Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm 131-145 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
Pengaruh Pola Komunikasi Pimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Perpustakaan Universitas Mataram Lubis, Tine Silvana R, Ute Lies Siti Khadijah Perpustakaan Universitas Mataram Prodi Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fikom Unpad Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor 45363
Abstract – Communication pattern is the pattern of relationship between two or more people in sending and receiving messages in an appropriate manner so that the message is understood. Each leader has a different communication patterns application in moving the organization to achieve the goals of the organization and every leader will establish communication patterns each according to what they understand. This study examines communication patterns leaders formally, informally, processes and forms of communication on the performance of employees in library University of Mataram. The method used in this research is descriptive survey approach and explanatory survey, the data collection techniques used were questionnaires, interviews, observation, and literature study. Population suggestions in this study were employees of the libraries in the University of Mataram as many as 126, then sampling by using Slovin formula with an error tolerance of approximately 0,005 samples in dapatakan so that as many as 90 people and hypothesis testing using path analysis (Path Analysis). These results indicate that the communication patterns leader both formal communication, informal, processes and forms of communication influence on employee performance Mataram University library. So, there are significant positive communication patterns leader in the independent variable formal communication, informal communication, communication processes, and forms of communication, to the dependent variable of employee performance. That is, when a formal communication, informal communication, communication processes, and forms of communication increases, so increasing employee performance. When the formal communication, informal communication, communication process, and the forms of communication decreases, then the employee's performance to be decreased as well. Keywords: communication performance library.
patterns,
PENDAHULUAN Komunikasi dalam suatu organisasi erat kaitannya dengan struktur organisasi dipandang sebagai sistem, tempat mengalirnya arus infromasi berada dalam suatu organisasi melalui komunikasi kita bisa berintraksi dengan atasan atau sesama pegawai. Komunikasi menjadi kebutuhan untuk berintraksi pada tiap-tiap individu, membawa manusia pada wujud prilaku sosial, manusia satu dengan lainnya saling membutuhkan dan saling mempengaruhi terutama dalam wujud tujuan kerja agar dapat terealisasinya visi dan misi organisasi. Hal ini akan diperoleh apabila pelaku-pelaku komunikasi di dalamnya menyadari pentingnya interaksi di dalam internal organisasi. Pola komunikasi merupakan tindakan atau tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari memeberi ciri-ciri tertentu dan tanpa disadari itu dipelajari, pola intraksi ini membentuk sistem. Pola intraksi diikuti oleh orang dalam organisasi, pola interaksi itu bukan muncul seketika tetapi telah direncanakan secara matang sebelumnya, karena menentukan suatu pola interaksi komunikasi dalam suatu organsisasi merupakan suatu keharusan, karena pola komunikasi dalam organisasi mengikuti proses penyampean dan penerimaan informasi dalam organisasi mengikuti struktur hierarki merupakan karakteristik dari tiap organisasi
Pola komunikasi merupakan kegiatan employee komunikasi yang terjadi di dalam organisasi dapat dilihat dari suasana kerja di dalam organisasi tersebut, misalnya cara pegawai
ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP
131
132
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
berkomunikasi dengan atasan atau sebaliknya, cara individu menyesuaikan diri dengan organisasi sehingga tujuan dari organisasi dapat dicapai. Dalam kaitanya dengan proses penyampeian informasi dari pimpinan kepada bawahan ataupun dari manajer kepada keryawan, pola transformasinya dapat berbentuk komunikasi formal dan komunikasi informal, (Muhammad, 2011:95). Menurut Arni Muhammad (2011:4) Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Dalam Kamus Besar Bahasa Indoensia, pola diartikan sebagai bentuk (struktur) tetap. Sedangkan (1) komunikasi adalah proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide disampaikan. (2) Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara tepat sehingga pesan dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak. Dengan demikian, pola komunikasi di sini dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara tepat sehingga pesan dimaksud dapat dipahami. (Djamarah, 2004:1) Saluran komunikasi formal dan informal ini sangat diperuntuhkan bagi organisasi namun bila proses pelaksanaannya tidak efektif bisa memberikan kerugian bagi organisasi itu sendiri. Setelah mengetahui pentinya pola komunikasi maka harus dilakukan dalam membina organisasi adalah berusaha untuk memadukan sumber daya yang dimiliki untuk selanjutnya diarahkan pada pencapaian tujuan kerja yang telah disepakati bersama. selain itu juga, dengan mengetahui tentang pola yang dibangun suatu organisasi agar dapat memahami lebih baik apa yang mendorong anggota organisasi untuk bersikap dengan cara-cara tertentu. Keberadaan organisasi sebagai persentasi dari aktivitas yang terjadi di dalamnya misalnya dalam perpustakaan. Setiap orang ketika
Lubis, dkk.
mendengar sebutan perpustakaan tentunya akan menyadari bahwa ada buku dan berbagai macam bahan koleksi lainnya. Tentunya koleksi dan penamaan itu tidak terjadi dengan sendirinya. Namun ada sumber daya manusia yang mempengaruhi sehingga itu layak disebut sebagai perpustakaan. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam perpustakaan terjadi aktivitas kerja yang bertujuan untuk menyediakan sumber-sumber informasi bagi penggunannya. Arni Muhammad (2011:4) mendefinisikan komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Transaksi informasi dan penyampaian pesan dalam sebuah organisasi akan dirasakan berbedabeda oleh masing-masing individu. Sehingga dalam hal ini pemimpin suatu organisasi harus mampu menjaga dan mengontrol emosi dalam memberikan pernyataan dan pergaulan dengan semua karyawan, persamaan ini diberlakukan supaya menimbulkan adanya persamaan dan pengakuan yang diperoleh pegawai dari atasannya dalam rangka melakukan aktivitas yang telah disepakati. Tidak hanya persamaan saja tetapi dalam sebuah organisasi tentunya intraksi perlu juga dibangun sebab pola komunikasi adalah tindakan atau tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari yang memberi ciri-ciri tertentu dan tanpa disadari itu dipelajari, pola intraksi ini membentuk sistem. Misalkan dalam aktivitas kerja penyediaan sumber-sumber informasi yang dilakukan pustakwan dan tenaga kependidikan dalam perpustakaan. Apa yang dibicarakan oleh seseorang berada pada posisi perpustakaan akan dengan sendirinya dapat dimengerti oleh rekan sejawat yang menjadi mitra kerja dibandingkan dengan orang lain berasal dari luar organisasi. Komunikasi yang baik dalam perpustakaan dapat memberikan dorongan dan semangat kerja yang baik pula bagi individu yang ada di dalam perpustakaan. Komunikasi antar atasan dengan bawahan misalnya atau antara sesama bawahan
Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm 131-145 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
akan dapat mempengaruhi kinerja dalam perpustakaan. Menurut Harry Levisson, performance appraisal/evaluasi kinerja adalah suatu proses untuk mengevaluasi kinerja karyawan dalam suatu organisasi. Kegiatan ini diperlukan untuk dapat memperbaiki keputusankeputusan personalia dan merupakan umpan balik bagi anggota tentang pelaksanaan kerja mereka.Apabila hubungan antara atasan dengan bawahan atau sesama bawahan baik, maka akan bisa memberikan suasana kerja yang nyaman bagi pustakawan dan tenaga kependidikan. Atasan sangat berperan dalam kemajuan perpustakaan. Atasanlah yang harus memberikan dorongan dan memberikan semangat kepada bawahan untuk mengaktualisasikan dirinya ataupun memenuhi kebutuhan-kebutuhan seperti kebutuhan untuk berprestasi. Perpustakaan adalah sebauah ruang, bagian dari sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual (Sulistyo Basuki 1991:3). Pengertian perpustakaan dikemukankan oleh Sulistyo Basuki di atas masih dalam bentuk perpustakaan secara umum. Perpustakaan sebenarnya terdiri dari berbagai macam jenis, tergantung pada dimana perpustakaan itu berada dan fungsi apa yang diemban pertama kali oleh perpustakaan tersebut. misalnya dalam hal ini adalah perpustakaan perguruan tinggi, tugas dan fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk menjadikan sumber belajar dan mengajar sebagai bagian dari praktek dalam mencapai tujuan sebagai bagian dari perwujudan tridharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Pasal 24 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan, memuat tentang perpustakaan perguruan tinggi sebagai berikut: (1) Setiap perguruan tinggi menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional
perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan. (2) Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki koleksi, baik jumlah judul maupun jumlah eksemplarnya, yang mencukupi untuk mendukung pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. (3) Perpustakaan perguruan tinggi mengembangkan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. (4) Setiap perguruan tinggi mengalokasikan dana untuk pengembangan perpustakaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan guna memenuhi standar nasional pendidikan dan standar nasional perpustakaan. Orientasi perpustakaan adalah pelayanan pengguna. Maka perpustakaan dibentuk senantiasa untuk menjadi media yang mampu dalam memberikan jasa pelayanan dalam hal ini pelayanan informasi, baik dalam bentuk cetak maupun digital. Dengan demikian dalam perpustakaan harus siap dengan sistem yang komitmen dan dapat dipertahankan dalam jangka panjang terutama berkaitan dengan pedoman penelusuran informasi perpustakaan. Aktivitas dilakukan dalam mencapai target kerja perpustakaan berdasarkan pada empat unsur utama yaitu pengadaan koleksi, pengolahan, pelayanan dan perawatan bahan pustaka. Pustakawan dan tenaga kependidikan bekerjasama untuk melakukan empat unsur penting tersebut sehingga dalam proses pelayanan diberikan kepada pengguna dapat di pertahankan dalam waktu yang lama dan paling utama adalah pustakawan dan tenaga pendidikan dapat memperlihatkan kinerjanya dihadapan pengguna dengan cara memberikan pelayanan yang mengarah pada kepuasan pengguna. Pustakawan dalam melaksanakan fungsi kerjanya akan mengacu pada tugas dan fungsinya yaitu dalam melakukan pemrosesan informasi berdasarkan pada rangkaian kerja seperti menetukan tajuk subjek, nomor klasifikasi, catalog, abstrak, indeks dan layanan peminjaman. Sejalan dengan standarisasi Nasional Indoensia
ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP
133
134
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
dan Badan Standarisasi Nasional tahun 2009 di Jakarta mengatakan bahwa, pegawai berpendidikan serendah-rendahnya sarjana di bidang ilmu perpustakaan dan informasi atau disetarakan, dan diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut tentu tidak terlepas dari peran organisasi perpustakaan pencapaian standar kinerja maka akan mangacu pada standar operasional prosedur (SOP) perpustakaan misalnya dalam membentuk katalog perhari akan ditentukan target standar, perhari berapa dan apabila dapat melebihi dari target yang telah ditentukan maka akan dapat dikatagorikan sebagai satu perolehan kinerja sangat baik. Prestasi kerja adalah tindakan-tindakan atau pelaksanaan tugas yang telah diselesaikan oleh seseorang berkaitan dengan jumlah kuantitas dan kualitas pekerjaan yang dapat diselesaikan individu dalam kurun waktu tertentu. Swasto (1996:34). Dengan demikian, kinerja yang dimaksudkan adalah untuk menciptakan semangat, standar, orientasi dan ketercapaian kerja para individu dan kelompok dalam memikul tanggung jawab bagi usaha peningkatan kinerja dan kemampuan yang berkesinambungan. Prestasi kerja dapat digunakan untuk mengkomunikasikan dan memperkuat strategi, orientasi organisasi kedepan. Prestasi kinerja memungkinkan individu untuk mengekspresikan pandangan mereka tentang apa yang seharusnya mereka kerjakan, arah yang akan dituju dan juga pengelolaannya. Proses ini memberikan gambaran cara kerja yang dapat dipahami bersama oleh para pimpinan dan karyawan. Dalam rangka meraih kinerja yang sesuai dengan keinginan perpustakaan, maka salah satu faktor yang mendukung yaitu terwujudnya pola komunikas yang baik, Menurut Muhammad (2011-95) dalam suatu organisasi mengemukakan dua dimensi dari pola komunikasi yaitu, komunikasi formal, komunikasi infromal, proses
Lubis, dkk.
komunikasi, serta bentuk komunikasi yang terbangun, sehingga tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi Pola komunikasi organisasi yang sekarang populer digunakan oleh pemimpin terdiri atas komunikasi formal, komunikasi infromal, proses komunikasi dan bentuk komunikasi. Komunikasi fromal merupakan pesan yang melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut jaringan komunikasi formal. Sedangkan komunikasi infromal terjadi bila karyawan berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, maka pengarahan arus informasi bersifat pribadi, proses komunikasi merupakan tahapan dan alur komunikasi yang terjadi dalam hirarki organisasi, dan bentuk komunikasi ini merupakan komunikasi yang terjadi dalam organisasi yang berangkat dari etika dan norma yang terjadi di sebuah organisasi itu sendiri. (Muhammad, 2011:107-124). Pada dasarnya pola komunikasi ini sangat diperlukan oleh seorang pimpinan dalam organisasi, bahwa antara komunikasi formal dan komunikasi infromal dan juga proses komunikasi beserta bentuk komunikasi saling mengisi antara satu dengan lainnya dalam hal pencapai tujuan organisasi (Muhammad, 2011:95) Dalam kaitanya dengan kemampuan pegawai perpustakaan hendaknya disesuaikan dengan bidang keahlian masing-masing untuk mendukung visi dan misi perpustakaan, sehingga dalam melakukan aktivitas kerjanya pustakawan betul-betul serius dan juga terbangun komunikasi yang baik dalam rangka memperoleh kinerja yang optimal bukan hanya untuk bekerja sebagai bagian dari pemenuhan tanggung jawab saja. Selanjutnya semua pegawai perpustakaan yang ada dalam struktur organisasi perpustakaan harus dilibatkan dalam interaksi dan juga berkomunikasi, berkonsultasi mengenai semua masalah dalam wilayah kebijakan perpustakaan, tentunya yang relevan dengan kedudukan mereka. Dalam kesempatan ini para pegawai perpustakaan disemua tingkatan harus diberikan kesempatan
Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm 131-145 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
berkomunikasi dan berkonsultasi dengan demikian mereka diharapkan dapat mampu berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan perpustakaan sehingga dangan cara ini setiap pegawai perpustakaan akan merasakan tanggung jawab mendalam pada saat melaksanakan setiap tugas yang diberikan. Kemudian semua anggota organisasi perpustakaan harus relatif mudah dalam mendapatakan informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat ini dalam rangka mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, misalnya kepada para pemimpin, dan rencan-rencan strategis telah dirumuskan bersama-sama untuk selanjutnya dapat memperoleh motivasi dalam meraih kinerja tinggi. Swasto (1996:34) mengemukakan bahwa prestasi kerja adalah tindakan-tindakan atau pelaksanaan tugas yang telah diselesaikan oleh seseorang berkaitan dengan jumlah kuantitas dan kualitas pekerjaan yang dapat diselesaikan individu dalam kurun waktu tertentu. Sebagai sebuah organisasi, Perpustakaan UNRAM adalah perpustakaan pusat Universitas Mataram yang berapiliasi dengan lembaga induknya yaitu Universitas mataram, dimana perpustakaan UNRAM ini berupaya untuk meningkatkan kinerja pegawainya dalam berbagai bidang untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pengguna. Upayapun dilakukan perpustakaan UNRAM dengan menyediakan koleksi yang relevan dan menyediakan layanan komputerisasi yang dapat mempermudah akses informasi yang berkesesuaian dengan kebutuhan para penggunanya terdiri dari mahasiswa, dosen, staf kependidikan, dan juga masyarakat umum yang memiliki kepentingan. Masalah komunikasi serta pola yang dibangun merupakan sesuatu yang fundamen jika perpustakaan Universitas Mataram masih tetap ingin menjadi tempat belajar sepanjang masa (long life education) bagi civitasnya, namun fakta yang terjadi di perpustakaan Universitas Mataram, komunikasi yang terbangun saat ini masih tertutup dan kaku,
dimana dapat dilihat dari banyaknya keluhankeluhan pegawai itu sendiri. Selain itu perpustakaan UNRAM masih dijadikan tempat pembuangan (mutasi) pegawai-pegawai indisipliner dari fakultas-fakultas serata bagian atau unit kerja lain, sistem kewenangan masih kurang jelas, kesungguhan pagawai dalam bekerja juga masih kurang, dimana pada jamjam kerja diisi oleh kegiatan yang bukan pekerjaannya seperti, membaca koran, makanmakan pada saat jam-jam sibuk, main Hand Phone (Facebook, Twiter, Game, dll), masih ada pegawai yang terlambat datang kerja, tidak memiliki back round perpustakaan, rendahnya proaktif pegawai pada saat rapat maupun seminar, hal ini secara tidak langsung turut berkontribusi terhadap kurang efektif kerja pegawai yang akan berimplikasi kepada ketidak tercapaiannya kuantitas, kualitas dan ketepan waktu kerja, dalam hal koordinasi dan pengkomunikasian juga terjadi kesembrautan, pada saat melaksanakan pekerjaan yang pada akhirnya tujuan perpustakaan UNRAM untuk mewujudkan visi dan misi menjadi terhambat dan sulit untuk dicapai. Sehubungan dengan hal itu maka judul pemelitian ini adalah “Pengaruh Pola Komunikasi Pimpinan terhadap kinerja pegawai perpustakaan Universitas Mataram” METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survey descriptive dan survey explanatory. Pendekatan descriptive digunkan untuk memperoleh faktafakta, mencari keterangan faktual, serta berusaha untuk menggambarkan gejala-gejala dari praktek yang sedang berlangsung (Nazir, 1985:65) sedang pendekatan explanatory digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal melalui pengujian hipotesis antara variabel yang sedang diteliti. Menurut Rusidi (1992:24) pendekatan explanatory merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis dengan cara mendasarkan pada pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor-faktor yang
ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP
135
136
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
mungkin menjadi penyebabnya melalui data tertentu.
Selain itu, ciri berikut dari pendekatan explanatory adalah informasi dikumpulkan dan diambil dari sampel atas populasi, dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan datanya. Objek telaah ini dipandang relevan untuk menjawab masalah dan tujuan penelitian yang berusaha menjelaskan dan mendeskripsikan bagaimana pengaruh variabel terikat, bagaimana sifat pengaruhnya, bagaimana perubahanperubahan pada variabel bebas yang disebabkan oleh variabel terikat. Adapun variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Pola Komunikasi Pemimpin. Sedang variabel terikatnya (Y) adalah Kinerja Pegawai Perpustakaan Universitas Mataram. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif yaitu uraian yang berupa penggambaran untuk menjelaskan jawaban-jawaban yang diberikan responden dengan angket, data-data yang diperoleh melalui wawancara dan studi pustaka digunakan sebagai data pengunjung guna memperkuat dan memperdalam hasil yang diperoleh dari angket tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatf dengan jenis penelitian survey eksplanasi, yaitu suatu jenis penelitian yang tidak hanya menjelaskan suatu suatu fenomena saja akan tetapi juga menjelaskan sejauhmana keterkaitan antar variabel. Dalam konteks penelitian yaitu bertujuan untuk menjelaskan seberapa besar pengaruh komunikasi formal, komunikasi informasi, proses komunikasi serta bentuk komunikasi pemimpin berpengaruh baik secara parsial maupun secara simultan berpengaruh terhadap kinerja pegawai di perpustakaan Universitas Mataram.
Lubis, dkk.
Teknik pengumpulan data dilakukan untuk mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah diperoleh melalui kuesioner yang telah disebarkan kepada pegawai perpustakaan di lingkungan Universitas Mataram baik perpustakaan pusat maupun perpustakaan fakultas maupun perpustakaan lembaga. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 90 orang responden. Data tersebut merupakan data pokok dimana analisisnya ditunjang oleh data sekunder yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan bagian kepala perpustakaan pusat maupun dengan beberapa pegawai perpustakaan yang ada di lingkungan Universitas Mataram. Analisis yang akan disajikan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian yakni analisis data responden, analisis deskriptif dan analisis jalur. Teknik analisis yang digunakan pada analisis data responden dan analisis data penelitian adalah menggunakan analisis deskriptif, dimana semua data yang diperoleh disusun ke dalam tabel melalui perhitungan distribusi dan presentasenya melalui pengolahan data statistik dengan bantuan program SPSS Versi 15.0. Pengujian hipotesis yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analisis). Sedangkan variabel kausal adalah pola komunikasi pemimpin yang meliputi aspek, komunikasi formal (X1), komunikasi informal (X2), proses komunikasi (X3) serta bentuk Komunikasi (X4) yang mempengaruhi kinerja pegawai perpustkaan Universitas Mataram.
137
Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm 131-145 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
Gambar 4. 1 Diagram Jalur. Keterangan : X1 X2 X3 X4 Y r X1X2 ρY(i) X1
: : : : : : :
Komunikasi formal Komunikasi informal Proses komunikasi Bentuk komunikasi Kinerja Pegawai Koefisien korelasi X1 dan X2 Koefisien jalur yang menggambarkan besarnya pengaruh langsung variabel X1 terhadap Y
Langkah melakukan pengujian hipotesis yang menggunakan analisis jalur (path analisis) karena hakekatnya analisis jalur adalah analisis regresi, maka ada beberapa langkah yang dilakukan yakni : 1. Melakukan analisis hubungan antar variabel kausal yakni faktor central route dan peripheral route. Uji statistik ini adalah untuk mengetahui apakah variabel yang akan diuji mempunyai korelasi yang signifikan, sehingga selanjutnya dapat diteruskan pada uji regresi. 2. Untuk pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Uji Bivariate dengan jenis uji statistik Pearson. Pengujian ini dilakukan melalui program SPSS Versi 15. Dengan langkah sebagai berikut : a. Data awal yang berupa data ordinal terlebih dahulu dinaikan menjadi data interval dengan menggunakan metode successive interval (MSI). Hal ini sebagai salah satu syarat uji Pearson, karena merupakan jenis statistik parametrik. b. Selanjutnya data yang berupa data interval dimasukan dalam SPPS dengan analisis Bivariate dengan proses di bawah ini.
c. Dari hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji Pearson hasilnya yaitu : Correlation
Komunikasi Formal Komunikasi Informal Proses Komunikasi Bentuk Komunikasi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Kinerja Pegawai .487 .000 90 .504 .000 90 .565 .000 90 .554 .000 90
Keterangan : α (0.05)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji bivariate dengan jenis uji statistik Pearson, diperoleh hasil bahwa nilai Sig (2-tailed) semuanya lebih kecil dari nilai α (0.05)., artinya semua variabel kasusal memiliki korelasi yang signifikan, sehingga selanjutnya bisa dilakukan pengujian dengan mengggunakan analisis regresi. Kemudian langkah selanjutnya adalah melakukan analisis regresi terhadap model rantai kausal dengan langkah sebagai berikut :
ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP
138
Lubis, dkk.
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
Kemudian untuk mengetahui besarnya pengaruh secara parsial, dapat dilihat pada tabel coeffficiensa, di bawah ini. Coefficientsa Model
1. (Constant) Komunikasi formal Komunikasi informal Proses komunikasi Bentuk komunikasi
Model Sumarryb Model 1
R
RSquare
.600a
360
Adjusted R Square .329
Std Error of the Estimate 4.197
a. Prediktor : gedung, pustakwan, koleksi dan system perpustakaan. Berdasarkan hasil uji regresi berdasarkan model summary nilai R Square atau koefisien determinasi adalah 0.36 atau 36.0%. Nilai ini menunjukan bahwa besarnya prosentase komunikasi formal, komunikasi informal, proses komunikasi dan bentuk komunikasi dalam pola komunikasi kepemimpinan terhadap kinerja pegawai adalah sebesar 36.0%. Dengan kata lain terdapat pengaruh variabel lain (Ɛ1) yakni 100% - 36.0% = 64.0% di luar variabel yang diteliti. ANOVAa Model 1. Regresion Residual Total
Sum Of Squares 840.668 1497.121 2337.789
Df 4 90 90
Mean Square 210.167 17.613
F 11.932
Sig. .000a
a. Predictors (Constant), komunikasi formal, komunikasi informal, proses komunikasi dan bentuk komunikasi. b. Depedent Kinerja Pegawai Perpustakan. c. α (0.05) Tabel ANOVA digunakan untuk menguji apakah model rantai kausal tersebut linier. Hipotesis. Ho = Model kausal tidak linier. H1 = Model rantai kausal linier. Berdasarkan table tersebut diketahui bahwa Sig (0.000) < dari α (0.05), maka Ho ditolak artinya model rantai kausal tersebut linier.
Unstandardized Coefficients Std. B Error 21.667 1671 .208 .164 .031 .193 .306 .208 .562 .330
Unstandardized Coefficients
t
Sig.
12.967 2.453 3.090 1.472 1.707
.000 .001 .003 .014 .012
Beta .319 .208 .262 .264
a. Dependent Variabel : Kinerja Pegawai b. α (0.05) Pengujian di atas menjelaskan besarnya pengaruh masing-masing variabel kausal yakni variabel komunikasi formal, komunikasi informal, proses komunikasi dan bentuk komunikasi dalam pola komunikasi kepemimpinan terhadap kinerja pegawai perpustakaan. Dari tabel tersebut terungkap bahwa besarnya pengaruh masingmasing varibel kausal yaitu, faktor komunikasi formal 0.319, faktor komunikasi informal 0.208, faktor proses komunikasi 0.262 serta faktor bentuk komunikasi sebesar 0.264. Adapun pengaruh dari keempat variabel tersebut adalah signifikan, karena nilai kolom Sig. lebih kecil dari nilai alpha yakni α (0.05.) Jadi kesimpulannya dari pengujian hipotesis ini dapat dikatakan bahwa komunikasi formal, komunikasi informal, proses komunikasi dan bentuk komunikasi secara parsial berpengaruh secara sigifikan terhadap kinerja pegawai perpustakaan dengan besar pengaruh yakni faktor komunikasi formal 0.319, faktor komunikasi informal 0.208, faktor proses komunikasi 0.262 serta faktor bentuk komunikasi sebesar 0.264. Berdasarkan hasil analisis data yang telah yang telah dilakukan, penulis menginterpretasikan sebagai berikut: Pengaruh pola komunikasi formal (X1) pemimpin terhadap kinerja pegawai Hasil pengujian statistik menunjukan adanya pengaruh “komunikasi formal (X1)” terhadap “kinerja pegawai (Y)”. secara lebih jelas, besarnya pengaruh langsung “komunikasi formal” terhadap
Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm 131-145 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
“kinerja pegawai” di perpustakaan Universitas Mataram dapat dilihat pada uraian berikut: Pengaruh langsung X1 terhadap Y = PyX1. PyX1 = 0.319 Dari hasil di atas terlihat bahwa besarnya pengaruh langsung antara “komunikasi formal (X1)” terhadap “kinerja pegawai (Y)” adalah 0.319, nilai ini menunjukan pilihan jawaban responden terhadap pola komunikasi pemimpin melalui variabel komunikasi formal dengan indikator komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi horizontal dan komunikasi diagonal. Secara ideal, sekor yang diharapkan untuk yakni (5) untuk lima belas (15) pertanyaan yaitu 6750, tetapi perhitungan secara statistik menunujukan nilai yang diperoleh adalah 5518 atau 81.7% dari skor ideal yaitu 6750. Dengan demikian berdasarkan, klasifikasi nilai empirik dapat diperoleh data pada garis kontinom di atas menunjukkan bahwa dimensi komunikasi formal dalam pola komunikasi pemimpin berada pada kategori tinggi. Hal ini berarti bahwa pola komunikasi formal pemimpin berpengaruh terhadap kinerja pegawai di perpustakaan Universitas Mataram. Terjadinya pengaruh pola komunikasi formal pemimpin tidak lepas dari apa yang dikatakan Masmuh, 2010:15 bahwa komunikasi formal terjadi diantara karyawan melalui garis kewenangan yang telah ditetapkan oleh manajemen. Dari kewenangan ini merupakan sistem urat syaraf yang menyediakan saluransaluran dimana prosedur kerja, instruksi, gagasan, dan umpan balik mengenai pelaksanaan pekerjaan bawahan disampaikan ke bawah dari pimpinan yang lebih tinggi ke karyawan bawahannya. Komunikasi formal juga menetapkan saluran dimana komunikasi ke atas berlangsung, misalnya: bawahan dapat didorong untuk menyatakan ide-ide, sikap, dan perasaan mereka sendiri, pekerjaan mereka, kebijaksanaan perusahaan, dan masalah-masalah sejenis yang melibatkan mereka. Dalam proses aliran infromasi dalam sebuah organisasi ditentukan oleh hirarki resmi organisasi tersebut, dalam menjalankan fungsi pekerjaan
pesan tersebut menurut jaringan komunikasi formal. Pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah keatas atau dari tingkatan yang sama atau secara horizontal dan juga secara diagonal. Keterampilan komunikasi pemimpin dalam sebuah organisasi merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam menjalankan kepemimpinannya, sehingga semakin baik pola komunikasi formal pemimpin maka semakin baik pula kinerja pegawai. Pengaruh pola komunikasi informal (X2)pemimpin terhadap kinerja pegawai Hasil pengujian statistik menunjukan adanya pengaruh “komunikasi Informal (X2)” terhadap “kinerja pegawai (Y)”. secara lebih jelas, besarnya pengaruh langsung “komunikasi Informal” terhadap “kinerja pegawai” di perpustakaan Universitas Mataram dapat dilihat pada uraian berikut: Pengaruh langsung X2 terhadap Y = PyX2. PyX2 = 0.208 Dari hasil di atas terlihat bahwa besarnya pengaruh langsung antara “komunikasi Informal (X2)” terhadap “kinerja pegawai (Y)” adalah 0.208, nilai ini menunjukan pilihan jawaban responden terhadap pola komunikasi pemimpin melalui variabel komunikasi Informal dengan indikator perilaku karyawan yang selalu berbicara dengan akrab pada waktu-waktu istirahat, perilaku kelompok karyawan yang selalu makan siang bersama. Secara ideal, sekor yang diharapkan untuk yakni (5) untuk tiga (3) pernyataan yaitu 1350, tetapi perhitungan secara statistik menunjukan nilai yang diperoleh adalah 1023 atau 75.8% dari skor ideal yaitu 1350. Dengan demikian berdasarkan, klasifikasi nilai empirik dapat diperoleh data pada garis kontinom di atas menunjukkan bahwa dimensi komunikasi Informal dalam pola komunikasi pemimpin berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin khususnya di perpustakaan Universitas Mataram lebih suka melalukan komunikasi Informal dengan salah satu cara yaitu ngobrol atau bercanda pada
ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP
139
140
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
saat waktu istirahat. Cara ini dilakukan oleh pemimpin di peprustakaan Universitas Mataram untuk menjalin kedekatan dengan para bawahannya dan juga untuk merubah tradisi kepemimpinan yang kaku yang selama ini di praktikakan oleh pemimpin sebelumnya. Dari kedua pola komunikasi Informal pemimpin yang meliputi indikator pemimpin suka mengobrol dan bercanda dengan bawahan dan teman sejawat jika pada waktu istirahat, perilaku kelompok karyawan yang selalu makan siang bersama, memberi pengaruh yang cukup besar terhadap peningkatan kinerja pegawai, hal ini dikarenakan pada saat seperti misalnya istirahat, pegawai berkesempatan secara leluasa curhat atau bertukar pikiran dengan teman sejawat maupun dengan pimpinan, jadi pola komunikasi informal seperti ini yang menjadikan bawahan merasa lebih dekat dengan pemimpin meskipun tetap berada pada hirarki dan garis komando komunikasi formal. Penjelasan diatas sejalan dengan apa yang dikatakan Masmuh, 2010:16, bahwa komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi diantara karyawan dalam suatu organisasi yang dapat berinteraksi secara bebas satu sama lain terlepas dari kewenangan dan fungsi jabatan mereka. Biasanya komunikasi informal dilakukan melalui tatap muka langsung maupun pembicaraan lewat telepon. Komunikasi informal terjadi sebagai perwujudan dari keinginan manusia untuk bergaul (bersosialisasi) dan keinginan untuk menyampaikan informasi yang dipunyainya dan dianggap tidak dipunyai oleh rekan sekerjanya. Dapat kita lihat bahwa komunikasi informal dalam suatu organisasi memberikan petunjuk apakah saluran komunikasi formal telah berfungsi secara efektif. Dengan mempelajari komunikasi informal, sehingga dapat dilakukan penyesuaian dalam organisasi formal guna mendukung komunikasi dan peningkatan kinerja pegawai. Pendekatan informal dalam mempelajari proses komunikasi informal adalah dengan mengamati perilaku karyawan mana yang selalu berbicara dengan akrab pada waktu-waktu istirahat, kelompok karyawan mana yang selalu makan
Lubis, dkk.
siang bersama, dan jenis hubungan komunikasi informal lainnya. Setelah proses komunikasi dapat diidentifikasikan, maka cara yang paling efektif bagi organisasi perpustakaan untuk mengendalikan pegawai adalah mengakui eksistensinya, mempertimbangkan pengaruh mereka, dan kemudian mengintegrasikan kepentingan dari pemimpin maupun bawahan dalam pengambilan kebijakan di perpustakaan. Pengaruh proses komunikasi (X3)pemimpin terhadap kinerja pegawai Hasil pengujian statistik menunjukan adanya pengaruh “proses komunikasi pemimpin (X3)” terhadap “kinerja pegawai (Y)”. secara lebih jelas, besarnya pengaruh langsung “proses komunikasi pemimpin” terhadap “kinerja pegawai” di perpustakaan Universitas Mataram dapat dilihat pada uraian berikut: Pengaruh langsung X2 terhadap Y = PyX3. PyX3 = 0.262 Dari hasil di atas terlihat bahwa besarnya pengaruh langsung antara “komunikasi Informal (X3)” terhadap “kinerja pegawai (Y)” adalah 0.262, nilai ini menunjukan pilihan jawaban responden terhadap pola komunikasi pemimpin melalui variabel proses komunikasi pemimpin dengan indikator proses komunikasi secara primer, dan proses komunikasi secra sekunder. Secara ideal, sekor yang diharapkan untuk yakni (5) untuk tujuh (7) pernyataan yaitu 3150, tetapi perhitungan secara statistik menunjukan nilai yang diperoleh adalah 2211 atau 70.2% dari skor ideal yaitu 3150. Dengan demikian berdasarkan, klasifikasi nilai empirik dapat diperoleh data pada garis kontinom di atas menunjukkan bahwa dimensi proses komunikasi pemimpin dalam pola komunikasi pemimpin berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin khususnya di perpustakaan Universitas Mataram tidak bisa lepas dari proses komunikasi dalam meningkatkan kinerja bawahanya baik dengan cara komunikasi primer yang menggunakan symbol/lambang, maupun dengan cara komunikasi sekunder yang menggunakan
Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm 131-145 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
media/alat sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Cara ini dilakukan oleh pemimpin di peprustakaan Universitas Mataram untuk mengurangi nois/hambatan berkomunikasi yang memang sering terjadi pada saat bekerja yang mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja pegawai perpustakaan itu sendiri. Penjelasan diatas sejalan dengan apa yang dikatakan Effendy (2007:11) bahwa proses komunikasi adalah penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Proses komunikasi yang terjadi diantara individuindividu dalam organisasi merupakan sesuatu hal yang mutlak, begitujuga dalam perkembangan teknologi tidak akan bisa menghilangkan komunikasi sebagai sebuah alat intraksi, transaksi dan lain sebagainya antar individu dengan individu, karena komunikasi adalah proses yang pasti terjadi pada diri setiap individu di dalam organisasi. Sehingga dalam sebuah organisasi seperti perpustakaan bahwa proses komunikasi secara primer, maupun sekunder merupakan proses yang pasti terjadi karena proses komunikasi secara primer merupakan penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu ”menejermahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator ke pada komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah jelas karena bahasalah yang mampu ”menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini, baik mengenai hal yang kongkrit maupun hal yang abstrak, bukan saja tentang hal atau pristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang, begitu juga dengan proses komunikasi secara sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seorang kepada orang
lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, flim, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Pengaruh bentuk komunikasi (X4)pemimpin terhadap kinerja pegawai Hasil pengujian statistik menunjukan adanya pengaruh “bentuk komunikasi pemimpin (X4)” terhadap “kinerja pegawai (Y)”. secara lebih jelas, besarnya pengaruh langsung “bentuk komunikasi pemimpin” terhadap “kinerja pegawai” di perpustakaan Universitas Mataram dapat dilihat pada uraian berikut: Pengaruh langsung X4 terhadap Y = PyX4. PyX4 = 0.264 Dari hasil di atas terlihat bahwa besarnya pengaruh langsung antara “komunikasi Informal (X4)” terhadap “kinerja pegawai (Y)” adalah 0.208, nilai ini menunjukan pilihan jawaban responden terhadap pola komunikasi pemimpin melalui variabel bentuk komunikasi pemimpin dengan indikator komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi publik, komunikasi organisasi, komunikasi massa, sekor yang diharapkan untuk yakni (5) untuk sepuluh (10) pernyataan yaitu 4500, tetapi perhitungan secara statistik menunjukan nilai yang diperoleh adalah 3098 atau 62.49% dari skor ideal yaitu 4500. Dengan demikian berdasarkan, klasifikasi nilai empirik dapat diperoleh data pada garis kontinom di atas menunjukkan bahwa dimensi komunikasi Informal dalam pola komunikasi pemimpin berada pada kategori tinggi. Dari keenam bentuk komunikasi yang dilakukan pemimpin di perpustakaan Universitas Mataram, ternyata jawaban dari responden adalah komunikasi kelompok yang lebih sering digunakan dalam berkomunikasi, ini tergambar
ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP
141
142
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
dari pilihan penyataan responden sekitar 52 orang (57.8%) menyatakan setuju responden suka berkomunikasi dengan rekan-rekan kelompok kerja. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin khususnya di perpustakaan Universitas Mataram pada umumnya sering memanfaatkan bentukbentuk komunikasi tersebut untuk melakukan komunikasi yang bersifat sistimatis maupun bersifat situasional dalam rangka membantu seorang pemimpin perpustakaan untuk melakukan komunikasi yang efektif dan juga untuk meningkatkan kinerja pegawai perpustakaan. Cara ini dilakukan oleh pemimpin di peprustakaan Universitas Mataram antaralain karena banyaknya pegawai, perbedaan kultur/budaya dari pegawai itu sendiri, serta ruang dan waktu yang terbatas yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Penjelasan diatas sejalan dengan apa yang dikatakan Mulyana (2007:77) mengatakan bahwa komunikasi tidak berlangsung dalam ruang hampa sosial, melainkan dalam kontek dan bentuk situasi tertentu. Secara luas bahwa komunikasi terjadi diluar faktor semua orang yang berkomunikasi, yang terdiri dari: pertama, asfek bersifat fisik seperti iklim, cuaca dan lain-lain. Kedua aspek psikologis seperti sikap, kecendrungan dan lainlain. Ketiga aspek sosial seperti norma kelompok, nilai sosial dan lain-lain. Keempat, aspek waktu, yakni kapan berkomunikasi. Dapat kita lihat bahwa komunikasi informal dalam suatu organisasi memberikan petunjuk apakah saluran komunikasi formal telah berfungsi secara efektif. Dengan mempelajari komunikasi informal, sehingga dapat dilakukan penyesuaian dalam organisasi formal guna mendukung komunikasi dan peningkatan kinerja pegawai. Pendekatan informal dalam mempelajari proses komunikasi informal adalah dengan mengamati perilaku karyawan mana yang selalu berbicara dengan akrab pada waktu-waktu istirahat, kelompok karyawan mana yang selalu makan siang bersama, dan jenis hubungan komunikasi informal lainnya. Setelah proses komunikasi dapat diidentifikasikan, maka cara yang paling efektif bagi organisasi perpustakaan untuk
Lubis, dkk.
mengendalikan pegawai adalah mengakui eksistensinya, mempertimbangkan pengaruh mereka, dan kemudian mengintegrasikan kepentingan dari pemimpin maupun bawahan dalam pengambilan kebijakan di perpustakaan. Pengaruh pola komunikasi pemimpin secara bersama-sama (simultan) terhadap kinerja pegawai Hasil pengujian secara bersama-sama menunjukan ke empat variabel yaitu komunikasi formal, informal, proses dan bentuk komunikasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Total pengaruh dari ke empat variabel pola komunikasi pemimpin sebesar 36.0% dengan kata lain terdapat pengaruh variabel lain (Ɛ1) yakni 100% 36.0% = 64.0% di luar variabel yang diteliti. Dari hasil di atas terlihat bahwa secara bersama-sama pola komunikasi pemimpin (X1, X2, X3, X4,) berpengaruh terhadap “kinerja pegawai (Y)” adalah 36.0% hal ini menunjukan pilihan jawaban responden terhadap ke empat variabel pola komunikasi pemimpin yaitu, komunikasi formal berpengaruh sebesar 0.319, komunikasi informal bepengaruh sebesar 0.208, proses komunikasi berpengaruh sebesar 0.262 dan bentuk komunikasi berpengaruh 0.264, sehingga total keterpengaruhan dari ke empat variabel diatas sebesar 36.0%. adapun besar pengaruh diluar variabel yang diteliti yaitu sebesar 64.0% yaitu berupa pengaruh gedung, pustakawan, koleksi dan sistem perpustakaan. Sebagai sebuah organisasi yang besar perpustakaan Universitas Mataram merupakan organisasi yang memiliki tingkat kompleksitas yang sangat tinggi, sehingga tidak cukup hanya melihat dari pola komunikasi pemimpin saja tetapi ada juga keterpengaruhan dari faktor yang lain dalam peningkatan kinerja pegawai perpustakaan, seperti faktor gedung, pustakawan, koleksi dan sistem perpustakaan. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa komunikasi yang dilakukan oleh pemimpin di perpustakaan Universita Mataram dinilai mampu mempengaruhi kinerja para pegawai. Hal tersebut dapat terlihat dari respon
Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm 131-145 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
positif yang diberikan pegawi atas komunikasi yang dilakukan oleh pemimpin perpustakaan di Universitas Mataram. Menurut Arni Muhammad (2011:4) mendifiniskan komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Si pengirim pesan dapat berupa sorang individu, kelompok atau organisasi. Begitujuga halnya dengan si penerima pesan dapat berupa seorang anggota organisasi, seorang kepala bagian, pimpinan kelompok orang dalam organisasi, atau organisasi secara keseluruhan. Istilah proses maksudnya bahawa komunikasi itu berlangsung melalui tahap-tahap tertentu secara terus-menerus, berubah-ubah, dan tidak ada henti-hentinya. Proses komunikasi merupakan proses yang timbal balik karena antara si pengirim dan si penerima saling mempengaruhi satu sama lain. Perubahan tingkah laku maksudnya dalam pengertian yang luas yaitu perubahan yang terjadi di dalam diri individu mungkin dalam aspek kognitif, afektif atau psikomotor. Pemimpin sebagai pusat kekuatan dan disiminator bagi organisasi mau tidak mau harus mampu berkomunikasi kepada semua pihak, baik secara formal, informal, beserta proses dan bentuk komunikasi yang dilakukan. Komunikasi adalah salah satu cara membangun hubungan yang lebih baik dalam sebuah organisasi sehingga tercipta komunikasi yang efektif, baik antara pimpinan kepada bawahan maupun antara bawahan kepada pimpinan, juga antara sesama tingkatan, lintas saluran, bantuk komunikasi yang digunakan serta membangun komunikasi informal dalam rangka membangun kekeluargaan di dalam organisasi. Kemampuan dalam berkomunikasi setiap orang yang bekerja di perpustakaan, baik kepala perpustakaan, maupun staf harus dikuasai dengan baik agar tercipta proses komunikasi yang efektif sehingga menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. Komunikasi pimpinan yang efektif akan mempengaruhi kinerja pegawai terhadap
pekerjaannya. Dari sini dapat diketahui bahwa faktor komunikasi pimpinan bagitu berperan dan turut berkontribusi dalam menciptakan kinerja pegawai yang optimal. Pola komunikasi formal, informal, proses serta bentuk komunikasi yang dilakukan pemimpin dalam perpustakaan menyebabkan efektifnya komunikasi di perpustakaan. Pola komunikasi pimpinan yang baik akan berpengaruh terhadap kinerja pegawai perpustakaan itu sendiri. Apabila pola komunikasi sudah efektif akan berdampak positif terhadap fungsi manajemen perpustakaan, kemudian menjadikan visi, misi, tujuan dan sasaran perpustakaan akan berjalan sebagaimana mestinya. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Berdasarkan pada identifikasi masalah, dan tujuan penelitian sebagaimana yang telah dikemukakan serta hasil analisis dan permasalahan, maka dapat dikemukakan kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1. Pola komunikasi formal pemimpin berpengaruh terhadap kinerja pegawai perpustakaan Universitas Mataram artinya indikator-indikator seperti komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi horizontal dan komunikasi diagonal, apabila variabel-variabel ini semakin efektif pola komunikasi formal pemimpin maka, semakin efektif pula kinerja pegawai. Pola komunikasi formal pemimpin yang baik dengan sendirinya dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan, dengan demikian pekerjaan dapat dikerjakan dengan optimal akhirnya kinerja pegawai menjadi meningkat. Apabila kinerja pegawai meningkat maka dengan sendirinya kinerja perpustakaan juga berkualitas dan maksimal. 2. Pola komunikasi informal pemimpin berpengaruh terhadap kinerja pegawai perpustakaan Universitas Mataram, bahwa indikator-indikator penentunya yaitu pemimpin suka mengobrol dan bercanda dengan bawahan dan teman sejawat jika pada waktu istirahat,
ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP
143
144
JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
perilaku kelompok karyawan yang selalu makan siang bersama, memberi pengaruh yang cukup besar terhadap peningkatan kinerja pegawai, ini dikarenakan pada saat seperti misalnya istirahat, pegawai berkesempatan secara leluasa curhat atau bertukar pikiran dengan teman sejawat maupun dengan pimpinan, jadi pola komunikasi informal seperti ini yang menjadikan bawahan merasa lebih dekat dengan pemimpin meskipun tetap berada pada hirarki dan garis komando komunikasi formal. 3. Proses komunikasi pemimpin berpengaruh terhadap kinerja pegawai perpustakaan Universitas Mataram, artinya indikatorindikator proses komunikasi secara primer dan proses komunikasi secara sekunder apabila variabel-variabel ini semakin baik, maka proses komunikasi yang dilakukan pemimpin maka semakain efektif pula. Sehingga proses komunikasi diatas akan berdampak langsung kepada peningkatan kinerja pegawai di perpustakaan Universitas Mataram. 4. Bentuk komunikasi pemimpin berpengaruh terhadap kinerja pegawai perpustakaan Universitas Mataram, artinya indikatorindikator komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi publik, komunikasi organisasi, komunikasi massa semakin baik penggunaan bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan pemimpin maka semakain efektif komunikasi yang terbangun di dalam lingkungan kerja pegawai perpustakaan Universitas Mataram. 5. Pola komunikasi pemimpin secara bersamaan atau simultan berpengaruh terhadap kinerja pegawai perpustakaan Universitas Mataram, artinya baik pola komunikasi formal, informal, proses maupun bentuk komunikasi yang dilakukan di perpustakaan Universitas Mataram berpengaruh di dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas kerja pegawai di perpustakaan Universitas Mataram.
Lubis, dkk.
b. Saran 1. Hendaknya pemimpin perpustakaan Universitas Mataram mengutamakan pola komunikasi formal, agar pegawai dapat terus termotivasi untuk menyatakan ide-ide, sikap, dan perasaan mereka, kebijaksanaan perusahaan, dan persoalan-persoalan lain yang mendorong pegawai berkinerja lebih baik lagi di perpustakaan Universitas Mataram. 2. Hendaknya pemimpin perpustakaan Universitas Mataram menjalin kembali kedekatan-kedekatan yang bersifat informal dengan para bawahannya, agar pegawai berkesempatan secara leluasa curhat atau bertukar pikiran dengan teman sejawat maupun dengan pimpinannya. 3. Hendaknya pemimpin memanfaatkan proses komunikasi yang menggunakan media seperti media sosial yaitu, LAN, Black Berry Missanger dan lain-lain agar dapat mempermudah pemimpin dalam melakukan komunikasi. 4. Hendaknya pemimpin memanfaatkan bentuk komunikasi yang ada untuk melakukan komunikasi yang bersifat sistimatis maupun bersifat situasional dalam rangka membantu seorang pemimpin perpustakaan untuk melakukan komunikasi yang efektif dan juga untuk meningkatkan kinerja pegawai perpustakaan. 5. Hendaknya pemimpin perpustakaan Universitas Mataram memperhatikan organisasi dari aspek yang lain seperti gedung, pustakawan, koleksi dan sistem perpustakaan dan tidak hanya dari pola komunikasi pemimpin saja, karena pengaruh dari faktor tersebut sangat besar dalam meningkatkan kinerja pegawai. DAFTARA PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: PT Rineka Cipta. Dharma, Agus, 1985. Manajemen Prestasi Kerja, Rajawali, Jakarta.
Vol.3/No.2, Desember 2015, hlm 131-145 JURNAL KAJIAN INFORMASI & PERPUSTAKAAN
Dharma, Surya, 2011. Manajemen Kinerja: Falsafah Teori dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Djamarah, Syaiful Bahri, 2014. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga: Sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta. Effendy, Onong Uchajana, 2007. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Masmuh, Abdullah. 2010, Komunikasi Organisasi dalam perspektif Teori dan Praktek. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi, Jakarta: Ghalia Indonesia. Muhammad, Arni. 2011. Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Pace, Wayne R. And Don F. Faules, 2010. Komunikasi Organisasi: Strategi
peningkatan kinerja perusahaan. Editor: Deddy Mulyana, M.A.,PH.D. Bandung: Remaja Rosdakarya. Prastowo, Andi. 2012. Manajemen Perpustakaan Sekolah Profesional, Jakarta: DIVA Press. Prijana. 2005. Metode Sampling Terapan untuk Peneliti Sosial, Bandung: Humaniora. Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Rivai, Veithzal. 2013. Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers. Robbins, Stephen P. 1996, Organizational Behavior; Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat Siagian, Sondang P. 1997. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta: Gunung Agung. Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi, 1995. Metode Penelitian Surve. Cetakan ke 2, LP3ES, Jakarta
ISSN: 2303-2677 / © 2015 JKIP
145