PENGARUH PAPARAN AEROSOL CAT SEMPROT TERHADAP FREKUENSI PEMBENTUKAN MIKRONUKLEUS MUKOSA MULUT PADA PENGGUNA CAT SEMPROT
JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum
TARASANDI DIAN RAMADHANI G2A009117
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013
LEMBAR PENGESAHAN PENGESAHAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KTI
PENGARUH PAPARAN AEROSOL CAT SEMPROT TERHADAP FREKUENSI PEMBENTUKAN MIKRONUKLEUS MUKOSA MULUT PADA PENGGUNA CAT SEMPROT Disusun oleh TARASANDI DIAN RAMADHANI G2A009117
Telah disetujui
Semarang, 2 September 2013
Pembimbing
drg. Sri Yuniarti Rahayu, Sp. KG 196506221992122001
PENGARUH PAPARAN AEROSOL CAT SEMPROT TERHADAP FREKUENSI PEMBENTUKAN MIKRONUKLEUS MUKOSA MULUT PADA PENGGUNA CAT SEMPROT Tarasandi Dian Ramadhani1, Restadiamawati2 ABSTRAK Latar Belakang : Tukang cat semprot dalam kesehariannya terpapar partikelpartikel kecil dari aerosol cat semprot yang mengandung substansi genotoksik. Substansi genotoksik dalam aerosol cat semprot yang terinhalasi secara terus menerus dapat mengendap di dalam rongga hidung dan mulut, terutama bila tidak menggunakan masker yang memadai. Akumulasi substansi ini dapat merusak susunan genetik sel dan merusak inti sel. Kerusakan inti sel salah satunya adalah mikronukleus, yaitu inti sel kedua yang berukuran lebih kecil dan terpisah dari inti utama dalam satu sel. Frekuensi pembentukan mikronukleus di mukosa mulut yang berlebihan berpotensi menyebabkan terjadinya keganasan rongga mulut. Tujuan : Mengetahui pengaruh paparan aerosol cat semprot terhadap frekuensi pembentukan mikronukleus mukosa mulut pada pengguna cat semprot serta menganalisis pengaruh masa kerja dan usia. Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan data primer yaitu preparat apusan mukosa rongga mulut kelompok tukang cat semprot dan kelompok kontrol di kota Yogyakarta dengan jumlah sampel masing-masing kelompok adalah 35 orang. Hasil : Dari hasil penelitian didapatkan perbedaan jumlah mikronukleus secara bermakna antara kelompok tukang cat semprot dan kelompok kontrol (p=0,000) dengan rata-rata jumlah mikronukleus 11,1613 pada kelompok tukang cat semprot dan 4,300 pada kelompok kontrol. Masa kerja memiliki nilai korelasi 0,752 dengan sig 0,000 terhadap frekuensi pembentukan mikronukleus. Usia memiliki nilai korelasi 0,687 dengan sig 0,000 terhadap frekuensi pembentukan mikronukleus. Simpulan : Terdapat pengaruh paparan aerosol cat semprot terhadap frekuensi pembentukan mikronukleus. Masa kerja dan usia berkorelasi signifikan dengan derajat hubungan kuat terhadap frekuensi pembentukan mikronukleus mukosa mulut pada pengguna cat semprot. Kata kunci : aerosol cat semprot, pembentukan mikronukleus, tukang cat semprot 1 2
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang Staf pengajar Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
THE EFFECT OF PAINT AEROSOL EXPOSURE TO THE INCREASE OF MICRONUCLEUS FORMATION FREQUENCY IN MOUTH CAVITY ON SPRAY PAINTER ABSTRACT
Background: Spray painters in their daily works are always exposed by miniscule particles from the paint aerosol which contain genotoxic substances. Genotoxic substances in the paint aerosol that are inhaled continuously could result in sediments in the nasal and oral cavities, moreover if adequate masks are not properly utilized. The accumulation of these substances could affect the genetic composition and damage the cell nuclei. One of nucleus defect that possibly happens is micronucleus, an additional nucleus which is smaller and separated from the original nucleus in one cell. An excessive micronuclei formation frequency in oral mucosa would increase the prevalence of cancer, particularly in mouth cavity. Aim: To understand the effect of paint aerosol exposure to the increase of micronucleus formation frequency in mouth cavity on sprays painters and to analyze the effect of working span and age. Method: This research was conducted using cross-sectional study with primary data, which is the mucosal swab of mouth cavity. The case group was spray painters, while the control group was the citizens of Yogyakarta who are not exposed by paint aerosol in their daily lives, with 35 samples for each group. Results: There was a significant difference of micronucleus count from case and control group (p=0.000), and the mean of micronucleus on spray painters was 11.1613 and 4.300 on control group. Working span has a correlation value of 0.752 with significance value of 0.000 to micronucleus formation frequency. Age has a correlation value of 0.687with significance value of 0.000 to micronucleus formation frequency. Conclusion: There is an effect of paint aerosol exposure to the increase of micronucleus formation frequency. Working span and age are correlated significantly with strong relation level to micronucleus formation frequency in mouth cavity on the spray painters.. Keywords: paint aerosol, micronucleus formation, spray painter
PENDAHULUAN Rongga mulut merupakan jalur masuk utama dari substansi-substansi eksogen ke dalam tubuh. Selain itu, rongga mulut juga terhubung dengan rongga hidung dalam fungsi respirasi, sehingga rentan sekali terjadi penumpukan substansi berbahaya, baik yang langsung masuk melalui rongga mulut maupun yang terhirup dari rongga hidung saat inspirasi. Salah satu substansi berbahaya adalah substansi genotoksik berupa bahan radiasi atau kimiawi yang dapat merusak DNA (Deoxyribonucleic Acid) dan kemudian dapat mengakibatkan mutasi sel atau kanker.1,2 Rongga mulut memiliki mukosa pelindung yang berfungsi untuk melindungi permukaan rongga mulut dari gesekan benda-benda yang berada di dalamnya. Sehubungan dengan fungsi tersebut, maka bagian basal mukosa pelindung dapat membelah diri secara aktif untuk memperbarui lapisan superfisialnya yang rusak.3,4 Salah satu pekerjaan yang beresiko tinggi terpapar substansi genotoksik secara oral mapun inhalasi adalah tukang cat semprot. Dalam cat terkandung berbagai bahan kimia seperti xylene, toluene, styrene, thinners, ethylbenzene, lead, chromium, cadmium, dan lain-lain. Sebagian besar bahan tersebut bersifat genotoksik.5 Penggunaan cat dengan teknik penyemprotan (spray painting) mengubah kumpulan bahan kimia tersebut menjadi bentuk aerosol, yaitu kumpulan partikel halus berupa cair atau padat yang dapat dengan mudah terhirup atau masuk ke dalam rongga mulut, terutama bila pekerja tidak menggunakan masker.6 Partikel cat akan terakumulasi di dalam rongga mulut seiring dengan lama pajanan. Akumulasi zat genotoksik ini berpotensi merusak DNA. Manifestasi kerusakan DNA pada sel bisa menyebabkan perubahan yang bervariasi, seperti adanya mikronukleus, nuclear bud, binukleus, dan fragmented cell. Dari beberapa perubahan tersebut, yang paling sering muncul dan mudah diamati adalah mikronukleus, yaitu inti sel kedua yang berukuran lebih kecil dari inti sel utama dalam satu sel. Mikronukleus terbentuk dari kegagalan pembagian kromosom dalam proses mitosis sel yaitu pada anafase. Mikronukleus terbentuk pada stratum basalis mukosa mulut dan kemudian akan bermigrasi ke lapisan
superfisial dalam proses regenerasi sehingga gambaran mikronukleus dapat ditemukan pada epitel permukaan mukosa mulut yang terlepas.1 Pemeriksaan mikronukleus memiliki beberapa kelebihan karena selain prosesnya sederhana dan tidak invasif bila dibandingkan dengan pemeriksaan darah dan sumsum tulang, juga merupakan biomarker yang sifatnya sensitif untuk biomonitoring pada manusia.7 Penelitian yang dilakukan oleh Gilka J dan kawan-kawan pada tahun 2001 menyebutkan bahwa pekerja pengisian bahan bakar minyak yang telah memakai methanol memiliki rerata frekuensi pembentukan mikronukleus yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok yang tidak bekerja di stasiun bahan bakar minyak yang mengandung methanol yang bersifat genotoksik.8 Hasil serupa juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Mahardika, P.G pada tahun 2012 yang
menyatakan
bahwa
terdapat
peningkatan
frekuensi
pembentukan
mikronukleus yang bermakna pada mekanik bengkel motor dibandingkan kelompok kontrol yang tidak terpapar emisi kendaraan bermotor yang mengandung timbal secara terus-menerus.9 Sejauh yang penulis ketahui, belum ada penelitian mengenai pengaruh paparan aerosol cat semprot terhadap frekuensi pembentukan mikronukleus yang dilakukan di Indonesia. Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh paparan aerosol cat semprot terhadap frekuensi pembentukan mikronukleus mukosa mulut pada pekerja yang menggunakan cat semprot. METODE Penelitian ini berjenis analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di kota Yogyakarta pada bulan Juni sampai Juli 2013. Subjek penelitian dipilih dengan metode consecutive sampling. Data diperoleh dari apusan mukosa bukal kemudian dilakukan pengecatan dengan metode modifikasi reaksi Feulgen-Rossenback di Laboratorium Histologi dan Biologi Sel Universitas Gadjah Mada. Sampel penelitian ini adalah 35 orang pekerja yang menggunakan cat semprot yang memenuhi kriteria inklusi yaitu laki-laki berusia 20-40 tahun, masa kerja
minimal 3 tahun dengan penggunaan masker minimal, dan sampel kontrol sebanyak 35 orang yang tidak terpapar aerosol cat semprot dalam pekerjaannya Variabel bebas dalam penelitian ini adalah paparan aerosol cat semprot dengan variabel terikat frekuensi mikronukleus mukosa mulut. HASIL Analisis Hubungan Paparan Aerosol Cat Semprot dengan Frekuensi Pembentukan Mikronukleus Mukosa Mulut Setelah didapatkan data kemudian dilakukan pengujian statistik. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan rata-rata jumlah mikronukles kelompok tukang cat semprot adalah 11,1613 dengan standar deviasi 2,86469 dan kelompok kontrol adalah 4,3000 dengan standar deviasi 2,16795. Dengan uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi data pada masing-masing kelompok data adalah normal (p>0,05). Hasil perhitungan statistik uji t independen dapat dilihat pada Tabel 1. Rerata frekuensi mikronukleus pada kelompok tukang cat semprot lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Perbedaan ini dapat dikatakan bermakna karena nilai p<0,05. Tabel 1. Hasil uji t independen terhadap kelompok tukang cat semprot dan kelompok kontrol N
Rerata ± S.D
Tukang cat semprot
31
11,1613 ± 2,86469
Kontrol
30
4,3000 ± 2,16795
P 0,000
Kemudian dilakukan uji korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antara masa kerja dan usia terhadap frekuensi pembentukan mikronukleus pada kelompok tukang cat semprot.
Tabel 2. Hasil uji korelasi Pearson masa kerja terhadap frekuensi mikronukleus
Pearson
Masa kerja
Frekuensi mikronukleus
1
0,752
0,752
1
Masa kerja Frekuensi mikronukleus
P
0,000
Tabel 3. Hasil uji korelasi Pearson usia terhadap frekuensi mikronukleus
Pearson
Usia
Frekuensi mikronukleus
1
0,687
0,687
1
Usia Frekuensi mikronukleus
P
0,000
Hasil analisis uji Pearson menunjukkan bahwa masa kerja dan usia berkorelasi secara signifikan dengan derajat hubungan kuat terhadap frekuensi pembentukan mikronukleus pada tukang cat semprot. Selanjutnya dilakukan uji regresi dengan variabel bebas masa kerja dan usia dengan variabel terikat yaitu frekuensi mikronukleus. Tabel 4. Tabel uji regresi
Regresi
Variabel bebas
Koefisien R
Koefisien R2
Masa kerja dan usia
0,770
0,564
Hasil yang diperoleh dari nilai R menunjukkan adanya korelasi positif yang kuat antara variabel masa kerja dan usia secara serentak terhadap variabel frekuensi pembentukan mikronukleus Berdasarkan tabel diperoleh nilai R2 sebesar 0,564 yang berarti variabel masa kerja dan usia secara bersama-sama memiliki pengaruh sebesar 56,4% terhadap
frekuensi pembentukan mikronukleus. Sisanya sebesar 43,6% dipengaruhi oleh variabel yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
PEMBAHASAN Menurut petunjuk keselamatan pengecatan mobil yang dikeluarkan pemerintah Australia, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya overspray pada tukang cat semprot. Faktor-faktor tersebut antara lain posisi pengecat terhadap pengecat lain, ruang pengecatan, ventilasi ruang pengecatan, posisi pengecat terhadap arah angin, dan ketinggian obyek yang dicat.10 Sayangnya, karena berbagai keterbatasan yang ada, syarat untuk faktor-faktor tersebut jarang sekali dapat dipenuhi oleh industri pengecatan di Indonesia, terutama pada industri kecil dan menengah yang paling banyak terdapat di Indonesia. Tukang cat semprot mengalami frekuensi pembentukan mikronukleus lebih besar daripada orang yang pada kehidupan sehari-harinya tidak terpapar substansisubstansi berbahaya dalam cat. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian dimana rerata
mikronukleus
kelompok
tukang
cat
mikronukleus/1000 sel dan kelompok kontrol
semprot
adalah
11,1613
yang hanya sebesar 4,3000
mikronukleus/1000 sel dengan perbedaan yang bermakna (p=0,000). Dari hasil perhitungan statistik ditemukan pula bahwa frekuensi pembentukan mikronukleus memiliki korelasi positif dan bermakna dengan masa kerja (lama paparan) dan usia. Penelitian ini mendukung kesimpulan penelitian Gilka J dan Mahardika P.G bahwa substansi genotoksik yang terinhalasi secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan susunan genetik sel yang bermanifestasi sebagai mikronukleus dan kelainan-kelainan inti sel lainnya. Dalam penelitian ini juga menghasilkan temuan bahwa paparan genotoksik yang semakin lama akan dapat mengakibatkan pembentukan mikronukleus yang semakin banyak pula. Sel yang mengalami kerusakan inti akan bereplikasi menjadi sel yang rusak pula sehingga jumlah sel yang rusak akan terus bertambah banyak. Pertumbuhan sel yang rusak ini bila terjadi secara berlebihan dapat berpotensi menimbulkan keganasan rongga
mulut. Namun hal ini masih harus dikaji dan diteliti lebih lanjut agar didapatkan hasil yang lebih akurat.8,9 Walaupun hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya, namun penelitian Oliviera H.M menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari mikronukleus di hapusan mukosa mulut pekerja industri cat dan kelompok kontrol.11 Hal ini disebabkan karena obyek penelitian yang berbeda, Oliviera H.M meneliti pekerja industri pembuatan cat yang tidak terpapar aerosol cat semprot. Selain itu, sampel penelitian tersebut dalam bekerja sehari-hari menggunakan alat pelindung diri berupa masker dan sarung tangan silikon yang adekuat untuk menghindari kontak langsung dengan campuran organik pada cat. Ruangan tempat mereka bekerja juga memiliki perangkat ventilasi yang memadai sehingga meminimalkan terjadinya paparan yang berlebihan pada para pekerja.11 Sebaliknya, pada penelitian ini yang diteliti adalah tukang cat semprot yang terpapar partikel-partikel kecil kandungan cat dari aerosol yang dihasilkannya, tukang cat semprot ini sebagian besar juga tidak menggunakan alat pelindung diri apapun, dan bekerja di tempat yang ventilasi serta aliran udaranya tidak memadai untuk meminimalkan paparan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh paparan aerosol cat semprot terhadap frekuensi pembentukan mikronukleus mukosa mulut pada pengguna cat semprot dbandingkan dengan kelompok kontrol. Pada penelitan ini juga didapatkan hasil bahwa masa kerja dan usia berpengaruh secara signifikan terhadap frekuensi pembentukan mikronukleus mukosa mulut pada pengguna cat semprot. Saran Diperlukan pengajian lebih lanjut terhadap faktor-faktor resiko terjadinya pembentukan mikronukleus secara lebih dalam, seperti usia, tingkat kebersihan rongga mulut, kebiasaan makan, dan rokok untuk mengetahui apakah faktor yang
paling mempengaruhi pembentukan mikronukleus. Untuk selanjutnya dapat pula diteliti bidang pekerjaan lain yang mungkin terpapar substansi-substansi genotoksik. Selain itu juga perlu adanya edukasi bagi tukang cat semprot dan pekerja-pekerja di bidang lain yang berpotensi terpapar substansi genotoksik dalam kesehariannya untuk memakai alat pelindung diri minimal masker agar dapat memperkecil kemungkinan substansi-substansi tersebut terinhalasi ke dalam tubuhnya. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada drg. Restadiamawati, Sp.KG selaku pembimbing yang telah memberikan masukan-masukan selama pembuatan Karya Tulis Ilmiah, Dr. drg. Oedijani, M.S. selaku penguji, dan drg. Gunawan Wibisono, M.Si.Med. selaku ketua penguji. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Nina H, Claudia B, Micheline K, Stefano B, Erol Z, Siegfried K. The micronucleus assay in human buccal cell as a tool for biomonitoring DNA damage : The HUMN project perspective on current status and knowledge gaps. Elsevier.2008;659:93-108.
2.
Dorland W. Kamus Kedokteran. 29th ed. Jakarta: ECG; 2002:910.
3.
Bath-Balogh M, Fehrenbach MJ. Ilustrated Dental Embriology, Histology, and Anatomy. 3rd ed. Seatle: Saunders; 2006:25-26.
4.
Moss-Salentijn L, Klyvert M. Dental and Oral Tissues : an Introduction to Paraprofessionals in Dentistry. 1st ed. Philadelphia: Lea & Febiger; 1980:27-43.
5.
Ehab RA, Fateheya MM, Hend R, Saida H. Genotoxicity and oxidative stress among spray painter. Life Science journal.2012;9(2):20-24..
6.
Budiono I. Faktor risiko gangguan fungsi paru pada pekerja pengecatan mobil (Studi pada bengkel pengecatan mobil di kota Semarang). Semarang: Unversitas Diponegoro; 2007:13-42.
7.
Kirsch-Volders M, Sofuni T, Aardema M, Albertini S, Eastmond D, Fenech M, et al. Report from the in vitro micronucleus assay working group. Mutat Res.2003;540:153-163.
8.
Gilka G.J.F, Cardoso L.A, Medrado-Faria M.A, saldanha P.H. Frequency of Oral Mucosa Micronuclei in Gas Station Operators After Introducing Methanol. Occup. Med. 2001 ; 51(2): 107-113.
9.
Mahardika P.G. Pengaruh Paparan Emisi Kendaraan Bermotor terhadap Frekuensi Pembentukan Mikronukleus di Mukosa Mulut pada Mekanik Bengkel Motor. Semarang: Universitas Diponegoro; 2012: 43.
10.
Government of Westen Australia. Consumer and employment protection. [cited
at
2013
June
19].
Available
http://www.safetyline.we.gov.au/pagebin/codewswa0128.htm.
from
:
11.
Oliveira HM, Dagostin GP, Mota AS, Luiz A.Z.C da Rosa, Andrade VM. Occupational Risk Assessment of Paint Industry Workers. Indian Journal of Occupationl and Environmental Medicine.2011;15(2):52-58.