PENGARUH PEMBERIAN KONSELING TERHADAP PENGETAHUAN DAN MINAT PENGGUNA KONTRASEPSI MAL DI PONET GROBOGAN GROBOGAN JAWA TENGAH Endah Purwaningsih 1), Saifudin Zukhri 2), Atikah Rachmawati 3) STIKES Muhammadiyah Klaten
[email protected] ABSTRAK Kebanyakan ibu pasca melahirkan justru lebih memilih alat kontrasepsi lain yang dikiranya lebih aman dibandingkan kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi. Hal ini terlihat dari hasil di Indonesia menurut SDKI tahun 2012 bahwa penggunaan MAL hanya sebanyak 0,1%, Jawa Tengah sebanyak 0,1% dan Kabupaten Klaten sebesar 0,0%. Rendahnya akseptor MAL karena kurangnya informasi atau konseling yang diberikan oleh Bidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian konseling terhadap pengetahuan dan minat pengguna kontrasepsi MAL di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah. Metode penelitian ini adalah quasy experiment dengan rancangan adalah one-group pra-post test design. Jumlah sampel penelitian adalah 34 ibu post partum yang berkunjung. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan angket. Data dianalisis dengan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemberian konseling terhadap pengetahuan tentang MAL dengan p value 0,007 sedangkan hubungan pemberian konseling terhadap minat pengguna kontrasepsi MAL dengan p value 0,003. Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian konseling terhadap pengetahuan tentang MAL dan ada hubungan pemberian konseling terhadap minat pengguna kontrasepsi MAL. Saran bagi responden yaitu agar dapat mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Kata kunci : konseling, pengetahuan, minat, kontrasepsi MAL
14 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 6, No. 11, Januari 2016
I.
PENDAHULUAN Penduduk di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Hasil proyeksi Badan Pusat Stastistik (BPS) menunjukkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 mencapai 231,4 juta dan menjadi 249,7 juta pada tahun 2015. Jika Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) di Indonesia saat ini stagnan pada 1,3 %, maka diperkirakan jumlah penduduk Indonesia akan meningkat dua kali lipat setiap 50 tahun. Kenaikan jumlah penduduk berdampak pada persoalan ketahanan pangan, pemenuhan kebutuhan energi, pengendalian lingkungan hidup, dan rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Saat ini Indonesia berada pada peringkat 108 dari 162 negara (PKBI, 2010). Pemerintah dalam rangka upaya pengendalian jumlah penduduk, menerapkan program Keluarga Berencana (KB) sejak tahun 1970 dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian ibu, bayi, dan anak, serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas (Adhyani, 2011). Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan program Making Pregnancy Safer. Tujuan pokok program ini menegaskan bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan (Saifuddin, 2010). Program ini dapat terwujud dengan cara mengendalikan kelahiran yang ditempuh melalui penggunaan kontrasepsi (Wiknjosastro, 2005). Seorang ibu pasca melahirkan pasti ingin menunda kehamilan berikutnya. Penundaan kehamilan pada ibu paska bersalin dapat dilakukan dengan KB MAL (Metode Amenorea Laktasi). Metode Amenorea Laktasi merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya. Perbedaan ibu yang memberikan ASI eksklusif saja dengan ibu yang menerapkan metode MAL yaitu ibu yang memberikan ASI eksklusif berarti adalah ibu yang memberikan ASI saja tanpa tambahan makanan atau minuman apapun sedangkan Metode Amenorea Laktasi adalah ibu yang memberikan ASI eksklusif dengan syarat bayi menyusu secara penuh sebanyak ≥8 kali sehari, bayi berumur kurang dari enam bulan dan ibu belum mengalami haid (Saifuddin, 2010). Metode Amenorea Laktasi sangat cocok digunakan pada ibu pasca melahirkan karena memiliki banyak keuntungan untuk bayi dan ibu. Ibu yang menerapkan MAL dapat mengurangi perdarahan paska persalinan, mengurangi resiko anemia dan meningkatkan hubungan psikologik ibu
Endah Purwaningsih, Saifudin Zukhri, Atikah Rachmawati, Pengaruh Pemberian …. 15
dengan bayi sedangkan keuntungan bagi bayi yaitu bayi akan mendapatkan kekebalan pasif lewat ASI, bayi akan memperoleh sumber asupan gizi terbaik dan terhidar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari susu formula atau botol susu yang dipakai (Saifuddin, 2010). Namun kebanyakan ibu pasca melahirkan justru lebih memilih alat kontrasepsi lain yang dikiranya lebih aman dibandingkan kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi. Hal ini terlihat dari hasil pelaksanaan subsistem pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi di Indonesia menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 menunjukkan bahwa metode penggunaan MAL hanya sebanyak 0,1%, sedangkan untuk wilayah Jawa Tengah sebanyak 0,1% dan Kabupaten Klaten sebesar 0,0%. Rendahnya akseptor MAL karena kurangnya informasi atau konseling yang diberikan oleh Bidan (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2012). Rendahnya akseptor MAL menarik peneliti untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan sedikitnya minat pengguna MAL pada ibu khususnya menyusui 0-6 bulan. Kontrasepsi MAL memiliki efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan. Kontrasepsi MAL juga memiliki banyak keuntungan baik bagi bayi maupun bagi ibu. Keuntungan penggunaan kontrasepsi MAL bagi bayi diantaranya adalah bayi mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan lewat ASI), bayi akan memperoleh sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal, bayi akan terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dan air susu lain atau formula atau alat minum yang dipakai. Ibu yang menggunakan kontrasepsi MAL juga memperoleh keuntungan antara lain mengurangi perdarahan pasca persalinan, mengurangi resiko anemia dan meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi (Saifuddin, 2010). Pemberian konseling dalam hal ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan minat penggunaan MAL pada ibu pasca melahirkan. Konseling juga dapat meningkatkan pengetahuan seseorang karena dengan pemberian konseling, akseptor akan lebih mengerti pemakaian cara KB, mengetahui bagaimana cara kerjanya dan bagaimana mengatasi efek sampingnya (Handayani, 2010). Konseling tentang KB MAL sebaiknya diberikan sewaktu asuhan antenatal maupun pasca persalinan. Konseling merupakan bagian integral yang sangat penting dalam pelayanan kebidanan, dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai pilihannya. Disamping dapat membuat klien merasa lebih puas, konseling akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB (Saifuddin, 2010).
16 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 6, No. 11, Januari 2016
Berdasarkan Studi Pendahuluan pada bulan November 2014 di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah, ibu bersalin selama bulan Agustus tahun 2014 sebanyak 17 orang. Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah selama ini telah memberikan konseling kontrasepsi MAL pada setiap pasien antenatal maupun bersalin. Berdasarkan wawancara dengan 3 ibu yang menyusui eksklusif yang berkunjung di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah, sebelum diberi konseling tentang MAL semua ibu mengatakan akan segera melakukan KB suntik karena takut hamil dan setelah diberi konseling sebanyak satu ibu berminat untuk menerapkan MAL sedangkan dua ibu lainnya mengatakan ingin tetap melakukan KB suntik karena masih tetap ragu dengan KB MAL. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa ibu belum begitu faham dan belum yakin terhadap kelebihan KB MAL sehingga lebih memilih kontrasepsi yang menggunakan alat seperti suntik. Berdasarkan uraian diatas maka penulis berminat untuk meneliti tentang “Pengaruh Pemberian Konseling terhadap Pengetahuan dan Minat Pengguna Kontrasepsi MAL di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah”. II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah quasy experiment yaitu suatu penelitian yang memberikan pengujian hipotesis yang paling tertata dan cermat tanpa adanya kelompok kontrol (Nursalam, 2008). Rancangan penelitian ini adalah onegroup pra-post test design, yaitu suatu rancangan yang mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subyek (Nursalam, 2008). Bentuk rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
01
X
011
Gambar 3.2. Rancangan One-Group Pra-Post Test Design Keterangan : 01 : Pengetahuan dan minat Metode Amenorea Laktasi sebelum diberi konseling (pretest) X : Pemberian konseling Metode Amenorea Laktasi 011 : Pengetahuan dan minat Metode Amenorea Laktasi sesudah diberi konseling (postest)
Endah Purwaningsih, Saifudin Zukhri, Atikah Rachmawati, Pengaruh Pemberian …. 17
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai populasi adalah semua ibu post partum yang berkunjung ke Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah pada bulan Mei-Juni 2015 sebanyak ±34 responden. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel penelitian ini yaitu keseluruhan ibu post partum yang berkunjung ke Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah selama bulan Mei-Juni 2015 sebanyak 34 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu pengambilan sampel secara keseluruhan dari responden yang ada (Sugiyono, 2010). Analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing variabel (Sugiyono, 2010). Pada penelitian ini distribusi frekuensi digambarkan pada variabel minat MAL pada responden sebelum dan setelah diberi konseling MAL, hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah pemberian konseling kontrasepsi MAL terhadap Minat Metode Amenorea Laktasi. Penelitian ini menggunakan nilai α sebesar 0,05 atau 5% dan tingkat kepercayaan penelitian ini 95%. Penelitian ini menggunakan uji non parametik test dengan uji Wilcoxon karena untuk membandingkan subyek yang sama antara sebelum dan sesudah diberi konseling. Uji Wilcoxon juga digunakan pada variabel dengan skala data ordinal, artinya sudah dilakukan pengkategorian sebelumnya menjadi baik, cukup dan kurang. Setelah dilakukan uji t-test selanjutnya dilakukan analisis dengan uji chi square untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan minat pengguna kontrasepsi MAL.
18 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 6, No. 11, Januari 2016
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat a. Umur Tabel 4.1 Karakteristik Umur Responden di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah No. Kategori Frekuensi Persentase 1 <20 tahun 2 5,9 2 20-35 tahun 30 88,2 3 >35 tahun 2 5,9 Jumlah 34 100 Sumber : Data Primer Tahun 2015 Pada tabel 4.1 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden berumur 20-35 tahun sebanyak 30 orang (88,2%). b. Pendidikan Tabel 4.2 Karakteristik Pendidikan Responden di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah No. Kategori Frekuensi Persentase 1 SD 1 2,9 2 SMP 14 41,2 3 SMA/SMK 18 52,9 4 Perguruan Tinggi (PT) 1 2,9 Jumlah 34 100 Sumber : Data Primer Tahun 2015 Pada tabel 4.2 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA/SMK sebanyak 18 orang (52,9%) c. Paritas Tabel 4.3 Karakteristik Paritas Responden di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah No. Kategori Frekuensi Persentase 1 Primipara 20 58,8 2 Multipara 14 41,2 3 Grandemultipara 0 0 Jumlah 34 100 Sumber : Data Primer Tahun 2015 Pada tabel 4.3 di atas diketahui bahwa sebagian besar paritas responden adalah primipara sebanyak 20 orang (58,8%).
Endah Purwaningsih, Saifudin Zukhri, Atikah Rachmawati, Pengaruh Pemberian …. 19
2. Analisis Bivariat a. Pengaruh pemberian konseling terhadap pengetahuan tentang MAL Tabel 4.4 Pengaruh Pemberian Konseling terhadap Pengetahuan tentang MAL di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah No Pengetahuan Pretest Postest Z hitung p value f % f % 1 Baik 4 11,8 6 17,6 2,714 0,007 2 Cukup 15 44,1 20 58,8 3 Kurang 15 44,1 8 23,5 34 100 34 100 Sumber : Data Primer tahun 2015 Pada tabel 4.4 di atas diketahui bahwa sebelum diberi konseling kebanyakan responden berpengetahuan cukup dan kurang yaitu masing-masing 15 responden (44,1%) dan responden yang berpengetahuan baik hanya sebanyak 4 responden (11,8%) sedangkan setelah diberi konseling, terjadi peningkatan pengetahuan yaitu responden berpengetahuan baik bertambah menjadi 6 responden (17,6%), berpengetahuan cukup bertambah menjadi 20 responden (58,8%) dan responden berpengetahuan kurang berkurang jumlahnya menjadi 8 responden (23,5%). Hasil uji analisis Wilcoxon diperoleh nilai z hitung sebesar 2,714 sedangkan nilai p yang diperoleh adalah 0,007 berarti p < 0,05 sehingga menunjukkan adanya pengaruh pemberian konseling terhadap pengetahuan tentang MAL di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah.
No 1 2
b. Hubungan pemberian konseling dan minat pengguna kontrasepsi MAL Tabel 4.5 Hubungan Pemberian Konseling terhadap Minat Pengguna Kontrasepsi MAL di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah Minat Pretest Postest Z hitung p value f % f % Ya 9 26,5 18 52,9 3,000 0,003 Tidak 25 73,5 16 47,1 34 100 34 100 Sumber : Data Primer tahun 2015 Pada tabel 4.5 di atas diketahui bahwa sebelum diberikan konseling tentang MAL, minat responden untuk menggunakan MAL
20 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 6, No. 11, Januari 2016
hanya 9 orang (26,5%) dan yang tidak berminat sebanyak 25 orang (73,5%) sedangkan setelah diberi konseling, responden yang berminat menggunakan MAL bertambah menjadi 18 orang (52,9%) dan yang tidak berminat berkurang menjadi 16 orang (47,1%). Hasil uji analisis Wilcoxon diperoleh nilai z hitung sebesar 3,000 sedangkan nilai p yang diperoleh adalah 0,003 berarti p < 0,05 sehingga menunjukkan adanya hubungan pemberian konseling terhadap minat pengguna kontrasepsi MAL di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah.
No
1 2 3
c. Hubungan pengetahuan dan minat pengguna kontrasepsi MAL Tabel 4.6 Hubungan Pengetahuan dan Minat Pengguna Kontrasepsi MAL di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah Minat X2 p Pengetahuan hitung value Ya Tidak Total F % f % f % Baik 4 11,8 0 0 4 11,8 16,874 0,000 Cukup 5 14,7 10 29,4 15 44,1 Kurang 0 0 15 44,1 15 44,1 9 26,5 25 73,5 34 100 Sumber : Data Primer tahun 2015 Pada tabel 4.6 di atas diketahui bahwa sebanyak 4 responden (11,8%) yang berpengetahuan baik memiliki minat menggunakan KB MAL, dari 15 responden yang berpengetahuan cukup sebagian besar tidak berminat menggunakan KB MAL sebanyak 10 responden (29,4%) dan sebanyak 15 responden (44,1%) yang berpengetahuan kurang tidak berminat menggunakan KB MAL. Hasil analisis bivariat diketahui bahwa nilai X2 hitung diperoleh sebesar 16,874 sedangkan nilai ketetapan pada X2 tabel adalah 5,591 sehingga X2 hitung > X2 tabel. Nilai p value dari hasil analisis data diperoleh p = 0,000 berarti p < 0,05 sehingga ada hubungan antara pengetahuan dan minat pengguna kontrasepsi MAL di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah.
B. Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 30 orang (88,2%), pada usia ini merupakan usia matang bagi seseorang dalam berfikir dan bertindak sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan. Hal ini sesuai dengan teori Soekanto (2007;h.128), bahwa semakin meningkatnya umur tingkat
Endah Purwaningsih, Saifudin Zukhri, Atikah Rachmawati, Pengaruh Pemberian …. 21
kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir dan bekerja akan lebih matang, sehingga seseorang akan semakin matang dalam berfikir serta memperoleh pengetahuan. Pada penelitian ini diperoleh pendidikan responden sebagian besar yaitu SMA/SMK sebanyak 18 orang (52,9%). Pendidikan SMA/SMK merupakan pendidikan menengah dan memiliki tingkatan pendidikan yang lebih rendah dibandingkan dengan PT (Pendidikan Tinggi) sehingga mempengaruhi pengetahuan responden. Hal ini sesusai dengan pendapat Notoatmodjo (2007), tingkat pendidikan akan mempengaruhi daya serap responden terhadap informasi yang diterima. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan akan semakin luas atau baik. Hasil penelitian berdasarkan paritas diperoleh bahwa sebagian besar paritas responden adalah primipara sebanyak 20 orang (58,8%). Paritas dalam hal ini berhubungan dengan pengalaman responden dalam penggunaan kontrasepsi MAL sehingga mempengaruhi pengetahuan tentang MAL Responden dengan paritas primipara rata-rata memiliki pengetahuan cukup, hal ini dikarenakan responden belum memiliki pengalaman dalam menggunakan kontrasepsi MAL sedangkan responden dengan paritas multipara dan grandemultipara telah memiliki pengalaman dalam menggunakan MAL sehingga penggunaan MAL yang benar akan mudah dilakukan pada responden dengan paritas multipara dan grandemultipara. Hal ini sesuai dengan penelitian Wulan (2011), tentang “Hubungan Pemberian Konseling Keluarga Berencana pada Akseptor Baru dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Bidan Praktek Swasta Tri Yuniati Sukorejo, Klaten”, menjelaskan bahwa responden dengan paritas primipara belum memiliki pengalaman dalam pemilihan alat kontrasepsi dibandingkan responden dengan paritas multipara dan grandemultipara. Hasil penelitian pengetahuan responden sebelum diberi konseling sebagian besar adalah cukup dan kurang yaitu masing-masing 15 responden (44,1%) dan responden yang berpengetahuan baik hanya sebanyak 4 responden (11,8%). Pengetahuan responden yang kurang dikarenakan kurangnya konseling yang didapat. Hasil ini didukung oleh penelitian Radita Kusumaningrum (2009), yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang digunakan pada Pasangan Usia Subur”, bahwa hasil penelitian yang diperoleh yaitu tingkat pengetahuan responden sebagian besar dengan cukup sebanyak 69,3%. Pengetahuan responden dalam kategori cukup dan kurang dikarenakan kurangnya informasi mengenai MAL yang didapat, karena dengan banyaknya informasi yang diperoleh maka seseorang akan memiliki pengetahuan. Hal ini
22 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 6, No. 11, Januari 2016
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010;h.1), bahwa seseorang yang lebih mudah menerima informasi maka akan memiliki pengetahuan yang baik. Pengetahuan cukup yang dicapai responden kemungkinan juga dipengaruhi oleh umur, pendidikan dan paritas responden. Seperti yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007;h.145), bahwa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu umur, jenis kelamin, intelegensia, pendidikan, informasi, sosial budaya, pengalaman dan sosial ekonomi. Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan digunakan untuk menarik kesimpulan dari pengalaman yang diperoleh seseorang. Pengetahuan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari penginderaan yang terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pada hasil penelitian ini, sebelum diberikan konseling menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan cukup dan kurang, dimana hal ini dikarenakan kurangnya konseling yang diperoleh untuk meningkatkan informasi. Hasil pengetahuan responden setelah diberi konseling mengalami peningkatan pengetahuan yaitu responden berpengetahuan baik bertambah menjadi 6 responden (17,6%), berpengetahuan cukup bertambah menjadi 20 responden (58,8%) dan responden berpengetahuan kurang berkurang jumlahnya menjadi 8 responden (23,5%). Peningkatan pengetahuan yang diperoleh responden didukung oleh tingkat pendidikan responden. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Notoatmodjo (2007), bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang akan mempermudah responden tersebut dalam menerima informasi sehingga dapat meningkatkan pengetahuannya. Hasil penelitian tentang minat pengguna kontrasepsi MAL sebelum diberi konseling hanya hanya 9 orang (26,5%) yang berminat menggunakan kontrasepsi MAL. Hasil ini dikarenakan paritas responden adalah primipara sehingga belum berpengalaman dan belum begitu paham dengan kontrasepsi MAL. Menurut Notoatmodjo (2010), pengalaman yang disusun secara sistematik maka hasilnya adalah pengetahuan, teori tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pengetahuan maka dapat mempengaruhi ibu dalam menggunakan kontrasepsi MAL. Setelah diberi konseling, responden yang berminat menggunakan MAL bertambah menjadi 18 orang (52,9%) dan yang tidak berminat berkurang menjadi 16 orang (47,1%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa konseling terbukti sangat efektif untuk meningkatkan minat ibu untuk menggunakan MAL. Hasil ini sesuai dengan tujuan dari konseling KB yang dikemukakan oleh Handayani (2010), yaitu meningkatkan penerimaan dan menjamin
Endah Purwaningsih, Saifudin Zukhri, Atikah Rachmawati, Pengaruh Pemberian …. 23
pilihan yang cocok bagi klien sehingga klien akan memilih cara yang terbaik sesuai dengan keadaan kesehatan dan kondisi klien. Hasil analisis bivariat yang menunjukkan nilai Wilcoxon sebesar 2,714 dan p value = 0,007 berarti p < 0,05 maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh pemberian konseling terhadap pengetahuan tentang MAL di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa konseling tentang MAL terbukti sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang MAL. Hasil penelitian ini didukung oleh Wulan (2011), yang berjudul “Hubungan Pemberian Konseling Keluarga Berencana pada Akseptor Baru dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Bidan Praktek Swasta Tri Yuniati Sukorejo, Klaten”, yang menunjukkan bahwa ada hubungan pemberian konseling Keluarga Berencana pada akseptor baru dengan pemilihan alat kontrasepsi yakni ditunjukkan dengan X2 = 9,488, p = 0,033 (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling efektif untuk meningkatkan pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai dengan salah satu fungsi konseling yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan derajat masyarakat dengan upaya peningkatan peran serta masyarakat (Romauli, 2013). Pada hasil penelitian ini juga ditemukan responden yang tidak mengalami peningkatan pengetahuan atau justru pengetahuannya menjadi menurun, hal ini disebabkan responden memiliki respon yang kurang pada saat pengisian kuesioner tahap posttest. Hasil ini berarti bahwa konseling bukan merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan pengetahuan seseorang, namun pengetahuan responden dapat meningkat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti umur, pendidikan atau paritas. Menurut teori Notoatmodjo dalam Astuti (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu umur, jenis kelamin, intelegensia, pendidikan, informasi, sosial budaya, pengalaman dan sosial ekonomi. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian konseling terhadap pengetahuan tentang MAL dan jika dilihat dari hasil jawaban pada kuesioner terbukti bahwa peningkatan pengetahuan responden sangat signifikan dengan rata-rata pengetahuan pretest adalah 16,59 dan posttest 18,50 sedangkan p value 0,000. Berdasarkan jawaban pada kuesioner menunjukkan bahwa responden kurang mengerti tentang pengertian MAL dan syarat MAL. Pendapat responden sebagian besar menyebutkan bahwa MAL adalah KB yang tidak mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, namun dengan memberikan makanan dan minuman
24 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 6, No. 11, Januari 2016
pada bayi dan KB MAL memerlukan obat atau alat dalam penggunaannya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian konseling tentang MAL perlu ditingkatkan dalam hal pengertian dan syarat MAL sehingga dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang MAL karena dengan demikian dapat meningkatkan minat responden dalam menggunakan MAL. Hasil analisis bivariat menunjukkan nilai Wilcoxon sebesar 3,000 dan p value 0,003 berarti p < 0,05, maka Ho ditolak artinya ada hubungan pemberian konseling terhadap minat pengguna kontrasepsi MAL di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulan (2011), menunjukkan adanya hubungan pemberian konseling Keluarga Berencana pada akseptor baru dengan pemilihan alat kontrasepsi yakni ditunjukkan dengan X2 = 9,488, p = 0,033 (p<0,05). Konseling terbukti dapat meningkatkan minat ibu untuk menggunakan kontrasepsi MAL. Menurut Handayani (2010), tujuan konseling jangka panjang adalah terciptanya perilaku sehat dan sikap sehingga dengan konseling yang diperoleh dapat meningkatkan perilaku sehat ibu dan sikap ibu untuk menggunakan KB MAL. Hal ini juga dapat bermanfaat dalam jangka panjang sehingga ibu memiliki pengetahuan dan pengalaman yang baik dalam menyusui anak berikutnya sehingga dapat menggunakan KB MAL selama masa menyusui. Pemberian konseling sangat dibutuhkan untuk meningkatkan minat penggunaan MAL pada ibu pasca melahirkan. Konseling juga dapat meningkatkan pengetahuan seseorang karena dengan pemberian konseling, akseptor akan lebih mengerti pemakaian cara KB, mengetahui bagaimana cara kerjanya dan bagaimana mengatasi efek sampingnya (Handayani, 2010). Hasil analisis bivariat hubungan pengetahuan dan minat pengguna kontrasepsi MAL di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah menunjukkan ada hubungan yang bermakna dengan nilai p = 0,000 berarti p < 0,05. Jadi dalam hal ini hipotesis kerja diterima, yang berarti bahwa responden yang berpengetahuan baik lebih berminat untuk menggunakan MAL dan sebaliknya, responden yang berpengetahuan cukup dan kurang akan lebih tidak berminat dalam menggunakan MAL. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Kusumaningrum (2009), tenang “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang digunakan pada Pasangan Usia Subur“, dengan hasil penelitian bahwa pengetahuan yang diperoleh responden akan
Endah Purwaningsih, Saifudin Zukhri, Atikah Rachmawati, Pengaruh Pemberian …. 25
meningkatkan minat responden dalam menggunakan kontrasepsi sehingga tidak berpindah atau berganti cara KB. Penelitian ini menunjukkan kesimpulan hasil bahwa dengan pengetahuan yang baik maka dapat meningkatkan minat responden untuk menggunakan kontrasepsi IUD. Hal ini didukung oleh teori Mubarak (2007), yang menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah minat. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. Kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat berpengaruh terhadap pemakaian kontrasepsi. Dari beberapa penemuan fakta memberikan inflamasi, yaitu manakala pengetahuan dari wanita kurang maka penggunaan kontrasepsi juga menurun. Jika hanya sasaran para wanita saja yang selalu diberi informasi, sementara para suami kurang pembinaan dan pendekatan, suami kadang melarang istri karena faktor ketidaktahuan dan karena tidak ada komunikasi saling memberikan pengetahuan (Proverawati, dkk, 2010). IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pengetahuan responden di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah tentang MAL sebelum pemberian konseling hanya 11,8% yang berpengetahuan baik dan sesudah diberi konseling, responden berpengetahuan baik bertambah menjadi 17,6%. 2. Minat pengguna kontrasepsi MAL di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah sebelum pemberian konseling hanya 26,5% yang berminat menggunakan MAL sedangkan setelah diberi konseling, responden yang berminat menggunakan MAL bertambah menjadi 52,9%. 3. Ada pengaruh pemberian konseling terhadap pengetahuan tentang MAL di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah dengan p value 0,007. 4. Ada hubungan pemberian konseling terhadap minat pengguna kontrasepsi MAL di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah dengan p value 0,003. 5. Ada hubungan pengetahuan dan minat pengguna kontrasepsi MAL di Ponet Grobogan Grobogan Jawa Tengah dengan p value 0,000. B. Saran 1. Bagi tenaga kesehatan Lebih meningkatkan pemberian informasi melalui konseling mengenai pelayanan KB dengan menggunakan protab konseling yang tepat sehingga masyarakat bisa mendapat pelayanan KB yang baik serta perlu
26 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 6, No. 11, Januari 2016
2.
3.
4.
5.
mengadakan pendekatan secara mendalam kepada tokoh masyarakat setempat dalam rangka memperkenalkan dan menjaring calon peserta KB MAL. Bagi Perencana Kebijakan (BKKBN) Hasil penelitian ini dapat memberi masukan dalam mengambil kebijakan program KB di masa yang akan datang dan lebih menggalakan kinerja dalam pemberian konseling KB pada ibu post partum (calon akseptor) sehingga program KB nasional dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Bagi institusi pendidikan Dapat dijadikan sumber referensi mengenai pengaruh pemberian konseling pada ibu post partum atau ibu nifas tentang MAL terhadap pengetahuan dan minat menggunakan kontrasepsi MAL. Bagi masyarakat khususnya akseptor KB Perlu manambah pengetahuan dan wawasan serta mencari informasi yang lain tentang Keluarga Berencana sehingga dapat mengatur jumlah dan jarak kelahiran yang memiliki manfaat perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek serta peningkatan kesehatan mental dan sosial selain itu dapat menentukan alat kontrasepsi yang cocok dan sesuai dengan calon akseptor serta dapat melibatkan tokoh masyarakat dalam penjaringan calon akseptor KB. Bagi peneliti selanjutnya Dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan instrument berupa wawancara dan menggunakan instrument berupa lembar kuesioner untuk menilai tingginya minat responden dalam menggunakan kontrasepsi MAL agar diperoleh hasil penelitian yang lebih bervariatif.
Endah Purwaningsih, Saifudin Zukhri, Atikah Rachmawati, Pengaruh Pemberian …. 27
DAFTAR PUSTAKA Adhyani. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Kontrasepsi non IUD pada Akseptor KB Wanita Usia 20-39 Tahun. UNDIP. Semarang. Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Pustaka Rihama. Yogyakarta. Kusumaningrum, R. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang digunakan pada Pasangan Usia Subur. Universitas Diponegoro. Semarang. Luddin. 2010. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Konseling. Didapat dari: http://digilib.unimus.ac.id/2012/05/faktor-yang-mempengaruhikeberhasilan.html. Tanggal akses 19 November 2014. Mubarak. 2007. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Cetakan Pertama. Rineka Cipta. Jakarta. _______. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
Penelitian
Ilmu
Pertiwi. 2011. Hubungan Pemberian Konseling Keluarga Berencana pada Akseptor Baru dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Bidan Praktek Swasta Tri Yuniati Sukorejo, Klaten. Stikes Muhammadiyah. Klaten. PKBI. 2010. Mini Survei Keluarga Berencana dan Kependudukan. Departemen Kesehatan. Jakarta. Didapat dari: pkbi:http//pkbi.or.id/beritaprogramkeluarga-berencana-kb/. Proverawati dkk. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi, Lengkap dengan Panduan Praktik Pemasangan dan Penggunaanya. Nuha Medika. Yogyakarta. Riwidikdo. 2007. Statistik Kesehatan. Cendikia Press. Yogyakarta. Romauli, Suryati. 2013. Komunikasi Kebidanan. Trans Info Media. Jakarta. Saifuddin. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
28 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 6, No. 11, Januari 2016
Sari, K. 2012. Hubungan Faktor Pelayanan Keluarga Berencana dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim di Daerah Cakupan Tinggi dan Cakupan Rendah Kabupaten Semarang. Karya Tulis Ilmiah STIKES Ngudiwaluyo Semarang. SDKI. 2012. Laporan Pendahuluan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Badan Pusat Statistik BKKBN Kemenkes. Jakarta. Soekanto. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung. Suryabrata. 2012. Pengertian Minat Menurut Para Ahli Artikel Definisi Minat, Faktor, Macam Fungsi, Peukuran, Proses. Didapat dari: http:// digilib.unimus.ac.id//2012/12/pengertian-minat-menurut-para-ahli.html. Tanggal akses 9 Januari 2014. Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.