1
PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR KEPEMILIKAN PERUSAHAAN TERHADAP PERMINTAAN KUALITAS AUDITOR PADA EKONOMI TRANSISIONAL
Widiastuti Prof. Dr. H. Muchamad Syafruddin, M. Si, Akt
Abstract The purpose of this study was to provide empirical evidence of the affect of changes in corporate ownership structure on the demand of auditor quality in transitional economy. Changes in corporate ownership was measured by changes in the percentage of shares held by the state, institutions, and individual shareholders. The demand of auditor quality was measured by natural logarithm of the ratio of combined assets of the listed companies audited by the new auditor to that by the old auditor. Transitional economy in Indonesia which related with ownership structure was about privatization act. This study also used variable control that consists of size, leverage, ROE, subsidiary, and management. The population of this study was 12 state-owned enterprises (SOEs) which were listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). The research data were collected for the period of 2004 to 2009. Based on purposive sampling method, there are 30 samples. The research hypothesis was tested using linear regression. This study has three conclusions related on changes in corporate ownership structure and the demand of auditor quality. We find that a decrease of government shares and an increase of institutional shares lead to a general increase in the demand of auditor quality. However, the influence of individual shareholders on a firm’s auditor-choice decisions appears insignificant. Keywords: changes in corporate ownership structure, demand of auditor quality, transitional economy
2
1. PENDAHULUAN Sekitar tahun 2000-an muncul ketertarikan baru di dunia akuntansi yaitu menyoroti tentang kualitas pelaporan keuangan perusahaan. Ketertarikan tersebut juga didukung dengan munculnya kasus Enron dan KAP Arthur Andersen serta kasus-kasus serupa lainnya. Dengan terjadinya kasus-kasus tersebut, menimbulkan pertanyaan yang serius mengenai kualitas dan reliabilitas dari informasi auditan yang dikeluarkan oleh auditor. Padahal, semestinya auditor harus menyatakan laporan auditannya seindependen mungkin sehingga tidak menciderai kepentingan dari stakeholders. Sebagaimana hal yang menjadi perhatian dalam The Sarbanes-Oxley Act tahun 2002 bahwa pengauditan menjadi mekanisme governance yang penting sebagai jalan untuk memonitor kerja manajer. Menurut teori agensi yang dinyatakan oleh Jensen dan Meckling (1976), permintaan akan auditor eksternal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh struktur kepemilikan perusahaan. Di dalam teori tersebut dijelaskan bahwa kepemilikan yang lebih tersebar akan meningkatkan pengawasan yang lebih terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan untuk kepemilikan yang terkonsentrasi,
dijelaskan akan
menimbulkan dua konflik, yaitu : 1) Ekspropriasi oleh pemegang saham mayoritas kepada pemegang saham minoritas. Yang dimaksud dengan ekspropriasi adalah proses penggunaan kontrol untuk memaksimumkan kesejahteraan sendiri dengan distribusi kekayaan dari pihak lain (Claessens et al., 2000). 2) menaikkan biaya agensi, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. Biaya-biaya ini dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai akibat penyalahgunaan wewenang (wrong doing), maupun berapa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
3
Mendukung pernyataan Jensen dan Meckling, DeFond (2000) melalui penelitiannya mendapatkan hasil bahwa semakin tinggi kepemilikan pemerintah maka semakin kecil permintaan terhadap pengauditan independen yang menawarkan informasi akuntansi yang berkualitas untuk investor dan kreditor. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Wang et al (2005), membandingkan antara state-owned enterprises (SOEs) dan non-SOEs untuk pemilihan auditor di China. Hasil yang didapatkan adalah SOE lebih memiliki kecenderungan untuk memilih auditor lokal kecil dibandingkan non-SOEs. Penelitian utama yang menjadi acuan untuk penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Chan et al (2007). Chan melakukan penelitian berkenaan dengan perubahan persentase kepemilikan perusahaan terhadap permintaan kualitas auditor pada ekonomi transisional di China. Ekonomi transisional yang dimaksud di dalam penelitian Chan adalah pendirian Shanghai and Shenzhen Stock Exchange pada awal tahun 90-an. Pendirian bursa saham tersebut secara signifikan mengubah struktur kepemilikan perusahaan di China yang kala itu memang sepenuhnya masih dimiliki oleh pemerintah. Dari hasil penelitian Chan tersebut didapatkan kesimpulan bahwa ada pengaruh antara perubahan persentase struktur kepemilikan perusahaan terhadap permintaan kualitas auditor. Berdasar penelitian tersebut, penelitian ini bermaksud mereplika yang pernah dilakukan oleh Chan (2007) dengan sedikit perbedaan. Hal yang akan dibuat berbeda antara penelitian ini dengan penelitian Chan adalah faktor ekonomi transisional. Penelitian ini menggunakan masa ekonomi transisional yaitu dikeluarkannya undangundang yang berkenaan dengan privatisasi, yaitu Undang-undang Nomor Undangundang Nomor 19 Tahun 2003. Lebih spesifik, privatisasi diatur dalam undangundang tersebut pada bagian Bab VIII tentang Restrukturisasi dan Privatisasi, mulai pasal 74. Dari beberapa penelitian yang berkaitan dengan struktur kepemilikan, mayoritas masih menghubungkan struktur kepemilikan dengan kinerja keuangan perusahaan. Namun, masih belum banyak penelitian di Indonesia yang meneliti
4
mengenai struktur kepemilikan kaitannya dengan pemilihan kualitas auditor. Karena alasan tersebut, maka penelitian ini bermaksud meneliti mengenai hubungan antara perubahan struktur kepemilikan dengan pemilihan pergantian auditor. Penelitian ini akan terbagi menjadi lima bagian. Bagian pertama berisi pendahuluan yang akan membahas mengenai latar belakang, tujuan penelitian, dan ruang lingkupnya. Sedangkan bagian kedua adalah landasan teori dan pengembangan hipotesis yang akan membahas teori agensi berkenaan dengan perubahan struktur kepemilikan, permintaan kualitas auditor, dan ekonomi transisional. Pada bagian tiga akan dibahas mengenai metodologi penelitian yang berkaitan dengan pemilihan sampel, model empiris yang digunakan, operasionalisasi variabel, dan pengujian modelnya. Sedangkan pada bagian empat akan membahas mengenai hasil penelitian ini. Akhirnya, di bagian lima akan dibahas mengenai kesimpulan, keterbatasan, dan potensi bagi riset di masa mendatang. 2. TELAAH TEORI Jensen dan Meckling (1976) dalam penelitiannya mengartikan hubungan agensi sebagai sebuah kontrak yang melibatkan dua orang atau lebih, di mana salah satu disebut sebagai principal (principal) dan pihak lain disebut sebagai agen (agent). Di dalam kontrak tersebut prinsipal mendelegasikan wewenang kepada agen untuk mengambil keputusan. Implementasi pernyataan tersebut di dalam dunia bisnis bisa dilihat antara manajer dan pimpinan perusahaan. Selain itu, Jensen dan Meckling (1976) juga berpendapat bahwa perusahaan merupakan sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan pemegang saham. Pemilik
perusahaan
menyerahkan
pengelolaan
perusahaan
terhadap
pihak
manajemen. Manajer sebagai pihak yang diberi wewenang atas kegiatan perusahaan dan berkewajiban menyediakan laporan keuangan. Namun, yang sering terjadi adalah manajer akan cenderung untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya dan mengorbankan kepentingan pemegang saham. Informasi yang diterima oleh
5
pimpinan perusahaan terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya sehingga hal ini memacu terjadinya konflik keagenan. Dalam kondisi yang demikian ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymmetric) (Imanda dan Nasir, 2006). Eisenhardt (dikutip oleh Ujiyantho dan Pramuka, 2008), menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia untuk menjelaskan tentang teori agensi yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia kemungkinan
besar
akan
bertindak
berdasarkan
sifat
opportunistic,
yaitu
mengutamakan kepentingan pribadinya. Menurut Jensen dan Meckling (1976) adanya masalah keagenan memunculkan biaya agensi yang terdiri dari: (1) The monitoring expenditure by the principle, yaitu biaya pengawasan yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk mengaawasi perilaku dari agen dalam mengelola perusahaan. (2) The bounding expenditure by the agent (bounding cost), yaitu biaya yang dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak bertindak yang merugikan prinsipal. (3) The Residual Loss, yaitu penurunan tingkat utilitas prinsipal maupun agen karena adanya hubungan agensi. Masalah keagenan dapat diminimalisasi dengan mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut sehingga timbul biaya keagenan (agency cost). Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost, diantaranya adanya kepemilikan saham oleh institusional dan kepemilikan saham oleh manajemen (Tendi Haruman, 2008) Kinerja yang dihasilkan oleh para pelaku perusahaan juga berpengaruh terhadap pemilihan auditor. Pemilik perusahaan akan membuat laporan keuangan
6
sebagai bentuk akuntabilitasnya kepada pemegang saham. Kinerja perusahaan yang buruk akan membuat pelaku perusahan untuk memilih auditor dengan kredibilitas yang rendah, sehingga akuntabilitas bisa dimanipulasi. Francis et al. (1988) menunjukkan adanya hubungan yang positif antara ukuran klien dengan pemilihan perusahaan audit yang memiliki kualitas yang tinggi. Idealnya, ukuran perusahaan audit harus sesuai dengan ukuran perusahaan klien. Sebuah ketidaksesuaian ukuran antara perusahaan klien yang besar diaudit oleh perusahaan audit yang kecil dapat menyebabkan berakhirnya keterlibatan audit (Hudaib dan Cooke, 2005). Pada umumnya, kepemilikan perusahaan di Indonesia ada beberapa macam, Besarnya persentase tiap-tiap kepemilikan tersebut menghasilkan nilai perusahaan yang berbeda. Michael Porter dalam Gedajlovic dan Shapiro (1998) menyatakan bahwa tujuan perusahaan sangat ditentukan oleh struktur kepemilikan, motivasi dan pemegang surat hutang, corporate governance dan proses insentif yang membentuk motivasi manajer. Kepemilikan oleh pemerintah menurut Shleifer dan Vishny (1997) yang berarti kepemilikan tersebut terkonsentrasi, justru akan mendorong pengendali perusahaan untuk melakukan ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas. Yang dimaksud
dengan
ekspropriasi
adalah
proses
penggunaan
kontrol
untuk
memaksimumkan kesejahteraan sendiri dengan distribusi kekayaan dari pihak lain (Claessens et al., 2000b). Ekspropriasi ini bisa dilakukan karena dengan kepemilikan yang lebih terkonsentrasi pemegang saham mayoritas bisa seolah-olah membuat semua keputusan perusahaan. Penelitian lain yang berhubungan dengan kepemilikan pemerintah adalah Barth, Caprio Jr, dan Levine (2002) untuk industri perbankan. Dalam penelitian tersebut, digunakan data empiris dari 60 negara, dan mengupas permasalahan yang lebih luas dari sekedar hubungan antara struktur kepemilikan dengan kinerja bank. Beberapa kesimpulan dari penelitian tersebut adalah :
7
1) Membatasi kepemilikan bank oleh perusahaan non-keuangan tidak berkaitan dengan kerapuhan keuangan maupun kinerja bank tersebut, 2) semakin besar industri perbankan dikontrol/dikendalikan oleh pemerintah, maka inovasi di sektor perbankan akan semakin berkurang, 3) kepemilikan pemerintah yang semakin besar pada bank cenderung berkaitan dengan semakin banyaknya pelaksanaan sistem keuangan yang buruk, serta berkaitan pula dengan semakin banyaknya bank yang perkembangannbya lambat/buruk, 4) bukti empiris memperlihatkan hubungan yang negative antara tingkat kepemilikan bank oleh pemerintah dan perkembangan keuangan. Studi yang dilakukan oleh La Porta, Lopez-de-Silanes dan Shleifer (1999) adalah mengenai peran kepemilikan pemerintah dalam kinerja bank, studi tersebut menggunakan pengukuran alternatif kepemilikan pemerintah dan perkembangan keuangan. Hasil yang didapat dari penelitian tersebut memperlihatkan bahwa kepemilikan pemerintah memperlambat perkembangan yang terjadi di sektor keuangan. Lambatnya perkembangan keuangan perusahaan akan berpengaruh terhadap pergantian auditor seperti yang dinyatakan dalam penelitian Hudaib dan Cooke (2005). Penelitian lain berkaitan dengan struktur kepemilikan pemerintah juga dilakukan oleh Shleifer dan Vishny (1997) yang menyatakan bahwa kepemilikan yang terkonsentrasi (oleh pemerintah) hanya akan meningkatkan ekspropriasi kepada pemilik saham minoritas. Kepemilikan lain adalah kepemilikan institusional yaitu kepemilikan perusahaan oleh instansi non-pemerintah atau biasanya berbentuk perseroan terbatas. Keberadaan institusional sebagai bagian dari pemilik perusahaan berfungsi untuk memonitor kinerja perusahaan. Cai et al (2001) menyatakan dalam penelitiannya bahwa kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen semakin baik. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan
8
sehingga perusahaan akan jauh dari permasalahan keuangan. Hasil ini juga didukung oleh penelitian dari Crutchley et al. (1999) yang menemukan bahwa monitoring yang dilakukan institusi mampu mensubstitusi biaya keagenan lain (hutang, deviden, dan kepemilikan manajerial sehingga biaya keagenan menurun dan nilai perusahaan meningkat. Pada kasus di Indonesia, kepemilikan institusional sudah cukup mampu menjadi alat monitoring yang baik. Hal ini dikarenakan insitusi yang memegang saham telah memiliki kemampuan dan sarana yang memadai untuk melakukan monitoring (Fifi Swandari, 2003). Kepemilikan jenis ketiga adalah kepemilikan individual. Penelitian yag dilakukan oleh Xu dan Wang (1999) yang berpendapat bahwa kepemilikan saham oleh individu tidak berpengaruh terhadap perusahaan karena representasinya yang rendah dalam Board of Directors. Rendahnya representasi mereka ini akhirnya mengakibatkan ketidakmampuan dalam melakukan monitoring terhadap kinerja perusahaan. Selain itu, kepemilikan individu sebenarnya tidak memiliki insentif yang cukup untuk membayar biaya agensi untuk memonitor kerja manajer. Hanya saja, kepemilikan yang lebih tersebar akan membuat semacam pemantauan kepada manajemen untuk bekerja sebaik mungkin dan menyampaikan hasil kinerjanya. Salah satu hasil kinerja tersebut dinilai dengan kualitas auditor yang dipilih (Xu dan Wang, 1999). Menurut penelitian Slovin dan Sushka (1993) menunjukkan bahwa nilai perusahaan dapat meningkat apabila institusi mampu menjadi alat monitoring yang efektif. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Smith (1996) hasilnya aktifitas monitoring perusahaan mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan. Struktur pengelolaan perusahaan tersebut tentunya juga mencakup bagaimana perusahaan mampu memberikan laporan keuangan uang berkualitas kepada pemegang saham. Kualitas laporan keuangan tersebut juga ditentukan oleh kualitas auditor yang dipilih perusahaan.
9
Berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu selfinterest maka kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen sangat diperlukan, dalam hal ini adalah auditor independen. Investor akan lebih cenderung pada data akuntansi yang dihasilkan dari kualitas audit yang tinggi. Kualitas audit adalah sikap auditor dalam melaksanakan tugasnya yang tercermin dalam hasil pemeriksaannya yang dapat diandalkan sesuai dengan standar yang berlaku. Kualitas audit diukur dengan 4 aspek kualitas audit berdasarkan Financial Reporting Council (2006: 16) yaitu: budaya dalam KAP; keahlian dan kualitas personal rekan dan staff audit; efektivitas proses audit; serta keandalan dan manfaat laporan audit. Penelitian ini mengangkat pengaruh perubahan struktur kepemilikan perusahaan BUMN go public terhadap permintaan kualitas auditor pada ekonomi transisional. Ekonomi transisional yang dimaksud adalah dikeluarkannya sejenis undang-undang maupun peraturan pemerintah yang mempengaruhi perubahan persentase kepemilikan perusahaan. Perusahaan yang dimaksud adalah Badan Usaha Milik Negara yang kemudian dilakukan adanya privatisasi sehubungan dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003. Lebih spesifik, privatisasi diatur dalam undang-undang tersebut pada bagian Bab VIII tentang Restrukturisasi dan Privatisasi, mulai pasal 74. Privatisasi seperti yang diatur dalam undang-undang perlu dilakukan oleh pemerintah karena melihat pelaksanaan peran BUMN yang kurang optimal dalam perekonomian nasional. Langkah optimalisasi peran tersebut ditindaklajutu dengan pengurusan dan pengawasan yang lebih profesional yaitu dengan cara privatisasi. Privatisasi dapat dilaksanakan dengan tiga cara, yaitu : 1) penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal, 2) penjualan saham langsung kepada investor, dan 3) penjualan saham kepada manajemen dan/atau karyawan yang bersangkutan.
10
Privatisasi yang dilakukan dikatakan sebagai ekonomi transisional karena dengan dikeluarkannya undang-undang yang lebih mengatur tentang privatisasi tentunya akan meningkatkan jumlah Badan usaha Milik Negara yang akan go public. Pada tahun-tahun sebelum dikeluarkannya undang-undang tersebut sudah ada beberapa BUMN yang melakukan privatisasi, hanya saja jumlahnya masih sangat kecil. Atas keberadaan undang-undang ini diharapkan pemerintah lebih banyak lagi mendorong BUMN untuk melakukan IPO demi meningkatnya kinerja dan efisiensi perusahaan, serta menumbuhkembangkan iklim usaha, ekonomi makro, dan kapasitas pasar. Penelitian-penelitian terdahulu yang hamper mirip dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan di China oleh Wang et al (2005) dan Chan et al (2007). Di dalam penelitiannya, Wang membandingkan antara state-owned enterprises (SOEs) dan non-SOEs untuk pemilihan auditor di China. Variabel dependen dalam penelitian tersebut adalah tipe auditor (besar atau kecil). Selain itu juga ditambah dengan beberapa variabel dependen untuk analisis tambahannya, yaitu opini audit, market-to-book assets, dan fee audit. Variabel independen yang digunakan adalah SOE atau non-SOE dan didukung oleh beberapa varaibel kontrol. Hasil yang didapatkan adalah SOEs lebih memiliki kecenderungan untuk memilih auditor lokal kecil dibandingkan non-SOEs. Penelitian Chan dilakukan di China dengan variabel dependen permintaan akan kualitas auditor, variabel independen yang digunakan perubahan struktur kepemilikan, dan didukung dengan beberapa variabel kontrol. Sampel yang digunakan adalah pada saat terjadi transisi ekonomi di China. Yang dimaksud dengan transisi ekonomi di China tersebut adalah ketika China Stock Exchange dibentuk sehingga menyebabkan terjadinya perubahan pada kepemilikan perusahaan, semula dimiliki penuh oleh pemerintah menjadi sebagian dimiliki oleh institusi maupun individu. Hasil yang didapat dari penelitian tersbut adalah semakin tinggi kepemilikan institusional dan individual maka akan semakin tinggi pula permintaan akan kualitas auditor.
11
Berdasarkan paparan di atas, maka dibentuklah hipotesis sebagai berikut : H1a
:
Ada pengaruh perubahan persentase kepemilikan pemerintah terhadap permintaan kualitas auditor pada ekonomi transisional
H1b
:
Ada pengaruh perubahan persentase kepemilikan institusional terhadap permintaan kualitas auditor pada ekonomi transisional
H1c
:
Ada pengaruh perubahan persentase kepemilikan individual terhadap permintaan kualitas auditor pada ekonomi transisional
3.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metode Pemilihan Sampel Sampel yang dipilih adalah perubahan yang melakukan perubahan struktur
kepemilikan di dalam perusahaannya. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode judgment purposive sampling dengan kriteria : a. BUMN yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2010. Penggunaan BUMN sebagai sampel karena di dalam penelitian dibutuhkan data tentang perusahaan yang melakukan perubahan persentase kepemilikan saham pemerintah ke institusional. Sedangkan untuk periode yang dipilih menggunakan tahun 2004-2010 berkaitan dengan dikeluarkannya Undangundang Nomor 19 Tahun 2003 Bab VIII mengenai Restrukturisasi dan Privatisasi BUMN. b. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan lengkap yang diperlukan dalam penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan tahunan atau annual report tersebut diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada (http://www.idx.co.id) dan laporan keuangan auditan
12
perusahaan tahun 2004-2010 yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang tersedia di Pojok BEI-Universitas. 3.2
Model Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik analisis denan regresi linear. Selain
menggunakan uji regresi juga digunakan uji-uji lain sebagai penunjang, seperti uji statistic deskriptif dan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinearitas. Analisis regresi linear dilakukan untuk menguji seberapa besar hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen serta untuk mengetahui arah hubungan tersebut. Persamaan regresi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah: ΔQuality
=
β0 + β1ΔState + β2ΔInstitutions + β3ΔIndividuals + β4ΔSize + β5ΔLeverage + β6ΔROE + β7Subsiadiary + β8Management + βk
+e
Dalam penelitian ini ada tiga jenis variabel yang digunakan yaitu variabel independen, dependen, dan variabel kontrol. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah permintaan kualitas auditor (ΔQuality). Yang dimaksud dengan permintaan kualitas auditor adalah permintaan dari perusahaan klien kepada perusahaan akuntan publik akan kualitas audit yang dilakukan. Di dalam penelitian ini lebih ditekankan kepada perubahan permintaan perusahaan akan kualitas auditor yang digunakannnya saat terjadi privatisasi. Perubahan ini diproksikan dengan natural logaritma combined assets yang dinyatakan oleh auditor baru dibagi angka yang dinyatakan oleh auditor lama pada saat terjadinya perubahan auditor setelah adanya peraturan privatisasi. Proksi yang dipilih menggunakan angka dari salah satu komponen laporan keuangan karena dari angka-angka tersebut bisa terlihat transparansi dan kejelian auditor dalam melakukan audit. Oleh karena alasan tersebut proksi tersebut dipilih sebagai proksi kulaitas auditor.
13
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perubahan struktur kepemilikan. Perubahan struktur kepemilikan yang digunakan di dalam penelitian ini kepemilikan pemerintah, institusional, dan individual. Cara mengukur besarnya perubahan kepemilikan tersebut diproksikan dengan perubahan persentase saham yang dimiliki oleh pemerintah (ΔState), institusi (ΔInstitutions), dan individu (ΔIndividuals). Variabel-variabel yang ikut mempengaruhi (variabel kontrol) perubahan kualitas auditor dalam penelitian ini adalah :
Ukuran perusahaan (Δ Size) Ukuran sebuah perusahaan apakah perusahaan tersebut kecil, sedang, ataupun besar bisa menggunakan bermacam-macam patokan, bisa melihat dari total asset atau bisa juga melihat dari jumlah penjualan perusahaan tersebut. Di dalam beberapa penelitian sebelumnya seperti penelitian Palmrose(1984) dan DeFond (1992) dinyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap agency cost. Hasil penelitian mengatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin besar pula agency cost. Untuk penelitian ini, ukuran perusahaan diproksikan dengan persentase perubahan total asset antara t dan t-1.
Risiko perusahaan (Δ Leverage) Hubungan kontrak yang berpotensi untuk menyebar keuntungan aadalah hubungan dengan investor dan kreditor. Peningkatan jumlah utang akan menghasilkan potensi yang semakin tinggi juga untuk transfer kekayaan. Oleh karena itu, untuk menilai apakah risiko tersebut berpengaruh kepada performa perusahaan, di dalam penelitian ini digunakan rasio risiko perusahaan diproksikan dengan leverage, yang dinyatakan dengan rasio total kewajiban terhadap total asset.
Rentabilitas perusahaan (Δ ROE) Tingkat kesehatan perusahaan bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan permintaan kualitas auditor sebuah prusahaan. Schwartz dan Menon
14
(1985) menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami financial distressed akan tarik untuk melakukan perubahan akuntansi dengan meningkatkan jumlah income yang diperoleh dan menggunakan auditor yang mampu menutupi perubahan tersebut. Tingkat kesehatan perusahaan bisa dilihat dengan menggunkan beberapa rasio. Penelitian ini menggunakan rasion rentabilitas perusahaan yaitu ROE (EAT : Ekuitas Pemegang Saham)
Jumlah anak perusahaan (Subsidiary) Jumlah anak perusahaan memperlihatkan sebuah kompleksitas organisasi yang bisa berpotensi meningkatkan biaya agensi. Semakin banyak jumlah anak perusahaan berarti semakin kompleks dan divergen perusahaan tersebut. Palmrose (1984) menyatakan bahwa semakin kompleks sebuah perusahaan makan semakin sulit juga untuk prinsipal melakukan monitoring terhadap perilaku agen. Di dalam penelitian ini, variabel control untuk jumlah anak perusahaan diproksikan dengan natural logaritma dari banyaknya anak perusahaan yang dimiliki klien.
Perubahan manajemen (Management) Jajaran top-management di dalam perusahaan menjadi cikal bakal kesuksesan dari berjalaannya kehidupan perusahaan tersebut. Hal ini berkenaan dengan strategistrategi taktis yang ditetapkan oleh manajemen tersebut ketika mengelola perusahaan. Perbedaan orang-orang yang berada dalam jajaran top-management maka akan berbeda juga kebijakan yang diterapkan, yang nantinya juga akan berpengaruh ke performa perusahaan. Penelitian ini menggunakan variabel perubahan manajemen yang diproksikan sebagai variabel dummy, bernilai 1 apabila terjadi perubahan posisi manajemen kunci (seperti direktur utama dan CEO) dan bernilai 0 apabila sebaliknya.
15
4.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran dan deskripsi dari suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum dari variabel-variabel yang diteliti (Ghozali, Uji statistik deskriptif tersebut dilakukan dengan program SPSS 17. Berdasarkan tabel 2, terlihat bahwa jumlah observasi yang digunakan adalah sebanyak 30, dengan sembilan variabel. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu variabel dependen, independen, dan kontrol. Variabel dependen perubahan kualitas auditor dinyatakan dalam persamaan regresi dengan nama quality, sedangkan untuk variabel independen perubahan kepemilikan di dalam persamaan regresi dibagi menjadi tiga yaitu state, institutional, dan individual. Variabel lain yang digunakan adalah variabel kontrol, di dalam penelitian ini menggunakan lima variabel kontrol, yaitu size, leverage, ROE, subsidiary, dan management. Penjelasan tentang statistik masing-masing variabel akan dijelaskan pada paragraf-paragraf berikutnya. Variabel dependen quality yang diproksikan dengan rasio combined assets yang dinyatakan oleh auditor baru dan lama saat terjadi switching memiliki nilai maksimum sebesar 2.30, nilai minimum 0.99, rata-rata 1.3033, dan standar deviasi 0.26250. Rata-rata dari kualitas auditor bernilai positif yang berarti dari waktu ke waktu terjadi kenaikan kualitas permintaan auditor untuk perusahaan BUMN. Variabel selanjutnya adalah variabel independen yang terdiri dari state, institutional, dan individual. Yang pertama, variabel state memiliki nilai maksimum 1.88, nilai minimum -30.00, rata-rata -1.12313, dan standar deviasi 5.57705. Melihat hasil tersebut, rata-rata menunjukkan nilai negatif yang berarti kepemilikan pemerintah dari tahun ke tahun di perusahaan BUMN cenderung menurun. Kedua, variabel institutional yang memiliki nilai maksimum 11.80 dan nilai minimum 21.33, rata-rata 0.1437, dan standar deviasi 5.29004. Dari hasil statistik deskriptif tersebut, dapat dinyatakan bahwa kepemilikan oleh institusi di tubuh perusahaan BUMN dari tahun ke tahun terjadi peningkatan karena nilai rata-rata yang positif.
16
Variabel terakhir untuk variabel independen adalah variabel individual, memiliki nilai maksimim sebesar 30.00, nilai minimum -8.27, rata-rata 2.4300, dan standar deviasi 7.26234. Dilihat dari nilai rata-rata yang positif, berarti bahwa kepemilikan oleh individu di dalam perusahaan BUMN dari tahun-tahun setelah adanya peraturan privatisasi semakin meningkat. Selanjutnya adalah deskripsi statistik untuk variabel kontrol. Variabel kontrol pertama adalah size yang memiliki nilai minimum -0.28 dan maksimum 1.00, rata-rata yang didapat sebesar 0.1150, dengan standar deviasi 0.22391. Variabel kontrol kedua yaitu leverage memiliki nilai minimum –11.10, maksimum 4.55, rata-rata -0.3030, dan standar deviasi 2.89182. Variabel kontrol ketiga yaitu ROE memiliki nilai minimum -4.12, maksimum 2.70, rata-rata 0.3470, dan standar deviasi 1.12359. Variabel kontrol yang keempat yaitu management merupakan variabel dummy sehingga hanya memiliki nilai minimum 0 dan maksimum 1. Variabel kontrol terakhir yaitu subsidiary memiliki nilai minimum 0.00, maksimum 10.00, rata-rata 3.2000, dan standar deviasi 2.73420.
4.2
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
dependen dan variabel independen berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji normalitas data, pada penelitian ini menggunakan metode uji statistik non-parametric Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis sebagai berikut: H0 : µ = 0, data berdistribusi normal Ha : µ = 0, data berdistribusi tidak normal Dari hipotesis tersebut, dasar pengambilan keputusan yang dapat dibuat adalah : Jika Asymp. Sig < 0,05, maka data berdistribusi tidak normal Jika Asymp. Sig > 0,05, maka data berdistribusi normal Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov Z yang dihasilkan dari uji normalitas tersebut adalah sebesar 0.673 dengan signifikansi 0,755
17
(lebih dari 0,05). Berdasarkan dasar pengambilan keputusan yang dinyatakan sebelumnya, hasil tersebut menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal dan model regresi layak untuk dipakai di dalam penelitian ini.
4.3
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi yang menggunakan time series. Untuk mendiaknosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai Durbin-Watson. Untuk cara pengambilan keputusan setelah angka Durbin-Watson didapatkan akan disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi
Kriteria
Keputusan
0 < DW < dl
Ada autokorelasi positif
dl < DW < du
Tidak ada keputusan
4-dl < DW < 4
Ada autokorelasi negatif
4-du < DW < 4-dl
Tidak ada keputusan
du < DW < 4-du
Tidak ada autokorelasi
Berdasarkan tabel 4, pengujian statistik menghasilkan nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 2.121 (du = 1.650; 4-du = 2.350). Hal ini berarti model regresi di atas tidak terdapat masalah autokorelasi ditunjukkan dengan angka Durbin-Watson berada
18
di antara du tabel dan (4-du tabel). Oleh karena itu, model regresi ini dinyatakan layak untuk dipakai.
4.4
Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Batas dari nilai VIF adalah 10 dan tolerance value adalah 0,1. Berdasarkan hasil yang tampak pada tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari setiap variabel independen lebih dari 0,10 dan nilai VIF dari setiap variabel independen tidak lebih dari 10. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
4.5
Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pada penelitian ini digunakan uji Glejser untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003). Dari hasil yang terlihat pada tabel 6 dapat diketahui bahwa model regresi bebas dari masalah heteroskedastisitas. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi variabel independen (State, Institutional, dan Individual) lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05.
4.6
Uji Analisis Regresi Analisis regresi dilakukan untuk menguji seberapa besar hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen serta untuk mengetahui arah hubungan tersebut. Sesuai dengan kaidah dalam melakukan analisis regresi linier
19
sebagaimana dinyatakan oleh Gujarati (1997), bahwa suatu persamaan regresi harus memiliki data yang terdistribusi normal, bebas heteroskedastisitas, dan bebas multikolinieritas agar diperoleh persamaan regresi yang baik dan tidak bias. Dari hasil uji normalitas data yang telah dilakukan maka diketahui bahwa data yang digunakan dalam persamaan regresi ini terdistribusi secara normal, bebas heteroskedastisitas, dan tidak terdapat multikolinearitas sehingga memenuhi persyaratan untuk melakukan analisis regresi linier dengan baik. Berdasarkan tabel 5, maka persamaan regresi yang terbentuk untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : ΔQuality = 0.127 + (–0.235) ΔState + 0.651 ΔInstitutions + 0.158 ΔIndividuals + 0.367 ΔSize + (-0.191) ΔLeverage +(-0.171) ΔROE + (– 0.141) Subsidiary + (-0.087) Management +
+e
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa variabel state memiliki pengaruh negatif terhadap pemintaan kualitas auditor, sedangkan untuk institutionaldan individual memiliki pengaruh positif. Untuk variabel kontrol, size dan management memiliki pengaruh positif terhadap variabel dependen, sedangkan tiga yang lain berpengaruh negatif. Berdasarkan hasil uji regresi, nilai koefisien determinasi yang diperoleh (adjusted R square). adalah sebesar 0.777. Nilai 0.777 tersebut berarti bahwa 77.7% variabel dependen dipengaruhi oleh faktor-faktor di dalam model, sedangkan sisanya sebesar 22.3 dipengaruh faktor-faktor lain di luar model. Hasil lain dari uji regresi adalah didapatkannya nilai F. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2007). Dari tabel 7 terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 13.623 dengan signifikansi 0,000 atau di bawah taraf signifikansi α 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa varibel independen di dalam penelitian ini secara
20
simultan dapat berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu pemilihan kualitas auditor. Penelitian ini memiliki satu hipotesis yang meneliti tentang pengaruh struktur kepemilikan
perusahaan
terhadap
permintaan
kualitas
auditor
dengan
dikeluarkannya undang-undang tentang privatisasi. Hasil hipotesis tersebut akan dijelaskan pada paragraf selanjutnya. Berdasarkan hasil analisis regresi yang dilakukan dengan SPSS, signifikansi untuk kepemilikan pemerintah menunjukkan nilai 0,046 (p < 0,05) yang berarti kepemilikan
pemerintah berpengaruh signifikan terhadap permintaan kualitas
auditor atau H1(a) diterima. Sedangkan untuk institusional memiliki nilai signifikansi 0,000 (p > 0,05) yang berarti bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap permintaan kualitas auditor atau H1b diterima. Variabel independen lain yaitu kepemilikan saham oleh individu menunjukkan hasil yang tidak signifikan yaitu 0,196 (p < 0,05) yang berarti bahwa H1c ditolak.
4.7
Interpretasi Hasil Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, hasil penelitian menunjukkan
bahwa kepemilikan saham oleh pemerintah berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap permintaan kualitas auditor. Hasil penelitian ini konsisiten dengan penelitian yang dilakukan oleh Chan
et al.
(2007) yang menyatakan bahwa
kepemilikan saham oleh pemerintah berpengaruh signifikan dengan arah negative. Hasil ini berarti bahwa semakin rendah kepemilikan saham oleh pemerintah maka permintaan akan kualitas auditor akan semakin meningkat. Hasil pengujian yang kedua adalah bahwa kepemilikan saham oleh institusi berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap permintaan kualitas auditor. Hal ini berarti semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin tinggi pula permintaan akan kualitas auditor. Hasil ini konsisten dengan hasil dari penelitian Chan et al. (2007). Selain penelitian Chan, penelitian lain yang mendukung hasil ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Pozen (1994) yang menganggap bahwa
21
kepemilikan insitusi dianggap sebagai alat monitoring yang efektif bagi perusahaan. Pada kasus di Indonesia, kepemilikan institusional dipandang sudah mampu menjadi alat monitoring yang baik karena pemegang saham institusi telah memiliki kemampuan dan sarana yang memadai untuk memonitor perusahaan tempat mereka menanamkan saham (Fifi Swandari, 2003). Kepemilikan
ketiga
yang
mempengaruhi
permintaan
kualitas
auditor
berdasarkan pengujian yang telah dilakukan adalah kepemilikan individual. Menurut hasil yang didapatkan dari hasil pengujian, kepemilikan saham oleh individu tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan kualitas auditor. Hasil ini konsisten dengan hasil yang didapat dari penelitian Chan et al.
(2007). Selain itu juga
didukung oleh penelitian Xu dan Wang (1999) yang berpendapat bahwa kepemilikan saham oleh individu tidak berpengaruh terhadap perusahaan karena representasinya yang rendah dalam Board of Directors. Rendahnya representasi mereka ini akhirnya mengakibatkan ketidakmampuan dalam melakukan monitoring terhadap kinerja perusahaan. Variabel-variabel kontrol yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan kualitas auditor hanyalah ukuran perusahaan dan ROE, sedangkan tiga lainnya yang terdiri dari leverage, subsidiary, dan management tidak berpengaruh signifikan. Hasil ini tidak konsisten dengan hasil penelitian dari Chan et al. (2007) yang mana hanya variabel kontrol subsidiary yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan kualitas auditor. 5. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Penelitian ini mencoba menguji bagaimana pengaruh perubahan struktur
kepemilikan terhadap permintaan kualitas auditor karena adanya peraturan mengenai privatisasi. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel independen perubahan struktur kepemilikan yang terbagi ke dalam tiga macam yaitu kepemilikan saham oleh
22
pemerintah, institusi, dan individu. Selain itu juga menggunakan satu variabel dependen yaitu permintaan kualitas auditor dan lima variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan, leverage, ROE, subsdiary (jumlah anak perusahaan), dan management (pergantian jajaran top management). Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini adalah : 1.
Besarnya kepemilikan saham oleh pemerintah berbanding terbalik dengan permintaan kualitas auditor.
2.
Kepemilikan saham oleh institusi dapat meningkatkan permintaan akan kualitas auditor.
3.
Keberadaan kepemilikan individual tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan kualitas auditor.
5.2
Keterbatasan Setelah dilakukan analisis dan interpretasi hasil penelitian ini tentunya tidak
lepas dari keterbatasan dan kelemahan. Berikut ini beberapa keterbatasan penelitian yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya : 1.
Perusahaan yang dijadikan sampel jumlahnya masih terlalu kecil karena BUMN yang sudah go public masih sedikit.
2.
Proksi yang digunakan untuk meneliti kualitas auditor mungkin kurang tepat karena hanya didasarkan pada rasio pengungkapan combined assets auditor baru dan auditor lama.
5.3
Saran Berdasarkan simpulan dan keterbatasan di atas, saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut: 1.
Mencari faktor ekonomi transisioanl lain yang lebih bisa menggambarkan hubungan perubahan struktur kepemilikan perusahaan dan permintaan kualitas auditor.
2.
Penggunaan proksi yang lebih tepat untuk kualitas auditor.
DAFTAR PUSTAKA
Cai, F, Kaul, G dan Lu, Z, 2001, Institutional Trading and Stock Returns. Working Paper, University of Michigan. Chan, K. Hung, Kenny Z. Lin, and Fang Zhang. 2007. “On the Association between Changes in Corporate Ownership and Changes in Auditor Quality in Transitional Ecomony”. Journal of International Accounting Research, Vol. 6, No. 1, pp. 19-36. Claessen, Stijn, Simeon Djankov, Larry H.P. Lang. 2000. “The Separation of Ownership and Control in East Asian Corporations”. Journal of Financial Economics, 58 (1-2), pp. 81-112. Crutchley, E. Claire, Marlin R.H. Jensena, John S. Jahera, Jr.a, and Jennie E. Raymondb. 1999. “Agency problems and the simultaneity of financial decision making The role of institutional ownership”. International Review of Financial Analysis 8:2 (1999) 177–197. Damayanti, S. dan M. Sudarma. 2007. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Berpindah Kantor Akuntan Publik”. Simposium Nasional Akuntansi X1: Ikatan Auntan Indonesia. DeFond, M. L. 1992. The association between changes in client firm agency cost and auditor switching. Auditing: A Journal of Practice & Theory 11 (1). Francis, J. R., and . R. Wilson. 1988. Auditor Changes: A joint test of theories relating to agency costs and auditor differentiation. The Accounting Review 63 (4). Gedajlovic, Eric R. and Daniel M. Shapiro. 1998. “Management and ownership effects: evidence from five countries”. Journal of Strategic Management. Vol. 19. No. 6, pp. 533-553. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi 4. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, D. 2003. Basic Econometric. New York : Mc. Grawhill. Haruman, Tendi. 2008. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan Keuangan dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XI : Ikatan Akuntan Indonesia.
Hudaib, M. dan T.E. Cooke. 2005. “The Impact of Managing Director Changes and Financial Distress on Audit Qualification and Auditor Switching”. Journal of Business Finance & Accounting, Vol. 32, No. 9/10, pp. 170339. Jensen, M., and W. Meckling. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics 3 (October). La Porta, R., F. Lopez-de-Silanes, A. Shleifer, and R. W. Vishny. 2000. Agency Problems and dividend policies around the world. Journal of Finance 55 (1) Putri, Imanda Firmantyas dan Nasir, Mohammad. 2006. “Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Resiko, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Deviden dalam Perspektif Teori Keagenan”. Simposium Nasional Akuntansi, Padang, 23-26 Agustus 2006 Qi, D. Q., W. Wu, and W. G. Zhang. 2000. Shareholding structure and corporate performance of partially privatized firms: Evidence from listed Chinese companies. Pacific-Basin Finance Journal 8. Shleifer, A., and R. Vishny. 1997. A survey of corporate governance. Journal of Finance 52. Slovin, M. B dan M. E. Sushka. 1993. “Ownership Concentration, Corporate Control Activity, and Firm Value: Evidence from the Death of Inside Blockholders.” Journal of Finance Vol XLVIII, No.4. Swandari, Fifi. 2003. “Pengaruh perilaku Risiko dan Struktur Kepemilikan terhadap Kebangkruta Bank di Indonesia : Kasus Krisis Ekonomi Tahun 1997”. Simposium Nasional Akuntansi VI : Ikatan Akuntan Indonesia. Ujiyantho, Arif Muh. dan B.A. Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan.” Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar, 26-28 Juli. Wahidahwati. 2002. Kepemilikan Manajerial dan Agency Conflict : Analysis Persamaan Simultan Non Linier dari Kepemilikan Manajerial, Penerimaan Risiko (Risk Taking),Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen. Simposium Nasional AkuntansiV : Ikatan Akuntansi Indonesia . Wang, Q., T. J. Wong, L. J. Xia. 2005. State Ownership, Institutional Environment and Audit Choicen: Evidence from China. The International
Symposium on Auditing Research (ISAR) 2005, Nanyang Technological University, Singapore, June 30 and July 1. Xu, X. N., and Y. Wang. 1999. Ownership Structure and Corporate Governance in Chinese Stock Companies. China Economic Review 10.