PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ZAT PEDAS RIMPANG JAHE MERAH PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR TERHADAP PENGOSONGAN LAMBUNG (SYMPTOM SEKUNDER MOTION SICKNESS) THE GASTRIC EMPTYING INHIBITION EFFECT (AS SECONDARY SYMPTOM OF MOTION SICKNESS) OF PUNGENT PRINCIPLES CONTAINING EXTRACT OF “JAHE MERAH” RHIZOMES ON MALE RAT STRAIN WISTAR Scholastica Anindya*), Sudarsono*), dan Nurlaila*) *) Fakultas Farmasi UGM
ABSTRAK Jahe merah sering digunakan oleh masyarakat sebagai obat alami untuk mengatasi masuk angin, gangguan pencernaan. Tujuan penelitian ini untuk dapat diketahui pengaruh ekstrak zat pedas rim-pang jahe merah terhadap penghambatan motilitas lambung pada tikus jantan galur Wistar. Prinsip pengujian penghambatan motilitas yang dilakukan, seperti metode yang digunakan oleh Gupta dan Chaudhary (2003). Penghambatan motilitas lambung merupakan manifestasi sekunder dari keadaan Motion sickness. Sebagai “kontrol negatif putar dan non-putar” digunakan CMC-Na 0,5%, sedangkan sebagai kontrol positif digunakan Dimenhidrinat dengan dosis 6,3 mg/kgBB. Pada penelitian ini digunakan ekstrak zat pedas rimpang jahe merah yang dibuat dengan Etanol 70% v/v dengan dosis 21,15 mg/kgBB (untuk selanjutnya disebut ekstrak 1), dan ekstrak zat pedas rimpang jahe merah yang dibuat dengan Etanol 50% v/v dengan dosis 35,3 mg/kgBB (untuk selanjutnya disebut ekstrak 2) secara intraperitoneal pada hewan uji. Sebagai hewan uji yang digunakan tikus jantan galur Wistar, sehat, bobot 200-250 g. Parameter pengosongan lambung dinyatakan dalam % didasarkan atas konsentrasi merah fenol yang masih terdapat di lambung. Pe-ngosongan lambung pada kelompok kontrol negatif non-putar sebesar 37,31% ± 21,92; dan pada kelompok kontrol negatif putar 32,37% ± 15,43. Pengosongan lambung pada kelompok yang diberi Dimenhidrinat sebesar 79,66% ± 12,52. Pengosongan lambung pada pemberian ekstrak 1 sebesar 48,66% ± 13,47; dan pada pemberian ekstrak 2 sebesar 67,82% ± 6,26. Efek yang dihasilkan oleh ekstrak 2 lebih besar daripada ekstrak 1. Kata kunci : penghambatan pengosongan lambung, motion sickness, ekstrak zat pedas rimpang “jahe merah”
ABSTRACT “Jahe merah” is usually used as self health care to prevent cold, and dyspepsia The aim of this research was to observe the effect of extract containing pungent principles on gastric motility inhibition as a secondary symptom of motion sickness. This observation method was adopted from Gupta and Chaudhary (2003). Healthy male rats strain Wistar, 200-250 g were used as test animal. CMC-Na 0,5% was used as negative control (rotation and no-rotation group); Dimenhydrinate 6,3 mg/kgBW was used as positive control. Pungent principles containing extract which was extracted by 70% v/v Ethanol 21,15 mg/kgBW (called extract 1) and that was extracted by 50% v/v Ethanol in the dose of 35,3 mg/kgBW (called extract 2)were administered intraperitoneal. Inhibition of gastric motility (%) was decided from phenol red concentration that was still found in gastric juice. As a negative control (no-rotation group) was 37,31% ± 21,92 and it was 32,37% ± 15,43 by negative control (rotation group). Inhibition of gastric motility (%) was decided from phenol red concentrationthat was still found in gastric juice. As a negative control (no-rotation group) was 37,31% ± 21,92 and it was 32,37% ± 15,43 by negative control (rotation group). Inhibition of gastric emptying by Dimenhydrinate, extract 1 and extract 2 were 79,66% ± 12,52, 48,66% ± 13,47 and 2 67,82% ± 6,26 respectively. Key words : Inhibition of gastric motility, male Rat, pungent principle containing extract, “jahe merah”
1
Disebutkan bahwa rimpang jahe merah berefek pada peningkatan kekuatan otot jantung, prevensi terhadap kondisi mabuk akibat perjalanan, kelancaran sirkulasi darah, penurunan tekanan darah (Anonim3, 2007). Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap efek ekstrak zat pedas rimpang jahe merah dalam kaitannya dengan penghambatan motilitas lambung sebagai simtom sekunder pada keadaan motion sickness (mabuk) akibat gerakan sebagai salah satu upa-ya pengembangan manfaat rimpang “jahe merah” sebagai bahan obat alami. Rimpang jahe merah berwarna merah, lebih kecil dari pada jahe emprit. Kons-tituen minyak atsiri Jahe merah memiliki kemiripan dengan jahe emprit, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan (Harmono dan Andoko, 2005; Ahmad, 2006). Hasil penelitian menyebutkan bahwa jahe dapat berefek pada motilitas lambung (Gupta et al., 1999) Motion sickness terjadi pada manusia karena mengalami gerakan yang tiba-tiba (Takeda dkk., 2001). Motion sickness disebabkan karena terjadinya ketidak sesuaian sistem visual dengan sistem vestibular. Perbedaan antara sinyal yang masuk dengan sinyal yang diperkirakan menyebabkan terjadi ketidak-sesuaian signal atau mismatch (Takeda dkk., 2001). Motion sickness yang melalui jalur sistem saraf pusat dapat merupakan penyebab timbulnya disritmia lambung, yang kemudian menyebabkan inhibisi atau penghambatan pengosongan lambung. Penghambatan pengosongan lambung merupakan tanda sekunder dari motion sickness. Ada 3 neurotransmiter yang berpengaruh terhadap motion sickness, yaitu : histamin, asetilkolin, dan noradrenalin.Secara umum konstituen utama minyak atsiri tumbuhan yang termasuk suku Zingiberaceae adalah Zingiberen (70%), di samping itu terdapat pula α-Pinen, β-felandren, kamfen, limo-nen, Linalool, Borneol, Sitral, Noni-alde-hida, desil aldehida, Metil heptenon, Sineol, Bisabolen, α-Kurkumen, Farnesen, Humulen dan Zingiberol (Hegnauer, 1986).
PENDAHULUAN Berdasarkan atas penuturan Bapak Paidi, petani bahan baku daerah Kismantoro, dike-nal berbagai macam jenis yaitu A.Jahe gajah atau jahe badak B.Jahe emprit; C.Jahe merah; D.Jahe gun-dhul Jahe yang digunakan dalam penelitian ini adalah jahe merah. Berikut ini adalah gambar keempat jenis jahe :
A.Rimpang Jahe gajah
B.Rimpang Jahe emprit
C.Rimpang Jahe merah
D.Rimpang Jahe gundhul
2
(-)Zingiberen
(-)-beta-Seskuifelandren O
OH
Borneol
Gambar
1.
Kamfen
Kamfora
Alat Seperangkat alat destilasi toluena (labu 500 ml, dilengkapi dengan pen-dingin balik, alat penampung, tabung penerima 5 ml berskala 0,1 ml, labu tabung penyambung), pemanas listrik. Perangkat destilasi minyak atsiri Stahl (labu bulat 1000 ml, pendingin, tabung penampung 0,5 ml berskala 0,01 ml), jangka sorong dengan ketelitian 0,2 mm, labu digesti (labu leher dua), penangas air, pendingin balik, termometer, corong Buchner, kertas saring, alat-alat gelas, rotary evaporator (Bibby product), vor-tex mixer (H-MV 300), pipa kapiler, flakon, pipet, bejana kromatografi, oven, lampu UV, alat penyemprot pereaksi warna, densito-meter (CAMAG-TLC Scanner 3); alat pembuat motion sickness sesuai dengan alat yang digunakan oleh Gupta dan Chaudhary (gambar alat pembuat motion sickness dapat dilihat pada lampiran 1), spuit per oral, spuit injeksi, alat-alat bedah (gunting, pinset), blender (Phillips), pipet ukur (5 ml dan 0,5 ml), pro pipet, pemusing, spektrofotometer, kuvet.
Struktur Beberapa monoterpen Zingiberaceae (Dewick, 2002)
O
OH
H3CO
(CH2)n
CH3 O
HO (n=4) = [6]-gingerol (n=6) = [8]-gingerol (n=8) = [10]-gingerol OH H3CO
toluena - etil asetat - aseton (6:3:1) v/v/v sebagai fase gerak pada metode Kromatografi Lapisan Tipis (KLT), anisal-dehida asam sulfat pekat, merah fenol 0,05% dalam CMCNa 1,5%, CMC-Na 0,5%, Dimenhidrinat, Trichloroacetic acid (TCA) 20% b/v, NaOH 0,1 N dan NaOH 0,5 N.
H3CO
CH3
(CH2)n
HO (n=4) = [6]-sogaol
OH (CH2)n
CH3 H3CO
HO (n=4) = [6]-gingerdiol (n=6) = [8]-gingerdiol (n=8) = [10]-gingerdiol
HO
O CH2
CH2
C
CH3
zingeron
Gambar 2. Beberapa Struktur Zat Pedas (Hegnauer, 1986
Data penelitian menyebutkan bahwa komponen zat pedas terutama 6-gingerol berefek sebagai antiemetika (Barrete, 1984). (Bila individu me-ngalami situasi stress, dapat berdampak pa-da peningkatan hormon katekolamina dan glikosteroid. Hormon ini dapat berefek pada penekanan sel darah putih dan pada kelenjar timus, sehingga dapat berefek pada penuru-nan sistem imun (Anonim, 2008). Senyawa-senyawa antioksidan alami, bermanfaat pada terganggunya system pencernaan, karena enzim-enzim yang terdapat secara alami akan membantu proses pencernaan (Anonim,2008). Sekresi hormone kortisol akibat kondisi stress berkepanjangan dapat berdampak pada penurunan system imunitas (Chrystine et al., 2008)
Hewan uji Tikus jantan, galur Wistar, dengan berat badan berkisar antara 200g-250g. Jalannya penelitian Penyiapan simplisia Rimpang jahe merah dibagi menjadi em-pat kelompok, kemudian diambil lima sampel secara acak dan ketebalan rimpang diukur dengan jangka sorong. Kadar air ditetapkan dengan metode destilasi toluena dan penetapan kadar minyak atsiri dengan metode destilasi Stahl. Identitas rimpang diperoleh dari hasil pengamatan mikroskopik untuk mengetahui karakteristik rimpang yang digunakan. Rimpang diserbuk dengan diameter lubang ayakan 0,75 mm
METODOLOGI PENELITIAN Bahan Sampel penelitian diambil secara acak Bahan penyari terdiri dari Etanol 70% v/v dan Etanol 50% v/v. Silika gel F254, sebagai fase diam pada kromatografi lapisan tipis (KLT),
3
yang digunakan adalah 35,3 mg/kgBB, dilarutkan dalam larutan CMC-Na 0,5%. Dosis ekstrak dikonversi dari dosis lazim Dimenhidrinat (50mg). Digunakan dosis ekstrak yang ber-beda karena rendemen yang diperoleh dari ekstrak 1 dan ekstrak 2 berbeda (perhi-tungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 2).
Pembuatan ekstrak Sejumlah simplisia(50,00g) dimasukkan ke dalam labu, kemudian ditambahkan Eta-nol 70% v/v sebanyak 350,0ml, selanjutnya disebut ekstrak 1. Ekstrak 2 dibuat dengan jumlah penimbangan yang sama seperti eks-trak 1, kemudian ditambahkan Etanol 50% v/v). Setelah masing-masing dipasang pen-dingin balik, dipanaskan sampai Etanol mendidih (±80˚C) selama 30 menit. Setelah itu, suhu diturunkan sampai 45°C-55°C dan dipertahankan konstan. Ekstraksi dilakukan selama 6 jam (pengadukan dilakukan setiap 1 jam). Filtrat dipisahkan dari serbuk dengan corong Buchner. Filtrat diuapkan pada penguap putar dengan pengurangan tekanan, dilanjutkan dengan pena-ngas air sampai konsistensi kental. Rendemen = bobot ekstrak kental × 100 % bobot serbuk simplisia
Efek Penghambatan Motilitas Lambung Hewan uji dipuasakan dari makanan selama 24 jam, dan dipuasakan dari mi-num 2 jam sebelum penelitian untuk peng-kondisian lambung yang kosong. Tikus ditimbang dan dibagi da-lam beberapa kelompok secara acak I. Kelompok pembanding merah fenol. Setelah diberi 1,5 ml merah fenol 0,05% secara intragastrik, hewan uji dikorbankan. II. Kelompok kontrol negatif non-putar. Tikus disuntik CMC-Na 0,5% secara intraperitoneal, dibiarkan 45 menit. Setelah itu, diberi merah fenol 0,05% 1,5 ml secara intragastrik. Setelah didiamkan 45 menit, hewan uji dikorbankan. III. Kelompok kontrol negatif putar Tikus disuntik CMC-Na 0,5% secara intraperitoneal, dibiarkan 45 menit. Setelah itu, diberi merah fenol 0,05% 1,5 ml secara intragastrik. Diputar (dengan alat pembuat motion sickness) agar terjadi motion sick-ness selama 45 menit, kecepatan 30 rpm, kemudian hewan uji dikorbankan. IV. Kelompok kontrol positif Tikus disuntik dimenhidrinat secara intraperitoneal, dibiarkan 45 menit. Sete-lah itu, diberi merah fenol 0,05% 1,5 ml secara intragastrik. Diputar (dengan alat pembuat motion sickness) agar terjadi motion sickness selama 45 menit, kecepatan 30 rpm, kemudian hewan uji dikorbankan. V. Kelompok perlakuan I Tikus disuntik suspensi ekstrak 1 dosis 21,15 mg/kgBB secara intraperitoneal, didiamkan 45 menit. Setelah itu, diberi merah fenol 0,05% 1,5 ml secara intra-gastrik. Diputar (dengan alat pembuat motion sickness) agar terjadi motion sickness selama 45 menit, kecepatan 30 rpm, kemu-dian hewan uji dikorbankan.
Deteksi zat pedas rimpang jahe Ekstrak kental (0,50g) dilarutkan dalam 6,25 ml etanol 96% (untuk membantu kela-rutan dan agar homogen dilakukan dengan vortex mixer selama 15-30 detik). Setelah disaring, ditotolkan pada fase diam silika gel F254. Penotolan berupa pita (totolan garis) sepanjang 5 cm dan dielusi dengan campur-an fase gerak toluena-etilasetataseton (6:3:1) v/v/v. Jarak pengembangan 8 cm. Bercak hasil pemisahan dilihat di bawah sinar UV 254. Bercak yang meredam di UV 254 dikerok, kemudian dilarutkan dengan beberapa tetes aseton, dan dilakukan pengujian organoleptis. Deteksi juga dilakukan dengan pereaksi warna yang terdiri dari campuran antara anisaldehida dan asam sulfat. Intensitas serapan bercak-bercak zat pedas diperoleh dengan densitometer pada bilangan gelombang 283 nm. Motilitas Lambung Pembuatan Suspensi Ekstrak dan Dimenhidrinat Dosis ekstrak 1 yang digunakan adalah 21,12 mg/kgBB dan dosis ekstrak 2
4
0,08 – 0.12 mm dan besar butir amilum berkisar antara 0,02 – 0,04 mm.
VI. Kelompok perlakuan II Tikus disuntik suspensi ekstrak 2 dosis 35,3 mg/ kgBB secara intraperitoneal, ke-mudian didiamkan 45 menit. Setelah itu, diberi merah fenol 0,05% 1,5 ml secara intragastrik. Diputar (dengan alat pembuat motion sickness) agar terjadi motion sick-ness selama 45 menit, kecepatan 30 rpm; kemudian hewan uji dikorbankan. Setelah itu lambung tikus diambil dan dihomogenkan bersama 100 ml NaOH 0,1 N menggunakan blender. Homogenat di-ambil sebanyak 5 ml kemudian ditambah TCA 20% b/v sebanyak 0,5 ml dan dipu-singkan. Supernatan diambil dan ditambah dengan 4 ml NaOH 0,5 N. Setelah itu serapan dibaca pada bilangan gelombang 560 nm. Persentase (%) pengosongan lam-bung dihitung dengan : % gastric emptying = 1−
Pembuatan ekstrak Bobot ekstrak 1 sebesar 8,44 g dari 50,28g serbuk jahe sehingga rendemen sebesar 16,79%b/b, dan ekstrak 2 sebesar 14,09g dari 50,27g serbuk jahe sehingga rendemen 28,03%b/b. Deteksi zat pedas rimpang jahe Kromatogram pada gambar 3, setelah dideteksi dengan sinar UV 254 dan organoleptis (rasa). Bercak yang disimpulkan zat pedas dikerok. Serbuk silika gel hasil ke-rokan dilarutkan dalam beberapa tetes ase-ton dan diteteskan pada gelas arloji; dan setelah kering dilakukan pungujian orga-noleptis yaitu setelah aseton menguap, dirasakan. Data disajikan dalam tabel I . KLT hasil elusi dideteksi dengan anisalde-hida asam sulfat. Zat pedas berwarna merah keunguan dengan anisaldehida asam sulfat dan pemanasan 100˚C selama kurang lebih 5 menit.
Cphenolred(tes) × 100% Cphenolred(pembanding)
Analisis hasil Hasil diekspresikan sebagai X ± SD, X adalah persentase rata-rata pengosongan lambung. Nilai-nilai yang diperoleh dari hasil penelitian ini dibandingkan dan dia-nalisis dengan ANOVA satu arah dengan perbandingan post hoc test (Bonferroni) pada semua kelompok. P<0,05 menun-jukkan tingkat signifikansi 95%. HASIL DAN PEMBAHASAN Penyiapan Simplisia Kisaran ketebalan rata-rata irisan rim-pang 3,12 mm ± 0,53. Kadar air simplisia berkisar antara 10,39% v/b ± 2,87. Kadar air lebih besar dari 10% b/v memungkinkan reaksi enzimatik selama proses, sehingga dilakukan destruksi enzim dengan pema-nasan pada 80ºC selama 30 menit. Kadar minyak atsiri berkisar antara 0,563% v/b ± 0,03. Secara mikroskopis, rimpang jahe merah ditemukan sel minyak, korteks, parenkim, jaringan gabus, sel amilum, dan jaringan penguat berbentuk tangga. Pengukuran sel minyak dan butir amilum dilakukan pada beberapa sel secara acak dari yang tampak pada foto. Dari hasil 10 kali pengukuran diketahui bahwa sel minyak berukuran anta-ra
Gambar 3 Kromatogram ekstrak 1 (kiri) dan ekstrak 2 (kanan). Fase diam = silika gel F254; fase gerak = toluen : etil asetat : aseton (6:3:1) v/v/v; jarak eluasi = 8 cm; deteksi = sinar UV254.
5
Tabel 1. Bercak Zat Pedas Hasil KLT dan Organoleptis Sampel Bercak Rf hRf Rasa Lebih pedas A 0,61 61 dari bercak D Ekstrak 1 B 0,83 83 Tidak pedas C 0,97 97 Tidak pedas D 0 0 Pedas A 0,62 62 Tidak pedas Ekstrak 2 B 0,85 85 Tidak pedas C 0 0 Tidak pedas Fase diam: Silika Gel F254 Fase gerak: Toluen:etil asetat:aseton (6:3:1) v/v/v Deteksi: organoleptis Pada gambar 3 terlihat bercak yang ber-warna keunguan(Gambar 4).
pedas. Luas area masing-masing puncak yang disimpulkan sebagai zat pedas dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3. Data luas area hasil densitometer Repl % % relatif Ekstr Luas ikasi Relatif zat pedas ak area ke Area 5125, 11,28 3 1 13,22 880,5 1,94 5319, 10,14 0 2 12,36 2 1163, 2,22 9 5493, 11,17 7 3 13,98 1383, 2,81 8 Kadar relatif rata-rata zat 13,19% ± 0,81 pedas 8355, 17,32 9 1 20,23 1405, 2,91 9 8095, 16,66 8 1 2 19,55 1405, 2,89 5 6961, 17,19 5 3 19,51 937,9 2,32 Kadar relatif rata-rata zat 19,76% ± 0,40 pedas
Keterangan: Fase diam : silika Gel F254 Fase gerak: Toluena:etil asetat:aseton (6:3:1) v/v/v
Deteksi: anisaldehida asam sulfat Gambar 4. Kromatogram Ekstrak 1 dan 2 Tabel 2. Data kromatogram dengan pereaksi anisaldehida asam sulfat pekat Sampel Bercak Rf hRf A 0,58 58 B 0,64 64 Ekstrak 1 C 0,8 80 D 0 0 A 0,63 63 B 0,72 72 Ekstrak 2 C 0,90 90 D 0 0 Fase diam: Silika Gel F254 Fase gerak: Toluen:etil asetat:aseton (6:3:1) v/v/v Deteksi: anisaldehid asam sulfat pekat
Kadar relatif zat pedas ekstrak 1 lebih besar dari pada ekstrak 1, sehingga disimpulkan bahwa komponen zat pedas banyak tersari pada etanol 70%v/v. Bila ditinjau dari rendemen ekstrak 2 lebih besar dari ekstrak 1, maka dapat diasumsikan bahwa pada ekstrak 2 tersari pula senyawa hidrofilik misalnya sakarida dan turunannya lebih banyak dari pada ekstrak 1. Hambatan Motilitas Lambung Persamaan kurva baku yang diperoleh dari pengukuran seri kadar merah fenol adalah Y = 22,7085 X + 0,0059207. Nilai rata-rata perhitungan prosentase pengo-songan lambung dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pembacaan intensitas bercak dengan den-sitometer pada bilangan gelombang 283 nm. Volume penotolan 2 µl, konsentrasi 0,08 g/ml. Puncak zat pedas muncul pada Rf ± 0,8 sehingga ada 2 puncak yang disim-pulkan zat
6
Tabel 4. Data persentase pengosongan lambung dari berbagai perlakuan Rata-rata % Kelompo Perlaku GE(Gastric N k an Empting) ± SD Kontrol CMC37,3106 ± negatif 4 Na 0,5 21,9184 non% putar Kontrol CMC32,3715 ± negatif 4 Na 0,5 15,4324 putar % Dimenh idrinat Kontrol dosis 79,6673 ± 6 positif 6,3 12,5281 mg/kgB B Ekstrak dosis 48,6642 ± Ekstrak 1 6 21,15 13,4765 mg/kgB B Ekstrak dosis 67,8220 ± Ekstrak 2 6 35,3 6,2695 mg/kgB B
analisis variansi (ANOVA) satu jalan dengan taraf kepercayaan 95%, diperoleh signifikasi 0,000. Hal ini berarti di antara kelompok perlakuan terdapat perbedaan, kemudian dilanjutkan dengan uji Bonferroni, taraf kepercayaan 95%. Kontrol positif (Dimenhidrinat dosis 6,3 mg/kgBB) berefek cukup besar pada penghambatan motilitas lambung (sim-tom sekunder motion sickness). Tabel 5. Hasil uji Bonferroni kontrol negatif nonputar, kontrol negatif putar, kontrol positif, dan ekstrak 1 dan ekstrak 2 Signif Ketera Kelompok ikansi ngan Kontrol (-) non-putar 1,000 TB – kontrol (-) putar Kontrol (-) non putar 0,001 B – kontol positif Kontrol (-) non putar 1,000 TB – ekstrak 1 Kontrol (-) non putar 0,027 B – ekstrak 2 Kontrol (-) putar – 0,000 B kontrol (+) Kontrol (-) putar – 0,833 TB ekstrak 1 Kontrol (-) putar – 0,007 B ekstrak 2 Kontrol (+) – ekstrak 0,009 B 1 Kontrol (+) – ekstrak 1,000 TB 2 Ekstrak 1 - ekstrak 2 0,263 TB Keterangan : B = berbeda TB = tidak berbeda
G rafik % G E vs P erlakuan 100 % G E
50 0 1
2
3
4
5
Ekstrak 1 dan 2 berefek hampir sama dengan efek yang dihasilkan oleh Dimen-hidrinat.
Perlakuan
Gambar 5. Grafik hubungan perlakuan dengan prosentase pengosongan lambung 1 = kontrol negatif non-putar; 2 = kontrol negatif putar; 3 = kontrol positif; 4 = ekstrak 1; 5 = ekstrak 2
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Ekstrak rimpang jahe merah (ekstrak 1 dan 2) berefek pada penghambatan mo-tilitas lambung (symptom sekunder motion sickness) secara in vivo pada tikus jantan galur Wistar. 2. Pengaruh pemberian ekstrak 2 dengan dosis 35,3 mg/kgBB (kadar relatif zat pedas 13,19% ± 0,81) berpeluang lebih besar se-bagai anti motion sickness dibanding eks-trak 1 dosis 21,15 mg/ kgBB (kadar relatif zat pedas 19,76% ± 0,40); hal ini dimung-kinkan dari
Dari hasil perhitungan uji KolmogorovSmirnov, diperoleh data yang terdistribusi normal, nilai signifikansi 0,370 (nilai signifikansi > 0,05). Dari hasil perhitungan homogenitas varian, diperoleh hasil : data homogen dengan signifikansi 0,087 (nilai signifikansi >0,05%), dilanjutkan dengan
7
Dewick P.M., 2002, Medicinal Natural Products: A Biosunthetic Approach, second ed., pp. 177-180, John Wiley & Sons, LTD
adanya pengaruh komponen lain ekstrak 2 yang relatif larut dalam air antara lain komponen zat pedas dalam bentuk gli-kosida atau adanya berbagai turunan saka-rida yang berpengaruh pada penyerapan ekstrak di usus Perlu penelitian lebih lanjut untuk dapat memastikan kemungkinan tersebut
Gupta Y.K.,Sharma S.S., 1999, Reversal of cisplatin-induced delay in gastric emptying in rats by ginger (Zingiber officinale) , Journal of Ethnopharmacology, vol.62 Issue 1, pp.49-55
Saran Perlu dilakukan penetapan kadar minyak atsiri dan kadar air ekstrak sebagai parameter ekstrak yang menopang kemantapan kualitas ekstrak 1 dan 2
Gupta YK., Chaudhary, G., 2003, Effect of Antiemetic drugs on Decrease in Gas-tric Emptying in experimental Model of Motion Sickness in rats, Acta Pharmacologica Sinica Chinese Pharmacolo-gical Society Shanghai Institut of Ma-teria Medica Chinese Academy of Sciences, Acta Pharmacol Sin Apr: 24(4) 296-300
Ucapan Terima Kasih: 1.PT. Deltomed Laboratories, yang te-lah memberi pengarahan pengadaan rim-pang jahe merah ke petani binaan di daerah Kismantoro. 2.Fakultas Biologi UGM yang telah membantu pembuatan irisan preparat mikroskopik. 3.Semua pihak yang telah banyak mem-bantu dalam penelitian ini.
Harmono, dan Andoko, A., 2005, Budidaya dan Peluang Bisnis Jahe, 8-10, Argomedia Pustaka. Hegnauer,R., 1986, Chemotaxonomie der Pflanzen, Band 7, hal. 451-471, Birkhauser Ver-lag Basel Sudarsono, 2007, Kosultasi dengan Nara-sumber, 12 April 2007. Takeda, N., morita, M., Horii, A., nishiike, S., Kitahara, T., Uno a., 2001, Neural Mechanism of Motion Sickness, J Med Invest; 48: 44-59
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, A.S., 2006, Jahe (Zingiber officinale), http://www.bebibook.tripod.com/jahe.htm,D epartemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Institut Per-tanian Bogor. Anonim3, 2007, Jahe Merah, http://www. pjmenara.com/jahe_merah.htm, Agustus 2007. Anonim, 2008, Cold and Flu, Prevention and Treatment,http://pages.prodigy.net/naturedo ctor/colds.html Anonim, 2008, Immune Enhancement, http: //pages.prodigy.net/naturedoctor/immune.ht ml Barrette M., 1984, The Handbook of Clinically Tested, Herbal Remedies, The Harworth Mdical Ptress, p 337-351 Christine A. Maglione-Garves, Len Kravitz, , and Suzanne Schneider, 2008, Cortisol Connection: Tips on Managing Stress and Weight http://www.unm.edu/~lkravitz/Article%20folde r/stresscortisol.html; diakses Agustus 2008
8