Nomor 13 Volume VII Januari 2009: 24-39
Spectra
PENGARUH PEMANFAATAN ARANG KAYU SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN BETON Krisna Murti Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember
ABSTRAKSI Penggunaan beton sebagai bahan dasar konstruksi meningkat pesat seiring dengan pesatnya perkembangan pembangunan, terutama untuk pembangunan gedung-gedung bertingkat, jembatan, terowongan, bendungan, dam, ataupun untuk konstruksi pabrik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh campuran beton dengan menggunakan arang kayu sebagai agregat kasar ditinjau terhadap karakteristik bahan beton yang dihasilkannya. Bahan untuk penelitian ini adalah semen PPC Type 1, pasir lumajang, dan agregat kasar arang kayu. Benda uji menggunakan Kubus 15 cm x 15 cm x 15 cm, dengan masing-masing perlakuan berjumlah 10 buah benda uji. Dari hasil pengujian didapat Kuat Tekan Hancur Rata-rata untuk perbandingan : 0,7:1:3:1 = 14,848 Mpa dengan Berat Volume = 2115,554 kg/m³, 0,7:1:2.5:1.5 = 11,633 Mpa dengan Berat Volume = 2007,704 kg/m³, 0.7:1:2:2 = 11,840 Mpa dengan Berat Volume = 1898,964 kg/m³, 0,7:1:1,5:2,5 = 10,608 Mpa dengan Berat Volume = 1780,740 kg/m³, 0,7:1:1:3 = 9.992 Mpa dengan Berat Volume = 1693,925 kg/m³. Berdasarkan kajian dan analisa mengenai pengaruh pemanfaatan arang kayu sebagai agregat kasar terhadap karakteristik campuran beton, maka disimpulkan bahwa: Pada peninjauan hubungan antara slump dengan proporsi campuran, ternyata tidak terlihat hubungan yang signifikan antara keduanya. Pada peninjauan hubungan berat volume dengan proporsi campuran, terlihat bahwa penambahan proporsi agregat arang kayu akan menurunkan pula berat volume dari benda uji beton. Semakin besar komposisi arang kayu yang digunakan pada campuran beton, akan memperlemah kuat tekan karakteristik benda uji beton secara keseluruhan. Penurunan kuat tekan benda uji beton juga sejalan dengan penurunan berat volume dari benda uji beton tersebut. Kata Kunci : agregat kasar, arang kayu, karakteristik campuran beton.
PENDAHULUAN Dewasa ini penggunaan beton sebagai bahan dasar konstruksi meningkat pesat seiring dengan pesatnya perkembangan pembangunan, terutama untuk pembangunan gedung-gedung bertingkat, jembatan, terowongan, bendungan, dam, ataupun untuk konstruksi pabrik. Dominasi penggunaan beton ini antara lain disebabkan pengerjaannya yang relatif lebih mudah, karena dapat dibuat di lokasi dan mudah dibentuk sesuai dengan keinginan pemakainya. 24
Arang Kayu Sebagai Agregat Campuran Beton Krisna Murti
Beton adalah campuran yang terdiri dari dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air. Beton terdiri dari partikel-partikel yang dilekatkan oleh pasta yang terbuat dari semen dan air. Campuran pasir semen dan air akan mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel agregat dan setelah beton segar (fresh) dicorkan, beton mengeras sebagai akibat dari reaksi-reaksi kimia eksothermis antara semen dan air, membentuk suatu bahan struktur yang padat dan tahan lama. (Samekto & Rahmadiyanto, 2001). Penelitian untuk mendapatkan desain campuran beton yang berkualitas telah banyak dilaksanakan oleh para ahli di seluruh dunia. Beberapa diantaranya telah menghasilkan desain beton mutu tinggi, self compacting concrete atau beton yang dapat mengalir sendiri, dan beton green atau beton ramah lingkungan. Berbagai macam desain tersebut dilaksanakan melalui perubahan komponen penyusun beton (semen, air, agregat halus, dan agregat kasar), serta melalui perubahan komposisi komponen, seperti komposisi agregat atau faktor air semen campuran beton. Pemikiran untuk menghasilkan beton dengan berat jenis yang lebih kecil atau sering dikenal dengan beton ringan juga sering muncul ke permukaan. Hal ini dilaksanakan dengan penelitian pemanfaatan bahanbahan yang mempunyai berat jenis ringan seperti shale, lempung, slates, residu slat, residu batu bara, dan banyak lagi hasil pembakaran vulkanik sebagai bahan penyusun beton. Salah satu bahan yang mungkin dapat digunakan sebagai bahan penyusun beton adalah arang kayu. Arang kayu sebagai hasil dari proses pembakaran tidak lengkap terhadap bahan kayu yang berasal dari limbah jenis kayu campuran (tidak satu jenis kayu) mempunyai berat volume 0,1722 gr/cm³ dan berat jenis 0,54 (hasil uji pendahuluan). Dengan berat volume dan berat jenis arang kayu tersebut, tentunya terdapat peluang untuk memanfaatkannya sebagai komponen penyusun beton yang memiliki berat jenis cukup rendah, dengan harapan bisa diperoleh beton yang tetap bermutu, tetapi memiliki karakteristik yang masih memenuhi harapan pengguna bahan beton. Arang kayu dapat dimanfaatkan sebagai pengganti agregat kasar, maupun sebagai pengganti agregat halus pada suatu campuran beton. Hal ini tergantung pada proses yang akan dilakukan. Berdasarkan Latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu masalah yang perlu untuk diteliti, yaitu bagaimanakah karakteristik campuran beton yang menggunakan arang kayu sebagai pengganti agregat kasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh campuran beton dengan menggunakan arang kayu sebagai agregat kasar ditinjau terhadap karakteristik bahan beton yang dihasilkannya. Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan: (1) Semen yang digunakan jenis Portland Pozzolan Cement Gresik; (2) Agregat kasar arang kayu diambil dari wilayah Jember merupakan hasil pembakaran dari limbah 25
Spectra
Nomor 13 Volume VII Januari 2009: 24-39
jenis kayu campuran (tidak satu jenis kayu); (3) Agregat halus menggunakan pasir Lumajang; (4) Pembetonan tanpa mix design tetapi menggunakan perbandingan volume air : semen : pasir : arang kayu; (5) Cetakan benda uji menggunakan kubus; (6) Pengamatan kuat tekan beton dilakukan pada saat beton berumur 14 hari dan 28 hari, masing-masing sebanyak 5 benda uji; (7) Tidak mengkaji/mempelajari reaksi kimia arang kayu yang terjadi pada pembetonan.
TINJAUAN PUSTAKA Semen Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif (adhesive) dan kohesif (kohesive) yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu masa yang padat. Semen yang dimaksudkan untuk konstruksi beton bertulang adalah bahan yang jadi dan mengeras dengan adanya air atau disebut juga semen hidraulis (hidraulis semen). Walaupun terdapat sejumlah semen portland standar, kebanyakan beton untuk gedung-gedung terbuat dari semen standar atau semen biasa Tipe I (untuk beton dimana kekuatan kritis dibutuhkan dalam jangka waktu 28 hari) atau dari semen dengan kuat awal yang tinggi Tipe III, yaitu untuk beton dimana kekuatan diperlukan dalam jangka waktu beberapa hari saja (Murdock, 1999).
Pasir Pasir adalah salah satu jenis agregat yang lolos dari ayakan No.4 (lebih kecil dari 3/16 inci). Pasir dapat dibedakan menjadi 3 golongan meliputi: a. Pasir galian diperoleh langsung dari permukaan tanah atau menggali dari dalam tanah. Pasir ini umumnya tajam, bersudut, berpori, dan bebas dari kandungan garam yang membahayakan. b. Pasir sungai diperoleh langsung dari dasar sungai. Pasir ini umumnya berbutir halus, dan berbentuk bulat karena akibat proses gesekan yang terjadi. c. Pasir laut diperoleh langsung dari pantai. Bentuk butirannya halus, dan bulat, serta banyak mengandung garam. Oleh karena itu kurang baik untuk bahan bangunan.
Arang Kayu Arang kayu adalah hasil dari proses pembakaran tidak lengkap terhadap bahan kayu. Arang merujuk kepada kayu yang telah dibakar, tetapi belum hangus sepenuhnya. Proses pembuatannya ada dua cara, yaitu dengan metode tradisional/metode lubang tanah (earth pit-kiln) yang umum 26
Arang Kayu Sebagai Agregat Campuran Beton Krisna Murti
digunakan masyarakat, dan metode tungku drum (drum-kiln). Proses Pembuatan arang kayu dengan metode lubang tanah (earth pit-kiln): (a). Membuat dimensi tungku lubang, (b). Memilih bahan baku, (c). Penyusunan bahan baku di dalam lubang, (d) Pembakaran kayu, (e) Penutupan lubang udara, (f) Pendinginan arang, dan (g) Pembongkaran tungku. Proses Pembuatan arang kayu dengan metode tungku drum (drum kiln): (a) Membuat tungku drum, (b) Memilih bahan baku, (c) Pengisian kayu ke dalam drum, (d) Pembakaran kayu, (e) Penutupan lubang udara, (f) Penambahan bahan baku, dan (g) Pendinginan arang. Menurut penelitian, metode tungku drum (drum-kiln) lebih baik dibandingkan dengan metode lubang tanah karena pengaturan ventilasi udaranya yang lebih terkontrol sehingga mempengaruhi hasil arang yang akan diperoleh (Iskandar & Dwi, 2005). Tabel 1. Sifat Kimia Arang C - Organik %
55
N - Kjeldhal %
0,1
C/N
131
P Potensial (HCl 25%, P2O5), ppm
291
K Potensial (HCl 25%, K2O), mg/100g
18
P - tersedia (Bray, P2O5), ppm
69
K - tersedia (Morgan, K2O), ppm
133
Ca (1 N NH40ac, pH 7.0 ekstarksi), me / 100g
28
Mg (1 N NH40ac, pH 7.0 ekstarksi), me / 100g
8
K (1 N NH40ac, pH 7.0 ekstarksi), me / 100g
17
Na (1 N NH40ac, pH 7.0 ekstarksi), me / 100g
2
Total (1 N NH40ac, pH 7.0 ekstarksi), me / 100g
55
KTK (1 N NH40ac, pH 7.0 ekstarksi), me / 100g
19
Kejenuhan Basa, %
> 100
Sumber: Iskandar & Dwi, 2005
Air Air yang digunakan untuk campuran beton biasanya sesuai dengan yang dipakai untuk minum. Biasanya jumlah air yang diperlukan dalam pembuatan beton berkisar antara 25% dari jumlah berat semen. Kelebihan air dalam adukan dapat membahayakan karena air bersama-sama semen akan bergerak ke atas permukaan beton, dan ini dinamakan bleeding.
27
Spectra
Nomor 13 Volume VII Januari 2009: 24-39
Air yang mengandung kotoran akan mempengaruhi waktu ikatan awal adukan beton dan mengakibatkan lemahnya kekuatan beton setelah mengeras dan daya tahannya menurun.
Pengujian Material Pengujian material bertujuan untuk mengetahui data-data bahan yang akan digunakan sebagai pembentuk beton ringan. Pengujian material antara lain: 1. Kelembaban. Kelembaban agregat (agregat halus dan agregat kasar) pada komponen beton sangat berpengaruh besar terhadap proses perencanaan proporsi campuran beton yaitu mempengaruhi di dalam perencanaan air bebas, tingkat pengerasan beton, dan mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri. 2. Berat Jenis. Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh agregat. Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan menentukan berat jenis dari beton sehingga secara langsung menentukan banyaknya campuran agregat dalam campuran beton, dan berat jenis akan mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri. 3. Air resapan. Proses penyerapan air dalam beton sangat berpengaruh terhadap waktu untuk beton mengeras. Masing-masing bahan campuran beton mempunyai tingkat resapan berbeda tergantung jumlah rongga udara yang terjadi. 4. Analisa saringan pasir. Analisa saringan pasir bertujuan untuk mengukur distribusi ukuran pasir/gradasi pasir. Gradasi agregat dapat dibedakan menjadi tiga yaitu menerus, seragam, dan sela. Menurut SNI 03-28472002 kekasaran pasir dapat dibagi menjadi 4 kelompok menurut gradasinya, yaitu pasir halus, agak halus, agak kasar, dan kasar. 5. Kebersihan agregat terhadap lumpur. Pengujian kebersihan agregat terhadap lumpur bertujuan untuk mengukur kadar lumpur yang terkandung di dalam agregat. Agregat yang baik harus bebas dari bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan No. 100, atau bahan-bahan lain yang bisa merusak campuran beton. Menurut SII.0052, kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,0074 mm) yang disyaratkan dalam campuran beton maksimum 5%. 6. Berat Volume. Pengujian berat volume bertujuan menghitung berat volume agregat, dan semen sebagai bahan pengisi pembuatan beton dalam keadaan lepas maupun padat. Berat volume beton tergantung pada berat volume bahan campuran. Cara pengujian berat volume ada dua yaitu tanpa rojokan dan dengan rojokan. 7. Kuat Tekan Beton. Kekuatan tekan beton ditentukan oleh pengaturan dari perbandingan semen, agregat kasar, agregat halus, dan air. Perbandingan air terhadap semen merupakan faktor utama dalam penentuan kekuatan beton. Semakin rendah perbandingan air semen,
28
Arang Kayu Sebagai Agregat Campuran Beton Krisna Murti
semakin tinggi kekuatan tekan. Suatu jumlah tertentu air diperlukan untuk memberikan aksi kimiawi di dalam proses pengerasan beton, kelebihan air meningkatkan kemampuan pengerjaan akan tetapi mempengaruhi kekuatan. Suatu ukuran dari pengerjaan beton ini diperoleh dengan percobaan slump. (Samekto, 2001). 8. Standart Deviasi. Standart deviasi dengan notasi ‘s’ merupakan simpangan rata-rata yang diperbaharui dan juga merupakan ukuran dispersi yang lebih umum dipergunakan. Dalam kenyataannya standart deviasi adalah demikian pentingnya sehingga menjadi standart ukuran dispersi . Kuadrat dari standart deviasi disebut varians s². Tabel 2. Tingkat Mutu Pekerjaan Pembetonan Tingkat Mutu Pekerjaan
S (Mpa)
Memuaskan
2,8
Hampir Memuaskan
3,5
Sangat Baik
4,2
Baik
5,7
Sedang
6,5
Kurang
7
Sumber: Tjokrodimuljo, 2004
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium struktur Jurusan teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Jember, pada bulan April s/d Juni 2008. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) Satu set saringan ASTM. (2) Timbangan analitis 2600 gr. (3) Alat getar (shieve shaker). (4) Oven. (5) Picnometer 100 cc. (6) Loyang. (7) Timbangan 10 kg dan 25 kg. (8) Keranjang sample. (9) Mold volume 5 lt dan 10 lt. Perojok besi. (10) Mesin molen kapasitas ½ m³. (11) Gerobak dorong. (12) Satu set alat slump test. (13) Cetakan kubus (15 cm x 15 cm). (14) Mesin uji kuat tekan hancur. (15) sekop. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Semen PPC Gresik, Agregat kasar (arang kayu), Agregat halus (pasir biasa), dan Air bersih. Terhadap arang kayu yang digunakan sebagai agregat kasar dilakukan pemecahan arang kayu. Pemecahan arang kayu bertujuan untuk mendapatkan ukuran yang direncanakan yaitu arang kayu yang lolos ayakan 3/2” dan tertahan ¾”. Tahapan pemecahan arang kayu adalah: (1) Pengumpulan arang kayu. (2) pengayakan arang kayu dengan memakai ayakan ASTM 3/2” dan ¾”. (3) Arang kayu yang tertahan di ayakan ¾” digunakan sebagai agregat kasar. 29
Spectra
Nomor 13 Volume VII Januari 2009: 24-39
Pengujian material dilakukan untuk memperoleh data spesifikasi material yang diperlukan dalam rancangan adukan beton. Pengujian material meliputi: a. Agregat kasar: kelembaban, berat jenis, air resapan, berat volume, dan kebersihan terhadap lumpur dengan cara kering (ASTM C 117-76). b. Agregat halus: Analisa saringan pasir, kelembaban pasir, berat jenis pasir, air resapan pasir, berat volume pasir, dan kebersihan pasir terhadap lumpur dengan cara kering (ASTM C 117-76). c. Semen: Berat jenis semen dan berat volume semen. Benda Uji yang berbentuk kubus 15cmx15cmx15cm dibuat dengan menggunakan perbandingan volume campuran: a. 0,7 : 1 : 3 : 1 (air : semen : pasir : arang kayu). b. 0,7 : 1 : 2,5 : 1,5 (air : semen : pasir : arang kayu). c. 0,7 : 1 : 2 : 2 (air : semen : pasir : arang kayu). d. 0,7 : 1 : 1,5 : 2,5 (air : semen : pasir : arang kayu). e. 0,7 : 1 : 1 : 3 (air : semen : pasir : arang kayu). Benda uji yang telah kering atau padat direndam seluruh permukaannya di bak air yang telah terisi air. Beton dengan umur 14 hari direndam selama 12 hari (5 benda uji), dan beton dengan umur 28 hari direndam selama 26 hari (5 benda uji). Perendaman dilakukan untuk menghindari pengaruh cuaca terhadap proses pengerasan beton yang dapat mempengaruhi kekuatan beton. Pengujian kuat tekan beton dilakukan setelah benda uji berumur 14 hari dan 28 hari. Pengujian ini menggunakan alat compression test. Pengujian kuat tekan dihentikan setelah dial pembacaan pada alat compression test berhenti. Hal ini menunjukan bahwa kuat tekan dari benda uji tersebut sudah maksimal. Tekanan dikerjakan pada bidang-bidang sisi yang rata.
30
Arang Kayu Sebagai Agregat Campuran Beton Krisna Murti
Mulai
Persiapan alat dan bahan Uji Material Agregat Kasar 1. Berat Jenis 2. Kelembaban 3. Air resapan 4. Berat volume 5. Kebersihan terhadap lumpur dengan cara kering (ASTM C 117-76).
Agregat Halus 1. Kelembaban 2. Analisa saringan 3. Berat jenis 4. Air resapan 5. Berat volume 6. Kebersihan terhadap lumpur dengan cara kering (ASTM C 117-76).
Semen 1. Berat jenis 2. Berat volume
Pembuatan campuran benda uji Pembetonan Perawatan Uji kuat tekan (umur 14 hari dan 28 hari) Analisis dan pembahasan Kesimpulan Selesai
Gambar 1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian
31
Nomor 13 Volume VII Januari 2009: 24-39
Spectra
HASIL DAN PEMBAHASAN Data Hasil Pengujian Material Semen Terhadap material semen dilaksanakan pengujian berat jenis dan berat volumenya. Dari hasil pengujian didapatkan berat jenis semen PPC 3,117. Berat jenis semen biasanya berkisar antara 3,1 – 3,4. Dari hasil pengujian semen tersebut semen PPC Gresik memenuhi syarat untuk digunakan sebagai campuran karena berat jenisnya lebih dari 3,1 dan kurang dari 3,4. Tabel 3. Analisa Pengujian Semen PPC Gresik Jenis Pengujian 1. Berat Jenis 2. Berat Volume
Keterangan 3,117 1,238 gr/cm³
Sumber: hasil uji laboratorium
Agregat Halus Terhadap pasir Lumajang yang digunakan sebagai agregat halus, dilakukan 6 pengujian material yaitu pengujian kelembaban, air resapan, berat jenis, berat volume, kebersihan terhadap lumpur dengan cara kering, dan analisa saringan. Pengujian kelembaban dan air resapan sangat mempengaruhi perencanaan air bebas secara teoritis terhadap campuran beton. Berat jenis dan berat volume agregat halus akan menentukan berat volume beton yang terbentuk. Tabel 4. Analisa Hasil Pengujian Pasir Lumajang Jenis Pengujian
Keterangan
1. Analisa saringan
zona 3
2. Kelembaban
4,02 %
3. Berat jenis
2,723
4. Air resapan
1,394 %
5. Berat volume 6. Kebersihan terhadap lumpur dengan cara kering Sumber: hasil uji laboratorium
1.291 gr/cm³ 0,93 %
32
Arang Kayu Sebagai Agregat Campuran Beton Krisna Murti
Hasil dari pengujian kebersihan terhadap lumpur menentukan apakah pasir Lumajang termasuk bahan yang baik sebagai pengisi beton. Menurut SII.0052 kadar lumpur yang disyaratkan dalam campuran beton maksimum 5%. Dengan kadar lumpur 0,93 %, pasir Lumajang termasuk bahan yang baik sebagai pengisi beton. Hasil dari pengujian analisa saringan menentukan gradasi dari pasir Lumajang sebagai agregat. Pasir Lumajang termasuk pasir pada zona tiga. Arang Kayu Terhadap arang kayu yang digunakan sebagai agregat kasar, dilakukan 5 pengujian material yaitu pengujian kelembaban, air resapan, berat jenis, berat volume, dan kebersihan terhadap lumpur dengan cara kering. Pengujian kelembaban dan air resapan sangat mempengaruhi perencanaan air bebas secara teoritis terhadap campuran beton. Tabel 5. Analisa Pengujian Arang Kayu Jenis Pengujian 1. Kelembaban
Keterangan 7.92 %
2. Berat jenis
0,54
3. Air resapan
42.8 %
4. Berat volume 5. Kebersihan terhadap lumpur dengan cara kering Sumber: hasil uji laboratorium
0.172 gr/cm³ 0,88 %
Hasil dari pengujian berat jenis menentukan apakah arang kayu dapat dikategorikan sebagai agregat ringan. Arang kayu dengan berat jenis 0,54 termasuk agregat ringan, karena syarat berat jenis agregat ringan adalah kurang dari 2. Hasil dari pengujian berat volume menentukan berat volume beton yang terbentuk. Hasil dari pengujian kebersihan terhadap lumpur menentukan apakah arang kayu termasuk bahan yang baik sebagai pengisi beton. Menurut SII.0052 kadar lumpur yang disyaratkan dalam campuran beton maksimum 5%. Dengan kadar lumpur 0,88 %, arang kayu termasuk bahan yang baik sebagai pengisi beton.
Hasil Pengujian Beton Pengujian Slump Hasil pengujian slump campuran beton berdasarkan proporsi yang telah ditentukan adalah: 33
Nomor 13 Volume VII Januari 2009: 24-39
Spectra
Tabel 6. Hasil Pengujian Slump Keterangan Per. camp Slump
0,7:1:3:1
0,7:1:2,5:1,5
0,7:1:2:2
0,7:1:1,5:2,5
0,7:1:1:3
4,5 cm
3 cm
4,5 cm
3 cm
6 cm
Sumber : hasil uji laboratorium
Hubungan antara slump digambarkan sebagai berikut:
dengan
proporsi
campuran
dapat
Grafik hub. slump de ngan proporsi campuran 10
8
slump (cm)
6 6
4,5
4,5 4
3
3
2
0 0,7:1:3:1
0,7:1:2,5:1,5
0,7:1:2:2
0,7:1:1,5:2,5
0,7:1:1:3
Proporsi Campuran
Gambar 2. Grafik Hubungan Slump dengan Proporsi Campuran
Dari hasil pengujian slump beton di atas menunjukkan bahwa nilai slump pada masing-masing proporsi campuran tidak sama. Slump tergantung oleh gradasi agregat dan jumlah dari faktor air semen. Pengujian Berat Volume dan Kuat Tekan Beton Hasil pengujian dan perhitungan berat volume dan kuat tekan beton dapat dilihat pada tabel 7.
34
Arang Kayu Sebagai Agregat Campuran Beton Krisna Murti
Tabel 7. Hasil Perhitungan Berat Volume dan Kuat Tekan Beton Proporsi No
Hasil Perhitungan fcr s (MPa) (MPa) 14,848 1,538
fc' (MPa) 12,787
1
0,7:1:3:1
BV (kg/m²) 2115,554
2
0,7:1:2,5:1,5
2007,704
11,633
1,526
9,589
3
0,7:1:2:2
1898,964
11,840
1,419
9,938
4
0,7:1:1,5:2,5
1780,740
10,608
1,660
8,384
5 0,7:1:1:3 1693,925 Sumber : hasil uji laboratorium
9,992
1,6
7,848
Campuran
Hubungan antara berat volume dengan proporsi campuran dapat digambarkan sebagai berikut: Grafik hub. berat volume dengan proporsi campuran
Berat Volume (kg/m3
3000
2115,554
2007,704
1898,964
2000
1780,74
1693,925
(0,7:1:1,5:2,5)
(0,7:1:1:3)
1000
0 (0,7:1:3:1)
(0,7:1:2,5:1,5)
(0,7:1:2:2) Proporsi Campuran
Gambar 3. Grafik Hubungan Berat Volume dengan Proporsi Campuran
Dari perlakuan satu sampai lima diperoleh berat volume yang semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa berat volume beton sangat tergantung pada berat volume agregat pembentuknya (agregat halus dan agregat kasar). Berat volume pasir lebih besar dibandingkan berat volume arang kayu sehingga saat proporsi volume campuran pasir berkurang maka akan mempengaruhi berat volume beton yang terbentuk. Hubungan antara kuat tekan hancur dengan proporsi campuran dapat digambarkan sebagai berikut:
35
Nomor 13 Volume VII Januari 2009: 24-39
Spectra
Kuat tekan Hancur rata-rata (MPa)
Grafik hub. kuat tekan hancur rata-rata (fcr) dengan proporsi campuran
20 16
14,8478 11,6334
11,8397
12
10,6081
9,9919
(0,7:1:1,5:2,5)
(0,7:1;1:3)
8 4 0 (0,7:1:3:1)
(0,7:1;2,5:1,5)
(0,7:1:2:2) Proporsi Campuran
Gambar 4. Grafik Hubungan Kuat Tekan Hancur dengan Proporsi Campuran
Dari grafik diatas, kuat tekan hancur rata-rata tertinggi diperoleh dari perlakuan pertama (0,7:1:3:1) yaitu 14,848 MPa, dan terendah pada perlakuan kelima (0,7:1:1:3) sebesar 9,992 MPa. Hubungan antara kuat tekan karakteristik (fc’) dengan proporsi campuran dapat digambarkan sebagai berikut: Grafik hub. kuat tekan karakteristik (fc') dengan proporsi campuran
Kuat Tekan Karakteristik (MPa)
16
12,7868 12
9,589
9,93824 8,3837
7,8479
8
4
0 (0,7:1:3:1)
(0,7:1:2,5:1,5)
(0,7:1:2:2)
(0,7:1:1,5:2,5)
(0,7:1:1:3)
Proporsi Campuran
Gambar 5. Grafik Hubungan Kuat Tekan Karakteristik dengan Proporsi Campuran
Kuat tekan karakteristik dipengaruhi oleh kuat tekan hancur rata-rata dan standart deviasi. Kuat tekan karakteristik tertinggi diperoleh dari
36
Arang Kayu Sebagai Agregat Campuran Beton Krisna Murti
perlakuan pertama (0,7:1:3:1) yaitu 12,787 MPa, dan terendah pada perlakuan kelima (0,7:1:1:3) sebesar 7,848 MPa. Hubungan antara kuat tekan hancur rata-rata (fcr) dengan berat volume dapat digambarkan sebagai berikut: grafik hub. berat volume dengan kuat tekan hancur rata-rata (fcr)
Berat Volume (kg/m3)
3000 2115,554
2007,704
1898,964
1780,74
1693,925
11,8397 fcr (MPa)
10,6081
9,9919
2000
1000
0 14,8478
11,6334
Gambar 6. Grafik Hubungan Kuat Tekan Hancur Rata-Rata (Fcr) dengan Berat Volume.
Kuat tekan hancur rata-rata (fcr) berbanding lurus dengan besarnya berat volume. Dari grafik diatas didapatkan kuat tekan hancur rata-rata (fcr) tertinggi sebesar 14,8478 MPa dengan berat volume 2115,554 kg/m³ dan kuat tekan hancur rata-rata (fcr) terendah sebesar 9,992 MPa dengan berat volume 1693,925 kg/m³. Hubungan antara kuat tekan karakteristik (fc’) dengan berat volume dapat digambarkan sebagai berikut:
37
Nomor 13 Volume VII Januari 2009: 24-39
Spectra
Grafik hub. Kuat Tekan Karakteristik Dengan Berat Volume
Berat Volume (kg/m3)
3000
2000
2115,554
2007,704
1898,964
1780,74
1693,925
9,93824 fc' (MPa)
8,3837
7,8479
1000
0 12,7868
9,589
Gambar 7. Grafik Hubungan Kuat Tekan Karakteristik (Fc’) dengan Berat Volume.
Kuat tekan karakteristik (fc’) berbanding lurus dengan besarnya berat volume. Dari grafik diatas didapatkan kuat tekan karakteristik (fc’) tertinggi sebesar 12,787 MPa dengan berat volume 2115,554 kg/m³ dan kuat tekan karakteristik (fc’) terendah sebesar 7,848 MPa dengan berat volume 1693,925 kg/m³.
KESIMPULAN Berdasarkan beberapa kajian dan analisa yang telah dijelaskan mengenai pengaruh pemanfaatan arang kayu sebagai agregat kasar terhadap karakteristik campuran beton, maka dapat diberikan beberapa kesimpulan, yaitu: Pada peninjauan hubungan antara slump dengan proporsi campuran, ternyata tidak terlihat hubungan yang signifikan antara keduanya. Pada peninjauan hubungan berat volume dengan proporsi campuran, terlihat bahwa penambahan proporsi agregat arang kayu akan menurunkan pula berat volume dari benda uji beton. Semakin besar komposisi arang kayu yang digunakan pada campuran beton, akan memperlemah kuat tekan karakteristik benda uji beton secara keseluruhan. Penurunan kuat tekan benda uji beton juga sejalan dengan penurunan berat volume dari benda uji beton tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Depkimpraswil. 2002. Metode, Spesifikasi dan Tata Cara. (Edisi Pertama). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan. Iskandar, H. dan Dwi K.S., 2005, Panduan Singkat Cara Pembuatan Arang Kayu. Jakarta: PT.Inti Prima Karya. Krisnamurti, dan Junita, D.K., 1999. Diklat Bahan Bangunan Beton, Program Studi Diploma-III Teknik Sipil, Universitas Jember.
38
Arang Kayu Sebagai Agregat Campuran Beton Krisna Murti
Murdock, L. J., Brook, K. M. & Hindarko S. 1999. Bahan dan Praktek Beton, Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga. Nawy, E. G. 1998. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. Bandung: Reflika Aditama. Sagel R.,Kole. & Kusuma G. 1997. Pedoman Pengerjaan Beton Berdasarkan SKSNI. Samekto, W. & Rahmadiyanto, C. 2001. Teknologi Beton. Yogyakarta : Kanisius. Subakti, A. 2003. Teknologi Beton dalam Praktek. Surabaya: Jurusan Teknik Sipil FTSP, Institut Teknologi Sepuluh November. SNI 03-3847-2002. “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung”, Bandung, Indonesia. Tjokrodimuljo, K. 2004. Buku Ajar Teknologi Beton, Yogyakarta: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
39