PENGARUH PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PENDIDIK, PEMIMPIN DAN ADMINISTRATOR TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU SMP Dwija Suwignyo, Mohammad Asrori, Herculanus Bahari Sindju Program Magister Administrasi Pendidikan FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak Email:
[email protected] Abstract: This research aims to reveal: (1) Principal Role as Educator, Leader, and Administrator of SMP Negeri at Bengkayang District; (2) Teachers’ Work Motivation of SMP Negeri at Bengkayang District; (3) The Influence of Principal Role as Educator, Leader, and Administrator Toward Teachers’ Work Motivation of SMP Negeri at Bengkayang District. This research using correlation design. Subject of research are 200 teachers who selected using simple random sampling. Data was collected using questionnaire with five scale Likert-type and analyzed by descriptive analysis, partial correlation, and multiple regression. The results of multiple regression analysis showed that there is a positive influence jointly the Principal role as an educator, leader, and administrator toward the teachers’ work motivation with a correlation coefficient Ry (1,2,3) = 0.7750; with Fhitung = 225.104 and effective contribution 77,50%. Keywords: Educator, leader, administrator, teacher’s work motivation. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap: (1) peran Kepala Sekolah SMP Negeri di Kabupaten Bengkayang sebagai pendidik, pemimpin, dan administrator; (2) tingkat motivasi kerja guru SMP Negeri di Kabupaten Bengkayang; dan 3) pengaruh peran Kepala Sekolah SMP Negeri di Kabupaten Bengkayang sebagai pendidik, pemimpin, dan administrator terhadap motivasi kerja guru SMP Negeri di Kabupaten Bengkayang. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi. Subjek penelitian adalah 200 orang guru yang dipilih menggunakan cara acak sederhana. Pengumpulan data menggunakan angket dengan model skala likert 5 sikap. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis regresi sederhana, dan analisis regresi ganda.Hasil analisis regresi ganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif secara bersama-sama peranan kepala sekolah sebagai pendidik, pemimpin, dan administrator terhadap motivasi kerja guru dengan koefisien korelasi Ry(1,2,3) = 0,7750; dengan Fhitung = 225,104 dan sumbangan efektif 77,50%. Kata Kunci: Pendidik, pemimpin, adminstrator, motivasi kerja guru. Motivasi merupakan salah satu alat bagi kepala sekolah atau seorang pemimpin dalam menggunakan jenis pengaruhnya yang bukan paksaan (non coersive) dalam rangka meningkatkan kinerja bawahannya. Kinerja seseorang dipengaruhi oleh motivasi kerja, kemampuan dan lingkungan. Motivasi kerja berperan penting dalam meningkatkan aktivitas kerja, sebab orang yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi akan berusaha semaksimal mungkin menyelesaikan setiap pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Prestasi kerja guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat
1
2
menentukan pada kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan fihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif akan membawa dampak pada tingginya motivasi kerja guru dan sebaliknya kepemimpinan kepala sekolah yang tidak efektif membawa dampak psikologis yang diwujudkan dengan sikap tidak peduli terhadap pekerjaan dan kurang bertanggung jawab terhadap kemajuan organisasi. Kondisi ini pada akhirnya menghasilkan prestasi kerja yang rendah di kalangan guru. Kepala sekolah sebagai pemimpin seyogianya harus menghindari terciptanya pola hubungan dengan guru yang hanya mengandalkan kekuasaan, sebaliknya perlu mengedepankan kerja sama fungsional; menghindarkan diri dari one man show, sebaliknya harus menekankan pada kerjasama kesejawatan; menghindari terciptanya suasana kerja yang serba menakutkan, sebaliknya perlu menciptakan keadaan yang membuat semua guru percaya diri; menghindarkan diri dari wacana retorika, sebaliknya perlu membuktikan kemampuan unjuk kerja profesional. Kepala sekolah sebagai motor penggerak peningkatan motivasi kerja guru dituntut memiliki visi, misi dan wawasan yang luas serta kemampuan profesional melalui perannya sebagai pendidik, pemimpin, dan administrator di sekolah. Sebagai pendidik, kepala sekolah seharusnya tetap menjalankan tugas utamanya sebagai guru sehingga diharapkan dapat dijadikan contoh dan inspirasi para guru di sekolah tersebut. Kepala sekolah sebagai pemimpin memiliki tugas, peran dan fungsi yang sangat menentukan dinamika organisasi sekolah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ketiadaan kepemimpinan kepala sekolah yang baik akan berdampak pada lemahnya dinamika organisasi sekolah. Sedangkan peran kepala sekolah sebagai administrator pendidikan adalah melaksanakan pengelolaan bidang administrasi personalia, kurikulum, keuangan, perlengkapan, kesiswaan, dan hubungan masyarakat. Bidangbidang tersebut merupakan urat nadinya sekolah, sehingga memerlukan penanganan yang baik. Baik buruknya peran kepala sekolah sebagai administrator akan sangat mewarnai dan mempengaruhi kehidupan sekolah yang dipimpinnya. Namun dalam kenyataannya, masih ditemukan kepala sekolah yang kurang loyal dan tegas dalam menjalankan tugas dan perannya karena merasa bahwa menjadi kepala sekolah hanya merupakan tugas tambahan selain tugas pokok sebagia guru. Sebagaimana diakui oleh Wahyudi (2009: 63) bahwa ”Kenyataan di lapangan membuktikan tidak semua kepala sekolah memenuhi kriteria yang ditentukan, tetapi lebih mengutamakan pada golongan ataupun kepangkatan yang dijalani melalui masa kerja”. Berdasarkan hasil pengamatan awal, para penyelenggara pendidikan tingkat SMP di Kabupaten Bengkayang saat ini belum optimal dalam melakukan upaya peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya dan kemampuan kinerja guru profesional di sekolah. Di bagian lain para kepala sekolah juga diprediksi belum optimal dalam menjalankan perannya sebagai pendidik (edukator), pemimpin dan administrator. Beberapa indikasi yang mendukung asumsi tersebut di atas antara lain adalah adanya kenyataan yang berkenaan dengan hasil ujian sekolah dan ujian nasional maupun tingkat kelulusan siswa yang masih tergolong rendah. Data yang dikeluarkan Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat menyebutkan bahwa tingkat kelulusan siswa SMP di Kabupaten Bengkayang tahun pelajaran 2010/2011 hanya 85,51 persen dan berada pada peringkat 11 (sebelas) dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi
3
Kalimantan Barat. (http://www.mediaindonesia.com, diunduh 3 Mei 2012). Selain itu, partisipasi guru dan kepala sekolah masih rendah dalam berbagai kegiatan upaya peningkatan mutu pendidikan seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan kegiatan gugus sekolah sekolah menjadi bukti bahwa penyelenggaraan pendidikan tingkat SMP di Kabupaten Bengkayang belum memuaskan. Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan, maka dipandang perlu mengkaji lebih lanjut mengenai pengaruh dari peran kepala sekolah sebagai pendidik (educator), pemimpin (leader), dan adminsitrator terhadap motivasi kerja guru pada SMP Negeri Kabupaten Bengkayang. Pemilihan dan penentuan tiga peran kepala sekolah tersebut dengan asumsi bahwa ketiga peran tersebut dipandang memiliki pengaruh yang paling besar terhadap motivasi kerja guru maupun kualitas pendidikan di sekolah. Motivasi menurut Moekijat (2002: 5) adalah, “Suatu daya pendorong atau perangsang untuk melakukan sesuatu”. Sedangkan menurut Asrori (2002: 183) motivasi merupakan, “Usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai”. Dengan kata lain suatu tingkah laku seorang individu selalu timbul akibat dari adanya suatu kebutuhan yang mendorong perbuatan ke arah pencapaian suatu tujuan tertentu. Chung dan Megginson dalam (Gomes, 1995: 177) mengatakan bahwa ”Motivation is defined as goal-directed behavior. It concerns the level of effort one experts in pursuing a goal. It is closely related to employee satisfaction and job performance”. Griffin dan Moorhead (2010: 90) mengatakan bahwa “motivation is the set of forces that causes people to engage in one behaviour rather than some alternative behaviour”. Selanjutnya Hamalik (2011:106) mengatakan bahwa dari pengertian yang dikemukakan mengandung tiga elemen penting yaitu: 1) motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem yang ada dalam organisme manusia. Karena menyangkut perubahan manusia, penampakannya akan menyangkut fisik manusia, 2) motivasi ditandai dengan munculnya rasa afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi, dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia, 3) motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yaitu tujuan. Motivasi muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan yang menyangkut kebutuhan. Dari ketiga elemen di atas maka dapat dikatakan bahwa motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi untuk kemudian bertindak dan melakukan sesuatu. Semua itu didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja seseorang tergantung pada berapa banyak intensitas motivasi yang diberikan. Bersandar pada pendapatpendapat di atas, maka motivasi kerja kepala sekolah adalah suatu dorongan dari dalam diri kepala sekolah, untuk melakukan suatu tugas secara profesional dan sistematis sesuai kompetensi, agar mencapai tujuan, dan memenuhi kebutuhan berprestasi serta memperoleh kepuasan dalam bentuk pengakuan dan penghargaan.
4
Pemberian motivasi tidak dapat dipisahkan dengan konsep kebutuhan manusia. Gomez (1995: 180-181) mengatakan bahwa motivasi seorang pekerja untuk bekerja biasanya merupakan hal yang rumit, karena motivasi itu melibatkan faktor-faktor individual dan organisasional. Yang tergolong dalam faktor-faktor yang bersifat individual adalah kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan (goals), sikap (attitudes), dan kemampuan-kemampuan (abilities). Sedangkan yang tergolong dalam faktor-faktor organisasional meliputi pembayaran atau gaji (pay), keamanan pekerjaan (job security), sesama pekerja (co-workes), pengawasan (supervision), pujian/penghargaan (praise), dan pekerjaan itu sendiri (job itself). Motivasi kerja guru menurut Uno (2012: 71) adalah suatu proses yang dilakukan untuk menggerakkan guru agar perilaku mereka dapat diarahkan pada upaya-upaya yang nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi kerja guru tampak melalui: 1) tanggung jawab dalam melakukan kerja, 2) prestasi yang dicapainya, 3) pengembangan diri, serta 4) kemandirian dalam bertindak. Berdasarkan uraian teoritis di atas, dapat didefinisikan bahwa motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang yang melaksanakan upaya substansial guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Kuat dan lemahnya dorongan motivasi kerja seseorang ikut menentukan besar kecil prestasinya. Faktor pendorong yang menyebabkan manusia bekerja adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Bekerja adalah suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan, dan aktivitas ini melibatkan baik fungsi fisik maupun mental manusia dalam mencapai tujuannya. Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah (Daryanto, 2010: 80). Inisiatif dan kreatif yang mengarah kepada perkembangan dan kemajuan sekolah adalah merupakan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah. Kompleksnya tugas-tugas sekolah membuat lembaga pendidikan tersebut tidak mungkin berjalan dengan baik tanpa kepala sekolah yang profesional dan inovatif. Sebagai seorang pendidik, kepala sekolah harus mampu menanamkan, memajukan dan meningkatkan paling tidak empat macam nilai yaitu: 1) pembinaan mental, yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan sikap, batin dan wataknya; 2) pembinaan moral, yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk suatu perbuatan, sikap, hak dan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing; 3) pembinaan fisik, yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan mereka secara lahiriah.; dan 4) pembinaan artistik, yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan (Mulyasa, 2009: 99). Tiga kelompok sasaran utama kepala sekolah dalam menjalan tugasnya yaitu para guru atau tenaga fungsional yang lain, tenaga administratif (staf), dan kelompok para siswa atau peserta didik. Wahjosumidjo (2010: 126) mengemukakan bahwa untuk menanamkan peranannya sebagai pendidik, kepala Sekolah harus menunjukkan sikap persuasif dan keteladanan. Sikap persuasif dan keteladanan inilah yang akan mewarnai kepemimpinan
5
termasuk di dalamnya pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah terhadap guru yang ada di sekolah tersebut. Peran kepala sekolah sebagai pemimpin merupakan peran yang sentral terutama dalam pemimpin pendidikan dan pemimpin pembelajaran bagi masyarakat sekolah. Yukl (2010: 3) menyatakan bahwa definisi kepemimpinan mencerminkan asumsi yang berkaitan erat dengan proses yang disengaja dari sesesorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi aktivitas dana hubungan di dalam kelompok atau organisasi. Prihatin (2011:99) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu fungsi kelompok dimana sukses tidaknya suatu kepemimpinan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan atau sifat-sifat yang ada pada diri sesesorang, tetapi justru yang lebih penting adalah dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang dipimpinnya. Achua and Lussier (2007: 6) menyatakan, “Leadership is the influencing process of leaders and followers to achieve organizational objectives through change”. Cuban’s dalam (Bush, 2006:5) mengemukakan bahwa “Leadership, then refers to people who bend the motivations and actions ot others to achieving certain goals; it implies taking initiatives and risks”. Kepemimpinan secara umum, merupakan pengaruh seni atau kemampuan proses untuk mempengaruhi orang lain, sehingga mereka dengan penuh kemauan berusaha ke arah tercapainya tujuan organisasi. Berdasarkan uraian di atas, kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu: 1) mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing; 2) memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi bagi warga sekolah dalam mencapai tujuan. Agar para bawahan dengan penuh kemauan serta sesuai dengan kemampuan secara maksimal berhasil mencapai tujuan organisasi, pemimpin harus mampu membujuk (to induce) dan meyakinkan (persuade) bawahan. Kouzes and Posner (2006: 9) mengatakan bahwa “Leadership is the art of mobilizing others to want to struggle for shared aspirations”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepala sekolah sebagai seorang pemimpin pendidikan di sekolah harus mampu menolong stafnya untuk memahami tujuan bersama yang akan dicapai, memberikan kesempatan kepada staf untuk saling bertukar pendapat dan gagasan sebelum menetapkan tujuan. Kepala sekolah juga harus mampu membangkitkan semangat kerja yang tinggi, mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, aman dan penuh semangat, mampu mengembangkan stafnya untuk bertumbuh dalam kepemimpinannya. Hal ini berarti bahwa kepala sekolah harus mampu membagi wewenang dalam pengambilan keputusan, sebab banyaklah tanggung jawab yang harus dilaksanakan kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah. Daryanto (2010: 181) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai administrator berusaha agar smua potensi yang ada pada unsur manusia maupun yang ada pada alat, perlengkapan, keuangan, dan sebaganya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya agar tujuan sekolah dapat tercapai maksimal. Secara spesifik, tugas-tugas kepala sekolah dalam fungsinya sebagai administrator pendidikan meliputi bidang administrasi personalia, bidang administrasi
6
keuangan, bidang administrasi peralatan dan perlengkapan serta gedung, bidang administrasi kurikulum, bidang pembinaan murid, dan bidang hubungan sekolah dengan masyarkat. Dalam melaksanakan tugas-tugas di atas, kepala sekolah sebagai administrator, khususnya dalam meningkatkan produktivitas kinerja sekolah dapat dianalisis berdasarkan beberapa pendekatan, baik pendekatan sifat, pendekatan perilaku, maupun pendekatan situasional. Untuk itu kepala sekolah harus mampu bertindak situasional sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada. Meskipun demikian pada hakekatnya kepala sekolah harus mengutamakan tugas (task oriented), agar tugas-tugas yang diberikan kepada setiap tenaga kependidikan bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Disamping berorientasi terhadap tugas, kepala sekolah juga harus menjaga hubungan keharmonisan dengan para stafnya agar setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik, sehingga mereka tetap merasa senang dalam melaksanakan tugasnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa seorang kepala sekolah harus dapat menerapkan gaya kepemimpinan situasional. Mengingat begitu kompleksnya tugas kepala sekolah sebagai administrator maka seorang kepala sekolah harus memberikan kepercayaan dan rasa aman serta menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan. Dengan demikian, bawahannya akan merasa dihargai dan damai sehingga tugas-tugas yang diberikan kepadannya dapat dilaksanakan dengan baik. METODE Penelitian ini mengkaji pengaruh peran kepala sekolah sebagai pendidik, pemimpin, dan administrator terhadap motivasi kerja guru SMP Negeri di Kabupaten Bengkayang. Metode penelitian menggunakan ex-post facto dengan pendekatan kuantitatif dan desain korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMP Negeri di Kabupaten Bengkayang yang tidak menjabat sebagai kepala sekolah. Keadaan guru SMP Negeri di Kabupaten Bengkayang pada tahun pelajaran 2011/2012 berjumlah 409 orang guru PNS. Sampel penelitian berjumlah 200 orang guru yang dipilih secara acak sederhana dari populasi yang ada. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket dengan menggunakan skala Likert, dimana jawaban setiap item intrumen mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif seperti: Sangat Sering (SS), Sering (S), Jarang (J), Sangat Jarang (SJ), dan Tidak Pernah (TP). Untuk mendapatkan instrumen yang memenuhi syarat validitas dan reliabilitas dalam menjaring data penelitian, instrumen terlebih dulu divalidasi oleh pakar (expert judgement) dan diujicobakan di lapangan. Uji coba instumen dilakukan terhadap 30 orang responden dengan maksud untuk mengetahui kesahihan (validitas) dan tingkat keandalan (reliabilitas) instrument tersebut. Uji coba dilakukan terhadap guru di luar responden penelitian dan hasilnya diolah menggunakan software SPSS ver.16.0. Hasil pengolahan data uji coba menunjukkan adanya butir pertanyaan pada instrumen yang gugur, namun secara keseluruhan instrumen telah valid dan reliabel. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaaratan analisis (uji asumsi) meliputi: 1) uji normalitas data, 2) uji linearitas hubungan, dan 3) uji multikolinearitas. Hasil pengujian normalitas diperoleh variabel X1, X2, X3 dan Y masing-masing mempunyai nilai sebesar 0,167; 0,101; 0,065; dan 0,067. Dengan demikian maka
7
dapat disimpulkan bahwa data peranan kepala sekolah sebagai pendidik (X1), peranan kepala sekolah sebagai pemimpin (X2), peranan kepala sekolah sebagai administrator (X3) dan motivasi kerja guru (Y) berdistribusi normal. Selanjutnya, hasil uji linearitas dengan bantuan software SPSS versi 16.0 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel bebas X1 , X2 dan X3 terhadap Y sebagai variabel terikat mempunyai hubungan yang linear. Sedangkan hasil pengujian multikolinearitas menunjukkan bahwa besarnya koefisien korelasi antara dua variabel bebas yaitu X1 dan X2 sebesar 0,285; X1 dan X3 sebesar 0,316; X2 dan X3 sebesar 0,432. Hasil ini menunjukkan bahwa antara X1, X2, dan X3 memiliki koefisien korelasi lebih kecil dari 0,8 atau 0,9 dan disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas. Analisis data untuk pengujian hipotesis pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat diuji dengan regresi linier sederhana. Sedangkan perhitungan untuk mengetahui pengaruh dari tiap-tiap variabel bebas (peran kepala sekolah sebagai pendidik ‘X1’, pemimpin ‘X2’, dan administrator ‘X3’) terhadap variabel terikat (motivasi kerja guru ‘Y’) dengan mengontrol variabel bebas dengan menggunakan regresi ganda. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0. Kriteria penerimaan dan penolakan tingkat signifikansi 5%. Jika < 0,05 maka Ho ditolak atau hipotesis alternatif (Ha) diterima. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan analisis statistik deskriptif, data variabel peranan kepala sekolah sebagai pendidik memiliki rentang skor antara 54 sampai 87. Hasil analisis data menunjukkan bahwa variabel peranan kepala sekolah sebagai pendidik memiliki rerata sebesar 38,75 simpangan baku sebesar 3,953; median sebesar 39,00; dan modus 39. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Skor Peran Kepala Sekolah sebagai Pendidik Kategori Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Rentang skor >56 46,68 – 56,00 37,34 – 46,67 28,01 – 37,33 < 28,00 Total
Frekuensi 0 5 119 75 1 200
Persentase 0,00 2,50 59,50 37,50 0,50 100,00
Tabel 1 menunjukkan bahwa secara umum penilaian dari guru-guru SMP Negeri di Kabupaten Bengkayang tentang peran kepala sekolah sebagai pendidik di SMP Negeri Kabupaten Bengkayang termasuk kategori sedang dengan persentase 59,50%. Variabel peran kepala sekolah sebagai pemimpin memiliki rentang skor antara 7 sampai 35. Hasil analisis data menunjukkan bahwa variabel peran kepala sekolah sebagai pemimpin memiliki rerata sebesar 28,16; simpangan baku sebesar 4,889; median 28,00; dan modus 28,00. Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Skor Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin
8
Kategori Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Rentang skor >28 23,34 – 28,00 18,68 – 23,33 14,01 – 18,67 < 14,00 Total
Frekuensi 86 80 31 3 0 200
Persentase 43,00 40,00 15,50 1,50 0,00 100,00
Tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum dapat penilaian guru-guru SMP Negeri di Kabupaten Bengkayang tentang peran kepala sekolah sebagai pendidik di SMP Negeri Kabupaten Bengkayang termasuk kategori sangat tinggi dengan persentase 43,00%. Analisis statistik deskriptif untuk data variabel peranan kepala sekolah sebagai administrator menunjukkan rentang skor antara 13 sampai 35. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel peran kepala sekolah sebagai administrator memiliki rerata sebesar 28,805; simpangan baku sebesar 4,735; median 29,00; dan modus 28. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Skor Peran Kepala Sekolah sebagai Administrator Kategori Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Rentang skor >28 23,34 – 28,00 18,68 – 23,33 14,01 – 18,67 < 14,00 Total
Frekuensi 66 97 36 1 0 200
Persentase 33,00 48,50 18,00 0,50 0,00 100,00
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa secara umum penilaian guru SMP Negeri di kabupaten Bengkayang tentang peran kepala sekolah sebagai administrator termasuk kategori tinggi dengan persentase 48,50%. Berdasarkan analisis statistik deskriptif untuk data variabel motivasi kerja guru memiliki rentang skor antara 22 sampai 56 dengan rerata sebesar 42,910; simpangan baku sebesar 6,593; median 43,00; dan modus 42.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Kerja Guru Kategori Sangat tinggi Tinggi
Rentang skor >28 23,34 – 28,00
Frekuensi 0 54
Persentase 0,00 27,00
9
Sedang Rendah Sangat Rendah
18,68 – 23,33 14,01 – 18,67 < 14,00 Total
117 29 0 200
58,50 14,50 0,00 100,00
Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa secara umum, tingkat motivasi kerja guru-guru SMP Negeri di kabupaten Bengkayang tentang tergolong sedang dengan persentase sebesar 58,50%. Hasil analisis regresi lenear sederhana untuk pengujian hipotesis 1 diperoleh koefisien korelasi parsial variabel X1 (peranan kepala sekolah sebagai pendidik,) sebesar 0,870 dan bertanda positif; Sig (2-tailed) sebesar 0,000 adalah lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil keputusan bahwa hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan terdapat pengaruh yang positif peranan kepala sekolah sebagai pendidik, terhadap motivasi kerja guru diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat korelasi positif antara peran kepala sekolah sebagai pendidik dengan motivasi kerja guru. Hasil analisis regresi linear sederhana untuk pengujian hipotesis 2 diperoleh koefisien korelasi parsial variabel X2 sebesar 0,504 dan bertanda positif; Sig (2-tailed) sebesar 0,000 adalah lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat korelasi positif antara peranan kepala sekolah sebagai pemimpin, dan motivasi kerja guru. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil keputusan bahwa hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh yang positif peranan kepala sekolah sebagai pemimpin, terhadap motivasi kerja guru diterima. Pengujian hipotesis 3 menggunakan analisis regresi linear sederhana diperoleh koefisien korelasi parsial variabel X3 sebesar 0,203 dan bertanda positif; Sig (2-tailed) sebesar 0,000 adalah lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat korelasi positif antara peranan kepala sekolah sebagai administrator dan motivasi kerja guru. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil keputusan bahwa hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan terdapat pengaruh yang positif peranan kepala sekolah sebagai administrator terhadap motivasi kerja guru diterima. Hasil analisis regresi ganda diperoleh R sebesar 0,880; F sebesar 225,104; sebesar 0,000 ( < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil keputusan bahwa hipotesis nihil ditolak dan hipotesis alternatif yang menyatakan terdapat pengaruh yang positif peranan kepala sekolah sebagai pendidik, peranan kepala sekolah sebagai pemimpin, dan peranan kepala sekolah sebagai administrator secara bersamasama terhadap motivasi kerja guru diterima. Kuatnya pengaruh X1, X2, dan X3 terhadap Y teramati dari besarnya koefisien determinasi (R)2 = 0,7750; dan < 0,05 atau memberikan sumbangan efektif 77,50% terhadap motivasi kerja guru. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis regresi maupun pengujian hipótesis disimpulkan bahwa variabel X1 (peranan kepala sekolah sebagai pendidik) memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi kerja guru. Koefisien determinasi atau sumbangan efektif variabel peranan kepala sekolah sebagai pendidik terhadap motivasi kerja guru adalah 75,60% yang berarti bahwa 24,40% (100% - 75,60%) motivasi guru
10
ditentukan oleh faktor lain diluar faktor peranan kepala sekolah pendidik tersebut. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Purwanto (1998 : 71) yang menyatakan bahwa motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena rangsangan atau dorongan oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah peran kepala sekolah sebagai pendidik. Keteladanan kepala sekolah selaku pendidik dapat menjadi motivasi bagi guru, staf dan siswanya. Pola pendidik dengan pendekatan kemanusian melalui pembinaan nilai mental dan moral dalam hal yang berkaitan dengan kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, bersahabat, luwes akan mempengaruhi motivasi guru dan seluruh komponen sekolah untuk melaksanakan tugas sebaikbaiknya. Berdasar hitungan statistik diperoleh hasil koefisien pengaruh variabel X2 sebesar 0,504 dan bertanda positif; yang menandakan bahwa peranan kepala sekolah sebagai pemimpin berpengaruh secara positif terhadap motivasi kerja guru. Oleh karena itu peningkatan peranan kepala sekolah sebagai pemimpin akan sangat membantu dalam peningkatan motivasi kerja guru. Hasil penelitian tersbut sesuai dengan pengertian kepemimpinan yang mengandung makna sebagai suatu kemampuan untuk menggerakkan semua sumber yang ada pada suatu organisasi sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam praktik organisasi, kata “memimpin” mengandung konotasi menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi, membina, memberikan teladan, memberikan dorongan, memberikan bantuan, dan sebagainya. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu membangkitkan semangat kerja yang tinggi, mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, aman dan penuh semangat, mampu mengembangkan stafnya untuk bertumbuh dalam kepemimpinannya. Penegasan disampaikan oleh Carudin (2011:230) yang menyatakan bahwa keutamaan pengaruh (influence) kepemimpinan kepala sekolah bukanlah semata-mata berbentuk instruksi, melainkan lebih merupakan motivasi atau pemicu (trigger) yang dapat memberi inspirasi terhadap para guru dan karyawan, sehingga inisiatif dan kreatifitasnya berkembang secara optimal untuk meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan perhitungan statistik dapat diketahui bahwa koefisien korelasi parsial variabel X3 sebesar 0,268 dan bertanda positif; sehingga disimpulkan adanya korelasi positif antara peranan kepala sekolah sebagai administrator dan motivasikerja guru. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum peranan kepala sekolah sebagai administrator termasuk dalam kategori baik yang ditunjukkan oleh persentase terbesar perolehan skor tersebut. Dengan demikian peningkatan peranan kepala sekolah sebagai administrator akan dapat meningkatkan motivasi kerja guru. Secara spesifik, tugas-tugas kepala sekolah dalam fungsinya sebagai administrator pendidikan meliputi bidang administrasi personalia, bidang administrasi keuangan, bidang administrasi peralatan dan perlengkapan serta gedung, bidang administrasi kurikulum, bidang pembinaan murid, dan bidang hubungan sekolah dengan masyarkat. Kepala sekolah sebagai Administrator bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. Hal tersebut mencakup seluruh kegiatan sekolah, seperti; proses belajar-mengajar, kesiswaan, personalia, sarana prasarana, ketatausahaan dan keuangan serta mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat. Selain itu juga, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keadaan lingkungan sekolahnya.
11
Hasil analisis regresi ganda maupun pengujian hipótesis diperoleh kesimpulan bahwa variabel peranan kepala sekolah sebagai pendidik, peranan kepala sekolah sebagai pemimpin, dan peranan kepala sekolah sebagai administrator secara bersamasama terbukti telah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap motivasi kerja guru SMP Negeri di Kabupaten Bengkayang. Besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikatnya sekitar 77,50%, memberikan pengertian bahwa ternyata masih banyak variabel lain yang dapat mempengaruhi motivasi kerja guru. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian maka kesimpulan umum penelitian ini adalah: Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif diperoleh tingkat motivasi kerja guru dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 58,50%. Peran kepala sekolah sebagai pendidik dalam kategori sedang dengna persentase sebesar 59,50%. Sedangkan peran kepala sekolah sebagai pemimpin dalam kategori sangat tinggi dengan persentase 43,0%. Peran kepala sekolah sebagai administrator dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 48,5%. Adapun kesimpulan khusus adalah sebagai berikut: 1) Terdapat pengaruh yang positif peranan kepala sekolah sebagai pendidik terhadap motivasi kerja guru di SMP Negeri Kabupaten Bengkayang. Hasil analisis regresi lenear sederhana diperoleh koefisien korelasi parsial variabel peranan kepala sekolah sebagai pendidik terhadap motivasi guru sebesar 0,870 dan bertanda positif; Sig (2-tailed) sebesar 0,000 adalah lebih kecil dari 0,05; 2) Terdapat pengaruh yang positif peranan kepalasekolah sebagai pemimpin terhadap motivasi kerja guru. Hasil analisis regresi linear sederhana diperoleh koefisien korelasi parsial variabel peranan kepala sekolah sebagai pemimpin sebesar 0,504 dan bertanda positif; Sig (2-tailed) sebesar 0,000 adalah lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat korelasi positif antara peranan kepalasekolah sebagai pendidik dan motivasi kerja guru; 3) Terdapat pengaruh yang positif peranan kepala sekolah sebagai administrator terhadap motivasi kerja guru. Hasil analisis regresi linear sederhana diperoleh koefisien korelasi parsial variabel peranan kepala sekolah sebagai pendidik terhadap motivasi guru sebesar 0,268 dan bertanda positif; Sig (2-tailed) sebesar 0,000 adalah lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat korelasi positif antara peranan kepala sekolah sebagai pendidik terhadap motivasi kerja guru; 4) Terdapat pengaruh yang positif secara bersama-sama peranan kepala sekolah sebagai pendidik, peranan kepala sekolah sebagai pemimpin, peranan kepala sekolah sebagai administrator terhadap motivasi kerja guru. Hasil analisis regresi ganda diperoleh R sebesar 0,7750; F sebesar 225,104; p sebesar 0,000 (p < 0,05). Saran Pertama, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja guru masih dalam kategori sedang, maka perlu dilakukan langkah-langkah atau upaya lanjutan agar motivasi kerja guru menjadi lebih tinggi lagi. Dengan tingkat motivasi kerja yang tinggi diharapkan berdampak pada tingginya kinerja dan produktivitas kerja para guru. Hal ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif bagi upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya di Kabupaten Bengkayang dan pendidikan nasional pada umunya.
12
Kedua, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan kepala sekolah sebagai pendidik masih dalam kategori sedang, maka perlu dilakukan langkahlangkah atau upaya lanjutan agar peranan kepala sekolah sebagai pendidik menjadi lebih tinggi lagi. Salah satu upaya yang mungkin dapat dilakukan adalah dalam rekruitmen kepala sekolah dilakukan secara selektif dari para guru yang memiliki kemampuan menyelenggarakan proses pembelajaran yang baik atau dari guru-guru berprestasi. DAFTAR PUSTAKA Achua, Christopher F and Robert N. Lussier. 2007. Effective Leadership. Canada: Cengage Learning Carudin. 2011. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Kerja Sekolah Terhadap Kinerja Guru. Jurnal UPI Edisi Khusus, Nomor 2 , Agustus 2011 E. Mulyasa. 2009. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Eka Prihatin. 2011. Teori Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta Faustino Cardoso Gomez. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset Griffin, Ricky W & Gregory Moorhead. 2010. Organizational Behaviour 10th Edition. USA: Cengage Learning H. M. Daryanto. 2010. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Hamzah B. Uno. Teori Motivasi dan Pengukurannya (Analisis di Bidang Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara http://www.mediaindonesia.com/read/2011/06/06/231280/127/101/3.722-Siswa-SMPtidak-Lulus-UN diunduh tanggal 3 Mei 2012 Kouzes, James M and Barry Z. Posner. 2006. Leadership Challenge Workshop. Third Edition Revised. San Fransisco: Pfeiffer M. Ngalim Purwanto. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Moekijat. 2002. Dasar-Dasar Motivasi. Bandung: Pionir Jaya Mohammad Asrori. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima Oemar Hamalik. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Schein, Edgar. 2004. Organizational Culture and Leadership. Third Edition. USA: John Wiley & Sons Inc Wahjosumidjo. 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya). Jakarta: Raja Grafindo Persada Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization). Bandung: Alfabeta Yukl, Gary. 2010. Kepemimpinan dalam Organisasi (Judul Asli: Leadership in Organizational). New Jersey: Prentice Hall