan untuk melihat pengaruh yang terjadi pada gelagar induk rangka akibat beban yang diberikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5 berikut.
Dibebani Setiap Jarak 40 cm Beban Garis (50 kg/m , 100 kg/m dan 150 kg/m)
Gambar 4. Permodelan Pengujian Sumber: Gambar perencanaan
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Lendutan Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui lendutan pada 2 titik yaitu titik A dan titik B, pembebanan dilakukan pada 5 posisi dari tumpuan dengan rentang 40 cm yaitu 0 cm, 40 cm, 80 cm, 120 cm dan 160 cm. Beban yang diberikan sebesar 50 kg/m , 100 kg/m dan 150 kg/m. Pembacaan lendutan dilakukan dengan alat LVDT yang dipasang pada masing-masing titik A dan titik B. Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali. Akan tetapi setelah pengujian yang dilakukan dengan beban 50 kg/m dengan total beban 50 kg, 100 kg/m dengan total beban 100 kg dan 150 kg/m dengan total beban 150 kg pada berbagai macam posisi yang telah ditentukan, berdasarkan pembacaan
pada LVDT belum terdapat lendutan yang terdeteksi pada rangka tersebut. Hal ini dapat terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu beban yang diberikan pada jembatan tersebut masih terlalu kecil apabila dibandingkan dengan beban maksimum yang mampu ditahan oleh rangka. Oleh sebab itu perencanaan dalam suatu penelitian yang akan dilakukan merupakan hal yang sangat penting. Dengan perencanaan yang lebih matang, kita dapat melakukan kontrol baik positif maupun negatif dalam suatu penelitian. Setelah dilakukan penambahan beban secara bertahap melewati total beban 150 kg, rangka tersebut baru menunjukan terjadinya defleksi pada pembebanan sebesar 290 kg/m dengan total beban 290 kg. Lendutan yang 4
terjadi berdasarkan pembacaan LVDT pada total beban 290 kg yaitu sebesar Pengujian Regangan Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya regangan pada 3 batang yang telah ditentukan, yaitu pada batang 1, batang 2, dan batang 3. Pengujian regangan ini dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan pengujian lendutan. Sehingga perlakuan yang diberikan pun sama dengan pengujian lendutan yaitu pembebanan
0,002 mm. dilakukan pada 5 posisi dari tumpuan dengan rentang 40 cm yaitu 0 cm, 40 cm, 80 cm, 120 cm dan 160 cm . Sementara untuk beban yang diberikan secara berturut – turut sebesar 50 kg/m, 100 kg/m dan 150 kg/m. Pembacaan dilakukan dengan pengulangan pada perlakuan yang sama sebanyak 3 kali pengulangan.
Gambar 5. Grafik Hubungan Besar Beban dan Regangan terhadap posisi beban pada batang 1(Eksperimen)
Gambar 6. Grafik Hubungan Besar Beban dan Regangan terhadap posisi beban pada batang 2 (Eksperimen)
5
Gambar 7. Grafik Hubungan Besar Beban dan Regangan terhadap posisi beban pada batang 3 (Eksperimen) Grafik hubungan BebanRegangan terhadap posisi beban batang 1, dapat dilihat bahwa regangan maksimum yang terjadi berada pada posisi III yaitu posisi saat beban berada pada 80 cm (tengah bentang) sebesar 0,000006(tarik). Pada grafik itu pula dapat terlihat perbandingan pengaruh regangan pada pembebanan dengan 5 posisi yang telah ditentukan. Posisi III merupakan posisi yang memiliki pengaruh regangan terbesar yaitu saat beban berada pada posisi 80 cm dari ujung bentang. Sementara pada batang 2, regangan maksimum terjadi saat pembebanan dilakukan pada posisi IV yaitu 120 cm dari ujung bentang. Berbeda dengan batang 1 yang
Gambar 8. Grafik Hubungan Posisi Beban Terhadap Defleksi di Titik A
memiliki regangan maksimum pada posisi III. Pada Batang 2 ini posisi III justru memiliki regangan yang kecil. Pada batang 3, memiliki hasil yang hampir serupa dengan batang 1, yaitu memiliki regangan maksimum pada saat berada pada posisi III yaitu sebesar 0,000007 (tarik). Posisi III ini merupakan posisi beban saat berada pada tengah bentang jembatan yaitu 80 cm dari ujung bentang. Perhitungan Defleksi Teoritis Berdasarkan perhitungan defleksi yang terjadi pada rangka di titik buhul A dan B dengan bantuan program SAP 2000v15 disajikan grafik sebagai berikut.
Gambar 9. Grafik Hubungan Posisi Beban Terhadap Defleksi di Titik B 6
Perhitungan Regangan Teoritis Berdasarkan perhitungan regangan, disajikan grafik hubunganbesar beban
Gambar 10. Grafik Hubungan Besar Beban dan Regangan terhadap posisi beban pada batang 1 (Teoritis)
dan regangan terhadap posisi beban sebagai berikut.
Gambar 11. Grafik Hubungan Besar Beban dan Regangan terhadap posisi beban pada pada batang 2 (Teoritis)
Gambar 12. Grafik Hubungan Besar Beban dan Regangan terhadap posisi beban pada batang 3 (Teoritis) eksperimen di lapangan, ada banyak Perbandingan Analisis Teoritis faktor-faktor eksternal yang dengan Eksperimen Banyak faktor yang menyebabkan suatu analisis teoritis menyebabkan adanya perbedaan hasil tidak bisa terpenuhi. perhitungan dengan teoritis dan hasil Dari hasil regangan yang telah eksperimen. Perhitungan dengan diperoleh dari hasil eksperimen, dapat menggunakan rumus teoritis diketahui gaya batang yang terjadi pada mempunyai keterbatasan dan asumsigelagar induk rangka jembatan beton asumsi tertentu untuk menghasilkan tulangan bambu. Perubahan gaya persamaan yang dapat melukiskan batang yang terjadi akabat beban yang perilaku suatu struktur. Akibat dari diberikan pada berbagai posisi yang adanya keterbatasan ini, suatu hasil diberikan digambarkan dalam bentuk teoritis tidak bisa melukiskan perilaku diagram. struktur yang sebenarnya terjadi di lapangan. Sementara dalam pelaksanaan
7
Sementara untuk perubahan gaya batang yang terjadi hasil dari bantuan SAP 2000 v 15 juga akan digambarkan dalam bentuk diagram. Dari kedua diagram tersebut dapat diketahui perbandingan pengaruh akibat posisi beban yang terjadi antara ekperimen yang dilakukan dengan analisis teoritis. Sementara dapat diketahui pula perbedaan pola diagram perubahan gaya batang yang terjadi secara teoritis yaitu dengan
Posisi V
perhitungan analisis teoritis dengan memperhitungkan balok dan pelat pada jembatan dengan diagram garis pengaruh rangka saja tanpa pengaruh dari balok dan rangka. Diagram perubahan gaya batang aktual pada batang 1, 2 dan 3 akibat posisi beban dan diagram perubahan gaya batang teoritis pada batang 1, 2 dan 3 akibat posisi beban serta diagram garis pengaruh rangka disajikan pada gambar berikut.
Posisi III
Posisi IV
1
Buhul 3
Buhul 4
Posisi II
Buhul 2
Posisi I
Buhul 1
Beban 50 kg 6.3373
4.2249
3.5207
4.9290
2.1124
4.9290
2.8166
Beban 100 kg 7.0414
4.2249
2.8166
Beban 150 kg 11.2663 5.6331
5.6331
4.2249
4.9290
0,605 Gambar 13. Perubahan gaya batang 0,425 1 aktual akibat posisi beban 0.137 Posisi V
Buhul 4
Posisi IV
Posisi V
0,338
0,245 Buhul 3
Posisi III
Posisi III
Posisi IV
Buhul 1
Posisi II 1
Buhul 3
Buhul 4
Buhul Posisi II 2
Buhul 2
Posisi I
Posisi I
Buhul 1
Beban 50 kg 0,25
2,08
0,67
Beban 100 kg 4,16 0,5
1,34
Beban 150 kg 6,24 0,75
2,01
8
7.0414
4.2249
2.8166
4.9290
2.8166
Beban 150 kg 11.2663 4.9290 Gambar 14. 4.2249 Perubahan5.6331 gaya batang 1 teoritis 5.6331 akibat posisi beban 0,605
0,425 0.137 Posisi V
Buhul 4
Posisi IV
0,338
0,245 Buhul 3
Posisi III
Buhul Posisi II 2
Buhul 1
Posisi I
Gambar 15. Garis Pengaruh Batang 1
2 Posisi V
Beban 50 kg 2.8166
Posisi III
Posisi IV
Buhul 3
Buhul 4
Posisi II
Buhul 2
Posisi I
Buhul 1
4.9290 0.7041 4.2249
3.5207
Beban 100 kg 4.9290
3.5207
2.8166
3.5207
2.8166
Beban 150 kg 7.0414 4.9290
3.50207
7.0414
4.2249
Gambar 16. Perubahan gaya batang 2 aktual akibat posisi beban.
9
2 Posisi V
Posisi III
Posisi IV
Buhul 3
Buhul 4
Beban Posisi 50 kg
Posisi IV
V
Posisi II
Buhul 2
Posisi III
1,58
Posisi I
Buhul 1
Posisi II
Posisi I
0,13
Beban 50 kg Beban2.8166 100 kg
Buhul 3
Buhul 4
Buhul 2
Buhul
1,44 1
4.9290
3,16
0.7041
3.5207
0,27 4.2249
Beban 100 kg
2,88
4.9290 Beban 150 kg
3.5207
4,74
2.8166
0,40 2.8166
3.5207
Beban 150 kg 7.0414
4,32
3.50207
4.9290
Gambar 17. Perubahan gaya batang 2 teoritis akibat posisi beban. 4.2249
7.0414 0.461 0.2576
Posisi V
Buhul 4
Buhul Posisi II 2 Posisi IV
Buhul 1
Posisi I
Posisi III
Buhul 3
0.257 0.461
Gambar 18. Garis Pengaruh Batang 2
Posisi V
Posisi III
Posisi 3 IV
Buhul 3
Buhul 4
Posisi II
Buhul 2
Posisi I
Buhul 1
Beban 50 kg 2.8166
5.6331
4.9290
2.8166
7.7456
Beban 100 kg 2.8166 4.2249
6.3373
7.0414 11.2663
Beban 150 kg 4.2249
5.6331
7.7456
4.2249
12.6746
Gambar 19. Perubahan gaya batang 3 aktual akibat posisi beban.
10
3 Posisi V
Posisi III
Posisi IV
Buhul 3
Buhul 4
Posisi II
Posisi I
Buhul 2
Buhul 1
Beban 50 kg 1,63
3,77
10,03
3
Beban 100 kg 3,26 7,53
Beban 50 kg 2.8166
Beban 150 kg
20,03
5.6331
2.8166
4.9290
7.7456 4,90
Beban 100 kg 11,31
2.8166 4.2249
6.3373
7.0414 11.2663
Beban 150 kg
30,08
4.2249
4.2249
Gambar 20. Perubahan7.7456 gaya batang 3 teoritis 5.6331 akibat posisi beban. 12.6746 Posisi V
Buhul 4
Posisi IV
Buhul 3
Posisi III
Buhul Posisi II 2
Buhul 1
Posisi I
0.2113 0.378 0.522 0.6562 0.9342
Gambar 21. Garis Pengaruh Batang 3 Berdasarkan pada gambar di atas mengenai perubahan gaya batang 1 yang terjadi akibat berbagai posisi beban yang diberikan, menunjukkan bahwa pola yang terbentuk menyerupai pola perubahan batang 1 teoritis (dengan bantuan perhitungan SAP) dimana dari kelima posisi yang telah diberikan, posisi III yaitu posisi pada tengah bentang memiliki pengaruh terbesar. Akan tetapi pada saat beban diberikan pada ujung bentang, terdapat gaya yang masih bekerja pada batang 1 yang seharusnya berdasarkan analisis teoritis tidak terdapat gaya pada batang tersebut. Perbedaan ini dikarenakan kondisi lapangan yang tidak
memungkinkan untuk perletakan beban tepat pada ujung dari jembatan beton tulangan bambu. Sehingga mengakibatkan masih adanya gaya yang bekerja pada batang 1 akibat beban yang diberikan. Pada gambar perubahan gaya batang 2 seperti yang ditunjukkan pada gambardi atas, pola yang terbentuk akibat perubahan gaya batang 2 juga menyerupai pola diagram perubahan batang 2 teoritis (dengan bantuan perhitungan SAP). Terjadi peralihan dari batang tekan ke batang tarik. Pada saat beban pada posisi I dan II batang 2 mengalami tekan sedangkan saat beban berada pada posisi III, IV dan V batang
11
2 mengalami tarik. Perbedaan yang signifikan terjadi pada saat beban diberikan pada ujung bentang , Seperti pada batang 1, terdapat gaya yang masih bekerja pada batang 2 sementara seharusnya berdasarkan garis pengaruh teoritis tidak terdapat gaya pada batang tersebut. Perbedaan ini dikarenakan kondisi lapangan yang tidak memungkinkan untuk perletakan beban tepat pada ujung dari jembatan beton tulangan bambu. sehingga mengakibatkan masih adanya gaya yang bekerja pada batang 2 akibat beban yang diberikan. Sedangkan pada perubahan gaya batang 3 yang terjadi akibat berbagai posisi beban yang diberikan, menunjukkan bahwa pola yang terbentuk menyerupai pola diagram perubahan gaya batang 3 teoritis (dengan bantuan perhitungan SAP) dimana dari kelima posisi yang telah diberikan, posisi III yaitu posisi pada tengah bentang memiliki pengaruh terbesar. Hal ini serupa dengan yang terjadi pada batang 1 akan tetapi pada batang 1 hanya terjadi tarik sedngkan pada batang 3 terjadi tekan.
Permasalahan yang terjadi seperti pada penjelasan pada batang 1 dan 2 sebelumnya bahwa masih terdapat gaya pada batang saat beban berada di ujung bentang. Apabila kita tinjau pola diagram perubahan gaya batang yang terjadi dari hasil analisis teoritis akibat dari adanya pengaruh balok dan plat dengan diagram garis pengaruh rangka saja, tenyata menghasilkan pola diagram yang berbeda, akan tetapi dengan pola tarik dan tekan yang sama. Dapat kita lihat pada batang 1, diagram perubahan gaya batang teoritis dengan pengaruh pelat dan balok pada jembatan menunjukkan pengaruh terbesar pada posisi III sementara pada diagram garis pengaruh rangka menunjukkan pengaruh terbesar terletak pada buhul.begitu pula dengan batang 2 dan 3, keduanya menunjukkan pengaruh terbesar terletak di buhul akan tetapi ketika kita melihat perubahan gaya batang dengan mengikut sertakan pengaruh adanya balok serta pelat juga pada jembatan, posisi II dan IV lah yang memiliki pengaruh terbesar untuk batang 2 dan posisi III pada batang 3.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang diuraikan pada bab sebelumnya, maka dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Semakin besar beban yang diberikan pada jembatan beton tulangan bambu maka semakin besar pula regangan yang terjadi pada gelagar induk rangka batang. 2. Semakin besar beban yang diberikan pada jembatan beton tulangan bambu maka semakin besar pula defleksi yang dihasilkan pada gelagar induk rangka batang. 3. Pola diagram perubahan gaya batang eksperimen menyerupai pola diagram perubahan gaya
batang teoritis, namun masih terdapat perbedaan hasil pembacaan antara eksperimen dan analisa teoritis. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai macam faktor terutama pada saat pembuatan benda uji maupun pada saat pelaksaan pengujian antara lain : Penurunan mutu dan kekuatan bahan akibat pemadatan benda uji yang kurang sempurna. Kesalahan saat melakukan pembacaan dan peletakan pembebanan yang tidak sesuai dengan permisalan teoritis. Kurang teliti dan berhati-hati memasangan strain gauge, pengecoran balok dan pelat sehingga strain gauge menjadi tidak
a.
b.
c.
12
stabil saat dibaca, dan peletakan LVDT yang kurang sempurna 4. Pola diagram perubahan gaya batang teoritis dengan mengikut sertakan pengaruh dari balok dan pelat pada jembatan berbeda dengan garis pengaruh rangka saja tanpa mengikut sertakan pengaruh dari balok dan pelat pada jembatan. 5. Tulangan bambu cukup berpotensi untuk menggantikan tulangan baja pada gelagar induk rangka jembatan beton tulangan Bambu. Saran 1. Mengingat sensitifnya strain gauge yang dipasang pada tulangan bambu pada elemen balok melintang, maka disarankan pada balok yang ingin diketahui regangannya dipasang 2 strain gauge supaya data yang diperoleh lebih akurat dan berfungsi sebagai pembanding. 2. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan menggunakan tipe rangka yang berbeda untuk mengetahui tipe rangka yang paling efesien dan efektif untuk jembatan komposit bambu. 3. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan bentang jembatan dapat diperpanjang dan juga fungsi jembatan dapat ditingkatkan menjadi jembatan untuk mobil. 4. Perlu dilakukan penelitian lanjut pula, mengenai hubungan antara balok dan rangka khususnya pada panjang penyaluran minimum agar tercipta hubungan yang lebih kaku antara balok dan rangka.
DAFTAR PUSTAKA Nawy,E.G.1990.Beton Bertulang SuatuPendekatanDasar.Bandung:eresco Murdock,L.J and Brook, K.M.1986. Bahan dan Praktek Beton.Jakarta:Erlangga Schodek, D.L.1998 ,Struktur, PT Refika Aditama, Bandung Ghavami, K.2004.Bamboo As Reinforcement In Structural Concrete Elements, Journal, Scince and Direct Elsevier,2005 Wonlele, T.dkk. 2013. Penerapan Bambu Sebagai Tulangan Dalam Struktur Rangka Batang Beton Bertulang.Jurnal Rekayasa Sipil/Volume 7, No.1-2013 ISSN 19785658. Setyawati, E.2011.Beton Bertulang Bambu, Tantangan Ke Depan Bagi Arsitek. Jurnal Tesa Arsitektur Volume 9 No.2. 2011 Dewi, SM. Mekanika struktur komposit, Bargie Madia, 2008, Malang. Dewi, SM. Garis Pengaruh, Bargie Madia, 2013, Malang. Istimawan, D.1999.Struktur Beton Bertulang. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Janssen, J.J.A, 1991, Mechanical Properties Bamboo, Kluwer Academic Publisher. Hibbeler,R.C.,2002.Analisis Struktur (terjemahan: Yaziz Hasan dan Masdin). PT.Prenhalino.Jakarta
13